(30) NURUL 'A'YUN

43 Karya Tulis/Lagu Nur Amin Bin Abdurrahman:
(1) Kitab Tawassulan Washolatan, (2) Kitab Fawaidurratib Alhaddad, (3) Kitab Wasilatul Fudlola', (4) Kitab Nurul Widad, (5) Kitab Ru'yah Ilal Habib Luthfi bin Yahya, (6) Kitab Manaqib Assayyid Thoyyib Thohir, (7) Kitab Manaqib Assyaikh KH.Syamsuri Menagon, (8) Kitab Sholawat Qur'aniyyah “Annurul Amin”, (9) Kitab al Adillatul Athhar wal Ahyar, (10) Kitab Allu'lu'ul Maknun, (11) Kitab Assirojul Amani, (12) Kitab Nurun Washul, (13) Kitab al Anwarullathifah, (14) Kitab Syajarotul Ashlin Nuroniyyah, (15) Kitab Atthoyyibun Nuroni, (16) Kitab al 'Umdatul Usaro majmu' kitab nikah wal warotsah, (17) Kitab Afdlolul Kholiqotil Insaniyyahala silsilatis sadatil alawiyyah, (18) Kitab al Anwarussathi'ahala silsilatin nasabiyyah, (19) Kitab Nurul Alam ala aqidatil awam (20) Kitab Nurul Muqtafafi washiyyatil musthofa.(21) KITAB QA'IDUL GHURRIL MUCHAJJALIN FI TASHAWWUFIS SHOLIHIN,(22) SHOLAWAT TARBIYAH,(23) TARJAMAH SHOLAWAT ASNAWIYYAH,(24) SYA'IR USTADZ J.ABDURRAHMAN,(25) KITAB NURUSSYAWA'IR(26) KITAB AL IDHOFIYYAH FI TAKALLUMIL ARABIYYAH(27) PENGOBATAN ALTERNATIF(28) KITAB TASHDIRUL MUROD ILAL MURID FI JAUHARUTITTAUHID (29) KITAB NURUL ALIM FI ADABIL ALIM WAL MUTAALLIM (30) NURUL 'A'YUN ALA QURRATIL UYUN (31) NURUL MUQODDAS FI RATIBIL ATTAS (32) INTISARI & HIKMAH RATIB ATTAS (33) NURUL MUMAJJAD fimanaqibi Al Habib Ahmad Al Kaff. (34) MAMLAKAH 1-25 (35) TOMBO TEKO LORO LUNGO. (36) GARAP SARI (37) ALAM GHAIB ( 38 ) PENAGON Menjaga Tradisi Nusantara Menulusuri Ragam Arsitektur Peninggalan Leluhur, Dukuh, Makam AS SAYYID THOYYIB THOHIR Cikal Bakal Dukuh Penagon Nalumsari Penagon (39 ) AS SYIHABUL ALY FI Manaqib Mbah KH. Ma'ruf Asnawi Al Qudusy (40) MACAM-MACAM LAGU SHOLAWAT ASNAWIYYAH (bahar Kamil Majzu' ) ( 41 ) MACAM-MACAM LAGU BAHAR BASITH ( 42 ) KHUTBAH JUM'AT 1998-2016 ( 43 ) Al Jawahirun Naqiyyah Fi Tarjamatil Faroidus Saniyyah Wadduroril Bahiyyah Lis Syaikh M. Sya'roni Ahmadi Al Qudusy.

Rabu, 18 Juli 2012

Biografi KH.Abd.Adzim bin Oerip Sekitar tahun 1879 M,lahirlah bayi mungil dari pasangan KH.Abdul.Hayyi atau yang dikenal dengan nama Kiai Oerip dengan Nyai Munawwarah Bin KH.Noerhasan,adik KH.Nawawi bin Noerhasan Sidogiri.Bayi itu lahir Sladi,Kejayan,Pasuruan.Kemudian dikarenakan berselisih pendapat dalam menentukan nama bayi tersebut,kedua orang tuanya berpisah.Kiai Oerip ingin nama”Sibawaih”untuk putranya,sedang Nyai Munawwarah ingin memberi nama”Abdul Adzim”.Akibat perbedaan itu tidak menemukan jalan tengah,terjadilah firaq antara keduanya.Pada akhirnya ,jadilah bayi itu diberi nama Abdul Adzim.Ternyata nama Abd.Adzim bukanlah sembarang nama,hingga Nyai Munawwarah rela bercerai demi mempertahankan nama itu untuk putra pertamanya. Lalu,kiai Oerip menikah lagi,begitu pula Nyai Munawwarah. Sehingga KH.Abd.Adzim tidak punya saudara seayah kandung.Dari jalur ayah,beliau mempunyai tiga saudari.Yaitu Nyai Husna,Nyai Cholilah/Nyai ramlah,dan Nyai Latifah.Sedangkan dari ibunya,beliau mempunyai tiga saudari Yakni Nyai Husnah,Nyai Sufayyah,dan Nyai Haniyah.Kalau diteliti lebih lanjut,nasib KH.Abd.Adzim dari jalur ayah samapai pada Mbah Arif Segoropuro,adik Mbah Sayid Sulaiman.Sedangkan nazab dari jalur ibu,keturunan Mbah Sayid Sulaiman,pembabat Sidogiri. Beliau hidup dan besar di lingkungan pesantren di Sladi sebelum hijrah ke Sidogiri.Namun ada yang mengatakan,beliau ikut KH.Nawawi sejak kecil.Semasa kecil,beliau bergaul dan bermain layaknya anak-anak sebayanya,hanya sejak kecil sudah tampak bahwa beliau kelak akan menjadi seseorang tokoh yang disegani.Pada masa usia belianya banyak kejadian aneh yang beliau alami.Suatu peristiwa unik terjadi ketika beliau menginjak usia remaja,saat itu beliau masih berumur sekitar 15 tahun.Sladi waktu itu orang-orangnya terkenal mempunyai ilmu kanuragan.Sehingga ada serdadu belanda yang penasaran,dia datang kesana dan bertanya kepada KH.Abd.Adzim yang sedang bersama Mbah Syaikh ,kata orang Belanda itu,”Apa benar disini tempatnya orang sakti?”Dengan rendah hati KH.Abd.Adzim mengatakan kalau orang sakti tidak ada,yang ada hanya gurauan.Lantas beliau mempraktekan gurauan itu dengan Mbak Syaikh,dengan cara bergantian menggendong dari barat ke timur tiga kali,dengan jarak yang sudah di tentukan.Setelah itu,Beliau menentang serdadu Belanda untuk melakukan hal yang serupa.Serdadu itu mengiyakan saja,karena dilihatnya KH.Abd.Adzim kecil dan kurus.Serdadu itu minta digendong lebih dahulu.Maka dia digendong sekali putaran dari jarak yang sudah ditentukan,tapi Abd.Adzim muda tidak tampak kelelahan. “Kali ini giliran saya”,kata beliau.Ketika beliau naik kepunggung seerdadu Belanda yang besar dan kekar,serdadu itu tidak bisa melangkahkan kakinya,malah sedikit demi sedikit kakinya terbenam kedalam tanah.Semakin bergerak kakinya semakin terbenam.Bahkan serdadu itu terbenam kedalam tanah hingga dadanya.Akhirnya, kata Abd.Adzim muda”Ini lho,gurauannya orang pesantren!”. Abd.Adzim muda belajar pada ayahnya sendiri,Kiai Oerip.Beliau juga belajar pada pamannya KH.Nawawi di Sidogiri.Kemudian beliau mondok di mekkah selama kurang lebih tiga belas tahun beruru pada Syaikh Abbas.Menurut versi mengatakan,beliau di sana hanya lima tahun.Menurut versi yang lain, beliau di Mekkah selama 14 tahun.Yakni,setelah 11 tahun disana,beliau pulang ke tanah air.Kemudian beliau kembali lagi ke Mekkah selama 3 tahun,lantaran tidak menjawab pertanyaan abahnya. Semasa beliau berada di Mekkah,suatu ketika kota itu tertimpa paceklik.Akhirnya,karena tidak menemukan sesuatu yang bisa di makan,.beliau mengambil sapu tangan,lalu dicelupkan ke air zam-zam.Kemudian beliau air minum hasil perasan sapu tangan itu.Hal itu berlangsung sampai beberapa hari.Kiai Abdul.Adzim berada di Mekkah,konon sampai menjadi mushahhih.Banyak mualif kitab yang menashihkan kitabnya kepada beliau. Sebelum mondok di Mekkah,Kiai Abdul.Adzim sudah bertunangan dengan sepupunya sendiri.Namun ternyata Allah SWT berkehendak lain,pertunangan itu putus di tengah jalan.Akhirnya,sepulang dari Mekkah beliau diambil menantu KH.Nawawi bin Noerhasan Sidogiri.Beliau menikah dengan Nyai Fatimah,putri sulung KH.Nawawi dari istri pertama yaitu Nyai Ru’yanah.Nyai Fatimah juga sepupu beliau. KH.Nawawi mengambil menantu karena beliau termasuk keponakannya sendiri.Lagi pula ada yang mengatakan,karena beliau ikut KH.Nawawi sejak kecil,sehingga KH.Nawawi tahu betul bagaiman kepribadian beliau.Sejak muda beliau sudah dikenal dengan kepribadian Tasawuf,khusuk,takzim,serta taat pada gurunya.Disamping itu beliau juga tekun dalam belajar dan aktif dalam segala hal yang berhubungan dengan ilmu.Tak heran KH.Nawawi memilih beliau sebagai menantu pertamanya. Disebut Rajanya Para Wali Jika dilihat dari keistimewaan yang beliau miliki dan haliyah-nya,memang beliau layak dikatakan seorang wali.Bahkan sebagian habaib menilai Kiai Abd.Adzim bukan hanya wali biasa,tapi rajanya para wali.Konon,setiap pekan beliau di datangi oleh Nabi MUHAMMAD SAW.Bahkan dalam tahiyat solat,saat sampai pada kalimat,”Assalamu’alaika ayyuhan Nabiyyu....,”Nabi MUHAMMAD SAW menjawab salam beliau secara langsung.Bila tidak dijawab oleh nabi,beliau mengulang kalimat tersebut sampai Nabi menjawabnya,baru diteruskan membaca kalimat”Assalamu’alaina....”. Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau adalah wali Autad keempat,dimana didunia ini ada empat wali Autad dan beliaulah yang nomor empat.Wali Autad adalah wali yang tidak diketahui oleh orang lain,bahkan wali itu sendiri tidak merasa bahwa dirinya adalah seorang wali.Menurut KH.Muchith,Banjarsari,Probolinggo,keponakannya,Kiai Abd.Adzim sudah menjadi wali sejak kecil,dan sejak beliau suka membaca wiridan. Beliau menekuni sebuah wiridan sejak muda,berupa salawat dan surat al-fatihah.Salawat yang beliau baca adalah berupa salawat yang dibaca oleh santri dimasjid sampai saat ini setelah salat Maghrib.Dulu,salawat itu dibaca sebanyak 500 kali,dan bacaan istiqfar-nya kurang lebih 313 kali.Salawat ini disebut salawat khidir,sebab nabi Khidir As mendapat ijazah salawat tersebut dari Nabi Muhammad SAW tanpa lafal”Wassalam”.Yang mana biasanya dalam salawat,lafal“Shallallahu”mesti disandingkan dengan”Wassalam”.Sedang- Kan wiridan lainnya yang dibaca Kiai Abd.Adzim pada masa penjajahan belanda adalah surat al-Fiil 11 kali usai salat Isya’. Sebagai seorang wali,beliau dikaruniai oleh Allah SWT berbagai karamah,sebagai contoh dalam peristiwa berikut ini.Suatu ketika Nyai Ramlah,adik Kiai Abd.Adzim,sedang membaca al-Qur’an di dalemnya(Sladi),tiba-tiba Kiai Abd.Adzim mendatanginya dan menyuruhnya untuk memperbaiki rumahnya.Sebab besok-kata Kiai-rumah itu akan roboh.Usai berkata begitu,lantas Kiai menghilang.Pagi harinya,Nyai Ramlah penasaran akan kejadian yang menimpanya tadi malam.Akhirnya,ia memutuskan pergi ke Sidogiri untuk menemui kakaknya.Setibanya di Sidogiri,Kian Abd.Adzim langsung berkata kepada adiknya,”Sudah kamu pulang saja,perbaiki rumahmu!!Ini uangnya.”Maka Nyai Ramlah kembali ke Sladi.Samapi disana,ternyata rumahnya sudah roboh.Peristiwa ini menunjukkan bahwa Kiai Abd.Adzim tahu sebelum sesuatu terjadi dan bisa berpindah tempat dalam waktu sekejap Kuatkah Indonesia Merdeka? KH.Abd.Adzim selamat dari kekejaman belanda,sebab beliau sering menghadapi belanda dengan jalan diplomasi,bukan dengan kekerasan,serta lebih mengutamakan cara-cara lunak.Beliau tidak memimpin tentara secara langsung,beda halnya dengan kiai Abd.Djalil dan KA.Sa’doellah secara tegas menentang Belanda dan memimpin pasukan. Serangan Belanda yang terjadi pada waktu itu tidak membuat KH.Abd.Adzim takut dan khawatir.Ulah mereka tidak mempengaruhi aktivitas yang dijalaninya,baik yang menyangkut urusan pribadi atau yang berhubungan dengan santri(mengaji). Sidogiri dijadikan sebagai markas para pejuang.Biasanya setelah solat Isya,Kiai Abd.Djalil mengomando para gerilyawan untuk menyerbu markas-markas Belanda.Namun setelah Kiai Abd.Djalil wafat,markas pejuang dipindahkan ke daerah Merati Wonorejo,karena khawatir kiai Abd.Adzim juga ikut terbunuh.Setelah markas dipindah kesana,diketahui akan diserang Belanda,tentara pejuang lari terlebih dahulu.Akhirnya desa itu diratakan seperti lapangan.Kata komando pejuang”Slamet Sidogiri.Kalau markas masih tetap disana,bagaiman jadinya? Suatu saat pesawat-pesawat Belanda melayang-layang diatas Sidogiri dan Sidogiri menjadi terkepung,beliau malah keluar ketika yang lainnya sembunyi.Beliau bertanya,”Apa ini,kok awannya besar-besar?”padahal itu pesawat perang.Anehnya Belanda tidak menembaki beliau.Tentu saja pasukan Kiai Abd.Djalil panik saat melihat KH.Abd.Adzim keluar.Diantara mereka ada yang berkata,”Ditarik saja kia,biar bersembunyi!”Malah ada yang berteriak,”Kiai,cepat sembunyi,nyawa Kiai dalam bahaya!”Tapi Kiai Abd.Adzim tetap saja diluar.Beliau malah bertanya lagi,”Ada apa ini kok banyak orang?”Lalu KA.Sa’doellah memberi tahu beliau,”Sekarang kita sedang berperang melawan Belanda,tapi Indonesia sudah merdeka.”Lalu Kiai Abd.Adzim berkata,”Sa’doellah,kuat tah wong jowo merdeka?(Sa.doellah,apakah kuat orang Jawa itu merdeka?).”Para pengurus dan orang-orang yang ada di situ terkesima mendengar kata-kata beliau. Ternyata,perkataan beliau terbukti pada saat ini.Sekalipun sudah merdeka,Indonesia tidak bisa mengisi kemerdekaannya sebagai negara berdaulat.Saat ini Indonesia masih’dijajah’walaupun bukan penjajahan fisik,tapi penjajahan mental dan moral.Indonesia saat ini masih terkungkung di bawah kekuasaan negara asing.Ini semua menjadi bukti bahwa kemerdekaan Indonesia masih nisbi,sesuai dengan apa yang diisyaratkan beliau pada setengah abad yang silam. Istikamah Berjemaah meski Sakit Parah Aktivitas yang selalu dijalani Kiai Abd.Adzim semasa hidupnya adalah salat berjemaah lima waktu di Masjid.Sepuluh menit sebelum sampainya waktu salat,beliau sudah mondar-mandir di Masjid untuk mengingatkan agar salat berjemaah.Bahkan sebelum subuh,beliau sendiri yang memukulkan bel dan membangunkan santri di sekitarnya.Cara beliau membangunkan santri ialah dengan cara mendorong bilik-bilik cangkruk sampai miring dengan tongkatnya.Setelah santri terbangun,beliau tarik kembali tongkatnya,lala bilik-bilik cangkruk itu kembali seperti semula. Kiai sangat disiplin menjaga waktu salat.Terbukti dalam menentukan waktu salat,beliau membawa tiga jam untuk perbandingan.Bahkan beliau sendiri yang memukul bel kloning(bel sekolah)yang terletak dibawah pohon mangga di depan dalemnya kala itu.Sehingga dalam menentukan waktu harus tepat.Karena itulah masyarakat Sidogiri berpegang pada waktu beduk Sidogiri.Sebab,beduk Sidogiri pasti cocok waktunya,lantaran dipegang langsung oleh Kiai Abd.Adzim.Beliau tidak pernah salat di akhir waktu,dalam keadaan apapun.Malah kalau ada tamu,beliau tidak segan-segan meninggalkannya,jika sudah masuk waktu salat.Biasanya beliau mengajak tamunya untuk mengikuti salat berjemaah di Masjid. Sebelum salat,biasanya Kiai Abd.Adzim duduk terlebih dahulu sekitar 15 menit,kemudian berdiri langsung takbir,”Allahu Akbar!”.Konon saat beliau takbiratur ihram,kaca-kaca dan dinding masjid bergeta.Karena cara beliau takbiratur ihram itu tidak lazim,salah satu cucu beliau penasaran dan menanyakannya pada Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih,Malang.Habib menjawab,itu istighraq.yakni di hati meniadakan selain Allah SWT.Hanya ingat kepada Allah SWT saja.Jadi semua bentuk lamunan dibuang terlebih dahulu. Kiai Abd.Adzim mengharuskan santri berjemaah lima waktu.Suatu ketika ada sebagian santri tidak mengikuti salat berjemaah Dhuhur dan Asar.Mereka sedang mengambil mangga di selatan pondok,mengetahui hal itu,kiai mengejar mereka sambil berteriak,”salat,salat,salat!!”Kontak santri-santri mbeling itu lari pontang-panting.Mereka langsung ke sungai dan langsung mengambil wudu,lalu pergi ke masjid.Anehnya,sampai disana mereka meliahat ternyata Kiai sudah mengimami dapat satu rakaat.Merekapun terheran-heran. Selain istiqamah berjemaaah,beliau tidak meluangkan waktu kecuali untuk beribadah.Apabila beliau sudah capek melaksanakan salat sunat,beliau berjalan-jalan disekitar pondok pesantren Sidogiri.Setelah itu,beliau kembali mengerjakan salat sunat.Beliau juga istikamah bangun malam,sampai-sampai dijadikan sebagai tanda jika Kiai Abd.Adzim takbir,berarti jam menunjukkan pukul tiga dini hari.Setiap jam satu malan hingga jam setengah empat,beliau melaksanakan ritual wiridan dengan cara berendam di dalam air.Tepatnya,di jeding khusus beliau di utara Surau G.Zaman dulu kolam jeding sangat dalam.di bagian atasnya tidak begitu tinggi. Dalam beribadah,utamanya salat,beliau menggunakan pakaian lebih dari satu(rangkap)dan disempurnakan dengan jubah,dilengkapi imamah dan rida’ sebagai pelengkap dalam beribadah.Dari tekunnya beliau beribadah kepada Allah SWT dan pasrah pada apa yang terjadi pada diri dan keluarganya,sepertinya beliau tidak menghiraukan kepada keluarganya.Semuanya diserahkan pada garis yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Kiai Abd.Adzim istikamah salat berjemaah sampai akhir hayatnya.Menjelang wafatnya,beliau masih berusaha untuk berjemaah Isya’di Masjid,sekalipun harus digendong.Di masjid,keluar darah dari jalan belakangnya.Beliau hendak wudu lagi,tapi di ingatkan oleh Kiai Baqir,”Anu saja’Bah,ikut Imam Malik saja,tidak apa-apa.”Dengan nada marah beliau mengatakan,”Jangan!Saya tetap ikut Imam Syafi’i.Agar seok(di hari kiamat)hisabnya cepat.Kalau ikut bermacam-macam imam,hisabnya nanti ikut imam ini,imam itu.Kalau ikut imam satu,enak hisabnya cepat!”.Akhirnya Kiai di usung ke jeding Surau G.Setelah wudu,Kiai merasa tidak kuat dan pusing.Beliau memang sedang sakit panas(Tipus?).Beliau lalu klesetan di surau.Saat itulah beliau berpulang ke rahmatullah.Inna lillahi wa inna ilahi raji’un. Sumber lain mengatakan bahwa beliau menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan sujud di waktu salat,sebagaimana wafatnya kiai Nawawi.Ketika beliau meninggal,kiai-kiai mengangis semua,termasuk kiai Hasani,beliau menangis sambil mengatakan.”Tak ada lagi yang seperti Kang Adzim ini.Habis sudah!” Kiai Abd.Adzim wafat bertepatan dengan haul ibundanya,Nyai Munawwarah.Tepatnya pada hari Ahad Wage(malam Senin),tanggal 21 Dzulhijjah 1378 H atau 28 Juni 1959 M.Usia beliau 80 tahun. Selamat jalan kiai.Semoga muncul orang-orang seperti kiai,baik dari keluarga kiai maupun dari santri-santri SUMBER:PUSTAKA SIDOGIRI


 Biografi KH.Abd.Adzim bin Oerip
     Sekitar tahun 1879 M,lahirlah bayi mungil dari pasangan KH.Abdul.Hayyi atau yang dikenal dengan nama Kiai Oerip dengan Nyai Munawwarah Bin KH.Noerhasan,adik KH.Nawawi bin Noerhasan Sidogiri.Bayi itu lahir Sladi,Kejayan,Pasuruan.Kemudian dikarenakan berselisih pendapat dalam menentukan nama bayi tersebut,kedua orang tuanya berpisah.Kiai Oerip ingin nama”Sibawaih”untuk putranya,sedang Nyai Munawwarah ingin memberi nama”Abdul Adzim”.Akibat perbedaan itu tidak menemukan jalan tengah,terjadilah firaq antara keduanya.Pada akhirnya ,jadilah bayi itu diberi nama Abdul Adzim.Ternyata nama Abd.Adzim bukanlah sembarang nama,hingga Nyai Munawwarah rela bercerai demi mempertahankan nama itu untuk putra pertamanya. Lalu,kiai Oerip menikah lagi,begitu pula Nyai Munawwarah.
Sehingga KH.Abd.Adzim tidak punya saudara seayah kandung.Dari jalur ayah,beliau mempunyai tiga saudari.Yaitu Nyai Husna,Nyai Cholilah/Nyai ramlah,dan Nyai Latifah.Sedangkan dari ibunya,beliau mempunyai tiga saudari Yakni Nyai Husnah,Nyai Sufayyah,dan Nyai Haniyah.Kalau diteliti lebih lanjut,nasib KH.Abd.Adzim dari jalur ayah samapai pada Mbah Arif Segoropuro,adik Mbah Sayid Sulaiman.Sedangkan nazab dari jalur ibu,keturunan Mbah Sayid Sulaiman,pembabat Sidogiri. Beliau hidup dan besar di lingkungan pesantren di Sladi sebelum hijrah ke Sidogiri.Namun ada yang mengatakan,beliau ikut KH.Nawawi sejak kecil.Semasa kecil,beliau bergaul dan bermain layaknya anak-anak sebayanya,hanya sejak kecil sudah tampak bahwa beliau kelak akan menjadi seseorang tokoh yang disegani.Pada masa usia belianya banyak kejadian aneh yang beliau alami.Suatu peristiwa unik terjadi ketika beliau menginjak usia remaja,saat itu beliau masih berumur sekitar 15 tahun.Sladi waktu itu orang-orangnya terkenal mempunyai ilmu kanuragan.Sehingga ada serdadu belanda yang penasaran,dia datang kesana dan bertanya kepada KH.Abd.Adzim yang sedang bersama Mbah Syaikh ,kata orang Belanda itu,”Apa benar disini tempatnya orang sakti?”Dengan rendah hati KH.Abd.Adzim mengatakan kalau orang sakti tidak ada,yang ada hanya gurauan.Lantas beliau mempraktekan gurauan itu dengan Mbak Syaikh,dengan cara bergantian menggendong dari barat ke timur tiga kali,dengan jarak yang sudah di tentukan.Setelah itu,Beliau menentang serdadu Belanda untuk melakukan hal yang serupa.Serdadu itu mengiyakan saja,karena dilihatnya KH.Abd.Adzim kecil dan kurus.Serdadu itu minta digendong lebih dahulu.Maka dia digendong sekali putaran dari jarak yang sudah ditentukan,tapi Abd.Adzim muda tidak tampak kelelahan. “Kali ini giliran saya”,kata beliau.Ketika beliau naik kepunggung seerdadu Belanda yang besar dan kekar,serdadu itu tidak bisa melangkahkan kakinya,malah sedikit demi sedikit kakinya terbenam kedalam tanah.Semakin bergerak kakinya semakin terbenam.Bahkan serdadu itu terbenam kedalam tanah hingga dadanya.Akhirnya, kata Abd.Adzim muda”Ini lho,gurauannya orang pesantren!”. Abd.Adzim muda belajar pada ayahnya sendiri,Kiai Oerip.Beliau juga belajar pada pamannya KH.Nawawi di Sidogiri.Kemudian beliau mondok di mekkah selama kurang lebih tiga belas tahun beruru pada Syaikh Abbas.Menurut versi mengatakan,beliau di sana hanya lima tahun.Menurut versi yang lain, beliau di Mekkah selama 14 tahun.Yakni,setelah 11 tahun disana,beliau pulang ke tanah air.Kemudian beliau kembali lagi ke Mekkah selama 3 tahun,lantaran tidak menjawab pertanyaan abahnya. Semasa beliau berada di Mekkah,suatu ketika kota itu tertimpa paceklik.Akhirnya,karena tidak menemukan sesuatu yang bisa di makan,.beliau mengambil sapu tangan,lalu dicelupkan ke air zam-zam.Kemudian beliau air minum hasil perasan sapu tangan itu.Hal itu berlangsung sampai beberapa hari.Kiai Abdul.Adzim berada di Mekkah,konon sampai menjadi mushahhih.Banyak mualif kitab yang menashihkan kitabnya kepada beliau. Sebelum mondok di Mekkah,Kiai Abdul.Adzim sudah bertunangan dengan sepupunya sendiri.Namun ternyata Allah SWT berkehendak lain,pertunangan itu putus di tengah jalan.Akhirnya,sepulang dari Mekkah beliau diambil menantu KH.Nawawi bin Noerhasan Sidogiri.Beliau menikah dengan Nyai Fatimah,putri sulung KH.Nawawi dari istri pertama yaitu Nyai Ru’yanah.Nyai Fatimah juga sepupu beliau. KH.Nawawi mengambil menantu karena beliau termasuk keponakannya sendiri.Lagi pula ada yang mengatakan,karena beliau ikut KH.Nawawi sejak kecil,sehingga KH.Nawawi tahu betul bagaiman kepribadian beliau.Sejak muda beliau sudah dikenal dengan kepribadian Tasawuf,khusuk,takzim,serta taat pada gurunya.Disamping itu beliau juga tekun dalam belajar dan aktif dalam segala hal yang berhubungan dengan ilmu.Tak heran KH.Nawawi memilih beliau sebagai menantu pertamanya. Disebut Rajanya Para Wali Jika dilihat dari keistimewaan yang beliau miliki dan haliyah-nya,memang beliau layak dikatakan seorang wali.Bahkan sebagian habaib menilai Kiai Abd.Adzim bukan hanya wali biasa,tapi rajanya para wali.Konon,setiap pekan beliau di datangi oleh Nabi MUHAMMAD SAW.Bahkan dalam tahiyat solat,saat sampai pada kalimat,”Assalamu’alaika ayyuhan Nabiyyu....,”Nabi MUHAMMAD SAW menjawab salam beliau secara langsung.Bila tidak dijawab oleh nabi,beliau mengulang kalimat tersebut sampai Nabi menjawabnya,baru diteruskan membaca kalimat”Assalamu’alaina....”. Sebagian ulama mengatakan bahwa beliau adalah wali Autad keempat,dimana didunia ini ada empat wali Autad dan beliaulah yang nomor empat.Wali Autad adalah wali yang tidak diketahui oleh orang lain,bahkan wali itu sendiri tidak merasa bahwa dirinya adalah seorang wali.Menurut KH.Muchith,Banjarsari,Probolinggo,keponakannya,Kiai Abd.Adzim sudah menjadi wali sejak kecil,dan sejak beliau suka membaca wiridan. Beliau menekuni sebuah wiridan sejak muda,berupa salawat dan surat al-fatihah.Salawat yang beliau baca adalah berupa salawat yang dibaca oleh santri dimasjid sampai saat ini setelah salat Maghrib.Dulu,salawat itu dibaca sebanyak 500 kali,dan bacaan istiqfar-nya kurang lebih 313 kali.Salawat ini disebut salawat khidir,sebab nabi Khidir As mendapat ijazah salawat tersebut dari Nabi Muhammad SAW tanpa lafal”Wassalam”.Yang mana biasanya dalam salawat,lafal“Shallallahu”mesti disandingkan dengan”Wassalam”.Sedang- Kan wiridan lainnya yang dibaca Kiai Abd.Adzim pada masa penjajahan belanda adalah surat al-Fiil 11 kali usai salat Isya’. Sebagai seorang wali,beliau dikaruniai oleh Allah SWT berbagai karamah,sebagai contoh dalam peristiwa berikut ini.Suatu ketika Nyai Ramlah,adik Kiai Abd.Adzim,sedang membaca al-Qur’an di dalemnya(Sladi),tiba-tiba Kiai Abd.Adzim mendatanginya dan menyuruhnya untuk memperbaiki rumahnya.Sebab besok-kata Kiai-rumah itu akan roboh.Usai berkata begitu,lantas Kiai menghilang.Pagi harinya,Nyai Ramlah penasaran akan kejadian yang menimpanya tadi malam.Akhirnya,ia memutuskan pergi ke Sidogiri untuk menemui kakaknya.Setibanya di Sidogiri,Kian Abd.Adzim langsung berkata kepada adiknya,”Sudah kamu pulang saja,perbaiki rumahmu!!Ini uangnya.”Maka Nyai Ramlah kembali ke Sladi.Samapi disana,ternyata rumahnya sudah roboh.Peristiwa ini menunjukkan bahwa Kiai Abd.Adzim tahu sebelum sesuatu terjadi dan bisa berpindah tempat dalam waktu sekejap Kuatkah Indonesia Merdeka? KH.Abd.Adzim selamat dari kekejaman belanda,sebab beliau sering menghadapi belanda dengan jalan diplomasi,bukan dengan kekerasan,serta lebih mengutamakan cara-cara lunak.Beliau tidak memimpin tentara secara langsung,beda halnya dengan kiai Abd.Djalil dan KA.Sa’doellah secara tegas menentang Belanda dan memimpin pasukan. Serangan Belanda yang terjadi pada waktu itu tidak membuat KH.Abd.Adzim takut dan khawatir.Ulah mereka tidak mempengaruhi aktivitas yang dijalaninya,baik yang menyangkut urusan pribadi atau yang berhubungan dengan santri(mengaji). Sidogiri dijadikan sebagai markas para pejuang.Biasanya setelah solat Isya,Kiai Abd.Djalil mengomando para gerilyawan untuk menyerbu markas-markas Belanda.Namun setelah Kiai Abd.Djalil wafat,markas pejuang dipindahkan ke daerah Merati Wonorejo,karena khawatir kiai Abd.Adzim juga ikut terbunuh.Setelah markas dipindah kesana,diketahui akan diserang Belanda,tentara pejuang lari terlebih dahulu.Akhirnya desa itu diratakan seperti lapangan.Kata komando pejuang”Slamet Sidogiri.Kalau markas masih tetap disana,bagaiman jadinya? Suatu saat pesawat-pesawat Belanda melayang-layang diatas Sidogiri dan Sidogiri menjadi terkepung,beliau malah keluar ketika yang lainnya sembunyi.Beliau bertanya,”Apa ini,kok awannya besar-besar?”padahal itu pesawat perang.Anehnya Belanda tidak menembaki beliau.Tentu saja pasukan Kiai Abd.Djalil panik saat melihat KH.Abd.Adzim keluar.Diantara mereka ada yang berkata,”Ditarik saja kia,biar bersembunyi!”Malah ada yang berteriak,”Kiai,cepat sembunyi,nyawa Kiai dalam bahaya!”Tapi Kiai Abd.Adzim tetap saja diluar.Beliau malah bertanya lagi,”Ada apa ini kok banyak orang?”Lalu KA.Sa’doellah memberi tahu beliau,”Sekarang kita sedang berperang melawan Belanda,tapi Indonesia sudah merdeka.”Lalu Kiai Abd.Adzim berkata,”Sa’doellah,kuat tah wong jowo merdeka?(Sa.doellah,apakah kuat orang Jawa itu merdeka?).”Para pengurus dan orang-orang yang ada di situ terkesima mendengar kata-kata beliau. Ternyata,perkataan beliau terbukti pada saat ini.Sekalipun sudah merdeka,Indonesia tidak bisa mengisi kemerdekaannya sebagai negara berdaulat.Saat ini Indonesia masih’dijajah’walaupun bukan penjajahan fisik,tapi penjajahan mental dan moral.Indonesia saat ini masih terkungkung di bawah kekuasaan negara asing.Ini semua menjadi bukti bahwa kemerdekaan Indonesia masih nisbi,sesuai dengan apa yang diisyaratkan beliau pada setengah abad yang silam. Istikamah Berjemaah meski Sakit Parah Aktivitas yang selalu dijalani Kiai Abd.Adzim semasa hidupnya adalah salat berjemaah lima waktu di Masjid.Sepuluh menit sebelum sampainya waktu salat,beliau sudah mondar-mandir di Masjid untuk mengingatkan agar salat berjemaah.Bahkan sebelum subuh,beliau sendiri yang memukulkan bel dan membangunkan santri di sekitarnya.Cara beliau membangunkan santri ialah dengan cara mendorong bilik-bilik cangkruk sampai miring dengan tongkatnya.Setelah santri terbangun,beliau tarik kembali tongkatnya,lala bilik-bilik cangkruk itu kembali seperti semula. Kiai sangat disiplin menjaga waktu salat.Terbukti dalam menentukan waktu salat,beliau membawa tiga jam untuk perbandingan.Bahkan beliau sendiri yang memukul bel kloning(bel sekolah)yang terletak dibawah pohon mangga di depan dalemnya kala itu.Sehingga dalam menentukan waktu harus tepat.Karena itulah masyarakat Sidogiri berpegang pada waktu beduk Sidogiri.Sebab,beduk Sidogiri pasti cocok waktunya,lantaran dipegang langsung oleh Kiai Abd.Adzim.Beliau tidak pernah salat di akhir waktu,dalam keadaan apapun.Malah kalau ada tamu,beliau tidak segan-segan meninggalkannya,jika sudah masuk waktu salat.Biasanya beliau mengajak tamunya untuk mengikuti salat berjemaah di Masjid. Sebelum salat,biasanya Kiai Abd.Adzim duduk terlebih dahulu sekitar 15 menit,kemudian berdiri langsung takbir,”Allahu Akbar!”.Konon saat beliau takbiratur ihram,kaca-kaca dan dinding masjid bergeta.Karena cara beliau takbiratur ihram itu tidak lazim,salah satu cucu beliau penasaran dan menanyakannya pada Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih,Malang.Habib menjawab,itu istighraq.yakni di hati meniadakan selain Allah SWT.Hanya ingat kepada Allah SWT saja.Jadi semua bentuk lamunan dibuang terlebih dahulu. Kiai Abd.Adzim mengharuskan santri berjemaah lima waktu.Suatu ketika ada sebagian santri tidak mengikuti salat berjemaah Dhuhur dan Asar.Mereka sedang mengambil mangga di selatan pondok,mengetahui hal itu,kiai mengejar mereka sambil berteriak,”salat,salat,salat!!”Kontak santri-santri mbeling itu lari pontang-panting.Mereka langsung ke sungai dan langsung mengambil wudu,lalu pergi ke masjid.Anehnya,sampai disana mereka meliahat ternyata Kiai sudah mengimami dapat satu rakaat.Merekapun terheran-heran. Selain istiqamah berjemaaah,beliau tidak meluangkan waktu kecuali untuk beribadah.Apabila beliau sudah capek melaksanakan salat sunat,beliau berjalan-jalan disekitar pondok pesantren Sidogiri.Setelah itu,beliau kembali mengerjakan salat sunat.Beliau juga istikamah bangun malam,sampai-sampai dijadikan sebagai tanda jika Kiai Abd.Adzim takbir,berarti jam menunjukkan pukul tiga dini hari.Setiap jam satu malan hingga jam setengah empat,beliau melaksanakan ritual wiridan dengan cara berendam di dalam air.Tepatnya,di jeding khusus beliau di utara Surau G.Zaman dulu kolam jeding sangat dalam.di bagian atasnya tidak begitu tinggi. Dalam beribadah,utamanya salat,beliau menggunakan pakaian lebih dari satu(rangkap)dan disempurnakan dengan jubah,dilengkapi imamah dan rida’ sebagai pelengkap dalam beribadah.Dari tekunnya beliau beribadah kepada Allah SWT dan pasrah pada apa yang terjadi pada diri dan keluarganya,sepertinya beliau tidak menghiraukan kepada keluarganya.Semuanya diserahkan pada garis yang sudah ditentukan oleh Allah SWT. Kiai Abd.Adzim istikamah salat berjemaah sampai akhir hayatnya.Menjelang wafatnya,beliau masih berusaha untuk berjemaah Isya’di Masjid,sekalipun harus digendong.Di masjid,keluar darah dari jalan belakangnya.Beliau hendak wudu lagi,tapi di ingatkan oleh Kiai Baqir,”Anu saja’Bah,ikut Imam Malik saja,tidak apa-apa.”Dengan nada marah beliau mengatakan,”Jangan!Saya tetap ikut Imam Syafi’i.Agar seok(di hari kiamat)hisabnya cepat.Kalau ikut bermacam-macam imam,hisabnya nanti ikut imam ini,imam itu.Kalau ikut imam satu,enak hisabnya cepat!”.Akhirnya Kiai di usung ke jeding Surau G.Setelah wudu,Kiai merasa tidak kuat dan pusing.Beliau memang sedang sakit panas(Tipus?).Beliau lalu klesetan di surau.Saat itulah beliau berpulang ke rahmatullah.Inna lillahi wa inna ilahi raji’un. Sumber lain mengatakan bahwa beliau menghembuskan nafas terakhir dalam keadaan sujud di waktu salat,sebagaimana wafatnya kiai Nawawi.Ketika beliau meninggal,kiai-kiai mengangis semua,termasuk kiai Hasani,beliau menangis sambil mengatakan.”Tak ada lagi yang seperti Kang Adzim ini.Habis sudah!” Kiai Abd.Adzim wafat bertepatan dengan haul ibundanya,Nyai Munawwarah.Tepatnya pada hari Ahad Wage(malam Senin),tanggal 21 Dzulhijjah 1378 H atau 28 Juni 1959 M.Usia beliau 80 tahun. Selamat jalan kiai.Semoga muncul orang-orang seperti kiai,baik dari keluarga kiai maupun dari santri-santri Kiai.Aminn. SUMBER:PUSTAKA SIDOGIRI


Tidak ada komentar: