Membiasakan Membaca Salawat Nabi
Oleh: Nur Amin Abdurrahman
Dalam kehidupan ini, kemajuan teknologi di segala
bidang membuat kehidupan terasa semakin mudah. Jarak dan waktu seakan tak lagi
membuat manusia kerepotan. Dengan sekali klik, kita bisa dengan mudah
mendapatkan segalanya dalam hidup ini. Kendati demikian, kemudahan yang
diberikan tidak lantaran membuat persoalan semakin berkurang dan mudah diatasi.
Terkadang persoalan kehidupan justru kian pelik dan sulit diselesaikan.
Hal inilah yang seharusnya menjadi sarana manusia
untuk bertafakkur dan membuat hati untuk tetap tenang dalam menghadapi
problematika kehidupan. Sebab dengan hati yang tenang dan kita akan mudah
mencari jalan keluar. Salah satu hal yang bisa membuat hati menjadi tenang
adalah dengan membiasakan diri membaca salawat atas Nabi Muhammad saw.
Al- ‘Allamah
Sayyid Abdurrahman ibn Mustofa al- Idrus (Mesir), menjelaskan dalam kitab Mira’atussyumush
fi Manaqibi Ali al- Idrus, bahwa di akhir zaman nanti ketika sudah tidak
ditemukan seorang murrabbi atau mursyid (guru spiritual) yang
memenuhi syarat, maka tidak ada satupun amal yang bisa mengantarkan seseorang wushul
(ma’rifat) kepada Allah kecuali bacaan salawat kepada baginda Nabi Muhammad saw
baik dalam keadaan tidur maupun terjaga.
Dari sisi hukum, para ulama sepakat atas
diwajibkannya membaca salawat atas Nabi. Tetapi kemudian mereka berbeda
pendapat mengenai kapan dan berapa kali umat Islam diwajibkan membaca salawat.
Menurut Imam Malik, membaca salawat cukup sekali seumur hidup. Sedang menurut Imam
Syafi’i umat muslim wajib membaca salawat setiap kali dalam tasyahud (tahiyat)
akhir dalam masing-masing salat. Menurut ulama lain, wajib membaca salawat satu
kali dalam setiap majlis. Ada juga ulama lain yang berpendapat bahwa membaca
salawat wajib dilakukan setiap kali mendengar nama Nabi disebut. Ada pula yang
berpendapat wajib untuk memperbanyak bacaan salawat. Secara umum, membaca
salawat merupakan hal yang begitu agung dan tentu saja memiliki banyak
keutamannya.
Salawat sebagai penghantar ma’rifat kepada Allah bagi pengamalnya, dan
tidak diharuskan membutuhkan mursyid (guru). Hal ini karena guru dan sanadnya
(silsilahnya) langsung melalui Nabi (Hasyiyah Shawi al-Jalalayn). Ketentuan ini
berbeda dengan dzikir. Dzikir (selain salawat) harus melalui bimbingan guru
spiritual (mursyid) yang sudah mencapai derajat ma’rifat, jika
tidak demikian maka akan mudah dimasuki setan, dan pengamalannya akan sangat
sulit mendapat ma’rifat.
Keistimewaan serta buah dari salawat sangat banyak.
Dalam kitab Is’adur Rofiq, karangan
Syekh Muhammad Ibn Salim disebutkan, keistimewaan salawat antara lain turunnya
rahmat (anugerah), sarana penghapus dosa dan keburukan, mendatangkan hajat
(kebutuhan), menghilangkan problematika yang sulit dipecahkan, sebagai penerang
hati dan mendapat ridha Allah swt, mengetahui segala yang ghaib, menghilangkan
aura panas seseorang menjadi dingan dan menjadikan berwibawa.
Dengan demikian, membiasakan diri membaca salawat
jelas sangat penting. Ini mengingat begitu banyaknya manfaat yang bisa diraih.
Dalam konteks sekarang, makin banyaknya problem dalam kehidupan ini salah satu
hal yang dapat dilakukan adalah dengan semakin banyak membaca salawat. Semakin
banyak membaca salawat, selain sebagai bentuk cinta kepada Nabi juga sebagai
sarana memhon kepada Allah agar membuat hati kita lebih tenang dan lebih
nyaman. Dengan demikian, dalam menghadapi segala kesulitan dan tantangan akan
selalu melihat dengan jiwa yang positif .
Bahkan, fatwa Sayyid Bakri Ibn Muhammad Syata, menyatakan
salawat mengantarkan wushul kepada Allah swt serta dapat melimpahkan
rizki. Barang siapa yang memperbanyak salawat, maka jasadnya diharamkan Allah
dari api neraka. So, tak ada keraguan lagi kan dalam membaca
salawat!
Sebaiknya, orang yang membaca salawat hendaklah dalam
keadaan yang paling sempurna, yakni suci badannya, punya wudlu, menghadap
kiblat, menghayati keagungan baginda Nabi dengan bermaksud tercapainya
keingainan dan cita-cita, mengucapkan dengan tartil dan tidak tergesa-gesa
dalam mengucapkan kalimat-kalimatnya.
“Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatnya
bersalwat kepada Nabi . Wahai orang-orang yang beriman, bersalawatlah kepadanya
(Nabi) dan berilah salam sesungguh salam kepadanya. (Q.S. Al Ahzab: 56)
- Penulis adalah Ustadz Ma’had Qudsiyyah Kudus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar