Buku “Asal-usul Para Wali, Susuhunan, Sultan, dsb, di Indonesia”,
Jakarta, 1975, Penerbit tidak ada; hal 12.
Oleh Tharick Chehab Guru
Besar L.B. IAIN Jakarta
Keluarga Al Ba’abud:
Sayid Ahmad bin Muchsin
Ba’abud tiba dari Hadramaut di Pekalongan pada permulaan abad ke 19, dan
menikah dengan seorang puteri Regen Wiradesa. Anak cucunya Sayid Muhsin bin
Husain bin Ahmad Ba’abud bergelar Raden Suro Atmojo. Saudaranya Ahmad bergelar
Raden Suro Diputro.
Buku “Ulama Pembawa
Islam di Indonesia dan Sekitarnya”, Cet 2, jakarta, Pnerbit Lentera, 1999, hal
160
Oleh Drg. H. Muhammad
Syamsu As.
Sultan
Hamengku Buwono I wafat pada tahun 1792 M, lalu digantikan oleh putranya
Hamengku Buwono II (Sultan sepuh). Hamengku Buwono II ini cerdik, lincah,
berani dan tidak menyukai Belanda. Ketika sikapnya ini tampak oleh Belanda,
maka dipecatlah ia oleh Gubernur Jenderal (Hindia Belanda) Daendels.
Habib Alwi
Ba’abud adalah ulama Arab yang hidup saat itu. Salah seorang putri Sultan
Hamengku Buwono II, yaitu Bendoro Raden Ayu Samparwadi, kawin dengan Raden
Tumenggung Hassan Manadi, yang sebelumnya bernama Sayid Husein bin Habib Alwi
Ba’abud. Dari perkawinan ini lahir seorang putra yang ikut diasingkan ke
Penang, yang selanjutnya dipindahkan di pengasingan Ambon.
Ket:
-Sultan Hamengku Buwono
II diasingkan di Penang 1812-1816, kemudian dipindahkan ke Ambon.
- Hal 161 UPIIS:
Pada bulan Juli
1825 Gubernur Jendral de Kock diangkat sebagai peimpin tentara Belanda. Belanda
mengangkat kembali Sultan Hamengku Buwono II yang sudah diasingkan di Ambon
bertahta kembali dengan maksud agar bisa mempengaruhi cucundanya Pangeran
Diponegoro, sehingga mau menghentikan perlawan bersenjata. Usaha ini diketahui
dan idasari pangeran Diponegoro hingga siasat ini mnenemui kegagalan.
- Hal 12 APWSSI:
Satu cabang
dari keluarga Bin Yahya tiba di pulau Pinang pada permulaan abad 19, namanya
Tahir. Beliau menikah dengan seorang puteri dari keluarga Sultan Yogyakarta
(Sultan yang dibuang ke pulau Penang selama 1812-1816).
Sayid Tahir
datang ke Jawa tinggal di Semarang. Puteranya yang ketiga Ahmad, bergelar Raden
Sumodirjo yang kemudian tinggal di Pekalongan, memperisterikan seorang syarifah
dari keluarga Ba’abud. Puteranya Sayid Saleh bergelar Raden Sumodiputro. Sedang
satu-satunya puterinya menikah dengan seorang Sayid dari Hadramaut.
Sumber
http://baabud.blogdrive.com/archive/4.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar