Sholawat
Fatih kebanggaan Tarekat Tijaniyah
Sholawat Fatih ini merupakan
kebanggaan tarekat Tijaniyah, adapun lafadz sholawat Fatih ini adalah
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا
أَغْلَقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ الْحَقِّ
بِالْحَقِّ الْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ حَقَّ
قَدْرِهِ وَمِقْدَارُهُ عَظِيْمٌ
Artinya:
“Ya Allah berikanlah shalawat kepada penghulu kami Nabi Muhammad yang membuka
apa yang tertutup dan yang menutupi apa-apa yang terdahulu, penolong kebenaran
dengan kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada
keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”
Para pengikut tijaniyah berkeyakinan
bahwa sholawat fatih ini adalah firman Allah yang disampaikan Nabi Muhammad
sholallahu ‘alaihi wasallam kepada Syekh Ahmad bi Muhammab At Tijaniyah
dalam keadaan mimpi dan juga dalam keadaan sadar dan keutamaan satu kali
membaca sholawat fatih ini adalah 6 kali khatam Al Quran. Sebagaimana nanti di jelaskan
dalam masalah no. 9 & 12.
23
Komentar
1.
.
SHALAWAT AL-FATIH (PEMBUKA)
Lafadznya adalah sebagai berikut:
Lafadznya adalah sebagai berikut:
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْفَاتِحِ لِمَا
أَغْلَقَ وَالْخَاتِمِ لِمَا سَبَقَ, نَاصِرِ
الْحَقِّ بِالْحَقِّ الْهَادِي إِلَى صِرَاطِكَ الْمَسْتَقِيْمِ وَعَلىَ آلِهِ
حَقَّ قَدْرِهِ وَمِقْدَارُهُ عَظِيْمٌ
“Ya
Allah berikanlah shalawat kepada Baginda kami Muhammad yang membuka apa yang
tertutup dan yang menutupi apa-apa yang terdahulu, penolong kebenaran dengan
kebenaran yang memberi petunjuk ke arah jalan yang lurus. Dan kepada
keluarganya, sebenar-benar pengagungan padanya dan kedudukan yang agung.”
Berkata
At-Tijani tentang shalawat ini –dan dia pendusta dengan perkataannya-:
“….Kemudian (Nabi shallallahu alaihi wasallam) memerintah aku untuk kembali kepada shalawat Al-Fatih ini. Maka ketika beliau memerintahkan aku dengan hal tersebut, akupun bertanya kepadanya tentang keutamaannya. Maka beliau mengabariku pertama kalinya bahwa satu kali membacanya menyamai membaca Al Qur’an enam kali. Kemudian beliau mengabarkan kepadaku untuk kedua kalinya bahwa satu kali membacanya menyamai setiap tasbih yang terdapat di alam ini dari setiap dzikir, dari setiap do’a yang kecil maupun besar, dan dari Al Qur’an 6.000 kali, karena ini termasuk dzikir.”
“….Kemudian (Nabi shallallahu alaihi wasallam) memerintah aku untuk kembali kepada shalawat Al-Fatih ini. Maka ketika beliau memerintahkan aku dengan hal tersebut, akupun bertanya kepadanya tentang keutamaannya. Maka beliau mengabariku pertama kalinya bahwa satu kali membacanya menyamai membaca Al Qur’an enam kali. Kemudian beliau mengabarkan kepadaku untuk kedua kalinya bahwa satu kali membacanya menyamai setiap tasbih yang terdapat di alam ini dari setiap dzikir, dari setiap do’a yang kecil maupun besar, dan dari Al Qur’an 6.000 kali, karena ini termasuk dzikir.”
Dan
ini merupakan kekafiran yang nyata karena mengganggap perkataan manusia lebih
afdhal daripada firman Allah Azza Wajalla. Sungguh merupakan suatu kebodohan
apabila seorang yang berakal apalagi dia seorang muslim berkeyakinan seperti
perkataan ahli bid’ah yang sangat bodoh ini. (Minhaj Al-Firqah An-Najiyah 225
dan Mahabbatur Rasul 285, Abdur Rauf Muhammad Utsman)
Telah bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari dan Tirmidzi dari Ali bin Abi Thalib. Dan datang dari hadits’Utsman bin ‘Affan riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Dan juga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
Telah bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
“Sebaik-baik kalian adalah yang mempelajari Al Qur’an dan mengajarkannya.”
(HR. Bukhari dan Tirmidzi dari Ali bin Abi Thalib. Dan datang dari hadits’Utsman bin ‘Affan riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Dan juga Rasulullah shallallahu alaihi wasallam:
مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ
وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا لاَ أَقُوْلُ : { ألم } حَرْفٌ، وَلَكِنْ
أَلِفٌ حَرْفٌ وَلاَمٌ حَرْفٌ وَمِيْمٌ حَرْفٌ
“Barangsiapa
yang membaca satu huruf dari kitab Allah, maka baginya satu kebaikan. Dan satu
kebaikan menjadi sepuluh kali semisal (kebaikan) itu. Aku tidak mengatakan:
alif lam mim itu satu huruf, namun alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim itu
satu huruf.” (HR.Tirmidzi dan yang lainnya dari Abdullah bin Mas’ud dan
dishahihkan oleh Al-Albani rahimahullah)
Komentar
oleh Mahrusali | Agustus 11, 2008
2.
Mas,
kalau ilmu anda masih sedikit janganlah untuk coba-coba untuk menfatwakan bahwa
tarekat Tijani yang mulia ini dengan sebutan sesat bahkan anda bilang bahwa
Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijani adalah pendusta. Kalau memang tarekat ini
sesat, maka tidak mungkin NU (melalui organisasi JATMA) menyatakan bahwa
tarekat Tijani ini Muktabaroh (ajarannya benar berasal dari Rosululloh).
BERTOBATLAH MAS!!!
BERTOBATLAH MAS!!!
Reza
(hp: 0818 6080 12)
Tanggapan:
Apakah
anda juga akan berpendapat kalau Mufti Ulama Khaibar Syaikh Abdul bin baz ini
adalah sedikit ilmunya, apa-apa yang saya katakan telah ada ulama ang
mendahuluinya. Berikut Fatwanya
TAREKAT
TIJANIYAH
Oleh
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz
Pertanyaan
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Banyak orang di tengah-tengah kami yang menganut Tarekat Tijaniyah, sementara saya mendengar dalam acara Syaikh (nur ‘ala ad-darb) bahwa tarekat ini bid’ah, tidak boleh diikuti. Tapi keluarga saya mempunyai wirid dari Syaikh Ahmad At-Tijani yaitu shalawat fatih, mereka mengatakan bahwa shalawat fatih adalah shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa benar shalawat fatih adalah shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Mereka juga mengatakan, bahwa orang yang membaca shalawat fatih lalu meninggalkannya, ia dianggap kafir. Kemudian mereka mengatakan, ‘Jika engkau tidak mampu melaksanakannya lalu meninggalkannya, maka tidak apa-apa. Tapi jika engkau mampu namun meninggalkannya maka dianggap kafir. Lalu saya katakan kepada kedua orang tua saya bahwa hal ini tidak boleh dilakukan, namun mereka mengatakan, ‘Engkau wahaby dan tukang mencela.’ Kami mohon penjelasan.
Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz ditanya : Banyak orang di tengah-tengah kami yang menganut Tarekat Tijaniyah, sementara saya mendengar dalam acara Syaikh (nur ‘ala ad-darb) bahwa tarekat ini bid’ah, tidak boleh diikuti. Tapi keluarga saya mempunyai wirid dari Syaikh Ahmad At-Tijani yaitu shalawat fatih, mereka mengatakan bahwa shalawat fatih adalah shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Apa benar shalawat fatih adalah shalawat kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam? Mereka juga mengatakan, bahwa orang yang membaca shalawat fatih lalu meninggalkannya, ia dianggap kafir. Kemudian mereka mengatakan, ‘Jika engkau tidak mampu melaksanakannya lalu meninggalkannya, maka tidak apa-apa. Tapi jika engkau mampu namun meninggalkannya maka dianggap kafir. Lalu saya katakan kepada kedua orang tua saya bahwa hal ini tidak boleh dilakukan, namun mereka mengatakan, ‘Engkau wahaby dan tukang mencela.’ Kami mohon penjelasan.
Jawaban
Tidak diragukan lagi bahwa Tarekat Tijaniyah adalah tarekat bid’ah. Kaum muslimin tidak boleh mengikuti tarekat-tarekat bid’ah, tidak Tarekat Tijaniyah, tidak pula yang lainnya, bahkan seharusnya berpegang teguh dengan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena Allah telah berfirman.
Tidak diragukan lagi bahwa Tarekat Tijaniyah adalah tarekat bid’ah. Kaum muslimin tidak boleh mengikuti tarekat-tarekat bid’ah, tidak Tarekat Tijaniyah, tidak pula yang lainnya, bahkan seharusnya berpegang teguh dengan apa-apa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena Allah telah berfirman.
“Artinya
: Katakanlah, ‘Jika. kamu (benar-benar) mentintai Allah, ikutilah aku, niscaya
Allah meneasihi dan mengampuni dosa-dosamu’ .” [Ali Imran: 31]
Artinya,
katakanlah kepada manusia wahai Muhammad, ‘Jika kalian benar-benar mencintai
Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni
dosa-dosa kalian.
Allah
pun telah berfirman.
“Artinya
: Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu dan janganlah kamu
mengikuti pemimpin-pemimpin selainNya. Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran
(dari padanya). ” [Al-A'raf : 3].
Dalam
ayat lainnya disebutkan.
“Artinya
: Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang
dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. ” [Al-Hasyr : 7]
Dalam
ayat lainnya lagi disebutkan.
“Artinya
: Dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain).” [Al-An'am
: 153]
As-Subul
(jalan-jalan yang lain) di sini maksudnya adalah jalan-jalan yang baru yang
berupa perbuatan bid’ah, memperturutkan hawa nafsu, keraguan dan kecenderungan
yang diharamkan. Adapun jalan yang ditunjukkan oleh sunnah RasulNya , itulah
jalan yang harus diikuti.
Tarekat
Tijaniyah, Syadziliyah, Qadariyah dan tarekat-tarekat lainnya yang diada-adakan
oleh manusia, tidak boleh diikuti, kecuali yang sesuai dengan syari’at Allah.
Yang sesuai itu boleh dilaksanakan karena sejalan dengan syari’at yang suci,
bukan karena berasal dari tarekat si fulan atau lainnya, dan karena berdasarkan
firman Allah Subhanahu wa Ta’ala.
“Artinya
: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” [Al-Ahzab : 21].
Dan
firmanNya.
“Artinya
: Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) di antara
orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan
baik, Allah ridha kepada mereka dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga
yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya
selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar.” [At-Taubah: 100].
Serta
sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
“Artinya
: Barangsiapa membuat sesuatu yang baru dalam urusan kami (dalam Islam) yang
tidak terdapat (tuntunan) padanya, maka ia tertolak.”[1]
Dan
sabda beliau.
“Artinya
: Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang tidak kami perintahkan maka ia
tertolak.”[2]
Serta
sabda beliau dalam salah satu khutbah Jum’at.
“Artinya
: Amma ba ‘du. Sesungguhnya sebaik-baik perkataan adalah Kitabullah,
sebaik-baik tuntunan adalah tuntunan Muhammad Saw, seburuk-buruk perkara adalah
hal-hal baru yang diada-adakan dan setiap hal baru adalah sesat.”[3]
Dan
masih banyak lagi hadits-hadits lainnya yang semakna.
Shalawat
fatih adalah shalawat kepada Nabi Saw sebagaimana , yang mereka klaimkan, hanya
saja shighah lafazhnya tidak seperti yang diriwayatkan dari Nabi Saw, sebab
dalam shalawat fatih itu mereka mengucapkan (Ya Allah, limpahkanlah shalawat
dan salam kepada penghulu kami, Muhammad sang pembuka apa-apa yang tertutup,
penutup apa-apa yang terdahulu dan pembela kebenaran dengan kebenaran). Lafazh
ini tidak pernah menjadi jawaban mengenai cara bershalawat kepada beliau ketika
ditanyakan oleh para sahabat. Adapun yang disyari’atkan bagi umat Islam adalah
bershalawat kepada beliau dengan ungkapan yang telah disyari’atkan dan telah
diajarkan kepada mereka tanpa harus mengada-adakan yang baru.
Di
antaranya adalah sebagaimana disebutkan dalam Ash-Shahihain, dari Ka’b bin
‘Ajrah , bahwa para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana kami
bershalawat kepadamu?” beliau menjawab,
“Artinya
: Ucapkanlah (Ya Allah, limpahkanlah shalawat atas Muhammad dan keluarga
Muhammad sebagaimana telah engkau limpahkan shalawat kepada Ibrahim dan
keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahabaik. Dan
limpahkanlah keber-kahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
telah Engkau limpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahabaik.)” [4]
Disebutkan
dalam Shahih Al-Bukhari dan Muslim, dari hadits Abu Humaid As-Sa’idi
Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau
bersabda.
“Artinya
: Ucapkanlah (Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad, para isterinya
dan keturunannya sebagaimana telah Engkau limpahkan shalawat kepada keluarga
Ibrahim. Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad, para isterinya dan
keturunannya, sebagaimana telah Engkau limpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahabaik.)”. [5]
Dalam
hadits lainnya yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, dari
hadits Ibnu Mas’ud Al-Anshari Radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam, bahwa beliau bersabda.
“Artinya
: Ucapkanlah (Ya Allah, limpahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarga
Muhammad sebagaimana telah Engkau limpahkan shalawat kepada keluargaa Ibrahim.
Dan limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan keluarga Muhammad sebagaimana
telah Engkau limpahkan keberkahan kepada keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau
Maha Terpuji lagi Mahabaik di seluruh alam.)”[6]
Hadits-hadtis
ini dan hadits-hadits lainnya yang semakna, telah menjelaskan tentang cara
bershalawat kepada beliau yang beliau ridhai untuk umatnya dan telah beliau
perintahkan. Adapun shalawat fatih, walaupun secara global maknanya benar, tapi
tidak boleh diikuti karena tidak sama dengan yang telah diriwayatkan secara
benar dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menerangkan cara bershalawat
kepada beliau yang diperintahkan. Lain dari itu, bahwa kalimat (pembuka apa-apa
yang tertutup) mengandung pengertian global yang bisa ditafsiri oleh sebagian
pengikut hawa nafsu dengan pengertian yang tidak benar. Wallahu waliyut taufiq.
[Majalah
Al-Buhuts, nomor 39, hal. 145-148, Syaikh Ibnu Baz]
[Disalin
dari buku Al-Fatawa Asy-Syar'iyyah Fi Al-Masa'il Al-Ashriyyah Min Fatawa Ulama
Al-Balad Al-Haram, Penyusun Khalid Al-Juraisy, Edisi Indonesia Fatwa-Fatwa
Terkini, Penerjemah Musthofa Aini dkk, Penerbit Darul Haq]
_________
Foote Note
[1]. Disepakati keshahihannya dari hadits Aisyah Ra, : Al-Bukhari dalam Ash-Shulh (2697). Muslim dalam Al-Aqdhiyah (1718).
[2]. Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Al-Aqdhiyah (18-1718).
[3]. Dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadits Jabir bin Abdullah RA dalam Al-Jumu’ah (867).
[4]. Al-Bukhari dalam Ahaditsul Anbiya’ (3369). Muslim dalam Ash-Shalah (407).
[5]. Al-Bukhari dalam Ahaditsul Anbiya’ (3369). Muslim dalam Ash-Shalah (407).
[6]. HR. Muslim dalam Ash-Shalah (407).
Sumber : Al Manhaj.or.id
_________
Foote Note
[1]. Disepakati keshahihannya dari hadits Aisyah Ra, : Al-Bukhari dalam Ash-Shulh (2697). Muslim dalam Al-Aqdhiyah (1718).
[2]. Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam Al-Aqdhiyah (18-1718).
[3]. Dikeluarkan oleh Imam Muslim dari hadits Jabir bin Abdullah RA dalam Al-Jumu’ah (867).
[4]. Al-Bukhari dalam Ahaditsul Anbiya’ (3369). Muslim dalam Ash-Shalah (407).
[5]. Al-Bukhari dalam Ahaditsul Anbiya’ (3369). Muslim dalam Ash-Shalah (407).
[6]. HR. Muslim dalam Ash-Shalah (407).
Sumber : Al Manhaj.or.id
Komentar
oleh Riza | Oktober 7, 2008
3.
wahai
saudaraku mahrus, atas komentar anda saya doakan semoga anda masuk sorga yang
paling tinggi.’sehingga kamu terlempar keneraka karana kepandaianmu yg
mengkafirkan sesama muslim mohon timbah ilmu jangan dari satu kitab andalan
kamu tersebut{firqoh najiyah]mohn buka kitabnya para asanidhassolikhin sehingga
kamu tahu luasnya ilmu allah azza wajallah’ istighfar yaaaa!
Komentar
oleh dinnusalim | Oktober 10, 2008
4.
maa
syaa ALLOh…saudaraku sekalian yang menghina at-tijani….selama ini , saya memang
bukan pengikut thoriqoh ini…tetapi, dari kalimat shalawatnya, saya tidak
memungkiri, karena itu memang shalawat yang bagus….dan bagi mereka yang menghina
tentang thoriqoh ini…tolong…hentikan…hentikan menghujat sesama muslim,
anda-anda ini secara tidak langsung membahagiakan musuh islam dengan perang
antar islam….astaghfirulloh……!!!!!!biarkan mereka bershalawat dengan shalawat
ini..memang tidak ada anjuran dari rosul untuk bersholawat dengan sholawat ini,
tapi kan juga tidak ada LARANGAN dari bliau kan??????maka, jika anda tidak
senang dengan shalawat atau thoriqoh ini, cukup tinggalkan saja, gak perlu
menghina dan lain sebagainya….amankan saudara dan keluarga anda…maka itu adalah
jalan terbaik daripada perang antar umat isalam….lakukan keyakinan
masing-masing…toh ALLOH Yang MAHa BEnar, bukan anda yang selalu merasa benar
dan menyalahkan orang lain…masak, dikit-dikit bid’ah, masuk neraka….apa surga itu
milik smpean?????ALLOH tuh maha kasih dan sayang….jangan gampang mengkafirkan
orang, lha wong kadang smpean sendiri kafir (lawan kata dari syakir)..maka kita
harus instropeksi diri….INGAT, MUSUH ISLAM AKAN SEMAKIN SENANG DENGAN
PERPECAHAN INI!!!!!!!! YAA ROBBANA,,IHDINASH SHIROTOL MUSTAQIIM..!
Tanggapan:
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,
Ya
Akhi Faqir, Shalawat adalah do’a dan itu di perkenankan oleh Allah dan
Rasul-Nya, sebagaimana Firman Allah ““Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikatNya bershalawat kepada Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”
(QS. 33:56)”.
Namun
sepertinya antum hanya membaca sebagian semua mengenai masalah Tarekat
Tijaniyyah ini, dalam bantahan ana tertulis Masalah 11 Sholawat Fatih adalah kalam/Firman
Allah. Sholawat ini dikatakan Firman
Allah, bagi orang yang berakal, ada pertanyaan apakah benar sholawat ini firman
Allah, sebagaimana pengakuan Syaikh Tijani dan para pengikutnya. Dan Masih
banyak Masalah-masalah yang ada dalam Tarikat ini.
Musuh
Islam itu bukan dari luar saja, yaitu Kaum kafir, Musyrik, akan tetapi ahlul
Bid’ah dan orang munafik yang menggerogoti Islam yang murni dari dalam.
Agar
antum tidak membuat kesimpulan yang tidak tidak terlebih baik dibaca dahulu
keseluruhan artikel mengenai Syubhat Tarekat Tijaniyyah disini atau
copy paste link berikut http://adanipermana.co.cc/syubhat_tarekat_tijaniyyah.htm .
Dengan
demikian diharapkan antum bisa mengambil kesimpulan yang bijak atas dasar ilmu
bukan hanya sekedar begini dan begitu.
Wallahu
‘alam bishowab.
5.
mas
kalau anda ingin mencari kebenaran tentang ajaran-ajaran tarekat khususnya
Tijani silakan datang ke ulama atau kontak ke salah satu guru saya (saya sudah
sebutkan nama beliau,alamat dan no.telponnya) kecuali kalau anda merasa diri
paling benar.
Belajar ilmu agama dulu yang banyak, jangan cuma baru menguasai satu-dua macam ilmu aja sudah berani memfatwakan bahwa semua ajaran tarekat itu sesat. Pelajari dulu ilmu nahwu, shorof, mantiq, balaghoh, asbabun nuzul, dan lain-lain. Selidiki dulu siapa ulama yang mas jadikan rujukan. Padahal ditarekat lah kita bisa menemukan manisnya beragama Islam. kalo dikit-dikit bid’ah… cape deh! Hati jadi kering mas. Untuk semua pencari ilmu agama (yang sangat dahaga akan tetesan ilmu agama) yang berdomisili dijakarta, silakan luangkan waktu anda ba’da Isya setiap malam sabtu untuk hadir dalam pengajian ilmu Fiqh / Hadits / tasawuf / tauhid di musolah Baiturrohim Jln Tebet timur IV F Jaksel (disana kita bisa langsung interaksi dengan pengajarnya, Ustz Idris Makruf) karena saya pun dulu bergelimang dengan lumpur maksiat dan sangat merindukan tetesan ilmu agama untuk mengembalikan saya pada FitrahNYA dan Alhamdulillah sejak mengikuti ta’lim tersebut sedikit2 saya sudah merasakan nikmatnya beribadah dan Alhamdulillah tabiat saya bisa berubah 180 derajat.
Semoga ALLOH senantiasa memberikan Taufiq & HIdayahNYA kepada kita semua.
Belajar ilmu agama dulu yang banyak, jangan cuma baru menguasai satu-dua macam ilmu aja sudah berani memfatwakan bahwa semua ajaran tarekat itu sesat. Pelajari dulu ilmu nahwu, shorof, mantiq, balaghoh, asbabun nuzul, dan lain-lain. Selidiki dulu siapa ulama yang mas jadikan rujukan. Padahal ditarekat lah kita bisa menemukan manisnya beragama Islam. kalo dikit-dikit bid’ah… cape deh! Hati jadi kering mas. Untuk semua pencari ilmu agama (yang sangat dahaga akan tetesan ilmu agama) yang berdomisili dijakarta, silakan luangkan waktu anda ba’da Isya setiap malam sabtu untuk hadir dalam pengajian ilmu Fiqh / Hadits / tasawuf / tauhid di musolah Baiturrohim Jln Tebet timur IV F Jaksel (disana kita bisa langsung interaksi dengan pengajarnya, Ustz Idris Makruf) karena saya pun dulu bergelimang dengan lumpur maksiat dan sangat merindukan tetesan ilmu agama untuk mengembalikan saya pada FitrahNYA dan Alhamdulillah sejak mengikuti ta’lim tersebut sedikit2 saya sudah merasakan nikmatnya beribadah dan Alhamdulillah tabiat saya bisa berubah 180 derajat.
Semoga ALLOH senantiasa memberikan Taufiq & HIdayahNYA kepada kita semua.
Tanggapan:
Alhamdulillah
ilmu-ilmu yang antum sebutkan telah di pelajari “Pelajari dulu ilmu nahwu,
shorof, mantiq, balaghoh, asbabun nuzul, dan lain-lain”.. saya belajar pada DR.
ANAS Sasmita, Dosen Sastra Arab UNiversitas Padjadjaran, serta kepada Ustadz
Adji, Yusuf, Abu Faqih, dan ustadz Rahmad ketika di Ketika saya kuliah di
UNPAD. Sedangkan Fiqih, hadist, Tafsir Al Qur’an saya banyak menimba ilmu dari
Ustadz-ustadz PERSATUAN ISLAM, yaitu Ustadz Aam Aminudin, Dedi Rahman,
Ustadz-Ustadz dari NU, yaitu belajar Tafsir Sofwatut Tafasir karya Muhammad Ali
As Shobuni di Masjid Raya Pondok Indah, juga kitab Ahkamul Hadist Nailul
Authar, dan Kitab Bulughul Maram. Disamping itu saya pernah Kuliah di Sekolah
Tinggi Agama Islam, jurusan Tarbiyyah. Jadi jika anda tidak setuju dengan
masalah yang saya utarakan dalam Tarekat Tijaniyyah ini sebaiknya di bantah
dengan ilmu bukan berkata ini dan itu.
Jika
tidak ada bantahan sama sekali dengan menggunakan ilmu sebaiknya jangan
diutarakan, karena kebaikan itu harus diutaran dengan ilmu, yakni Al Qur’an dan
Hadist Shahih.
Wallahu’alam
Bishowab,
A Dani Permana
A Dani Permana
Komentar
oleh Riza | Oktober 22, 2008
6.
Assalamualaikum
Alhamdulillah sy diberikan hidayah oleh Allah berupa keinginan untuk mengetahui suatu kejujuran dan kebenaran.
Alhamdulillah sy diberikan hidayah oleh Allah berupa keinginan untuk mengetahui suatu kejujuran dan kebenaran.
Saya
pernah mempelajari sholawat alfatih bahkan sholawat nurijati dll, bahkan lebih
dari itu semua sudah saya pelajari
namun sy slalu bertanya di dalam hati, inikah islam yg sesungguhnya ? bagaimana sih caranya belajar islam yg benar?
namun sy slalu bertanya di dalam hati, inikah islam yg sesungguhnya ? bagaimana sih caranya belajar islam yg benar?
Sy
buka pintu hati ini untuk menerima kebenaran, dan sy pelajari kembali islam
dari sumbernya langsung yaitu Nabi Muhammad SAW, saya baca sirahnya,
riwayatnya, cerita para sahabatnya, kisah dari dalam keluarganya serta orang2
yang selalu mengelilinginya.
Dari
situ sy temukan islam yag sebenarnya, bukan menurut kyai saya atau ustad saya
atau guru saya, saya sandarkan semua kepada Rosulullah SAW dalam berislam
(kegiatan sehari hari) sandarannya adalah.
Sy
berbesar hati dan sy tinggalkan apa2 yg Rosulullah SAW dan para sahabat
tinggalkan termasuk sholawat alfatih dan lainnya karena Beliau dan sahabatnya
tidak ada yg melakukannya sebab merekalah yg lebih mengetahui islam ketimbang
guru2 kita, yg kadang ketika mengajarkan islam mereka tidak menyebutkan
sumbernya hanya bilang dari hadits namun tidak menyebutkan haditnya siapa ?
kitab apa? sahih atau tidak ?
Yg
utama berani tidak kita berguru kepada Rosulullah ?
berguru berdasarkan Alquran dan Hadits Shahih. Berani tidak mencari kebenaran atas apa yang kita pelajari ? jangan hanya kata guru saya, ustad saya dll ?
berguru berdasarkan Alquran dan Hadits Shahih. Berani tidak mencari kebenaran atas apa yang kita pelajari ? jangan hanya kata guru saya, ustad saya dll ?
Komentar
oleh M Islan | Oktober 22, 2008
7.
Assalaamu’alaikum,
Saya
akan mencoba bercerita apa-apa yang saya tahu, selebihnya bila anda PENASARAN
datanglah ke majelis Tijaniyah di Bogor, bertanya kepada yang menggenggam
segudang ilmu, bukan hanya ilmu OTAK yg terbatas, tetapi juga ilmu
UKHROWI/RUHANI.
Kalau
kita baca sejarah sebagian bangsa-bangsa Afrika, terutama dimana penduduknya
mayoritas Islam, kita akan mengetahui bahwa perlawanan & pemberontakan
rakyat Afrika thd penjajah selalu digerakkan oleh kaum sufiyah, dalam hal ini
tarekat, tidak terkecuali Tijaniyah. Kalau kita MAU mencari tahu tokoh-tokoh
Islam Indonesia yang terlibat dalam pergerakan kemerdekaan kita akan
terperangah, bahwa sebagian besar dari mereka adalah penganut Tijaniyah. Bisa
saya sebutkan beberapa di antara mereka: Presiden Soekarno, pendiri NU – KH.
Hasyim Asy,ari, pendiri Muhammadiyah- KH. Ahmad Dahlan, HOS. Cokroaminoto, dll.
Di zaman sekarang adalah yang memegang kendali RI – Presiden SBY. Beberapa
Jenderal & mantan jendral RI juga pengikut Tijani. Bila anda kurang
percaya, tanyakan langsung kepada yg bersangkutan (he..he..he..), minimalnya
kepada keturunannya (itupun kalau para anak cucunya tahu).
Kita semua yakin dan harus mempunyai dasar/pondasi IMAN yang kuat. Iman itu ternyata ditunjukkan secara sungguh-sungguh oleh kaum di PERSATUAN ISLAM. Saya sangat gembira melihat perjuangan PERSIS dkk. yg ghirahnya tinggi dalam mendakwahi umat secara lisan & tulisan. Tetapi sayang, dari dulu sampai sekarang IMAN yg dibangun hanya sampai IMAN yg dasar/pondasi saja, tdk sampai naik level ke atas, seperti membangun sebuah bangunan dari pondasi yg kuat terus berdiri tembok dan naik atap genting. Tapi saya kira itu sudah mencukupi, IMAN yg kuat hanya sampai tingkat dasar/pondasi, karena Alloh SWT tdk akan menghisab melebihi kemampuan manusia.
Adapun sebagian umat Islam yg lain yg diberi kemampuan utk membangun IMAN ke tingkat lebih atas, yaitu IMAN yg tidak bisa dibatasi oleh lisan & tulisan. Karena kemampuan lisan & tulisan (OTAK) terbatas, sejauh dan dalamnya lisan & tulisan tidak akan melebihi jauhnya/dalamnya huruf A sampai Z atau huruf Alif sampai Yaa’, dan itulah isi dari dasar/pondasi IMAN. Seluruh A-Z dan Alif-Yaa’ bisa dihimpun di otak jasmani yg terbatas. Tapi kita lupa bahwa kita dianugrahi RUH yg tingkat IMAN nya berbeda dg IMAN yg dasar tadi. Mana di antara kita yg benar? Saya yakin kedu-dua pihak yg berselisih benar, tapi satu pihak tidak menyadari bahwa pihak yg lain mempunyai kemampuan lebih untuk mengembangkan IMAN nya secara RUHani. Akibatnya pihak yg merasa bahwa ISLAM/IMAN yg benar hanyalah yg terhimpun dalam OTAK yg berisi lisan & tulisan A-Z dan Alif_Yaa’ akan mengklaim bahwa ISLAM/IMAN yg keluar dari OTAK adalah salah dan mengada-ada. Padahal sebenarnya mereka hanya ingin naik tingkat berpindah ke ISLAM/IMAN secara RUHani, mungkin mereka bosan kali ber IMAN/ISLAM secara OTAK (he..he..he..) jadi pingin naik kelas, bosan di tempat yg lama. Kita juga tidak perlu menyalahkan saudara2 kita dari PERSIS dkk, mereka dibutuhkan untuk mendakwahi umat yg masih awam dan para muallaf mengajarkan ilmu SYARIAT. Tapi, bila mereka pingin naik kelas, ber IMAN tingkat RUHani, silakan datang ke guru yg punya ilmu keRUHanian (guru tarekat). Perlu saudara2 ketahui, berdebat dan berselisih itu capeeek man! kayak anak kecil dan seperti edan eling bahwa OTAK kita terbatas sekali. Hanya RUHani yg mampu melahap ilmu-ilmu yg lebih tinggi.
Oh ya, sekedar informasi saja, kalau tidak salah tarjih majelis Muhammadiyah yg sekarang sudah membolehkan QUNUT. Apa benar, ya? Mungkin saudara-saudara dapat membantu saya ttg kebenarannya. Dan tolong deh, jangan campur adukkan ibadah yg MAHDOH dengan yg ghair mahdoh, OKEE? Khawatir nantinya yg ghair mahdoh dianggap WAJIB hukumnya. Khan payah jadinya, bukan? Jadi dakwahnya isinya campur aduk. Imam Asy-Syafi’i pernah berkata, “Selama 11 tahun aku menelaah satu ayat ini, belum juga kutemukan makna dan kandungannya”. Untuk berijtihad diperlukan ALAT. Alatnya ada 9 ilmu. Lha, saudara2 pernah berusaha berijtihad perlu berapa lama? sejam, sehari, sebulan, setahun? waduh, terlalu singkat, mana orang percaya gaya ijtihad seperti itu. Orang sekarang baru fresh/segar keluar dari kuliah sudak berani berijtihad. Laksana orang cari kerja, hanya orang yg mempunyai pengalaman yg diterima. Makin lama pengalaman makin bagus. Beri saya kepercayaan, bagaimana saya bisa percaya kepada orang-orang seperti itu?
Segudang ilmu terdapat di dalam tarekat Tijani, baik ilmu keakhiratan, ilmu dunia (rezeki, kewibawaan, dll), ilmu tentang perang , pengobatan dll. Ilmu-ilmu tentang keduniawian dihimpun dalam 40 kitab, yang setiap kitabnya memuat/mengajarkan 50 ilmu. Jadi ilmu-ilmu keduniawian ada sekitar 2000 ilmu. Seluruh kitab-kitab Tijaniyah yang diwariskan oleh Asy-Syaikh Al-Mukarrom Ahmad At-Tijani terdapat di majelis Bogor, dalam genggaman Asy-Syaikh Hadji Muhammad Syu’aib. Bila saudara hendak mengetahui seluruh kitab-kitab ukhrowi & dunya Tijaniyah, silakan datang ke majelis Bogor. DAN, bila saudara hendak mencari seorang Syaikh Tijani yang menggenggam seluruh ilmu hikmah, silakan datang ke majelis Bogor dan belajarlah tarekat secara BENAR dan ADAB.
Kita semua yakin dan harus mempunyai dasar/pondasi IMAN yang kuat. Iman itu ternyata ditunjukkan secara sungguh-sungguh oleh kaum di PERSATUAN ISLAM. Saya sangat gembira melihat perjuangan PERSIS dkk. yg ghirahnya tinggi dalam mendakwahi umat secara lisan & tulisan. Tetapi sayang, dari dulu sampai sekarang IMAN yg dibangun hanya sampai IMAN yg dasar/pondasi saja, tdk sampai naik level ke atas, seperti membangun sebuah bangunan dari pondasi yg kuat terus berdiri tembok dan naik atap genting. Tapi saya kira itu sudah mencukupi, IMAN yg kuat hanya sampai tingkat dasar/pondasi, karena Alloh SWT tdk akan menghisab melebihi kemampuan manusia.
Adapun sebagian umat Islam yg lain yg diberi kemampuan utk membangun IMAN ke tingkat lebih atas, yaitu IMAN yg tidak bisa dibatasi oleh lisan & tulisan. Karena kemampuan lisan & tulisan (OTAK) terbatas, sejauh dan dalamnya lisan & tulisan tidak akan melebihi jauhnya/dalamnya huruf A sampai Z atau huruf Alif sampai Yaa’, dan itulah isi dari dasar/pondasi IMAN. Seluruh A-Z dan Alif-Yaa’ bisa dihimpun di otak jasmani yg terbatas. Tapi kita lupa bahwa kita dianugrahi RUH yg tingkat IMAN nya berbeda dg IMAN yg dasar tadi. Mana di antara kita yg benar? Saya yakin kedu-dua pihak yg berselisih benar, tapi satu pihak tidak menyadari bahwa pihak yg lain mempunyai kemampuan lebih untuk mengembangkan IMAN nya secara RUHani. Akibatnya pihak yg merasa bahwa ISLAM/IMAN yg benar hanyalah yg terhimpun dalam OTAK yg berisi lisan & tulisan A-Z dan Alif_Yaa’ akan mengklaim bahwa ISLAM/IMAN yg keluar dari OTAK adalah salah dan mengada-ada. Padahal sebenarnya mereka hanya ingin naik tingkat berpindah ke ISLAM/IMAN secara RUHani, mungkin mereka bosan kali ber IMAN/ISLAM secara OTAK (he..he..he..) jadi pingin naik kelas, bosan di tempat yg lama. Kita juga tidak perlu menyalahkan saudara2 kita dari PERSIS dkk, mereka dibutuhkan untuk mendakwahi umat yg masih awam dan para muallaf mengajarkan ilmu SYARIAT. Tapi, bila mereka pingin naik kelas, ber IMAN tingkat RUHani, silakan datang ke guru yg punya ilmu keRUHanian (guru tarekat). Perlu saudara2 ketahui, berdebat dan berselisih itu capeeek man! kayak anak kecil dan seperti edan eling bahwa OTAK kita terbatas sekali. Hanya RUHani yg mampu melahap ilmu-ilmu yg lebih tinggi.
Oh ya, sekedar informasi saja, kalau tidak salah tarjih majelis Muhammadiyah yg sekarang sudah membolehkan QUNUT. Apa benar, ya? Mungkin saudara-saudara dapat membantu saya ttg kebenarannya. Dan tolong deh, jangan campur adukkan ibadah yg MAHDOH dengan yg ghair mahdoh, OKEE? Khawatir nantinya yg ghair mahdoh dianggap WAJIB hukumnya. Khan payah jadinya, bukan? Jadi dakwahnya isinya campur aduk. Imam Asy-Syafi’i pernah berkata, “Selama 11 tahun aku menelaah satu ayat ini, belum juga kutemukan makna dan kandungannya”. Untuk berijtihad diperlukan ALAT. Alatnya ada 9 ilmu. Lha, saudara2 pernah berusaha berijtihad perlu berapa lama? sejam, sehari, sebulan, setahun? waduh, terlalu singkat, mana orang percaya gaya ijtihad seperti itu. Orang sekarang baru fresh/segar keluar dari kuliah sudak berani berijtihad. Laksana orang cari kerja, hanya orang yg mempunyai pengalaman yg diterima. Makin lama pengalaman makin bagus. Beri saya kepercayaan, bagaimana saya bisa percaya kepada orang-orang seperti itu?
Segudang ilmu terdapat di dalam tarekat Tijani, baik ilmu keakhiratan, ilmu dunia (rezeki, kewibawaan, dll), ilmu tentang perang , pengobatan dll. Ilmu-ilmu tentang keduniawian dihimpun dalam 40 kitab, yang setiap kitabnya memuat/mengajarkan 50 ilmu. Jadi ilmu-ilmu keduniawian ada sekitar 2000 ilmu. Seluruh kitab-kitab Tijaniyah yang diwariskan oleh Asy-Syaikh Al-Mukarrom Ahmad At-Tijani terdapat di majelis Bogor, dalam genggaman Asy-Syaikh Hadji Muhammad Syu’aib. Bila saudara hendak mengetahui seluruh kitab-kitab ukhrowi & dunya Tijaniyah, silakan datang ke majelis Bogor. DAN, bila saudara hendak mencari seorang Syaikh Tijani yang menggenggam seluruh ilmu hikmah, silakan datang ke majelis Bogor dan belajarlah tarekat secara BENAR dan ADAB.
Assalamualaikum,
HARUN
PRIBADI
tijani121@gmail.com
tijani121@gmail.com
Komentar
oleh Harun | November 8, 2008
8.
Assalamualaikum.
Saya sedih sekali. Orang2 non Tijaniah ikut bicara tentang dan menentang Tijaniah. Mungkin ini lah maksud hadist Nabi; Apabila seuatu perkara itu diserahkan pada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Sekarang pembicaraan tijanih dibicarakan oleh yang bukan berkecimpung disana apa tidak amburadul tuhh. he he
H Ibrahim aktivis Tereqat Tijanih di Kota Grogot.
Saya sedih sekali. Orang2 non Tijaniah ikut bicara tentang dan menentang Tijaniah. Mungkin ini lah maksud hadist Nabi; Apabila seuatu perkara itu diserahkan pada yang bukan ahlinya maka tunggulah kehancurannya. Sekarang pembicaraan tijanih dibicarakan oleh yang bukan berkecimpung disana apa tidak amburadul tuhh. he he
H Ibrahim aktivis Tereqat Tijanih di Kota Grogot.
Komentar
oleh H Ibrahim | November 24, 2008
9.
Assalamu’alaikum
ya Ikhwany Attijanih diseluruh Indonesia. Sekedar mengingatkan saja. Lazimilah
amaliah yang telah kita terima dari para Masya’aikh Tijaniah. Baik wirid lazim
pagi maupun wirid lazim sore wadhifah yaumiah dan hailalatul Jumu’ah tanpa
harus terjebak dalam permasalahan yang hanya dipahami oleh orang yang ahlinya.
Attaslimu liahlihi awla, kita serahkan pada yang ahlinya lebih utama.
Komentar
oleh H Ibrahim | Desember 2, 2008
10.
ASS.KUM….MOHON
MAAF SAUDARA KU
Dari
pada protes, lebih baik ambil kita ambil akhlak Nabi Muhammad Saw. Para
pengikut tarekat tijani sebaiknya DOAKAN saja. Dan lebih baik istiqomah pada
jalannya masing masing, toh yang merasakan kebenaran itu anda sendiri bukan
orang lain.
Dan
jangan lupa bahwa kita orang indonesia,bukan asing.
BHINEKA TUNGGAL IKA
BHINEKA TUNGGAL IKA
o
Tanggapan
Untuk Akhi Santo, hendaklah jika mengucapkan salam dituliskan seluruhnya, karena salam adalah sebuah do’a. Antum benar kita harus mengikuti Akhlaq Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi salam, namun yang kita perhatikan apabila ada sebuah kelompok berada diluar jalur dan meyeleisihi as sunnah, kita harus semampunya membantah dengan ILMU dan ILMIAH, bukan dengan HAWA NAFSU dan AMARAH. Perkara jangan lupa kita orang Indonesia, memang kita tidak harus lupa, TAPI antum jangan lupa JUGA kita punya ALQUR”AN dan AS SUNNAH yang tidak melihat apakah kita orang Indonesia atau Orang ASING.
Untuk Akhi Santo, hendaklah jika mengucapkan salam dituliskan seluruhnya, karena salam adalah sebuah do’a. Antum benar kita harus mengikuti Akhlaq Nabi Muhammad Sholallahu ‘alaihi salam, namun yang kita perhatikan apabila ada sebuah kelompok berada diluar jalur dan meyeleisihi as sunnah, kita harus semampunya membantah dengan ILMU dan ILMIAH, bukan dengan HAWA NAFSU dan AMARAH. Perkara jangan lupa kita orang Indonesia, memang kita tidak harus lupa, TAPI antum jangan lupa JUGA kita punya ALQUR”AN dan AS SUNNAH yang tidak melihat apakah kita orang Indonesia atau Orang ASING.
Wa’alaikumsalam
warahmatullahi Wabarakatuh,
A Dani Permana
A Dani Permana
Komentar
oleh attanzil | Desember 5, 2008
11.
waduh..
mas dani hebat banget ya.. dengan hanya ngaji selama 3 tahun (menurut biografi
singkatnya),bisa mengkafirkan muslim lain yang mengikuti tarekat
tijani…istighfar mas…
apa
belum pernah ngaji kitab hikam??
Komentar
oleh aji syach | Desember 7, 2008
o
Tanggapan
Untuk Akhi Aji Syach,
Assalamu’alaikum
warahamatullahi Wabarakatuh,
Aji
Syach telah memfitnah saya (Dani) dengan mengatakan saya mengkafirkan Muslim
Kelompok Tiijaniyyah ini, padahal dari semua bantahan saya mengenai tijaniiyah
ini tidak ADA SATUPUN KATA yang MENGKAFIRKANNYA. Hendaklah Akhi Aji Syach ini
meneliti kembali kata-katanya. Saya tidak mempermasalahkan Aqidah Pengikut
Tijaniyyah ini sebagaimana artikel yang saya tulis pada permasalahan no 15.
Sebagaimana berikut.
Pada
hal 63-67, Masalah aqidah tarekat Tijaniyah
Tanggapan: setelah membaca secara keseluruhan maka saya dapat menyimpulkan bahwa Aqidah pengikut tijaniyah ini tidaklah menyimpang dan penyimpangan hanya terjadi pada masalah bilangan dzikir dan keyakinan bahwa sholawat fatih adalah firman Allah.
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ – وَاَللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
Tanggapan: setelah membaca secara keseluruhan maka saya dapat menyimpulkan bahwa Aqidah pengikut tijaniyah ini tidaklah menyimpang dan penyimpangan hanya terjadi pada masalah bilangan dzikir dan keyakinan bahwa sholawat fatih adalah firman Allah.
الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ – وَاَللَّهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ
Hendaklah
antuk Aji Syach ini MALU karena sudah membantah tidak dengan ilmu lalu
berkata-kata dengan memfitnah orang.
Semua
pengiktu Tijaniyyah yang sudah berkomentar di blog ini, saya sarankan sebelum
memberikan komentar membaca terlebih dahulu semua pa yang saya tulis,
sebagaimana dibawah, dan jika tidak sepaham bantahlah dengan ILMU dan BUKAN
dengan HAWA NAFSU, karena HAWA NAFSU akan selalu membawa rasa Amarah saja….
Silahkan
12.
Waduh,
mas Dani…mengapa komentar saya tentang beda pendapat antara pengikut Tijani
dengan yang kontra Tijani, tidak anda muat? Padahal komentar saya tersebut
menggunakan bahasa, yang menurut saya sudah halus, tidak kasar dan mencela.
Sebenarnya saya ingin menjembatani kedua-dua pihak, tetapi anda tidak
menghormati pendapat saya. Anda tidak bisa memandang saya, bahwa saya ingin
menengahi kedua-dua pihak.
Sebenarnya apa yang mas Dani maksud dengan “BANTAHLAH dengan ILMU”?? Ilmu apa yang anda maksudkan?? Apakah yang anda maksudkan adalah ilmu FIQH yang hanya bisa dinalar dengan kemampuan berpikir (OTAK) saja?? Atau ilmu yang bisa diamalkan oleh JASMANI?? Apa kita tidak memiliki keinginan untuk mendayagunakan RUHani kita?? Padahal ketiga hal tersebut, yaitu AKAL(OTAK), JASMANI dan RUHani adalah karunia ALLoh yang mesti didayagunakan.
Sekarang saatnya saya memberitahukan kepada anda secara gamblang, bahwa mendayagunakan RUHani seperti yang dilakukan oleh penganut jalan TAREKAT sebagian besar adalah untuk kebutuhan duniawi mereka dengan CARA/METODA mezikirkan lafal2 tertentu untuk tujuan2 tertentu. Lalu anda bertanya: “Itukan tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW?”. Jawaban saya: Memang benar, Rasulullah SAW tidak mencontohkan hal-hal seperti itu, karena itu adalah masalah duniawi. Masalah duniawi, kita sendiri yang mengetahui kebutuhan duniawi kita, Rasulullah tidak mau ikut campur. Kebutuhan duniawi anda dengan kebutuhan duniawi saya tidaklah sama. Masing2 punyai CARA sendiri untuk mendapatkan duniawinya dan seberapa banyaknya tidaklah sama.
Saran saya kepada anda dan teman2 anda yang sampai saat ini masih mendayagunakan karunia Alloh sebatas AKAL dan JASMANI, silakan anda mulai berlatih mendayagunakan karunia Alloh yang satu lagi, yaitu RUHani. Agar anda bisa merasakan /mengecapi bagaimana dahsyatnya RASA ajaran Rasulullah SAW itu, seperti yang dirasakan oleh saudara2 anda para pengikut jalan TAREKAT. Saya menyarankan, agar mas Dani mulai saat ini mensyukuri karunia RUHani yg Alloh berikan dengan memanfaatkan sebaik2-nya dengan mendayagunakannya.
Untuk mendayagunakan ketiga karunia Alloh tsb harus dengan CARA yang untuk satu dengan lainnya berbeda. Jadi, ALAT/CARA untuk mendayagunakan AKAL/OTAK pasti MUTLAK berbeda dengan ALAT/CARA mendayagunakan JASMANI dan RUHani.
Komentar saya hari ini dan komentar kemarin yang tidak anda muat adalah ILMU AKAL, hasil olah otak (berpikir) saya yang seharusnya dapat anda terima sebagai masukan dan dapat dibaca oleh khalayak, setidak-tidaknya hanya sebagai pengetahuan saja. Mas Dani tidak perlu gugup dan khawatir, karena saling lempar pendapat antara kedua-dua pihak bukanlah untuk memunculkan siapa yang MENANG atau BENAR, tetapi sebatas untuk mengetahui seberapa jauh Ilmu OTAK, Ilmu JASMANI dan Ilmu RUHani dari kedua-dua pihak. Apakah mas Dani Permana setuju dengan pendapat saya?
Maka dengan ini saya memohon dengan kerendahan demi saudara2 kita yang Ilmu dan pengetahuan yang mungkin masih perlu pencerahan; MOHON tulisan saya yang kemarin bisa mas Dani muat dengan rasa toleransi dan kekeluargaan.
Sebenarnya apa yang mas Dani maksud dengan “BANTAHLAH dengan ILMU”?? Ilmu apa yang anda maksudkan?? Apakah yang anda maksudkan adalah ilmu FIQH yang hanya bisa dinalar dengan kemampuan berpikir (OTAK) saja?? Atau ilmu yang bisa diamalkan oleh JASMANI?? Apa kita tidak memiliki keinginan untuk mendayagunakan RUHani kita?? Padahal ketiga hal tersebut, yaitu AKAL(OTAK), JASMANI dan RUHani adalah karunia ALLoh yang mesti didayagunakan.
Sekarang saatnya saya memberitahukan kepada anda secara gamblang, bahwa mendayagunakan RUHani seperti yang dilakukan oleh penganut jalan TAREKAT sebagian besar adalah untuk kebutuhan duniawi mereka dengan CARA/METODA mezikirkan lafal2 tertentu untuk tujuan2 tertentu. Lalu anda bertanya: “Itukan tidak dicontohkan oleh Rasulullah SAW?”. Jawaban saya: Memang benar, Rasulullah SAW tidak mencontohkan hal-hal seperti itu, karena itu adalah masalah duniawi. Masalah duniawi, kita sendiri yang mengetahui kebutuhan duniawi kita, Rasulullah tidak mau ikut campur. Kebutuhan duniawi anda dengan kebutuhan duniawi saya tidaklah sama. Masing2 punyai CARA sendiri untuk mendapatkan duniawinya dan seberapa banyaknya tidaklah sama.
Saran saya kepada anda dan teman2 anda yang sampai saat ini masih mendayagunakan karunia Alloh sebatas AKAL dan JASMANI, silakan anda mulai berlatih mendayagunakan karunia Alloh yang satu lagi, yaitu RUHani. Agar anda bisa merasakan /mengecapi bagaimana dahsyatnya RASA ajaran Rasulullah SAW itu, seperti yang dirasakan oleh saudara2 anda para pengikut jalan TAREKAT. Saya menyarankan, agar mas Dani mulai saat ini mensyukuri karunia RUHani yg Alloh berikan dengan memanfaatkan sebaik2-nya dengan mendayagunakannya.
Untuk mendayagunakan ketiga karunia Alloh tsb harus dengan CARA yang untuk satu dengan lainnya berbeda. Jadi, ALAT/CARA untuk mendayagunakan AKAL/OTAK pasti MUTLAK berbeda dengan ALAT/CARA mendayagunakan JASMANI dan RUHani.
Komentar saya hari ini dan komentar kemarin yang tidak anda muat adalah ILMU AKAL, hasil olah otak (berpikir) saya yang seharusnya dapat anda terima sebagai masukan dan dapat dibaca oleh khalayak, setidak-tidaknya hanya sebagai pengetahuan saja. Mas Dani tidak perlu gugup dan khawatir, karena saling lempar pendapat antara kedua-dua pihak bukanlah untuk memunculkan siapa yang MENANG atau BENAR, tetapi sebatas untuk mengetahui seberapa jauh Ilmu OTAK, Ilmu JASMANI dan Ilmu RUHani dari kedua-dua pihak. Apakah mas Dani Permana setuju dengan pendapat saya?
Maka dengan ini saya memohon dengan kerendahan demi saudara2 kita yang Ilmu dan pengetahuan yang mungkin masih perlu pencerahan; MOHON tulisan saya yang kemarin bisa mas Dani muat dengan rasa toleransi dan kekeluargaan.
Assalaamu’alaikum.
H. HARUN
H. HARUN
Komentar
oleh H. Harun | Desember 9, 2008
o
Tanggapan
untuk H Harun,
Assalamu’alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh,
[Harun
Wrote]
Sebenarnya
apa yang mas Dani maksud dengan “BANTAHLAH dengan ILMU”??Sebenarnya apa yang
mas Dani maksud dengan “BANTAHLAH dengan ILMU”?? Ilmu apa yang anda maksudkan??
Apakah yang anda maksudkan adalah ilmu FIQH yang hanya bisa dinalar dengan
kemampuan berpikir (OTAK) saja?? Atau ilmu yang bisa diamalkan oleh JASMANI??
Apa kita tidak memiliki keinginan untuk mendayagunakan RUHani kita?? Padahal
ketiga hal tersebut, yaitu AKAL(OTAK), JASMANI dan RUHani adalah karunia ALLoh
yang mesti didayagunakan.
[Dani]
Dengan menggunakan Al Qur’an dan As Sunnah
[Harun
Wrote]
Sekarang
saatnya saya memberitahukan kepada anda secara gamblang, bahwa mendayagunakan
RUHani seperti yang dilakukan oleh penganut jalan TAREKAT sebagian besar adalah
untuk kebutuhan duniawi mereka dengan CARA/METODA mezikirkan lafal2 tertentu
untuk tujuan2 tertentu. Lalu anda bertanya: “Itukan tidak dicontohkan oleh
Rasulullah SAW?”. Jawaban saya: Memang benar, Rasulullah SAW tidak mencontohkan
hal-hal seperti itu, karena itu adalah masalah duniawi.
[Dani]
Bukahkah Allah dan Rasul-Nya memerintahkan untuk PUASA, membaca Al Qur’an, dan
mentadaburi Al Qur’an, mempelajari Hadits. hal itu lebih lebih mulia untuk
mengisi kebutuhan RUhani. Adakah Jaminan mengikuti TAREKAT TIjaniyyah ini akan
Masuk Surga?
Yang
saya temukan dalam Al Qur’an adalah perintah untuk mengikuti-Nya dan Rasul-Nya
“Dan
barangsiapa mentaati Allah dan Rasul-Nya, mereka itu akan bersama-sama dengan
orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: nabi-nabi, para
shiddiqiin, orang-orang yang mati syahid dan orang-orang shalih. Dan mereka
itulah teman yang sebaik-baiknya” (An-Nisaa’: 69).
“Barangsiapa
mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa
berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi
pemelihara bagi mereka.”( An-Nissa’: 80).
“Sesungguhnya
telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi
orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiaman dan dia
banyak menyebut Allah.” (Al-Ahzaab: 21)
Allah
dan Rasul-Nya itulah yang lebih patut mereka cari keridhaannya, jika mereka
adalah orang-orang yang mukmin.” (At-taubah: 62).
“Katakanlah:
‘Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya
Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.’ Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Ali ‘Imran: 31).
TIDAK
ada satu ayatpun perintah untuk mengikuti Syaikh Tijani ini…apalagi sampai
membelanya……
Wa’alaikumsalam
Warahmatullahi Wabarakatuh,
A Dani Permana
A Dani Permana
Komentar
oleh attanzil | Desember 9, 2008
§ Tambahan Tanggapan untuk H Harun dan
pengikut Tijaniyyah
Bahwa
yang di-ikuti adalah Rasulullah dan ajaran-ajaranya BUKAN SYAIKH TIJANI
[1].
Hadits Shahih Riwayat Bukhari (No. 7280) dan Ahmad (II/361) “Artinya : Dari Abu
Hurairah Radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda : ‘Setiap ummatku akan masuk syurga, kecuali yang enggan’. Mereka
(para sahabat) bertanya : ‘Siapa yang enggan itu ?. Jawab Beliau : ‘Barangsiapa
yang mentaatiku pasti masuk syurga, dan barangsiapa yang mendurhakaiku, maka
sungguh ia telah enggan”.
[2]
Hadits Shahih Riwayat Al-Hakim (1/93) dan Al-Baihaqy (X/114). “Artinya : Dari
Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : ‘Telah bersabda Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ; Aku tinggalkan dua perkara yang apabila kalian
berpegang teguh pada keduanya maka tidak akan sesat selama-lamanya yaitu
Kitabullah dan Sunnahku, serta keduanya tidak akan terpisah sampai keduanya
mendatangiki di Telaga (syurga)”.
Dari
Jabir Ibnu Abdullah Radhiyallahu ‘anhu berkata: Adalah Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bila berkhotbah memerah kedua matanya, meninggi suaranya, dan
mengeras amarahnya seakan-akan beliau seorang komandan tentara yang berkata:
Musuh akan menyerangmu pagi-pagi dan petang. Beliau bersabda: “Amma ba’du,
sesungguhnya sebaik-baik perkataan ialah Kitabullah (al-Qur’an), sebaik-baiknya
petunjuk ialah petunjuk Muhammad, sejelek-jelek perkara ialah yang diada-adakan
(bid’ah), dan setiap bid’ah itu sesat.” (HR Muslim).
Dalam
suatu riwayatnya yang lain: Khutbah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pada
hari Jum’at ialah: Beliau memuji Allah dan mengagungkan-Nya, kemudian beliau
mengucapkan seperti khutbah di atas dan suara beliau keras. Dalam suatu
riwayatnya yang lain. “Barangsiapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tiada
orang yang dapat menyesatkannya dan barangsiapa yang disesatkan oleh Allah,
maka tiada orang yang dapat memberikan hidayah padanya.” Menurut riwayat
Nasa’i: “Dan setiap kesesatan itu tempatnya di neraka.”
“Maka
hendaklah kalian berpegang teguh dengan sunahku dan sunah Khulafa Rasyidin yang
mendapatkan petunjuk. (Riwayat Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Madjah, Ibu Hibban
dalam Kitab Sahihnya dan Ahmad)
Imam
Asy Syafii berkata:
قَالَ اْلاِمَامُ الشَّافِعِي رَحِمَهُ اللهُ تَعَالَى : اَجْمَعَ الْمُسْلِمُوْنَ عَلَى اَنَّ مَنِ اسْتَبَانَ لَهُ
سُنَّةَ رَسُوْلَهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ يَحِلُّ لَهُ اَنْ
يَدَعَهَا لِقَوْلِ اَحَدٍ.
“Kaum
muslimin telah sepakat bahwa barang siapa yang telah terang baginya Sunnah
Rasulullah shalallahu ‘alahi wasallam, maka tidak halal baginya untuk
meninggalkannya karena untuk mengikuti perkataan seseorang.” [i]
[i]
Lih: I’lamu al Muwaqi’iin oleh Ibnul Qayyim al Jauzi II/361
TIDAK
ADA SATAUPUN HADIST YANG MEMERINTAHKAN UNTUK MENGIKUTI SYAIKH TIJANI,
LALU MENGAPA KALIAN MENJADIKANNYA TELADAN? sebaik-baiknya perkataan adalah
KITABULLAH (Al Qur’an) dan sebaik-baiknya PETUNJUK adalah PETUNJUK
MUHAMMAD RASULULLAH
Komentar
oleh attanzil | Desember 9, 2008
13.
Yang
menerima Sholawat Fatih langsung dari Nabi Muhammad SAW itu adalah Syech
Muhammad Al-Bakri. Sedangkan Syech Ahmad bin Muhammad At-Tijani hanya
mengamalkan sholawat tersebut. SIlahkan MAS DANI baca kitab Al-Fatur Rabbani.
Komentar
oleh aji syach | Desember 10, 2008
o
Tanggapan
Untuk Aji Syach
SATU
LAGI Kekurangan anda semua para pengikut TIJANIYYAH, Bila mengatakan datangnya
dari RASULULLAH tapi tidak menyebutkan sanad-sanadnya atau para perawinya?
AJI
Syach berkata : “Yang menerima Sholawat Fatih langsung dari Nabi Muhammad
SAW itu adalah Syech Muhammad Al-Bakri.”
MAKA
SAYA BERTANYA? Namun sayang tidak pernah dijawab, mungkin Para Kyai
pengikut Tijaniyyah tidak pernah mengajarkan Bagaimana Ilmu Hadist itu?
Bisa
anda sebutkan sanad-sanadnya kalau “Yang
menerima Sholawat Fatih langsung dari Nabi Muhammad SAW itu adalah Syech
Muhammad Al-Bakri.”?, Jika itu sesuai dengan Sunnah dan datangnya dari
Rasulullah, Maka para perawi haidts Wajib antum sebutkan?
Jika
antum tidak meyebutkan siapa sanad-sanadnya jika Sholawat fatih itu berasal
dari Rasulullah Sholallahu ‘alaihi wasallam maka berhati-hatilah..BERBOHONG
ATAS NAMA RASULULLAH
Dari
Abi Hurairah, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam:
“Barangsiapa
yang berdusta atasku (yakni atas namaku) dengan sengaja, maka hendaklah ia
mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka.” [[1]]
Dari
Abi Hurairah, ia berkata. Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam:
“Barangsiapa
yang membuat-buat perkataan atas (nama) ku yang (sama sekali) tidak pernah aku
ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka”. [[2]]
Dari
Salamah bin Akwa, ia berkata. Aku telah mendengar Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa
Sallam bersabda:
“Barangsiapa
yang mengatakan atas (nama)ku apa-apa (perkataan) yang tidak pernah aku
ucapkan, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka”. [[3]]
Kemudian
Imam Ahmad meriwayatkan lagi (4/50) dengan lafaz.
“Tidak
seorangpun yang berkata atas (nama)ku dengan batil, atau (ia mengucapkan) apa
saja (perkataan) yang tidak pernah aku ucapkan, melainkan tempat duduknya di
neraka”. [[4]]
Dari
Anas bin Malik, ia berkata:
“Sesungguhnya
yang mencegahku menceritakan hadis yang banyak kepada kamu, (ialah) kerana
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam telah bersabda: Barangasiapa yang
sengaja berdusta atasku (yakni atas namaku), maka hendaklah ia mengambil tempat
duduknya di neraka”. [[5]]
Dari
Abdullah bin Amr, ia berkata. Sesungguhnya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
telah bersabda:
“Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat, dan ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak ada keberatan (yakni berdosa), dan barangsiapa yang berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka”. [[6]]
“Sampaikanlah dariku meskipun satu ayat, dan ceritakanlah tentang Bani Israil dan tidak ada keberatan (yakni berdosa), dan barangsiapa yang berdusta atas (nama) ku dengan sengaja, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya (yakni tempat tinggalnya) di neraka”. [[6]]
Dari
Ali bin Abi Thalib, ia berkata. telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam.
“Janganlah kamu berdusta atas (nama)ku.! kerana, sesungguhnya barangsiapa yang berdusta atasku, maka hendaklah ia memasuki neraka”. [[7]]
“Janganlah kamu berdusta atas (nama)ku.! kerana, sesungguhnya barangsiapa yang berdusta atasku, maka hendaklah ia memasuki neraka”. [[7]]
Dari
Mughirah (bin Syu’bah) radliyallahu ‘anhu, ia berkata, Aku telah mendengar Nabi
Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:
“Sesungguhnya berdusta atasku tidaklah sama berdusta kepada orang lain (selainku), maka barangsiapa yang berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka”. [[8]]
“Sesungguhnya berdusta atasku tidaklah sama berdusta kepada orang lain (selainku), maka barangsiapa yang berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, hendaklah ia mengambil tempat tinggalnya di neraka”. [[8]]
Dari
Watsilah bin Asqa’, ia berkata. telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi
Wa Sallam.
“Sesungguhnya dari sebesar-besar dusta ialah, seorang mendakwa/mengaku (berbapak) kepada yang bukan bapaknya (yakni menasabkan diri kepada orang lain yang bukan bapaknya), atau (ia mengatakan) telah diperlihatkan kepada matanya apa yang (sebenarnya) matanya tidak pernah melihat (yakni ia mengaku telah bermimpi dan melihat sesuatu tetapi sebenarnya bohong).”
“Sesungguhnya dari sebesar-besar dusta ialah, seorang mendakwa/mengaku (berbapak) kepada yang bukan bapaknya (yakni menasabkan diri kepada orang lain yang bukan bapaknya), atau (ia mengatakan) telah diperlihatkan kepada matanya apa yang (sebenarnya) matanya tidak pernah melihat (yakni ia mengaku telah bermimpi dan melihat sesuatu tetapi sebenarnya bohong).”
Dalam
riwayat yang lain di jelaskan, atau (ia mengatakan),
“…telah diperlihatkan kepada kedua matanya dalam tidur (mimpi) apa yang tidak dilihat oleh kedua matanya (yakni ia mengaku telah bermimpi sesuatu padahal dusta), atau ia mengatakan atas (nama) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam apa yang beliau tidak pernah sabdakan”. [[9]]
“…telah diperlihatkan kepada kedua matanya dalam tidur (mimpi) apa yang tidak dilihat oleh kedua matanya (yakni ia mengaku telah bermimpi sesuatu padahal dusta), atau ia mengatakan atas (nama) Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam apa yang beliau tidak pernah sabdakan”. [[9]]
Dari
Abi Bakar bin Salim dari bapaknya (iaitu Salim bin Abdullah bin Umar) dari
datuknya (iaitu Abdullah bin Umar), ia berkata, Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu
‘Alaihi Wa Sallam telah bersabda:
“Sesungguhnya orang yang berdusta atas (nama)ku akan dibangunkan untuknya satu rumah di neraka”. [[10]]
“Sesungguhnya orang yang berdusta atas (nama)ku akan dibangunkan untuknya satu rumah di neraka”. [[10]]
[1]
H.R. Imam Bukhari (1/36) dan Muslim (1/8) dll.
[2] H.R. Ibnu Majah (No. 34) dan Imam Ahmad bin Hambal (2/321)
[3] H.R. Imam Bukhari (1/35) dll, diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad (4/47) dengan lafaz yang sama dengan hadis No. 1,4,5,6 & 8.
[4] H.R. Ahmad, 4/50. Sanad ini sahih atas syarat Bukhari dan Muslim.
[5] H.R. Bukhari (1/35) dan Muslim (1/7) dll.
[6] H.R. Bukhari (4/145) dan Tirmizi (4/147 di Kitab Ilmu) dan Ahmad (2/159), 202 & 214) dll.
[7] H.R. Bukhari (1/35), Muslim (1/7), Tirmizi (4/142 Kitabul Ilmi), Ibnu Majah (No. 3) dan Ahmad.
[8] H.R. Bukhari (2/81), Muslim (1/8) dan Ahmad (4/252).
[9] H.R. Bukhari (4/157) dan Ahmad (4/106) dan riwayat yang kedua, dari jalannya.
[10] H.R. Imam Ahmad bin Hambal di musnadnya (2/22, 103 & 144) dan sanadnya sahih atas syarat Bukhari dan Muslim.
[2] H.R. Ibnu Majah (No. 34) dan Imam Ahmad bin Hambal (2/321)
[3] H.R. Imam Bukhari (1/35) dll, diriwayatkan juga oleh Imam Ahmad (4/47) dengan lafaz yang sama dengan hadis No. 1,4,5,6 & 8.
[4] H.R. Ahmad, 4/50. Sanad ini sahih atas syarat Bukhari dan Muslim.
[5] H.R. Bukhari (1/35) dan Muslim (1/7) dll.
[6] H.R. Bukhari (4/145) dan Tirmizi (4/147 di Kitab Ilmu) dan Ahmad (2/159), 202 & 214) dll.
[7] H.R. Bukhari (1/35), Muslim (1/7), Tirmizi (4/142 Kitabul Ilmi), Ibnu Majah (No. 3) dan Ahmad.
[8] H.R. Bukhari (2/81), Muslim (1/8) dan Ahmad (4/252).
[9] H.R. Bukhari (4/157) dan Ahmad (4/106) dan riwayat yang kedua, dari jalannya.
[10] H.R. Imam Ahmad bin Hambal di musnadnya (2/22, 103 & 144) dan sanadnya sahih atas syarat Bukhari dan Muslim.
Komentar
oleh attanzil | Desember 10, 2008
14.
wah
klo
masalah tarekat di hukumi dengan syarikat jelas tidak akan ketemu di satu
titik. itu sudah jelas, dari dulu mmg begitu
klo
anda merasa orang ber tarekat seharusnya sudah tidak melayani perdebatan
semacam ini, toh klo masih berdebat seperti ini berarti kita masih punya hawa
nafsu
asyiknya
berdikir dalam tarekat tidak dapat digantikan dengan apapun,
marilah
yg menghukumi dosa tarekat ya biarkan saja, yang mengamalkan tarekat ya
teruskan saja
kita
harus percaya pada keyakinan kita, kita diganjar surga atau neraka karena
keyakinan kita
yang
jelas dan yang tidak boleh di lupakan bahwa
‘mimpi
ketemu rasululullah itu benar adanya, maksudnya mmg itu rasulullah yang
datang’, dan hadist ini sahih dan disetujui oleh semua golongan, mau NU,
Muhammadiyah, Wahabi ato yg lain setuju hadist mengenai mimpi ketemu Rasulullah
15.
ass,
mungkin karena beda tingkatan dalam pemahaman, jadinya seringkali terjadi perdebatan mengenai masalah sufisme. seharusnya masalah ini jangan di perdebatkan lagi, sufisme hanya bisa di mengerti oleh mereka yang menjadi golongan ini.
mungkin karena beda tingkatan dalam pemahaman, jadinya seringkali terjadi perdebatan mengenai masalah sufisme. seharusnya masalah ini jangan di perdebatkan lagi, sufisme hanya bisa di mengerti oleh mereka yang menjadi golongan ini.
wassalam.
Komentar
oleh anonim... | Januari 8, 2009
16.
Assalamu’alakum
Wr. Wb
Untuk Kang dani jangan menonton Tarekat Tijaniyah dari Shalawat Fatih saja kang, itu baru salah satu amalan yang kami lakukan, masih banyak lagi amalan yang lain. ach!!!! akang mah mungkin tidak tahu he he he!!.
Untuk Kang dani jangan menonton Tarekat Tijaniyah dari Shalawat Fatih saja kang, itu baru salah satu amalan yang kami lakukan, masih banyak lagi amalan yang lain. ach!!!! akang mah mungkin tidak tahu he he he!!.
Untuk
memahami tarekat, Akang harus menembus lautan Ilmu yang sangat luas dan
memahami Anatomi Tasawuf,anatomi Fiqih dengan demikian akang bisa menempatkan
Tasawuf dimana? Fiqih dimana, tarekat dimana? tarekat Tijaniyah? Persis dimana
?
salah satu yang saya tahu, Tijaniyah punya Tiga amalan pokok yaitu, Istigfar – Shalawat -Dzikir
istigfar – Pengakuan bahwa kita orang-orang selalu berdosa dst.
Shalawat – kita berusaha untuk menentukan Idola bahwa Idola kita adalah Rasulullah SAW dst.
Dzikir – Kita berusaha selalu mendekati Allah Swt dst.
Salam Kenal ti Abdi
Hatur Nuhun
WasalamuAlaikum Wr.Wr
salah satu yang saya tahu, Tijaniyah punya Tiga amalan pokok yaitu, Istigfar – Shalawat -Dzikir
istigfar – Pengakuan bahwa kita orang-orang selalu berdosa dst.
Shalawat – kita berusaha untuk menentukan Idola bahwa Idola kita adalah Rasulullah SAW dst.
Dzikir – Kita berusaha selalu mendekati Allah Swt dst.
Salam Kenal ti Abdi
Hatur Nuhun
WasalamuAlaikum Wr.Wr
Komentar
oleh Alit | Januari 17, 2009
17.
Assalamu’alaikum
Wr.Wb.
Teruskan
Mas, perjuangan membela Islam dengan DALIL yang shahih..!!!!!
Saya
dari dulu paling jengkel dan pusing dengan para pengikut Tarekat. Dari jaman
Ibn Athaillah Al Sakandari (sufi) dan Ibnu Taymiyah….sampe sekarang ndak ada
titik temunya.
Karena
para pengikut Tarekat / Sufi : (versi saya)
1.
Sangat Taklid ke Syaikh atau Kyai nya, dengan menomer dua kan DALIL (AL-Qur’an
dan As-Sunnah) yang SHAHIH. Sudah banyak kisah “nyata” mengenai ke-Taklid an
mereka, bertebaran di Internet.
2.
Lebih menitik beratkan ke amalan / olah “Hati” ato “Jeroan”, dengan dzikir sbg
amalan utamanya.
3.
Jadi kalo ada kontra dengan para pengikut Tarekat…maka sudah bisa dipastikan,
jawaban mereka akan berputar2 di masalah “Hati” dan “Jeroan”, pengalaman2
bathin, dan sejenisnya.
Ujung2nya dengan sadar ato tidak, mereka secara tidak langsung sudah menomer dua kan DALIL (AL-Qur’an dan As-Sunnah)yang SHAHIH.
Ujung2nya dengan sadar ato tidak, mereka secara tidak langsung sudah menomer dua kan DALIL (AL-Qur’an dan As-Sunnah)yang SHAHIH.
Dari
point 1-3 diatas, tidak ada niatan saya untuk melecehkan para pengikut tarekat.
Saya pribadi banyak mengetahui mengenai ajaran2 dan pengalaman2 batin pengikut
tarekat karena kebetulan temen dan lingkungan saya banyak yang ikut Tarekat
(saya di Surabaya daerah Kaliwaron,Kenjeran, Kedinding).
Saya
pribadi memang mengakui, pernah mengalami pengalaman2 bathin hampir sama (tapi
ndak semua lho…) dengan apa yang dialami temen2 saya waktu mengikuti Tarekat,
Ketika saya melakukan Ibadah sholat ato dzikir dengan khusuk.
Saya
juga ikut kajian Ustadz2 (Ustd. Haris, Ust. Mukhlisin, Ust. Ma’ruf Nur Salam,
Ust. Syabiq, Ust. Nur Yasin Al-Hafidz, dll) dari yayasan Nidaul Fitrah Surabaya
(satu atap dg yayasan Al-Sofwah Jakarta, kebetulan saya pernah ke Al-Sofwah),
dan Alhamdulillah mendapat manfaat yang banyak, al :
1.
Ibadah harus dilandasi oleh Ikhlas dan harus Sesuai Tuntunan Rasulullah
Muhammad SAW.
2. Urusan Ikhlas adalah urusan Hati, itu Hak Allah SWT.
3. Tetapi urusan “Sesuai Tuntunan”, kita bisa menilainya dengan merujuk ke Ulama2 Salaf yang berdasar Dalil yang Shahih.
4. Tidak boleh beropini ato berfatwa tentang ajaran Islam berdasarkan Ilham, pengalaman batin, bisikan ghaib, mimpi, dan sejenisnya.
2. Urusan Ikhlas adalah urusan Hati, itu Hak Allah SWT.
3. Tetapi urusan “Sesuai Tuntunan”, kita bisa menilainya dengan merujuk ke Ulama2 Salaf yang berdasar Dalil yang Shahih.
4. Tidak boleh beropini ato berfatwa tentang ajaran Islam berdasarkan Ilham, pengalaman batin, bisikan ghaib, mimpi, dan sejenisnya.
Saya
percaya akan adanya point 4 diatas, karena saya (dan banyak temen lainnya juga)
pernah juga mengalaminya dan benar kejadiannya (menurut saya lho…).
Tetapi
tidak saya pake sebagai Dalil dalam urusan agama Islam. Itu hanya sebagai
konsumsi pribadi saya.
Kalaupun
saya critakan pengalaman tsb ke temen saya, itu bukan sbg DALIL ajaran Islam,
tetapi hanya Curhat semata antar teman.
Semoga
posting saya bermanfaat dan ridho Allah SWT. semata yang saya harapkan.
Wallahu’alam
Wassalamu’alaikum
Wr.Wb.
18.
Assalamu’alaikum
Wr. Wb
Pada hakikatnya Semua muslim Harus Taklid Pada Al-Qur’an Dan Sunnah, dan minimal kepada gurunya, jangan sampai orang yang berargumen dengan buku-buku dan kitab-kitab bukan taklid, jelas-jelas mereka taklid kepada buku-buku dan kitab itu maksimal pengarangnya. sama-sama peng Taklid jangan saling mendahului, Eh kaya Bus Way aja,
Astagfirullah-al adhim li wa lakum
Pada hakikatnya Semua muslim Harus Taklid Pada Al-Qur’an Dan Sunnah, dan minimal kepada gurunya, jangan sampai orang yang berargumen dengan buku-buku dan kitab-kitab bukan taklid, jelas-jelas mereka taklid kepada buku-buku dan kitab itu maksimal pengarangnya. sama-sama peng Taklid jangan saling mendahului, Eh kaya Bus Way aja,
Astagfirullah-al adhim li wa lakum
Tanggapan:
Wa’alaikumsalam
Warahmatullahi Wabarakatuh,
Ya
akhi Atit, antum seharusnya melihat isi dari buku tersebut, bukan kepada siapa
pengarangnya, jika isi buku tersebut berdasarkan Al Qur’an dan As Sunnah, maka
hal itu bukan taklid.
Jika
antum berminat mari kita diskusi melalui japri, kirim email ke adanipermana@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar