TENTANG
Thoriqah At-Tijani
dikumpulkan
dari;
oleh
Ahmad Khoiron B-5
KATA PENGANTAR
الحمد لله الذى جعلنا من امة سيد
الانبياء والمرسلين وهدانا الي طريقة حتم الاولياء المحمد ييّن ، والصلاة والسلام
على سيدنا محمد الفاتح لجميع العالمين وشفيع المذنبين وقائد الغرالمحجلين وعلى اله
الابحر الكا ملين واصحا به الها د ين المهتد ين الى يوم الد ين ، ورضي الله تعالى
عن سيدنا وسندنا وقد وتنا دنيا واخرى ابىالعبا س أحمد بن محمد التجانى رضى الله
عنه وازواجه وذ ريته ومقد ميه واصحا به واحبا به من الانس والجا ن أجمعين ، وبعد:
Alhamdulillah dengan izin dan rahmat Allah Swt. revisi risalah singkat
tentang Thariqah At Tijany ini dapat kami selesaikan dan kami hadirkan
dihadapan sidang pembaca.
Risalah singkat ini kami susun dan kami persembahkan kepada segenap kaum
Muslimin khususnya kepada Ichwan Thariqah Tijany yang belum mampu membaca dari
sumber aslinya yang berbahasa Arab dan masih jarang ada terjemahannya. Oleh
karena itu semoga risalah ini dapat memberi bantuan pemahaman tentang hal-hal
pokok dalam Thariqah At Tijany baik bagi Ichwah Thariqah Tijany sendiri, juga
kaum Muslimin yang ingin mengetahuinya. Juga sebagai pelengkap bagi literature
yang telah ada.
Suatu yang penting yang harus diperhatikan oleh pembaca buku ini yaitu
pesan guru dan panutan kami Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany RA. :
اذا سمعتم عنى
شيئا فزنوه بميزان الشرع فما وافق فخذوه وما خالف فا تركوه
“Apabila kalian mendengar sesuatu dariku, maka timbanglah
dengan neraca syariat Islam (Alquran dan Hadits), maka apa yang cocok ambillah
dan yang tidak cocok tinggalkanlah “.
Jadi segala sesuatu yang berhubungan dengan Thariqah At Tijany baik syarat,
rukun maupun jaminan dan keutamaannya termasuk amalan-amalannya semuanya
dijamin tidak ada yang keluar dari garis dan rujukan utama yaitu Al-Qur’an dan
Hadits An Nabawiah. dalam kitab jawahirul Ma’ani Sayyidi Syeikh Ahmad bin
Muhammad At Tijany RA. menyatakan :
ولنا قاعد ة
واحد ةعنهاتنبئ جميع الاصول : انه لاحكم
الالله ورسوله ، ولا عبرة في الحكم الا بقول الله وقول رسوله صلى الله عليه وسلم
،وأن اقاويل العلماء كلها با طلة الا ما كا ن مستندا لقول الله او قول رسوله
صلىالله عليه وسلم وكل قول لعالم لا مستند له من القرآن ولا من قول رسول الله
صلىالله عليه وسلم فهو با طل وكل قولة لعالم جاءت مخالفة لصريح القرآن المحكم
ولصريح قول رسول الله صلى عليه وسلم فحرام الفتوى بها وان دخلت فى كتب الفقه لان
الفتوى بالقول المخالف لنص القرآن أو الحد يث كفر صريح مع العلم به ،
قا ل الله عز وجل “ومن لم يحكم بما انزل
الله فاولئك هم الكا فرون” وقا ل صلى الله عليه
وسلم “من أ حد ث فى أمرنا هذ ا ما ليس منه فهو راد” (جواهر
المعاني وبلوغ الاماني : 2/ 195-196)
Dan kami hanya punya
satu pedoman / qoidah sebagai dasar dari semua usul. Bahwasanya tidak ada hukum
kecuali kepunyaan Allah Swt. dan Rasulnya Saw. bahwasanya tidak ada ibarat
dalam hukum kecuali firman Allah Swt. dan sabda Rasulullah Saw. Bahwasanya
semua pendapat Ulama itu Batal (ditolak) kecuali berlandaskan Al Qur’an dan Al
Hadits. Semua perkataan orang berilmu batal kecuali berlandaskan Al Qur’an dan
Al Hadits, dan tiap-tiap pendapat orang berilmu yang bertentangan dengan Al
Aqur’an yang shorih dan muhkam dan bertentangan pula dengan Hadits yang shohih,
maka haram di fatwakan, walaupun pendapat tersebut dimasukkan dalam kitab kitab
Fiqh. Karena fatwa yang diucapkan dengan sadar dan tahu kalau hal tersebut
menyalahi Nas Al Qur an dan Hadits, maka itu (salah satu bentuk) kekafiran yang
nyata. Allah SWT berfirman; ”Barangsiapa yang tidah bertahkim dengan apa yang
diturunkan Allah ( Al Quran) maka mereka adalah orang orang kafir”. Dan Sabda
Rasulullah SAW; “Barangsiapa yang mengada ada ( hal yang baru) dalam urusan
kami ini (Agama Islam), sedangkan hal tersebut tidak ada dalam Islam, maka hal
tersebut ditolak.” – (Jawahirul ma’ani : 2/195-196)
Oleh karena itu kami berpesan :
1.
Bacalah risalah ini dengan hati yang jernih dan terlepas dari interes dan
intrik, baik pribadi maupun golongan, suka dan tidak suka, apalagi ambisi
duniawi, iri dengki dan lain-lain, jika saudara bertemu dengan sesuatu yang
tidak masuk akal, jangan langsung menolak dan ingkar. karena kemampuan akal itu
sendiri yang memang terbatas (akal tidak mampu menjangkau) rahasia rahasia
ketuhanan. Yang mampu menjangkau hanyalah pandangan hati yang bersih dan
berlandaskan iman. misalnya tentang keutamaan Thoriqoh At Tijany. Kalau hanya
dicerna dengan akal saja, jelas tidak bisa diterima, karena akal tidak bisa
menjangkau masalah sejauh itu. Tapi kalau dicerna dengan hati yang penuh iman,
lebih dari itupun menjadi sesuatu yang mumkin
sebagaimana firman Allah
Swt. :
قا ل الله تعا لى : ذلك
فضل الله يؤتيه من يشاء والله ذ و الفضل العظيم . الجمعة
۴
Demikian itu adalah
karunia Allah Swt. diberikannya kepada siapa saja yang dikehendaki-Nya dan
Allah mempunyai karunia yang sangat besar. ( Al Jum’ah 4)
Jika saudara menemukan hal-hal yang
muskil dalam risalah ini, hendaklah bertanya kepada para Kyai / Ulama /
Muqoddam Thariqoh At Tijany atau pada orang yang mengerti (membidangi
masalah-masalah Tasawwuf) dan jujur, sehingga saudara dapat penjelasan atau
petunjuk yang benar.
1.
Jika saudara pembaca tertarik dan ingin mengamalkan Thariqah At Tijany,
hendaklah datang dan berkonsultasi terlebih dahulu kepada salah satu Ichwan
(orang yang sudah mengamalkan) Thariqah At Tijany yang mengerti dan bisa
memberikan penjelasan, atau langsung kepada Muqoddam Thariqah At Tijany
terdekat, baru setelah mendapat izin baiat yang syah maka amalkanlah. Jika
tidak demikian sama halnya saudara dengan mempunyai dan menggunakan senjata api
tanpa izin. Jadi “ dilarang keras mengamalkan dan menyebarkan wirid Thariqah At
Tijany dan Thariqah apapun tanpa izin dan baiat yang syah dan sambung sanadnya
sampai pada Rasulullah Saw.”
2. Jika saudara telah masuk kedalam Thariqah At Tijany
(sudah mendapat izin dan baiat yang syah dan sambung sampai pada Rasulullah
Saw). sama halnya saudara memasuki jalan raya yang padat jalur satu arah. Jadi
harus jalan terus tidak boleh berhenti apalagi balik arah, kalau itu dilakukan
akan berakibat fatal. sebagaimana pesan Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At
Tijany RA.
وان كل من دخل في زمرتنا وخرج منها الى غيرها : طرد
ه الله عن حضرته وسلبه ما منحه من محبتنا ويموت كا فرا والعيا ذ با لله من مكر
الله ولا يفلح ابد ا ولا ينفعه ولى من الاولياء كائنا ماكا ن وهذ ا بوعد صا د ق
منه صلى الله عليه وسلم الينا (الفيض الرباني:27)
Sesungguhnya setiap orang
yang masuk golongan kami kemudian keluar dan masuk Thariqah lainnya, Allah Swt
. campakan orang itu dari hadrahNya dan mencabut semua pemberianNya yang
disebabkan karena cintanya kepadaku (Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At
Tijany) dan akan mati kafir. Dan kami berlindung dari murkaNya. Dan orang itu
tidak akan beruntung selamanya. Dan tak seorang walipun yang yang ada dimuka
bumi ini yang bisa membantunya. Dan ini adalah janji yang benar dari Baginda
Rasulullah Saw. kepada kami (Syeikh Ahmad At Tijany). (Al Faidlur Rabbani ; 27)
Kami sampaikan terima kasih kepada
guru dan pembimbing kami tercinta : K.H. Badri Masduqi dan Habib Ja’far bin Ali
Baharun yang telah mentashih dan merestui pencetakan buku ini, juga kepada
sahabat dan saudara kami Ustadz M. Aryono, ustadz Baidhowi serta para ichwan
dan semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungan baik secara muril
maupun materiil demi suksesnya penerbitan buku ini.
Akhirnya hanya kepada Allah SWT kami
berserah diri dan kepada-Nya pula kami mohon taufiq, hidayah dan inayah serta
keikhlasan hati untuk menempuh jalan penuh makna dalam mendekatkan diri
kepada-Nya. Kritik dan saran pembaca, utamanya dari para Masayikh sangat kami
harapkan demi sempurnanya risalah ini,
Jakarta, Shafar 1427 H.
KH. Drs. M. YUNUS A. HAMID
BAB I
DASAR DASAR PENGERTIAN
MENGENAI
SYARIAT, THARIQAH, HAQIQAH
DAN MA’RIFAH
Dalam kehidupan sehari-hari sering
kita dengar istilah-istilah agama yang kadang-kadang pengertian masyarakat
masih rancu, istilah tersebut antara lain :
- Syariat
- Thariqah
- Haqiqah
- Ma’rifah
Ad. 1. Syariat :
Adalah hukum Islam yaitu Al qur’an
dan sunnah Nabawiyah / Al Hadist yang merupakan sumber acuan utama dalam semua
produk hukum dalam Islam, yang selanjutnya menjadi Madzhab-madzhab ilmu Fiqih,
Aqidah dan berbagai disiplin ilmu dalam Islam yang dikembangkan oleh para ulama
dengan memperhatikan atsar para shahabat ijma’ dan kiyas. Dalam hasanah ilmu
keislaman terdapat 62 madzhab fiqh yang dinyatakan mu’tabar (Shahih dan bisa
dipertanggung jawabkan kebenarannya) oleh para ulama. Sedangkan dalam hasanah
ilmu Tuhid (keimanan), juga dikenal dengan ilmu kalam. Ahirnya ummat Islam
terpecah menjadi 73 golongan / firqah dalam konsep keyakinan. Perbedaan ini
terdiri dari perbedaan tentang konsep konsep, baik menyangkut keyakinan tentang
Allah SWT, para malaikat, kitab kitab Allah, para Nabi dan Rasul, Hari Qiamat
dan Taqdir.
Namun dalam masalah keimanan
berbeda dengan Fiqih. Dalam Fiqh masih ada toleransi atas perbedaan selama
perbedaan tersebut tetap merujuk pada Al Qur’an dan Sunnah, dan sudah teruji
kebenarannya serta diakui kemu’tabarannya oleh para ulama yang kompeten. Akan
tetapi dalam konsep keimanan, dari 73 golongan yang ada, hanya satu golongan
yang benar dan menjadi calon penghuni surga, yaitu golongan yang konsisten /
istiqamah berada dibawah panji Tauhidnya Rasulullah SWA dan Khulafa Ar
Rasyidiin Al Mahdiyyin yang selanjutnya dikenal dengan Ahlu As Sunnah wal
Jamaah. Sedangkan firqah / golongan lainnya dinyatakan sesat dan kafir. Jika
tidak bertaubat maka mereka terancam masuk dalam neraka. Na’udzubillah.
Ad. 2. Thariqah :
Adalah jalan / cara / metode
implementasi syariat. Yaitu cara / metode yang ditempuh oleh seseorang dalam
menjalankan Syariat Islam, sebagai upaya pendekatannya kepada Allah Swt. Jadi
orang yang berthariqah adalah orang yang melaksanakan hukum Syariat, lebih
jelasnya Syariah itu hukum dan Thariqah itu prakteknya / pelaksanaan dari hukum
itu sendiri.
Thariqah ada 2(dua) macam :
- Thariqah ‘Aam : adalah melaksanakan hukum Islam sebagaimana masyarakat pada umumnya, yaitu melaksanakan semua perintah, menjauhi semua larangan agama Islam dan anjuran anjuran sunnah serta berbagai ketentuan hukum lainnya sebatas pengetahuan dan kemampuannya tanpa ada bimbingan khusus dari guru / mursyid / muqaddam.
- Thariqah Khas : Yaitu melaksanakan hukum Syariat Islam melalui bimbingan lahir dan batin dari seorang guru / Syeikh / Mursyid / Muqaddam. Bimbingan lahir dengan menjelaskan secara intensif tentang hukum-hukum Islam dan cara pelaksanaan yang benar. Sedangkan bimbingan batin adalah tarbiyah rohani dari sang guru / Syeikh / Mursyid / Muqaddam dengan izin bai’at khusus yang sanadnya sambung sampai pada Baginda Nabi, Rasulullah Saw. Thariqah Khas ini lebih dikenal dengan nama Thariqah as Sufiyah / Thariqah al Auliya’.Thariqah Sufiyah yang mempunyai izin dan sanad langsung dan sampai pada Rasulullah itu berjumlah 360 Thariqah. Dalam riwayat lain mengatakan 313 thariqah. Sedang yang masuk ke Indonesia dan direkomendasikan oleh Nahdlatul Ulama’ berjumlah 44 Thariqah, dikenal dengan Thariqah Al Mu’tabaroh An Nahdliyah dengan wadah organisasi yang bernama Jam’iyah Ahlu Al Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah.
Dalam kitab Mizan Al Qubra yang
dikarang oleh Imam Asy Sya’rany ada sebuah hadits yang menyatakan :
ان شريعتي جا ئت على ثلاثما ئة وستين طريقة ما سلك احد طريقة منها الا نجا .( ميزان الكبرى للامام الشعرني : 1 / 30)
“Sesungguhnya
syariatku datang dengan membawa 360 thariqah (metoda pendekatan pada Allah),
siapapun yang menempuh salah satunya pasti selamat”. (Mizan Al Qubra: 1 / 30 )
Dalam riwayat hadits yang lain
dinyakan bahwa :
ان شريعتي جائت على ثلاثمائة وثلاث عشرة طريقة لا تلقى العبد بها ربنا الا دخل
الجنة ( رواه الطبرني )
“Sesungguhnya
syariatku datang membawa 313 thariqah (metode pendekatan pada Allah), tiap hamba
yang menemui (mendekatkan diri pada) Tuhan dengan salah satunya pasti masuk
surga”. (HR. Thabrani)
Terlepas dari perbedaan redaksi dan
jumlah thariqah pada kedua riwayat hadits diatas, mau tidak mau, suka atau
tidak suka, kita harus percaya akan adanya thariqah sebagaimana direkomendasi
oleh hadits tersebut. Kalau tidak percaya berarti tidak percaya dengan salah
satu hadits Nabi SAW yang Al Amiin (terpercaya dan tidak pernah bohong). Lalu
bagaimana hukumnya tidak percaya pada Hadits Nabi yang shahiih?
Dari
semua thariqah sufiyah yang ada dalam Islam, pada perinsip pengamalannya
terbagi menjadi dua macam. Yaitu thariqah mujahadah dan Thariqah Mahabbah.
Thariqah mujahadah adalah thariqah / mitode pendekatan kepada Allah SWT dengan
mengandalkan kesungguhan dalam beribadah, sehingga melalui kesungguhan
beribadah tersebut diharapkan secara bertahap seorang hamba akan mampu menapaki
jenjang demi jenjang martabah (maqamat) untuk mencapai derajat kedekatan disisi
Allah SWT dengan sedekat dekatnya. Sebagian besar thariqah yang ada adalah
thariqah mujahadah.
Sedangkan
thariqah mahabbah adalah thariqah yang mengandalkan rasa syukur dan cinta,
bukan banyaknya amalan yang menjadi kewajiban utama. Dalam perjalanannya menuju
hadirat Allah SWT seorang hamba memperbanyak ibadah atas dasar cinta dan syukur
akan limpahan rahmat dan nikmat Allah SWT, tidak ada target maqamat dalam
mengamalkan kewajiban dan berbagai amalan sunnah dalam hal ini. Tapi dengan
melaksanakan ibadah secara ikhlash tanpa memikirkan pahala, baik pahala dunia
maupun pahala ahirat , kerinduan si hamba yang penuh cinta pada Al Khaliq akan
terobati. Yang terpenting dalam thariqah mahabbah bukan kedudukan / jabatan
disisi Allah. tapi menjadi kekasih yang cinta dan dicintai oleh Allah SWT.
Habibullah adalah kedudukan Nabi kita Muhammad SAW. (Adam shafiyullah, Ibrahim
Khalilullah, Musa Kalimullah, Isa Ruhullah sedangkan Nabi Muhammad SAW
Habibullah). Satu satunya thariqah yang menggunakan mitode mahabbah adalah
Thariqah At Tijany.
Nama-nama thariqah yang masuk ke
Indonesia dan telah diteliti oleh para Ulama NU yang tergabung dalam Jam’iyyah
Ahluth Thariqah Al Mu’tabarah Al Nahdliyah dan dinyatakan Mu’ tabar (benar –
sanadnya sambung sampai pada Baginda Rasulullah SAW), antara lain :
1.
Umariyah
23. Usysyaqiyyah
2.
Naqsyabandiyah
24. Bakriyah
3.
Qadiriyah 25.
Idrusiyah
4.
Syadziliyah 26.
Utsmaniyah
5.
Rifaiyah
27. ‘Alawiyah
6.
Ahmadiyah
28. Abbasiyah
7.
Dasuqiyah
29. Zainiyah
8.
Akbariyah 30.
Isawiyah
9.
Maulawiyah
31. Buhuriyyah
10.
Kubrawiyyah 32.
Haddadiyah
11.
Sahrowardiyah 33.
Ghaibiyyah
12.
Khalwatiyah
34. Khodiriyah
13.
Jalwatiyah
35. Syathariyah
14.
Bakdasiyah
36. Bayumiyyah
15.
Ghazaliyah
37. Malamiyyah
16.
Rumiyah
38. Uwaisiyyah
17.
Sa’diyah
39. Idrisiyah
18.
Jusfiyyah 40.
Akabirul Auliya’
19.
Sa’baniyyah
41. Subbuliyyah
20.
Kalsaniyyah
42. Matbuliyyah
21.
Hamzaniyyah 43.
TIJANIYAH
22.
Bairumiyah
44. Sammaniyah.
*/
Diambil dari buku hasil keputusan Kongres & Mubes Jam’iyah Ahli Thariqah
Mu’tabaroh An Nahdliyah, pada hasil Mu’tamar kedua di Pekalongan tanggal 8
Jumadil Ula 1379 H / 9 November 1959. halaman 25.
Ad.3.
Haqiqah
Yaitu
sampainya seseorang yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. di depan pintu
gerbang kota tujuan, yaitu tersingkapnya hijab-hijab pada pandangan hati
seorang salik (hamba yang mengadakan pengembaraan batin) sehigga dia mengerti
dan menyadari sepenuhnya Hakekat dirinya selaku seorang hamba didepan TuhanNya selaku
Al Kholiq Swt. bertolak dari kesadaran inilah, ibadah seorang hamba pada lefel
ini menjadi berbeda dengan ibadah orang kebanyakan. Kebanyakan manusia
beribadah bukan karena Allah SWT, tapi justru karena adanya target target hajat
duniawi yang ingin mereka dapatkan, ada juga yang lebih baik sedikit niatnya,
yaitu mereka yang mempunyai target hajat hajat ukhrawi (pahala akhirat) dengan
kesenangan surgawi yang kekal.
Sedangkan
golongan Muhaqqiqqiin tidak seperti itu, mereka beribadah dengan niat semata mata
karena Allah SWT, sebagai hamba yang baik mereka senantiasa menservis majikan /
tuannya dengan sepenuh hati dan kemampuan, tanpa ada harapan akan gaji /
pahala. Yang terpenting baginya adalah ampunan dan keridhaan Tuhannya semata.
Jadi tujuan mereka adalah Allah SWT bukan benda benda dunia termasuk surga
sebagaimana tujuan ibadah orang kebanyakan tersebut diatas.
Ad.4.
Ma’rifah
Adalah
tujuan akhir seorang hamba yang mendekatkan diri kepada Allah Swt. (salik)
Yaitu masuknya seorang salik kedalam istana suci kerajaan Allah Swt. ( wusul
ilallah Swt). sehingga dia benar benar mengetahui dengan pengetahuan langsung
dari Allah SWT. baik tentang Tuhannya dengan segala keagungan Asma’Nya, Sifat
sifat, Af’al serta DzatNya. Juga segala rahasia penciptaan mahluk diseantero
jagad raya ini. Para ‘Arifiin ini tujuan dan cita cita ibadahnya jauh lebih
tinggi lagi, Mereka bukan hanya ingin Allah SWT dengan Ampunan dan
keridhaanNYa, tapi lebih jauh mereka menginginkan kedudukan yang terdekat
dengan Al Khaliq, yaitu sebagai hamba hamba yang cinta dan dicintai oleh Allah
SWT.
Catatan
:
Untuk
poin 1 dan 2 (syariah dan Thariqah) kita bisa mempelajari teori dan praktek
secara langsung, baik melalui membaca kitab-kitab / buku-buku maupun melalui
pelajaran-pelajaran (ta’lim) dan pendidikan (Tarbiyah) bagi ilmu Thariqah.
Sedangkan Haqiqah dan ma’rifah pada prinsipnya tidak bisa dipelajari sebagai
mana Syariah dan Thariqah karena sudah menyangkut Dzauqiyah.
Haqiqah
dan ma’rifah lebih tepatnya merupakan buah / hasil dari perjuangan panjang
seorang hamba yang dengan konsisten (istiqamah) mempelajari dan menggali
kandungan syariah dan mengamalkanya dengan ikhlash semata mata karena ingin
mendapatkan ridha dan ampunan serta cinta Allah SWT.
Perumpamaan
yang agak dekat dengan masalah ini adalah : ibarat satu jenis makanan atau
minuman ( misalnya nasi rawon ). Resep masakan nasi rawon yang menjelaskan
bahan bahan dan cara membuat nasi rawon itu sama dengan Syariah. Bimbingan
praktek memasak nasi rawon itu sama dengan Thariqah. Resep dan praktek masak
nasi rawon ini bisa melalui buku dan mempraktekkan sendiri (ini thariqah ‘am )
sedangkan resep dan praktek serta bimbingan masak nasi rawon dengan cara kursus
pada juru masak yang ahli (itu namanya Thariqah khusus). Makan nasi rawon dan
menjelaskan rasa / enaknya ini sudah haqiqah dan tidak ada buku panduannya,
demikian juga makan nasi rawon dan mengetahui secara detail rasa, aroma,
kelebihan dan kekurangannya itu namanya ma’rifah. Haqiqah dan ma’rifah ini
tidak ada buku / kitabnya.
Thariqah At Tijany adalah
salah satu dari Thariqah al Auliya‘ / Thariqah al Sufiyah yang dirintis oleh
seorang wali besar akhir zaman Yaitu Sayyidi Syekh Al Qutbi Al Maktum Wal
Khatmi Al Muhammady Al Ma’lum Ahmad bin Muhammad At Tijany Radhiyallaahu anhu.
At Tijany adalah nama sebuah suku tempat asal kelahiran dan keluarga besar
beliau yaitu suku Tijanah di daerah Ainul Madi, Fas Maroko (Magribi al aqsha).
- Nasab Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany RA.
Beliau
adalah seorang bangsawan yang tergolong trah Ahlul Baiti Rasulullah Saw. dengan nasab dari Siti
Fatimah dan Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallaahu Wajhahu (ba’Alawi /
Alawiyyin) dari garis Sayyidina Hasan (Al Hasany). Beliau keturunan ke 24 dari
Rasulullah Saw. lengkapnya adalah : Ahmad bin Muhammad bin Mukhtar bin Ahmad bin
Muhammad bin Salim bin Al ‘iid bin Salim bin Ahmad Al Alwany bin Ahmad bin Ali
bin Abdillah bin Abbas bin Abdil Jabbar bin Idris bin Ishaq bin Zainal ‘Abidin
bin Ahmad bin Muhammad An Nafsiz Zakiyyah bin Abdullah al Kamil bin Hasan Al
Mutsanna bin Hasan As Sibti bin Ali bin Abi Tholib dari Syyidah Fatimah Al
Zahra Al Batul binti Rasulullah Saw.
Ibu beliau
adalah seorang wanita shalihah, Sayyidah Aisyah binti Sayyid Al Jalil Abi
Abdullah bin Sanusi At Tijany Al Madhowi, Al Madhowi bernisbat pada desa Ain Al
Madi sebuah desa yang terkenal di Gurun Sahara timur kota Maroko di Magribil
Aqsha ( Afrika barat). */ Al Faidlur Rabbani : 5 – 6.
- Biografi singkat Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany RA.
- Beliau dilahirkan tahun 1150 H
- Hafal Al Qur’an dengan sempurna ketika berumur 7 tahun .
- Beliau sibuk menuntut ilmu dzahir sampai berumur 20 tahun, dan sudah dipercaya dan berhak mengeluarkan fatwa (Mufti) sejak masih muda yaitu ketika berumur 16 tahun.
- Kedua orang tua beliau wafat tahun 1166 H, ketika umur beliau 16 tahun .
- Sejak Umur 21 tahun beliau mendalami Ilmu-ilmu Tashawwuf dan banyak mengunjungi wali-wali besar dizamannya.
- Pada tahun 1186 H. beliau menunaikan ibadah Haji dan ziarah ke makam As Syarif Rasulullah Saw. dan dalam kesempatan itu pula beliau mengunjungi wali-wali besar baik selama perjalanan berangkat menuju Makkah dan Madinah juga ketika beliau tinggal di kedua kota suci tersebut, serta dalam perjalanan pulangnya.
- Wali-wali besar yang beliau temui antara lain :
- Abu Muhammad At Tayyib bin Muhammad bin Abdillah.
- Sayyid Muhammad Al Wanjali digunung Zabib mengatakan : engkau pasti mencapai maqam / pangkatnya As Syadily.
- Sayyidi Abdullah bin Al Araby bin Muhammad Al Andalusi yang mengatakan kepada beliau :
الله يأ حذ بيد ك ، الله يأ حذ بيد ك ،
الله يأ حذ بيد ك ،
Allah yang membimbingmu 3X.
4. Abu
Abbas Ahmad At Thawasy.
5. Abu
Abdillah bin Abdir Rahman Al Azhary darinya beliau mendapat talkin thoriqoh
Holwatiyah.
6. Sayyid
Mahmud Al Kurdi yang pada awal pertemuannya mengatakan:
أنت محبوب عند الله في الدنيا والآ خرة
Kamu adalah kekasih Allah Swt. di dunia dan Akhirat.
- 7. Syaikhul Imam Abil Abbas Sayyidi Muhammad bin Abdillah An Hindi, darinya beliau mendapat ilmu, asror, hikmah dan cahaya, tanpa melalui pertemuan, cukup melalui risalah yang di sampaikan oleh khodamnya, yang menegaskan bahwa : “Engkau yang mewarisi ilmuku, Asrorku, Wibawaku dan Cahayaku”.
- 8. Al Quthbil Kabir As Samman RA. yang memberi tahu bahwa dia adalah Al Quthbul Jami’.
Pada tahun
1196 H. beliau menuju Qasra Abi Samghun dan syalalah di gurun Sahara bagian
timur. pada tahun tersebut beliau mendapat Fathul Akbar yaitu bertemu langsung
dengan Rasulullah Saw. dalam sadar / tidak tidur / bukan mimpi. ketika bertemu
langsung dengan Rasulullah Saw tersebut. beliau mendapat amanat wirid Istigfar
100x dan sholawat 100x untuk ditalqinkan kepada semua orang yang ingin kembali
dan mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Dalam
kesempatan itu pula Rasulullah menjelaskan kepada beliau bahwa : “Tidak ada
karunia bagi mahluk atas kamu dari para masyayikh Thariqah. Maka akulah
(Rasulullah) sesungguhnya yang menjadi guru dan pembimbing kamu, oleh karena
itu tinggalkan semua wirid yang kamu ambil dari Thariqah Thariqah lain.
Pada tahun
1200 H. Rasulullah Saw. menyempurnakan wirid Thariqah At Tijany dengan Hailalah
100x, dan Rasulullah menjamin kepada Syeikh Ahmad At Tijany RA dengan sabdaNya
: “ Engkau ya Ahmad adalah pintu keselamatan bagi orang-orang yang berdosa yang
ingin kembali kejalan Allah dengan mengikutiMu”.
Sejak saat
itulah beliau turun kelapangan da’wah dan dari segala penjuru, banyak orang
yang menyambut dan mengikuti da’wahNya.
- Kemudian beliau pindah ke kota Fas dan tinggal disana berjihad dan dakwah serta menjadi penasehat Raja sampai akhir hayatnya.
- Pada hari kamis 17 Syawwal 1230 H. pada usia 80 tahun, setelah menunaikan sholat subuh, beliau berbaring miring kesamping kanan , beliau minta air dan meminumnya, setelah beliau berbaring kembali sebagaimana semula maka berangkatlah ruh suci beliau menemui Dzat Al Khaliq, kekasih dan pujaanNya selama hidup dengan dijemput manusia terkasih guru besar pembimbing ruhani dan Datuknya, Rasulullah Saw.
- Beliau dimakamkan di kota Fas – Maroko.
( Riwayat
beliau yang lebih lengkap baca buku Sayyidul Auliya’ Sayyidi Syeikh Ahmad At
Tijany dan Thariqahnya yang disusun oleh K.H. Fauzan Adziman Fathullah
Sidogiri).
3. Keutamaan dan Karomah
Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany ra.
- Karomah adalah sesuatu yang keluar dari adat kebiasaan yang terjadi pada diri seseorang wali Allah Swt. sebagai kelanjutan dari Mu’ jizat para Nabi.
- Keutamaan dan Karomah Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany sangat banyak dan tampak sejak kecil, baik kekeramatan Ma’nawy maupun Hissy ( tanpak Lahiriah).
Kekeramatan Ma’nawy jauh lebih tinggi nilainya, antara
lain :
- Beliau sangat besar perhatian dan patuhnya terhadap Syariat Islam Lahir dan batin, dalm segala aspeknya, dalam segala hal ihwal menjiplak / taqlid pada Rasulullah Saw. jadi tidak nyeleneh-nyeleneh / berbuat macam-macam yang membuat orang bingung, bahkan beliau bersabda : “ Barang siapa mendengar sesuatu dariku cocokanlah dengan timbangan Syar’i (Al Qur’an dan Sunnah), jika cocok ambillah jika tidak tinggalkanlah”.
- Bisa melihat dan selalu bersama Rasulullah Saw., dalam keadaan sadar tidak pernah terhalang dengan beliau walau sekejap mata dan beliau selalu mendapat bimbingan dari Rasulullah Saw. dalam segala hal ikhwalnya.
- Barang siapa bertemu / bermimpi beliau (Syeikh Ahmad At Tijany) pada hari senin atau jum’at masuk surga tanpa hisab dan tanpa di siksa atas jaminan Rasulullah Saw. dari Allah Swt.
- Syeikh Ahmad At Tijany RA. dapat melakukan dzikir, menemui tamu dan berfatwa pada umat dan menulis dalam waktu dan tempat yang sama tanpa merasa sibuk.
- Beliau menguasai semua ilmu yang manfaat, sehingga mampu menjawab dan membahas semua masalah yang diajukan kepadanya dengan mudah dan tepat serta sangat memuaskan. Digambarkan seakan akan ada papan (yang berisi semua ilmu) dihadapannya.
- Syeikh Ahmad At Tijany adalah pemegang mahkota kewalian tertinggi yaitu Al Khatmul Aulia’ Al Muhammady, sebagai mana Rasulullah Saw. adalah Al Khatmul Anbiya’. Dari beliaulah (Syeikh Ahmad At Tijany RA.) semua wali Allah sejak dari zaman Nabi Adam sampai hari kiamat mendapat aliran / masyrab ilmu kewalian , Fuyudlat dan Tajalliat serta Asror-Asror yang mengalir dari Rasulullah Saw. baik mereka menyadari atau tidak,sebagaimana para nabi terdahulu, mereka mendapat Masyrab ilmu kenabian dari Rasulullah Saw. selaku Khatmul Anbiya’. (lebih jelas silahkan pelajari Ar Rimah Juz 2/17)”. Al Masyrabul Kitmani”.
- Beliau mengetahui “Ismul A’dzam” dan berdzikir dengannya
Dan masih
banyak lagi karomah beliau yang tidak disebutkan dalam buku singkat ini.
Adapun Karomah Hissiyah Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad
At Tijany sangat banyak, diantaranya adalah :
- Ketika beliau dilantik “ Wali Al Quthbaniatul ‘Udzma”, pada bulan Muharram 1200 H. oleh Rasulullah Saw. rumah beliau dikota Fas Maroko (Afrika paling barat /Magribi), sedangkan pelaksanaan pelantikannya dijabal Rahmah Padang Arafah. (dapat menempuh jarak perjalnan jauh dalam sekejap).
- Beliau bisa menampakan diri dan memberikan bimbingan pada murid-muridnya di berbagai tempat yang berbeda dan berjauhan dalam waktu yang sama.
- Pada bulan Muharram 1279 H. (49 tahun setelah beliau wafat) dimana pada saat itu terjadi kekeringan yang panjang dan sangat sulit air. dari kubur beliau memancar keluar air susu yang sangat lezat dan banyak, sehingga banyak orang berbondong-bondong datang untuk mengambil dan meminumnya, sampai saat ini susu tersebut masih ada tersisa (dimusiumkan) dan tetap tidak mengalami perubahan / tidak basi.
- Rasulullah Saw. sangat mencintai Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. melebihi cinta seorang ayah kepada seorang anaknya.
- Barang siapa yang cinta kepada Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. tidak akan mati kecuali telah menyandang predikat wali Allah.
- Barang siapa mencela / mencerca / menghujat Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. kemudian tidak bertobat akan mati kafir ( hal ini jaminan dan peringatan langsung dari Rasulullah Saw).
وقا ل لى : يا احمد ان من
سبك ولم يتب لا يموت الا كا فرا وان حج وجا هد ، قلت له يا رسول الله ان العا رف
با لله سيد ى عبد الرحمن الشا مى ذ كر ان الحج لا يموت على سوء الخا تمه ،قا ل لى
سيد ى الوجود : يا ا حمد من سبك ولم يتب ما ت كا فرا ولوحج وجا هد ، يا ا
حمد كل من سعى في
هلا كك فأنا غضبا ن عليه ولم تكتب له
صلاته ولاتنفعه ،
( الفيض الرباني : 28 )
“Berkata kepadaku Rasulullah Saw. : Ya Ahmad, sesungguhnya
barang siapa mencelamu dan tidak bertobat tidak akan mati kecuali dalam
kekafiran, walau haji dan berjihad. Saya berkata : Ya Rasulallah, sesungguhnya
Al ‘Arif billah Sayyidy Abdurrahman As Syami mengatakan bahwa orang yang haji
tidak akan mati su’ul khatimah, berkata kepadaku Sayyidul Wujud Rasulullah Saw.
: Ya Ahmad, barang siapa mencelamu dan tidak bertobat, maka ia pasti mati kafir
walaupun ia haji dan berjihad. Ya Ahmad barang siapa yang berusaha
mencelakakanmu akulah yang marah kepadanya, dan tidak akan dicatat sholatnya,
serta tidak akan membawa manfaat baginya”.
(al Faidl al Rabbani : 28).
Hal
tersebut diatas sesuai dengan hadits qudsi :
من عا د ى لى وليا فقد اذنته با لحرب . ( رواه البخاري )
“Barang siapa menyakiti wali-Ku, maka kuumumkan perang
kepadanya”.(HR. Buhori).
Adakah
orang yang mampu dan menang jika perang melawan Allah Swt ?
Dan masih
banyak lagi karomah-karomah lain dan masyhur, diantara para sahabat dan
murid-muridnya
4. Amalan-amalan dalam
Thariqah At Tijany
Ada 2
(dua) macam amalan dalam Thariqah At Tijany, antara lain :
- Auradul Laazimah / wirid wajib, yang harus di amalkan oleh murid / Ihwan Thariqah At Tijany, diantaranya :
- Wirid Laazim, yaitu :
- Istigfar 100x
- Sholawat 100x (Al Afdlal Sholawat Al Fatih)
- Hailalah (laailaaha illallah) 100x
Dikerjakan
2x sehari semalam, pagi dan sore. Pagi dimulai selesai sholat subuh sampai
waktu ashar paling lambat sampai maghrib. Kalau belum sempat dikerjakan (ada
udzur syar’i) bisa di qodha’ dimalam hari. Untuk wirid sore dimulai selesai
sholat ashar sampai terbit fajar. Untuk wirid pagi hari bisa di takdim yaitu
dilakukan malam hari dengan catatan harus selesai sebelum masuk waktu shalat
subuh.
- Dzikir Wadzifah, yaitu :
·
o
- Istigfar 30x
- Sholawat Al fatih 50x (tidak bisa diganti dengan shalawat lain)
- Hailalah (laailaaha illallah)100x
- Shalawat Jauharotul kamal 12x (bisa diganti Shalawat Al Fatih 20x)
Dikerjakan
1x dalam sehari semalam, jika mampu Istiqomah bisa 2x sehari semalam, waktunya
tidak mengikat dari selesai sholat ashar s/d waktu ashar esoknya. ( Al afdhol
malam hari bagi yang melazimkan 1x sehari semalam).
c. Dzikir
Hailalah (laailaaha illallah) sebanyak 1000 / 1200 / 1600x. atau
tanpa hitungan sampai menjelang adzan maghrib, dikerjakan satu minggu sekali,
yaitu setiap hari jum’at selesai sholat ‘ashar. Diutamakan dzikir secara
berjama’ah jika tidak ada udzur Syar’i. caranya berjama’ah dzikir wadzifah
dulu, lalu dzikir Hailalah, diutamakan lagi agar selesai pas menjelang adzan
maghrib.
Catatan :
- Untuk wirid Lazimah dan dzikir wadzifah jika udzur dan tidak dilaksanakan, misalnya dalam perjalanan dan sebagainya , maka wajib qadla’. Sedangkan dzikir hailalah jum’at tidak wajib qadla’, Cuma jangan sampai dilalaikan, karena meninggalkan wirid sebab lalai itu dosa besar.
- Orang yang sakit parah dan tidak mampu melaksanakan wirid juga orang yang haid dan nifas tidak wajib qadla’.
- Dalam melaksanakan wirid harus tartil dan tertib urutan-urutannya jadi tidak boleh diubah, dikurangi maupun ditambah, kalau terjadi kelalaian sampai lebih misalnya hailalah, sholawat, atau istigfar walaupun hanya satu, maka wajib bayar denda masing masing dengan baca istigfar 100x setelah selesai wirid. Jika kurang maka harus dilengkapi kekurangannya dan baca istighfar 100 X sebagai dendanya.
- Untuk wirid lazim tidak boleh dikerjakan berjamaah, jadi sendiri-sendiri. Sedangkan wadzifah dan hailalah sebisa mungkin harus berjama’ah, jika ada ikhwan di daerah tersebut.
- Untuk sholawat jauharatul kamal, ada syarat-syarat khusus dalam mengerjakannya antara lain :
- Harus punya wudhu’,tidak bisa dengan tayamum, kalau tidak maka saat wadhifah, jauharatul kamal yang 12x diganti dengan sholawat fatih 20x.
- Harus dibaca dalam keadaan duduk sempurna, tidak boleh dibaca dalam keadaan berdiri atau tiduran maupun di kendaraan atau di kapal laut, pesawat dan kendaraan lainnya.
- Suci baik badan, pakaian dan tempat wirid.
- Tempat wirid harus luas, minimal cukup untuk tempat duduk 7 orang termasuk yang berdzikir.
- Istihdhar / khusyu’ karena Rasulullah SAW bersama sahabat yang 4 dan Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. hadir pada bacaan yang ke7 sampai selesai.
2) Aurad
Ihtiyari :
Yaitu
wirid tambahan, tidak wajib dilakukan, Cuma sangat dianjurkan bagi mereka yang
bisa memeliharanya dengan istiqomah, seperti istighatsah, berbagai macam
shalawat, hizib-hizib seperti hizbus Saifi, hizbul mughni, hizbul bahar dan
lain-lain. Jika ingin mengamalkan harus ada izin dari muqaddam yang berhak memberi
izin .
- Keutamaan wirid Thariqah At Tijany dan Dasar Hukumnya.
Semua
thariqah mu’tabarah mempunyai sanad yang sambung sampai dengan Baginda
Rasulullah Saw, masing-masing mempunyai wirid dan keutamaan sendiri-sendiri.
Cuma kalau diperhatikan semua mempunyai kesamaan, yaitu wirid yang wajib
diamalkan tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan sunnah Nabawiyah, dengan
tujuan yang sama yaitu Ilallah (sampai dan Ma’rifat ilallah). Sedangkan
perbedaannya adalah dari segi metode (cara) melakukan wirid. Dari semua
thariqah yang ada, dzikir yang dibaca tidak menyimpang dari antara lain :
Istigfar, sholawat, dan hailalah serta Asmaul Husna juga ayat-ayat Al Qur’an.
Hanya saja metode melakukan wirid yang berbeda beda, termasuk pula pada
penekanan terhadap komponen tersebut diatas juga berbeda, ada yang menekankan
pada sholawat saja, atau hanya hailalah saja atau lafadz Allah saja, ada juga
yang kombinasi dan lain-lain. Sedangkan wirid thariqah At Tijany meliputi
kesemuanya , ya istigfar, sholawat dan hailalah.
Dasar Hukum Aurad Thariqah At Tijany.
Adapun
dasar hukum pada kesemua komponen diatas ( istighfar, shalawat, hailalah ),
baik di Al Qur’an dan sunnah (Al Hadist Shohih) tidak diragukan lagi
keabsahannya.
1) Istighfar
·
- Firman Allah Swt.
وما كا ن الله
معذبهم وهم يستغفرون.(الانفا ل : 33)
“ Dan Allah tidak akan menyiksa suatu kaum sedangkan mereka
ber istigfar (memohon ampun)”. (QS. Al Anfaal : 33)
استغفروا ربكم
انه كا ن غفا را – (نوح : 29)
“ Mohonlah
ampun (beristigfar) kepada tuhan kalian, sesungguhnya Dia Maha Pengampun “.
(QS. Nuh : 29)
·
- Al Hadits
قا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم : من لزم الاستغفا
ر جعل الله تعالى له من كل ضيق مخرجا
ومن كل هم فرجا ورزقه من حيث لا يحتسب.( رواه ابو داود )
“Barangsiapa melazimkan istigfar (baca dengan Istiqomah)
maka AllahSwt. Memberi jalan keluar atas kesulitannya dan kegembiraan atas
semua kesusahannya serta memberinya rizki tanpa perhitungan / dari jalan diluar
dugaannya”. (HR. Abu Daud)
والذى نفسى بيد ه لولم تذنبوا لذ هب الله تعالى بكمولجا ء
بقوم يذ نبون فيستغفرون الله تعالى فيغفر لهم
( رواه مسلم )
“Dan demi Dzat yang jiwaku berada dalam genggamanNya,
andaikan kalian tidak pernah berbuat dosa, niscaya Allah membinasakan kamu
semua, dan kemudian Allah mendatangkan (menciptakan) satu kaum yang berbuat
dosa kemudian mereka mohon ampunan, lalu Allah mengampuni mereka”. (HR.
Muslim)Sholawat
Firman Allah
قا ل الله تعالى
: ان الله وملا ئكته يصلون على النبىيا ايها الذين امنوا صلوا
عليه وسلموا تسليما
( الاحزاب : 56)
“Sesungguhnya Allah dan para malaikatnya bersolawat atas Nabi
Muhammad SAW. Wahai orang-orang yang beriman bersholawatlah dan ucapkanlah
salam penghormatan kepadanya.” (QS. Al Ahzaab : 56).
Dari ayat
diatas yang perlu kita cermati yaitu perintah Allah yang didahului dengan
pemberitahuan bahwa Dia (Allah Swt.) sendiri dan para malaikatNya bershalawat
pada Nabi, baru kemudian dia memberikan himbauan / perintah untuk bershalawat
kepada Rasulullah Saw. Oleh karena itu bisa kita bayangkan betapa besar arti
dan nilai shalawat bagi Allah Swt. Adapun hadits Nabi yang menjelaskan keutamaan
shalawat sangatlah banyak, diantaranya :
وعن عبد الله بن عمرو بن العا ص رضي الله
عنهما أنه سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول: “من صلى علي صلاة
، صلى الله عليه بها عشرا” ( رواه مسلم )
Diriwayatkan oleh Abdillah bin ‘Amru bin Al ’Ash
Radiyallaahu ‘anhuma, sesungguhnya dia mendengar Rasulullah SAW bersabda:
”Barangsiapa yang bershalawat kepadaku satu kali, maka Allah membalas kepadanya
dengan sepuluh shalawat”*/ (HR. Muslim) */(Shalawat Allah adalah dengan
menurunkan rahmat).
وعن ابن مسعود رضي الله عنه أن رسول الله
صلى الله عليه وسلم قا ل : “أولى النا س بي يوم القيا مة أكثرهم علي
الصلاة ” ( رواه الترمذ ي – وقا ل حديث حسن )
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Mas’ud RA. sesungguhnya
Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang paling mulya disisiku pada hari qiyamat adalah
yang paling banyak bershalawat kepadaku”. (HR. Al Turmidzi – Hadits hasan).
وعن أوس بن أوس رضي الله عنه قا ل : قا ل رسول الله
صلى الله عليه وسلم : ” ان من أفضل ايا مكم يوم الجمعة ، فأكثروا علي من الصلاة فيه
، فا ن صلاتكم معروضة علي” فقالوا : يا رسول الله ،
وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد ارمت؟…. قا ل: يقول : بليت ، قا ل : “ان الله حرم على
الارض أجسا د الانبياء “( رواه ابو د اود با سنا د صحيح)
Diriwayatkan oleh Aus bin Aus RA : Rasulullah SAW
bersabda : “Sesungguhnya hari yang paling utama bagimu adalah hari Jum’at. Maka
perbanyaklah membaca shalawat untukku didalamnya. Sesungguhnya shalawat kalian
disampaikan kepadaku”. Para sahabat bertanya : Ya Rasulallah, Bagaimanakah
shalawat kami disampaikan kepada Tuan, padahal Tuan sudah berkalang tanah?…
Rasulullah SAW menjawab: “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan bagi tanah untuk
makan jasad para Nabi”.
( HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih ).
وعن ابي هريرة رضي الله عنه قا ل : قا ل رسول الله
صلى الله عليه وسلم :” رغم انف رجل ذكرت عند ه فلم يصل علي ” ( روا ه الترمذ ي )
Diriwayatkan oleh Ibu Hurairah RA. Rasulullah SAW
bersabda: “Sungguh hina bagi seorang laki laki yang mana ketika disebut namaku disisinya,
dia tidak bershalawat kepadaku”. ( HR. Al Turmudzi )
وعن ابي هريرة رضي الله عنه قا ل : قا ل رسول الله
صلى الله عليه وسلم : “ما من احد يسلم علي الا رد الله علي روحي حتى أرد عليه
السلام ، ( رواه ابو د اود با سنا د صحيح)
Diriwayatkan oleh Ibu Hurairah RA. Rasulullah SAW
bersabda: “Tak seorangpun yang bershalawat kepadaku, kecuali Allah
mengembalikan ruhku kepadaku, sehingga aku menjawab salamnya”. (maksudnya :
Allah mengembalikan ruh Rasulullah kedalam jasadnya sehingga dia bisa menjawab
setiap shalawat dan salam dari ummatnya. Akan tetapi karena Beliau ada di Alam
Barzah maka tidak semua orang bisa melihat dan mendengarnya).
وعن فضا لة بن عبيد رضي الله عنه قا ل
سمع رسول الله صلى الله عليه وسلم رجلا يد عو فى صلاته لم يمجد الله تعالى ولم يصل
على النبي صلى الله عليه وسلم : فقا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم : ” عجل هذ ا ” ثم دعا ه فقا ل
له – أو لغيره-: اذا صلى ا حد كم فليبد اء بتحميد ربه سبحا نه والثناء عليه
، ثم يصلى على النبي صلى الله عليه وسلم ، ثم يدعو بعد بما شا ء ”
( رواه أبو داود
والترمذ ي – وقا ل حد يث حسن صحيح )
Diriwayatkan oleh Fudhalah bin ‘Ubaid RA berkata:
“Rasulullah mendengar seorang laki laki yang berdoa dalam shalatnya, dia tidak
memuji Allah dan tidak bershalawat kepada Nabi SAW. lalu beliau bersabda:
‘orang ini tergesa gesa’, kemudian beliau memanggilnya dan beliau bersabda
kepada dia dan orang lainnya : ‘Bila seorang diantaramu berdoa, maka hendaklah
dimulai dengan memuji Allah, Tuhannya. Kemudian bershalawat kepada Nabi SAW,
lalu berdoalah sekehendaknya’.” (HR. Abu Daud dan Al Turmudzi – Dia mengatakan
bahwa Hadits ini Hasan shahiih).
Dengan
menelaah ayat Al Qur an dan hadits hadits tersebut diatas serta hadits hadits
lain dari berbagai sumber, dalam kitab Syaraful Ummati Muhammadiyah karangan
Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki menjelaskan bahwa faedah sholawat itu sangat
besar dan banyak, ada 39 keutamaan yang dia sebutkan dalam kitab tersebut,
diantaranya :
- Melaksanakan perintah Allah Swt.
- Meniru Allah Swt. dalam shalawat pada Rasulullah Saw. perbedaannya shalawat kita adalah do’a dan permohonan, sedangkan shalawat Allah Swt. adalah pujian dan kemulyaan atas Rasulullah Swt.
- Meniru pekerjaan para Malaikat.
- Mendapat imbalan 10 shalawat dari Allah untuk satu kali shalawat atas Rasulullah Saw.
- Mendapat Tambahan 10 derajat disisi Allah Swt.
- Ditulis bagi orang yang bersholawat 10 kebaikan.
- Dihapus darinya 10 keburukan / dosa.
- Penyebab terkabulnya do’a, karena do’a yang didalamnya tidak ada sholawat maka do’anya akan terkatung-katung antara langit dan bumi. Artinya doa tersebut tidak disampaikan kehadirat Allah SWT.
- Sarana untuk mendapatkan syafaat Rasulullah Saw.
- Penyebab diampuninya dosa.
- Penyebab tercapainya cita-cita.
- Penyebab dekatnya seseorang dengan Rasulullah Saw. di hari kiamat.
- Penyebab tercapainya hajad.
- Penyebab tercurahnya sholawat dari Allah Swt. dan para malaikat atas seorang hamba.
- Penyebab sampainya berita gembira masuk surga bagi seorang hamba sebelum mati, dan masih banyak lagi keutamaan bershalawat pada Nabi SAW yang tidak disebutkan dalam buku singkat ini.
Keutamaan
shalawat tersebut diatas adalah keutamaan shalawat secara umum, sedangkan
shalawat Al Faatih mempunyai keistimewaan tersendiri. Adapun keutaman Shalawat
Al Fatihi Limaa Ughlig ada dua yaitu:
- Ketutamaan yang dirahasiakan.
- Keutamaan yang bisa dijelaskan, antara lain :
- Membaca 1x dalam sehari dijamin dengan mendapat kebahagiaan dunia akhirat.
- Membaca 1x dapat menghapus semua dosa dan mempunyai pahala semua tasbih, dzikir dan do’a yang diucapkan oleh semua orang tua dan muda yang terjadi pada waktu dibaca Al Fatih dan dilipat gandakan sebanyak 600.000 kali.
- 10x sholawat Al Fatih pahalanya menyamai pahala ibadahnya wali ‘Ash sejuta tahun.
- 1x sholawat Al Fatih lebih utama dari 600.000x sholawatnya para Malaikat, manusia dan jin, dihitung sejak dari baru pertamakali diciptakan sampai pada waktu dibacakannya sholawat Al Fatih.
- Pembacaan ke2 ke3 danseterusnya mendapat kembali pahala yang pertama dan seterusnya. Jelasnya bacaan ke2 mendapat tambahan pahala bacaan ke1. Bacaan ke3 mendapat tambahan pahala bacaan ke 1 dan ke2, demikian pula bacaan ke 4 ke 5 dan seterusnya.
- Jika ingin bermimpi jumpa Rasulullah Saw. bacalah sholawat Al Fatih 1000x tiga malam berturut-turut ( malam Rabu, Kamis dan jum’at) dengan badan pakaian serta tempat tidur yang suci. Dan masih banyak lagi keutamaan Al Fatih yang tidak ditulis dalam buku ini.
- Hailalah
Firman
Allah Swt
قا ل الله تعالى : فاعلم انه لااله
الا الله. (محمد: 19)
“
Maka ketahuilah sesungguhnya
tiada tuhan selain Allah”. (QS. Muhammad : 19)
قا ل صلى الله عليه وسلم : افضل ما قلته
والنبيون من قبلى
لااله الا الله. ( رواه مالك بن
أنس )
“Ucapan paling utama yang Aku ucapkan dan para nabi
sebelumku adalah “Laa ilaaha illallah”. (HR. Malik bin Anas)
عن جابر بن عبد الله يقول ، سمعت رسول
الله صلى الله عليه
وسلم يقول: أفضل الذكر
لآاله الاالله . ( رواه الترمذ ي )
“Dari Jabir bin Abdullah berkata; Aku mendengar Rasulullah
SAW bersabda : Dzikir paling utama adalah ‘Laa ilaaha illallah’. (HR. Turmudzi)
عن أم هانيء قالت ، قا ل رسول الله صلى
الله عليه وسلم :
لآاله الا الله لايسبقها عمل ولا تترك
ذنبا . ( رواه ابن ما جه )
“Dari Ummu Hani’ berkata, Bersabda Rasulullah SAW :
‘Laailaaha illallah’ tidak ada satu amalpun yang melebihi (keutamaannya), dan
tidak menyisakan satu dosapun”. (HR. Ibnu Maajah).
جد د وا ايمانكم ، قيل وكيف نجد د
ايماننا يا رسول الله ؟ قا ل :
أكثروا من قول لآاله الا الله .( رواه احمد و
الحكيم )
“Perbaharuilah iman kalian!, lalu Rasulullah SAW ditanya;
Bagaimana cara kami memperbaharui iman kami ya Rasulullah? .. ‘Perbanyaklah
mengucapkan Laailaaha illallah”. (HR. Imam Ahmad dan Imam Al Hakim).
قا ل صلى الله عليه وسلم : ما قا ل عبد
لااله الا الله مخلصا منقلبه الا فتحت له ابواب السماء حتى يفضى الى العرش
مااجتنبت الكبائر . ( رواه الترمذ ي
والنسا ئى )
“Tidaklah seorang hamba yang mengucapkan Laa ilaaha
illallah dengan ikhlas dari hatinya, kecuali dibuka baginya pintu-pintu langit
sampai Arasy. Selama ia menjauhi dosa dosa besar”. (HR. Turmudzi dan Nasai)
قا ل صلى الله عليه وسلم : من قا ل عبد لا
اله الا الله ومد ها هد مت له اربعة الاف ذنب من الكبائر. ( رواه الد يلمي )
“Barang siapa mengucapkan “Laa ilaaha illallah” dengan
madnya (dipanjangkan) digusur darinya 4000 dosa besar “. (HR. Al Dailamy)
قا ل صلىالله عليه وسلم : يقول الله تعالى
: لا اله الا الله حصنىفمن د خل حصنى أمن من عذابى. ( الحديث القد سى،
رماح : 2/92)
“Rasulullah SAW bersabda; Allah berfirman : Laa ilaaha
illallah itu bentengku, barang siapa masuk kedalamnya aman dari azabku”. (
Hadits Qudsi – Rimah 2/92)
Diantara keutamaan wirid wadzifah adalah :
- menghapus dosa yang terjadi waktu antara dua wirid wadzifah.
- menghasilkan syafaat khusus dari Rasulullah Saw.
sedang
keutamaan dzikir Hailalah Jum’at adalah Rasulullah Saw. hadir dan menyertai
mereka (dalam dzikir) mulai awal dibaca dzikir sampai selesai.
Shalawat Jauharotul Kamal
Shalawat
Jauharatul Kamal adalah salah satu shalawat yang diajarkan langsung oleh
Sayyidil Wujud Rasulullah Saw. kepada Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany dalam
keadaan sadar / jaga bukan dalam mimpi. adapun keutamaannya sangat banyak,
diantaranya :
1. 1x Sholawat Jauharatul Kamal menyamai tasbih seluruh
alam 3x.
2. Jika dibaca sebanyak 7x tiap hari dengan istiqomah
Rasulullah Saw. cinta pada orang tersebut dengan cinta dan perhatian khusus.
3. Jika dibaca 7x sebelum tidur dengan istiqomah akan
bermimpi Rasulullah Saw. dengan catatan ketika akan tidur harus punya wudlu’
dan pakaian serta tempat harus suci.
4. Rasulullah dan sahabat yang 4 serta Sayyidi Syeikh
Ahmad At Tijany hadir pada bacaan ke 7 dan tetap mendampinginya sampai berhenti
membaca dan berbicara.
5. Jika dibaca 12x kemudian mengucapkan:
هذ ه هد ية منى اليك يا رسول الله ،،،
الخ
Maka mendapat keutamaan sebagaimana ziarah kepada Nabi
Muhammad Saw. dan para auliya’ serta shalihiin dari zaman awwalul wujud (mahluk
pertama diciptakan) sampai dibacanya shalawat Jauharatul Kamal.
6. Jika mengalami kesulitan yang sangat, bacalah
Jauharatul Kamal 65x maka Allah akan melepas kesusahan itu secepatnya.dan masih
banyak lagi keutamaan Jauharatul Kamal yang tidak tersebut dalam buku ini.
6. Keutamaan Bagi Orang Yang
Masuk (baiat) Thariqah At Tijany
Keutamaan Thariqah At Tijany ada 2 (dua) :
- Keutamaan bagi semua orang yang menyakini kewalian Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany dan hormat serta cinta kepada beliau juga senang dan hormat terhadap pengikut Thariqah At Tijany sampai mati, dengan catatan “ Tidak pernah merasa aman dari ancaman murka Allah Swt”. maka ia akan mendapatkan jaminan Allah SWT melalui Rasulullah SAW dengan jaminan antara lain:
- Akan mati membawa Islam Dan Iman.
- Dimudahkan dalam sakaratul maut
- Mendapat kemudahan dan kebahagiaan di alam kubur
- Allah Swt. menjamin keamanan baginya dari semua jenis siksaan dan semua kesulitan, sejak matinya sampai masuk kedalam surga.
- Diampuni semua dosanya yang terdahulu dan kemudian
- Mendapat Rahmat Allah karena semata-mata karunia Allah Swt. bukan karena kebaikan orang tersebut.
- Allah tidak akan menghisab / memperhitungkan amalnya dan tidak akan mengurangi sedikitpun serta tidak akan ditanya apapun tentang amalnya di hari kiamat.
- Allah memberi naungan dibawah Arasy di hari kiamat
- Allah akan memberi kekuatan ketika melewati syirath, sehingga sampai kesurga dalam sekejap mata dengan kawalan Malaikat.
- Diberi minum oleh Allah Swt. dari telaga Rasulullah Saw.
- Masuk surga tanpa hisab dan tanpa disiksa dalam rombongan pertama bersama Rasulullah SAW.
- Allah meletakkannya / memberi tempat tinggal di Illiyyiin dalam surga firdaus dan aden.
- Rasulullah Saw. cinta pada orang yang cinta Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany dan dia tidak akan mati kecuali sudah menyandang predikat sebagai wali Allah.
- Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. cinta pada orang yang cinta kepadanya.
Untuk
keutamaan no.1 s/d 14 ini Allah Swt. memberikan kepada siapa saja yang cinta
dan taslim kepada Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany sampai akhir hayat walaupun
tidak mengikuti / tidak mengamalkan thariqah At Tijany.
- Bagi Mereka Yang Mengikuti / mengamalkan Thariqah At Tijany dengan baiat Shahiih akan mendapatkan keutamaan yang lebih banyak lagi diantaranya :
- Kedua orang tuanya, kedua mertuanya, istri istrinya serta anak anaknya dijamin masuk surga tanpa hisab (tanpa dihitung amalnya) dan tanpa disiksa serta diampuni dosa dosanya baik besar maupun kecil. Dengan catatan mereka itu semua orang Islam yang tidak benci dan tidak mencela Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany. Lebih terjamin lagi jika mereka itu cinta kepada Sayyidi Syeikh Ahmad Bin Muhammad At Tijany RA, walaupun tidak ikut mengamalkan wirid Thariqah At Tijany.
- Rasulullah SAW menjadi sandaran utama mereka sebagaimana sabda Rasulullah SAW kepada Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany RA :
قا ل صلى الله عليه وسلم“فقراء ك فقرائى
وتلاميذ كتلاميذ ى واصحابك اصحابى” فما اسرف هذ ه
الاضا ف ؟ . ( الفيض الربا ني : 28)
Artinya : Bersabda Rasulullah SAW : “Para fuqara’ (yang
menjadi tanggunganmu) itu adalah fuqara’ku juga (tanggunganku juga), murid muridmu
itu semua adalah murid muridku, sahabat sahabatmu adalah sahabat sahabatku”.
Adakah tempat bersandar yang lebih mulya dari Rasulullah ?…..
- Ketika naza’ / sakaratul maut, Rasulullah SAW akan hadir menjemput ruhnya.
- Rasulullah SAW akan mendampinginya ketika ditanya oleh 2 malaikat (Munkar dan Nakiir).
- Imam Mahdi Al Muntadzar menjadi ihwan Thariqah At Tijany, dan sebagai tanda akan datangnya Imam Mahdi Al Muntadzar yaitu jika Ihwan Thariqah At Tijany sudah banyak, merata, tersebar di berbagai Negara sampai ke desa desa.
- Martabatnya Ihwan Thariqah At Tijany lebih tinggi derajatnya dari martabatnya wali Qutub walaupun mereka hanya sebagai orang awam.
فعلم صلى الله عليه وسلم : ان بين اصحابه
وبيناصحا ب هذا الشيخ منا سبة تا مة ، وبتلك المنا سبة
كانوا عند الله اكبر من اكابر الاقطا ب
والعا رفينوالاغواث وان كانوا فى الظا هر من جملة العوام .
( الفيض الربا ني : 28 )
Rasulullah Saw. Memberi tahu
kepada Syeikh Ahmad At Tijany Ra. bahwa antara sahabat Rasululullah dan
sahabatnya Syeikh Ahmad At Tijany mempunyai persamaan yang sempurna dan dengan
kesamaan inilah ihwan Thariqah At Tijany bagi Allah Swt. lebih tinggi nilainya
dari pada Qutub, Arifin dan Al Ghauts walaupun tampang dhohirnya hanyalah orang
awam. (Al Faidlur Rabbani : 28)
- Pada saat mereka berdzikir, ikut berdzikir bersama mereka 70.000 malaikat selama dzikir berlangsung dan pahala berdzikir para malaikat tersebut ditulis untuk mereka.
- Dalam wirid lazim terdapat syighat ismul A’ dzam Cuma berbeda dengan Syighat Ismul A’dzom yang khusus untuk Nabi Saw.
- Mendapat pahala membaca ismul A’dzam walaupun tidak mengetahui Ismul A’dzam tersebut.
- Tidak akan mencicipi pedih / sakitnya prahara sakaratul maut.
- Diakhirat mendapat tempat khusus dibawah naungan Arasy
- Tidak mengalami atau merasakan dasyatnya mauqif / mahsyar, akan tetapi ihwan Tijani dikumpulkan bersama orang-orang yang aman didekat pintu surga, sampai masuk kedalam surga bersama Rasulullah Saw. dan para sahabatnya dirombongan pertama.
- Menjadi tetangga Rasulullah dan para sahabat disurga.
- Dan masih banyak lagi keutamaan lainnya.
7. Syarat-syarat &
kewajiban dalam Thariqah At Tijany
Thariqah
At Tijany dalam mendidik, mengarahkan dan memelihara murid-muridnya yang dalam
istilahnya disebut ihwan Thariqah At Tijaniy / Ikhwan At Tijany mempunyai
syarat-syarat dan peraturan-peraturan, meliputi antara lain :
- Syarat masuk Thariqah At Tijaniyah
- Kewajiban atas Ikhwan At Tijany
- Larangan atas Ikhwan At Tijany
- Peraturan dan cara melaksanakan dzikir Thariqah Tijaniyah
Syarat-syarat masuk Thariqah At Tijaniyah :
- Calon Ikhwan Tijany tidak mempunyai dan mengamalkan Thariqah lain.
- Yang mentalqinnya telah mendapat idzin yang syah untuk memberi wirid.
- Di Talqin / mendapat idzin/ bai’at mengamalkan wirid Thariqah Tijaniyah.
Keterangan
:
- Apabila calon Ikhwan Tijany itu telah masuk Thariqah selain Thariqah At Tijaniyah, maka Thariqahnya itu harus dilepas, sebab Thariqah At Tijaniyah tidak boleh dirangkap dengan Thariqah lain, sebenarnya thariqah lainpun juga tidak bisa dirangkap rangkap. Karena kalau seseorang mengamalkan lebih dari satu thariqah, berarti dia mempunyai dua guru pembimbing. Yang jadi masalah disini adalah tidak mungkin satu orang diantar kehadirat Allah oleh dua pengantar (Rijalullah). Tapi satu pembimbing (Syeikh / mursyid) bisa mengantar lebih dari satu orang murid.
- Wirid wirid selain dari Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany yang tidak termasuk ikatan thariqah seperti hizib-hizib, wirid-wirid, sholawat boleh diamalkan selama tidak mengganggu kewajiban thariqah. Tapi perlu diingat bahwa, guru kita Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany mempunyai amat sangat banyak wirid ikhtiyari yang beliau istiqamah membacanya tiap hari. Jadi jika untuk membaca punya guru sendiri saja tidak mampu karena banyaknya, untuk apa kita baca wirid wirid dari sumber lain. Kalau ingin tahu, sebagian wirid wirid beliau ada dalam kitab “Ahzab wa Aurad”.
Kewajiban Ikhwan Thariqah At Tijany :
- Harus menjaga syari’at.
- Harus menjaga sholat lima waktu dengan berjama’ah bila mungkin (jaga syarat-syarat berjama’ah sholat).
- harus mencintai Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany selama-lamanya (sampai mati).
- Harus menghormati siapa saja yang ada hubungannya dengan Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany.
- Harus menghormati semua wali Allah Swt. dan semua Thariqah.
- Harus mantap pada Thariqah, tidak boleh ragu-ragu.
- Selamat dari mencela Thariqah At Tijaniyah.
- Harus berbuat baik dengan kedua orang tuanya.
- Harus menjauhi orang yang mencela Thariqah At Tijaniyah.
- Harus mengamalkan Thariqah At Tijaniyah sampai akhir hayatnya.
Larangan atas Ikhwan Thariqah At Tijany:
- Tidak boleh mencaci, benci dan memusuhi Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany RA.
- Tidak boleh ziarah kepada wali manapun yang bukan Tijany.
- Tidak boleh memberikan wirid Thariqah At Tijaniyah pada orang lain tanpa ada izin yang syah untuk memberikan (sebelum dilantik jadi Muqaddam).
- Tidak boleh meremehkan wirid Thariqah At Tijaniyah, seperti mengahirkan waktunya tanpa udzur syar’i, atau mengerjakan secara asal asalan.
- Tidak boleh memutuskan hubungan dengan siapapun tanpa ada idzin syar’i terutama dengan ikhwan thariqah At Tijany.
- Tidak boleh merasa aman dari Makrillah (ancaman murka Allah).
Keterangan :
- Ziarah kepada wali yang bukan Tijany yang tidak boleh bagi Ikhwan Tijany ialah ziarah karena Istimdad ziarah untuk tawassul dan do’a. Apabila ziarah itu karena silaturahmi, ziarah untuk menuntut ilmu semata-mata karena Allah Swt. maka boleh berziarah. Bagi ikhwan Tijany yang belum mengerti perbedaan ziarah, maka jangan melaksanakannya, karena dikhawatirkan tanpa mereka sadari keluar dari Thariqah / Thariqahnya batal.
- Larangan ziarah atas murid / ikhwan Thariqah bukan hanya di thariqah Tijany saja. Sebelum Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany sudah ada larangan ziarah bagi murid Thariqah. Syeikh Muhyiddin Ibnu Al Araby Alhatimiy berkata : “ Seorang guru Thariqah tidak mempermudah muridnya berijtima’ dengan guru lain, karena akan menimbulkan keraguan bagi si murid, tentang siapa diantara keduanya yang lebih tinggi (derajatnya) dan kepada siapa dia sebaiknya akan berguru. dan apa bila timbul keragu-raguan, maka si murid dilempar oleh hati mereka sendiri. Karena itu, dia tidak akan memperoleh manfaat dari keduanya. Jadi tujuan mengatur ziarah ialah untuk menjaga kemantapan hati si murid agar ia tidak keluar dari rangkulan gurunya sampai menghasilkan kesempurnaan.”
Syeikh
Muhammad Al Munir dalam kitab Tuhfatus Saalikin berkata sebagai berikut :“Dan
ketahuilah, melarang berziarah adalah wajib bagi guru Thariqah selama mereka
(para murid) belum mencapai kesempurnaan dalam keyakinan”.
Sayyidi
Uwais bin ‘amir Alqarany adalah sebaik-baik tabi’in berdasarkan hadits shohih
Muslim. Ketika Hakim bin Maryam berkata : “ Hai Uwais, marilah kita adakan
hubungan dengan ziarah dan pertemuan”, maka S. Uwais Alqarany menjawab : “ Saya
telah mengadakan hubungan dengan kamu dengan apa yang lebih bermanfaat dari pada
hubungan ziarah dan pertemuan, yaitu doa dari kejauhan. Sebab ziarah itu
mengandung unsur-unsur memperlihatkan, berhias diri dan menampakkan yang tidak
sesungguhnya.
Sebetulnya
dalam Thariqah At Tijany tidak ada larangan ziarah secara mutlak, yang ada
ialah mengatur cara berziarah, sebagaimana penjelasan Sayyidi Syeikh Ahmad bin
Muhammad At Tijany RA :
ان شيخنا رضى الله تعلى عنه وارضا ه
وعنابه لم يعمم المنعلانه ما منع احد ا من أهل طريقته من التعلم من جميعالاولياء
والعلماء ولامن حضور مجالسهم ولامن استماعمواعظهم وكلامهم ولا من التواصل فى الله
وفىالرحم .
( رما ح : 1/156)
“Bahwa Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA tidak melarang
ziarah secara umum. Karena beliau tidak pernah melarang siapapun dari pengikut
Thariqahnya menuntut ilmu kepada semua wali dan ulama, tidak melarang
menghadiri majlis (ta’lim) mereka, tidak melarang mendengarkan
wejangan-wejangan dan perkataan mereka dan tidak melarang mengadakan hubungan /
ziarah karena Allah Swt. dan silaturrahim”. (Rimah : 1/156)
Dan ikhwan
Thariqah Tijany berkewajiban menuntut ilmu untuk menjaga ‘aqidah dan amal
ibadah nya.
اعلم انه يجب على كل مكلف أن يحصل من
العلم مايصح به اعتقاد ه على مذ هب اهل السنة والجما عة ومما تصح به اعماله على
وفق الشريعة المطهرة، ويجب على أهل السلوك الى طريق أهل الله الصا د قين أ ن
يحصلوا من العلم ماتصح به أعما لهم على الوفا ق بين المذاهب الاربعة ( رما ح : 1/ 99)
Ketahuilah bahwa semua orang mukallaf berkewajiban
menghasilkan ilmu yang menjadikan sah ‘aqidahnya sesuai dengan madzhab ahlus
sunnah wal jama’ah dan ilmu-ilmu yang menjadikan syah amal ibadahnya sehingga
cocok dengan syri’at yang suci itu. Dan wajib bagi orang yang mengikuti
Thariqah para Ahlullah (wali Allah) yang benar, mencari ilmu yang mengantarkan
pada kebenaran amal ibadahnya sesuai dengan salah satu madzhab Imam yang
empat”. ( Rimah : 1/99).
- Yang dimaksud meremehkan wirid ialah asal asalan (seenaknya) dalam melaksanakan wirid Thariqah, mengundurkan waktunya padahal tidak ada udzur dan melaksanakan wirid sambil bersandar tanpa udzur.
- Makrillah ialah siksa / adzab Allah Swt. yang tampaknya rahmat atau kelihatan seperti rahmat Allah Swt. tapi sebetulnya adalah Adzab Allah Swt.
Peraturan melakukan dzikir :
- Suara dalam keadaan normal, bacaan dzikir harus terdengar oleh telinga si pembaca.
- Harus suci dari najis, baik badan, pakaian, tempat dan apa saja yang dibawanya.
- Harus sici dari hadats, baik dari hadats kecil maupun dari hadats besar.
- Harus menutupi aurat sebagai mana sholat, baik bagi pria maupun wanita.
- Tidak boleh berbicara.
- Harus menghadap qiblat (jika wirid sendiri atau dalam shaf).
- Harus duduk sempurna (tidak boleh bersandar dan kaki selonjor, kecuali ‘udzur syar’i )
- Harus Ijtima’ dalam melaksanakan wirid Wadhifah dan Hailalah sesudah shalat ‘ashar pada hari jum’at apabila di daerahnya ada ikhwan.
Keterangan
:
- Kalau udzur boleh tidak duduk, seperti sakit atau dalam perjalanan.
- Kalau udzur boleh tidak menghadap qiblat seperti dalam perjalanan atau ijtima’.
- Kalau ada udzur boleh berbicara asalkan tidak lebih dari dua kata, kalau lebih dari dua kata maka wiridnya batal, kecuali karena menjawab panggilan orang tua atau suaminya sekalipun bukan Ikhwan Tijany.
- Selain delapan peraturan itu masih ada peraturan untuk kesempurnaan yaitu :
- Istihdlarul qudwah yaitu waktu melaksanakan wirid dari awal sampai akhir membayangkan seakan-akan berada dihadapan Syeikh Ahmad At Tijany dan lebih utama berada dihadapan Sayyidil Wujud Rasulullah Saw. dengan keyakinan bahwa beliau pembimbing kita untuk menghantarkan kita wushul ilallah.
- Mengigat dan membayangkan makna wirid dari awal sampai akhir wirid. Kalau tidak bisa, maka supaya memperhatikan dan mendengarkan bacaan wiridnya.
Syarat-syarat membaca Jauharatul Kamal :
1. Harus suci :
a. Dari
najis badan, pakaian, tempat dan apa saja yang dibawanya.
b. Dari
hadats, baik dari hadats kecil maupun dari hadats besar dan bersuci harus
dengan air (wudlu), tidak boleh dengan tayamum.
2. Harus menghadap qiblat
3. Harus duduk sempurna, tidak boleh bersandar atau kaki
selonjor apalagi berjalan.
4. Tempatnya harus luas dan cukup untuk 7 orang
Kalau keempat syarat tidak terpenuhi, maka diganti dengan
shalawat Al faatih 20x
Hal hal yang menyebabkan keluar dari Thariqah At Tijany :
- Mengambil Wirid, selain dari Thariqah At Tijaniyah.
- Melanggar larangan ziarah pada wali diluar Thariqah At Tijany.
- Berhenti / tidak membaca wirid Thariqah Tijaniyah dengan sengaja.
Melanggar
salah satu dari larangan tersebut diatas, maka ia telah keluar dari Thariqah At
Tijaniyah / batal Thariqahnya. Kami mohon perlindungan dari yang demikian itu
kepada Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang. Amiin.
BAB III
KAIFIYAH / CARA
MELAKSANAKAN WIRID
THARIQAHAT TIJANY
- WIRID LAZIM
- MUQADDIMAH
الى حضرة النبى المصطفى المرتضى رسول
الله صلى الله عليه وسلم وعلى اله واصحابه وعلماء الذ ين بلغوانا د ين الاسلام
وخصوصا الى حضرة سيد نا وسند نا وقد وتنا ابى العباس احمد بن محمد التجا نى رضى
الله عنه وعلى اله واصحابه ومريد ه واتبا عه من الانس والجا ن رضوا ن الله ورحمته
عليهم الفاتحة ،،
- Baca Al Fatihah
- Baca Shalawat Al Fatih 3 x
- Lalu membaca
ان الله وملا ئكته يصلون على النبى يا
ايها الذ ين امنوا صلوا عليه وسلموا تسليما صلى الله على سيد نا محمد وعلى
اله وصحبه وسلم تسليما ، سبحا ن ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد
لله رب العالمين ، اعوذبالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم وما تقد
موا لانفسكم من خير تجد وه عند الله هو خير واعظم اجرا واستغفر الله ان الله غفور
رحيم
- Lalu niat, yaitu :
نويت تعبد الى الله تعالى با داء وردنا اللازم فىطريقتنا
التجانية طريقة حمد وشكر ايمانا واحتسابا لله تعالى
- Lalu baca istigfar 100 x ( استغفر الله ) ditutup …
سبحا ن ربك رب العزة عما يصفون وسلام على
المرسلين والحمد لله رب العالمين
- Lalu membaca Shalawat 100 x minimal
( اللهم صل على
سيدنا محمد وعلى ا ل ) namun
lebih afdhalnya baca shalawat Al Fatih 100 x lalu ditutup :
سبحا ن ربك رب العزة عما يصفون وسلام على
المرسلين والحمد لله رب العالمين،
- Lalu membaca kalimatut Tauhid : 99 x
Lalu
ditutup ( لااله الاالله)
( لااله الاالله) 1x yang dibaca keras dan panjang – lalu lafadz
سيدنا محمد رسول الله ، عليه سلام الله ،
سبحا ن ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين
F. Tahtim
(penutup)
ان الله وملا ئكته يصلون على النبى يا
ايها الذ ين امنوا صلواعليه وسلموا تسليما صلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه
وسلم تسليما ، سبحا ن ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب
العالمين،
- ditutup dengan membaca fatihah dan
do’a.
2. DZIKRUL WADZIFAH
A. MUQADDIMAH sama dengan muqaddimah wirid lazim
B. Niyat :
اللهم انى نويت التعبد الىالله تعالىبا
داء ذكر الوظيفة فى طريقتنا التجانية طريقة حمد وشكر ايمانا وحتسابا لله تعالى
C. Baca
Istigfar 30 x
استغفر الله العظيم الذ ى لااله الا هو الحي القيوم
lalu
ditutup
سبحا ن ربك رب العزة عما يصفون وسلام على
المرسلين والحمد لله رب العالمين،
D. Baca
shalawat Al Fatih 50 x (tidak bisa diganti dengan shalawat lain)
اللهم صل على سيد نا محمد الفاتح لما
اغلق والخاتم
لما سبق نا صر الحق با لحق والهاد ى الى
صراطك المستقيم وعلى اله حق قد ره ومقداره العظيم
lalu
ditutup
سبحا ن ربك رب العزة عما يصفون وسلام على
المرسلين والحمد لله رب العالمين،
1.
Baca
kalimatut Tauhid ( hailalah ) ( لااله الا الله )
99 x
ditutup dengan membaca
لااله الا الله ، سيدنا محمد رسول الله ،
عليه سلام الله ..
yang di
baca keras dan dipanjangkan – lalu ditutup
سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على
المرسلين والحمد لله رب العالمين
- Baca Jauharatul Kamal 12 x . pada bacaan ke 12 dibaca dengan menadahkan tangan (sikap berdoa).
اللهم صل وسلم علىعين الرحمة الربانية
والياقوتة المتحققة الحائطة بمركز الفهوم والمعانى ونور الاكوان المتكونة الاد مى
صا حب الحق الربانى البرق الاسطع بمزون الارباح المالئة لكل متعرض من البحور
والاوانى ونورك اللامع الذ ى ملأت به كونك الحائط با مكنة المكانى اللهم صل وسلم
علىعين الحق التى تتجلى منها عروش الحقائق عين المعارف الاقوم صراطك التام الاسقم
، اللهم صل وسلم على طلعة الحق با لحق الكنز الاعظم افا ضتك منك اليك احاطة النور
المطلسم صلى الله عليه وعلى اله صلاة تعرفنا بها ايا ه.
Setelah
selesai membaca yang ke 12 lalu ditambah dengan membaca :
ان الله وملائكته يصلون على النبى ياايها
الذ ين امنواصلواعليه وسلموا تسليما ، و صلى الله على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه
وسلم تسليما ،سبحا ن ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب
العالمين .
Kemudian
membaca :
يا سيد ى يا رسول الله هد ه هد ية منى
اليك فا قبلها بفضلك وكرمك يا سيد ي يا رسول الله صلى الله عليك وعلى الك واصحابك
وازواجك وذ ريتك . جزى الله عنا سيدنا ونبينا ومولانا محمد صلى الله عليه وسلم
خيرا الجزاء ، جزى الله عنا سيدنا وقدوتنا واما منا الى الله القطب المكتوم ابى
العباس احمد بن محمد التجانى رضى الله عنه خيرا الجزاء ، جزى الله عنا خليفته سيد
ى الحاج على حرازم رضى الله عنه خيرا الجزاء ، جزاالله عنا سادتنا الكرام المجيزين
لنا والمفيدين لناعن سيدنا رضى الله عنه خيرا الجزاء ، اللهم غمسنا واياهم فى
دائرة الرضا والرضوان واغرقنا وايا هم فى د ائرة الفضل والامتنا ن ، اللهم امن
روعتنا وروعتهم واقل عثرتنا وعثرتهم والطف بنا وبهم لطفا عاما ولطفا خاصا واد
مالهم علينا من الحقوق والتبعات من خزاءن رحمتك بمحض فضلك ومنتك يا ذ ا الفضل
الجسيم والمن العظيم آمين ، سبحا ن ربك رب العزة عما يصفون وسلام علىالمرسلين
والحمدلله رب العالمين،
3. Dzikrul Hailalah ( ba’dal ‘Asri
Yaumil Jum’ah)
a.
Muqaddimah
b. Niyat
نويت التعبد الى الله تعالى با داء ذ كر
الهيللة يوم الجمعة فىطريقتنا التجانية طريقة حمد وشكر ايمانا واحتسابا لله تعالى
- Membaca Hailalah ( لااله الاالله ) atau membaca lafal ( الله ) atau kedua duanya tanpa dihitung sampai maghrib. Kalau sendirian maka bacalah sebanyak 1600 x / 1500 x / 1200 x / sedikitnya1000 X lalu akhiri dengan lafadz
،لااله الاالله ،
سيدنا محمد رسول الله ، عليه سلام الله
yang
dibaca dengan suara keras dan panjang, lalu membaca :
سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على
المرسلين والحمد لله رب العالمين ،
d. Tahtim dan do’a.
catatan :
Pada hari
Jum’at ada saat / waktu yang istijabah. Salah satunya adalah setelah sholat
ashar. Dalam kitab I’anatut Thalibin juz 1/ 91 disebutkan :
يوم الجمعة ثنتا عشر سا عة فيه سا عة
لايوجد فيها مسلم يسأ ل الله شيئا الا اعطا ه ايا ه فالتمسوها أخر سا عة بعد العصر. ( اعانة الطالبين : 1/91)
Pada hari jum’at ada 12 saat / jam. Tak seorang muslimpun
yang memohon sesuatu pada Allah Swt. kecuali Allah akan memberinya, carilah
waktu tersebut pada akhir saat setelah waktu ashar. ( I’anatut Tholibin juz 1
halaman 91 ).
قا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم : عن أبي هريرة قا
ل : أ خذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بيد ي فقا ل : خلق الله عز وجل
التربة يوم السبت وخلق فيها الحبا ل يوم الاحد وخلق الشجر يوم الاثنين وخلق
المكروه يوم الثلاثاء وخلق النور يوم الاربعاء وبث فيها الدواب يوم الخميس وخلق أد
م عليه السلام بعد العصر من يوم الجمعة في آخر الخلق في آخر سا عة من سا عة الجمعة
فيما بين العصر الى اليل. (رواه مسلم)
Dari Abi Hurairah RA. ia berkata : “ Rasulullah Saw.
memegang tanganku kemudian bersabda: Allah Azza Wajalla menciptakan tanah (
bumi ) pada hari sabtu, dan Allah menciptakan gunung-gunung diatas bumi pada
hari ahad, dan menciptakan pepohonan pada hari senin, dan menciptakan kemalangan
pada hari selasa, menciptakan cahaya pada hari rabu, menebarkan
binatang-binatang melata pada hari kamis dan menciptakan nabi Adam AS, setelah
ashar hari jum’at diakhir ciptaanNya pada detik-detik terakhir hari jum’at
yaitu diantara waktu ashar hampir maghrib ( malam ) ( HR. Muslim )
Muqaddam Tijany
Untuk
mendapatkan penjelasan lebih kongkrit tentang Thariqah At Tijany, silahkan
menghubungi para Muqaddam (orang punya izin mengamalkan dan berhak memberikan
izin mengamalkan bagi orang lain). dalam thariqah lainnya disebut Mursyid) yang
memang berkompeten dalam thariqah At Tijany.
Daerah
Jawa Timur antara lain :
·
- KH. Mas Ubaidillah bin KH. Muhammad bin Yusuf – Ampel – Sukodono, Surabaya.
- KH. Mas Zaid bin Muhammad bin Yusuf, Ampel – Sukodono, Surabaya.
- KH. Mas Ibrahim bin Umar Baidhawi – Kemlaten IX Taman – Sidoarjo.
- KH. Mas Fauzan Fathullah – Bangil Pasusuruan.
- Habib Ja’far bin Ali Baharun, Pondok Pes. Tarbiyah At Tijaniyah Brani Maron Probolinggo.
- Habib Idrus bin Ali Baharun, Klakah – Lumajang
- KH. Non Mahfud bin Muhlas, PP. Darul Muhlashin, Malasan Probolinggo.
- KH. Musthofa Quthbi bin Badri Masduqi, PP. Badridduja Kraksaan Probolinggo.
- KH. M. Jaiz bin Badri Masduqi, Situbondo
- KH. Sahri Shalihin PP. Ihyaus Salaf, desa Langsepan – Ajung – Jember.
- KH. Mustofa – Sumber Jeruk – Kalisat – Jember.
- KH. Abdul Ghafur, Lombok Bondowoso.
- KH. Maftuh Said, PP Al Munawariyah Malang Jawa timur
- KH. Muhammad Tijani Jauhari, PP. Al Amin – Prenduan Madura Jawa Timur.
Dan masih
banyak lagi yang belum kami sebutkan dalam buku ini.
Daerah
Jawa Tengah :
- Syeikh Muhammad bin Ali Basalamah – Jati barang Brebes Jawa Tengah.
- Syeikh Shaleh bin Muhammad Basalamah – Jati Barang Brebes Jawa Tengah.
- K. Muhyiddin – Semarang Jawa Tengah.
- KH. Abdur Razak – Sarang Rembang Jawa Tengah.
- KH. Ahmad Khairun Nasihin – PP. AKN Marzuki, Slempung – Dukuh Seti – Pati – JawaTengah.
Daerah
Jawa Barat dan DKI.
- Habib Lukman bin Muhammad At Thayyib – Caringin Bogor Jawa Barat.
- Ustadz Abdul Azis bin Muchsin Al Hamdani. Condet Jakarta Selatan.
- KH. MIsbahul Anam Turmudzi, PP. Al Um – Ciputat Jakarta Selatan.
- KH. Drs. M. Yunus A. Hamid, Yayasan Pendidikan dan Dakwah Tarbiyah At Tijaniyah – Jl. Srikaya II / 35 Kebon Sirih Menteng Jakarta pusat.
- Ustadz Syarif Hidayatullah – Padurenan Bekasi.
- KH. Syifa Akyas – PP. Buntet Cirebon.
- KH. Dadang Badruzzaman – PP. Al Falah Sukawening Garut Jawa Barat.
- KH. Ikyan Badruzzaman – PP. Al Falah Sukawening Garut Jawa Barat.
Daerah
lain di luar Jawa.
- Habib Alwi bin Muhammad Al bahar – Jl. Imam Bonjol Gg Masjid Agung No 23 Singaraja Bali.
- KH. Anshari – Martapura Banjarmasin Kalimantan Selatan.
Ulama
besar tersohor dunia yang menjadi Muqaddam dan Khalifah At Tijany :
- Almarhum Sayyidi Syeikh Alfa Hasyim, Mufti Syafii di Mekkah Al Mukarramah di awal abad 20 Masehi / abad 13 Hijriyah.
- Almarhum Sayyidi Syeikh Ali At Thayyib Al Sofyani Al Hasani, Mufti Syafii di Madinah, beliau punya banyak santri dari Indonesia dan beberapa kali datang ke Indonesia. Salah satu putranya Habib Muhammad bin Ali At Thayyib tinggal dan wafat di Empang Bogor, beliau menjadi salah satu perintis perkembangan thariqah At Tijany di Indonesia.
- Almarhum Sayyidi Syeikh Alwi bin Abbas Al maliki – ayahanda almarhum Sayyid Muhammad bin Alwi Al Maliki Mekkah Al Mukarramah.
- Almarhum Syeikh Muhammad Yasin Al Padangi – Imam Masjid Haram dan Ulama terkemuka di Mekkah kelahiran Padang Sumatera Barat.
- Almarhum Sayyidi Syeikh Muhammad Al Hafid At Tijany, salah satu guru besar Ilmu Hadits di Al Azhar Cairo – Mesir.
- Almarhum Sayyidi Syeikh Umar bin Said Al Futhy, Ulama Besar, Mujahid Panglima perang Futha Afrika Barat dalam melawan penjajah Prancis.
- Almarhum Syeikh Ibrahim Nias – Ulama Besar dan Negarawan dari Sinegal.
- Almarhum Syeikh Mansur Barru, Ulama besar dari Prancis.
- Sayyidi Syekh Idris bin Muhammad Al ‘Abid Al Hasani Al Iraqi, Guru besar Ilmu Hadits di Fas Maroko. (saat ini th. 2007 ) beliau masih hidup dan sudah berumur hampir seratus tahun.
- Syeikh Adam An Nefati – Ulama Besar Ilmu Hadits dari Negeria.
Dan masih
banyak Ulama besar dunia lainnya yang tidak kami sebutkan dalam buku ini. Nama
nama yang tercantum pada nomor satu – empat, adalah para ulama besar yang
namanya tidak asing lagi bagi para ulama Indonesia. Karena kredibilitas
keilmuannya yang sudah teruji di dunia Islam dan banyak ulama sepuh dari
Indonesia yang berguru pada salah satu diantara mereka.
BEBERAPA
PERSOALAN YANG BERHUBUNGAN DENGAN TASHAWWUF DAN THARIQAH
1. Apakah
tashawwuf itu ?….dan apa hubungannya dengan thariqah?…. Apakah termasuk bid’ah
atau tidak dalam pandangan Islam?…
Jawab :
Pada prinsipnya, tashawwuf adalah istilah untuk sebuah disiplin ilmu dan
amaliyah yang muncul sekitar abad kedua – ketiga hijriyah, tergugah oleh rasa
prihatin para ulama’ shalihin pada saat itu, dimana ummat Islam mengalami
kemunduran yang disebabkan berbagai peristiwa baik sosial, politik, ekonomi
maupun budaya. Sehingga nilai nilai Islam cenderung diabaikan karena begitu
kuatnya obsesi duniawi. Bahkan para ulama’ shalihin dijadikan musuh baik oleh
masyarakat maupun pejabat. Diantara mereka banyak yang dibunuh karena dianggap
opposan.
Untuk
itulah banyak ulama’ yang shalih menyinggkir kepinggiran kota bahkan kegunung
gunung dan membuat zawiyah (pusat kegiatan pendidikan dan riyadhah ruhani) dengan
disiplin yang ketat mengacu pada kehidupan Rasulullah SAW dan para sahabatnya
(ahlus shuffah). Dimana mereka berusaha menata dan memelihara hati agar
terhindar dari sifat sifat tercela dan menghias dengan sifat sifat terpuji
seperti ihlas, qonaah, sabar dll. Intinya adalah mengatur hati agar tidak
dikuasai dunia tapi harus menguasai dunia.
Dari para
ulama’ yang sekaligus Auliya’ (pada masing masing daerah dan zaman) itulah
muncul metode metode khusus untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. dimana
didalamnya sarat dengan amalan amalan baik berupa bacaan bacaan dan disiplin
latihan atau riyadhah ruhani dengan tata cara dan syarat syarat tertentu yang
mereka tetapkan. Amalan amalan ini bersumber dari Rasulullah SAW dengan sanad
jelas atau silsilah yang sambung. Amalan seperti inilah yang selanjutnya
disebut thariqah. Adapun thariqah yang mu’tabar / mempunyai sanad yang sambung
sampai pada Baginda Nabi Muhammad SAW jumlahnya sekitar 360 thariqah.
Jadi Tashawwuf itu adalah teori dan
praktek Al Islam dengan acuan utama mencontoh cara hidup dan kehidupan
Rasulullah SAW dan para sahabatnya. Sedangkan thariqah adalah amalan resminya.
Pada zaman Nabi Muhammad SAW istilah tashawwuf mungkin belum ada, tapi
prakteknya sudah ada. Ya sama dengan nama teori dan praktek mengajarkan baca
tulis Al Qur’an, ada Qiroati, Iqro’, Al Barqi dll. Pada zaman Nabi tidak ada
tapi selaras dengan perkembangan zaman dan kebutuhan juga bertambah maka
lahirlah istilah dan nama nama tersebut dalam hasanah dunia Islam. Mengapa
tidak dicap bid’ah?….
Kalau
setiap hal baru seperti tashawwuf dicap bid’ah karena tidak ada di zaman Nabi,
maka seluruh organisasi yang ada saat ini bid’ah semua. Seperti organisasi
Islam NU, Muhammadiyah, PERSIS, Hamas, Fatah, FPI, Lasykar Jihad, Jamaah
Islamiyah dan lain sebagainya itu bid’ah juga. Jika setiap bid’ah dhalalah dan
masuk neraka, maka semuanya dhalalah dan masuk neraka.
Demikian
juga praktek menentukan awal dan ahir bulan pada zaman Nabi tidak pakai hisab
dan tidak pakai computer. Berarti yang pakai hisab dan computer itu bid’ah –
dhalalah dan masuk neraka semua. Al Qur’an di zaman Nabi tidak dibukukan,
dizaman sahabat dibukukan diatas lembaran dari bahan kulit dan ditulis tangan
kemudian disimpan tidak di letakkan dimasjid untuk dibaca umum. Sekarang dicetak
offset dalam jumlah masal kemudian disebar di masjid masjid dan mushalla.
berarti tidak sama dengan zaman Nabi dan sahabat. Apakah tidak bid’ah juga ?….
Kesimpulannya,
jika tashawwuf dan thariqah kita lihat hanya dari sebatas nama yang mana hal
itu tidak ada dizaman nabi. Kemudian setiap yang tidak ada di zaman nabi itu
bid’ah dhalalah, maka tashawwuf itu termasuk bid’ah dhalalah, termasuk bid’ah
dhalalah juga organisasi NU, Muhammadiyah, PERSIS dan lain lain karena tidak
ada dizaman nabi.
Jika
tashawwuf dan amalannya (thariqah) kita lihat dari segi isinya, yang mengacu
pada kehidupan Rasulullah dan para sahabatnya, sedangkan thariqah adalah amalan
yang jelas sanadnya sambung pada Rasulullah SAW. maka tashawwuf dan thariqah
adalah bagian terpenting dalam Islam yang harus kita perjuangkan dan pelihara
eksistensinya.
2. Dari
mana asal usul wirid thariqah dan apa rahasianya sehingga mempunyai keutamaan
beda dengan wirid selain thariqah ?…
Sebuah
bacaan rutin / wirid baru disebut sebagai wirid thariqah jika bacaan tersebut
berasal dari Rasulullah SAW dengan sanad yang jelas dan shahiih. Wirid ma’tsur
yang ada dasar pengambilannya baik dari Al Qur’an maupun hadits yang disusun
dan dibaca oleh seseorang tanpa sanad yang sambung sampai baginda Nabi SAW
seperti bacaan bacaan setelah shalat ( Subhanallah 33X, Alhamdulillah 33X,
Allaahu akbar 33X ) dan berbagai bacaan lainnya yang dibaca sekedar hasil niru
saja atau hasil dari membaca kitab kitab / buku buku lalu disusun sendiri
hukumnya bukan thariqah.
Termasuk
juga dzikir yang dibaca di berbagai majlish dzikir yang disusun oleh seorang
tokoh seperti Ustadz Arifin Ilham dengan Adz Dzikra, maupun oleh tokoh besar
seperti Syaikhul Islam Al Imam Al Ghazali misalnya, juga bukan thariqah. Akan
tetapi wirid tersebut tetap mempunyai keutamaan sesuai janji Allah dan
Rasul-Nyaj juga sesuai dengan derajat perintis dan pembacanya. Sedangkan wirid
thariqah disamping mendapatkan keutamaan dan pahala sebagaimana tersebut
diatas, juga mendapatkan pahala dan keutamaan tambahan, yaitu pahala dan
keutamaan serta keistimewaan dari sanad yang sambung dengan Rasulullah SAW.
Sanad
thariqah ada dua macam. Yaitu sanad hissy dan sanad barzakhy. Sanad hissy
artinya sanad ijazah / izin yang diberikan oleh Rasulullah SAW ketika beliau
masih hidup. Seperti sanad Thariqah Qadiriyah asalnya dari Rasulullah SAW
kepada Sayyidina Ali bin Abi Thalib Karramallaahu wajhahu, sedangkan Sayyidi
Syeikh abdul Qadir Al Jailani hanyalah pelanjut, dimana dia mendapatkan ijazah
dari Wali yang menjadi guru beliau kemudian beliau amalkan dan kembangkan
sehingga selanjutnya amalan tersebut dinisbatkan pada beliau.
Demikian
juga Thariqah Naqsyabandiyah, aslinya yang mendapatkan langsung adalah Sahabat
Abu Bakar Al Shiddiq ra. yang selanjutkan diijazahkan kepada S. Salman Al
Farisy lalu pada Imam Ja’far Shadiq yang ahirnya sampai pada Sayyidi Syeikh
Bahauddin Al Naqsyabandy. Beliau menghidupkan lagi dan memasyrakatkannya dengan
gencar. Sehingga selanjutnya disebut thariqah Al Naqsyabandiyah.
Adapun
sanad barzakhy adalah sanad ijazah wirid yang diperoleh dari Rasulullah SAW
melalui pertemuan langsung dalam sadar / bukan mimpi setelah beliau wafat.
Sanad barzakhy diakui dan diyakini kebenaran dan keabsahannya oleh kalangan
muhaqqiqiin dan ‘arifiin.
Diantara
thariqah yang sanadnya didapat secara barzakhi adalah thariqah At Tijany. Hal
ini yang menjadi salah satu keistimewaan thariqah At Tijany, yaitu sanadnya
langsung dari Rasulullah SAW kepada Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijani ra, tanpa
perantara (bukan dari sesama Wali) sehingga sanad yang sampai pada kitapun
sangat dekat dengan Baginda Rasulullah SAW.
3. Selain
dasar Al Qur’an dan Hadits, apa yang menjadi bukti kebenaran dan keistimewaan
wirid thariqah ?..
Bukti yang
paling jelas diantaranya adalah, adanya perubahan tingkah laku pengamal
thariqah yang secara bertahap namun pasti. Dari ahlak yang jelek, kasar dan
tidak peduli dengan agama, berubah menjadi baik, lembut, kasih sayang pada
sesama dan perhatian penuh pada seluruh aspek agama.
Bagi
mereka yang benar benar istiqamah, pada saat yang dikehendaki oleh Allah SWT
mereka akan mendapat anugrah predikat sebagai wali / kekasih Allah SWT dan
sebagai bukti kewaliannya, Allah SWT memberi mereka kekaramatan baik hissy
maupun ma’nawy. Dari mereka inilah memancar sinar keimanan yang begitu kuat dan
dahsyat sehingga mampu menembus berbagai demensi pada seluruh mahluk
disekitarnya.
4.
Bagaimana hukumnya melakukan wirid dengan batasan batasan tertentu, seperti
jumlah dan waktu tertentu. Apakah ada di zaman Nabi atau tidak ?….
Hadits
Nabi yang menganjurkan amalan wirid / dzikir dengan jumlah tertentu sangat
banyak kita temui dalam berbagai literature dan kitab hadits, diantaranya :
وعن ابي هريرة
رضي الله عنه قا ل : قا ل رسول الله
صلى الله عليه وسلم : “من سبح الله فى
د بر كل صلاة ثلاثا وثلاثين ، وحمد الله ثلاثا وثلاثين ، وكبر الله ثلاثا وثلاثين
، وقا ل تمام المائة : لااله الا الله
وحد ه لا شريك له له الملك وله ا لحمد ، وهو على كل شيئ قد ير، غفرت خطا يا ه وان
كا نت مثل زبد البحر“. ( رواه مسلم
)
Diriwayatkan oleh Imam Abi Hurairah ra: Bersabda
Rasulullah SAW “Barangsiapa bertasbih 33X pada setiap selesai shalat, dan
bertahmid 33X, bertakbir 33X, dan membaca laailaaha illallahu wahdahu laa
syariika lahu, lahul mulku walahul hamdu, wahuwa ‘alaa kulli syai’in qodiir
digenapkan 100X, maka Allah mengampuni dosanya walaupun sebanyak busa di
lautan. (HR. Muslim)
وعن ابي هريرة
رضي الله عنه قا ل : سمعت رسول الله
صلى الله عليه وسلم يقول : “والله اني
لاستغفر الله واتوب اليه فى اليوم اكثر من سبعين مرة” ( رواه البخا ري ) وفى رواية مسلم “ما ئة مرة“.
Diriwayatkan oleh Imam Abi Hurairah ra: “Saya mendengar
Rasulullah SAW bersabda”: “Demi Allah saya (Rasulullah SAW) selalu mohon ampun
dan bertaubat kepada Allah dalam sehari lebih dari 70 kali” (HR. Bukhari )
dalam hadits riwayat Imam Muslim 100X.
قا ل رسول الله صلى الله عليه وسلم : “ا حب الاعما ل الى الله أدومها وان قل“ز ( روه البخا ري و
مسلم )
Rasulullah SAW bersabda: “Perbuatan (amal) yang paling
disenangi oleh Allah adalah rutin / dawam atau istiqamahnya, walaupun sedikit”.
( HR. Bukhari dan Muslim ) .
Masalah
ditentukan waktunya, juga banyak riwayat hadits yang menjelaskan waktu waktu
maupun tempat istijabah untuk berdoa dan beribadah. Waktu yang sangat baik
untuk munajat kepada Allah SWT pada 1/3 malam terahir, pagi dan sore, bulan
Ramadhan, hari jum’at sebagaimana hadits Nabi SAW :
وعن أوس بن أوس
رضي الله عنه قا ل : قا ل رسول الله
صلى الله عليه وسلم : ” ان من أفضل ايا
مكم يوم الجمعة ، فأكثروا علي من الصلاة فيه ، فا ن صلاتكم معروضة علي” فقالوا : يا رسول الله ،
وكيف تعرض صلاتنا عليك وقد ارمت؟…. قا ل: يقول : بليت ، قا ل :”ان الله حرم على الارض أجسا د الانبياء “( رواه ابو د اود
)
Diriwayatkan oleh Aus bin Aus RA : Rasulullah SAW
bersabda : “Sesungguhnya hari yang paling utama bagimu adalah hari Jum’at. Maka
perbanyaklah membaca shalawat untukku didalamnya. Sesungguhnya shalawat kalian
disampaikan kepadaku”. Para sahabat bertanya : Ya Rasulallah, Bagaimanakah
shalawat kami disampaikan kepada Tuan, padahal Tuan sudah berkalang tanah?…
Rasulullah SAW menjawab: “Sesungguhnya Allah SWT mengharamkan bagi tanah untuk
makan jasad para Nabi”. ( HR. Abu Daud ).
Sedangkan
tempat istijabah untuk berdoa, selain di Haramain Al Syarifain (Mekkah dan
Madinah) juga di masjid masjid, termasuk juga didalam rumah dianjurkan untuk
dijadikan tempat ibadah seperti shalat dan baca Al Qur’an agar bercahaya dan
hidup tidak seperti kuburan.
5.
Bagaimana hukumnya berdzikir dan menghitung jumlah bacaannya dengan pakai
tasbih ( alat hitung ), apakah termasuk bid’ah atau tidak ?…
Sebagaimana
jawaban penulis terhadap pertanyaan terdahulu. Kalau berpendapat bahwa segala
sesuatu yang tidak ada pada zaman Nabi SAW itu bid’ah, dhalalah dan haram
hukumnya, maka pakai tasbih / alat hitung lainnya juga bid’ah, dhalalah dan
haram hukumnya. Bid’ah, dhalalah dan haram juga khutbah jum’at dan shalat
jum’at pakai sound system. Demikian juga termasuk bid’ah menentukan awal dan
ahir bulan Ramadhan pakai telescope dan menghitung ( hisab ) pakai computer dan
alat lainnya seperti dilakukan oleh PP. Muhammadiyah setiap tahunnya.
Tapi kalau
mengacu pada hadits Nabi yang menentukan jumlah bacaan 33X, 70X, 100X dan lain
sebagainya, kemudian memakai alat hitung untuk memudahkan dan memelihara
kehusyu’an, maka hukumnya boleh bahkan dianjurkan.
Ketika
I’tikaf di masjid Al Haram Mekkah, penulis pernah ditegor oleh seorang pemuda
terpelajar Saudi yang memberi peringatan pada penulis agar sebaiknya menghitung
dzikir dengan ruas ruas jari tangan saja karena kata dia, dengan merujuk pada
sebuah riwayat hadits bahwa ruas ruas tulang dan sel sel daging selalu
bertasbih kepada Allah SWT.
Penulis
jawab tegoran tersebut dengan merujuk pada firman Allah SWT :
سبح لله ما فى السموت والارض وهو العزيز الحكيم ، ( الحد يد : 1)
“Segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi bertasbih
kepada Allah, dan Dialah Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksanan”. ( QS. Al
Hadid ).
Kalau
alasannya menghitung dengan ruas ruas jari adalah karena tasbihnya, sedangkan
benda benda diseantero jagad raya juga sama sama bertasbih kepada Allah SWT.
maka pakai tasbih (alat hitung) lebih utama. Sebab kalau pakai tangan
hitungannya hanyalah tasbih kita saja, tapi kalau pakai alat / benda, benda
benda yang kita pakai berdzikir akan sangat berterima kasih kepada kita dan so
pasti mendoakan kita juga dengan dzikirnya kepada allah SWT agar kita tambah
rajin wirid dan memakai benda tersebut sebagai alat dan temannya.
6. Untuk
memasuki atau mengikuti dan mengamalkan ajaran thariqah, seseorang harus
berbai’at dulu. Bagaimana hukumnya dan apa dasar hukumnya? …
Bai’at
artinya perjanjian setia lahir batin, sehidup semati serta siap berbuat dan
menanggung resiko apa saja sebagai akibat dari perjanjian tersebut. Orang yang
mau masuk suatu thariqah apapun namanya harus bai’at dulu. Yaitu ikrar janji
setia kepada Allah SWT melalui Guru / Syeikh (Mursyid atau Muqaddam thariqah)
bahwa dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk melaksanakan seluruh kewajiban
Syariat Islam dan menjauhi semua larangannya serta memenuhi seluruh persyaratan
yang ditentukan oleh thariqah yang dianutnya.
Praktek
dan istilah bai’at sudah ada sejak zaman Nabi SAW hidup. Dalam sejarah ketika
Fathul Makkah, dikatakan bahwa penduduk Mekkah ramai ramai bai’at masuk Islam
kepada Baginda Nabi Muhammad SAW, ketika Sahabat Utsman bin Affan ra. ditawan
dan dijadikan sandra, Rasulullah SAW menyerukan jihad untuk membela Utsman.
Lalu para sahabat ramai ramai bai’at pada Nabi dibawah pohon di Hudaibiyah,
demikian juga dalam berbagai kesempatan lain. Sebagaimana firman Allah SWT
dalam Al Qur’an:
ان الذ ين يبا يعونك انما يبا يعون الله ، يد الله فوق ايد
يهم ، فمن نكث فا نما ينكث على نفسه ، ومن اوفى بما عهد عليه الله فسيؤتيه اجرا
عظيما . ( الفتح : 10 )
“Bahwasanya orang orang yang berbai’at ( berjanji setia)
kepada kamu, sesungguhnya mereka berbai’at kepada Allah. Tangan Allah diatas
tangan mereka,maka barangsiapa yang melanggar janjinya, niscaya akibat
melanggar janji tersebut akan menimpa dirinya sendiri, dan barangsiapa yang
menepati janjinya kepada Allah, maka Allah akan memberinya pahala yang besar”.
(QS. Al Fath : 10 ).
لقد رضي الله عن المؤمنين اذ يبا يعونك تحت الشجرة فعلم ما
فى قلوبهم فانزل السكينة عليهم واثا بهم فتحا قريبا . ( الفتح : 18 )
“Sesungguhnya Allah benar benar ridha kepada orang orang
mu’min, ketika mereka berbai’at (berjanji setia) kepadamu dibawah pohon.maka
Allah mengetahui apa yang ada dihati mereka, kemudian Allah menurunkan
ketenangan pada hati mereka dan memberi balasan untuk mereka berupa kemenangan
yang dekat (waktunya)”. (QS. Al Fath : 18 )
Ulama beda
pendapat dalam menyikapi hukumnya bai’at. Ada yang mewajibkan dan ada yang
menyatakan sunnah. Tapi pada prinsipnya bai’at itu adalah bagian dari syariat
islam dan sunnah Nabi Muhammad SAW.
7.
Bagaimana hukumnya masuk salah satu thariqah Mu’tabarah dan mengamalkannya,
apakah wajib atau sunnah atau makruh atau mubah ?…
Jawab :
Kalau yang dikehendaki masuk thariqah itu belajar membersihkan hati dari sifat
sifat yang rendah, dan menghiasnya dengan sifat sifat terpuji, maka hukumnya
fardu ‘ain (wajib bagi setiap orang). Sebagaimana hadits Nabi SAW : “Menuntut ilmu
diwajibkan bagi orang Islam baik laki laki maupun perempuan.
Tetapi
kalau yang dikehendaki masuk thariqah mu’tabaroh itu khusus untuk dzikir dan
wirid, maka termasuk sunnah Rasulullah SAW. adapun mengamalkan dzikir dan wirid
setelah bai’at. Maka hukumnya wajib untuk memenuhi janji. Dan tentang
Mursyid/Muqaddam menalqinkan (mengajarkan) dzikir dan wirid kepada para murid
maka hukumnya sunnah karena sanad thariqah kepada Rasulullah SAW itu sanad yang
shahih. Keterangan ini diambil dari kitab Al Ma’ariful Muhammadiyyah hal.81 dan
Al Adzkiya’. (Hasil keputusan Mu’tamar ke 1 Jam’iyyah Ahlu Thariqah Al
Mu’tabarah An Nahdliyah di Tegal Rejo Tgl: 18 – 3 – 1377 H. / 12 – 10 – 1957
M.)
8.
Bagaimana hukumnya masuk dan mengamalkan wirid salah satu thariqah mu’tabarah,
kemudian orang tersebut berhenti mengamalkan ( keluar / batal thariqahnya ),
apakah ada sangsi / resiko bagi orang tersebut ?……
Jawab :
Masuk thariqatul auliya’ yang dinyatakan dengan bai’at (ikrar janji setia
kepada Allah SWT melalui Mursyid atau Muqaddam yang punya izin dan sanad
shahiih / sambung sampai ke Rasulullah) kemudian keluar / ingkar janji hukumnya
dosa besar, bahkan terancam mati suul khatimah, karena dalam thariqah dan
amalannya terdapat banyak asrar ar rabbany (rahasia ketuhanan). Ibaratnya sama
dengan orang masuk jadi anggota meliter kemudian desersi (lari dari tugas /
berhenti) resikonya sangat besar, karena orang tersebut telah banyak tahu
rahasia negara.
Lain
halnya kalau hanya bekerja di perusahaan swasta, keluar masuk / pindah beberapa
kali dalam sebulan tidak ada resikonya. Tapi kalau diterima jadi pegawai negri
sipil saja misalnya, yang mana penerimaan tersebut melalui proses sumpah
jabatan dan mendapat SK pengangkatan, orang tersebut tidak bisa seenaknya
keluar begitu saja. Aapalagi diterima jadi anggota meliter, jangankan balelo,
terlambat datang upacara saja sudah dihukum berat. Demikian juga masuk anggota
thariqahnya Wali Allah, mereka sebenarnya masuk dalam barisan tentara Allah.
Lebih
jelasnya silahkan telaah dengan teliti kitab Al Faidhur Rabbany yang disusun
oleh Syeikh Umar Baidhawi Basyaiban halaman : 27.
9. Bagaimana hukumnya orang
yang mengajarkan ilmu haqiqah, sedangkan ia sendiri tidak mengerjakan syariat
agama Islam ?…
Jawab : Hukumnya haram dan
menjadi sesat dan menyesatkan serta salah satu bentuk penyelewengan dalam
Agama. Dan orang yang bertashawwuf tanpa mengamalkan syariat itu kafir zindiq.
Sebaliknya orang yang melaksanakan syariat tanpa tashawwuf cenderung fasiq.
(Keterangan diambil dari kitab Kifayatul Atqiya’) dari hasil Mu’tamar yang
sama.
Daftar Pustaka
- Ali Harazim Ibnu Arabi Al Maghribi : Jawahirul Ma’ani Wa Bulughul Amani
- A. Fauzan Fathullah H. : Biografi Al Quthbul Maktum Sayyidul Auliya’ Syeikh Ahmad At Tijany dan thariqah Al Tijaniyah.
- A. Fauzan Fathullah H. : Thariqah At Tijaniyah Dalam Neraca Hukum Agama
- Abi Bakar Ad Dimyati : I’anatut Thalibin.
- Abi Zakariya Yahya bin Syarif An Nawawi Ad Damsyiqi : Riyadus Shalihin
- Muhammad bin Abdullah Asysyafi’i At Thasthafawi At Tijany : Al Fathur Rabbani
- Muhammad bin Alwi Al Malliki Al Hasani : Syaraful Ummati Al Muhammadiyyah
- Umar Baidlowi Basyaiban KH : Al Faidur Robbani
- Umar bin Said Al Futi : Rimah Hizbir Rohim
- Zainuddin Al Milbari : Nadzam Hidayatul Azkiya’
- Al Qur’an Karim dan Terjemahnya.
- Al Masyrabul Kitmani lil Khatmil Muhammadiy Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany.
- Hasil Keputusan Kongres & Mubes Jam’iyah Ahli Thariqah Mu’tabaroh An Nahdliyah.
Penutup
Alhamdulillah, penyusunan revisi risalah kecil ini dapatlah kami
selesaikan, harapan kami adalah dengan syafaat Rasulullah Saw. dan barokah
serta karomah Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany RA. semoga Allah Swt.
berkenan membersihkan kotoran-kotoran yang masih melekat di hati kami, dan
menggolongkan kami bersama dengan orang-orang yang berhati bersih, ikhlas
karena Allah Swt. dan semoga risalah ini dapat menjadi amal jariah kami dan
membawa barokah dan manfaat yang besar bagi kami pribadi, keluarga kami, para
muqaddam yang membimbing kami juga kaum muslimin, khususnya Ichwan Thariqah At
Tijany. Amiin…. Amiin…. Amiin….
اللهم احشرنا فى زمرة ابى الفيض
التجانى وامدنا بمد د ختم الاولياء الكتمانى
Ya Allah Kumpulkanlah kami bersama rombongan Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany
dan berilah kami karunia berkat madad (bantuan) dari Hatmul Auliya’ yang
dirahasiakan
( Al Quthbi Al Maktum Ahmad bin Muhammad At Tijany )
Artikel Baru ini diterbitkan satu bulan sekali ???
Sumber : K.H. Drs. M. Yunus A. Hamid (Muqaddam Jakarta)
Judul Bulan ini :
1. Ilmu Dan Islam
2. Makna Ikhlas dalam Ibadah
ILMU DAN ISLAM
I. Amanat Ilmu Allah pada Rasulullah
Kehidupan adalah perjalanan dari Allah (alam azaly) turun
kealam dunia yang fana dan penuh prahara dibawah kekuasaan dan pengawasan Allah
yang ahirnya kembali kepada Allah SWT. Allah SWT dengan sifat-Nya yang Maha
Sempurna sudah menetapkan keputusan (taqdir) Nya yang akan terjadi pada segenap
mahluq yang diciptakan-Nya sejak sebelum penciptaan alam semesta itu sendiri.
Namun hal tersebut adalah salah satu yang teramat rahasia yang betul betul
dijaga oleh Allah SWT. tak seorangpun yang tahu dan diberi tahu kecuali mereka
yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Karena sangat rahasia itulah maka tidak semua orang tahu
hakekat dirinya apalagi mengetahui hakekat tuhannya. Bahkan kebanyakan manusia
benar benar buta akan hal tersebut sehingga mereka tidak sadar dan tidak
mengetahui sama sekali hakekat dan tujuan penciptaan dirinya. Akibatnya banyak
manusia yang bingung dan berjalan tanpa arah tujuan yang jelas dalam hidup dan
kehidupannya. Untuk itulah Allah SWT dalam setiap kurun waktu tertentu telah
mengutus para Nabi dan Rasul yang mendapat beban tugas menyampaikan pesan pesan
nubuwah dan risalah Ilahiyah kepada segenap manusia sesuai dengan kondisi dan
zamannya masing masing.
Mereka para Nabi dan Rasul adalah manusia manusia pilihan
yang diutus oleh Allah SWT kepada segenap mahluq terutama jin dan manusia
dengan bekal ilmu dan amaliyah yang terbagi menjadi tiga macam, antara lain :
Ilmu yang wajib dan mutlaq harus disampaikan seluruhnya,
tanpa ada penambahan dan pengurangan sedikitpun.
Itulah ilmu yang kita kenal saat ini dengan sebutan
Syariat / aturan agama yang bernama AL Islam. Dengan acuan utamanya berupa tex
Al Qur’an yang sampai saat ini dan seterusnya sampai kiamat tetap akan terjamin
kebenaran dan keasliannya. Tex Al Qur’an sebagai induk dan pusat rujukan dari
seluruh produk hukum Islam. Hal ini telah disampaikan oleh Rasulullah SAW
dengan baik dan sungguh sungguh dalam bentuk tex yang biasa kita baca sampai
saat ini, juga berupa contoh perbuatan dan perkataan yang dikenal dengan
istilah / nama Hadist Nabi (baik Qauliyah maupun Fi’liyah). Sehingga tidak ada
satu hurufpun yang disimpan atau disembunyikan. Al qur an adalah induk acuan
atau rujukan dari Syariat Islam secara global yang bersumber dari Allah SWT
selaku pencipta alam raya ini, sedangkan Hadits adalah tafsir atau penjelasan
langsung dari Rasulullah SAW selaku penerima dan pemegang amanah risalah samawi
tersebut
Oleh karena itu, tidak ada sedikitpun pertentangan antara
Al Qur’an dan Hadits Nabi. Karena tafsir Al qur an yang paling resmi dan
orisinil adalah Hadits Nabi. Pribadi Rasulullah SAW baik lahir maupun
bathinnya, perkataan maupun perbuatannya, serta seluruh aktifitas maupun
diamnya adalah representasi dari Al Qur an. Sehingga amat sangat bodoh dan
tidak bijak bahkan termasuk kelancangan yang sangat besar yang menjurus pada
kekafiran jika ada diantara kita umat Islam yang mencoba mempertentangkan
antara Al Qur an dan Hadits Nabi SAW. lebih lebih kalau beranggapan bahwa jika
terjadi pertentangan antara arti dan makna Al Qur an dan Hadits Nabi SAW maka
hadits itu harus di anulir (tidak dipakai) walaupun shahiih.
Al Qur an dan Hadits Nabi SAW adalah mutiara mutiara
kalimat yang menggunakan bahasa arab fushah yang mempunyai nilai sastra yang
sangat tinggi, sehingga setiap kata mengandung arti dan makna yang sangat
kompleks, serta ada keterkaitan antara satu dan lainnya. Oleh sebab itu tidak
cukup sekedar menguasai ilmu nahwu dan Sharraf untuk bisa menjelaskan arti dan
makna serta kandungan ayat ayat Al Qur an, apalagi kalau hanya baca dari kitab
Al Qur an dan terjamahnya yang disitu tidak ada penjelasan yang memadai.
Ada berbagai disiplin ilmu yang harus dipelajari dan
dikuasai dengan sempurna untuk menguak berbagai rahasia yang terdapat dalam Al
Qur an. Diantaranya ilmu ilmu yang berkenaan dengan sastra arab dan mantiq
(logika), Serta tidak kalah penting kita harus menguasai asbabun nuzul / sebab
sebab diturunkannya ayat ayat Al Qur’an juga asbabul wurud / sebab sebab
disabdakannya sebuah hadits. Jika semua alat tersebut diatas sudah tersedia
dengan sempurna, maka kemungkinan terjadinya salah tafsir / misinterpretasi
terhadap ayat ayat Al Qur an dan Hadits Nabi SAW dapat diminimalkan. Dan yang
lebih bahkan paling penting dalam hal ini adalah adanya bimbingan dari seorang
guru yang ‘Alim dan ‘amal serta yang waro’I (orang yang sangat taqwa dan hati
hati).
Ilmu Allah SWT adalah lautan ilmu yang tak seorangpun
tahu tepi dan kedalamannya. Ilmu yang diberikan kepada manusia termasuk yang
diberikan kepada para Anbiya’ dan Rasulullah SAW hanyalah sebagian kecil atau
hanyalah sebesar beberapa tetes air dari lautan ilmu-Nya yang maha luas dan
dalam. Oleh karena itu tak seorangpun yang pantas menyombongkan diri dan
menepuk dada hanya karena merasa menguasai sebuah disiplin ilmu. Boleh saja dia
bangga karena pandai dan menguasai ilmu Fiqh empat madzhab misalnya, tapi perlu
diingat masih banyak disiplin ilmu lain yang tak kalah pentingnya untuk
dikuasai dan sama sama dibutuhkan dalam kehidupan sehari hari.
Demikian juga bagi seorang muslim yang ingin memupuk
jiwanya, tidak cukup baginya hanya belajar dan mengamalkan ilmu dzahir, perlu
juga secara bertahap mempelajari ilmu batin dan berlayar mengarunginya serta
menyelam sampai pada kedalaman palungnya sehingga suatu saat dapat menemukan
mutiara kehidupan yang hakiki yaitu tersingkapnya rahasia rahasia Rabbani dan
terpancarnya cahaya mutiara hati yang bersih dan lembut karena selalu berada
dalam bimbingan Ilahi.
Ilmu yang bersifat rahasia bagi umum tapi tidak bersifat
rahasia bagi orang orang tertentu.
Ilmu ini tidak boleh disampaikan kepada umum, tapi boleh
disampaikan kepada orang orang tertentu (orang Khas) yang dikehendaki oleh
Allah SWT (para Nabi dan wali Allah) karena dalam ilmu ini ada rahasia rahasia
ketuhanan (Asraar Ar Rabbany) yang bersifat khusus. Ilmu ini tidak bisa
dituntut / dicari dan dipelajari sebagaimana ilmu umum, tapi harus dengan cara
khusus oleh orang orang khusus dalam waktu serta tempat yang khusus pula.
Contohnya peristiwa Tarbiyah / pendidikan yang ditempuh oleh nabi Musa AS
bersama gurunya Al Khidhir ra.. Sebagaimana terpapar dengan jelas didalam Al
Qur’an surat Al Kahfi ayat 60 – 82. yang mana Al Khidhir melakukan perbuatan
perbuatan yang secara lahiriah melanggar aturan di depan mata muridnya (Nabi
Musa AS) diantaranya : membunuh anak kecil yang sedang bermain, merusak dan
membocorkan kapal dan membangun rumah rusak tanpa mendapat imbalan apa apa.
Nabi Musa AS yang bertindak sebagai murid dalam hal
tersebut tidak boleh bertanya apapun apalagi berkomentar dan mengkritisi
perbuatan gurunya. Kalau melanggar aturan akan dipecat sebagai murid. Akan
tetapi karena Nabi Musa tidak tahan untuk tidak bertanya dan berkomentar atas
tindakan gurunya yang selalu menyalahi aturan (Syariat) dan hal tersebut
terulang sampai tiga kali. Maka ahirnya Al Khidhir ra. membuka rahasia
perbuatannya, yang mana seluruh perbuatan yang menurut pandangan lahir tersebut
melanggar aturan Allah (Syariat), ternyata beliau lakukan atas perintah Allah
dengan pengetahuan langsung dari Allah SWT (Ilmu Ladunny). Untuk lebih jelas
dan kongkrit marilah kita teliti kisah yang haq dalam Al Qur’an surat Al Kahfi
ayat 60 – 82 tersebut.
واذ قال موسى لِفَته لاابرح حتى ابلغ
مجمع البحرين أوأمضى حقبا (۶۰)
Artinya :
(60) Ingatlah ketika Musa berkata kepada muridnya
(menurut ahli tafsir yang dimaksud dengan murid nabi Musa disini adalah Yusya
bin Nun): “Aku tidak akan berhenti (berjalan) sebelum sampai ke pertemuan dua
lautan; atau aku berjalan sampai bertahun tahun”.
فلما بلغا مجمع بينهما نسيا حوتهما فا
تخذ سبيله في البحر سربا (۶۱)
(61) Maka tatkala mereka bertemu dengan pertemuan dua
buah lautan itu, mereka lalai akan ikannya, lalu ikan itu melompat mengambil
jalannya ke laut itu.
فلما جاوزا قا ل لفته أتنا غد اءنا لقد
لقينا من سفرنا هذ ا نصبا (۶۲)
(62) Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah
Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah
merasa letih dengan perjalanan kita ini”.
قا ل أرءيت اذ أوينآ الى الصخرة فانى
نسيت الحوت ومآ أنسنيه الا الشيطا ن ان أذكره واتخذ سبيله في البحر عجبا (۶۲)
(63) Muridnya menjawab: “Tahukah kamu tatkala kita
mencari tempat berlindung tadi?, maka sesungguhnya aku lupa untuk menceriterakan
tentang ikan itu. Dan tidak adalah yang melupakan aku untuk menceriterakannya
kecuali Syaetan. Dan ikan itu mengambil jalannya kelaut dengan cara yang aneh
sekali”.
قال ذ الك ما كنانبغ فارتد على أثارهما
قصصا (64)
(64) Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu
keduanya kembali mengikuti jejak mereka semula.
فوجدا عبدا من عبادنا أتينه رحمة من
عندنا وعلمنه من لدناعلما (65)
(65) Lalu mereka bertemu dengan seorang hamba diantara
hamba hamba Kami (menurut ahli tafsir yang dimaksud Hamba disini adalah Al
Khidhir ra.), yang telah Kami berikan kepadanya rahmat (sebagian ulama
mengatakan pangkat kenabian, tapi kalangan ulama Muhaqqiqin berpendapat
kedudukan khusus sebagai wali) dari sisi Kami, dan yang telah kami ajarkan
kepadanya ilmu (Ilmu khusus yaitu ilmu tentang yang ghaib) dari sisi Kami (ilmu
ladunny).
قال له موسى هل أتبعك على ان تعلمن
مماعلمت رشدا (66)
(66) Musa berkata kepada Al Khidhir ra.: “Bolehkah aku
mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar diantara ilmu ilmu
yang telah diajarkan kepadamu?”.
قا ل ءانك لن تستطيع معي صبرا (67)
(67) Dia menjawab : “Sesungguhnya kamu sekali kali tidak
akan sanggup sabar bersamaku”.
وكيف تصبر على مالم تحط به خبرا (68)
(68) Dan bagaimana kamu dapat sabar atas sesuatu, yang
kamu belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu”.
قا ل ستجدني انشاء الله صابرا ولا أعصى
لك ا مرا (69)
(69) Musa berkata : “Insya-Allah kamu akan mendapati aku
sebagai orang yang sabar. Dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu
urusanpun”
قال فان اتبعني فلا تسئلني عن شيئ جتى
أحدث لك منه ذكرا (70)
(70) Dia berkata : “Jika kamu mengikutiku, maka janganlah
kamu menanyakan sesuatu apapun, sampai aku sendiri menerangkannya kepadamu”.
فانطلقا حتى اذا ركبا فى السفينة خرقها ،
قال أخرقتها لتغرق اهلها لقد جئت شيئا امرا (71)
(71) Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala keduanya menaiki
perahu lalu Al Khidhir ra. melobanginya. Musa berkata : “Mengapa kamu melobangi
perahu itu yang akibatnya bisa menenggelamkan penumpangnya? sesungguhnya kamu
telah berbuat suatu kesalahan yang besar”.
قال ألم اقل انك لن تستطيع معي صبرا (72)
(72) Al Khidhir ra. berkata : “Bukankah aku telah berkata
; Sesungguhnya kamu sekali kali tidak akan sabar bersama dengan aku”.
قال لا تؤاخذنى بما نسيت ولا ترهقنى من
أمرى عسرا (73)
(73) Musa berkata : “Janganlah kamu menghukum aku karena
kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan kesulitan dalam urusanku”.
فانطلقا حتى اذا لقيا غلما فقتله، قال
أقتلت نفسا زكيتا بغير نفس لقد جئت شيئ نكرا (74)
(74) Maka berjalanlah keduanya, hingga tatkala mereka
berjumpa dengan seorang pemuda, maka Al Khidhir ra. membunuhnya. Musa berkata :
Mengapa kamu bunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain?..
Sesungguhnya kamu telah melakukan sesuatu yang mungkar”.
قال ألم اقل لك انك لن تستطيع معي صبرا (75)
(75) Al Khidhir ra. berkata : “Bukankah aku telah berkata
; Sesungguhnya kamu sekali kali tidak akan sabar bersama dengan aku”.
قال ان سألتك عن شيئ بعدها فلاتصحبنى، قد
بلغت من لدنى عذرا (76)
(76) Musa berkata : “Jika aku bertanya kepadamu tentang
sesuatu sesudah ini, maka kamu jangan memperbolehkan aku menyertaimu, sesungguhnya
kamu sudah cukup memberikan ‘udzur (toleransi) padaku”
فانطلقا حتى اذا أتيا أهل قرية أستطعما
أهلها فابواأن يضيفوهمافوجدا فيها جدارا يريد أن ينقض فأ قامه ، قال لو شئت لتخذت
عليه أجرا(77)
(77) Maka keduanya berjalan, hingga tatkala keduanya
sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri
itu. Tapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya
mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh. Maka Al Khidhir
ra. menegakkan (memperbaiki) dinding itu. Musa berkata : “Jikalau kamu mau,
niscaya kamu mengambil upah untuk itu”.
قال هذا فراق بينى وبينك، سأنبئك بتأويل
مالم تستطع عليه صبرا (78)
(78) Al Khidhir ra. berkata : “Inilah perpisahan antara
aku dan kamu; aku akan memberitahukan kepadamu tujuan perbuatan perbuatan yang
kamu tidak sabar terhadapnya”.
أما السفينة فكانت لمسكين يعملون
فىالبحرفأرذت أن أعيبهاوكان وراءهم ملك ياءخذ كل سفينة غصبا (79)
(79) Adapun bahtera / kapal itu kepunyaan orang orang
miskin yang bekerja dilaut. Dan aku merusak bahtera itu (dengan tujuan
menyelamatkan) karena didepan mereka ada seorang raja yang selalu merampas tiap
tiap bahtera.
واما الغلم فكان ابواه مؤمنين فخشينآ ان
يرهقهما تغيا وكفرا (80)
(80) Dan adapun anak muda itu, maka kedua orang tuanya
adalah orang orang mukmin. Dan kami kawatir bahwa dia akan mendorong kedua
orang tuanya itu pada kesesatan dan kekafiran.
فاردنآ ان يبدلهما ربهما خيرا منه زكوة
واقرب رحما (81)
(81) Dan kami menghendaki, supaya Tuhan mereka mengganti
bagi mereka anak lain yang lebih baik kesuciannya dari anak itu dan lebih kasih
sayangnya (kepada ibu bapaknya).
فأما الجدار فكان لغلامين يتيمين فى
المدينة وكان تحته ،كنزلهما وكان ابوهما صالحا
فأراد ربك ان يبلغآ اشد هما ويستخرجا
كنزهما رحمة من ربك وما فعلته عن
أمرى ذالك تأ ويل مالم تسطع عليه صبرا (82)
(82) Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang
anak yatim dikota itu, dan dibawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka
berdua. Sedangkan ayahnya adalah seorang yang shalih. Maka Tuhanmu menghendaki
agar supaya mereka sampai kepada kedewasaan dan mengeluarkan simpanan itu.
Sebagai rahmat dari Tuhanmu. Dan bukanlah aku melakukan semua itu atas
kemauanku sendiri. Demikian itu adalah tujuan perbuatan perbuatan yang kamu
tidak sabar terhadapnya”.(Al Qur’an S. Al Kahfi : 60 – 82)
Kalau kita telaah dengan saksama paparan kisah perjumpaan
dan proses transformasi ilmu pengetahuan khusus tentang ilmu Khas atau ladunni
(yang merupakan Asrar Ar Rabbany / rahasia Sang Pencipta) antara Nabi Musa AS
dan Al Khidhir ra. (dahulu kala pada zaman mereka) . Disini bisa kita ambil
I’tibar tentang metode penyampaian ilmu yang bersifat khusus, yaitu adanya
penjelasan fi’liyah atau penjelasan dengan praktek langsung oleh seorang guru
yang ‘Arif billah (Ma’rifah kepada Allah) yang dipresentasikan oleh Al Khidhir
ra.. Dengan muridnya yang dipresentasikan oleh Nabi Musa AS. Antara lain :
Proses transformasi ilmu ghaib / ladunny / ilmu khusus
itu dilakukan secara fi’liyah, Langsung praktek di lapangan.
Murid tidak boleh bertanya dan berkomentar, apalagi
mengkoreksi dan menilai tindakan sang guru hal itu mutlak tidak boleh.
Ditekankan kepada sang murid agar bersabar dan siap
menerima dan melaksanakan perintah gurunya tanpa syarat.
Guru dalam proses tarbiyah ini haruslah orang yang ‘Arif
billah atau orang yang Ma’rifah kepada Allah SWT.
Tindakan guru yang secara syar’I (hukum lahiriyah) salah
dilakukan atas perintah dan petunjuk Allah SWT, bukan karena atas kemauan nafsu
yang ingin memperlihatkan kejunilan atau pamer kehebatan.
Tujuan ahir dan hikmah dari perbuatan sang guru adalah
maslahat atau kebaikan, baik untuk sekala kecil maupun luas.
Kesimpulah ahir dari proses transformasi tersebut bisa
berupa penjelasan sebagaimana Al Khidhir ra. menjelaskan kepada nabi Musa atau
berupa kenyataan yang tidak dapat ditolak yang membenarkan perbuatan tersebut.
Catatan sangat penting.
“Ternyata Al Khidhir ra. bukan nabi tapi seorang wali!”.
Masalah Al Khidhir ra. salah satu dari tokoh penting dalam ceritera peristiwa Tarbiyah yang digambarkan pada surah Al Kahfi ayat 60 – 82 ini dinyatakan bahwa Al Khidhir ra. yang yang konon nama aslinya adalah Balyan bin Malkan menurut pendapat sebagian ulama’ dzahir ialah seorang Nabi (orang yang mendapatkan ilmu nubuwwah) yaitu ilmu khusus dan sangat rahasia yang hanya untuk dirinya saja, tidak untuk disampaikan pada orang lain kecuali kepada yang berhak dan atas izin allah SWT. tapi para Ulama Muhaqqiqiin dan ‘Arifiin berpendapat bahwa dia adalah salah satu dari Auliya’ (Wali Allah) sedangkan Nabi Musa adalah Nabi dan Rasul, dimana dia disamping mendapat ilmu khusus dan super khusus, dia juga dapat mandat ilmu Risalah / kerasulan. Yaitu ilmu dzahir / syariat yang harus ditegakkan. Oleh karena itu maka selalu terjadi benturan antara Nabi Musa (sebagai Nabi dan Rasul) dengan Al Khidhir ra. yang hanya bertindak sebagai seorang wali saja (menurut ‘ulama Al Muhaqqiqiin dan ‘Arifiin), dimana dia berbuat dan bertingkah laku dengan ilmu khusus yang tidak dapat diterima langsung oleh awam, jadi diantara mereka dalam masalah tersebut diatas termasuk benar semua (tidak ada yang salah).
Masalah Al Khidhir ra. salah satu dari tokoh penting dalam ceritera peristiwa Tarbiyah yang digambarkan pada surah Al Kahfi ayat 60 – 82 ini dinyatakan bahwa Al Khidhir ra. yang yang konon nama aslinya adalah Balyan bin Malkan menurut pendapat sebagian ulama’ dzahir ialah seorang Nabi (orang yang mendapatkan ilmu nubuwwah) yaitu ilmu khusus dan sangat rahasia yang hanya untuk dirinya saja, tidak untuk disampaikan pada orang lain kecuali kepada yang berhak dan atas izin allah SWT. tapi para Ulama Muhaqqiqiin dan ‘Arifiin berpendapat bahwa dia adalah salah satu dari Auliya’ (Wali Allah) sedangkan Nabi Musa adalah Nabi dan Rasul, dimana dia disamping mendapat ilmu khusus dan super khusus, dia juga dapat mandat ilmu Risalah / kerasulan. Yaitu ilmu dzahir / syariat yang harus ditegakkan. Oleh karena itu maka selalu terjadi benturan antara Nabi Musa (sebagai Nabi dan Rasul) dengan Al Khidhir ra. yang hanya bertindak sebagai seorang wali saja (menurut ‘ulama Al Muhaqqiqiin dan ‘Arifiin), dimana dia berbuat dan bertingkah laku dengan ilmu khusus yang tidak dapat diterima langsung oleh awam, jadi diantara mereka dalam masalah tersebut diatas termasuk benar semua (tidak ada yang salah).
Kalangan khusus / orang orang tertentu meyakini bahwa Al
Khidhir ra. sampai saat ini masih hidup dan sesekali bisa menemui orang orang
tertentu atas izin Allah SWT. Al Faqiir (penulis) tidak mengingkari hal
tersebut. Cuma ada satu hal yang perlu direvisi, yaitu status / pangkat Al
Khidhir ra. saat ini. Sebagian kalangan (’ulama dzahir) masih beranggapan bahwa
Al Khidhir ra. itu tetap Nabi.
Jika Al Khidhir ra. itu status / jabatannya tetap sebagai
Nabi sampai saat ini, maka pendapat ini sama atau mirip dengan keyakinan
kelompok Ahmadiyah Qodiyani yang berkeyakinan bahwa Nabi Muhammad SAW memang
Nabi terahir tapi dari segi maqam / pangkat (yang tiada lagi pangkat diatasnya)
sedangkan Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi terahir secara fisik yang mana setelah
dia mati tidak ada lagi Nabi yang hidup setelahnya. Hal ini bertentangan dengan
aqidah ahlus sunnah wal jamaah yang berkeyakinan sesuai dengan Al Qur an yang
menyatakan bahwa tidak ada lagi Nabi dan Rasul setelah Nabi Muhammad SAW.
dimana Nabi Muhammad sebagai Khatmul Anbiya’ wal Mursaliin itu bukan hanya
penutup Nabi dan Rasul dari segi pangkat, tapi juga secara fisik. Karena
setelah Rasulullah SAW wafat tidak boleh ada lagi nabi dan Rasul yang hidup
setelahnya. Firman Allah SWT:
ما كا ن محمد آبآ احد من رجا لكم ولكن
رسول الله وخا تم النبين ، وكا ن الله
بكل شيئ عليما .( الاحزا ب : 40
)
“Muhammad itu sekali kali bukan bapak dari laki laki
diantara kalian, tapi Dia adalah Rasulullah dan penutup nabi nabi. Dan Dialah (
Allah ) Maha Mengetahui segala sesuatu”. ( QS. Al Ahzab : 40 ).
Ayat 40 pada surat Al Ahzab diatas, pada bagian awal
menjelaskan hukum adopsi yang tidak diakui sebagai nasab dalam Islam (pada
kasus zaid bin Haritsah). Sedangkan kalimat “Tapi dia Rasulullah dan penutup
nabi nabi”, adalah penjelasan kongkrit bahwa Dia Muhammad SAW adalah Rasul dan
Nabi Allah terahir yang menjadi penutup baik secara maqam / pangkat maupun
secara fisik, dimana tidak ada Nabi dan Rasul lagi setelahnya. ( lihat
penjelasan pada Tafsir Ibnu Katsir jilid III halaman 432 ).
Para Muhaqqiqiin dan ‘Arifiin yang termasuk didalamnya
Sayyidul Auliya’ Al Kuthbi Al Maktum wal Khatmi Al Muhammady Al Maklum, Sayyidi
Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani RA. berpendapat bahwa dalam kehidupannya
sejak dulu sampai saat ini Al Khidhir ra. bukanlah sebagai Nabi, tapi sebagai
Wali Allah dan saat ini menjadi ummat Nabi Muhammad SAW, demikian juga Nabi Isa
bin Maryam AS. yang mana kelak di ahir zaman akan diturunkan lagi kebumi
sebagai salah satu tanda dekatnya hari Qiamat Qubra. Dia diturunkan kebumi
bukan lagi sebagai Nabi dan Rasul, tapi sebagai Khatmul Auliya’ / penutup para
wali secara fisik dan sebagai ummat Nabi Muhammad SAW. dan dia tidak membawa
syariat baru, tapi mengikuti Syariat Islam. setelah beliau wafat berarti tidak
ada wali lagi yang hidup setelahnya. Maka pada saat itu umat manusia menuju
kerusakan aqidah dan ahlak secara total yang menjadi sebab utama Qiamat Qubra.
Hujjah paling kuat tentang pangkat Al Khidhir ra. sebagai
wali adalah sanggahan / tegoran Nabi Musa AS yang berkata; “Engkau telah
berbuat kesalahan besar” pada saat dia membocorkan perahu (Al Kahfi :71) dan :
“Kamu telah berbuat sesuatu yang munkar”. Ketika dia membunuh anak kecil (Al
Kahfi: 74). Sebagai Nabi dan Rasul, Nabi Musa AS dikaruniai kesempurnaan
ma’rifah, dia pasti tahu andaikata Al Khidhir ra. adalah seorang Nabi, sehingga
dia tidak akan menyanggah atau menyalahkan tindakan apapun yang dilakukan Al
Khidhir ra. karena mengingkari perbuatan para nabi hukumnya kafir, sebab para
nabi itu DIJAMIN oleh Allah SWT dengan sifat MA’SUM. Tapi kalau Wali Allah
tidak punya jaminan sebagaimana para Nabi. Dan mengingkari perbuatan para wali
yang tidak sejalan dengan hukum dzahir (syariah) tidak dihukimi dengan kafir.
Masalah lain yang mungkin mengganjal fikiran kita, apa
mungkin seorang nabi berguru pada orang yang tidak punya martabat sebagai nabi,
hanya seorang wali?.. pada prinsipnya kembali kepada Qudrat dan Iradat Allah,
ilmu yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya pasti mempunyai batasan batasan,
walaupun bagi seorang nabi sekalipun, jadi tidak mungkin semua diketahui.
Fenomena perintah Allah SWT kepada Nabi Musa AS agar berguru kepada Al Khidhir
ra, adalah semata mata tegoran Allah SWT kepada Nabi Musa AS atas pertanyaan
yang dilontarkan kepada kaumnya, dimana pada pertanyaan tersebut tersirat sifat
sombong dan merasa paling pandai diantara manusia. Dalam kitab “Taisiirul ‘ali
al qadiir lihtishari Tafsiir Ibnu Katsiir yang disusun oleh Syeikh Muhammad
Nasiib Ar Rifaa’I, jilid 3 halaman 84, terdapat riw2ayat hadits Imam Bukhari
yang diriwayatkan oleh Ubay bin Ka’ab bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Pada
suatu hari Nabi Musa AS berpidato di depan kaumnya (Bani Israil), waktu itu ia
bertanya ‘Adakah manusia yang lebih pandai dari dirinya?.. ‘ kemudian Allah SWT
memberi tegoran lewat wahyu kepada Nabi Musa AS, bahwa ada seorang hamba Allah
yang tinggal di pertemuan antara dua lautan yang lebih pandai darinya. Kemudian
nabi Musa mohon petunjuk kepada Allah SWT agar bisa menjumpainya dan belajar
ilmu yang belum dia diketahui.
Setelah itu Nabi Musa mengajak muridnya (Yusa’ bin Nun –
Nabi dan Rasul setelah Nabi Musa AS) untuk berangkat menuju tempat yang
ditunjuk oleh Allah SWT untuk menjumpai Al Khidhir ra. ketika keduanya bertemu
dan saling memberi salam dan berkenalan, Nabi Musa AS. mengutarakan hajatnya
untuk belajar kepada Al Khidhir ra. dan Al Khidir menjawab “Kamu tidak akan
sabar ( belajar ) bersama saya!”. Karena saya punya ilmu yang tidak engkau
ketahui (ilmu asrar), demikian juga kamu punya ilmu yang tidak aku ketahui
(Nubuwah). Yaitu ilmu khusus yang hanya untuk mereka saja, tidak boleh
diberitahukan kepada siapapun dan tidak untuk disebar luaskan pada umum.
Menurut beberapa sumber yang layak dipercaya diantaranya
dari kitab Khasyiyah Al Shawy (syarah kitab tafsir Jalalain Al Suyuthy) dan
kitab Jawahirul Ma’any wa Bulughil Amaany karangan Sayyidi Syeikh Ali Harazim,
Maqam / kedudukan Al Khidhir ra. saat ini adalah sebagai “Wali Abdal” . Salah
satu qissah yang menguatkan pendapat ini adalah qissah dalam manaqib Sayyidi
Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ra. yang menceriterakan salah satu karomahnya
bahwa pada suatu malam Beliau mengadakan perjalanan sangat jauh dan melintasi
beberapa Negara, sehingga sampai di satu tempat dimana terdapat seorang Wali Abdal
yang wafat, kemudian Syaikh Abdul Qadir Al Jailani RA melantik penggantinya
dari seorang yang tadinya kafir Majusi. Sedangkan Al Khidhir ra. juga hadir
disitu dan dia adalah salah satu dari Wali Abdal tersebut. Juga kisah seorang
wali abdal namanya Syeikh Ibrahim Altiyamy ra. yang diijazah amalan Al
Musabbiaatil ‘asyra oleh Al Khidhir ra. dan beliau juga mimpi bertemu
Rasulullah SAW dan bertanya tentang maqam Al Khidhir. Rasulullah SAW
membenarkan adanya Al Khidhir dan mengatakan bahwa Al Khidhir ra. adalah
Sayyidul Auliya’. Dan inilah dalil paling kuat dan nyata bahwa dia bukan nabi
tapi seorang wali.
Makna Ikhlash dalam Ibadah
قال الله تعالى
: وماأمروا الا ليعبدوا الله مخلصين له الدين حنفاء ويقيموا الصلوة ويؤتوا الزكوت
وذلك دين القيمة. ( البينة: 5)
Firman Allah SWT: “Dan
tidaklah kami menyuruh kepada kalian semua, kecuali agar supaya kalian
menyembah kepada Allah SWT (bertauhid) dengan tulus / ikhlash kepadanya (dalam
menjalankan) agama dengan lurus. Dan agar supaya mereka menegakkan shalat dan
menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (QS. Al Bayyinah:
5)
Ayat diatas menjelaskan kepada kita, bagaimana
seharusnya tatakrama atau adab batiniyah kita dalam beribadah kepada Allah SWT.
dimana Allah SWTsebagai tuhan pencipta dan pemelihara kita, tidak pernah
menyuruh atau memerintahkan kepada kita untuk patuh dan menghambakan diri pada
siapapun selain pada diri-Nya. Jadi hanya kepadaNya segala bentuk kepatuhan dan
penghambaan yang hakiki ditujukan, tidak boleh pada yang lain walau hanya
sedikit. kepatuhan dan penghambaan yang dikehendaki oleh Allah SWT adalah Al
Islam agama yang bersih dari syirik dan tegak lurus tertuju hanya kepada Allah
SWT, baik dalam perbuatan, niat dan tujuan. Al Islam adalah tauhid sebagaimana
agama Nabi Ibrahim yang Haniif dengan bentuk peribadatan yang jelas yaitu
menegakkan shalat dan menunaikan zakat. Termasuk juga ibadah puasa dan haji serta
berbagai amalan sunnah lainnya.
قا ل تعالى :
واذ قا ل ابراهيم رب اجعل هذا البلد امنا واجنبني وبني ان نعبد الاصنام (ابرهيم : 35)
“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim memohon: “Ya Tuhanku, jadikanlah
negeri ini (Mekkah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku dan anak cucuku dari
menyembah berhala berhala” (QS. Ibrahim/14 : 35).
Dan jauhkanlah kami dan keturunan kami dari
menyembah berhala berhala. Dalam kitab At Ta’wilaat an najmiyat
dalam menafsirkan kalimat Al Ashnaan - berhala berhala
bentuk jamak dari kata shaman – berhala. Muallif kitab itu
menyatakan bahwa berhala itu bermacam macam, ada berhala dalam bentuk benda
kongkrit yaitu patung yang biasa disembah oleh agama agama paganis. Ada juga
berhala maknawi dalam wujud benda benda kongkrit seperti uang, dan harta
kekayaan yang dijadikan tujuan dari ibadah dan cita cita ahir kehidupannya.
Sehingga seluruh daya upaya dilakukan untuk bisa mendapatkan tanpa peduli
aturan baik adat maupun agama siap dilanggar yang penting tujuan tercapai.
Kalau kita mau meneliti dengan hati dan perasaan
yang lebih halus dan jeli, disamping berhala dzahir tadi, dalam perspektif
tauhid dan ibadah terdapat banyak berhala yang daya tariknya untuk
menjerumuskan para ahli ibadah jauh lebih besar dan cenderung tidak dirasakan,
karena mereka sebenarnya tertipu oleh dirinya sendiri. dengan tipuan syetan
yang kasar saja, diantara kita banyak tidak mengerti dan tidak mau
menyadarinya. Apalagi dengan tipuan diri sendiri yang dilakukan oleh nafsu yang
menguasai seluruh sendi baik jasmani maupun ruhani diri kita. Berhala berhala
nafsiyah itu diantaranya :
- Berhala hati adalah pahala. Tanpa sadar ketika kita beribadah tanpa pamrih duniawi, justru kita terjerumus kedalam pamrih ukhrawi. Yaitu pahala pahala dengan segala bentuk perhitungan dan kelipatannya. Yang tiada lain tujuan ahirnya adalah ingin masuk surga dan terhindar dari neraka. Padahal Allah SWT menyuruh kita ibadah murni untuk mendapatka ridha dan ampunan-Nya, dan dengan ridha dan ampunan Allah SWT itu kita pasti mendapat surga dan selamat dari neraka.
- Berhala ruh adalah maqam / kedudukan. Setiap orang pasti punya cita cita, diantara cita cita itu adalah kedudukan. Orang awam banting tulang mencari ilmu dan keterampilan untuk mendapatkan kedudukan atau jabatan duniawi, seperti pekerjaan yang layak serta kedudukan kedudukan tertentu dalam kehidupan social di masyarakat. Sedangkan orang orang tertentu dari ahli ibadah diantaranya tertipu oleh hawa nafsunya sendiri. Mereka giat dan senang beribadah sehingga orang sekelilingnya menilai dia sebagai orang baik, orang suci dan lain sebagainya.
Dan dengan
penilaian tersebut maka mengalirlah pujian untuknya, lebih jauh karena
kekaguman mereka maka jabatan jabatan penting dan strategis diamanatkan
padanya, termasuk juga karena keyakinan masyarakat akan kebaikan dan
kesuciannya, maka banyaklah orang orang datang baik untuk sekedar curhat
masalah pribadinya sampai pada mintak didoakan dan keberkahan darinya. Ahli
ibadah yang bodoh dan tidak jeli dengan makrillah, tidak
menyadari kalau itu semua ujian berat dan rahasia dari Allah SWT. kemudian dia
mengira sudah sampai pada tujuan ibadahnya, setelah itu dia tambah sibuk ibadah
dan berbuat kebaikan, tapi bukan untuk Allah SWT melainkan untuk mempertahankan
status social dan jabatannya.
- Berhala sir adalah muraqabah dan irfaan. Lebih halus dan bahaya lagi ujian yang diberikan Allah SWT kepada ahli ibadah ialah karunia karunia khususiyah. Diantaranya muraqabah dan irfan, kedua karunia ini hanya diberikan oleh Allah SWT hanya kepada mereka yang mencapai maqam Al Ihsan. Yaitu kondisi ruhani yang meresa selalu diawasi dan bersama dengan Allah SWT (muraqabah) dan yang lebih tinggi lagi selalu merasa ingat melihat Allah dengan mata hatinya. Hamba yang tertipu, dia rajin beribadah untuk sampai pada manzilah muraqabah dan irfan, ketika sampai pada maqam tersebut dia tambah sibuk beribadah karena takut kehilangan karunia tersebut. Bukan untuk Allah SWT.
- Berhala asraar adalah kasysyaf, musyahadah dan karomah. Berhala ini adalah sama halnya dengan berhala bagi sir. Karena asraar adalah bagian yang lebih dalam lagi dari sir. Sama sama sangat membahayakan bagi ahli ibadah. Karena bisa jadi ibadahnya orang yang diberi nikmat itu karena takut kehilangan nikmat yang telah mereka terima. sebab setiap nikmat Allah SWT yang diberikan kepada mahluq pasti ada bahaya dibaliknya. Hal ini yang harus dijaga dengan keawasan dan kewaspadaan yang tinggi. Kalau tidak, bisa bisa orang lain mengira kita yang diberi nikmat kasysyaf dan karomah sebagai orang suci, tapi gara gara kebodohan kita dengan nikmat dan ujian, kita yang dinyatakan sebagai orang khas ternyata tidak ada bedanya dengan orang awam, sama sama tertipu dan tidak wusul ilallah, na’udzubillah.
Nikmat
berbeda dengan rahmat, menurut Prof. Dr. Quraisy Syihab : nikmat adalah karunia
Allah SWT yang didalamnya terkandung ujian (bahaya). Seperti nikmat jabatan,
harta kekayaan dan lain lain adalan karunia yang harus dijaga dan menimbulkan
kecemburuan dan kedengkian orang lain. Contohnya nikmat berupa makanan, selama
itu makanan halal boleh dinikmati sepuas puasnya, tapi kalau berlebihan ada
resiko penyakit seperti kolesterol, asam urat, darah tinggi dll. Sedangkan
rahmat adalah karunia Allah Rabbul ‘Alamiin yang didalamnya tidak ada kandungan
ujian dan bahaya, oleh karena itu mari kita banyak banyak mohon karunia rahmat
Allah SWT yang menyebabkan kita bisa menjadi hamba yang sampai kepada hadlrah
Allah SWT, dengan mendapatkan ridha, maghfirah, serta rahmat cinta dan dicintai
oleh-Nya.
Kesimpulan akhir dari makna manzilah Al
Aikhlash adalah At Takhalli bir radaail artinya membuang / menguras
/ mengosongkan hati dari sifat sifat tercela juga keinginan dan kecintaan
kepada hal hal selain Allah SWT. juga menghindar sejauh jauhnya dari pada
barang barang yang haram, syubhat dan mubah sekalipun yang menyebabkan hati
kita sibuk berhidmat kepadanya dan berakibat lalai dari mengingat, beribadah
dan mencintai Allah SWT. sebagaimana firman Allah SWT:
أفرءيت من اتخذ
الهه هوه وأضله الله على علم وختم على سمعه وقلبه وجعل على بصره غشوة فمن يهديه من
بعد الله افلا تذكرون . ( الجا ثية : 23)
“Maka pernahkah kamu melihat orang orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai tuhan tuhan mereka. Dan Allah membiarkan mereka berada dalam
kesesatan bersama ilmunya. Dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan
hatinya, dan menciptakan penghalang yang menutup penglihatannya, maka siapakah
yang bisa memberikan petunjuk sesudah Allah (membiarkannya tersesat). Maka
mengapa kamu tidak mengambil pelajaran ?”. (QS. Al Jatsiyah / 45 : 23)
(dikutip dari buku “Meraih Mahkota Mutiara HAQIQAH DAN MA’RIFAH”
InsyaAllah akan terbit di Idul Khatmi di Brebes yang akan datang ).
Comments Off
Pembimbing
Untuk melengkapi buku sederhana
ini, berikut penulis selipkan tambahan informasi singkat mengenai salah satu
thariqah Al Auliya’ yang Mu’tabarah (punya sanad yang sambung langsung sampai
pada baginda Nabi Muhammad SAW). dan sudah banyak diamalkan oleh ulama’ dan
masyarakat Indonesia. Berdasarkan berita terbaru tentang perkembangan thariqah
At Tijany di seluruh dunia cukup menggembirakan, karena sudah tersebar di 128
negara. Penulis pilih Thariqah At Tijany ini dengan alasan bahwa : informasi
mengenai Thariqah At Tijany ini di masyarakat relative masih minim sekali. Lain
halnya mengenai thariqah yang lain seperti ; Qadiriyah (thariqah yang berafiliasi
pada Sulthan Al Auliya’ Sayyidi Syeikh Abdul Qadir Al Jailani ra),
Naqsabandiyah (dari Syeikh Bahauddin Al Naqsabandi ra) dan Syadziliyah dan lain
sebagainya sudah banyak dikenal oleh masyarakat NU dan Ba ‘Alawy di Indonesia.Pribadi penulis adalah salah satu pengamal dan muqaddam thariqah At Tijany (punya izin mengamalkan dan memberi baiat), dengan sanad / silsilah yang cukup dekat pada Rasulullah SAW. diantara sanad tersebut adalah :
1.Kami menerima baiat / talqin dan taqdim awrad Thariqah At Tijany dari guru kami yang mulya almarhum KH. Badri Masduqi, dari gurunya Sayyid Idris bin Muhammad Al ‘Abid Al Hasani Al Iraqi Al Fasi, dari Gurunya Sayyidi Ahmad Al Sukairij Al ‘Iyasi Al Maghrabi, dari gurunya Sayyidi Ahmad Abdallaawi, dari gurunya Sayyidi ‘Ali Al Tamasini, dari guru besarnya Sayyidul Auliya’ Al Qutbi Al Maktum Ahmad bin Muhammad At Tijany ra. dari manusia terbaik Al Amiin, Sayyidul Anbiya’ wal Mursaliin, Muhammad Rasulullah SAW.*/
*/ Sanad ini menurut Sayyidi Idris bin Muhammad Al ‘Abid Al Iraqi adalah sanad yang sangat barokah dan tinggi nilainya, karena semua nama yang tercantum tersebut diatas adalah para Khalifah Muqaddam yang sangat masyhur ke’aliman, serta keutamaannya.
2.Kami menerima baiat / talqin dan taqdim awrad Thariqah At Tijany dari guru kami yang mulya Al Habib Ja’far bin Ali Baharun, dari gurunya Sayyidi Muhammad Balhasan Al Jakkany , dari Gurunya Sayyidi Al Ahsan Al Ba’qily , dari gurunya Sayyidi Husain Al Ifrany, dari gurunya Sayyidi Muhammad bin Ahmad Al Kansusi, dari gurunya Sayyidi Muhammad Ghali Buthalib dari guru besarnya Sayyidul Auliya’ Al Qutbi Al Maktum Ahmad bin Muhammad At Tijany ra. dari manusia terbaik Al Amiin, Sayyidul Anbiya’ wal Mursaliin, Muhammad Rasulullah SAW. */
*/ Sanad ini menurut penjelasan guru kami Habib Ja’far bin Ali Baharun, adalah sanad yang sangat berkah, utama dan mengagumkan. Karena semua nama yang tercantum (dalam sanad) tersebut, dari Sayyidi Muhammad Balhasan Al Jakkany seterusnya sampai pada Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany ra. semuanya adalah para wali Quthub, sehingga beliau menyebutnya dengan nama Sanad Quthbani.
Tanya Jawab
(Seputar Fiqih Thariqah Tijaniyyah)
Oleh :
Syekh Muchammad al-Ahsan Al Jakkaniy
Penerjemah
K.H. Maftuh Sa’id
Pendiri Pon. Pes. “Al-Munawwariyyah”
Sudimoro – Bululawang – Malang – Jawa Timur
Hunting 0341- 824448 fax 0341 – 825258
Cetakan kesatu 20 Mei 2006
- Soal : Bagaimana hukumnya orang yang wudlunya batal ditengah-tengah atau akhir pembacaan dzikir?
Jawab : Seorang pembaca
wirid, wadzifah atau hailalah, yang wudlunya batal sebelum menyelesaikan
bacaanya. Maka, bacaanya batal dan wajib mengulangi dari pertama. Karena suci
(dari hadast dan najis) itu termasuk salah satu syarat sah membaca wirid,
wadzifah dan hailalah.
Adapun syarat sah membaca wirid ada lima :
- Suci dari hadast (kecil dan besar) dengan melakukan wudlu, tayamum atau mandi besar.
- Badan, pakaian dan tempat membaca wirid harus suci dari najis.
- Menutup aurod.
- Niat (sengaja membaca dzikir)
- Tidak bicara kecuali karena udzur yang memperbolehkan bicara satu dua kata, dan jika lebih (dari dua kata), bacaanya batal dan wajib mengulang.
- Soal : Bagimana hukum orang yang bersuci dengan tayamum, kemudian airnya datang (ada), atau udzur (yang memperbolehkan tidak menggunakan air) hilang?
Jawab : Dia menyempurnakan
bacaan wiridnya dan bacaannya sah.
- Soal : bagaimana hukum orang yang ingat belum melaksanakan sholat fardlu pada saat membaca wadzifah atau wirid ?
Jawab : Dia sempurnakan
bacaan wadzifah dan wiridnya, kemudian dia melaksanakan sholat yang tertinggal,
kecuali apabila sholat yang tertinggal itu, adalah sholat ashar atau sholat
subuh. Karena bacaan wirid pagi harus dilaksanakan sholat subuh dengan sah.
Begitu juga, wirid sore harus dilaksanakan setelah melaksanakan sholat ashar
dengan sah. Oleh karena ini, orang yang ingat belum melaksanakan sholat subuh,
pada saat membaca wirid pagi hari itu, harus menghentikan bacaannya, sampai dia
telah melaksanakan bacaannya, sampai dia telah melaksanakan sholat subuh yang
tertinggal. Sama hukumnya, apabilah yang belum dikerjakan adalah sholat ashar,
dan di ingat pada saat membaca wirid sore. Maka, dia harus menghentikan
bacaannya. Namun, bila di ingat pada saat membaca wadzifah, hukumnya sama
dengan di atas jika pembacaan wadzifahnya dilakukan dua kali, dan jika dilakukan
satu kali, dia tidak usah menghentikan bacaan wadzifahnya.
Faedah. Orang yang melaksanakan sholat ashar atau subuh, lalu dia membaca
wirid atau wadzifah yang dia sanggupi membaca dua kali. Kemudian dia ingat,
ternyata sholat yang telah di lakukan tidak sah, seperti dia melaksanakannya
sebelum masuk waktu, tanpa bersuci atau dia meninggalkan salah satu rukunnya.
Maka, dia harus menghentikan bacaannya, begitu juga apabila dia telah
menyelesaikan bacaannya sebelumnya ingat bahwa sholat yang telah dikerjakan
tidak sah, dan dia mengulangi kembali Bacaan setelah mengulangi sholat tidak
sah tadi. Oleh karena itu para ulama’ membatasi kata sholat dengan kata sah. Pahamilah masalah ini dengan seksama ….!?
- Soal : Apa yang dilakukan oleh orang yang tayamum “seumpama” untuk menbaca wirid sore, kemudian jama’ah sholat maghrib dilaksanakan ?
Jawab : dia harus
tayamum kembali untuk melaksanakan sholat, kemudian dia menyempurnakan bacaan
wiridnya dengan tayamum yang pertama.
- Soal : Bagaimana hukum orang tayamumnya batal sebelum dia menyelesaikan bacaan dzikir ??.
Jawab : Orang yang
tayamumnya batal sebelum dia menyelesaikan bacaan dzikirnya dia harus
menghentikan bacaannya dan mengulangi lagi dari pertama. Persis seperti
hukumnya wudlu (yang batal).
Catatan : Pembaca dzikir
yang merasa seakan-akan mengeluarkan sesuatu (keluar dari kedua kemaluannya).
Dia tidak boleh menghentikan bacaannya, kecuali dia yakin jika telah
mengeluarkan sesuatu, baik dia bersuci dengan wudlu atau tayamun. “orang yang
memasuki dzikir dengan yakin, tidak dapat dikeluarkan kecuali dengan keyakinan”
- Soal : Bagimana hukumnya, seorang yang menemui ikhwan telah selesai membaca wadzifah ?
Jawab : Membaca
wadzifah harus bersama ikhwan jika ada, dan jika pembaca wadzifah tidak
menemukan ikhwan yang bisa diajak membaca wadzifah bersama, dia bisa membaca
sendiri bersama dengan sekelompok malaikat. Karena baginda Nabi Muhammad SAW. Memberikan anugerah kepada Sayyidina Syekh Ahmad RA, dengan tujuh
puluh ribu malaikat yang akan senantiasa menemani beliau membaca dzikir.
Sayyidina telah memberikan anugerah ini kepada semua sahabat beliau.
Pemuka tijany berkata, “Setiap keistimewaan yang diberikan oleh baginda Nabi SAW, Syekh Ahmad RA akan memberikannya kepada para sahabat beliau”. Seorang ahli ibadah (Ikhwan
Tijany) harus yakini hal ini, dan senantiasa menjaga tatkrama sesama mereka.
- Soal : Bagaimana hukumnya, seseorang yang menemukan ikhwan pada saat membaca wadzifah atau hailalah. Sedangkan dia belum melaksanakan sholat asar?
Jawab : apabila dia
menyanggupi menbaca wadzifahnya dua kali, bacaan wadzifahnya tidak sah. Kecuali
setelah melaksanakan sholat ashar dengan sah. Namun jika tidak membacanya dua
kali, sebaiknya dia mengikuti membaca wadzifah dengan mereka. Agar dia
mendapatkan keutamaan berjama’ah.
Faedah : Apabila seorang yang belum melaksanakan sholat ashar, masbuk
(menyusul/tertinggal jama’ah membaca wadzifah). Kemudian datang sekelompok
orang yang akan melaksanakan sholat ashar. Dia tandai tasbihnya, lalu berdiri
mengikuti jamaah sholat. Setelah salam, dia mengikuti kembali jama’ah wadzifah
sampai sempurna. Selanjutnya dia membaca bacaan yang tertinggal pada saat
melaksanakan sholat jama’ah dan diteruskan membaca bacaan yang tertinggal
sebelum dia mengikuti jama’ah wadzifah.
- Soal : Bagaimana hukum orang yang membaca wirid atau lainnya, lalu dia ingat belum melaksanakan sholat ashar ??
Jawab : Seperti
keterangan yang lalu, bahwa wirid tidak sah kecuali setelah melaksanakan sholat
ashar.
Catatan dan nasehat :
Seyogyanya perhatian seorang ikhwan tertutup pada bacaan wirid lazim. Karena
pendidikan thariqah itu berada didalam wirid. Adapun wadzifah dan hailalah itu
tidak termasuk dan tidak keluar dari thariqah, sebab keduanya wajib karena
kewajiban membaca wirid. Barang siapa telah menyanggupi membaca wirid, berarti
dia telah menyanggupi membaca wadzifah dan hailalah, meskipun muqaddam lupa
menalkin keduanya.
- Soal : Bagaimana hukumnya orang yang tidak menemukan ikhwan untuk membaca dzikir bersama-sama, baik sekali waktu maupun untuk seterusnya ???
Jawab : Orang yang
tidak menemukan ikhwan untuk dzikir bersama, boleh membaca wadzifah sendirian
yang akan di sertai malaikat seperti yang telah diterangkan. Hal ini, bila dia
bertempat dilingkungan yang tidak terdapat ikhwan. Namun jika tidak, mereka
harus berkumpul dan tidak boleh meninggalkan jama’ah wadzifah yang mungkin
diadakan (disuatu daerah) kecuali karena udzur. Sebab, barangsiapa yang
meremehkan hal ini, akan mendapat cobaan kecuali jika terdapat udzur syar’i
adalah penghalang yang tidak mungkin untuk dihindari, seperti sakit, lemah,
tidur, lupa, takut dan lain-lain, dan yang terpenting adalah tidak meremehkan
jamaah wadzifah. Adapun pekerjaan (bisnis) itu tidak
termasuk udzur. Oleh karena itu, seyogyanya dia meluangkan waktu untuk dirinya
sendiri dan dia berserah diri kepada Tuhannya. Karena baginda Nabi SAW akan menanyakan
setiap orang yang meninggalkan jama’ah wadzifah, sebab beliau sangat prihatin
kepada jam’ah ini. Bila diantara mereka ada yang tidak mengikuti jama’ah
wadzifah kerena udzur syara’, baginda Nabi akan menanyakan kepada Syekh Ahmad RA, dan dengan wajah
yang merona merah karena malu, syeh akan menjawab pertanyaan beliau. Akan
tetapi, jika dia meninggalkan jama’ah wadzifah bukan karena udzur, Syekh RA tidak menjawab
pertanyaan baginda Nabi SAW, karena sangat malu kepada beliau. Bahkan sampai tiga
kali Syekh RA tidak menjawab pertanyaan baginda Nabi, sehingga Syekh RA tidak ditanya
kembali oleh beliau, karena martabat orang yang tidak mengikuti jama’ah
wadzifah sampai tiga kali telah jatuh Na’udzu billah, sebagai akibat
meremehkan. Sungguh hal ini adalah penghalang yang sangat besar karena sebab
meremehkan. Pelakunya tidak akan ditanya (diperhatikan) oleh baginda Nabi SAW, kecuali jika
sebagian ahli khusus mensyafa’atinya. Semoga Allah menjadikan semua termasuk
golongan ahli khusus.
- Soal : Bagaimanakah hukum orang yang belum menyelesaikan bacaan hailalah, padahal adzan magrib sudah dikumandangkan dan sholat magrib akan dilaksanakan. Apakah dia boleh memutus bacaan dan mengulang kembali, atau apa yang harus di lakukan ??
Jawab : Orang tersebut
melaksanakan sholat magrib dan bacaan sudah dianggap cukup, meski biasanya dia
membaca lebih. Sebab waktu hailalah dari ashar sampai magrib dan tujuannya
adalah mengisi waktu itu dengan dzikir.
- Soal : Berapa bilangan hailalah yang wajib di baca ??
Jawab : Pengarang
Iro’ah berkata, “Paling sedikit bilangan membaca hailalah pada hari jum’at
seribu kali, ini riwayat dari kholifah al ‘Adzom Muhammad bin Abi an-Nashr al-‘Alwny dari Syekh
Ahmad RA, atau paling sedikit seribu dua ratus, riwayat dari Sayid Muhammad al-hafidz asy-Syingqhithy, dan riwayat sari Sayid Muhammad al-Gholy Buthoib RA, bacaan hailalah yang paling sedikit seribu enam ratus
kali, …. Maka , jangan sampai kurang dari seribu. Adapun yang di ‘itibar disini
adalah izin yang diterima oleh murid.
- Soal : Bagaimana hukum pembaca wirid yang mendahulukan bacaan sholawat dari bacaan istighfar atau bacaan hailalah dari bacaan sholawat ?/?
Jawab : Barang siapa
yang membalik dan mendahulukan yang terakhir. Maka, bila disengaja, bacaan
dzikirnya batal karena dia telah mempermainkan dzikir. Apabila lupa, kemudian
ingat, maka dia harus kembali mengulang bacaannya. Seperti seorang lupa dan
memulai bacaan wiridnya dengan membaca sholawat. Dia harus kembali membaca istighfar
dan mengulangi bacaan sholawat yang bukan tempatnya. Kemudian dia menutupi
kelalaiannya dengan seratus istighfar dan bacaan wiridnya sah.
Begitu juga, apabila dia mendahulukan bacaan Laailaahaa illalloh, dia harus
membaca yang tertinggal dan mengulangi dzikir serta menutupi kesalahan dengan
seratus istighfar.
- Soal : Bagimana hukum berdiri pada waktu membaca wirid karena lupa, apa dia harus kembali (dari pertama) atau memutus bacaanya???
Jawab : Seorang yang
berdiri pada saat membaca dzikir karena terpaksa, seperti orang yang sangat
mengantuk, itu hukumnya boleh berdiri agar kantuknya hilang dan dia harus
mengulangi kembali bacaannya.
Adapun orang yang berdiri sebab lupa dan tidak sengaja, dan lupanya ini
lama. Maka, dia harus mengulangi kembali. Tapi, apabila tidak lama, boleh duduk
dan menyempurnakan wiridnya.
Catatan : Pembaca dzikir
itu seperti permainan pedang, yang tengah bertarung dengan musuhnya. Oleh
karena itu, seharusnya dia tidak boleh malas (lengah).
- Soal : Bagaimana hukumnya seseorang yang tasbihnya jatuh atau terjatuh, apa dia boleh meneruskan atau harus mengulangi kembali ??
Jawab : Orang yang
tasbihnya jatuh disebabkan tertidur, lalu dia sadar bersamaan dengan tasbihnya
jatuh. Dia boleh meneruskan bacaan dengan mengikuti jumlah yang dia yakini.
Namun, jika tasbihnya jatuh dan dia belum sadar dan tidak tahu. Wudlu orang
ini batal karena tertidur berat1. Apabila tasbihnya terjatuh bukan
sebab tidur, dia meneruskan bacaan dan berhati-hati dalam jumlah.
Faidah : Tidur terbagi menjadi empat :
- Lama berat.
- Lama ringan.
- Sebentar berat.
- Berat lama.
Catatan :
1 Ini menurut
madzhab Maliky, menurut madzhab Syafi’I bila tidurnya dengan duduk dan menetapi
tempat duduknya (dengan sekitar tidak akan keluar sesuatu dari duburnya), maka
wudlu orang tersebut tidak batal. Sedangkan sebentar yang ringan tidak apa-apa2.
2 Pembagian hukum
tidur seperti diatas adalah menurut pendapat madzhab Maliky, sedangkan menurut
madzhab Syafi’I, seorang akan batal wudlunya bila hilang akalnya seperti tidur
yang tidak menetapi tempat duduknya, Sedangkan mengantuk dengan sekitar dia
masih bisa mendengar suara meski dia tidak mampu memahaminya, maka wudlunya
tidak batal.
- Soal : Bagaimana hukum orang yang berzikir bersama para ikhwan, apakah seorang tersebut boleh memegang (bergantung pada) hitungan mereka ??
Jawab : Seorang ikhwan
hendaklah berpegang dengan dirinya sendiri dan memperhatikan hitungan tasbihnya,
dan apabilah lupa, maka jama’ah dzikir bisa mencukupi. Orang yang memulai
dzikir adalah orang yang menduduki kedudukan imam. Sedangkan seorang yang
kewajiban menghitung itu bukan imam.
Untuk Saran Dan
Kritik Anda Saya Tunggu :
Email : 143ladaus@gmail.com
Blog
At-Tijaniyah Mendapat Restu Dari Muqaddam Jakarta
KH. Drs.
M.YUNUS A.HAMID
YAYASAN
PENDIDIKAN DAN DAKWAH
“TARBIYAH AT
TIJANIYAH”
REDAKSI
ATTIJANY :
KH. Drs.
M.YUNUS A.HAMID (Jakarta )
Gus Fatikh
(Martapura Banjarmasin Kalimantan Selatan)
MIFTAHUS
SYUAIDI, S.Kom (Gresik )
SITI ALQOMAH,
AMD.Keb ( Malang )
KHURIYAH, S.Pd
(Gresik)
Sumber;
www.attijany.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar