(30) NURUL 'A'YUN

43 Karya Tulis/Lagu Nur Amin Bin Abdurrahman:
(1) Kitab Tawassulan Washolatan, (2) Kitab Fawaidurratib Alhaddad, (3) Kitab Wasilatul Fudlola', (4) Kitab Nurul Widad, (5) Kitab Ru'yah Ilal Habib Luthfi bin Yahya, (6) Kitab Manaqib Assayyid Thoyyib Thohir, (7) Kitab Manaqib Assyaikh KH.Syamsuri Menagon, (8) Kitab Sholawat Qur'aniyyah “Annurul Amin”, (9) Kitab al Adillatul Athhar wal Ahyar, (10) Kitab Allu'lu'ul Maknun, (11) Kitab Assirojul Amani, (12) Kitab Nurun Washul, (13) Kitab al Anwarullathifah, (14) Kitab Syajarotul Ashlin Nuroniyyah, (15) Kitab Atthoyyibun Nuroni, (16) Kitab al 'Umdatul Usaro majmu' kitab nikah wal warotsah, (17) Kitab Afdlolul Kholiqotil Insaniyyahala silsilatis sadatil alawiyyah, (18) Kitab al Anwarussathi'ahala silsilatin nasabiyyah, (19) Kitab Nurul Alam ala aqidatil awam (20) Kitab Nurul Muqtafafi washiyyatil musthofa.(21) KITAB QA'IDUL GHURRIL MUCHAJJALIN FI TASHAWWUFIS SHOLIHIN,(22) SHOLAWAT TARBIYAH,(23) TARJAMAH SHOLAWAT ASNAWIYYAH,(24) SYA'IR USTADZ J.ABDURRAHMAN,(25) KITAB NURUSSYAWA'IR(26) KITAB AL IDHOFIYYAH FI TAKALLUMIL ARABIYYAH(27) PENGOBATAN ALTERNATIF(28) KITAB TASHDIRUL MUROD ILAL MURID FI JAUHARUTITTAUHID (29) KITAB NURUL ALIM FI ADABIL ALIM WAL MUTAALLIM (30) NURUL 'A'YUN ALA QURRATIL UYUN (31) NURUL MUQODDAS FI RATIBIL ATTAS (32) INTISARI & HIKMAH RATIB ATTAS (33) NURUL MUMAJJAD fimanaqibi Al Habib Ahmad Al Kaff. (34) MAMLAKAH 1-25 (35) TOMBO TEKO LORO LUNGO. (36) GARAP SARI (37) ALAM GHAIB ( 38 ) PENAGON Menjaga Tradisi Nusantara Menulusuri Ragam Arsitektur Peninggalan Leluhur, Dukuh, Makam AS SAYYID THOYYIB THOHIR Cikal Bakal Dukuh Penagon Nalumsari Penagon (39 ) AS SYIHABUL ALY FI Manaqib Mbah KH. Ma'ruf Asnawi Al Qudusy (40) MACAM-MACAM LAGU SHOLAWAT ASNAWIYYAH (bahar Kamil Majzu' ) ( 41 ) MACAM-MACAM LAGU BAHAR BASITH ( 42 ) KHUTBAH JUM'AT 1998-2016 ( 43 ) Al Jawahirun Naqiyyah Fi Tarjamatil Faroidus Saniyyah Wadduroril Bahiyyah Lis Syaikh M. Sya'roni Ahmadi Al Qudusy.

Rabu, 08 Januari 2014

ABAH UMAR CIREBON

BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum: Abah Umar adalah keturunan Rasulullah Saw.ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahib al-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Aridh bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra binti Muhammad Rasulullah Saw. Habib Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain. Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari. Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh Kyai Sujak.Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH.Abbas. Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh di pesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal. Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman.Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual. Melawan Penjajah Dengan Dakwah Demi menegakkan ajaran islam, ia tak kenal kompromi dengan pemerintah kolonial Belanda. Habib Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Da’i berdarah Hadhramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H. Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim, Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein. Pendidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921. Menyaksikan masyarakat kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarif Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya.Maka, setiap malam Jum’at Habib Umar pun menggelar pengajian di rumahnya. Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat.Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia dibebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda. Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda. Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi dan pengajiannya ditutup, enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan. Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. Maka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon, seperti Kiai Ahmad Sujak (Bobos), Kiai Abdul Halim (Majalengka), Kiai Syamsuri (Wanantara), Kiai Mustafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjul). Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang dikeluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran. Panji-Panji Syahadatain Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain.Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asy-Syahadatain”.Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah.Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno. Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asy-Syahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan jama’ahnya bertawasul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul Bait, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Asy-Syahadatain. Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Asy-Syahadatain, menulis buku berjudul Auradh Thariqah Asy-Syahadatain, Sebagai pedoman bagi jama’ahnya.Syahadat, menurut Habib Umar, tidak cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya. Karyanya yang lain adalah Aurad (1972), menggunakan bahasa daerah yang berisi ilmu akhlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin. Habib Umar menghadap ke hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973.Semoga amal ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt. (Sumber: Majalah al-Kisah no.09/4 – 17 Mei 2009 halaman 146). Sejarah Syekhunal Mukarom Atau Abah Umar Bin Isma’il Bin Yahya Syekhunal Mukarom adalah sebutan bagi al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabi’ul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M. Ayahnya adalah seorang Da’i asal Hadramaut yang menyebarkan islam di nusantara yang bernama al-Habib Syarif Isma’il bin yahya, sedangkan ibunya adalah siti Suniah binti H. Shidiq asli Arjawinangun. Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari Syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa khawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebut pun hilang. Menginjak ke usia 7 tahunan, al-Habib Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus, Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke Ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren Ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrenya akan kedatangan Habib Agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi Habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan aga Habib dihormati, dan dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah al-Habib Abah Umar ke pesantren Ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil. Diceritakan bahwa Abah Umar di Ciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun di sana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas di samping kiai, sehingga para santripun mencibir dan mencemooh. Abah Umar menunjukkan khawariqnya dengan mengingatkan KH.Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamarpun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan.Setelah beberapa waktu mesantren di Ciwedus KH.Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Mbah Kholil Bangkalan-Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar yang di dalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat. Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos di bawah asuhan KH.Syuja’i dari pondok Bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet di bawah asuhan KH.Abbas. Di Buntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di Ciwedus, tidak mengaji hanya bermain-main di bawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukulah meja kiaitersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat. Setelah dari pondok Buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka di bawah asuhan KH.Anwar dan KH. Abdul Halim, di pesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahun. Sesampai Abah Umar di rumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di Panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atas dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah. Ngaji Syahadatnya Abah Umar pun terdengar ke seluruh plosok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari selamet dunya akherat dengan Itba’ dan Bai’at kepada Abah Umar.Karena di saat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orangtua yang ma’rifat. Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim.Setiap malam Jum’at, Panguragan dihadiri oleh para jama’ah yang ingin mengaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orang tua dulu ketika belanda melewati Panguragan mereka berkumandang “Maulana ya maulana….” Dengan khidmatnya (terpengaruh oleh karomahnya Abah Umar). Pada tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena di saat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai mancanegara. Karena semakin ramai, maka para kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-Syahadatain, sehingga mereka khawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang di pengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilan pun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun.Akhirnya Abah Umar pun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH.Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap 3 bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar. Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawasulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin. Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad Saw.Beliau hadir dalam acara tawasul tersebut secara bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat Jibril dan memberinya gelar Syekh Alim.Kemudian disusul Siti Khodijah memberikan gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz. Dengan kejadian tersebut, menurut KH.Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman.Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah.Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.di panguragan, dengan dihadiri oleh jama’ah Asy-Syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru Syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.Disamping beribadah, wirid, dan tafakur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah.Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing. Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawasul Abah Umar dianggap menyesatkan. Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama jama’ah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali jama’ah Asy-syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama di saat itu tidak ada satu tuntunan pun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tersebut.Dan pada tahun 1971 jama’ah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. Pada tahun 1973 an masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mari’i, ia yang menjadi pelayanan di dalam lotengnya Abah. Pada pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulannya kepada sirah Abah Umar sehingga Abah Umar pun pingsan dan dibawa kerumah sakit di Bandung untuk dirawat. Di rumah sakit Abah Umar dawuh dengan membaca ayat Al-Qur’an “Innalladzii farra ‘alaika al-Qurana laraa-ddaka ilaa ma’aad”.Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akankesah (pergi/wafat). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kesah pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M. Sabtu Minggu, 18 Desember 2011 BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum: Abah Umar adalah keturunan Rasulullah SAW. ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahib al-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali ar-Aridl bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra bint Muhammad Rasulullah saw. SYEKHUNAL MUKARROM Syekhunal Mukarrom adalah sebutan bagi Al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M. Ayahnya adalah seorang da’i asal dari Hadromaut yang menyebarkan islam dinusantara yang bernama Al-Habib Syarif Isma’il bin Yahya, sedangkan ibunya adalah Siti Suniah binti H. Sidiq asli arjawinangun. Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa hawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebutpun hilang. Meninjak ke usia 7 tahun nan, Al-Habib Abah Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrennya akan kedatangan Habib agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan agar Habib dihormati, dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah Al-Habib Abah Umar ke pesantren ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil. Diceritakan bahwa Abah Umar diciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun disana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas disamping kiai, sehingga para santri pun mencibir/mencemooh. Abah Umar menunjukkan khowariknya dengan mengingatkan KH. Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamar pun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan. Setelah beberapa waktu mesantren diciwedus KH. Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Embah Kholil Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar mengumpulkan para santrinya untuk di bai’at syahadat oleh Abah Umar, yang didalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat. Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos dibawah asuhan KH. Syuja’i, dari pondok bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet dibawah asuhan KH. Abbas. Dibuntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di ciwedus, tidak mengaji hanya bermain dibawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji, sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukullah meja kiai tersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat. Setelah dari pondok buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka dibawah asuhan KH. Anwar dan KH. Abdul Halim, dipesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahunan. Sesampainya Abah Umar dirumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atau dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah. Ngaji Syahadat nya Abah Umar pun terdengar keseluruh peloksok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari slamet dunya akherat dengan Itba’ dan bai’at kepada Abah Umar. Karena disaat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orang tua yang ma’rifat. Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim. Setiap malam jum’at, panguragan dihadiri oleh para jamaah yang ingin ngaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orangtua dulu ketika belanda melewati panguragan mereka berkumandang “Mawlana ya Mawlana.....” dengan hidmatnya (terpengaruh oleh karomatnya Abah Umar). Pada Tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena disaat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu, Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai manca Negara. Karena semakin ramai, maka par kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-syahadatain, sehingga mereka hawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang dipengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilanpun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun. Akhirnya Abah Umarpun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH. Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap tiga bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar. Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawassulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin. Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad saw. beliau hadir dalam acara tawassul tersebut secara Bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat jibril dan memberinya gelar Syekh Alim. Kemudian disusul Siti Khodijah memberi gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz. Dengan kejadian tersebut, menurut KH. Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya Al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman. Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah. Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. di panguragan (Muludan), dengan dihadiri oleh Jamaah Asy-syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Disamping beribadah, wirid, dan tafakkur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah. Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing. Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawassul Abah Umar dianggap menyesatkan. Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama Jamaah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali Jamaah Asy-Syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama disaat itu tidak ada satu tuntunanpun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tesebut. Dan pada tahun 1971 Jamaah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. Pada tahun 1973 an Masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mar’i, ia yang menjadi pelayan didalam lotengnya Abah. Pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulkannya kepada Sirah Abah Umar sehingga Abah Umarpun pingsan dan dibawa kerumah sakit dibandung untuk dirawat. Dirumah sakit abah sempat dawuh/membaca ayat Al-quran إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akan Kesah (pergi). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kemiren pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M , 16 Juli 2011 BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum: Abah Umar adalah keturunan Rasulullah SAW.ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahibal-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali ar-Aridl bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra bint Muhammad Rasulullah saw. Habib Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain. Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari. Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh K Sujak.Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH.Abbas. Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh di pesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal. Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman.Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual. by. Yusuf Muhajir Ilallah Ponpes Miftahussa'adah Kudus Diposkan oleh Yusuf Muhajir Ilallah di 11.19 Minggu, 12 Mei 2013 Berguru Lebih Dari Satu Beberapa teman Jama'ah ada yang bertanya kepada saya: Bolehkah aurad (wirid-wirid) dan dzikir tuntunan Abah Umar dibarengi atau diiringi dengan aurad dan dzikir dari guru tarekat yang lain? Lalu apa hukumnya bertarekat lebih dari dua guru? Kami menjawab: Sebaiknya laksanakan tuntunan dari satu guru, karena ulama tarekat sepakat bahwa yang utama adalah hanya melaksanakan aurad dan dzirikir serta tuntunan dari satu guru saja. Lihat di kitab Radd Akadzib halaman 48 وقد نص العلماء على ان الافضل ان يشتغل المرء بطريق واحد كما يشتغل طالب العلم بشيخ واحد (رد اكاﺫب - ٤۸) "Ulama menash (memastikan) bahwa yang utama adalah menyibukkan diri dengan satu tarekat saja, sebagaimana orang yang menuntut ilmu kepada satu guru saja." Bahkan dalam kitab al-Anwar al-Qudsiyyah menisbatkan orang yang mempunyai guru lebih dari satu telah menduakan ajaran.Sedangkan orang yang menduakan ajaran tersebut dianggap sebagai godaan dari syaitan untuk menggagalkan bertarekat. من لم يكن له استاﺫ واحد فهو مشرك فى الطريق والمشرك شيخه الشيطان (ﺍﻻﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﻘﺪﺳﻴﺔ - ٤٣) "Siapa yang gurunya tidak tunggal maka ia menserikatkan tarekat, dan orang yang menserikatkan tarekat itu syaikhnya adalah syaitan" Minggu, 23 September 2012 ASY-SYAHADATAIN “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmatMu kepada junjungan Nabi Muhammad beserta keluarganya serta sahabat-sahabatnya begitu juga keselamatan”…3x Asy-Syahadatain, kita semua tahu artinya adalah “Dua Kalimah Syahadat”. Sudah diketahui secara umum asy-Syahadatain itu dipergunakan untuk nama Jama’ah Pimpinan Almaghfurlah al-Habib Umar bin Ismail bin Yahya atau akrab dipanggil Abah Umar di daerah Panguragan Cirebon. Mengapa nama itu diambil? Karena nama itu cukup sederhana dan mengandung latar belakang yang dapat kami terangkan antara lain sebagai berikut: Umat sedunia pada umumnya sudah mengetahui tentang Lima Rukun Islam, yaitu: 1. Mengucapkan 2 (dua) kalimah syahadat 2. Menjalankan shalat lima waktu 3. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan 4. Mengeluarkan zakat 5. Menunaikan ibadah haji (bagi yang mampu) Dan untuk melaksanakan kelima Rukun Islam itu diperlukan mengetahui semua syarat rukunnya, tapi sayang sebagai salah satu akibat dari 350 tahun penjajahan di Indonesia ini (untuk tidak mengkambinghitamkan Bangsa sendiri/Islam) sesungguhnya yang sudah banyak diketahui kaum Islam awam itu hanya syarat rukunnya shalat, puasa, zakat dan haji saja. Sedangkan syarat rukunnya syahadat banyak dilupakan atau kurang perduli.Hal itu dapat terjadi karena mungkin kebanyakan umat Islam di Indonesia ini kesadaran beragamanya berdasarkan keturunan. Akan tetapi lain bagi orang atau dari agama lain yang baru masuk Islam, Dua Kalimah Syahadat itu jelas merupakan pintu gerbang pertama sebelum memasuki pintu rukun Islam yang lain. Apa bedanya Rukun dan Syarat? Rukun, adalah tiang utama dalam suatu pengamalan ibadah yang wajib dikerjakan karena jika ditinggalkan maka amalan tersebut kurang/seluruhnya menjadi tidak diterima.Boleh juga disebut sebagai tiang dari suatu bangunan. Syarat, adalah cara, jenis atau perbuatan yang menentukan sah atau tidaknya pengamalan rukun itu. Bila diumpamakan tiang suatu bangunan itu sah menjadi Rukun Bangunan tersebut bilamana tiang itu memenuhi syarat, antara lain harus kuat atau terdiri dari jenis kayu apa, atau bagaimana cara membuatnya supaya kuat dan agar menjadi rukun yang sah dari bangunan tersebut. Menelusuri Syahadat sebenarnya sangat dalam dan luas, pembagian Syahadat dapat dilihat dari: • Ditinjau dari Isi Bentuknya yaitu: Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul. • Ditinjau dari Pengamalannya yaitu: Syahadat Thariqat dan Syahadat Haqiqat. • Ditinjau dari Hasilnya yaitu: Syahadat Sirri, Syahadat Sejati, dan Sejatinya Syahadat. • Ditinjau dari Macamnya: Syahadat Sholawat, Syahadat Payung, Syahadat Ulul ‘Azmi, Syahadat Nuril Mubin, dan Syahadat Mahdi Pembahasan Bai’at/Stempel dapat diambil titik terang dari pembagian Syahadat ditinjau dari Prakteknya: Syahadat Syari’at, Thariqat dan Syahadat Haqiqat. Jalan Syahadat Syari’at secara istilah juga disebut dengan Syahadat Bai’at.Untuk mengamalkan bentuk Syahadat yang satu ini yakni harus meyakinkan sifat ketuhanan dan sifat kerasulan seorang Nabi dengan bukti diucapkan dengan lisan seperti yang kita ketahui bahwa Rukun Syahadat ada enam. Rukun Syahadat inilah yang sering dilupakan oleh banyak kalangan Islam lainnya, padahal apabila tidak dikerjakan salah satu Rukun Syahadat tersebut maka batallah Syahadatnya/keislamannya, sedangkan Syahadat termasuk dalam Rukun Islam yang pertama. Rukun Syahadat diambil dariTanqih al-Qaul: 1. Niat: guna menguatkan akidah 2. Syahid: orang yang menyaksikan 3. Masyhud Lahu: meyakini Allah dan RasulNya 4. Masyhud Bih: menyaksikan sifat ketuhanan Allah Swt. dan kerasulan Nabi Muhammad Saw. 5. Masyhud ‘Alaih: yaitu orang yang membaca Syahadat (orang yang disaksikan) 6. Sighat: Lafadz Kalimat Syahadat Pelaksanaan Rukun Syahadat di atas dilakukan seseorang bersama orang lain dengan mengucapkan Dua Kalimat Syahadat dengan lisan dan disaksikan oleh seseorang dan hal seperti itulah yang ada pada tuntunan SyekhunalMukarrom dengan istilah Bai’at atau Stempel. “Wasyuruthuhumaa tsalaatsatun: Al-awwal al-ilmu bima’aaniihimaa. Wa ats-Taaanii almuwaalaat. Wa ats-Tsaalits, lafdzu asyhadu.”(Dikutip dari Kitab Tanqiihul Qaul). Artinya: Syarat sahnya mengucapkan Dua Kalimah Syahadat itu ada tiga: 1. Mengetahui arti kedua Kalimah Syahadat itu 2. Beruntun pengucapannya. 3. Pakai kata Aku Bersaksi (Asyhadu) Stempel/Bai’at merupakan pengucapan ikrar atas keislaman seseorang dalam menjalankan Rukun Islam pertama agar menjadi seorang muslim yang benar-benar Islam. Seorang muslim dapat dibedakan menjadi 4, diantaranya: 1. Islam Tansibi yaitu seorang muslim karena asal mula keturunan orang tuanya yang beragama Islam dan ini termasuk Islam yang lemah. 2. Islam Tasbih yaitu keislaman seseorang ataupun ibadahnya itu karena terbawa oleh lingkungan yang sarat akan agama. Maka ia sibuk beribadah dan begitu pula sebaliknya. 3. Islam Tahqiri yaitu orang yang mengaku islam dan apabila ia diperintahkan untuk melakukan hukum islam ia meremehkannya, bentuk islam seperti inilah yang membahayakan. 4. Islam Tahqiqiyaitu keislaman seseorang karena keyakinannya yang tinggi pada Allah dan RasulNya, sehingga ia selalu mengamalkan perintah Allah dan RasulNya. Bentuk Islam seperti inilah yang dibenarkan. Ditinjau dari bentuknya Islam tersebut untuk mencapai bentuk Islam yang ke 4 (empat) harus melakukan beberapa hal yang dapat menjadi Islam Tahqiqi diantaranya: a. Tajdidul Islam (merehabilitasi Iman dan Islam dengan Syahadat Syari’at/Bai’at) b. Mengamalkan perintah Allah dan RasulNya serta berusaha untuk selalu ingat Allah sebagaimana yang dinadzomkan oleh Syekhuna: Eling Allah kang gumantil # Demen Rasul ayo ngintil Eling Allah kang sempurna # Ora bisa akalana Amal eling kang digawa # Barang akeh ora digawa c. Selalu banyak berdzikir dan membiasakan membaca Syahadat setiap waktu sesuai yang didawuhkan oleh Syekhunal Mukarrom sebagai berikut: Syahadat Tauhid Anjingena # Syahadat Rasul Lakonana Ngaji Syahadat aja telat # Yen wis waktu gage mangkat Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tawakkal # Lan nerima syukurane aja gagal Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tafakkur # Supaya cangkem ati dadi akur Ayu batur dirubah kita pikire # Eling Allah kang akeh muji dzikire Saban dina karo ALLAH ora parek # Saban dina kang di pikir ya brekepek Begitulah Syekhunal Mukarrom dalam pendapat/tuntunan yang disyairkan dengan Nadzom, dimana dapat disimpulkan bahwa Bai’at Syahadat itu tidak lain agar kita selamat baik di dunia maupun di akherat sebagai seorang Muslim dan Mu’min. Hal ini dijelaskan dalam kitab Habl al-Matin halaman 8 mengenai Bai’at islam. Allah berfirman dalam QS.Fushsilat ayat 30:“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Allah berfirman dalam QS.al-Ahzab (golongan-golongan) ayat 45-46:“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izinNya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi.” Allah berfirman dalam QS.Thahaayat 14: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” Allah berfirman dalam QS.al-Baqarah (sapi betina) ayat 222: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” Diposkan oleh Majlis Arrahman di 11.44 Label: Alkisah, Aqidah Akhlak, Sejarah dan Asal Usul WALI-WALI YANG DI TAWASSULI OLEH JAMAAH ASY-SYAHDATAIN ZAMAN BERZAMAN Disebutkan bahwa zaman akhir dibagi kedalam tujuh zaman, dan pada setiap zamannya terdapat shohibuzzaman. Yaitu; Zaman Nur, adalah zaman cahaya/penerang dari zaman kegelapan/jahiliyah. Shohibuzzamannya adalah Kanjeng Rosulullah Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para nabi, rosul, dan para wali yang tidak ada nabi sesudahnya melainkan hanya para wali. Pendampingnya adalah Syekh Ahmad Ar-rifa’i, dan ada yang berpendapat pendampingnya adalah Sayyidina Ali RA. Zaman Mubin, adalah zaman penjelas dimana para habib dibunuh mati, artinya sudah jelas dapat dibedakan antara golongan orang-orang ahli surga yang cinta kepada keluarga nabi dan ahli neraka yang tidak mencintai keluarga nabi. Shohibuzzamannya adalah Syekh Al-Imam Ali Zaenal Abidin bin Sayyid Husen bin Fatimah Azzahra. Beliau sebagai Sulthonul Awliya’ Qutburrobbani Khalifatuurasul pertama. Pendampingnya adalah Syekh Ahmad Baidlawi. Zaman Musthofa, adalah zaman pilihan, Shohibuzzamannya adalah Syekh Al-Imam Ja’far Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Syekh Ali Zainal Abidin, pendampingnya adalah Syekh Ahmad As-shodiq Zaman Alim, adalah zamannya ilmu pengetahuan, disaat itu ilmu pengetahuan sedang dalam puncak keemasannya, baik dari golongan ummat islam maupun dari golongan kaum barat. Shohibuzzamannya adalah Syekh Sayyid Hasan Asy-syazali, pendampingnya adalah Syekh Ma’abulma’al. dan menurut qoul yang lain pendampingnya adalah Syekh Abu Yazid Busthomi. Zaman Bathin, adalah zamannya ilmu batin/eling Allah, syetan Iblis pada hancur kalah dalam peperangan melawan hatinya orang mukmin. Shohibuzzamannya adalah Sulthonul Awliya’ Qutburrobbani Syekh Abdul Qodir Jaelani dan menurut satu qiil shohibuzzamannya adalah Sayyid Yahya, pendampingnya adalah Syekh Ahmad Mafakhir. Zaman Dzohir, adalah zamannya ilmu dzohir/kedigjayaan, banyak orang sakti dan digjaya. Shohibuzzamannya adalah Kanjeng Gusti Sinuhun Syekh Syarif Hidayatullah Gunung Jati, pendampingnya adalah Syekh Muhyi Pamijahan. Zaman Muhsin, adalah zaman pemberesan/pembersihan hati dan pelurusan amal dan akhlak, karena pada zaman ini banyaknya kemunafikan, kemusyrikan, kemurtadan, takabbur, dan semacamnya. Zaman Muhsin terdiri dari tiga zaman yaitu; Zaman Salam, yaitu zaman meminta slamet dunya akherat dunya akherat slamet. Shohibuzzamannya adalah Gusti Sinuhun Syarif Hidayatullah Kebon Melati Sayyidi Syekhunal Mukarrom Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, pendampingnya adalah Al-Habib Ahmad Nuril Mubin Jenun. Zaman Rohman, yaitu zaman pengasih karena pada zaman ini banyak orang bodoh bisa mancleng/eling kepada Allah. Shohibuzzamannya adalah Syekhunal Mukarrom Sholawatullah Mursyid Embah Ahmad, pendampingnya adalah Syekhunal Mukarrom Embah Jalil. Zaman Rohim, yaitu zaman penyayang karena pada zaman ini katanya hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mengharapkan ridho Allah dan ikhlas kepada Allah yang akan mendapatkan petunjuk. SABILUL KHOYROT Syahadat menjadi tempate badan rohani Sholawat Tunjina menjadi pakaian badan rohani Ya Kafi Ya Mubin Ya Kafi Ya Mughni menjadi panganane/makanan badan rohani Ya Fattah Ya Rozzak Ya Rohman Ya Rohim menjadi panganane badan jasmani Inna Fatahna, menjadi tunggangane/kendaraan badan rohani Sholat Dhuha menjadi gudang makanan badan jasmani Sholat Tahajjud menjadi gudang makanan badan rohani Ya Hayyu – minadzdzolimin, menjadi jalan badan rohani La ila ha illa anta subhanaka inni kuntu minadzdzolimin, menjadi Hudan Kenikmatan jasmani rohani Ya Rosulullah hi jiina, menjadi penjaga jalan lalu lintas badan rohani Allah memberikan asma kepada makhluknya yang berakal 4000 asma 2000 asma untuk kanjeng Nabi Muhammad, pengamalannya cukup dengan membaca 8 Asma saja yaitu Ya Hadi Ya Alim Ya Khobir Ya Mubin Ya Wali Ya Hamid Ya Qowim Ya Hafidz 1000 asma untuk kanjeng Syekh Abdul Qodir Jaelani, pengamalannya cukup dengan membaca 4 asma yaitu Ya Hadi Ya Alim Ya Khobir Ya Mubin 900 asma untuk para nabi, pengamalannya cukup dengan bertawassul kepada 25 nabi 90 asma untuk para malaikat, pengamalannya cukup dengan bertawassul kepada 10 malaikat 9 asma untuk para wali, pengamalannya dengan cara bertawassul kepada para wali 1 asma untuk para mukmin sejagat, pengamalannya dengan beribadah, mendekatkan diri kepada Allah dengan mudzakaroh (eling Allah). SYEKH SYARIF HIDAYATULLAH SEBAGAI INSAN KAMIL Diceritakan datanglah seorang mubaligh dari Baghdad ke nusantara yang bernama Syekh Idhofi/Syekh Dzatul Kahfi/Syekh Nur Jati bersama adik perempuannya yang bernama Nyai Mas Ratu Subanglarang, mereka berdua singgah di Gunung Jati. Nyi Mas Ratu Subanglarangpun diperistri oleh Raja Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata Wisesa Sri Maha Prabu Siliwangi atas dasar istikhoroh dan petunjuk dari Allah. Sri Maha Prabu Siliwangi memiliki tiga orang istri dan empat puluh anak. Pada suatu hari Nyi Mas Ratu Subanglarang mendapatkan hawatif (petunjuk dari Allah) untuk mengikuti sang prabu berburu kehutan, walaupun sang prabu menolak akhirnya Nyi Mas Ratu Subanglarangpun tetap ikut dalam rombongan sang prabu berburu ke hutan. Sesampainya dihutan mereka menemukan seorang bayi laki-laki dengan posisi nyungsang diatas rerumputan, maka bayi laki-laki tersebut diangkat menjadi anak Prabu Siliwangi atas keinginan Nyi Mas Ratu Subanglarang dengan diberi nama Walangsungsang (Embah Kuwu Sangkan Pangeran Cakrabuana). Dan beberapa selang waktu kemudian, Nyi Mas Ratu Subanglarang mendapatkan hawatif yang sama. Sesampainya dihutan bersama rombongan Prabu Siliwangi, beliau menjumpai petani yang sedang menanam terong dan saat rombongan kembali dari berburu dengan idzin Allah terong-terong tersebut telah waktunya panen. Sehingga Nyi Mas Ratu Subanglarangpun memetiknya satu buah lalu dimakannya terong tersebut. Sesampainya dikraton Nyi Mas Ratu Subanglarang pun akhirnya hamil, sang Prabu Siliwangi sangat bahagia. Dan dari kehamilan tersebut lahirlah seorang bayi perempuan yang bernama Nyi Mas Dewi Rarasantang. Pada usianya yang telah meninjak dewasa Walangsungsang bermimpi bertemu Kanjeng Nabi Muhammad saw., sehingga Walangsungsang memohon restu dari sang Prabu Siliwangi untuk mempelajari Agama Islam. Sang Prabu pun marah besar dan Walangsungsang pun akhirnya diusir dari kraton Pajajaran. Mengetahui kakaknya diusir, Nyi Rarasantangpun menyusul kakaknya keluar dari kraton Pajajaran. Sri Maha Prabu Siliwangi Kebingungan karena putrinya hilang, sehingga mengerahkan semua pasukannya untuk mencari sang putri Nyi Rarasantang, namun tak ditemukan. Diceritakan Walangsungsang tiba di Gunung Maraapi (Rajadesa Ciamis Timur) bertemu dengan Sanghyang Danuwarsih (Kikuwu Cerbon Girang) dengan mengutarakan maksud kedatangannya mencari Guru Syahadat, namun tidak disanggupinya. Danuwarsih malah menikahkannya dengan putrinya yang bernama Nyi Mas Endang Geulis. Sedangkan Nyi Rarasantang berada di Gunung Tangkuban Prahu, ia bertemu dengan Nyi Endang Sukati serta memohon bantuan untuk dipertemukan dengan kakaknya, namun Nyi Endang Sukati hanya dapat memberikan kesaktian dan petunjuk untuk menemui Ki Ajar Sakti di Gunung Liwung. Nyi Rarasantang pun bertemu dengan Ki Ajar Sakti, beliau memberitahukan bahwa kakaknya Walangsungsang telah beristri di Gunung Maraapi dan Nyi Rarasantangpun diberi nama Ratnaeling yang kelak akan mempunyai putra yang punjul sebuana. Tidak beberapa lama akhirnya kakak adik tersebut bertemu di Gunung Maraapi. Setelah sebulan lamanya di Gunung Maraapi Walangsungsang, Nyi Endang Geulis, dan Nyi Rarasantang melanjutkan perjalanannya mencari Guru Syahadat. Nyi Endang Geulis dan Nyi Rarasantangpun dimasukkan kedalam cincin Ampal yang dipakai Walangsungsang agar perjalanannya lebih mudah. Di Gunung Ciangkup mereka bertemu dengan Sanghyang Nanggo, namun ia tidak bisa mengajarkan Ilmu Syahadat dan mereka hanya diajarkan ilmu kanuragan. Selanjutnya di Gunung Kumbang mereka bertemu Sanghyang Naga, di Gunung Cangak mereka bertemu Sang Pendeta Luhung, namun mereka belum menemukan juga guru yang dicari. Akhirnya mereka bertiga menuju Gunung Jati, datang sudah dihadapan Syekh Nur Jati sambil menyampaikan tujuannya. Syekh Nur Jati segera memberikan wejangan Ilmu Syahadat Syareat Kanjeng Nabi Muhammad saw. Walangsungsang diberi nama Shomadullah dan diijinkan membangun sebuah dukuh, dan bertemulah dengan Ki Gedeng Alang-Alang di Lemah Wungkuk, Ki Gedeng Alang-Alang memberinya nama Cakrabumi disitulah Walangsungsang membangun sebuah dukuh yaitu dukuh Cirebon. Dinamakan Cirebon karena dukuh yang dibangun oleh Cakrabumi menjadi terkenal lantaran terasi (Grage) yang dibuat oleh Cakrabumi. Yang pembuatannya dari Rebon (udang kecil) dan air perasannya dibuat Petis (Cai Rebon/Air Udang). Ketenaran trasi tersebut sampailah ke kraton Rajagaluh, sehingga dukuh Cirebon harus membayar upeti berupa Terasi Gelondongan ke kerajaan Rajagaluh, dan diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang menjadi Kuwu, dan setelah sepeninggalnya jabatan Kuwu diserahkan kepada Cakrabumi dengan gelar Kuwu Cerbon Cakrabuana. Setelah sekian waktu, Cakrabuana diperintahkan oleh Syekh Nur Jati untuk bai’at tabaruk kepada Syekh Maulana Ibrahim dinegara Campa. Cakrabuana mendapatkan perintah dari Syekh Maulana Ibrahim untuk menunaikan Ibadah Haji dengan membawa surat untuk Syekh Bayan dan Syekh Abdullah di Mekah. Cakrabuana mematuhi perintah sang guru, mohon pamit meneruskan perjalanan menuju mekkah dengan menaiki mancung bersama adiknya Nyi Rarasantang. Antara lama kemudian sampailah ditanah mekkah dihadapan Syekh Bayan dan Syekh Abdullah menerimakan sepucuk surat dari Syekh Maulana Ibrahim. Diceritakan dinegara mesir Kanjeng Sultan Maulana Mahmud Syarif Abdullah sedang bermuram durja karena ditinggal sang permaisuri, siang malam berdzikir pada Allah untuk mendapatkan kasih saying-Nya. Pada saat tafakkurnya, Kanjeng Sultan mendapatkan petunjuk dari Allah bahwa jodohnya ada di mekkah. Akhirnya Kanjeng Sultan mengutus patihnya untuk mencari seorang perempuan yang pantas untuk jadi permaisuri. Tidak antara lama mereka melihat seorang perempuan yang cantik sekali mengungguli perempuan senegara ia itu adalah Nyi Rarasantang, lalu dikuntitnya sampai bertemu dirumah Syekh Bayan. Perihal Kanjeng Sultan disampaikannya kepada Nyi Rarasantang. Nyi Rarasantang dan Cakrabuana ikut Ki Patih ke Mesir menghadap Kanjeng Sultan Mesir dan mereke pun ditempatkan dirumah Ki Penghulu Jamaluddin. Kanjeng Sultan bertemu dengan Nyi Rarasantang dimasjid Tursina, beliau sangat setuju sekali mirip denga permaisurinya yang telah meninggal dunia, segera Nyi Rarasantang didekati dan dilamarnya. Namun Nyi Rarasantang meminta maskawin putra laki-laki waliyullah yang punjul sebuana, permintaan tersebut disanggupi oleh Kanjeng Sultan atas kehendak dan petunjuk dari Allah. Akhirnya Nyi Rarasantang menikah dengan Kanjeng Sultan Syarif Abdullah dan diberi nama Hj. Syarifah Muda-im. Setelah satu tahun lamanya Cakrabuana pulang ke Cirebon dengan diberi nama oleh Syekh Bayan adalah Bayanullah, Syekh Abdullah pun memberi nama yaitu Abdullah Iman. Dalam perjalanannya menuju Cirebon, cakrabuana mampir di Aceh sebulan lamanya, kemudian mampir di Palembang selama tiga bulan. Tidak antara lama Cakrabuana mempunyai bayi perempuan diberi nama Ratu Mas Pakungwati, kemudian ki Kuwu Cakrabuana membangun kraton Pukungwati. Tak lama kemudian Ki Kuwu mempunyai bayi laki-laki bernama Pangeran Cerbon. Diceritakan dinegara Mesir Kanjeng Sultan dan Syarifah Mudaim/Nyi Rarasantang berziarah ke mekkah dan kemakam Kanjeng Nabi Muhammad saw. dalam usia kandungannya yang ke tujuh bulan. Tidak lama kemudian Syarifah Mudaim melahirkan bayi laki-laki yang elok sekali, cahayanya meredupkan cahaya matahri pada tanggal 12 mulud ba’da subuh. Bayitersebut langsung dibawa Thowaf oleh Kanjeng sultan dan diberi nama Syarif Hidayatullah dengan disaksikan para ulama dan para mukmin. Antara tahun Syarifah Mudaim mengandung lagi dan melahirkan seorang bayi lelaki yang diberi nama Syarif Nurullah. Tidak antara tahun Kanjeng Sultan wafat, dan kerajaan mesir dipimpin oleh Patih Jamaluddin sebagai wakil karena Syarif Hidayatullah masih kecil. Diceritakan setelah Syarif Hidayatullah meranjak dewasa, beliau sangat ingin berguru kepada Kanjeng Nabi Muhammad walaupun pada saat itu menurut dhohirnya Kanjeng Nabi telah wafat. Karena tidak tahan dengan rasa rindunya kepada Kanjeng Nabi Muhammad, Syarif Hidayatullah meminta izin kepada ibunya untuk mencari Kanjeng Nabi. Akhirnya diizinkan pula sang putra oleh ibunya. Dalam perjalanannya Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nagasaka yang member petunjuk untuk pergi ke makam Nabi Sulaiman dipulau majeti. Sebelum sampai beliau bertemu dengan Pendeta Ampini yang mengajak bersama-sama menuju majeti. Sesampainya disana Syarif Hidayatullah atur hormat, namun Pendeta Ampini langak longok mencari cincin Nabi Sulaiman, sehingga datanglah petir menyambar sang pendeta karena memikirkan keduniaan dan sekh Syarif terlempar hingga dipuncak gunung. Segera sekh Syarif bertobat karena telah menemani orang yang berlaku durjana. Setelah bertobat syekh Syarif bertemu dengan petapa yang disampingnya terdapat kendi pertula. Syekh Syarif berkata; “Hai sang tapa itu kendi milik siapa? Saya ingin minum”. Sang petapa menjawab; “Wallahu a’lam tatkala saya memulai bertapa kendi itu sudah ada”. Syekh Syarif berkata; “Hai kendi pertula engkau siapa yang mempunyai milik? Karena saya ingin minum”. Kendi itu menjawab; “Saya kendi asal surge, turun kala waktu Nabi Nuh, iya tuan yang mpunyai milik”. Lalu kendi airnya diminum tidak sampai habis, lalu kendi diletakkan. Kendi segera mengucap; “Tuan pasti menjadi raja/ nata seturunannya, akan tetapi tidak sampai terus, direbut hingga terjajah”. Kendi lalu diminum kembali hingga habis. Pratula berkata kembali; “selanjutnya Negara tuan abadi tidak terjajah, saya kelak mengabdi kala tuan jadi raja”. Lalu kendi segera terbang keangkasa. Kemudian Syekh Syarif melanjutkan perjalanannya dengan dihadang berbagai godaan dunia. Tak lama kemudian Syekh Syarif dilanda gelap gulita hingga sengsara. Kemudian datanglah Nabi Ilyas memberikan petunjuk untuk naik kebukit menemui penunggang kuda, sesampainya disana bertemu dengan penunggang kuda yaitu Nabi Chidir dan Syekh Syarif pun diajak untuk naik kuda dan diantarkan naik keatas sampai dinegri ajrak. Dinagara ajrak Syekh Syarif masuk kedalam Masjid Mirawulung dan bertemu arwakh para syuhada dan para mukmin. Syekh Syarif bertafakkur hingga diridhoi Allah untuk naik kelangit tujuh dan bertemu dengan Rasulullah. Setelah sowan ke kanjeng Nabi Muhammad, Syekh Syarif pulang ke negeri mesir menemui Ibunda Rarasantang. Antar sebulan lamanya dimesir Syekh Syarif menunaikan Ibadah Haji, sepulangnya berhaji beliau diangkat menjadi Sultan Mesir Maulana Mahmud. Setelah beberapa waktu Ibunda Rarasantang memerintahkan kepada Syekh Syarif untuk pergi ke tanah jawa menemui Ki Kuwu Cakrabuana, dan Syekh Syarif mematuhinya dan kesultanan diserahkan kepada Syarif Nurullah. Sesampainya dicirebon, Syekh Syarif sowan ke Syekh Nur Jati kemudian ke Sunan Ampel untuk mendapatkan wejangan-wejangan dengan diantar oleh Ki Kuwu Cakrabuana. Dan beliaupun dinikahkan dengan putri Ki Kuwu Cakrabuana Nyi Mas Pakungwati namanya. Setelah itu barulah Syekh Syarif menyebarkan agama islam ditatar pasundan Cirebon dan sekitarnya sampai ke tanah china, India dll. Pada suatu hari Ki Kuwu Cakrabuana dan Kanjeng Sinuhun Gunung Jati bermufakat untuk menghadap kepada Prabu Siliwangi untuk mengajaknya masuk Islam. Diceritakan dikraton pajajaran Prabu Siliwangi dan pengiringnya hendak bertolak ke cirebon meninjau cucunya Kanjeng Sinuhun. Tidak lama kemudian Kibuyut Talibarat menjumpai sang prabu dan mempengaruhinya untuk tidak masuk Islam, sehingga sang prabu pun merubah kratonnya menjadi hutan dan seluruh pengiringnya menghilang dikarenakan tidak mau masuk Islam dan sudah mengetahui bahwa Kanjeng Sinuhun akan datang. Tidak berapa lama kemudian datanglah Kanjeng Sinuhun dengan Ki Kuwu Cakrabuana mendapati kraton telah berubah menjadi hutan, namun beliau berdua masih dapat melihat kraton pajajaran seperti semula lalu masuk dan mengislamkan sebagian penghuninya yang masih ada, namun tidak didapatinya sang prabu. Setelah beberapa waktu kemudian Kanjeng Sinuhun memohon kepada Allah untuk dipertemukan dengan Prabu Siliwangi, namun didapatinya telah menjadi macan/harimau. Kanjeng Sinuhun tetap mengajak sang prabu untuk masuk islam, dan akhirnya dengan berbagai macam kejadian upaya sang prabu pun mengikuti agama islam dan tetap menjadi macan yang akan melindungi keturunan Kanjeng Sinuhun Gunung Jati. NYI MAS AYU GANDASARI Diceritakan Ki Gedeng Selapan dan diwartakan sejak dulu tatkala bertapa digunung Mendang dibawah pohon pudak memuja semedi ingin mempunyai anak yang sakti lagi punjul. Pertama bertapa bunga pudak baru kuncup, sekarang sudah berjatuhan dihadapan Ki Gedeng, bunga yang jatuh ketanah tersebut ternyata jadi bayi perempuan, lalu bayi itu dibawa pulang dan diberi nama Nyi Mas Ayu Fatimah Pamuragan atau Nyi Mas Ayu Fatimah Gandasari. (menurut pendapat lain Gandasari adalah putri angkatnya Sultan Aceh atau adik perempuannya Faletehan). Diceritakan Gandasari sudah berumur 15 tahun dan sudah bai’at kepada Sunan Gunung Jati, dan kecantikannya sudah masyhur ke 25 negara sehingga banyak laki-laki yang melamar dari segala macam profesi dan jabatan. Namun karena sulit untuk memutuskan mana yang harus diterima, Nyi Mas Ayu Gandasaripun mengadakan sayembara bagi lelaki yang dapat mengalahkannya maka ia bersedia mengabdi kepada lelaki tersebut sebagai istri. Dari sayembara tersebut para gegedeng saling berebut menangkap Nyi Mas Ayu Gandasari, namun tak satupun yang bisa menangkap atau mengalahkannya. Diceritakan ada satria yang baru datang dipantai Cirebon membawa kitab dua perahu dari Negara Syam/Syria yang bernama Syarif Syam mencari guru mursyid yang bisa memotong rambutnya karena belum ada yang bisa memotongnya (diceritakan kitab-kitab tersebut terdampar di jawa timur). Setelah keluar dari perahu datanglah ke kebun gayam. Disana ia melihat seorang laki-laki yang sedang memukul/mengupas/membentongi buah gayam untuk diambil isinya. Syarif Syam menanyakan tentang keberadaan guru mursyid tersebut, dan Syekh Bentong pun menunjukkannya kearah selatan bahkan Syekh Bentong menggelung rambutnya Syarif Syam dan memberinya nama Pangeran Rimagelung. Syekh Bentong mengajak Pangeran Rimagelung untuk Sholat didalam bumbung bambu pagar rumahnya, Pangeran Rimagelungpun terheran-heran karena ternyata didalamnya ada sebuah masjid besar dan banyak makmumnya. Pangeran Rimagelungpun dijamu dengan buah-buahan yang ditanam seketika itu juga oleh Syekh Bentong dan pada saat itupula langsung berbuah dan langsung masak. Tidak beberapa lama, Pangeran Rimagelung bertemu dengan kakek tua (Sunan Gunung Jati), beliau memotong rambut Pangeran Rimagelung hanya dengan jari-jarinya, lalu kemudian kakek tua itu pergi. Pangeran Rimagelungpun mencarinya hingga ahirnya datang ke tempat sayembara Nyi Mas Ayu Gandasari. Disana Pangeran Rimagelung merasa iba kepada Nyi Mas Ayu karena dikeroyok oleh para lelaki, dengan tujuan membantu Pangeran Rimagelungpun masuk arena sayembara. Namun malah ditantang oleh Nyi Mas Ayu karena telah memasuki arena sayembara, akhirnya ia pun ikut memperebutkan Gandasari. Gandasari menyerang Pangeran Rimagelung dengan berbagai macam senjata, namun tak satu senjata pun yang melukai sang pangeran, akhirnya Gandasaripun kabur masuk kedalam bumi keatas awan namun sang pngeran selalu ada dibelakangnya. Gandasaripun ahirnya bersembunyi dibawah sandalnya Sunan Gunung Jati, sang pangeran memohon restu kanjeng sinuhun gunung jati untuk mengangkat kakinya, kemudian Nyi Mas Ayu sembunyi dalam sabuknya, sang pangeranpun kembali memohon kanjeng sinuhun untuk membuka sabuknya, Nyi Mas Ayu pun pindah kedalam cincinnya, sang pangeran pun meminta kanjeng sinuhun melepas cincinnya, Nyi Mas Ayu pindah bersembunyi dibalik jubah kanjeng sinuhun, ahirnya sang Pangeran Rimagelung tidak sabar ditabraknya kanjeng sinuhun, namun sang pangeran tersungkur ditanah tidak kuat menabrak kanjeng sinuhun. Akhirnya Pangeran Rimagelung meminta maaf dan bertobat kepada kanjeng sinuhun Gunung Jati karena telah salah jalan, padahal tujuan awal dari perjalanannya ke Cirebon adalah mencari guru syahadat kanjeng sinuhun Gunung Jati. Nyi Mas Ayu Gandasari pun mengakui kekalahannya, Nyi Mas Ayu bersedia menjadi istri Pangeran Rimagelung namun Nyi Mas Ayu mengajukan syarat menikahnya nanti saja dialam batin, hal ini disepakati dan disaksikan oleh kanjeng sinuhun Gunung Jati dan Ki Kuwu Cakrabuana. SITI FATIMAH LODAYA Diceritakan dinegeri India ada seorang raja meninggal dunia beliau akan dibakar ditengah laut, pada saat itu pula Kanjeng Sinuhun Gunung Jati melewati kapal mereka. Kanjeng Sinuhun menanyakan perihal yang akan dikerjakan oleh para prajurit tersebut, maka Kanjeng Sinuhun mengajak mereka semua untuk masuk islam, tapi mereka semua tidak ada yang mau kecuali Kanjeng Sinuhun bisa menghidupkan raja mereka. Atas idzin Allah raja mereka itu dihidupkan kembali, serentak mereka semua bersujud dan bai’at syahadat kepada Kanjeng Sinuhun. Setelah mereka masuk islam, mereka kembvali ke negaranya dengan mengislamkan satu Negara. Selang beberapa waktu sang raja tersebut meninggal dunia dalam keadaan islam dan meninggalkan permaisuri yang sedang mengandung. Setelah beberapa bulan lahirlah seorang bayi perempuan yang diberi nama Fatimah, setelah Nyi Mas Fatimah meranjak dewasa ia diberitahukan bahwa ayahnya adalah Sunan Gunung Jati karena pada dasarnya ayahnya itu telah wafat sebelum Nyi Mas Fatimah menitis. Sehingga Nyi Mas Fatimah pun berlayar kecirebon mencari Kanjeng Sinuhun, sesampainya dicirebon Nyi Mas Fatimah diperintahkan oleh Kanjeng Sinuhun untuk mengalahkan Siluman Ratu Laut Kidul. Terjadilah pertempuran antara Nyi Mas Fatimah dan Ratu Laut Kidul yang dimenangkan oleh Nyi Mas Fatimah, sehingga Nyi Mas Fatimahpun diangkat menjadi Ratu Siluman Laut Kidul dengan nama Nyi Mas Fatimah Lodaya dan tinggal dipantai selatan daerah Rawa Onom. Diceritakan setiap lelaki yang menikah dengan Nyi lodaya pasti meninggal, sampai suatu hari datang seorang pemuda Syekh Abdurrahman Kalijaga. Beliau datang atas petunjuk Allah dengan berbekalkan pakaian, beras, dan kepeng (uang) (menurut KH. Idris Anwar inilah yang menjadi dasar adanya maskawin syahadat), sebelum sampai ketempat tujuan beliau bertemu dengan seorang kakek. Kakek tersebut meminta barang bawaan Syekh Abdurahman dan berpesan kepadanya “Rahasia aja dibuka, Rejeki setitik aja ditampik, Bojo ayu aja buru-buru”, dengan petunjuk dari Allah Syekh Abdurrahman pun menikahi Nyi Lodaya dengan berpuasa selama 40 hari, dimana pada suatu malam ditemukannya seekor ular berada didalam farji Nyi Lodaya dan setelah dicabut oleh Syekh berubahlah ular tersebut menjadi keris. Dengan kejadian tersebut jelaslah bahwa yang menyebabkan para suami meninggal adalah ular tersebut, dengan hilangnya ular tersebut perkawinan mereka pun rahayu. SYEKH RUMAJANG Syekh Rumajang adalah putra prabu Siliwangi dari ibu yang bernama Nyi Mas Ratu Subanglarang/ Dewi Kumala Wangi, Syekh Rumajang masa kecilnya bernama Prabu Kian Santang. Ia adalah adik dari Walangsungsang dan Nyi Rarasantang. Dari sejak kecil sampai dewasa yaitu usia 33 tahun prabu Kian Santang belum pernah dikalahkan kesaktiannya sejagat pulau jawa. Karena sangat ingin sekali mencari orang sakti, akhirnya memohon bantuan kepada ayahanda Prabu Siliwangi untuk mencarikan orang sakti yang bisa mengalahkannya, ternyata gagal karena tidak ada yang sanggup melukai walau hanya kulitnya saja. Sampai para ahli nujum pun dihadirkan untuk mencari dimana ada orang sakti yang mampu mengalahkan Prabu Kian Santang namun tetap tidak ketemu. Dalam situasi yang membingungkan datang seorang kakek, prabu Siliwangi dan seluruh isi keraton tersebut terkejut, kakek tersebut membawa berita bahwa orang yang dapat menandingi Prabu Kian Santang adalah Sayyidina Ali yang tempatnya jauh di Mekkah (padahal pada waktu itu Sayyidina Ali telah wafat, namun kejadian ini dipertemukan dengan kehendak Allah). lalu kakek tersebut berkata kepada Prabu Kian Santang kalau ingin bertemu dengan dia kamu harus melaksanakan dua syarat yaitu harus muja semedi dulu diujung kulon, dan nama harus diganti dengan nama Galantrang Setra (Galantrang=Berani, Setra=Bersih/Suci). Setelah Prabu Kian Santang melaksanakan dua syarat tersebut, maka berangkatlah beliau ketanah suci Mekkah. Setibanya disana beliau bertemu dengan sayyidina Ali namun Galantrang Setra tidak mengetahuinya bahwa yang ia hadapi adalah Sayyidina Ali. Lalu Galantrang Setra menanyakan rumahnya sayyidina Ali, maka lelaki tersebut mengantarkannya kerumah sayyidina Ali, namun sebelum berangkat lelaki tersebut menancapkan tongkatnya ditempat tersebut. Setelah mereka jauh lelaki tersebut meminta Galantrang Setra untuk mengambilkan tongkatnya dan apabila tidak mau maka tidak akan diantar kerumah sayyidina Ali. Namun setelah mencoba mengambilnya dengan satu tangan tongkat tersebut tidaklah terangkat, maka Galantrang Setra pun mengerahkan semua kekuatannya namun tak kunjung terangkat malah tubuh Galantrang Setra amblas masuk kedalam bumi dengan berkucuran darah. Ahirnya lelaki yang tidak lain adalah sayyidina Ali pun datang, dengan membaca Basmalah dan syahadat terangkatlah tongkat tersebut dan seluruh luka ditubuh Galantrang Setra pun sembuh. Maka ia pun meminta diajarkan kalimat tersebut, namun tidak diberikan karena Galantrang Setra belum masuk islam, dan keduanya melanjutkan perjalanan menuju kota mekkah. Sesampainya dimekkah lelaki yang bersamanya itu dipanggil Ali, Galantrang Setra mendengar sebutan tersebut sangat terkejut bahwa lelaki yang mengantarnya adalah Sayyidina Ali. Dengan demikian Galantrang Setra merasa takut dan malu sehingga hilang keberaniannya, maka berangkatlah Galantrang Setra dengan maksud pulang ketanah jawa, namun kesaktiannya telah hilang maka Galantrang Setra pun tidak bisa pulang kejawa sehingga dia pun kembali lagi ke tanah mekkah. Seketika itu pula Galantrang Setra menemui Sayyidina Ali dan langsung memohon berguru dan masuk islam, ia bermukim dimekkah selama 20 hari sambil mempelajari agama islam dan barulah kembali ketanah jawa pajajaran. Setibanya dipajajaran ia menceritakan pengalamannya ditanah mekkah serta pertemuannya dengan Sayyidina Ali dan pada ahirnya ia memberitahukan kepada ayahandanya bahwa ia telah masuk islam, dengan demikian Prabu Siliwangi murka namun Galantrang Setra belum bisa menyebarkan islam dengan sempurna karena belum menguasai tentang islam. Karena ketidakmampuannya menyebarkan agama Islam, maka Galantrang Setra pun kembali lagi ke mekkah selama 7 tahun untuk menekuni agama Islam. Setelah merasa cukup Galantrang Setra kembali lagi ke pajajaran bersama saudagar arab. Setibanya ditanah jawa Galantrang Setra langsung menyebarkan agama islam dikalangan masyarakat dan sangat diterima oleh masyarakat. Kemudian Galantrang Setra bermaksud menyebarkan agama Islam dilingkungan keraton. Setelah Galantrang Setra datang ke keraton, ia sangat terkejut karena yang tersisa hanyalah hutan belantara dan tidak didapatinya seorang pun. Maka Galantrang Setra berdo’a memohon kepada Allah untuk dipertemukan dengan ayahadanya yaitu Prabu Siliwangi, Allahpun mengabulkannya. Dengan tiba-tiba ayah dan pengiringnya keluar dari hutan, sehingga Galantrang Setra pun sangat bahagia dan memberi hormat serta berkata; “wahai ayahku yang tercinta, kenapa ayah ada dihutan? Sedangkan ayah itu seorang raja, apakah pantas seorang raja diam dihutan? Lebih baik ayah ke kraton dan saya akan mengajak ayah dan para pengiring masuk islam”, Prabu Siliwangi tidak menjawab, malah balik bertanya; “Wahai anakku Prabu Kian Santang, apakah yang pantas untuk diam dihutan?”, Galantrang Setra menjawah; “Ayahku, yang pantas ada dihutan adalah binatang buas seperti macan”, seketika itu pula Prabu Siliwangi beserta pengiringnya menjadi Macan/ Harimau. Namun Galantrang Setra tidak putus asa untuk mengajak ayahnya masuk islam, sampai ahirnya Prabu Siliwangi terdesak dipantai laut kidul digarut, tetapi tetap tidak mau masuk islam (karena dengan idzin Allah yang meng islamkannya adalah Kanjeng sunan Gunung Jati beberapa waktu kemudian). Dengan rasa menyesal Galantrang Setra membendung jalan larinya Prabu Siliwangi dan Prabu beserta pengiringnya masuk kedalam gua (gua sancang pameungpek). Setelah mengejar-ngejar ayahnya dan tidak berhasil maksudnya maka Galantrang Setra atau Prabu Kian Santang kembali ke Pajajaran, sewaktu dalam perjalanan bertemu dengan seorang lelaki yang ingin masuk islam, dengan sangat gembira Prabu Kian Santang menerimanya dengan mengajarkan dua kalimat syahadat, kemudian orang tersebut dikhitan namun karena terlalu gembira sehingga mengkhitannya tergesa-gesa sehingga hasafahnya terputus dan orang tersebut wafat dan dikuburkan ditempat tersebut (Islam Nunggal/Salam nunggal). Setibanya dipajajaran Prabu Kian Santang membangun kembali kerajaan sambil menyebarkan agama islam kepeloksok daerah dibantu oleh saudagar arab, namun istana kerajaan yang diciptakan oleh Prabu Siliwangi menjadi hutan rimba tidaklah dirubah sehingga tetap menjadi hutan. Tidak lama kemudian Prabu Kian Santang mendapatkan ilham untuk Uzlah (menyepi dan bertafakkur), sehingga Prabu Kian Santang pun berjalan mencari tempat yang cocok untuk berkholwat. Dalam proses pencariannya, Prabu Kian Santang membawa peti yang berisikan tanah pusaka sebagai tanda tempat yang disinggahinya adalah tempat yang cocok. Apabila tempat tersebut cocok untuk tempat uzlahnya maka peti itu bergerak-gerak/godeg-godeg, namanyapun dirubah menjadi Sunan Rohmat. Setelah melalui Gunung Ciremai dan Gunung Tasikmalaya namun tetap tidak ada tanda godeg dari pusakanya tersebut, beliau menuju Gunung Suci Garut dengan namanya Syekh Rumajang (majeng/maju/jalan terus/pantang menyerah dalam mencari ridho Allah). Setibanya digunung Suci peti tersebut diletakkan diatas tanah, secara tiba-tiba peti tersebut godeg-godeg. Dengan godegnya peti tersebut memberi petunjuk bahwa ia harus bertafakkur di Gunung Suci. SAYYID UTSMAN Nama lengkapnya adalah Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawi. Ibunya adalah Aminah binti Syekh Abdurrahman Misri, lahir di pekojan Jakarta Utara pada 17 Robi’ul Awal 1238 H/1822 M. Beliau berguru pada beberapa syekh yaitu pada kakeknya Syekh Abdurrahman Misri di makkah, kepada Habib Abdullah bin Husain bin Thohir dan kepada Habib Abdullah bin Umar bin Yahya , dan juga kepada Habib Ali bin Segaf Al-Jufri di Hadramaut. Disamping itu beliau menuntut ilmu ke Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Persia, Turki, dan Siria, dan setelah itu kembali kejakarta pada tahun 1862 M. Beliau adalah ulama besar yang jarang tandingannya dizamannya dan disegani oleh kalangan muslim dinusantara dan Arabia, beliau dimasyhurkan dengan nama “Mufti Batavia atau Mufti Betawi”. Beliau selain mengajar syariat islam juga menyusun kitab-kitab agama yang banyak tersebar luas ditanah jawa, lebih dari 80 buah kitab karangan beliau dalam berbagai disiplin ilmu keislaman. Kitab-kitab beliaupun banyak yang dijadikan reverensi pada berbagai pengajian, khususnya pada masyarakat betawi. Pada zaman belanda salah satu kitab beliau pun dijadikan salah satu pedoman pengambilan keputusan pada pengadilan agama Disamping itu beliau aktif didalam berdakwah dan mendidik ummat walaupun masih dalam penjajahan belanda sehingga beliau memiliki banyak murid yang tersebar dipeloksok Jakarta dan sekitarnya, boleh dikatakan bahwa pada umumnya ulama-ulama dan habaib Jakarta adalah berasal dari murid beliau, sehingga beliau pantas diberi gelar “Guru dari para guru”. Salah satu keramatnya adalah untuk menentukan arah kiblat suatu bangunan masjid, maka beliau cukup hanya dengan menunjuk dengan jari telunjuknya, maka seluruh orang yang berkumpul akan dapat melihat ka’bah. Sehingga arah kiblatnyapun tidak ada keragu-raguan. Dalam hubungannya dengan pihak pemerintah Belanda dijakarta, beliau bersikap moderat dan diplomatis demi kepentingan ummat islam, maka tidak heran sesuai dengan kapasitas keilmuannya beliau diangkat sebagai mufti Batavia untuk mengurusi persoalan perdata kaum muslimin di Jakarta pada waktu itu. Beliaupun sering melakukan korespondensi dengan ulama di Arabia, diantaranya dengan Syekh Yusuf bin Isma’il An-Nabhani dari Lebanon. Beliau wafat pada tahun 1923 M dan dimakamkan di pemakaman Karet Tanah Abang Jakarta. SAYYID HUSEIN Nama beliau adalah Habib Husein bin Abi Bakar Al Idrus lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, datang di Betawi sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar Batang, Betawi tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah. . Silsilah beliau : Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath. Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang, menurut Habib Musthofa Alidrus yang selalu membacakan Manaqib Habib husein Alidrus pada acara haul, diwaktu Habib Husein masih hidup beliau pernah berkata kepada seorang opsir belanda “nanti suatu saat kamu akan menjadi orang besar”, opsir tersebut tidak mengindahkan kata-kata Habib, hingga dia pulang ke negaranya lalu dipanggil lagi ke indonesia dengan jabatan tinggi, dia teringat akan kata-kata Habib dan mau memberikan hadiah, lalu ditawarkan berbagai hadiah spt uang,emas dll tapi Habib tidak mau, akhirnya disepakati Habib mau menerima hadiah berupa kepemilikan daerah sekeliling yang sekarang lokasinya di makamnya itu, dulunya daerah itu adalah tempat yang kalau laut pasang terendam air, setelah dikabulkan maka di pasang patok-patok kayu menandakan batas wilayah yang Habib inginkan, nah dari situ muncul kata-kata “luar batang” karena dari laut tersebut keluar batang-batang kayu pembatas . Habib Husein tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, yang merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampat didaerah ini, padahal daerah ini tidak boleh dikunjungi orang, maka Habib Husein dan rombongan diusir dengan digiring keluar dari teluk Jakarta. Tidak beberapa lama kemudian Habib Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung dan terdampar kembali di daerah yang dilarang oleh Belanda. Kemudian seorang Betawi membawa Habib Husein dengan menyembunyikannya. Orang Betawi ini pun berguru kepada Habib Husein. Habib Husein membangun Masjid Luar Batang yang masih berdiri hingga sekarang. Orang Betawi ini bernama Haji Abdul Kadir. Makamnya di samping makam Habib Husein yang terletak di samping Masjid Luar Batang. Habib Husein sering tidak patuh pada Belanda. Sekali Waktu beliau tidak mematuhi larangannya, kemudian ditangkap Belanda dan di penjara di Glodok. Di Tahanan ini Habib Husein kalau siang dia ada di sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana. Sehingga penjaga tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini. Kemudian Habib Husein disuruh pulang, tetapi beliau tidak menghiraukan alias tidak mau pulang, maka Habib Husein dibiarkan saja. Suatu Waktu beliau sendiri yang mau pergi dari penjara. Dulu pernah ada cerita pada waktu itu ada seseorang warga pergi kepasar dan dia membeli daging mentah, begitu akan pulang kerumah beliau mendengar kabar bahwa Habib husein bin abi bakar al idrus berpulang kerahmatulloh, maka bergegas dia pergi kemasjid untuk ikut bersama-sama sholat jenazah .Setelah selesai sholat jenazah dan ikut menguburkan dia kembali kerumah dan menyuruh sang istri untuk segera memasak daging tersebut. Namun hingga beberapa lamanya sang istri memasak daging itu tidak matang-matang.,dan masih keliatan seperti daging segar, ditengah keanehan yang terjadi sang istripun mengeluh kepada suaminya; “bang ko daging yang saya masak tidak mateng-mateng ? padahal sudah hampir setengah hari saya memasak daging itu, tapi daging itu tetap segar !. Sang suamipun juga diliputi keanehan tersebut !.Setelah beberapa lama dia berpikir akhirnya dia ingat sesuatu, sewaktu dia mengikuti majlis taklim yang diadakan oleh Habib husein bin abi bakar al idrus , beliau pernah berceramah bahwa barang siapa yang mensholati aku sewaktu aku meninggal dunia nanti, maka dia tidak akan bisa tersentuh oleh api neraka. Akhirnya dia mengambil pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa keanehan tersebut, dia berdoa kepada Alloh Ya Alloh mudah-mudahan aku terlindungi dari jilatan api nereka karena memuliakan Kekasih-Mu. Salah satu karomahnya pula, Beliau memiliki kambing peliharaan yang mengumbar bebas mengelilingi Batavia, tak seorangpun berani mengganggunya bahkan kompeni belanda pun tidak berani, karena akan mendapatkan bala yang sangat pedih. SYEKHUNAL MUKARROM Syekhunal Mukarrom adalah sebutan bagi Al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M. Ayahnya adalah seorang da’i asal dari Hadromaut yang menyebarkan islam dinusantara yang bernama Al-Habib Syarif Isma’il bin Yahya, sedangkan ibunya adalah Siti Suniah binti H. Sidiq asli arjawinangun. Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa hawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebutpun hilang. Meninjak ke usia 7 tahun nan, Al-Habib Abah Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrennya akan kedatangan Habib agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan agar Habib dihormati, dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah Al-Habib Abah Umar ke pesantren ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil. Diceritakan bahwa Abah Umar diciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun disana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas disamping kiai, sehingga para santri pun mencibir/mencemooh. Abah Umar menunjukkan khowariknya dengan mengingatkan KH. Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamar pun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan. Setelah beberapa waktu mesantren diciwedus KH. Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Embah Kholil Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar mengumpulkan para santrinya untuk di bai’at syahadat oleh Abah Umar, yang didalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat. Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos dibawah asuhan KH. Syuja’i, dari pondok bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet dibawah asuhan KH. Abbas. Dibuntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di ciwedus, tidak mengaji hanya bermain dibawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji, sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukullah meja kiai tersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat. Setelah dari pondok buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka dibawah asuhan KH. Anwar dan KH. Abdul Halim, dipesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahunan. Sesampainya Abah Umar dirumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atau dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah. Ngaji Syahadat nya Abah Umar pun terdengar keseluruh peloksok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari slamet dunya akherat dengan Itba’ dan bai’at kepada Abah Umar. Karena disaat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orang tua yang ma’rifat. Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim. Setiap malam jum’at, panguragan dihadiri oleh para jamaah yang ingin ngaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orangtua dulu ketika belanda melewati panguragan mereka berkumandang “Mawlana ya Mawlana…..” dengan hidmatnya (terpengaruh oleh karomatnya Abah Umar). Pada Tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena disaat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu, Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai manca Negara. Karena semakin ramai, maka par kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-syahadatain, sehingga mereka hawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang dipengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilanpun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun. Akhirnya Abah Umarpun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH. Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap tiga bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar. Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawassulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin. Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad saw. beliau hadir dalam acara tawassul tersebut secara Bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat jibril dan memberinya gelar Syekh Alim. Kemudian disusul Siti Khodijah memberi gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz. Dengan kejadian tersebut, menurut KH. Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya Al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman. Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah. Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. di panguragan (Muludan), dengan dihadiri oleh Jamaah Asy-syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Disamping beribadah, wirid, dan tafakkur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah. Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing. Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawassul Abah Umar dianggap menyesatkan. Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama Jamaah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali Jamaah Asy-Syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama disaat itu tidak ada satu tuntunanpun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tesebut. Dan pada tahun 1971 Jamaah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. Pada tahun 1973 an Masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mar’i, ia yang menjadi pelayan didalam lotengnya Abah. Pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulkannya kepada Sirah Abah Umar sehingga Abah Umarpun pingsan dan dibawa kerumah sakit dibandung untuk dirawat. Dirumah sakit abah sempat dawuh/membaca ayat Al-quran إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akan Kesah (pergi). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kemiren pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M MAULID MAKSUD MACA SYAHADAT BA’DA SHOLAT (1389 H / 1969 M) MAKSUD MACA SYAHADAT BA’DA SHOLAT (1389 H / 1969 M) 1. Arti Maca Syahadat Telu Syahadataken sepisan sira macane Nuhun selamet waktu najah ning dunyane Maca syahadat kaping pindone Nuhun selamet mungkar nangkir jawabane Maca syahadat kaping telune Nuhun selamet maju landrat arah-arah mahsyar 2. Artine muji maulana ya maulana Nabi Muhammad : Gusti nabi nuhun selamet ingdalem dunya lan akherat Ayu batur gage gandul Dunya akherat aja ucul Siti khodijah : Siti khodijah bangete ikhlas Nabi Muhammad bangete melas Harta benda kabeh diterima Nggo gelaraken ning agama Siti fatimah : Siti Fatimah jaluke berat Umat Islam ahli ma’siat Disunahaken pangapurane Umat Islam sedayane Khasan khusein : Nuhun gusti Khasan khusain Nure akal aja kelalen Maring Alloh lan rosul Bisa ma’ rifat ning akale Syekhunal mukarrom : Bapa guru nuhun pitulung Nafsu kula kang kumentung Rusake nafsu alane Emong ibadah awak kulane Sebab nyata kecampuran Nafsu kula kelawan syetan Badan gregah nuruti syetan Akal ma’rifat beli jalan Fatimah Gandasari : Fatimah Gandasari Nuhun dunya aja kari Agama kula nuhun tetep Laku ibadah ingkang mantep Mugah-mugah saged sodaqoh Ning fakir miskin segala brantah Ayu sodaqoh ikhlasna Barang kang luwih sukakna GustiAlloh kang nganakaken Sira kabeh kang gelaraken Sira bisa ngatur dunyane Tetep sira ana imane Mumpung urip bareng-bareng Ning fakir miskin ayu kedeleng Sira nyata ana imane Matine sira enak nggone Syarif Hidayatulloh: Gusti Syarif hidayatulloh netepaken ning Alloh Duwe badan dibagusi laku ala den tangisi Duwe ilmu ingkang nyata Kanggo sangu balik kita Duwe ati adepna Akal ma’rifat temenana Maring guru kudu nylondo Elinga kita masih bodo Kanjeng nabi banget melas ning umate Ayu manut tingkah rosul waktu sholate Jubah putih udeng putih ning dunyane Ayu dianggo ibadah sira badane Gusti Alloh dohir batin ya ningali Waktu sholat ati anteng apa beli Wongkang sholat blasar-blasar ning akehe Ayu ngrasa waktu sholat salah bae Syetan wani nyela-nyela wong ibadah Pikir pegah ati ngamprak dadi robah tHiyang bOdhO Habib Umar bin Yahya (Cirebon) TAWASSUL Diposting oleh imam pada Jul 31, '08 6:48 AM untuk semuanya يَا اَللهْ يَارَسُوْلُ اللهْ يَاحَبِيْبـِيْ خَلِيْفَةُ الرَّسُوْل عَبْدِيْ تِيَاعْ بَوْدَوْ تِيَاعْ سَالَهْ نـــُهُوْنْ كَنْدُولْ , نـــُهُونْ شَفَاعَتيْ كَنْجعْ نَبِى مُحَمَّدْ  , نـــُهُونْ مُعْجَزَاتَيْ فَرَا نَبِى 2 سدَايَا , نـــُهُونْ كَرَامَتَيْ فَرَا وَالِيْ 2 سدَايَا , نـــُهُونْ فِيْتُوْلُوْعَيْ فَرَا مَلاَئِكَةْ 2 سدَايَا , دِيْ سُهُوْنَاكنْ دُوْمَاتعْ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ , سُوْفَادَوْسَا بَدَانْ كُوْلاَ , تِيَاعْ اِسْترِيْ كُوْلاَ , اَنَكْ كُوْلاَ , تِيَاعْ سفُوهْ كُوْلاَ , حَقْ مِلِكْ كُوْلاَ , دِيْفُونْ تتفَاكنْ اُمَّتَيْ كَنْجعْ نَبِى مُحَمَّدْ  لَنْ مُوْكَا 2 دِيْ اَفُوْرَا كَلفَتَانْ كُوْلاَ سدَايَا , لَنْ مُوْكَا 2 دِيْ فَرِيْعِيْ تتفْ اِيْمَانْ اِسْلاَمْ سلاَمةْ دُونْيَا اَخِيْرَةْ , دُونـــْيَا اَخِيْرَةْ سلاَمةْ . لَنْ عَقَلْ كُوْلاَ نـــُهُونْ دِيْ فَارِيْعِيْ وَارَاسْ سُوْفَادَوْسَا نرِيْمَا دَاتعْ سدَايَانَيْ عِلْمُ , لَنْ بَدَانْ كُوْلاَ نـــُهُونْ دِيْ فَارِيْعِيْ وَارَاسْ سُوْفَادَوْسَا نرِيْمَا دَاتعْ سدَايَانَيْ عَمَلَيْ , لَنْ اَتـِيْ كُوْلاَ نـــُهُونْ دِيْ فَارِيْعِيْ وَارَاسْ سُوْفَادَوْسَا نرِيْمَا دَاتعْ اِيْمَانُ الْيَقِينْ , َالْحَمْدُ ِللهِ , مُوْكَا2 كَالبتْ كَوْلَوْعَانَيْ اِلاَّ الَّذِيـْنَ تَابُوْا وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِااللهِ وَاَخْلَصُوْا الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا . Penerangan Bulan puasa (1384 H / 1964 M) Penerangan Bulan puasa (1384 H / 1964 M) Ya muhaimin ya salam salimna wal musliman Moga selamet sedayane tiang mukmin Wong puasa wajib ngeraksa limang perkara Goroh seneng sumpah namimah ngerasani sira Wulan iki awas batur wulan puasa Tiang mukmin sedayane wajib Tinggal syahadat tinggal sholat tinggal puasa Aja mangmang kita iku bakal di siksa Puasane wiridane lagi belajar Wedi sanget tangine keuluwan fajar Anak rabi bae sedulur kabeh rakyat Gage ngaji mengko dikubur nggawa syahadat Aya batur waktu siyam aja sewotan Yen sewotan ngelunturaken ning ganjaran Ingkanmg wekel waktu muji sasi siyam Nuhun tetep ilmu amal iman islam Tuturana karo kalimah pengeran Aja gelem dibujuki maring syetan Kejemaken kabeh badan lan pikiran Luwih onjo tikel sewu ning ganjaran Ayu diraksa kita kabeh omongane Aja ngomong yen ora muji ning atine Pikirane lan atine ingkang kejem Ora nana ning pikire pengen di alem Cangkem muji eling Allah ning atine Iku alim wongkang manfaat ilmune Waktu buka mangan nginum ingkang hak Supayaha kabeh amal aja rusak Yen tetukon aja kon bocah cilik Panganane kurang bagus kurang apik Poma-poma waktu siyam aja udzur Muga-muga kabeh dosa pada lebur Kuping mata cangkeme dikon puasa Aja goro ngunek-ngunek gawa dosa Waktu buka ingkang halal memangane Haram riba ngilangaken ganjarane Tiwas perih puasane ora untung Jaba bagus ruhanine dadi buntung Aran siyam ora ngomong beli memangan Singkirana goroh batal lelahana Siam iku ngunci cangkem ingkang kejem Supayaha iblis aja manjing cangkem Berjamaah dedonga bareng aja nggelambeyar Muga-muga keturunan lailatul qodar Wulan puasa bakal ana alamate Ya bisu budeg picek ma’rifate Jaman akhir kabeh santeri kepetengan Wedi kurang pangan rijki sing pengeran Nglatih badan eling Allah aja blasar Alamate wongkan olih Lailatul Qodar Sare’ate siyam nyetop anggotane Wajib ngeker aja lali pengerane Cangkem muji lan memuja mimg atine Cuwan nyimpang ingkang madep ning gustine Kuping ngerungu ngrungokna dawuh pengeran Ati eling anggotane terus jalan Tangan mambrih kasab halal kelakuane Allah rosul kang maringi rezekine Weteng wadah wadana barang halal Wadah eling Allah rosul ya ning akal Riwayat Ki Sa’laba Dawuh gusti sampun wekaspun weling Duwe kuping aja budeg gage eling Sapa wonge pengen kaya iku merdeka Ning panggona berjamaah gage teka Aja kaya waktu uripe sa’labah Waktu kere oro pot berjamaah Ba’da salam ora wirid terus srantal Wedi banget maring waktu bakal ketinggal Siji waktu ketinggal ning rosulallah Abu Bakar terus nyandal ning sa’labah Aduh gusti kula gadah sarung setunggal Yen wiridan rabi kula solate tinggal Terus donga’aken sapa ,Kanjeng Nabi Matur dateng pengayoman Allahurrobbi Allah jawab bagus kere lan sugie Yen wis suguh akeh pisan ning fitnahe Terus donga ud’uni astajib lakum Hai sa’labah elinga salah ya di hukum Malaikat Jibril terus gawa maring gibas Ki Sa’labah terimane luwih trengginas Gibas nganak turunane pirang-pirang Mulai tinggal berjamaah ora wirang Jejeg senisob terus eman buang zakat Ki Sa’labah ora eling tinggal sholat Rabi ngelingaken waktu ning kerene Ayi shodaqoh ngatur rosul lan sahabat Ki Sa’labah nyekel bandot ingkang gede Terus eman nganggo pemacek turun gede Mrana mrene eman kabeh nyekel kirik Diolahi masakane ya di bistik Malekat jibril terus turun maring Rosulallah Aja mangkat di aturi ning sa’labah Dikon mangkat Abu Bakar sahabat Umar Dongaha Umar towil umur aja samar Terus urip kabeh sepras ya masakan Kirik mlayu kabeh seprah jejugugan Riajali seja amal pengen di alem Ora di alem gawe amal ora gelem Riakapi ora pengen di pujine Yen di poyok dugal mengkel ning atine Guru kita ora rido ning jambulan Nyata pisan ati kita jejumbulan Laku salah sira wani nyalahaken Tanggung jawab kudu sanggup benerakan Berani hak takut batal ning badane Terus tunduk Allah Rosul aturane MAULID TOREKOT SYAHADAT (1378 H / 1958 M) 1 Manfaat Syahadat (Hari Selasa tgl 12 jumadil Akhir 1378 H / 1958 M) Banget larange sorban salim Gage jaluk yen kepengen dadi mukmin Asorna duwe badan aja diri Gage ngaji syahadat loro bokan kari Tanda asore kudu nerima dituturi Pembukaan syahadat kang dateng kari Alloh nulung nyelametaken maring badan Sebab ngalap syahadat kang penghabisan Waktu urip waktu naza pepisahan Sebab guru dadi saksi pembelaan Waktu sing umah maca syahadat Niat gelar agama Islam ingkang kuat Terus maca idzajaa setutuge Maca tasbikh Lan istighfar setutuge Aja lali sira maca terus-terusan Malaikat pada ngawal bebarisan Lamun lali sira maca kalimahe Syetan ngawal penuh baris ing umahe Iki jaman panas berat luwih panas Gage tauhid kang musyrike bakal tiwas Sebab bodo uripe langka pikire Luruh dunya awan bengi meleter-meletere Tempo mati dunya kabeh ya ditinggal Tekang kubur jerat jerit jaluk amal Awak bodo bareng-bareng ngulatane Laku badan kang apik jero atine Luwih merem kebujuk maring dunyane Ngaku pinter uripe langka benere Sapa wonge ngestokaken Alloh rosul Tekad lampah pengucape manut rasul Ya kegolong kejumlah wong olih ni’mat Para nabi para wali wong solihah Wong kang gelem ngeluhuraken agamane Yakin bagus waktu urip Lan matine Senajan panas ora kerasa ning panase Alloh paring anti panas Lan susahe Alamate olih fadole pangeran Lara Susah seneng ora keributan Bagja temen wong kang manut gusti rosul Dohir bathin dosane pada ucul Gelem lunga ngaji terus wudlu nunggu waktu Diampura dosane pada metu Yen kepengen disakseni malaikat Berjama’ah subuh ashar pada mangkat Malaikat nikelaken kawulane Nuhunaken ning Alloh pangapurane Jasmanine yen lara njaluk ditambani Rohanine yen lara jaluk dijampeni Durung subuh maca ya hayyu sepragate Patang pulu papat dadi obate 1.2. Percaya Guru ( hari selasa tgl 22 Robiul Akhir 1378 H / 1958 M ) Ayu ngaji bareng-bareng ning syekhuna Barang telu kabeh batur weruhana Pahamna syahadat loro maring ati Kira-kira aja luntur sampe mati Awan bengi ayu jaluk kang temenan Nuhun tetep nur Muhammad kang temenan Asorna kabeh badan ning sepepadan Njalanaken kabeh hukume pengeran ( Hari kamis tgl 5 robiul akhir 1378 H / 1958 M ) ( Hari kamis tgl 5 robiul akhir 1378 H / 1958 M ) Ayu batur kang percaya maring guru Ya syahadat iku tobat buru-buru Syetan teka ruipa badan kang banjiri Terangna syahadat loro ingkng sirri Ayu batur ingkang terang lan waspada Aja kongsi syetan marek arep goda Sira terang ing syahadat ingkang sirri Iman islam sampai mati aja kari Oranana wong kang kuat ning ibadah Anging kelawan pitulunge Alloh ta’ala Aja ngaku obah meneng bisa dewek Ngaku bisa obah meneng ya munafik Wis mati badan kita hakekote Tapi gelem cocok kelawan Syare’ate Yen sira pada ngaku dadi wong mati Kudu eling nurut perintah kang sejati Awak kula asal langka dadi ana Kang kuatir gage nggandul ning syekhuna Manusia kumpul arah makhsyar diperiksane Amal solekh limang waktu diridhone Yen sembahyang sholate eling barange Manjing neraka terus jungkel ning jerone Ayu ditambah sholat Sunnah kelakuane Obah meneng Eling Alloh pikirane Manut Guru ( hari Selasa tgl 11 Sa’ban 1378 H / 1958 M ) Alkhasan summal khusain Ngopeni ati ingkang open Mata ati gage melek Supaya aja munafek Sira dunya kon gocekan Manut guru pengaturan Nganmbah dalan kenikmatan Obah meneng eling pangeran Gage tambah ibadahe Ning dunya sira pasrahe Amal soleh kang balapan Ora gawa kemelaratan Laku Sunnah kang tawakal Lumayanan kanggo tambal Wajib kurang lan sabare Mbesuk landrat ning maksyare Tingalana awak bodoh Ora deken syahadat loro Kanggo ngupas jaba jero Nguripaken badan karo Meleka ati Pinter nyolong Dodok bareng ora lorong Kanjeng nabi den hormati Dunya akherat manfa’ati ( Hari Selasa tgl 15 Sa’ban 1378 H / 1958 M ) Duwe mata ayu batur tingalana Awak bodo ayu manut ning syekhuna Awak bodo ingkang wekel ngelingane Gage batur kang wekel tangi bengine Awak bodo ora duwe apa-apa Pengen Pinter Qur’an hadist ya ngalapa Ngaku Pinter tentu ngerti Qur’an hadist Ora manut Qur’an hadist iku Iblis Jaman akhir pinter-pinter omongane Tapi ora gelem aman ning badane Tanda aman cangkem ati Lan badane Gelem pasrah nurut perintah agamane Percekcokan badan ati tujuane Nyata pisan durung sidik ning ilmune Ayu batur dangdanana kang temenan Ati rusak pikirna eling pangeran Syare’ate hakekote kita subur Wajib Sunnah lakonana aja nganggur Waktu sepi ana kang diarep-arep Waktu rame gelem tuku kang sekarep Ora eling Alloh rosul ning dunyane Ya disiksa awit dunya kuburane Wongkang mukmin kudu ana ning buktine Tanda bukti manut eling ning gurune Mikir wajib lan Sunnahe luwih awas Ora ketipu ning dunyane mikir beras Santri kiyai ngakune dadi ulama Wajib Sunnah lan sabare ora terima Ana geger sanpai entong masih melarat Ora takon tabarukan ning syahadat Urip tua ora ngisi sira elinge Ngerebut pangkat mikir dunya lan barange Buru-buru gage luruh ning panutan Aja ngejar hawa nafsu dadi syetan Iki jaman wis ngumpak jaya gedekan Kang menangi mepet nafsu eling pangeran Kang delenge barang weruh luwih seneng Manjing hak syare’ate dadi temen Tawasulan Ingeta batur wulan rajab wis dibuka Puasaa yen badane emong cilaka Weruhana kidul gunung lor segara Mumpung dunya luruh mulya mong sengsara Yen puasa jaluk selamet anak putu Telung dina kanggo awak anak putu Musryik nifak fasak toma’ ning badane Fajir dolim buangana ing atine Tetepana dukha tahajud sholat hajat Pengen sugih selamet dunya akherat Yen pengen mangan sira kudu kasab Gage eling ning maksyar bakal dihisab Bareng-bareng anak rabi bebaturan Mugi selamet dunya akherat lan kuburan Keselametan mumpung dunya ya jaluka Aja kongsi ning akherat nyemplung neraka Kita urip wajib muji Llan syukuran Suci dhohir bathin peparing pangeran ( Malam Kamis tgl 2 jumadil Akhir 1378 H / 1958 M ) Saiki musuh wis kepung riung Arep mendi sira bakal jaluk tulung Sing kidul baris balane lodaya Arep nyerang ning wong kang gawe kaniyaya Sing kulon baris balane mbah kuro Arep nyerang wong kang ora jaluk pangapura Sing lor baris balane mas gandasari Nyerang wong kang ora duwe syahadat sirri Sing wetan baris balane mbah roga Nyerang wong kang ora ngadel ning suwarga Berjama’ah jalukena balane embah roga Lanang wadon bersatu supaya siaga Sholat ngaji terus donga kang bersatu Dhohir bathin yen uripa dadi jitu Ati salim jalukena nyi lodaya Gage dikerja yen uripe dadi mulya Ati suci jalukena mas Gandasari Gage dilatih badane bokatan kari Hasud toma’ ’ujub riya lan takabur Mungkar kesimben gagian cepet digempur Semono akehe alat senjatane Ngusir musuh kang ana jero atine Sedurunge nyerang sira ya hubungan Karo syahadat loro macae eling pangeran Laku Sunnah jalukena mbah kuro Lakonana yen kepengen dadi perwira Urip badan urip ati serba wani Dunya akherat ora bakal nyilakani Angkat bondan cideng terus kali jati Mangkat dandan wis sedenge akeh wong mati Aduh rakyat pada mabok pada mendem Dikon urip sira iku ora gelem Gage geregah badan ati lan pikire Dadi cadangan mimpin batur anggotane Yen pemimpin ilmu umum ilmu agama Qur’an hadist syahadat loro akal nerima Akal eling weruh kabeh ning patokan Ikhlas iku dadi dalan ridho pangeran Sikil napak ning dalan kang jejeg bener Kelakuane manut rosul ingkang angger Ati suci terus jujr ning tujuane Adil aman subur makmur kelakuane Amin-amin ya Alloh robbul ‘alamin Mugi selamet sedayane tiang mukmin Awit cilik luruh dunya langka kumpule Lawas jamane dunyane langka jejege Awit cilik sampai tua langka elinge Iku nyata wongkang tuliyan kumprune ( Malam Sabtu tgl 11 dzulhijjah 1378 H / 1958 M ) Kawitane mulang embah kuncung rolase Pitung tahun sampun tutug ning watese Buru-buru kabeh batur beresana Ati sabar buru-buru terapena Saban mulang kang dienggo tawasulan Nuhun-nuhun saged ngaji eling pangeran Terang badan urip dunya nggo mekaya Tinggal wajib akherat kesia-sia Laku haram murtad musyrik ingtikode Ning syahadat aja pada ngande-ngande Ya ngerasaa atine di padangena Kang gelem nurut aturan syekhuna Ora gelem diurus bakale lolong Wakil bagi bonggan sira pada lolong Yen kepengen nemoni mas gandasari Ya manjinga kabeh santri ning syeh hadi Terus edan kabeh santrine syekhuna Banda nipu sebab gelem ngelanggengena Eling Alloh kang untung murid syekhuna Dukha tahajud sorban jubah langgengena Sun tawasul ing kabeh pengen diterima Aduh gusti pangeran mugia nerima Sebab nyata tawasul dadi kuncine Sira ..... malaikat wali nabine Jaluk gandul lengawangi tutup putih Maring umat gage-gage kudu bukti Gage gandul perintah Alloh perintah rosul Aja lunga sampai mati cuwan ucul Gage tangi tengah wengi sholat tahajud Den paringi panjaluke wongkang sujud Ya nganggoa sorban putih jubah putih Kabeh bala dunya akherat dadi nisih Bagus-baguse umat sabar lan tawakal Gelaraken ning syahadat ora gagal Aja urip nutugi kesenengane Kang diperintah sulaya kabeh gelakonane Dadi welan kita urip ning dlolime Laku badan nyulayani ning hukume Ibarate kaya manuk ning kurungan Den cukupi mangan nginum ning majikan Manuk kurungan ora nana ingkang nepel Ora den candak bagen parek ya kecawel Beda karo manuk mabur separan-paran Den ulati sebab ora duwe majikan ( Hari Selasa tgl 25 dzulqoidah 1378 H / 1958 M ) Ganti wulang syekh ’arobi sampuniki Aja kaget bakal akeh wong diwuruki Wasiate syekh ’arobi ning santrine Ya panggebug wis numpak iki jamane Poma santri aja turu sore-sore Maca kursi yaasin solawat obore Ya aturen kabeh murid tawasulan Tapi aja maksa ngurus ning jaburan Peparinge gusti Alloh ingkang nerima Tapi poma aja tinggal syarat agama Ngaji bakhti ya kasabe saban dina Duwe ilmu diparingi iftakh lana Karepe nafsu ning pekaya luwih solot Tapi cuan amal akherat pada alot Kubur iku mata ati ya nyatane Yen nerima madangaken ning kuburane Duwe ati aja pada dugal degel Ibadahe dedongahe orapada diandel Tujuane wongkang urip werna loro Yen kepengen bukanen syahadat loro Syukuranana urip dadi kaulane Alloh Syukuranana badan dadi umate rosululloh Sabar tawakal ikhlas ridho ning atine Gelaraken perintah rosul ning badane Eling Alloh aja pada selewa-lewa Ingkang khusyu lan batur dadi kegawa Dangdanana ngurus badan dewek-dewekan Cuan ngamprak tingkah badan kemusyrikan Kudu sabar kita bodoh lagi belajar Aja pada wani-wani gegantar Nuhun syafa’at wong kang wis mati Perintah cegah supaya katon ning ati Laku badan kudu ana wates-watese Usum pegebug iki bakal seteruse Ayu batur kudu nerima ning awake Ora nerima badan yakin ning rusake Ayu batur awak bodoh edengena Aja hasud kabeh muride syekhuna Awak bodo ayu batur aja nerima Gage sinau gelaraken ning agama Badan waras gelarna iman islam Ya pengaji lamun weruh sampai paham UBUDIYAH Syarat Ibadah ( Hari senen tgl 7 Jumadil Akhir 1378 H / 1958 M ) Ati suci nguasani kabeh badan Ya syahadat madangaken ning pikiran Kita bodoh akuwen kebodohane Terus manut miturut pitutur gurune Syarat ibadah iku werna loro Suci ati dhohir bathin jaba jero Cukul dewek niat dewek ning atine Niat atine cukul gawe kebagusan Weruhana udan iku werna loro Udan banyu hudan rakhmat syahadat loro Udan banyu nggo nyuceni jasmanine Hudan rakhmat nggo nuceni rohanine Wongkang takwa keudanan hudan rakhmat Dadi seneng sugie dunya akherat Aran takwa pertimbangan ingkang nyata Luruh dunya lan akherat sama rata Waktu nimbang cejantunge kudu teras Kasab dunya lang akherat aja malas Aran teres badan obah lan menenge Saking qodrot irodat Alloh ya elinge Nandur kapas belajar nganti lan nenune Ya jahite wajib ajar ning gurune Gawa wajib sempunane kelawan wajib Sholat nutup ‘aurat iku kabeh wajib Barang wajib-wajib kasab ning awite Bisa kuat yen cukup sira syarate Mata ati kang awas olihe gandul Akal bejad tekad salah dadi bedul Tanda bukti pengen mangan mong molah Awan turu bengi ngamprak nyata salah Gage ngalap dunya ira maring rosul Puasaa telung dina aja ucul Saban-saban minggu iku telung dina Awit selasa rabu kamis lakunana Den bukane rizki badan jasmani Lan dibukane rizki badan rohani Ya jampine dukha tahajud kalimahe Asal melarat terus seneng ning sugihe Anjaga lisan ( Hari Selasa tgl 11 Rajab 1378 H / 1958 M ) Ati sujud maring Alloh kira manggon Tahun sewidak terus aman manjing keraton Ayu batur diraksane bebarengan Aturane syekh ’arobi kerajaan Engetaken duwe cangkem pengucape Omong bagus nyelametaken ing uripe Ati iku sebagian kerajaan Urusana negarane dewek-dewekan Ngaku Islam tutupana badan sekujur Wurukna anak rabi lan sebatur Ngaku iman badan ati kudu cocok Eling Alloh turon dodok melaku ngadeg Sami watir Ngaku dadi wongkang mukmin Luruh keridhon mumpung urip kang periyatin Nerima Ning Allah ( Hari Selasa tgl 5 dzulhijjah 1378 H / 1958 M ) Arep mendi badan ira ya nurute Ngintil rosul kurang cocok Syare’ate Ngawulane ning Alloh pet ngelingane Nyata pisan ora dadi ngawulane Kang wis sugih masih pengen ning sugihe Langka pisan uripe langka pasrahe Kang miskin ning kadare langka ridhone Oranana muji syukur penerimane Ngaku iman tauhid ilang ora kerasa Bukti ora ngandel Alloh kang kuasa Aduh santri kapan bae ya nerimane Ya uripe pijer ngumbar ning nafsune Diresayag nguruwag umah ya kengelan Kang ngersaya repot mikir ning pangane Ngersayane ngorbanaken tenagane Nyata welan bareng-Bareng ning dunyane Iki dasare wong kang alim tujuane Ikhlas ridho gelaraken agamane Awas batur bakal akeh peperangan Saban dina wong kang urip arang-arangan Sira ora ngandel aja kongsi kitane pegel Tahun sewidak bakal akeh gulu tugel Sebab tugel ning syahadat ora ngandel Nyi mas ayu gandasari sampun tegel Mata Papat ( Malam Selasa tgl 4 dzulqoidah 1378 H /1958 M ) Gede cilik tua enom jaluk bon Maring guru ning dunyane kira getun Ora getun ning gurune bakal kutil Urip dunya akherat bakal didedel Gelem bon diparingi mata papat Luruh dunya lan akherat ya manfa’at Mata dhohir ngolek dunya pegawaiane Mata bathin eling Alloh pegawaiane Ya digjaya wongkang duwe mata papat Nyugihaken ning dunya sampai akherat Tapi awas luwih gampang ning patine Terus mati yen kegebug iringane Kiwe tengen kudu ana ning abote Tetep camplang ora pada ning bobote Wongkang bon kudu bisa ngelakokaken Ora bisa tetep bakal ngerugikaken Wong kang bon kudu ana ning boreke Ngaji syahadat kudu sering ning mareke Abot kiwe terus jomplang timbangane Terus lembek akherat kaya kinana Abot tengen terus jomplang timbangane Dadi toma’ emong kasab ning dunyane Bagus-baguse wongkang nyekeli timbangan Lempengaken jantung lorone timbangan Ora lempeng terus bacin ning dadane Sebab bohong eling Alloh ning atine Bacaan Sholat Sunnah Gage donga ba’da salam sholat sunnah Kaping papat sira maca aja salah Ayu batur bebarengan jaluk sabar Kira pasrah iman islam aja samar Nuhun sabar pasrah kula ning cecoban Kuataken ora ina tambah mulya Den wacane qobla dzuhur ba’da salam Kaping pitu derajat luhur iman Islam Latihan Ngerajeg Gage tangi sedurunge waktu subuh Jaluk rezeki lan gepite kira teguh Kursi inna anjalnahu ya jodone Ya taline sholat bengi kelakuane Ya dedegen aja manut ning nafsune Terus digapit amal soleh ning atine Kerjanan awit rajab sampai puasa Gage jejaluk maring Alloh kang kuasa Nuhun munggah derajat dunya lan akherat Puasaa bengi sholat lan munajat Lan badane sodakoa kang utama Wewehana wong kang ning agama Yen kepengen sira dadi wongkang mukmin Ulat bagus semu ajer ora periyatin Ayu manut kang miturut ning gurune Ya tirua tingkah bagus kelakuane Ati mangkel ngatur awak turut perintah Tanda melek laku ala ya dicegah Awak bodoh gage pada jaluk wuruk Kursi inna angjalnaahu gawan besuk Coba batur pikirana kesalahan Pati belai pasrahana ing pengeran Kepengen Mukmin Yen kepengen Dadi mukmin ya ngalai Ning karepe nafsu kudu disudahi Aja jangkerik sira umpamane Gelem didu banget bodoh agamane Pengen mukmin kudu ana ning bibite Ya lurua nur Muhammad syare’ate Terus Iman syahadate manjing ati Ora pecah ora luntur sampai mati ( Hari Selasa tgl 25 Sa’ban 1378 H / 1958 M ) Wong kang mukmin wajib ngeraksa patang perkara Ngemot harta waktu belanja awak ira Wurukana ilmune kang gelem-gelem Yadelengen aja pada ngumbar ning cangkeme Maksa-maksa ngumbaraken dadi fitnah Nimbulaken iri dengki dadi salah Ari mukmin iku ana alamate Lulus atine eling Alloh ma’rifate Kang setia ngemban dawuh ning gurune Sumpingaken bener-bener kelakuane Insafaken ning kalangan perjuangan Aja katon ala maring sapepadan Ayu bareng buletaken ya sebatur Yen ora bulet masyarakat dadi ibur Gede cilik tua enom lanang wadon Ya raksaen aja pada ngerusak keraton Alloh Allo ya Alloh kholifah rosul Bareng geguru pituture aja ucul Tambah ilmu kudu gelem tambah amale Aja munafek dawuh guru sing rosule Dodok bareng guru mulang kaudanan Hudan rokhmat bathin eling ning pangeran Timbul pikir luwih alus ing atine Gelem nelangsa mengingat kabeh dosane Bagus-baguse menusa deleng awake Ngerasa bodoh ngerasa ina ing badane Sugih Dunya akherat Jaman akhir pikir ira keributan Ya rajege aja kongsi diranja syetan Ya rajege ayat kursi ya macane Telulas ewu pinjul telu itungane Lekas rebo kudu pol dina selasa Saban waktune pitu-pitu kudu kersa Ngerajeg kuping mata cungur lan cangkeme Kira-kira ati suci barang harame Sapa wonge naklukaken sedulure Ingkang papat kelima ati panjere Diparing sugie ora rerawat Miskin dunya kaherat ora masakat Diijabah penjaluke tinurutan Sekepenge atine ya keturutan Sewise pol telulas ewu punjul pitu Teka mati aja tinggal maca pitu Pekir ora nemen-nemen ning ngulati Sekrentege ati kuh bakal bukti Kuping ngerungu dawuh Alloh kebagusan Mata ningal kudrot irodat sing pangeran Cungur ngeraksakena sifat qudrot irodat Cangkem muji kalimat Alloh aja telat Ati suci hasud riya ’ujub takabur Akal eling nimbang amal aja mundur Akal ora eling Alloh banget ala Tetep kafir arane kafir nyembah berhala Kuping mata cungur cangkem lan atine Akal ma’rifat ngerasa obah sing gustine MAULID S Y A H A D A T (1380 H – 1960 M ) Wong kafir kabeh digiring-giring Marani jahannam golong-golong pada muring Teka ning jahanam lawange terus dibuka Malaikat kang jaga lawang nakoni dika Apa sira ora ketekanan ning utusan Ingkang bisa nerangaken dawuhe Qur’an Kafir jawab ning malaikat kang nakoni Inggih wonten nanging kula beli ngelakoni Ya saiki siksane Alloh tampanana Ayu manjing enak blenak rasakna Kanjeng nabi meriksa neraka terang katon Ning neraka sing akeh iku wong wadon Waktu dunya ora syahadat ora sholat Lan wong wadon kang ora open ning aurat Ingkang sanga torekot guru maring Alloh Wajib nglakoni perintah guru maring Alloh Dilakukaken pengucape awak ira Sosa duta tun yaya kerja nira Sholat limang waktu sedina sewengi Terima kasie badan Alloh kang maringi Maca syahadat ping telu aja keliwat Duha tahajud tunjina dadi syarat Maca ya kafi ya fatah nuli karcis Nganggo jubah lawon putih ingkang percis Iku terang torekot syahadat solawat Dedalane derajat duwur syarif hidayat Rohe sholat ana nenem kang percaya Khusyu kudur paham hebat roja kaya Tegese khusyu ati kulane Kudur iku ora pegot eling pangerane Paham ngerti ibadah syah Lan batale Hebah demen perentah Alloh lan rosule Roja ngarep-ngarep kita ning kenugrahan Kaya wirang ngelakoni kasalahan Bocah santri arep mendi sira nunute Ngintil rosul ora cocog syare’ate Ngaku demen kanjeng nabi demen apane Sembayange ora kaya kanjeng nabi aturane Kita demen kanjeng nabi Allohurobbi Terusaken demen maring ali nabi Syafa’ate kanjeng nabi luwih wani Ana umate manjing geni digogoni Sapa wonge manjing guru abah umar Kudu ngandel ning pitutur aja samar Jam rolas bengi senen tekane Wong kang bodo wajib titen ingetane Sing miturut ning pitutur guru kita Aja ana tempo nganyang maring kita Aja mangmang guru iku nggo gandulan Sebab guru nuntun dalan elintg pangeran Kanjeng nabi ora deleng ning kandane Tapi deleng wong kang bisa ngelakonane Aja kongsi guru kita bendu dika Yen wis bendu tetepe bakal cilaka Ayu eling maring Alloh kembuli Kita nggandul ahli nabi iku wali Iki jama jaman ayakan Sing diayak ke islaman Islam selamet ora hasud ora takabur ‘ ujub riya toma’ kesiben karo batur Syahadat bandem syetan patang puluh loro Syetan jungkel nangis ngero-gero Aduh-aduh wani temen wong syahadat Kita kalah pasrah boch bade mangkat Bocah santri ingkang awas lan waspada Zaman akhir akeh wong enda-enda Dunya iku kabeh badan Ngurus ati kelawan iman Demen dunya sira nganggur Bukti mengko balik kubur Eling Alloh kang sempurna Ora bisa akalana Kita eling maring alloh ora liyan Banget larang kaya regane berlian Bisa eling sebab ngaji Demen Alloh ayu diuji Alloh rosul kang minteri Kabeh amal kang beneri Kita urip kang manglingi Alloh rosul den elingi Eling Alloh ayu mikir Supaya selamet mengko akhir Untung sira ngaji syahadat Bukah ati terus ma’rifat Kayu koyum diwaca terus Waktu lara sampe waras Syhadat tauhid isikna Syahadat rosul lakonana Ngaji syahadat aja telat Yen wis waktu gage mangkat Mumpung ilmu pada timbul Balik ngaji sira mikul Timbulane wali kang sanga Iman islam cuan lunga Ma’rifat islam ngurus badan Ngerusak amal keriyaan Duwe badan dibagusi Gerenjet ati di ikhlasi Aja pada ngku pinter kudu watir Ora eling karo Alloh tetep kafir Jaluk wuruk ning guru ilmu syare’at Cukula dewek pengen duwe ilmu hakekat Ayu batur kita bebalik pikire Elinga mati embuh esuk embuh sore Ayu batur ngerongokna pengajian Aja kongsi kita dadi wong kafiran Wong kang munafik menenge ning tengah-tengah Mukmin beli kafir beli bloli genah Aja kesela waktu maca ning syahadat Apa maning lagi waktune sekarat Ayu manut nuhun syafa’at ning nabine Perkara wolu nuhun saged ngelakonane Aja kongsi eling ira waktu lara Mengko blai nemu susah awak ira Anak putu Adam duwe pertanggunmgan Tanggungane manut rosul eling pangeran Iblis nanggung dadi intipe neraka Tapi jaluk bancik goda umat dika Satoh hewan nanggung bantu ning menusa Kang ora eling satoh hewan jaluk niksa Aja enak sira nyandang lan mangan Syukurana direjekeni sing pangeran Iki jaman nyata welan sampun ganti Gage eling pahama gawane mati Ora nana wong kang khusyu sembayange Sebab tua jaluk wuruk ning gurune Tetengere dina kiamat ya mencorong Dipun pilih ing kanjeng nabi golong-golong Ayu sholat ampel gading berjam’ah Dedonga bareng karo batur kelawan bungah Aja ngaku sugih pinter urip dewek Yen ngakua pinter dewek ya munafik Kita urip ning dunya duwea wirang Gusti Alloh nuruni ayat pirang-pirang MAULID MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (3) MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (3) PERATURAN AGAMA 4.1 Hukum Dadi ana hukum iku pertimbangan Hukum syara ora robah nggo patokan Hukum akal hubungan ning pangeran Nuhun pituduh ngarep – ngarep bantuan Hukum adat timbul saking kabeh rakyat Aja niru yen sulaya karo syareat Awas batur aja wani – wani niru Politikan karo hukum aja keliru Politikan ijma’ qias hadis qur’an Yen wis cocok ayu breng jalan Iki perabot pengaturan amal badan Nggawa amal dalan eling ning pangeran Ngatur anak badan Rabi lan sebatur Lumayanan kanggo sangu alam kubur Ayu santri bagusana syare’ate Yen Wis bagus bakal nemu hakekate Kita urip duwe umur ikhlasana Luru derajat dunya akherat gelarana Laku dunya aja sampe ngelalekna Tinggal ngaji bakti ora mikirna ( Malam Rabu tgl 23 Syawal 1376 H / 1956 M ) Awak bodo hormatana kanjeng nabine Amal soleh mugi angsal ning atine Gage luru amal soleh kang temenan Kanggo sangu balik kita ning kuburan Ora bisa gage njaluk iftakhlana Tahajude wiridane lakunana Misah ati karo nafsu teka setitik Ora niat misah kita ora katik Yen kepengen kebuka kita akale Openana telung perkara ning amale Awan bengi ngeling – ngeling Alloh rosule Aja pegot hubungane ning akale Misah nafsu getih ireng ning atine Aja campur ati salim ya arane Lakune badan tetepana ning syare’at Bisa ora bisa wajib kita angkat Niat tobat maca syhadat solawat Terus teka sampe waktune sekarat Apa maning manjingaken ning syhadat Getih ireng nempel ati ya maksiat ( Malam rabu tgl 7 dul koidah 1376 H / 1956 M ) Ba’da Salam ayu maca ning syahadat Jasmanine rohanine paring nikmat Ayu batur pada ngaji bebarengan Maca aurad ati salim kang temenan Buru – buru gage jaluk ning pitulung Ing malaikat nabi wali aja bingung Hasud takabur ‘ujub Ria ning atine Eling Alloh ngelunturaken ning atine Aja kongsi karo batur pecah belah Merangi nafsu ing Ibadah aja kalah Aja wedi aja piyatin laku hak Perkara batal hak teka pasti rusak 4.2. Perkara hak Ati eling maring Alloh hak arane Mbuang toma’ hasud takabur lan riyane Lanang wadon ayu diraksa dewek – dewek Aja pecah pikir eling ning pangeran Ayu diraksa kabeh nikmat sing pangeran Terus eling muji syukur waktu mangan Gage mikir waktu urip dewek – dewekan Ora eling sangune mati ya munafik Kabeh rakyat maring derat kudu terima Ana gede ana cilik aja toma’ Ayu batur pada ngelatih jasmani Supaya kendo laku ala ning nafsu Gage ngaji ingkang wekel luru bener Allah benci maring wong kang ngaku pinter Badan kerja ati kerja ya solihat Dunya akherat pasti munggah maring derat Tobat bagus amal badan kang sempurna Badan jasmani jaluk isi tangekna Ayu anak waktu bengi gage tangi Melek ati eling kang nulungi ( Malam rabu tgl 12 dulqoidah 1376 H / 1956 M ) Hukum Alloh gelem pada nyempurnakaken Sabar nerima qodar kang mastikaken Beda karo ati nifak ning tingkahe Seneng nyolong nukum Alloh ngurangi bae 4.3. Jihad berjuang / Jihad fissabilillah ( Malam tgl 12 dulkoidah 1376 H / 1956 M ) Yen kepengen dadi wong ahli suarga Ngorbanaken harta pikir lan tenaga Ngorbanaken harta benta ingkang ikhlas Gelaraken agamane sampe jelas Ngorbanaken pikir eling ning pangeran Openana syare’ate kang temenan Ngorbanaken tenaga manut rosule Kurang mangan turu susah ora ucul Ya bersatu jasmanine rohanine Ya melasi maring batur Lan santrine Jasmanine demen dunya kanggo ibadah Rohanine eling Alloh terus terima Anane dunya nyediani kawulane Yen kula kudu nerima aturane Terus eling saban tingkah menggawene Netepi perintah Alloh rosul ya badane Tanda mukmin welas asih ning bature Yakin sugih dunya akherat lan kubure Lamun oranana cukule syahadat Dunya akherat ning kubure luwih berat Sebab ora gelem bersihi atine Hasud takabur ’ujub riya ning dunyane Mata medit ora gelem ning tafakur Den contohi batur akeh melebu kubur Duwe ilmu kanggo perabot luru dunya Yen santrine ora duwe disia – sia Bagen pinter nerocos – nerocos bicarane Dina kiamat Alloh banget ning bendune ( Hari senin tgl 19 dulkoidah 1376 H 1956 M ) Qolallhu Ta’ala fatuubuu ilaa baariikum faqtuluu anfusakum Dzaalikum khoirul lakum ’indabaari ikum. Fataaba ’alaikum. Innahuu huwattawaa burrokhiim. ( Al-Baqoroh ) Dodokaken ati salim luwih angel Yen ora sabar syahadate ora nempel Awas santri pikiraken kang temenan Kira – kira sira mati gawa iman Tanda mikir gelem misah ning awake Kurang mangan kurang turu ning blenake Ya ajaren badan anak rabi batur Cocogaken karo syara’ ingkang akur Kejemaken aja ridho ning maksiat Lamun salah anak rabi ugi rakyat Iku aran ngembangaken ning syahadat Ana wohe sira ngaji ning syahadat Ora manfaat kabeh ilmu maring badan Alloh paring titel pangkat kewalian Gage tobat mumpung masih ning uripe Aran tobat mateni nafsu ning karepe Dudu tobat ora bisa merangi nafsu Balik munafik arane ulama syu’ Cuma pengen nama santri enak dewek Nyata iku dadi dasare munafik Sampun terang iki dasare pangeran Aja mang – mang wulan rayagung ning tanggalan 4.4. Sodakoh kupat Gusti syarif hidayatulloh ing bengine Rebo tanggal papat kapit jalukane Berjamaah tapi ana syarate Kupat lepet tang – tang angin sabengkete Werna telu nuli dicantolaken Ing duwur lawang nuli arep burine Arep nyantolaken iki Ki aja wani – wani nyerang tandurane Lengkapi ki aja wani – wani nyerang tandurane gusti syarif hidayatullah Iki anak putune Adam, Yen sira wani nyerang sira olih bendu sing pangeran ( malam rabu tgl 13 dulhijah 1376 H / 1956 M ) Tambahana gawa amal ning badane Aja Males waktu urip ning dunyane Ngajar badan amal ikhlas aja liyan Dalan eling laku bakti ning pangeran Yaiku tauhidul Qoshdi wal irodah Gusti Alloh kersane langka kang nyegah Wis janjine bapa Adam pangkat khalifah Gelem ngaku jaluk taubat nerima salah PERINGATAN Wulan Rayagung Gelem ngajar ati salim bakal bener Ora ngajar ati salim bakal keder Rayagung iku wulan penghabisan Penyakite lara mati gelis pisan Dodokaken ati salim awan bengi Paring selamet Alloh rosul kang mayungi Ati salim badan nerima pengaturan Terus eling bakal manggon ning pekuburan Sabar nerima qodar kang den pastikaken Hukum Alloh gelem pada nyempurnakaken Tanggal siji sampai tanggal 10 Rayagung awit dinane kurban ( yaumul tasyrik ) Dadi liren boten kerja patang dina sampe tanggal10 wali syuro. Gusti Alloh nurunaken pati seluruh dunya Nanging pasti ana werna loro. 1. Mati badane 2. Mati nafsune Ayu santri sira buru – buru milih Maring pati kang den pasti werna kalih Aja kongsi sira mati ning badane Gage diajar patenana ning nafsune Dina selasa awal wulan, pada sodaqoh pada kapendem, lan maca tawasul kang den aturi, siti Qurasyin lan nabi khidir Mumpung urip gage ngandel ning pitutur Yen ora ngandel bakal susah jero kubur Duwe badan mumpung urip bersenana Olih pitutur gage – gage lakonana Aja tungkul ngandakaken alane batur Urusana awak ala badan sekujur Kita dunya aja tungkul mangan nyandang Gage eling sugih dosa terus dibuang Gage dirasa gage digerayang Mumpung durung direrayang Mumpung urip gage jaluk keterangan Yen durung duwe gage jaluk kang temenan ( Hari senin tgl 30 jumadil akhir 1376 H / 1956 M ) Iki nadom nggo pekeling awak kula Tingkah kula supaya bisa berobah Amal ala bagusana sugih dosa taubatana Dosa cilik dosa gede buangana tut setitik Gage maca ning syahadat mumpung durung teka ning sekarat Aja pada ngaku bisa amal kula masih riya Sebab pengen dialem menusa Wong kang riya bakal manggon neraka Aja pada ngerasa alim amal kula masih dholim Aran dholim nganiyaya maring batur lan badane kula Maring batur gawe ala weruh beli temu ala Ayu batur gage tobat gagiyan ngaji ning syahadat Aja pada ngaku pinter amal kula masih keblinger Aran keblinger ngerasa bener ala becik Alloh ketenger Aja pada ngerasa duwur amal kula masih takabur Wong takabur amal gebur tekan kubur dipun ancur Kerana syaiton iku takabur maring Alloh ora syukur Mungkar nakir kang bakal ngancur geni jahanam ingkang ngelebur Aja pada ngerasa bagus dewek Amal kula masih munafik Wong munafik amal entok Ning neraka kang ngisore dewek Aja pada ngerasa apik Amal kula masih musyrik Wong musyrik dadi kuwalik Ning neraka bakal diwalik – walik Liyan Alloh den bakteni Perangsane bisa nyugihi Ning Alloh rosul ora bakteni Ning akherat pakane geni Aja pada ngerasa garang awak kula masih kurang Sholat kula kelingan barang ning kubure bakal digarang Maring Alloh ora wirang ora gelem laku sembahyang Iku syaiton wis terang ning jahanam Manjing jurang Aja pada ngerasa sugih Alloh ingkang maringi sugih Maring Alloh gawane bakti awit urip sampe mati Sugih barang kanggo apa gage tobat gage ibadah Gage amal gage sedekah Mumpung durung izroil teka Izroil teka ora wara – wara Beloli wakil roh digawa Teka ning kubur bangete nelangsa Mungkar nakir kang bakal nyiksa Ana pikire arep sholat Nuli syaiton gage nyegat Mengko tanggung durung peragat sholat ira dadi telat Ana pikire lunga ngaji nuli syaiton terus bujuki Pegawean durung lesi ora sida lunga ngaji ?????????????????????????????????? ???????????????????????????????? Sebab tinggal ngaji dosa ora kerasa Wong laku zina dosane banget kerasa ( Malam Senin tgl 5 Rajab 1376 H / 1956 M ) Ati cangkem ibarate roda kalih Gerenjete ati cangkem ngucap kudu milih Cangkem ngucap aja sekienge dewek Cocogna karo hukum aja munafik Cangkem iku diilmuni ilmu mentok Emong terus muji Alloh ora entok Cangkem iku dadi roda nomor loro Puterna ucapna syhadat loro Cangkem ngucap ora nganggo hukum rosul Aja munafik umat rosul dadi ucul Sebab cangkem buktikaken dalan hakekat Ora cocok karo syara aja diangkat Roda Loro Ati muter dada siji ya ditarik Kerenjet ati pikir bagus ingkang apik Ati iku diilmuni ilmu bayan Ati eling adepaken ning pangeran Ora madep ati lali ya kapiran Ora eling maring Allah kemusyrikan Ati cangkem laku takwa ngati – ati Aja musyrik munafik waktune mati Kaya melaku maring dalan akeh eri Tibakaken sikil loro ditengeri Urip kita pengen jaya ning dunyane Ayu kerasa umur entong saban dinane Syekhuna bagi modal dikarcisi Nurut nafsu ingkang ala ditangisi Ayu batur pengen beli tangi bengi Pra nabi para wali kang nulungi Aweha torekot syahadat solawat Cukulana tinggalana syarif hidayat Yakin pisan ilmune luwih manfaat Cukulana ilmu syahadat solawat Peperangan karo nafsu pengen jaya Eling Alloh rosulullah kang sedia Sira ngerti senjatane ya jenaka Urip mati ora bakal ya cilaka Sirwenda ngarah kulon kena wetan Mata dekeng isine dunya eling pangeran Muji maring Alloh langka wates – watese Yen durung manjing kubur kita awake Manjing kubur jaluk tulung langka guna Yen pengen selamet gage tobat kita dunya Jasad manjing kubur sanak tangga pada balik Ora gawe syahadat bumine gepit jerit – jerit Murid sekhuna ingkang sabar nerima Ana kang nacad enak bae delengana Pada weruh ing iki zaman Zaman iki lagi ayak – ayakan Syekhuna ngajak – ngajak rasa kumpul Laku sholat lan wiridan lan tawasul Tapi kulane ora kena diatur Ning burine sekhuna pada ibur Dicoba maring Alloh kulane boten kuat Sebab kulane ari dalu boten sholat Kanjeng nabi banget melas ning umate Ayu manut tingkah rosul ning sholate Jubah putih ubed putih ning dunyane Ayu dienggo ibadah sira badane Gusti Alloh dhohir batin ya ningali Waktu sholat ati anteng apa beli Wong kang sholat belasar – belasar ning umume Ayu ngerasa waktu salah bae Qoola nadhom Batur kabeh waktu sholat aja robah Wedenana siksa Alloh aja gegabah Bonggan sira duwe hukum ora diobah Bakal lara ning dunyane luwih payah Rampung sholat dodok tetep aja robah Maca syahadat kaping telu dawuh abah Ngauradaken syahadat loro wis zamane Aja mang – mang ingkang kejem ing imane Eling Alloh kang percaya aja mang – mang Kabeh amal besuk maksyar ya den timbang Eling Alloh ngunggahaken maring derajat Gawa sunnah kanjeng nabi maring syafa’at Tinggalana awak kita masih bodo Ndemeni dunya tempo mati ora kanggo Iku yakin peninggalan ingkang terang Gawe amal akherat gagian tandang Panas perih wong kepengen dadi santri Tapi poma wajib sunnah aja mari Pada nanggung ning kubur waktu ngadepan Kepanggonan eling Alloh waktu kelaran ( Malam Ahad tgl 6 muharram 1377 H / 1956 M ) Ayu eling pumpung dunya teka setitik Ora gelem mikir eling ora katik Ayu batur fikirana amal akherat Ora pada mikir yakin bakal melarat Ayu batur luru sabar buru – buru Durung bisa gage mangkata geguru Aja dienak – enak dedewek bae Ingkang wekel laku wajib lan sunnahe Awas aja ngunggulaken ning awake Pikirana badan banget ning rusake Waktu dunya dikon milih werna loro Barang bathil barang hak syahaat loro Eling Alloh yaiku hake manusa Dadi dosa pikir musyrik ora kerasa Awal –awale tobat iku syahadat loro Terus maca bersihaken jaba jero Wongkang milih barang bathil yakin rusak Dunya akherat nyilakani maring awak Gage baris putih – putih sandangane Dedungana muji terus ning atine Waktu subuh satus sepuluh wacana Laa ilaaha allallah dzikirana Jaka dolog terus hadir meriksa Kang ora manut bakal nyilakani Para wali pada kumpul musyawarah Nakikana tanggal 20 dulhijah Ngerundingaken maju mundure syahadat Gelem nampa apa beli kabeh umat MAULID MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (2) MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (2) Aja mang mang disiksane dewek – dewek Tuna getun ning neraka ya munafik Sambat – sambat ya munafik jero kubur Waktu naja ning dunyane blolih nur Sebab tungkul urip mikir dunyane Ora gelem mikir kubur ning sangune Borosaken maring umur sampe entok Ora eling dadi kosong ganjarane Bagen wani sugih fakir tetep mati Ngatur badan anak rabi sing ati – ati Aja kongsi ngelalaiaken ning pangeran Gage tobat muji syukur lan dzikiran Gage njaluk idzin wong tua lorone Yen masih urip njaluk pangapurane Kanjeng nabi ngeraksa umat boten tebih Ning adepan rupa abang semu putih Yen setia sira mbela Agamane Keparingan nur muhamad ing badane Ayu nyebut Alloh rosul kholifae Badan ati aja kongsi pecah bae Aja kongsi pengucape dadi loro Pisan kalah elinge diparo – paro Nuhun paring badan manut perintah rosul Ati kerja eling Alloh Saged nggandul Terus milih laku lampah luwih saha Niteni waktu badan meneng lan obahe Wedenana kafir dlolim pasik kita Penyakite ati salim ingkang nyata Wongkang ngelakokaken ning badan salah parane Karo hukum ora cocok dlolim arane Ya setia badan mbela Agamane Den paring nur muhamad ning atine Buru- buru ayu niat gawe sodaqoh Kumpul blai supaya aja teka ( Malam Sabtu tgl 20 dzulhjjah 1376 H / 1956 M ) Gage mikir sebab jaman sampun akhir Terus nginjen maring Alloh kang dipikir Waktu gering katon pisan ning larane Nggo contohne Ning akherat ya siksane Dunya akherat njaluk selamet dewek – dewekan Gage diuji amal badan lan pikire Buru – buru gage njaluk den ridhoni Mumpuing waras ibadahe den den lakoni Kita dunya lan akherate nuhun selamet Waktu dukha lan tahajud gage nggereget Ayu sabar ridho ikhlas lan tawakal Lan nerima syukurane aja gagal Demen Alloh rosulullohiku tobat Njalanaken kabeh perintsh ors keliru Tanda mukmin ya tawadlu ning gurune Nuhun rokhmat ora pot ning atine Buangana ujub ria lan takabure Hasud pegel kabeh amal dadi luntur ( Malam Ahad tgl23 dzulhijah 1376 H / 1956 M ) Gage sntri pikirana sampe terang Uripira supaya duweni wirang Bapa Adam ngaku dholim ngaku salah Ing syare’at hakekat iku hikmah Yen wis mati jiaroha kuburane Aja kongsi kemlaratan ning badabe Dalan ati salim iku pangeran Aja lali jiaroha ning pekuburan Terus ndleng ning kuburan luwih ciut Dadi obate nafsu mumbul dadi nyebut Ngati- ati ngormati embok bapane Luwih repot ngopeni anak awan bengi Alloh ngapura ngelebur kabeh ning dosane Lamun ngapura kabeh embok lan bapane AMAL SOLEH 3.1 Eling Alloh Yen kepengen ingkang suci gage tobat Awan bengi laku badab nggon syahadat Pengen pituduh eling Alloh poma – poma Lakune badan bisa suci ya utama Eman ibadah awit cilik sampe tua Tempo mati imane oa kegawa Ayu santri eling Alloh ngekalaken Ora eling bakale den dohiraken Ora eling nyata mati ning atine Terus bukti pada ning badane ( Malam Rebo tgl 18 Sa’ban 1376 H / 1956 M ) Yen kepengen pangkat kudu bisa ngatur Jasmanine ruhanine ingksng akur Ngatur anak rabi tangga nggon ngebakti Maring Alloh nggawe amal sampe mati Bagen sugih bagus pinter ya diatur Aja kalah praktek ira ingkang jujur Terus terang ngembangaken syare’ate Hukum syara’ kira ikhlas ing ngadate Iku aran umat rosul tindakane Bagen kadang anak rabi lan badane Badan salah terus wani nyalahaken tanggung jawab terus sanggup mbenerak Jalan hakekat kudu sabar lan nerima Iku aran umat rosul kang utama Aja pada ngaku bisa ning syahadat Laku musyrik Toma’ hasud Gage mecat Nyata palsu bagen kiyai ning ilmune Ora jujur Cuma molar ning dunyane Alamate ning neraka siksaane Pinter puter ning wong bodoh nggo pangane Kanjeng nabi ngatur kasab nggo nafakoh Ngaji bakti aja bodoh nggo iabadah Ayu ngaji bareng njaluk kesenengan Nurut perintah Alloh rosul kang temenan Iku aran santri kamil kang sejati Pikirane kang diinjen gawan mati Beda karo santri nakis tujuane Awan bengi sing dipikir ya dunyane 3.2. Santri kamil Santri kamil tahajude saban bengi Senengane jubah putih wangi – wangi Tujuane pengen sugih dunya akherat Awan bengi Alloh rosul kang disambat Suci saking ujub ria lan takabur Hasud toma’ ngelarani atine batur Ora bosen gelem takon ning gurune Pengen bisa syahadat loro wulangane Mumpung urip njaluk pangapurane Wong tua papat ning guru lan lakine Iki jaman minggir – minggir kerusakan Ati lali ora eling ning pangeran Ayu pada ngeluhuraken ning agamane Eling Alloh manut rosul poma – poma Cangkem muni Alloh rosul den elingi Njero ati ora pegot awan bengi Njalanaken ilmune syarif ‘arifin Eling Alloh rosululloh dohir batin Terus muni kabeh wulu pada muji Balung sungsum kulite daging dadi siji Ora kesela ujub riya lan takabur Ning atine eling Alloh ora nganggur Penyakit ati mentingaken ning nafsune Syirik dengki maring batur jero atine ( hari senen tgl 30 jumadil akhir 1376 H / 1956 M ) Gusti Alloh paring rido ning dunyane Sira gelem gelaraken agama Ati pateng ora bisa melek – melek Naku bagus pinter sugih kita dewek Ati kita saban dina diomoti Syirik pidik ngintil ana ing ati Dadi abot badan ketindihan dosa Tangi turu maca takbir ora bisa Sanang pangan awan bengi kuatire Mati esuk maras langka ning pikire Nyebutaken asma rosul ning lisane Ora bisa sira ngucap ning atine Sebab bodoh kurang nemen ning ngajine Awan bengi mikir ning mangane bae Mengunate karomate para wali Pengen syafa’at ayu batur diakali Kurang mangan turu timbule mangunat Ingkang awas pikirane ning syahadat Kang waspada adol awak dunya akherat Ora tekor yen sira syafa’at Padane damar murub iku ana kang nyuled Lunga ngaji maring guru ingkang leled Ayu diblongsong sira badane Jubah putih sorban putih penganggone Lagi nurut perintah Alloh kanjeng nabi Pengen diaku dadi umate kanjeng nabi Muji dzikir tangi turu ning atine Kabeh dosa njaluk dipangapurane Jubah putih sorban putih sampun bakti Mengko bukti kang ora nganggo pada mati Aja kongsi baka kang nganggoni Niatana manut rosul ingkang wani Nuhun – nuhun syafa’ate kanjeng rosul Sampai mati jubah sorban aja ucul Ayu batur apa pengen apa beli Manut rosul eling Alloh den akali Rusak ruwed ngucape ya maulana Ati lara gage eling tobatana Terus tawasul dateng siti khodija Ati lara gage eling tobatana Terus tawasul dateng siti khodijah Ati lara paring waras aja pecah Pisah urip kubur sesek banget peteng Pisah dunya eling Alloh banget seneng Rohmat salam tiang Islam sedayane Buru – buru iman Islam gelarana Yen wong mukmin gelem ngelakoni kabeh perintah Alloh nyob ti nira aja robah ( Hari ahad tgl 1 Rajab 1376 H / 1956 M ) Ayu santri sing pada weruh wedi Urip entong arep pada melayu mendi Ayu batur uripa kang ngati – ati Gage madep ati eling maring maring gusti Durung bisa eling sira ning atine Ayu tandang sholat bengi kelakuane Lakune badan aja sekienge dewek Cocogana karo hukum aja munafik Awas santri ketipu pengaruh syetan Awan bengi ati lali ning pangeran Arep arep sholat sucine ati badan Ora suci dadi suwung ning ganjaran Kita urip lagi luru keridhoan Bersenana ati badan lan pikiran Pengen syafa’at madepa mata atine Muhaiminan kanjeng nabi ning adepane 3.3. Wasiat Raden Abdullah bantani Sapa wonge pengen diterima tobate Dinginaken gawe amal akherate Susah priyatin enak blenak ning deweke Gage nganggo jubah putih ning awake Kabeh amal nuhun – nuhun manfaate Awan bengi ayu maca syahadat Gage batur pareknang ning pikiran Sugih miskin bodoh pinter sing pangeran Luru sugih gage amal pumpung waras Bakal getun yen wis teka lara keras Waktu waras gage buru – buru tobat Aja kongsi ajal teka waktu sekarat Pasrahaken kabeh badan ning gurune Pasrahaken atine ning pangeran Kaya masrahaken dunya ning rabine Laki lara kang ngopeni ya rabine Senengana ning dunya nurut nafsune Ning kubure senenganaya genine Wong kang nafsu ikuora nana elinge Awan bengi kang dijor kesenengane Gelem eling ning dunyane dosa lebur Bodo awak ora mikir sangu kubur Pasti melas ketemu ning alam kubur Hasud dengki gawelara karo batur Wajib nurut sira wadon ibadahe Ora nurut ora dadi ibadahe Wani ngelanggar peraturan ning lakine Ora hasil kemaksudan ning wadone Batur kabeh aja lali ning pangeran Buru – buru mumpung durung keributan Ayu batur bareng – bareng muhaiminan Eling Alloh rosullulloh kang temenan Tuturana karo kalimat pangeran Aja gelem dibujuki syaitan Ayu santri cangkem ati kang bersatu Ngajar anak rabi terus takon mantu Wong kang eling Alloh rosul waktu waras Mata atine titenana ingkang awas Ayu diraksa pikirane kang temenan Cuan ngamprak pikire dituntun syeiton Gage priyatin eling badan mumpung rasa Aja bunga eling Allah ora bisa Yen elinga sira bakti maring Allah Tentu nurut ning prentah ninggal ing cegah Yen ngelalaiaken atine ira ing pangeran Badan nurut syaeton gawekeluputan Elinga badan jasmani lan rohani Awan bengi gusti Allah kang ngepalani Lakokena kabeh badan manut rosule Pengen di terima tobate terus gandule Umat Islam aja sampai ketinggalan Aja bae sholate ulat-ulatan Tiwas pegel ora dadi ning mujine Sebab cangkem ora bersatu lan atine Lanang wadon aja tinggal ning baktine Wadon bakti sholiha iku arane 3.4. Wadon Bakti Wadon kepengen ma’unat ning lakine Ngati-ati wadon bakti ning lakine Anak wadon melasana embok bapa Wadon nyingkur laki beli apa-apa Wadon manut hukum luwih berat Lanang ngatur wadon manut ingkang erat Wadon ngatur hukum syara’ lanang nyigkur Wadon mentas lanang terus gebur Lanang wadon diraksa dewek-dewekan Enak blenak si sangga dewek-dewekan Lanang wadon ingkang tasdik ya atine Aja ngamprak badan ati pikirane Lanang wadon senyatane berayan bakhti Bok menawa ning akherate bakal bukti Obah meneng sira kabeh aja lali Maring Alloh lan rosule den den ganduli ( Malam senin tgl 2 Romadhon 1376 H / 1956 m ) Ingkang wekel waktu muji sasi siyam Nuhun tetepe ilmu amal iman islam Kejemaken kabeh badan lan pikiran Luwih akeh tikel sewu ganjaran Ayu diraksa sira ning omongane Aja ngomong yen ora muji ning cangkeme Cangkem muji eling Allah ning atine Iku alim wong kang manfaat ning ilmune Pikiran lan atine ingkang kejem Ora nana ning pikire pengen di alem Waktu siam mangan nginum ingkang hak Supaya kebeh amal aja rusak Yen tetukon aja kongkon bocah cilik Panganan kurang bagus kurang apik Poma-poma waktu siyam aja udur Muga-muga kabeh dosa dadi lebur Kuping mata cangkem dikon puasa Aja goro unek-unek gawa dosa Waktu buka ingkang halal memangan Haram riba ilangaken ganjaran Awas batur waktu siyam aja sewotan Yen sewotan nglunturaken ning ganjaran Tiwas pegel puasane ora untung Jaba bagus tapi jerone pada buntung Aran siyam ora mung beli mangan Tapi nyegah barang batal lelahanan Siyam iku ngunci cangkem ingkang kejem Supaya iblis aja manjing cangkem Berjamaah doa bareng aja gelambyar Muga-muga keturunane lailatul qodar (Malam Selasa tgl. 22 Syawal 1376 H/ 1956 M) Buru-buru sira ngajar ati salim Aja enak luwih pinter ngaku alim Yen wong alim kudu ana ning buktine Manfaati ning badan lan santrine Ya kejeren ati salim awan bengi Allah Rosul paring slamet kang mayungi Syahadat sirri’ iku nyata ing arane Allah nanggung mulyakaken ning badane Gusti nanggung ngraksa dunya lan akherat Yen santrine gelem dekem ning syahadat Ning syahadat ingikang kejem aja ngambang Pikir ngambang laknat teka dadi begang Laku bagus pikir eling aran umat Tedengaken laku bagus maring rakyat Kebagusan ingkang ikhlas ya nyontone Kanggo mikat narik batur kelakuane Laku ala poma-poma umpetaken Aja pada wani-wani njalanaken Ora bisa ngelebur kabeh ing dosane Sebab wani ngeramehaken ning agamane 3.5. Sifat Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Kanjeng Nabi Muhammad ngaku bodo Hakekate ing Allah banget nyelondo Allah sifat Qiyamuhu binafsihi Terus pasrah ing Allah ya diisihi Syareate Kanjeng nabi iku pinter Sidiq amanah tabligh fathonah angger Apa maning kita terang ning badane Sampun welan nyata kedholimane Bolak-balik syahadat ora manjing Cangkem apal ning atine ora manjing Nyata engkeg ngaku pinter ngaku bagus Ning tauhide nyata-nyata kurang mulus Bapa adam nuntung-nuntun anak putune Bagen bagus aja ngaku kelakuane Nabi Muhammad nuntun umate ning atine Bagen pinter aja ngaku ning ilmune Sira weruh ning jadam iku arane Yakin weruh sira iku rasane Ngaku iman sira iku ning atine Yakni kerasa obah meneng ning badane Tauhid tasyrik nyatane ainul yaqin Netepaken undang-undang Robbul alamin MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (1) MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (1) ( Malam Senin tgl 17 safar 1376 H / 1956 M) 1.1. Masalah kubur Sapa wonge ora nurut syahadate Ning neraka yaiku genah tempate Teka kubur ya disiksane Terus nggencet ya bumine Tangi sing kubur terus dipapag Kelabang quraisy terus ngudag Ora amal duwe ilmu Eling Alloh ora ketemu Sebab syaiton wis ngeranjing Pikir lali ora eling ning pangeran Ngaku alim luwih penting Cangkem muntuk atine gering Badan kerja luwih payah tapi kerja atine salah Tiwas payah atine salah ning akherat bloli genah Pikir peteng keliwatan badan kenang pengaruh syeton Apal lafad ma’na artine tapi badan langka buktine Nafsu mumbul terus kuncup ora megar gawan besuk Ora bisa laku taqwane mati tetep langka gawane ( Malam ahad tgl 26 safar 1376 H / 1956 M ) Wongkang nyingkur ayat Qur’an Mati tetep dadi syaiton Pengen keturunan nure kanjeng nabi Ia kudu haramah lahir batin Ngarep – ngarep kita lahire ing pikire Ati eling kanjeng nabi ing lahire Tanggal 12 bengi senen ing lahire Eling Alloh rosulullah ya pikire Aja disela – sela ning kasabe Tetepan sira kasab ning wajibe Sapa wong gelem hormat kanjeng nabi Diilangaken susah priyatine anak rabi Ayu batur njaluk syafa’at ning badane Perkara 8 nuhun saged ngelakunane 1.2. Ziyarotul kubur ( Malam selasa tgl 12 mulud 1376 H / 1956 M ) Ziarohe ing wong tua ahli kubur lan ing anak rabi kabeh lan sebatur Maca qulhu lamun bisa maca yasin Tetepan ngirim pangan ingkang rajin Duwe badan awan bengi esuk sore Ayu eling bakal mlebuh ning kubure Tapi ketutup ati ning lali ning dunyane Mikir mikir sandang pangan kesabarane Ayu muni ati kita jaba jerone Eling Alloh nurut perintah ning badane Ayu muni ati kita jaba jerone Eling Alloh nurut perintah ning badane Tanda wedi ning pangeran dohir batin Gelem kejem ngaji syahadat aja isin Watir dunya kumprung atine Ayu watir bakal matine Yen kuatir tetep atine ngeling – ngeling pangerane Gelem luruh pekaya dunya akherat pengen mulya Yen wis makan keturunan eling Alloh aurade jalan Luhur bener cuan – cuan Ingkang awas panggoda syaiton Ati eling ana imane maca aurad mancleng nuhune Nuhun selamet lan diraksa dateng gusti kang kuasa Syafa’at gusti rosul maring guru ayu nggandul Ati murni ikhlas arane kebagusan ngelakonane Ati campur karo iblis terus toma’ beli uwis – uwis Ora wirang sira pikire ibadah sukar lan bature Toma’ iku lara ati adoh karo kanjeng nabi Mikir dunya pengen bae lakune badan salah bae Hukum toma’ jero atine urip susah pikire Dugal mengkel ning atine karo batur merengut bae Ya ning kene nggo contohe aja salah sira atine Ngaji badan aja toma’ Luntur imane sebab toma’ Ning dunyane dadi hina ning akherate blolih gena ( Malam Sabtu tgl 9 robiul awal 1376 H / 1956 M ) Aja enak sira nyandang lan memangan Syukurana direzekini sing pangeran Sira tinggal syukuran karo pangeran Bendunge dibengkah blaie kang welan Ayu batur ragamana berjamaah Syukuran badan gelem nurut kabeh perintah Pengen dadi umat rosul Gaweya bagus aja ucul Langgeng ngaji berjamaah aja seneng sholat ning umah Gawe amal gage cawis aja nurut dituntun Iblis Durung subuh gage tangia ati mati kesia – sia Aja njaluk kudrot irodat njaluk keridoane syafa’at Terang mahsyar bakal susah panas ngeringet pating gelasah Luwih panas banget ngorong Bonggan sira dunyane kosong Gawe amal ora nyata keringet banjir banyu mata Dina mahsyar luwih payah ngadep landrat padune kalah Hakekat campur syariat ngaji syahadat terus ma’rifat Ayu tangiya sira dunyane akherat nemu ganjarane Wongkang urip gelem islam Lagi nuhun rokhmat salam Eling Alloh dieseni manut rosul disakseni Supek ati emong tangi nuhun gusti ditulungi Jujuraken ati kulane Badan kula ingkang alane Eling Alloh ana ning ati lakune badan sing ati – ati Ayu batur digolati mumpung badan durung mati ( Hari rabu tgl 6 mulud 1376 H / 1956 M ) Tawakala sira badane mumpung urip ning dunyane Manut rosul kelakuane Ora gelem mati kafire Nerima kula ridho kula di pangerani Eling Alloh merangi nafsu ingkang wani Nerima kula ridho kula di nabini Manut rosul merangi nafsu ingkang wani ( Malam senin tgl 3 robiul akhir 1376 H / 1956 M ) Iblis wedi ning nure kanjeng nabi Pengen ketempelan nure kanjeng nabi Urip dunya kang netepi kabeh perintah Pengen islam ayu tinggal kabeh cegah Emong mati durung sugih gawan mati Sebab durung ditanggung kanjeng nabi Kanjeng nabi gelem nanggung ning umate Yen sira mati pada gawa syahadate Bisa kegawa syahadate lamun suci Ning ati lan weteng badan pada suci Aja enak islam ira ning ngakune Ora bisa sira kabeh ning ngelakunane Dadi percuma gawe maksa – maksa Ning akherat tetep mati ya disiksa Sebab terang demen Alloh ning wong suci Ora duwe ati mengkel sengit benci Sebab nyata Alloh demen ning wong tobat Ora gelem ngaku salah ngambat – ngambat Ilmu kang ngajak ning jejurang balekena Aja gelem nafsu ngajak singkirana Sira ucul iman islam jurang neraka ‘alamate wong kang banget celaka Sapa wonge kang sengitan lan baturan Bloli ngapura terus disiksa ning kubure Kasab angger sandang pangan kurang bae Dadi bloli dalan rizki buntu bae Tetengere wong mukmin akeh ampurane Ora nana geting ewa ning atine 1.2. Siksa kubur Ora jaluk ning kanjeng nabi kesusahan Dunya ora tobat ning pikiran Bakal dicubluk jero kubur awak ira Ingkang waja disanter saking neraka Ula kelabang kalajengking golong – golong Wong waktu urip matane lolong Gusti nuhun kula dipun wangsulaken Tobat amal soleh njalanaken Siksa kubur banget panas aja mang – mang Iku pasten tinggal syahadat lan sembahyang Beli diampura wong kang ngaku kebodohan Sholat dukha tahajud mader kesunahan Wong kang ora gelem tawasul ing kanjeng nabi Pasti getun ning akherat ya syafa’ate Syahadataken sepisan sira macane Nuhun selamet waktu naja ning dunyane Kula maca syahadat kaping pindone Nuhun selamet munkar nakir penjawabane 1.4. Masalah akherat ( Malam Ahad tgl 9 robiul akhir 1376 H / 1956 M ) Nangisi badan nggo badan akherat Apa gunane Durung bisa nangis kita ning atiene Gage wedi watir maras ning atine Akhir umur bokan bloli pangapurane Yen kepengen sira duwe ati mukmin Aja wedi kurang mangan watir miskin Dadi rusak awan bengi sira pikire Rusak ati ora gelem muji dzikire Melek mata ati dunya nurut ning agama Bisa munggah gelem amal kang utama Yen duweni watir dunya wedi melarat Ora sempurna amal akherat luwih berat Sebab ati masih dijajah Iblis Mikir dunya sampai mati beli wis – wis Nyata pisan Iblis nipu maring iman Supaya mati ati lali ning pengeran Ayu santri raksana ning pikire Gede cilik tua enom ning kubure Aja enak – enak sira ning dunyane Sira lali ya nerka iku siksane Neraka ngobong alam dunya sekelentaban Waktu lema ajure dadi lautan Apa kuat sira badan ning siksane Buru – buru njaluk ngapura ning dosane Den boboti tali rantai ning isine Bismillahi arrokhmani arrokhimi ya macane Alloh paring mingki murah ning dunyane Tapi kanggo sangu ibadah memangane Den asihi sira waktu ning matine Eling Alloh ora pegot ning atine Tanda gelem muji syukur alkhamdulillah Alloh paring nikmat badan nurut perintah Wongkang mukmin ati bunga lan jembar Blai teka terus terima banget sabar ( Hari selasa tgl 18 Robiul akhir 1376 H / 1956 M ) Muhaiminan ngadek madep ning kanjeng nabi Pengen maris ning nure kanjeng nabi Kabeh mahluk sejagat mesti keduman Yen gelem eling waktu ngadek ning pangeran Pada –padane sira olih ning bagian Badan demen ning kanjeng nabi sing pikiran Ngadek ndodok turu meneng kang ngobahaken Gusti Alloh Awan bengi kang njalanaken Nur muhammad den bagikaken maring mahluk Ayu madep ing kanjeng nabi terus njaluk Nuhun –nuhun rokhmat salam dunya akherat Budi pekerti bisa lulus yen syahadat Maca syahadat kaping telu aja belasar Nuhun selamet maju landerat aroh – aroh mahsar ( Hari selasa tgl 13 jumadil Akhir 1376 H 1956 M ) ayu batur kendokaken laku goroh Eling kubur gegawene syahadat loro Uluk Salam maring ahli kubure Apa maning yen ketemu karo bature Wani goroh dadi peteng jero ati Laku Islam ora bisa kang sejati Aja nanggung laku sabar ning Islame Ngaji Pinter cuma ngerapyak ning cangkeme Ngaku Islam kudu ana kelakuane Ayu mikir ora lawas ning dunyane Siksa Alloh luwih lara banget berat Urip dunya ora lawas mung sedelat KEHIDUPAN DUNIA Miskin Muga paring manfaat dohir batine Nuhun sugih dunya akherat senengane Yen kepengen ayu santri ya ngulati Aja miskin urip dunya sampai mati Miskin akherat eri jakum panganane Godogan timah iku kanggo inume Ayu ngaji gawan mati cuan lali Kegodane emong eling keduli – duli Lunga ngaji dajjale iku kang godani Gage gandul kanjeng nabi mesti wani Awan bengi awake langka sabare Sebab kita kurang ning belajare Ayu titen geten tetap ngelakoni Pengen eling cangkem ngucap omonge Kita pada gelem tangi muji dzikir Jasmanine rohanine kang kuatir Esuk – esuk jasmanine njaluk sarapan Tangi turu rohanine njaluk takbiran Ngati – ati gerenjet ning atine Jalanaken pikir siji ngelililingi Pikir ana syahadat kang manjing ati Silum – siluman koyokeh terus ngulati Masih ana ati nira kemusyrikan Njaluk Ngapura ora nerima ya pangeran Pengen seneng urip mati gawa iman Nyegaha nafsu tobata eling pangeran ( Malam Senen tgl 12 Rajab 1376 H / 1956 M ) Ayu ngaji lunga sira ingkang ikhlas Gage tobat ati nggeges mumpung waras Ngaji syareat mberseni kabeh badan Yen kepengen keparek karo pangeran Aja dumeh nyantrine wis dadi kiyai Laku hasud musyrik takabbur pasti belai Hasud musyrik gage sira dibuangi Bisa buang sura tetep mambu wangi Ngesabaken jasmani lan rohanine Aja mikir repot Susah ngelakoni Ora ngaji gawe amal ora bukti Ora bukti hukum syara’ ora ngerti Ora ngerti hukum syara’ kudu ngaji Aja kongsi umur entong sampai mati Ayu santri pada ngaji syarat rukun Syareate haqeqote runtun – runtun Sapa wonge pengen bagja kudu taqwa Ora taqwa imane ora kegawa Nafsu mumbul Susah periyatin kudu nerima Terus kumpul ngurip – ngurip ning agama Titenana atine saking kerentege Eling Alloh rosululloh njagong ngadege Syeikhuna nangekaken umat rosul Cekelana muhaiminan lan tawasul Terus maju mata ati tafakure Gusti nuhun sampun mati ning kafire Aran nggandul eling Alloh saban tingkahe Jasmanine rohanine ning Abah umar Syahadat mbuka kesugian awak ira Sebab dubuka ilange sepuluh perkara IIange (Sepuluh) Perkara Iki jaman sampun ilang perkara haq Bagen alim ibadahe ora haq Iki zaman sampun ilang keerkahan Bagen sugih atine ngerasa kemelaratan Iki jaman ora nana kewelasn Karo batur pada paten pinatenan Iki jaman ora nana ning ganjaran Bagen ahli ibadah ibadahe lali pangeran Wong fakire ora duwe kesabaran Kurang setitik nimbulaken penipuan Wong sugie ora nana kelomanan Bagen dirampok tenimbang nggo sodaqoh Jaman akhir ora nana keimanan Bagen akeh ilmune gampang godaan Jaman akhir ilmu ilang manfaate Ahli tapa kiyai langka keramate Jaman akhir lanang wadon langka wirange Bagen ayu emong laki bagen dayange Wong manute ora ngagungaken Qur’an Luwih alim gampangan kegoda syetan Sira nyata ora duwe ati jujur Ya disiksa ning neraka terus njebur Ayu sira gage njaluk pangapura Kabeh dosa wongatua kalih kula Kang mberseni ati iku ya syekhuna Ayu madep bagen langka tetep ana Terus diwaca ba’da sholat kaping telu Bisa milih karomate lamun perlu ( Malam Selasa tgl 27 Rajab 1376 H / 1956 M ) Bintang bulan mulai terbit eling Alloh cuan kejepit Yen kejepit langka mungupe eman temen kita uripe Dadi peteng mata atine Ora eling pangerane Apa kuat sira badane Ning neraka ya siksaane Ayu mikir bakale mati Nyawasaken dateng gusti Ayu mikirbarang haq Iku amal ora rusak Ingkang sabar ati cangkem Nyata iku ana Islam Ora sabar langka taqwane Ora manfaat ing ilmune Nure ati sing pangerane Cocogna amal badane Karo hukum nabi utusan Perintah wajib kesunahan Nur hidayah panclenge ati Emong eling kepawate ati Katone gampang dening angele Lamun ora pegot gandule Ayu pasrah kabeh atine Ing kanjeng nabi awan bengine Iku pasti den tulungi Gelem njaluk waktu bengi ( Malam Senen tgl 2 Sa’ban 1376 H H / 1956 M ) Buru – buru tetepana perkara hak Yakin pisan amale ora rusak Kita urip saking Alloh kang maringi Kudu manut perintah Alloh awan bengi Ayu wedi kita urip ning salahe Lakonana perintah wajib lan sunnahe Kita urip ning dunya waktune tobat Kita urip saban waktu nggon syahadat Ahli pertanian Guru ngatur selamatan dunya akherat Saban tanggal selamatan aja keliwat Tiap – taip tanggal cilik bengi selasa Semono ugah laku tanine ingkang kersa Ayu batur kumpul tajuk luwih utama Niatana ngurip – ngurip ning agama Laku Sunnah kang semangat enggal – enggal Lumayanan wajibe kurang kanggo nambal Aturane Ibu Hawa Bapa Adam Nuhun selamet dunya akherat iman Islam Para nabi para wali den aturi Nuhun berkahe kula niki nandur pari Ning wong tua ahli kubur cuan keliwat Tinggalane bisa mulur lan munfa’at Pada gumantung wowohan pala kependem Aja kerangsang hawa nafsu dadi adem Awas pinutur kecerbonan wis kosong Ora ngatur ing Agama banget lolong Pisangkala gelem tapa napani dunya Rasakna ning akherat kaniaya Ayu batur tangi turu diniati Terus manut kabeh perintah kanjeng nabi Nuhun paring ilmu ‚amal manfate Kira amal bisa kanggo sangu mati Ayu batur pada luruh amal ilmu Gage takon maring para santri guru Tanggal sawiji sampe limalas rowa Maca inna anzalnahu aja robah Awan puasa bengi melek Limalase Nambah umur dunya selawase Ayu diuji sira amal badane Pengahabisan buku ditutup ning tahune Negara ( Malam Rabu tgl 4 sa’ban 1376 H / 1956 M ) Ayu njaluk ning guru jalan kang welan Aja kesasar atine kelindih syetan Badan iku ya ibarate negara Ati iku kerajaan binantara Anggota badan iku tentarane Nurut pimpinan raja iku tindakane Yen rajane Raja syahadat nguasani Kabeh badan ibadah kang dilakoni Ingkang faham Ati iku kerajaan Awas kelindih dipengaruhi syiton Bala syaiton hawa nafsu dunya Iblis Ora ma’rifat manjing ati luwih gelis Luwih cepet syiton pengaturan Agamane rosululloh sing pangeran Iku badan welan nyata welan kemusrikan Syaiton njajah ning ati lali pangeran Ayu bebalik atinira inkang asor Sebab waktune iku uwis asor Ayu eling mumpung urip kag utama Yen wis kubur ora keterima Ati ngelingi ning badan akeh salahe Syirik ‘ujub hasud riya toma’ bae Ayu batur pada sabar lan tawakal Elingana wajib Sunnah enggal – enggal Camplang campling wong ning kubur njaluk mulih Wong disiksa njaluk balik ora olih Mumpung urip syahadataken lan sembahyang Aja periyatin aja isin aja wirang Mbuang zakat romadone puasa Lunga ngaji sesucine ingkang bisa ( Malam Selasa tgl 10 Sa’ban 1376 H / 1956 M ) Gage njaluk maring Alloh Lan memuji Supaya cangkem ati dadi siji Gage ngaji nggawa sabar kang keterima Beresana awak kula aja toma’ Ayu batur buru – buru gawa bener Aja kadiran sira alim luwih pinter Senajana Pinter tapi ora bener Ya kualik pikirane ya keblinger Eman temen sira pinter ning dunyane Iman Islam kudu bener kalakuane Ayu tangi jaman bengi gawe sabar Maca solawat ning atine dadi damar Nuhun dibuka ati kula ingkang mati Waktu solat eling Alloh sampe mati Untung wongkang oli pituduh pangeran Dunya akherat mesti oli kesenengan Masalah Jasmani Manusia Masalah Jasmani Manusia Waktu diisi mata cangkem bisu mata merem Ning tahajud sorban jubah ora gelem Bagus-baguse menusa bersih atine Lan tumandang ing perentah kabeh badane Ora gampang jaluk selamet dunya akherat Yen gusti nabi boten paring ning syafa’at Gusti nabi ora bakal nyafa’ati Selagine ning keridhon ora gulati Ora bakal gusti Alloh ngeridhoni Selagine kabeh cegah dilakoni Ora bakal gusti Alloh ya ngeridhoni Selagine kabeh amal mong ngelakoni Ati sujud ning Alloh manut rosule Kira ngisi badane yen parek ajale Aja kongsi getune selawas-lawas Wong kang mati yakin iman ora tiwas 1.2. Hake Manusia Pengen mukmin beresana hakkul adam Senjatane ilmu amal ma’rifat islam Pengen mukmin beresana hakkul Alloh Iman tauhid muji syukur maring Alloh Pengen sekepel ya pikiren ning asale Apa haram Apa riba yaa olihe Yen Wis terang aja buru-buru mangan Mujiya syukur rizki saking pangeran Dadi tambah vitamine kemelaratan Gelaraken bagus wong kang eling pangeran Ora beres vitamine kemelaratan Gerakan ala seneng-seneng dadi syaitan Insan kamil tata tertib sopan santun Ora eling maring Alloh bakal getun Kanjeng nabi ora deleng ning kandane Tapi deleng wong kang bisa ngelakonane Janji Manusia Den percaya agamane gelaraken Pada sungkan ora kiyeng jalanaken Nampa janji saking Alloh ana wolu Sira nanggung jabang bayi nui metu Islam selamet ora hausd lan takabur Ujub riya toma’ kesimben karo batur Hijrah ngalih pikir aja ngeling-ngeling dunya Eling Alloh rosululloh tetep mulya Jihad merangi hawa nafsu aja salah Lakua hak aja bathil aja kalah Sodakoha jabur pangan lamun luwih Yen sodakoh sira hajat aja nagih Puasaha ing romadhon kudu eling Nutup bolongan ati dadi bening Amar ma’ruf perentah bagus lakonana Manut rosul cuwan pegot gandulana Nahi munkar nyegah ala kudu wani Endi kang salah endi kang bener kita eloni Sholat limang waktu sedina sewengi Terima kasihe badan Alloh kang maringi Kang ngelakoni gusti Alloh kang ngasihi Dunya akherat bagja untung den bagihi MASALAH ROHANI MANUSIA 2.1 Ati Yakin (Hari selasa tgl 22 Muharram 1379 H / 1959 M) Embah kuncung ngontroli ora ketenger Sebab sira atine masih keder Pengen ningali matane dikongkon melek Ora percaya qodrot irodat ya munafik Karcis dibuka yaiku inna fatakhna Telung ewu punjul telu lakonana Satu minggu kudu pol ngelakonane Yen Wis pol lan kudu marek ning gurune Puasane telung dina ya jamane Selasa rebo kamis marek ning gurune Kabeh santri dibuka iku payunge Kang ora nurut bakal melarat akherate Hasanudin raden fatah ya saksine Kang ora nurut ora diaku umate Inna fatakhna diwaca seakhire Aja kongsi diwaca tungtunge bae Ayu santri kabeh bareng pada ujian Wis ditimbang ya zamane telung wulan Aja rupek aja ropat ya badane Niat bakhti kudu ikhlas ya atine Wis jamane iki jaman keburu-buru Cuwan mangmang cuwan keder cuwan keliru Titenana kabeh santri ya cahyane Ayu melek aja merem mata atine Titenana kanjeng nabi selirene Janggut putih sirah butak ya tandane Ngurus umat otot kenceng sikil pegel Aja kongsi tahun sewidak gulune tugel Niatana lunga ngaji ingkang prigel Aja enggak aja riya pengen diandel Ules kepengen diandel kanjeng nabi Malaikat nakseni kang nerima kanjeng nabi Wasiate embah kuncung ora salah Buangana enggak ira aja goplah Wis waktune embah kincung ngelilingi gawa sapu nganggowa selendang pelangi suraana sing sumbeh keling buru-buru umat islam pada eling Embah kuncung nganggone prabu siliwangi Supaya umat islam mambu wangi Laku sidiq ya badane bagusana Aurad ati salim bagen ngantuk lakonana 2.2. Ati kufur (Hari selasa tgl 25 Romadhon 1379 / 1959 M) Weruhana ati kafir patang werna Ati badan saban dina beresana Ati atos ngaku gagah ngaku wani Ngaku pinter ngaku bener nyilakani Kaya fir’on ati atos dadi engkeg Tempo perang kesaktine dadi lembek Ati kaku pada ngandel ning pangeran Ngaku pinter luwih mulya duwe badan Kaya iblis emong tunduk sepepadan Maring makhluk kang diridoni pengeran Ati lemes pada ngandel ning pangeran Bagusaken ning pituture pangeran Kaya abi dholim iku ya atine Tapi dewek emong sungkan ngelakonane Ati encer ya semangat ngelakonane Padu bukti seneng urip ning dunyane Ya munafik ati madep ning dunyane Yen ora tembus maring Alloh pikirane Ati kafir ya kebelet maring najis Ya sertune hewan syahadat aja uwis Terus melayu syeton deleng nur Muhammad Yen ngertia iki jaman ganti abad Abad awal gusti syarif gunung jati Abad akhir gusti syarif kembang melati Tamu gawa berkat karomah Lan kemulyaan Sira ngandel hormatana kang temenan Hormatena dodokena ning kursi gading Yen ngormati ati nira dadi bening Weruhana santrine syarif hidayat Dadi wali sebab ngaji ning syahadat Apa maning iki jaman sampung rupek Syetan teka musuh ira bakal desek Arep pada melayu-melayu mengendi Ngalor ngidul ngetan ngulon ning syeh hadi Alloh Alloh syekhuna khalifah rosul Nuhun selamet lan diraksa gage gandul 2.3. Mangan haram Sifat mukmin luwih kejem ning imane Bagen kelanti tinimbang haram mangane Kabeh pangan dimasak telung bagian Dadi telapang dadi getih banyu puan Ora kanggo banyu puan kedadian Dadi sungsum kekuatan badan Yen pangane barang halal kuat to’at Yen pangane barang haram kuat maksiat Senjatane syare’at kelawan bukti Duwe akal gage mikir gawan mati Qodariyah jabariyah tumibana Sebab ora gelem mikir pikirana 2.4. Eling Alloh (Hari Selasa tgl 3 Robiul Akhir 1379 H / 1959 M) Ayu batur dirobah kita pikire Eling Alloh kang akeh muji dzikire Nuhun-nuhun huda rokhmat sing pangeran Manut syekhuna aja ngumbar kegagahan Kabeh pasti gusti Alloh kang dadekaken Wajib milih gusti Alloh ngridoaken Ora milih gusti Alloh nyasaraken Ora milih pituduh kang nyelametaken Eman temen sira urip ning dunyane Dadi karo dunya akherat langka sangue Kabeh nasib ora weruh ning katoge Kari manut eling Alloh setutuge Kari kerja awan bengi munajat Dedongane eling Alloh aja keliwat Kang ngelakoni olih bagja dunya akherat Sebab kerja ora tinggal ning syahadat 2.5. Takabur ( Hari selasa tgl 12 Robiul Awal !379 H / 1959 M ) Gusti Alloh ngeluhuraken maring derajat Yen ngaweruhi pegawean dunya akherat Kita nerima duwe badan sing pangeran Luwih ridho ngelakokaken kabeh badan Kudu loman duwe badan sing pangeran Aja emong aja sungkan ning pegawean Eling badan aja duwur deleng sor Aja takabur bagen nyelondo luwih asar Ya watire ning batur sira dunyane Watir badan bagen blolih pangapurane 2.6. Munafik Ya menusa kabeh bae ana nafsune Tapi manut eling Alloh agamane Iku nyata wong kang olih keridoan Dunya akerat den cawisi ganjaran Alamat wong munafik iku telu Bobad omonge kiyeng ngomong kang ora perlu Den percaya maring batur ngumpetaken Rupa duwit jabur mangan nyenengaken 3. HUBUNGAN MENUSA KARO HUKUM ALLOH 3.1. Hukum Hukum iku ana pitu kang ketingal Wajib haram Sunnah makruh wenang syah batal Pulitiken tingkah ngucap penggawene Terus dipasang karo hukum pikirane Akal sandangan nur hidayat sing pangeran Ora nyandang moril bejad dadi edan Edan tingkah pengucape penggawane Sebab ora eling Alloh kelakuane Bukti nyata iki jaman sampun karem Alloh rosul perentah umat ora gelem Banjir to’at lan maksiat ingkang awas Yen menusa berpikir kang luwih cerdas Ora paham ning syahadat ati buta Bakal kaya wong mati berjuta-juta Ingetaken tahun sewidak bakal bukti Sebabe ning syahadat ora ngulati 3.2. Kepengen Mukmin ( Hari selasa tgl 26 robiul Awal 1379 H / 1959 M ) Pengen mukmin aja ngunek-ngunek atine Kudu sabar nerima ikhlas atine Aja pada gawe tingkah selewa-lewa Yen ora cocog kelakuane banget ala Ya pikiren kita nandur pengen uwohe Ora uwoh ora nana ya ngunduhe Kudu terang lan waspada aturane Bagen sholat haji blolih ganjarane Eling Alloh aja pada diibur-ibur Tiwa ngamal barang entong pada kabur Manut Alloh rosulullah kelakuane Nyuwun selamet sing dunya sampe matine Ngaku demen ning agama pada goro Bukti nyata ibadahe mung separo Badan madep maring kliblat ya takbiran Ati ngamprak ibadahe pepatongan Yen sodaqoh wong sugih diundang hajatan Tapi pekir kang miskin keliwatan Wong sugih mangan pangane wong miskin Bukti nyata ngutangi balik roh dacin Wong miskin ora nana ning sabare Mikir mangan dodok awan esuk sore Mangkat ngaji sembayange nggo pameran Ya buktine luru rasa pepajangan Kang pintera ngereribut ning pengaturan Tapi bukti ora nana keuntungan Guru ngatur ning murid kang ridho-ridho Supaya cukul nerima nafsu kendo Bisa ngaji kasab bakti ning pangeran Ahli Sunah waljama’ah nggo patokan Tujuane pengen sugih dunya akherat Bukti embah kuncung gelar ning syahadat Ayu santri sodaqoh kang ridho-ridho Aja gelem ning paksaan kang bebodo Iki jaman kewalike kamajuan Salah paham dadi pada berantakan Tapi sabar aja bosen jaluk tulung Nabi wali malaikat beber payung Alloh Alloh Alloh Alloh yaa rosululloh Nuhun saged bela agamane Alloh Arti lepet gawa amal ingkang cepet Supaya dunya akherat bisa selamet Tantang angin aja nentang pitutur dingin Ora ngandel susah payah lan priyatin 3.3. Kepengen Muslim ( Hari Selasa tgl 11 Robiul Akhir 1379 H / 1959 M ) Luru iman kang sewiji ning atine Pengen Islam ya hukumane ya badane Misah dunya aja ditaroh ning ati Kabeh hukum aja ngambang sampe mati Ibadah aja nggo ngulati dunya Bukti nyata bareng takbir eling pekaya Ayu dipisah jasmanine rohanine Dewek-dewek kongkon napak kerjaane Jasmanine hukumane ning tingkahe Napakkaken ning wajib karo Sunnahe Ayu batur dirobah gagiyan bukti Rohanine madep Alloh pecah mati Ngaku islam tapi gelem adu-adu Atos atine durung maca ning asyhadu Elingana umat islam sedulure Elingana mati esuk embuh sore Bakal bagja iman islam lan ilmune Yen napake dhohir bathin kelakuane Hadirna ati bergeraka kang sewiji Yen kepengen dadi umat kanjeng nabi Ya buntela syahadat iku akal Bloli ngapura yen pikire banget nakal Yen menusa gemuke mateni nafsu Supaya aja duwe titel ’ulama usu’ Watir beli sira manut ning rosule Yen kuatir tentu awas ning amale Sabar ikhlas ridho nerima lan syukuran Terus napak pertandane eling pangeran ( Hari Selasa tgl 11 Romadhon 1379 H / 1959 M ) Iki Jaman terang welan pembalikan Pengen selamet tetepana pegawaian Sejen tempat sejen negarane Ana bedane Islam kafir menggawene Yen wong Islam mesti manggon tanah suci Yen wong kafir mesti manggon tanah keji Islam kafir semanget ngerebut keraton Ya rebutan derepan bisahe manggon Yen wong Islam iku nenem penggawene Wajib buang sira kabeh ning dosane Hasud takabur ‘ujub riya ya toma’e Ya kesiben aja cukul ning atine Lamun cukul dadi patang puluh loro Terus gerambyang godonge royo-royo Angel bongkare sebab cukul jero keraton Ora dibongkar eling Alloh ora manggon Meronggol pange maca syahadat sepisan Maca pindo terus tugel ning wiwitan Ping telune terus bongkar ning tunggake Dadi wedi keraton ora ana rusake Terus mukmin sebab ana penggawene Ganti tanduran gelem nandur agamane Awas penyakite ngarep-ngarep dunyane Ya munafik ora gelem megat nafsune 3.4. Dalan Adolen badane kang dadi ridhone Banget angel luru maring dedalane Dalan sing cangkem wis jengak keriyaane Dala sing cungur wis jengak ke’ujubane Dalan sing mata wis jengak kehasudane Dala sing kuping wis jengak ketagawurane Dalan sing tangan wis jengak ketoma’ane Dalan sing sikil wis jengak kesimbanane Dalan sing tenaga pisan kala amal kemungkaran Endi dalan sing keparek karo pangeran Dadi mukmin akal waras ati suci Syahadat sholat ora dibenci Alloh Alloh syekhuna kholifah rosul Bareng jaluk ning syeh hadi aja ucul (Hari selasa tgl 17 Romadhon 1379 h / 1959 M ) Iki jaman pari peluk terang nyata Nggo nyontohi ibadahe ora nyata Tunggal ibadahe tunggal setahun Batur ngisi kita beli banget getun Aduh awak uripe mendi nunute Kira ngisi eling Alloh syahadate Pari megar wis parek mangsa maneni Bareng deleng pada diluk beli diiseni 3.5. Perkara Papat ( hari selasa tgl 19 Robiul Awal 1379 H / 1959 M ) Yen kepengen duwe balong sodakoh kupat Kabeh murid aja ana kang keliwat Balong iku akeh pisan ning iwake Yen duweha nyugihaken ning awake Embok bapa turun pitu olih adus Kabeh awak bagen ala tetep bagus Aran balong iku batur ya syahadat Gelem numbruk pasti selamet dunya akherat Aran kupat kang kukuh perkara papat Syare’at torekot hakekat ma’rifat Aja bae disanggah ayem-ayem Alloh merentah rosul merentah kekebatan Kabeh murid kabeh bae kang balapan Aja gelem diadangi maring syetan Aran iwak kabeh dunya kemilikan Sander mikir tinggal sabar lan syukuran Arti banyu awas batur cuwan Asat Eling Alloh ingkang mikih aja telat 3.6. Wakil Alloh Beda karo wong kang melas ning kerjaane Gusti Alloh Bayar ora nana ning dalan Yen sugiha wakil Alloh ya arane Yen kepengen buang papat kelakuane Mateni wong zina nyolong haram riba Gage maju hukum Alloh ya diamba Kang ati-ati ngelakoni keislaman Aja pada ngeluh ngresula kengelan Iku syarat dadi sebab kekuatan Dunya akherat ora nana kemelaratan Kudu weruh patokan hadist lan Qur’an Yen ora weruh gampangan ditipu syetan Aja gerek ngaku pinter kudu watir Ora manut Alloh rosul dadi kafir Mikir-mikir banget watir melebu kubur Aran bengi mikir sangu ora nganggur 3.7. Bersih Dhohir bathin ( Hari Selasa tgl 16 Jumadil Awal 1379 H / 1959 M ) Ayu santri pegaten laku alane Lakonana kebersihan dhohir bathine Den turuni saking langit banyu udan Derapen bersih kotoran kabeh badan Banyu sumber sumbere banget cilaka Nyucikaken ati kang banget musyrike Kebersihan werna loro ning jumlahe Badan ati tumiba wajib Sunnahe Ora tumiba wajib misah hukum najis Sebab nyata badan kerendeman Iblis Syahadataken cangkem ati lan pikiran Kira nyumber aja pegat muji dzikiran Ya sholat limang waktu nggo jajaran Ya nyatune kang angger eling pangeran Pengen waras laku hak ngadohi bathil Iku mukmin dunya akherat ora batal Ora hak laku bathil iku syetan Bagen santri atawa kiyai dadi jaran Urip ira pengen mukmin kudu awas Gawe amal awan bengi mumpung waras Den cawisi wong kang mukmin panggonane Luwih lega ning suwarga lan jembare Dawuh Gandasari ( Hari Selasa tgl 3 Kapit 1379 H / 1959 M ) Nyi Gandasari ngejake kedanan tajug Kang ora gelem mareki yabakale ya dicucug Gandasari ngopeni murid ngaji syahadat Telung ambalan aja liren aja telat Gage teka aja kongsi ketinggalan Pembukaan syahadat penghabisan Ning syahadat gage gawur rerebutan Duwe syahadat ora bakal kegawa syetan Gandasari ngopeni umat wani blenger Watir pisa ning umate bokat keder Alkhamdulillah umat nemu syahadat Tapi sayang durung manjing syahadat Gandasari jaluk adus lenga wangi Jalukane ning santrine tangi bengi Ngaji syahadat bakal akeh penggodane Kang ati-ati aja picek mata atine Gandasari jaluk nginum banyu sumur Eling Alloh rosul Iblis lebur ajur Aja enak-enak sira dibentengi Wong syahadat kelakuane tangi bengi Pikir putek mikiri dunya ora nana Kurang amal akherate dadi hina Kuping mata cangkem gage dipasang Mumpung urip mati aja mangmang Toma’ riya hasud penyakit rohani Kebodohan gelem amal disudani 3.8 Syetan Serandil ya keserang maring serandil permulaan Laler pitek ula kelabang kepenclokan Tapi selamet wong kang duwe ati salim Wis kelebu golongane wong kang mukmin Embah kuwu ningali ning golok cabang Yen babade dunya akherat tetep menang Golok cabang ngedadian dadi serandil Bedil ilang ngedadian dadi serandil Tinggalana mas Gandasari ya tenunan Nemu syahadat iku tahun penghabisan Pengajian wis tutg ganti wulangan Beresana kabeh batur kabeh badan LINGKUNGAN ( HARI Selasa tgl 9 Syawal 1379 H / 1959 M ) Gawe umah kudu kuat pendamene Gawe Pendamen kudu kuat galiane Ya galian tahan adem hawa panas Waktu rendeng lan ketiga banget panas Umah ibarate sholat limang waktu Pedomane syahadat kang nomer Satu Ya galian sabar tawakal pasrah Alloh Ya dasare wong syahadat aja salah Salah mangan barang sekepel sepulukan Kanggo ibadah nyuwungaken nin ganjaran Salah nyandang barang haram rega setalen Dikon sujud maring Alloh maksa kelalen MAULID ISRO MI’ROJ (1388 H 1968 M) ISRO MI’ROJ (1388 H 1968 M) Sebabe mi’roj bumi langit pada urusan Tapi hikmah karo karone pada tukaran Jare bumi luwih bagus tinimbang sira Alloh maesi segara gunung lan negara Pirang-pirang wiwitan lan bengawan Kanggo contone wog kang duwe iman Mundak isun srengenge wulan kang berharga Pikirana kursi ‚arsy lan suwarga Pirang-pirang lintang buroq ana ning isun Ora ngerti kabeh makhluk butuh ning isun Bumi jawab pada towaf pada mursalin Para nabi para nabi lan muslimin Pada jiarah ing baetulloh kabe makhluk Wetan kulon lor kidul pada njaluk Mundak isun pada towaf malaikat Ning baetul makmur kabeh rokh ning akherat Ning suwarga rohe nabi lan mursalin Lan ning isun rokhe mukmin lan mursalin Pikirna sira langit syayidil mursalin Onjo makhluk kekasih robbul ‘alamin Pungkasane nabi ana ning isun Sempurnane rerubah ana ning isun Langit meneng ora jawab ngerasa kalah Ana ning bumi nabi Muhammad wakile Alloh Enggal matur langit maring Alloh Nuhun diunggahaken rosululloh Hai jibril kita jaluk ditekakaen Ing brantae ati kita nyata kaken Jibril terus masang lapak lan kendali Tekakaken maring buroq ing kanjeng nabi Jibriol marek ning buroq seja ngomongi Ayu buruk mudun nekani kanjeng nabi Buroq tangi kang maune lagi ndeluk Ngerasa bunga kelingan asma kang ning batuk Weruhana isra mi’raj kanjeng nabi Kon sesuci tindakane kanjeng nabi Wis kecerita kanjeng nabi waktu mi’roj Ayu diraksa urip kita aja murtad Kanjeng nabi kesah mi’roj ba’da isya Munggah langit pitu subuh ana ning mekah Wulan rajab bengi senen pitulikure Waktu iku kanjeng nabi bade sare Sayidina ja’far sayidina hamzah kanan kirine Boten dangu dugih malaikat lorone Nalika ngundang malaikat jibril alon-alon Sebab ketingal kanjeng nabi siweg turon Kanjeng nabi wonten ing hijir ismail Nuli den timbali ning malaikat jibril Kanjeng nabi ngerungu nuli enggal wungu Bari ngandika kanjeng nabi sapa iku Nuli jawab aku malaikat jibril Nuwun ridlone panjenengan tiang adil Malaikat loro nuli diaturi manjing Dodok bareng sorote bening Kanjeng nabi maring jibrli nuli nakoni Dines apa iki jibril mene waktu bengi Niki kula bakta dawuh saking pangeran Kula mreki kengkeng ngiriomaken sampean Kanjeng nabi nuli enggal jawab salam Serta matur kanjeng nabi ning pangeran Jibril nuli matur maning ing kanjeng nabi Panjenengan kedawuhan dalu puniki Awit makkah sampe dugih masjid aqso Teras munggah maring langit saking kono Malaikat jibril isun mangkat gawa apa Serta isun ditimbali ajeng punapa Gusti Alloh arep bendu apa ora Apa gusti bade paring pangapura Jibril jawab bumi langit pada urusan Dados kula kengken ngalap panjenengan Punten malih dalem agung sesembahan Nyediai maring gusti kejemberan Nunten malih gusti Alloh nyediai Pangapura kanggeh gusti kanjeng nabi Kanjeng nabi nuli takon ning malaikat Pangapura kanggo isun apa nggo umat Umat isun cilik-cilik sugih dosa Ora olih pangapura tetep disiksa Jibril matur gusti nabi aja melang Umat panjenengan asal aja mang-mang Sampun tutug malaikat loro tutur-tutur Kanjeng nabi enggal dipun bakta sumur Dugih sumur kanjeng nabi dikon anteng Dipun bukah dadane sampe ning weteng Kanjeng nabi dibedel iki perlune Bade dipun suceni jero atine Malaikat loro sampun beres nucenane Lajeng dipun isi ilmu sedayane Serta dada lan gigir wonten tulisan Tetengere akhire jaman cape nabi Jibril matur mangga gusti haturan mangkat Kula bakta tunggangane kang luwih katat Engal dandan kanjeng nabi nuli metu Sesarengan kalian tiang tiga iku Kanjeng nabi ngadepi buroq gegrijogan Aja nunggang yen iki dudu utusan Jibril nyandak ning buroq ngomongi terang Hai buroq apa sira ora duweni wirang Aja mangmang iki nyata kanjeng nabi Ingkang dadi utusane Allohurrobi Nuli buroq ning adepan gelem anteng Ngrasa wirang sampe peningale peteng Buroq metu keringete sebadan kujur Sebab ngrasa kita iki ya takabur Nuli buroq depe-depe ning kanjeng nabi Sebab pengen enggal-enggal di tunggangi Kanjeng nasbi nuli diaturi mangkat Nunggang buroq dipun iring malaikat Jibril mangkat ya sewiwine dibeber Sebab arep barengi buroq mabur Ya buroqe terus beber seqwiwine Nuli mabur sampun nitih kanjeng nabine Jibril ngiring ning tengene kanjeng nabi Sebab jibril perlune nyekel kendali Malaikat mikail ning kiwene kanjeng nabi Iku perlune bari nggeceki sangga wedi Kanjeng nabi lumaku tampa aaturan Kengken sembahyang patang panggonan Mula-mula mudun ning masjid madinah Sebab iku ning kono tempate pindah Kapindone mudun ning negara madian Nuli sholat sampun salam enggal dangdan Kanjeng nabi sholat niku banget kersa Iku ning madian tapakane musa Ping telune mudun ning gunung tursina Kanjeng nabi mudun konoh banget bungah Kanjeng nabi sholat maning rong rokaat Nabi musa ning kono waktu munajat Kaping pate mudun ning baetul lakmin Kanjeng nabi nuli tandang sholat maning Sasmpun salam kanjeng nabi nuli meriksa Baetu lakmin tapakane nabi isa Kanjeng nabi lumaku ningal perlambang Pirang-pirang kanggo nyontohi umat Mul-mula kanjeng nbai ningali tiang Digiring-giring kaya wedus pirang-pirang Pada wuda tur pada mangani eri Enggal takon maring jibril kanjeng nabi Jibril jawab contoh umat kanjkeng nabi Waktu dunya ngutangi balik nganaki Mengkin kondur saking ngeriki enggal nasehati Maring umat aja pada gawe kianat Mantek oragawe aman ning negara Lan akhire wong iku dadi sengsara Kanjeng nabi ora leren terus amblas Ningal malih wong lagi nggedigi endas Endas digedig remuk pada betataran Bener maning digedig maning terus-terusan Esuk soreawn bengi ora berenti Nuli takon maring jibril kanjeng nabi Jibril jawab contoh umat panjenengan Ngelakoni sholat ora manut ning aturan Mengkin kondur saking riki tutur-tutura Maring umat ngelakoni sholat aja lara wora Aja pada ngelakoni sholat kaya wong rudat Mengko akhir nemu siksa banget berat Ningal malih kanjeng nabi ning wong akeh Pada ngadepi daging lan daging menteh Pada mangani daging menteh kang diuleri Daging mateng kang bagus ditaroh mburi Kanjeng nabi maring jibril enggal takon Kabeh nabi maring umat banget open Jibril jawab contoh umat panjennengan Waktu dunya ningal rabine deleng wong lian Panjenmengan mengkin kondur saking niki Tuturana kabeh umat kon ngati-ati Boten danguh kanjeng nabi ningali mali Maring kaum pada nangis jelah jelih Pada nyakari raine terus ning dada Gocar gacer sebab nganggo kuku waja Mulak malik tumpang tindi ora leren-leren Kanjeng nabi maring jibril enggal takon Jibril jawab iku contone kawula Kang ngomonge ngrasa ora duwe dosa Menawi mengkin panjenengan sampun kendur Tuturana umat kabeh aja takabur Aja bae kandane pada rerasan Tuwas ibadah nampa siksa sing pangeran Boten danguh kanjeng nabi ningali tiang Sepuh sanget sandangane serupa abang Panggone kaya masih bocah perawan Gelang kalung lambe abang tur pupuran Kanjeng nabi ora ningal ora nulih Lamon ningal maring uga blolih Malikat jibril enggal nyentreg buroq malih Kuatir kanjeng nabi bokan ningali Nuli matur mlaikat jibril ning kanjeng nabi Untung temen panjenengan boten ningali Lamon panjenengan wau purun ningal Mesti umat panjenengan kabeh mungal Ora gelem kon pada ngelakoni agama Tungkul melulu senenge ngakali dunya Ikah wau wng wadon ganbare dunya Katon gagah gembira nyatane hina Mengkin ngajeg umat kabeh jaken iman Omongana aja ucul keislaman Boten danguh dugih ning negara palestin kanjeng nabi niku mi’roj dohit bathin Waktu iku kanjeng nabi pinanggihan Klawan nabi kabeh uluk salam Sampun dugih ning masjidil aqso kabeh Kanjeng nabi mereng ning suara rameh Par nabi-nabi kabeh pada mangsuli Ning salame gusti kula kanjeng nabi Para nabi kabeh pada ngaturaken pemuji Untung temen bagja temen gusti nabi Kanjeng nabi ugah mangsuli ning pemuja Langkung bagja wong kang pada gelem muji Manjing mesjid kanjeng nabi terus shoalt Sampun salam terus nuli suara komat Rampung komat para nabi bebarisan Jibril nyandak kanjeng nabi kon dadi iman Rampung sholat kanjeng nabi atur pamit Medal sing masjid nyandak anda munggah langit Awit langit sepisan tumekah pitu Saban langit jibril jaluk bukah pintu Alam malakut eloke luar biasa] Oara nana padane ning alam dunya Kita kabeh pengen mukmin kudu percaya Mula-mula kanjeng nabi meriksa syurga Jembar wera ning jerone banget lega Ning jero gedong panganane werna-werna Cukup komplit segala-gala wis ana Gedong surga iku ana tulisane Umat kabeh kang manut perintah gustine Lajeng pindah kanjeng meriksa neraka Ula kelabang kalajengking rante geni Wong ning disiksa neraka awan engi Kanjeng nabi meriksa neraka terang katon Ning neraka sing akeh iku wong wadon Waktu dunya ora syahadat ora sholat Lan wong wadon kang ora open ning aurat Kanjeng anbi nuli munggah ning sidrotil muntaha Dewek bae ora karop sapa-sapa Kanjeng nabi ngajak jibril ora gelem Sebab ora olih ijin sing gusti dalem Gusti nabi kula ngiring boten teras Lamon teras mesti kula nemu tiwas Mung semene kula gusti ya derajate Boten sami kalih apnjenengan ya pangkate Kanjeng nabi nulimunggah kiambekan Dugih ngeriku kerungu suarane kolam Kanjeng anbi terang pisan mireng koalm Lagi nulisa amale wong sebumi alam Waktu kanjeng nabi munggah kolam pecah Sebab kaget ningal gusti rosululloh Kanjeng nabi piambekan tambah jujur Terus manjing kanjeng nabi ning khabibnur Pirang-pirang khabib kanjeng nabi iku weruh Sampun tutug manjing khabib nampih weruh Kanjeng nabi nuli kelipet iku badane Ning mega nur terus sedayane Sira sifat basariyah jaman makan Terus kebuka kabeh sifat kesempurnaan Gusti Alloh nuli dawuh ninh kanjeng nabi Hai Muhammad jaluk apa sira kon mrene Kanjeng anbi ngaturaken nabi-nabi liyane Abdi pasrah punapa mawon saking panjenengan Ya Muhammad tampanana telaga kautsar lan kabeh umat Sapa bae umate kang dipai syafa’at Gusti Alloh nuli perintah ning kanjeng nabi Hai Muhammad lakonana seket waktu awan bengi Kanjeng nabi nampani dawuh saking pangeran Nuli kondur jujug jibril kang nunggu ning dalan Kanjeng anbi nampi kondur ning aturan Saking nabi musa kon jaluk persudan Bolak balik kanjeng nabi ambal ping sanga Kari lima kanjeng anbi dikon nerima Kanjeng nabi nuli kondur maring mekah Bakta dawuh pengaturan saking Alloh Kanjeng nabi kesa mi’roj ba’da isya Munggah langit pituh subuh ana ning mekah Ba’da dukha kanjeng nabi medal ning lawang Nuli abu jahal liwat ngundang-ngundang Hai Muhammad ana khabar apa bengi mau Abu jahal nakoni bari geguyu Kanjeng nabi jawab boten isin-isin Wau daluh paman kula sing palestina Ning masjid aqso pirang-pirang para nabi Kula sholat ning riku kon ngimami Durung tutug jawabe terus disentak Hai Muhammad omong ira aja ngamprak Ngaku dingin omong ira aja sekarat Kita arep ngumpulaken kabeh rakyat Supaya omong ira disakseni Kabar bener apa palsu mau bengi Mengko rakyat yen wis kumpul sira cerita Siaraken kabar ira ingkang ceta Aja kurang aja luwih omong ira Yen omonge sira pengen dipercaya Kanjeng nabi jawab mangga paman enggal-enggal Kula nunggu rakyat ora bakal ditinggal Abu jahal mider-mider ngundangi rakyat Lanang wadon kon kabeh pada mangkat Wis kumpul kabeh wong ning arsane Kanjeng nabi tambah bungah pikirane Sebab arep ngelahiraken kewajibane Rakyat ngandel arep beli ngelakonane Rakyat ngumpul abu jahal nuli ngongkon Hai Muhammad ceritakena kabar ira aja alon-alon Kanjeng nabi berita aken waktu ning palestin Rakyat rameh surak-surak ngisin-ngisin Kanjeng nabi tegak tenang terus cerita Durung tutug ceritane ana sing banta Wong wadone mencut-mencut ya cangkeme Edan goroh Muhammad iku omongane Lanag wadon tingkahe selewa-lewa Waktu iku abu bakar kan dadi ketua Abu bakar nuli nahan ning suara Hai rakyat menenga dingin sementara Iku nyata Muhammad iku omonge bener Saking sirane nyatane keblinger Sepine wong ana wong ngacung tangane Hai Muhammad jaluk keterangane Masjid aqso iku pirang kilo iku adoe Lan lawange lan sakae pira kabehe Malaikat jibril kebat turun gawa gambar Kanjeng nabi rakat jawabe rakyate bubar Rakyat bubar bari ngomong Muhammad duwe sihir Kanjeng nabi nasehat terus sampe akhir HABIB UMAR BIN ISMAIL BIN YAHYA CIREBON Habib Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Dai berdarah Hadramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H.Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim, Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein. Pandidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921. Menyaksikan masyarakat Kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarief Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarief Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya. Maka, setiap Malam Jum’at Habib Umar pun Menggelar pengajian di rumahnya. Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat. Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam Penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia di bebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda. Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda. Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi danpengajiannya ditutup, Enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan. Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. Mka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon, seperti Kiai Ahmad Sujak (Bobos), Kiai Abdul Halim (Majalengka), Kiai Syamsuri (Wanantara), Kiai Mustafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjul). Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang di keluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran. Panji-Panji Syahadatain Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain. Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asyahadatain”. Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno. Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asyahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan Jamaahnya bertawasul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul bayt, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Assyahadatain. Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Assyahadatain, menulis buku berjudul Awradh Thariqah Al-Syahadatain, Sebagai pedoman Bagi Jamaahnya. Syahadat, menurut Habib Umar, Tidak Cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya. Karyanya yang lain adalah Awrad (1972), menggunakan Bahasa daerah yang berisi ilmu ahlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin. Habib Umar menghadapa ke Hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973. Semoga Amal Ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Di Kota Bunga, Malang, Jawa Timur, ada seorang auliya’ yang terkenal karena ketinggian ilmunya. Ia juga hafal ribuan hadits bersama dengan sanad-sanadnya. Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawi dilahirkan di kota Tarim, Hadramaut, pada hari Selasa 15 Safar tahun 1316 H/1896 M. Saat bersamaan menjelang kelahirannya, salah seorang ulama besar, Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf, bermimpi bertemu Sulthanul Auliya’ Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam mimpi itu Syekh Abdul Qadir Jailani menitipkan kitab suci Al-Quranul Karim kepada Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf agar diberikan kepada Habib Ahmad bin Muhammad Bilfagih. Pagi harinya Habib Syaikhan menceritakan mimpinya kepada Habib Ahmad. Habib Ahmad mendengarkan cerita dari Habib Syaikhan, kemudian berkata, ”Alhamdulillah, tadi malam aku dianugerahi Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyarat takwil mimpimu bertemu Syekh Abdul Qadir Jailani yang menitipkan Al-Quranul Karim agar disampaikan kepadaku. Oleh karena itu, putraku ini kuberi nama Abdul Qadir, dengan harapan, Allah SWT memberikan nama maqam dan kewalian-Nya sebagaimana Syekh Abdul Qadir Jailani.” Demikianlah, kemudian Habib Ahmad memberi nama Abdul Qadir karena mengharap berkah (tafa’ul) agar ilmu dan maqam Abdul Qadir seperti Syekh Abdul Qadir Jaelani. Sejak kecil, ia sangat rajin dan tekun dalam mencari ilmu. Sebagai murid, ia dikenal sangat cerdas dan tangkas dalam menerima pelajaran. Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai orang yang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu dan menaruh penghormatan yang tinggi kepada guru-gurunya. Tidaklah dinamakan mengagungkan ilmu bila tidak memuliakan ahli ilmu, demikian filosofi yang terpatri dalam kalbu Habib Abdul Qadir. Pernah suatu ketika di saat menuntut ilmu pada seorang mahaguru, ia ditegur dan diperingatkan, padahal Habib Abdul Qadir waktu itu pada pihak yang benar. Setelah memahami dan mengerti bahwa sang murid berada di pihak yang benar, sang guru minta maaf. Namun, Habib Abdul Qadir berkata, ”Meskipun saya benar, andaikan Paduka memukul muka hamba dengan tangan Paduka, tak ada rasa tidak menerima sedikit pun dalam diri hamba ini.” Itulah salah satu contoh keteladanan yang tinggi bagaimana seorang murid harus bersopan-santun pada gurunya. Guru-guru Habib Abdul Qadir, antara lain, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiry, Habib Alwy bin Abdurrahman Al-Masyhur, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf, Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdor, Syekh Segaf bin Hasan Alaydrus, Syekh Imam Muhammad bin Abdul Qadir Al-Kattany, Syekh Umar bin Harridan Al-Magroby, Habib Ali bin Zain Al-Hadi, Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy, Syekh Abubakar bin Ahmad Al-Khatib, Syekh Abdurrahman Bahurmuz. Dalam usia yang masih anak-anak, ia telah hafal Al-Quran. Tahun 1331 H/1912 M, ia telah mendapat ijazah dan berhak memberikan fatwa agama, antara lain di bidang hukum, dakwah, pendidikan, dan sosial. Ini merupakan anugerah Allah SWT yang telah diberikan kepada hamba pilihan-Nya. Maka tidak berlebihan bila salah seorang gurunya, Habib Alwi bin Abdullah bin Syihab, menyatakan, ”Ilmu fiqih Marga Bilfagih setara dengan ilmu fiqih Imam Adzro’iy, sedangkan dalam bidang tasawuf serta kesusastraan bagai lautan tak bertepi.” Sebelum meninggalkan kota Tarim untuk berdakwah, di tanah kelahirannya ia sempat mendirikan organisasi pendidikan sosial Jami’yyatul Ukhuwwah wal Mu’awanah dan Jami’yyah An-Nasr Wal Fudho’il tahun 1919 M. Sebelum berhijrah ke Indonesia, Habib Abdul Qadir menyempatkan diri beribadah haji dan berziarah ke makam Nabi Muhammad SAW. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan dan singgah di beberapa kota dan negara, seperti Aden, Pakistan, India, Malaysia, dan Singapura. Di setiap kota yang disinggahi, ia selalu membina umat, baik secara umum maupun khusus, dalam lembaga pendidikan dan majelis taklim Tiba di Indonesia tepatnya dikota Surabaya tahun 1919 M/1338 H dan langsung diangkat sebagai direktur Madrasah Al-Khairiyah. Selanjutnya, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Madrasah Ar-Rabithah di kota Solo tahun 1351H/1931 M. Selepas bermukim dan menunaikan ibadah haji di Makkah, sekembalinya ke Indonesia tanggal 12 Februari 1945 ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah dan Perguruan Islam Tinggi di kota Malang. Ia pernah diangkat sebagai dosen mata kuliah tafsir pada IAIN Malang pada 1330 H/1960 M. Keistimewaan Habib Abdul Qadir adalah, ia ahli ilmu alat, nahwu, sharaf, manthiq, ilmu kalam, serta ma’any, bayan, dan badi (tiga yang terakhir merupakan bagian ilmu sastra). Dalam bidang hadits, penguasaannya adalah bidang riwayat maupun dirayah, dan hafal ribuan hadits. Di samping itu, ia banyak mendapat hadits Al-Musalsal, yakni riwayat hadits yang tersambung langsung kepada Rasulullah SAW. Ini diperolehnya melalui saling tukar isnad (saling menukar periwayatan hadits) dengan Sayid Alwy bin Abas Al-Maliky saat berkunjung ke Makkah. Sebagai seorang ulama yang menaruh perhatian besar dalam dunia pendidikan, ia juga giat mendirikan taklim di beberapa daerah, seperti Lembaga Pendidikan Guru Agama di Sawangan, Bogor, dan Madrasah Darussalam Tegal, Jawa Tengah. Banyak santrinya yang di kemudian hari juga meneruskan jejaknya sebagai muballigh dan ulama, seperti Habib Ahmad Al-Habsy (Ponpes Ar-Riyadh Palembang), Habib Muhammad Ba’abud (Ponpes Darul Nasyi’in Malang), Habib Syekh bin Ali Al Jufri (Ponpes Al-Khairat Jakarta Timur), K.H. Alawy Muhammad (Ponpes At-Taroqy Sampang, Madura). Perlu disebutkan, Prof. Dr. Quraisy Shihab dan Prof. Dr. Alwi Shihab pun alumnus pesantren ini. Habib Abdul Qadir wafat pada 21 Jumadil Akhir 1382 H/19 November 1962 dalam usia 62 tahun. Kala saat-saat terakhirnya, ia berkata kepada putra tunggalnya, Habib Abdullah, ”… Lihatlah, wahai anakku. Ini kakekmu, Muhammad SAW, datang. Dan ini ibumu, Sayyidatunal Fatimah, datang….” Ribuan umat berdatangan untuk meyampaikan penghormatan terakhir kepada sang permata ilmu yang mumpuni itu. Setelah disemayamkan di Masjid Jami’ Malang, ia dimakamkan di kompleks makam Kasin, Malang, Jawa Timur. — bersama Sayyidah Al Qomariyah, Muhammad Alwie Shahab, Zainul Wahyudi, dan 41 Tuan Guru K.H. Muhammad Gadung bin Alimul Fadhil Syeikh salman al-Farisi bin Al alimul allamah Qadhi H.Mahmud bin Allimul Fadhil H.Muhammad Yassin yang menikah dengan Asiah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari ,beliau adalah salah satu guru dari abah Guru sekumpul Syeikh Muhammad Zaini bin H.Abdul Ghani ...kewalian beliau sangat terkenal,diantara anak beliau adalah Julak Hannor atau Muhammad noor seorang wali Ma'djuzub dari Tapin Rantau,menurut beberapa riwayat diantara kekeramatan beliau,beliau mampu membagi tubuhnya menjadi beberapa,dan banyak lagi keramat keramat beliau yang lainnya — bersama Ahmad Attawwabien Putratunggalmargasari, Surya Mustika, Fatimah Al-anggawi, dan 34 lainnya. Al-‘Alim al-‘Alamah KH. Badruddin Bin KH. Ahmad Zaini Tunggulirang, Martapura Al-‘Alim al-‘Alamah KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini putra KH. Abdurrahman dilahirkan di tunggulirang, Martapura pada tanggal 29 Dzulqaidah 1355 H bertepatan pada tanggal 11 Februari 1937 M. Sejak kecil ia hidup ditengah-tengah keluarga muslim yang taat beragama. Pertama-tama ia belajar mengaji kepada ayah dan kakeknya, selanjutnya ia memasuki pendidikan formal di Madrasah “Iqdamul Ulum” dan juga sekolah non-formal di pondok pesantren Darussalam, Martapura. Setelah lulus di kedua sekolah itu iapun meneruskan pendidikannya ke tanah suci mekkah, tepatnya di Madrasah Shaulatiyyah, kurang lebih 2 tahun setengah ia belajar di bumi kelahiran Rasulullah itu. Kemudian ia kembali ke Martapura dan memperdalam ilmu kepada ulama-ulama besar di Martapura diantaranya kepada kakaknya sendiri KH. Husein Qadri, KH. Anang Sya’rani Arif, KH. Muhammad Samman Mulia, KH. Salim Ma’ruf dan beberapa ulama serta habaib di pulau jawa. Nama KH. Badruddin tentu tidak asing lagi bagi orang Kalimantan Selatan. Ia sangat dikenal oleh masyarakat di daerah ini karena di samping dikenal sebagai ulama ia juga dikenal sebagai politikus ternama. KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini juga tidak berhenti meneruskan perjuangan dan perjalanan hidup yang telahdilakukan oleh kakek, ayah dan saudaranya sebagai pembimbing dan Pembina masyarakat melalui pengajian-pengajian agama, baik di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura maupun dikalangan masyarakat umum seperti di mesjid-mesjid, langgar dan pelosok-pelosok kampung. Di bawah kepemimpinannya inilah Yayasan Pondok Pesantren Darussalam mengalami perkembangan yang sangat pesat lebih-lebih dengan dibukanya SMP, SMK, SMR dan STAI Darussalam Martapura. Di bidang Da’wah, di samping sebagai guru dan pimpinan Pondok Pesantren Darussalam, ia juga aktif memberikan Khutbah Jum’at di Mesjid agung al-Karamah, Martapura dan sekaligus sebagai nazir mesjid kebanggaan warga masyarakat Martapura ini. Di bidang pemerintahan KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini ditunjuk sebagai Penghulu Kampung Jawa dan sungai Paring Martapura pada tahun 1955 dan selanjutnya diangkat sebagai karyawan di Departemen Agama, Kabupaten Banjarpada tahun1960. Tahun 1961 diangkat menjadi anggota DPRD dari Golkar Tingkat II Banjar, pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggota MPR RI selama dua periode dan pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggota DPA RI juga selama dua periode. Di bidang organisasi, ia juga pernah menduduki jabatan Wakil Ketua Umum Badan Kerjasama Ulama Militer, ketua MUI Kalimantan Selatan, ketua LPTQ Kalimantan Selatan, Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPP) Kalimantan Selatandi samping sebagai anggota Badan Pertimbangan MUI Pusat dan Rais Suriah PWNU Kalimantan Selatan. Namun kiprahnya dibidang politik tetap saja tak lepas dari upaya memperjuangkan untuk tegak syiar Islam di daerah Kalimantan Selatan. KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini adalah putra Mufti KH. Ahmad Zaini dan Ibu Hj. Jannah. Sejak remaja dan sampai akhir hayatnya kakak kandung KH. M. Rasyad ini dikenal memiliki pendirian yang teguh, disiplin dan loyalitas yang tinggi baik dalam sikap maupun perbuatannya. Guru Ibad (panggilan akrabnya) juga dikenal sukses dalam mendidik keluarga. Putranya H. Muhammad, Lc. Semasa hidupnya pernah menjadi ketua STAIN Darussalam, Martapura,putranya yang lainnya adalah H. Hasanuddin kini telah mendirikan sebuah pondok pesantrean di Saudakan, Negeri Sabah, Malaysia dari TK sampai Aliyyah yang keberadaannya telah di akui oleh kerajaan negeri tersebut. KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini juga pernah dianugerahi Satya Lencana Penegak dari Pemerintah Indonesia atas jasanya membantu penumpasan gerombolan PKI di Kalimantan Selatan. KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini juga orang yang pertama kali membawa dan mengembangkan pembacaan Maulid al-Habsyi (Simthud Durrar) di Kalimantan Selatan dan sekitarnya, yang sampai kini terus diamalkan oleh masyarakat. Akhirnya pada malam Rabu tanggal 27 Jumadil Akhir 1413 H atau bertepatan pada 23 Desember 1992 M, rihnya yang penuh dengan cahaya ilahi berpulang keharibaan Allah SWT dan jasadnya di makamkan di alkah keluarga di Kampung Tunggulirang, Martapura berdampingan dengan kakek, ayah, dan saudaranya. Semoga dalam perjalanan hidup dan pengabdiannya diterima oleh Allah Subhanahu Wa Taala sebagai amal saleh dan dapat menjadi contoh dan tauladan bagi anak-anak cucunya dalam menegakkan agama Islam dan Faham Ahlussunah wal Jama’ah sepanjang masa, Aamiin. — bersama Hana Sabila Binti Achmad, SafiraImuet Imuet Fira, Shipenyayang Ayahdanbunda, dan 28 lainnya.lainnyaFacebook KH.Zakaria bin Tuan Guru KH.Ramli Tuan Guru KH.Zakaria bin Tuan Guru KH.Ramli yang menikah dengan Hj.Hafifah binti Tuan Guru KH.Muhammad Gadung bin Syeikh Salman Al-Farisi,belau adalah cucu pertama dari Tuan Guru KH.Muhammad (salah satu guru dari Abah Guru Sekumpul) dan beliau inilah yang melayani Abah Guru sewaktu beliau mengaji kepada Tuan Guru KH.Muhammad selama kurang lebih 2 tahunan,setelah Abah Guru Sekumpul wafat beliau bercerita kalau beliau sering ditemui oleh Abah Guru Sekumpul,sampai suatu malam beliau bermimpi lagi bertemu dengan Abah Guru dalam mimpinya itu Abah Guru Sekumpul hidup enak di dalam Istana dan banyak berkumpul para guru guru Darussalam,Datu Syeikh Salman al-farisi,Tuan Guru KH.Muhammad kakek beliau dan Muhammad Nor (Julak Hanor),dalam mimpi tersebut Guru Sekumpul berucap kepada Tuan Guru KH.Zakaria " Pabila lagi nyawa (kamu) Zak,di sini rami banar sudah takumpulan guru guru yawa (kamu) ".di jawab oleh Tuan Guru KH.Zakaria "kalau memang Guru yang membawai (mengajak) ulun hakun (mau) haja." .Guru H.Yahya anak beliau yang diceritakan mimpi tersebut menanyakan kenapa ayahnya mau di ajak oleh Abah Guru Sekumpul lalu di jawab beliau karena yang mengajak adalah paguruan maka beliau mau saja,dan selang 3 hari setelah beliau menceritakan mimpi tersebut kepada anak beliau,beliau betul betul menyusul Abah Guru Sekumpul ...subhanallah...beliau wafat malam kamis bulan Sya'ban 1427 H (2006)...semoga Allah SWT mengumpulkan beliau dengan Rasulullah SAW beserta guru guru beliau dan seluruh muslimin dan muslimat yang mencintainya....Aamiiin Ya Robbal alamin...Alfatihah . Bung Hatta dan Kisah Sepatu Bally PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut. Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi. Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta. “Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri,” kata Adi Sasono, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut zaman ini, dengan dana bantuan presiden, dana Badan Urusan Logistik, dan lain-lain. Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain. Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing — bersama Incu Abah Oi Bonqkar, Achmad Al-banteniy, FatiSAYYID ARIF ABDURRAHIM BASYAIBAN Cerita napak tilas Sayyid Arif Abdurrahim tidak akan lepas dari sang kakak Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban, yang makamnya berada di Mojoagung Jombang Jawa Timur. Perjuangan keduanya dalam membabat kawasan pesisir Pulau Jawa, menjadi daerah yang kental dengan nilai-nilai religius menorehkan masa keemasan. Sekitar pertengahan abad ke-16 Masehi adalah gencar-gencarnya orang-orang Arab berimigrasi ke tanah Jawa melalui jalur laut. Dan salah satu dari mereka adalah Sayid Sulaiman Basyaiban. Basyaiban adalah gelar warga habib keturunan Sayid Abu Bakar Syaiban, seorang ulama terkemuka di Tarim, Hadhramaut yang terkenal alim dan sakti. Dan ayahanda Sayid Sulaiman dan Sayid Arif yang bernama Sayid Abdurrahman masih tergolong cicit dari Sayid Abu Bakar Ba Syaiban. Ia putra sulung Sayid Umar bin Muhammad bin Abu Bakar Ba Syaiban. Lahir pada abad ke-16 M di Tarim, Yaman bagian selatan sebuah perkampungan sejuk yang terkenal sebagai gudang para wali dan auliya’ Allah. Ketika dewasa ia merantau ke Nusantara, tepatnya di Pulau Jawa. Sayid Abdurrahman memilih tempat tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa waktu kemudian ia mempersunting putri Maulana Sultan Hasanuddin, Demak, bernama Syarifah Khadijah. Seorang putri bangsawan yang masih keturunan Rasulullah dan masih cucu Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Buah dari pernikahan mereka dikaruniai tiga putra, yakni Sayid Sulaiman, Sayid Abdurrahim (Sayid Arif), dan Sayid Abdul Karim. Ketiganya mewarisi keturunan leluhurnya dalam hal berdakwah menyebarkan ajaran Islam di Jawa. Tempat syiar pertama mereka adalah Krapyak, Pekalongan, Jawa Tengah. Lalu berkelana ke Solo, di sini mereka terkenal kesaktiannya. Hingga suatu ketika seorang Ratu Mataram Solo merasa iri. Di kota inilah mereka berpisah, Sayid Sulaiman memilih pergi ke Surabaya tepatnya di Ampel Denta, sedangkan sang adik memilih untuk menetap. Sayid Sulaiman kemudian berguru pada santri-santri Raden Rahmat (Sunan Ampel). Tak berselang lama, kabar keberadaan Sayid Sulaiman akhirnya sampai ke telinga Ratu Mataram. Lalu sang ratu mengirim utusan ke Surabaya untuk memanggilnya. Salah satu utusan adalah Sayid Abdurrahim (Sayid Arif), adik kandungnya sendiri. Sesampainya di Ampel, Sayid Arif sangat terharu bertemu kembali dengan kakak tercinta. Dan akhirnya ia memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram, dan memilih belajar kepada santri-santri Sunan Ampel bersama Sayid Sulaiman. Setelah nyantri di Ampel, kakak beradik ini pergi ke Pasuruan untuk nyantri kepada Mbah Sholeh Semendi di Desa Segoropuro, seorang ulama besar asal Banten, Jawa Barat, yang menyebarkan Islam di Pasuruan pada abad ke-17. Lepas dari itu Sayid Sulaiman memilih tinggal di Kanigoro, Pasuruan. Hingga akhirnya mendapat julukan Pangeran Kanigoro dan sempat pula menjadi penasehat Untung Surapati, seorang tokoh terkemuka Pasuruan dan tercatat sebagai pahlawan yang berjasa mengusir penjajah Belanda dari Nusantara. Melihat kecerdikan dari keduanya, membuat Mbah Soleh tertarik untuk menjadikan menantu keduanya. Namun, Sayid Sulaiman diminta untuk kembali ke Cirebon oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Karena kala itu terjadi pertempuran sengit antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya sendiri Sultan Haji, tepatnya pada 1681-1683. Sedangkan Sayid Arif diminta Mbah Soleh untuk tetap di Pasuruan membantu penyebaran Islam. Dari sinilah mulai terbentuk beberapa sentra besar penyebaran Islam. Seperti berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Sidoresmo Surabaya dan Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan Madura. Kini pesantren-pesantren itu masih ada, di bawah pengelolaan yang masih satu garis keturunan dari Sayid Sulaiman dan Sayid Arif. Untuk terus menjaga kemilau fajar penyebaran Islam yang telah dirintis mereka berdua. — bersama Amywan Matrik, Hana Sabila Binti Achmad, Abi'langker Sang'Pecinta Zhuriat'Rasul, dan 29 lainnya. mah Al-anggawi, dan 19 lainnyaBiografi Imam Nawawi Beliau adalah al-Imam al-Hafizh, Syaikhul Islam, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Mury bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam an-Nawawi ad-Dimasyqi asy-Syafi’i Kata ‘an-Nawawi’ dinisbatkan kepada sebuah perkampungan yang bernama ‘Nawa’, salah satu perkampungan di Hauran, Syiria, tempat kelahiran beliau. Beliau dianggap sebagai Syeikh di dalam madzhab Syafi’i dan ahli fiqih terkenal pada zamannya. Kelahiran dan Lingkungannya Beliau dilahirkan pada Bulan Muharram tahun 631 H di perkampungan ‘Nawa’ dari dua orang tua yang shalih. Ketika berusia 10 tahun, beliau sudah memulai hafal al-Qur’an dan membacakan kitab Fiqih pada sebagian ulama di sana. Proses pembelajaran ini di kalangan Ahli Hadits lebih dikenal dengan sebutan ‘al-Qira`ah’. Suatu ketika, secara kebetulan seorang ulama bernama Syeikh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi melewati perkampungan tersebut dan menyaksikan banyak anak-anak yang memaksa ‘an-Nawawi kecil’ untuk bermain, namun dia tidak mau bahkan lari dari kejaran mereka dan menangis sembari membaca al-Qur’an. Syaikh ini kemudian mengantarkannya kepada ayahnya dan menase-hati sang ayah agar mengarahkan anaknya tersebut untuk menuntut ilmu. Sang ayah setuju dengan nasehat ini. Pada tahun 649 H, an-Nawawi, dengan diantar oleh sang ayah, tiba di Damaskus dalam rangka melanjutkan studinya di Madrasah Dar al-Hadits. Dia tinggal di al-Madrasah ar-Rawahiyyah yang menempel pada dinding masjid al-Umawy dari sebelah timur. Pada tahun 651 H, dia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, lalu pulang kembali ke Damaskus. Pengalaman Intelektualnya Pada tahun 665 H saat baru berusia 34 tahun, beliau sudah menduduki posisi ‘Syaikh’ di Dar al-Hadits dan mengajar di sana. Tugas ini tetap dijalaninya hingga beliau wafat. Dari sisi pengalaman intelektualnya setelah bermukim di Damaskus terdapat tiga karakteristik yang sangat menonjol: Pertama, Kegigihan dan Keseriusan-nya di dalam Menuntut Ilmu Sejak Kecil hingga Menginjak Remaja Ilmu adalah segala-galanya bagi an-Nawawi sehingga dia merasakan kenikmatan yang tiada tara di dalamnya. Beliau amat serius ketika membaca dan menghafal. Beliau berhasil menghafal kitab ‘Tanbih al-Ghafilin’ dalam waktu empat bulan setengah. Sedangkan waktu yang tersisa lainnya dapat beliau gunakan untuk menghafal seperempat permasalahan ibadat dalam kitab ‘al-Muhadz-dzab’ karya asy-Syairazi. Dalam tempo yang relatif singkat itu pula, beliau telah berhasil membuat decak kagum sekaligus meraih kecintaan gurunya, Abu Ibrahim Ishaq bin Ahmad al-Maghriby, sehingga menjadikannya sebagai wakilnya di dalam halaqah pengajian yang dia pimpin bilamana berhalangan. Kedua, Keluasan Ilmu dan Wawasannya Mengenai bagaimana beliau memanfa’atkan waktu, seorang muridnya, ‘Ala`uddin bin al-‘Aththar bercerita, “Pertama beliau dapat membacakan 12 pelajaran setiap harinya kepada para Syaikhnya beserta syarah dan tash-hihnya; ke dua, pelajaran terhadap kitab ‘al-Wasith’, ke tiga terhadap kitab ‘al-Muhadzdzab’, ke empat terhadap kitab ‘al-Jam’u bayna ash-Shahihain’, ke lima terhadap kitab ‘Shahih Muslim’, ke enam terhadap kitab ‘al-Luma’ ‘ karya Ibnu Jinny di dalam ilmu Nahwu, ke tujuh terhadap kitab ‘Ishlah al-Manthiq’ karya Ibnu as-Sukait di dalam ilmu Linguistik (Bahasa), ke delapan di dalam ilmu Sharaf, ke sembilan di dalam ilmu Ushul Fiqih, ke sepuluh terkadang ter-hadap kitab ‘al-Luma’ ‘ karya Abu Ishaq dan terkadang terhadap kitab ‘al-Muntakhab’ karya al-Fakhrur Razy, ke sebelas di dalam ‘Asma’ ar-Rijal’, ke duabelas di dalam Ushuluddin. Beliau selalu menulis syarah yang sulit dari setiap pelajaran tersebut dan menjelaskan kalimatnya serta meluruskan ejaannya”. Ketiga, Produktif di dalam Menelorkan Karya Tulis Beliau telah interes (berminat) terhadap dunia tulis-menulis dan menekuninya pada tahun 660 H saat baru berusia 30-an. Dalam karya-karya beliau tersebut akan didapati kemudahan di dalam mencernanya, keunggulan di dalam argumentasinya, kejelasan di dalam kerangka berfikirnya serta keobyektifan-nya di dalam memaparkan pendapat-pendapat Fuqaha‘. Buah karyanya tersebut hingga saat ini selalu menjadi bahan perhatian dan diskusi setiap Muslim serta selalu digunakan sebagai rujukan di hampir seluruh belantara Dunia Islam. Diantara karya-karya tulisnya tersebut adalah ‘Syarh Shahih Muslim’, ‘al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab’, ‘Riyadl ash-Shalihin’, ‘ al-Adzkar’, ‘Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat’ ‘al-Arba’in an-Nawawiyyah’, ‘Rawdlah ath-Thalibin’ dan ‘al-Minhaj fi al-Fiqh’. Budi Pekerti dan Sifatnya Para pengarang buku-buku ‘biografi’ (Kutub at-Tarajim) sepakat, bahwa Imam an-Nawawi merupakan ujung tombak di dalam sikap hidup ‘zuhud’, teladan di dalam sifat wara’ serta tokoh tanpa tanding di dalam ‘menasehati para penguasa dan beramar ma’ruf nahi munkar’. Zuhud Beliau hidup bersahaja dan mengekang diri sekuat tenaga dari kungkungan hawa nafsu. Beliau mengurangi makan, sederhana di dalam berpakaian dan bahkan tidak sempat untuk menikah. Kenikmatan di dalam menuntut ilmu seakan membuat dirinya lupa dengan semua kenikmatan itu. Beliau seakan sudah mendapatkan gantinya. Diantara indikatornya adalah ketika beliau pindah dari lingkungannya yang terbiasa dengan pola hidup ‘seadanya’ menuju kota Damaskus yang ‘serba ada’ dan penuh glamour. Perpindahan dari dua dunia yang amat kontras tersebut sama sekali tidak menjadikan dirinya tergoda dengan semua itu, bahkan sebaliknya semakin menghindarinya. Wara’ Bila membaca riwayat hidupnya, maka akan banyak sekali dijumpai sifat seperti ini dari diri beliau. Sebagai contoh, misalnya, beliau mengambil sikap tidak mau memakan buah-buahan Damaskus karena merasa ada syubhat seputar kepemilikan tanah dan kebun-kebunnya di sana. Contoh lainnya, ketika mengajar di Dar al-Hadits, beliau sebenarnya menerima gaji yang cukup besar, tetapi tidak sepeser pun diambilnya. Beliau justru mengumpulkannya dan menitipkannya pada kepala Madrasah. Setiap mendapatkan jatah tahunannya, beliau membeli sebidang tanah, kemudian mewakafkannya kepada Dar al-Hadits. Atau membeli beberapa buah buku kemudian mewakafkannya ke perpustakaan Madrasah. Beliau tidak pernah mau menerima hadiah atau pemberian, kecuali bila memang sangat memerlukannya sekali dan ini pun dengan syarat. Yaitu, orang yang membawanya haruslah sosok yang sudah beliau percayai diennya.Beliau juga tidak mau menerima sesuatu, kecuali dari kedua orangtuanya atau kerabatnya. Ibunya selalu mengirimkan baju atau pakaian kepadanya. Demikian pula, ayahnya selalu mengirimkan makanan untuknya. Ketika berada di al-Madrasah ar-Rawahiyyah, Damaskus, beliau hanya mau tidur di kamar yang disediakan untuknya saja di sana dan tidak mau diistimewakan atau diberikan fasilitas yang lebih dari itu. Imam Nawawi Menasehati Penguasa dalam Rangka Amar Ma’ruf Nahi Munkar Pada masanya, banyak orang datang mengadu kepadanya dan meminta fatwa. Beliau pun dengan senang hati menyambut mereka dan berupaya seoptimal mungkin mencarikan solusi bagi permasalahan mereka, sebagaimana yang pernah terjadi dalam kasus penyegelan terhadap kebun-kebun di Syam.Kisahnya, suatu ketika seorang sultan dan raja, bernama azh-Zhahir Bybres datang ke Damaskus. Beliau datang dari Mesir setelah memerangi tentara Tatar dan berhasil mengusir mereka. Saat itu, seorang wakil Baitul Mal mengadu kepadanya bahwa kebanyakan kebun-kebun di Syam masih milik negara. Pengaduan ini membuat sang raja langsung memerintahkan agar kebun-kebun tersebut dipagari dan disegel. Hanya orang yang mengklaim kepemilikannya di situ saja yang diperkenankan untuk menuntut haknya asalkan menunjukkan bukti, yaitu berupa sertifikat kepemilikan.Akhirnya, para penduduk banyak yang mengadu kepada Imam an-Nawawi di Dar al-Hadits. Beliau pun menanggapinya dengan langsung menulis surat kepada sang raja. Sang Sultan gusar dengan keberaniannya ini yang dianggap sebagai sebuah kelancangan. Oleh karena itu, dengan serta merta dia memerintahkan bawahannya agar memotong gaji ulama ini dan memberhentikannya dari kedudukannya. Para bawahannya tidak dapat menyembunyikan keheranan mereka dengan menyeletuk, “Sesungguhnya, ulama ini tidak memiliki gaji dan tidak pula kedudukan, paduka !!”. Menyadari bahwa hanya dengan surat saja tidak mempan, maka Imam an-Nawawi langsung pergi sendiri menemui sang Sultan dan menasehatinya dengan ucapan yang keras dan pedas. Rupanya, sang Sultan ingin bertindak kasar terhadap diri beliau, namun Allah telah memalingkan hatinya dari hal itu, sehingga selamatlah Syaikh yang ikhlas ini. Akhirnya, sang Sultan membatalkan masalah penyegelan terhadap kebun-kebun tersebut, sehingga orang-orang terlepas dari bencananya dan merasa tentram kembali. Wafat Imam Nawawi Wafatnya Pada tahun 676 H, Imam an-Nawawi kembali ke kampung halamannya, Nawawi, setelah mengembalikan buku-buku yang dipinjamnya dari badan urusan Waqaf di Damaskus. Di sana beliau sempat berziarah ke kuburan para Syeikhnya. Beliau tidak lupa mendo’akan mereka atas jasa-jasa mereka sembari menangis. Setelah menziarahi kuburan ayahnya, beliau mengunjungi Baitul Maqdis dan kota al-Khalil, lalu pulang lagi ke ‘Nawa’. Sepulangnya dari sanalah beliau jatuh sakit dan tak berapa lama dari itu, beliau dipanggil menghadap al-Khaliq pada tanggal 24 Rajab pada tahun itu. Di antara ulama yang ikut menyalatkannya adalah al-Qadly, ‘Izzuddin Muhammad bin ash-Sha`igh dan beberapa orang shahabatnya. Semoga Allah SWT merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan menerima seluruh amal shalihnya. Aamiin. — bersama Qolbie Nienk Choierr, Achmad Al-banteniy, Abu Bakar Adeni, dan 33 lainnya. Suka • • Bagikan . Biografi Anas bin Malik RA; Pembantu Rasululah SAW Ibn Umm Salim (Anas bin Malik) Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8 tahun sebelum Hijriah. Nama lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadhar bin Dhomdhom al-Anshory al-Khazrojy. Biasa dipanggil Abu Hamzah, digelari ‘Khodim ar-Rasul’(Pembantu Rasul). Anas bin Malik seorang mufti, muqri (pembaca), ahli hadits dan pembantu Rasul. Ibunya, Ummu Salim, masuk Islam sementara ayahnya masih berpegang kepada agama dulu. Pendapat lain mengatakan bahwa ibu Anas bin Malik bernama Ghumaisho. Ada juga yang mengatakan Rumaisho. Meskipun masih kecil, ibunya sudah mengajarkan dua kalimah syahadat. Ayahnya, Malik, meminta kepada istrinya agar meninggalkan agama barunya. Hanya saja istri menolak. Suatu hari ayahnya keluar rumah sambil marah-marah. Di jalan ayahnya ketemu dengan musuhnya. Ayahnya terbunuh, sejak itu beliau Anas bin Malik hidup menjadi yatim. Anas Bin Malik Pembantu Rumah Tangga Rasulullah SAW Pada waktu berumur 10 tahun ibunya mendorong agar beliau mengabdi pada Rasulullah. Ibunya berkata, “Ini anakku pandai menulis.” Rasulullah pun menerima permohonan ibunya. Rasulullah berdo’a, “Ya Allah berikan dia (Anas bin Malik) harta dan anak yang banyak. Dan Beri keberkahan yang saya berikan padanya.”(HR.Bukhori Muslim). Beliau; Anas bin Malik pernah berkata, “Saya mengabdi kepada Rasulullah selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah berkata ‘uff’ , tidak pernah mencela apa yang dibuat dan tidak pernah marah.” Beliau bercerita, “Suatu hari Rasulullah menyuruhku untuk suatu keperluan. Saya pun keluar rumah. Dan jalan berjumpa dengan anak-anak sedang bermain. Saya pun ikut bermain bersama mereka. Saya malah tidak memenuhi perintahnya. Selesai bermain dengan mereka, tiba-tiba saya merasa ada orang berdiri dibelakang saya. Setelah saya menoleh, ternyata Rasulullah sambil memagang bajuku. Sambil tersenyum Rasulullah berkata, “Wahai Anas, Apakah kamu sudah kerjakan perintahku?” Saya merasa bersalah. Saya pun menjawab, “Baiklah, saya pergi sekarang.” Mengenai pribadi Anas bin Malik Abu Hurairah berkata, “ Saya belum pernah melihat orang yang menyerupai sholatnya Rasulullah kecuali Ibn Umm Salim (maksudnya Anas bin Malik).” Allah SWT berikan karunia kepada Anas bin Malik berupa panjang umur. Mengenai panjang umurnya itu beliau berkata, “Tidak ada orang yang tersisa (dari sahabat) yang dapat sholat di masjid Qiblatain (dua qiblat) kecuali saya.” Begitu juga beliau; Anas bin Malik dikarunia keturunan banyak sebagaimana Rasulullah do’akan padanya. Semua anaknya hampir mencapai seratus. Kalau mengkhatamkan al-Qur’an, Anas bin Malik mengumpulkan istri dan anaknya kemudian beliau berdo’a. setelah wafatnya Rasulullah, beliau pergi Damaskus. Dari Damaskus beliau pindah ke Basrah. Dari al-Mutsna bin Sa’id diceritakan, ia mendengar bahwa Anas bin Malik selalu berkata, “Hampir setiap malam aku mimpi Rasulullah. Setelah itu beliau menangis.” Selama bersahabat dengan Rasulullah beliau telah meriwayatkan kurang lebih 2287 hadits. Diantara riwayat haditsnya, dari Rasulullah beliau bersabda; “Tidak beriman seseorang dari kalian hingga cinta kepada saudaranya sebagaimana mencintai dirinya.”(HR.Bukhori). “Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya, penyabar dan pemaaf” begitu kata beliau mengenai pribadi Rasulullah. Dari sekian sahabat Rasulullah, Anas bin Malik lah yang paling terakhir wafat. Kurang lebih sepuluh tahun beliau bergaul, bersahabat dan bersenda gurau dengan Rasulullah. Meskipun tidak lama, sejak kecil beliau sudah merindukan kedatangan Rasulullah. Sehingga hari-harinya banyak digunakan untuk bertanya tentang ajaran Islam. tidak heran beliau termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Setelah menjalani hidupnya hampir satu abad, beliau wafat pada tahun 91 Hijriah, berumur 99 tahun. Pada waktu Anas bin Malik sakit, beliau berpesan kepada keluarganya, “Ajarkan/talkin aku kalimat “La ilahaillallah. Muhammadurrasullah.” Beliau pun mengucap kalimat itu hingga ajal menjemputnya. Pada waktu dimandikan, Muhammad bin Sirrin, seorang tabi’in, yang memandikan Anas bin Malik. — bersama Abah Bersholawat Bikamaliha II, Rachmawatie, Shipenyayang Ayahdanbunda, dan 29 lainnya. Kisah Teladan Imam Al-Haitami Disebuah desa terpencil di Jazirah Arab, hidup seorang anak remaja bernama Al-Haitami. Suatu hari ia disuruh guru sekaligus bapaknya untuk meneruskan belajar dengan merantau mencari ilmu. Maka pagi-pagi benar setelah sholat subuh berangkatlah remaja itu. Setelah sehari penuh berjalan melewati gurun pasir, masuk kampung keluar kampung, dan naik turun bukit, sampailah ia disebuah pesantren yang diasuh oleh seorang guru tersohor bernama An-Nawawi . Berikutnya Al-Haitami mulai mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Sering sekali ia dimarahi oleh gurunya karena sangat bebalnya otak alias saking bodohnya. Beberapa bulan kemudian mulai timbul rasa bosan dalam benaknya, karena rasa-rasanya tidak ada satupun ilmu yang diajarkan gurunya yang mampir dalam ingatannya. Ditambah lagi seringnya ia dihukum oleh gurunya berdiri di depan kelas karena kebodohannya dan daya ingatnya yang jelek, membuat dirinya jadi bahan olokan teman-temannya. Rasa jengkel dan malu jadi makanan pokok tiap hari. Tetapi Al-Haitami masih berusaha bertahan dengan sabar untuk tetap belajar dipesantren itu. Setelah beberapa tahun berlalu, dan keadaan masih tetap sama tanpa ada peningkatan sedikitpun, maka remaja kecil bernama Al-Haitami itu memutuskan untuk pulang saja kerumah, dari pada jauh-jauh belajar tak dapat ilmu, lebih baik pulang membantu orang tuanya bertani. Maka pada suatu sore ia menuju ke rumah gurunya untuk mohon pamit. ‘As-salamu ‘alaikum …” ucap Al-Haitami setelah mengetuk pintu. “Wa ‘alaikum salam wa Rohmatullah …” jawab gurunya dari dalam rumah, lalu membuka pintu. “Eh, kamu Al-Haitami, ayo masuk …..” ajak gurunya kemudian sambil memandang muridnya yang dari tadi menunduk. “Ya, Guru ….” jawab Al-Haitami setelah menyalami gurunya dan mencium tangannya. Sambil tetap menunduk, Al-Haitami duduk bersila didepan gurunya. “Ada apa muridku ?” tanya An-Nawawi memecah keheningan. “Begini guru …., tapi sebelumnya saya mohon maaf kepada Guru ….” ucap Al-Haitami sambil terus menunduk. “Ya, ada apa ?” tanya An-Nawawi penuh kelembutan dan kesabaran. “Guru …, aku rasa selama saya belajar disini tak ada satu ilmupun bisa aku dapatkan …” kata Al-Haitami membuka permasalahannya. “Lalu …?” tanya gurunya sambil menatap muridnya yang semakin dalam menunduk dengan tatapan yang lembut. “Saya mau pulang …, dan membantu orang tua saya dirumah, Guru ….” jawab Al-Haitami dengan suara yang makin pelan. “O …, begitu “ kata An-Nawawi dengan sabarnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya. “Kapan berangkatnya ?” “Kalau Guru mengijinkan, besok pagi sehabis sholat subuh, Guru …” jawab Al-Haitami mulai agak berseri karena permohonannya sepertinya akan dikabulkan. “Yah, aku ijinkan. Hati-hati dijalan, semoga selamat sampai rumah …” kata gurunya. Maka pada pagi harinya setelah sholat subuh dan setelah berpamitan kepada gurunya dan sahabat-sahabatnya, Al-Haitami berangkat pulang. Sambil berjalan ia selalu ingat akan nasehat gurunya :“Hikmah itu ada dimana-mana, muridku …”, dan mungkin itu adalah satu-satunya pelajaran gurunya yang berhasil menempel erat dalam ingatannya. Al-Haitami Mendapatkan Hikmah Setelah beberapa jam berjalan dibawah sinar matahari yang terik membakar, Al-Haitami lalu beristirahat dibawah sebuah pohon yang cukup besar dan sangat rindang dipinggir sebuah sungai yang sangat jernih airnya. Beberapa saat setelah keringatnya kering, ia lalu membersihkan badannya disungai itu, lalu membuka makanan perbekalannya pemberian sahabat-sahabatnya dipesantren. Ditengah-tengah menikmati makanannya, Al-Haitami dikejutkan oleh suara benda yang jatuh kesungai berulang-ulang. Setelah matanya berkeliling mencari sumber suara tadi, matanya tertumbuk pada seekor katak yang sedang melompat-lompat ingin naik ketepi sungai. Setiap kali lompatannya tidak berhasil sampai diatas katak itu jatuh, ia melompat lagi. Jatuh lagi, melompat lagi, jatuh lagi, melompat lagi. Begitu seterusnya sampai akhirnya ia berhasil melompat keatas. “Hebat sekali usaha katak itu” guman Al-Haitami dalam hati. Setelah rasa letihnya berkurang, Al-Haitami melanjutkan perjalanan. Beberapa jam kemudian, Matahari sudah berada tepat diatasnya. Sinarnya lama kelamaan semakin redup karena tetutup mendung tanda sebentar lagi akan turun hujan. “Wah, aku harus mencari tempat untuk berteduh, dari pada nanti kehujanan” gumannya dalam hati. Dari kejauhan Al-Haitami melihat sebuah gua, maka bergegas ia berlari. Beberapa saat kemudian ia sudah berada dimulut sebuah gua yang cukup besar dan panjang. Sementara diluar hujan sudah mulai turun. Didalam gua itu ada sungai kecil yang airnya sangat jernih. Setelah membersihkan dirinya, lalu ia sholat. Pada saat Al-Haitami khusyuk berdzikir setelah sholat, telinganya menangkap sebuah suara tetesan-tetesan air yang mengenai batu dengan teratur, suaranya sangat jelas dan menggema. Setelah ia teliti ternyata tetesan air itu mengenai batu hitam legam didekat ia duduk. Lama sekali Al-Haitami memperhatikan tetesan air yang mengenai batu itu. Lalu ia perhatikan batu itu, ternyata batu itu adalah batu yang terkenal sangat keras. Beberapa saat kemudian, Al-Haitami baru sadar ternyata batu itu terkikis menjadi cekungan akibat tetesan-tetesan air yang jatuh dari atap gua. “Batu saja yang sangat keras dapat terkikis dan berlubang hanya oleh tetesan air yang sangat kecil yang mengenainya terus menerus …, apalagi otak manusia yang sangat lunak” renungnya lama sekali. “Aku yakin, apabila aku belajar terus menerus dengan penuh keuletan dan kesungguhan pasti aku akan berhasil” kata Al-Haitami dalam hati. Lalu ia ingat akan seekor katak tadi. Ingatnnya menerawang tentang usaha katak yang tak kenal menyerah guna mencapai tujuan. “Katak saja yang tidak dikarunia akal bisa mencapai tujuan dengan usaha kerasnya, apalagi manusia yang diberi kelebihan akal dan hati. Pasti dengan usaha kerasku yang tak kenal menyerah aku dapat menguasai semua ilmu yang diajarkan oleh guruku” renungnya sendirian. Al-Haitami juga ingat nasehat gurunya, yang ternyata ia telah mendapatkan hikmah-hikmah yang sangat berharga dari makhluk Tuhan yang jauh lebih rendah dibanding dirinya, yaitu dari seekor katak dan batu. Saking asyiknya Al-Haitami larut dalam pikiran dan ingatannya, tak terasa dari tadi matahari telah kembali bersinar terang karena hujan sudah reda. “Yah …, aku harus kembali kepesantren lagi” tekadnya dalam hati penuh semangat. Maka dengan langkah yang sangat tegap dan mantap ia berjalan dengan cepat dan lincah kembali kepesantrennya. Kemudian dengan penuh kesungguhan dan keuletan, akhirnya Al-Haitami menjadi murid yang paling pandai dan cerdas diantara murid-murid An-Nawawi lainnya. Dan karena ia mendapatkan hikmah atau pelajaran dari batu, maka ia diberi julukan “ibnu hajar” yang berarti putra batu. Maka setelah ia tamat dari pesantrennya namanya terkenal dengan Ibnu Hajar Al-Haitami. — bersama Pilot Leha Utuh Hendra, Anna Annisa, Al Faruq Abdillah, dan 34 lainnya. KISAH UWAIS AL-QARNI (PEMUDA YANG BERBAKTI KEPADA IBUNYA) Pada zaman Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarniadalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali. Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari. Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais Al-Qarni mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau.Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman. Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw. Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nab, segeralah engkau kembali pulang.” Betapa gembiranya hari Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa mnyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah. UWAIS AL-QARNI Pergi ke Madinah Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sampbil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya. Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”. Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru. Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.” Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.” Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia ? Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni. Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni. Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdulla, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Wajah Uwais Al-Qarni”. Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta doa pada kalian.” Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.” Kejadian Ketika UWAIS AL-QARNI Wafat Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya. Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu. Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni ? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.” Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit. — bersama Yuli Irsya Al-rasyidei, Sus Anto, Anna AAl Marhum Al Maghfurlah Habib Husein bin Ali bin Husein Al Aththos (Gg. Buluh Condet – Jakarta Timur ) Beliau yang adalah anak sekaligus khalifah Al Habib Ali bin Husein Alatas (Habib Ali bungur) wafat dlm usia 71 tahun, jenazah disholati pada pukul 12.00 di masjid Al Hawi condet jakarta timur yg di imami oleh Al faqih Al Habib Zain bin ibrahim bin Smith dan di makamkan di pemakaman Habib Salim bin Thoha Al Haddad pasar minggu jakarta selatan. Habib Husein adalah anak bungsu dari sepuluh bersaudara, tiga laki-laki dan tujuh perempuan, anak Habib Ali bin Husein Alatas, atau yang dikenal sebagai Habib Ali bungur. Beliau dikenal dg sebutan Habib Jenderal karena dikenal keras, tegas, dan disiplin. Kata-katanya bak perintah seorang jenderal dlm perang, sehingga dipatuhi lingkungan. Ketika ayahandanya, Habib Ali bungur wafat, beliau sudah berkeluarga dan beranak dua. Beliau menikah pada tahun 1972. Sejak kecil beliau tinggal di Bungus jakarta pusat baru kemudian pindah ke gg.buluh, condet, pada akhir desember 1980, dan baru masuk pada januari 1981. Dikediamannya di gg.buluh setiap malam senin beliau memimpin majelis ta’lim Al Khairat, selain itu beliau juga rajin memenuhi undangan para habib dan muhibbin yg mengadakan berbagai acara keagamaan di indonesia maupun mancanegara. Habib Husein dikaruniai empat anak perempuan, tapi satu sudah meninggal, serta sepuluh cucu. Kini khalifah penerus perjuangan beliau adalah menantunya yaitu Al Habib Mahdi bin Abdurahman bin Syekh alatas. Wafat Jum’at, 27 Mei 2011 kurang lebih pada pukul 16.00 telah berpulang kerahmatullah Al Allamah Al Habib Husein bin Ali alatas gg.buluh condet jakarta selatan — bersama Maz Udinaja, Roy Rizz Q, ZizaTuan Guru Kasyful Anwar Al Banjari Sejarah Singkat Tuan Guru Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari dilahirkan di Kampung Melayu pada malam selasa tanggal 4 Rajab 1304 H jam 22.00 malam,dari pasangan H.Ismail bin H. Muhammad Arsyad bin Muhammad Sholeh bin Badruddin bin Kamaluddin dan Hj.Siti binti H.Abdurrahim bin Abu Su’ud bin Badruddin bin Kamaluddin pasangan yang serasi lagi bertaqwa,sejak kecil beliau sudah medapatkan pendidikan di lingkungan keluarga, seperti belajar Al-Qur’an karena pendidikan seperti ini lazim dikalangan masyarakat Banjar pada masa itu, diantara guru gurunya yang juga keluarganya adalah : ~KH.Ismail bin H.Ibrahim bin Muhammad Sholeh bin Khalifah Zainuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari ~Syekh Abdullah Khotib bin H.Muhammad Sholeh bin Khalifah Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Setelah melihat kecerdasannya, kakeknya yaitu H. Muhammad Arsyad dan neneknya Hj. Siti Aisyah mengirimnya ke kota suci sumber ilmu Makkatul Mukarramah untuk meneruskan pelajarannya. Pada tahun 1313 H berangkatlah Beliau beserta seluruh keluarganya ke Tanah Suci Mekkah, sesampainya dinegeri Mekkah ia sangat rajin menuntut ilmu baik kepada ayahnya sendiri maupun kepada ulama lainnya, Beliau belajar bahasa arab kepada H. Amin bin Qadhi Haji Mahmud bin Aisyah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari beliau lama menetap di Mekkah, sewaktu dua tahun berada di Mekkah ayah beliau wafat dan dimakamkan di Mekkah dan dimakamkan di Ma’la, saat itu umurnya baru 11 tahun, pada umur 13 tahun ibunya menyusul ayahnya wafat di Mekkah dan dimakamkan di Ma’la sepekuburan dengan bapaknya,setelah itu beliau hanya tinggal bersama kakek dan neneknya yang selalu merawatnya. Diantara guru guru beliau adalah: 1.Syeikh Umar Hamdan al-Mahrus yang bergelar Muhaddist al-Haramain 2.Syeikh Muhammad Yahya al-Yamani 3.syeikh said bin Muhammad al-Yamani 4.Syeikh Sayyid Ahmad bin Syeikh Sayyid Abu Bakar bin Syeikh Sayyid al-Arif Billah sayyid Muhammad Syata 5.Syeikh Sayyid Ahmad bin Hasan al-Aththas penulis kitab Tadzikirunnas 6.Syeikh Muhammad Ali bin Husein al-Maliki bergelar Sibawaihi karena kealimannya 7.Syeikh Umar Ba Junaid Mufti Syafiiyyah 8.Syeikh Muhammad Sholeh bin Muhammad Ba Fadhal 9.Syeikh Muhammad Ahyad al-Bughuri 10.Syeikh Sayyid muhammad Amin al-Kutbi Setelah 17 tahun belajar di Mekkah akhirnya pada bulan Rabiul Awwal Tahun 1330 H ia kembali ke Tanah Air, setelah tiba di Tanah air beliau dikawinkan oleh kakek neneknya dengan seorang perempuan sholehah bernama Halimah binti Ja’far pada bulan Syawwal 1330 H pada usia 26 tahun. Beliau dikaruniai anak 6 rang 4 putra 2 putri, setelah menerapkan ilmu selama 20 tahun di kampung halaman pada tahun 1350/1930 M beliau berangkat lagi keTanah Suci bersama istri dan 2 orang anaknya beserta dua orang keponakannya yaitu Anang Syarani dan Muhammad Syarwani Abdan (Bangil) yang nantinya sangat terkenal di Tanah Suci sebagai Dua Mutiara dari Banjar, keberangkatannya kali ini selain untuk memperdalam ilmu agama juga untuk membimbing anak dan kedua keponakannya. Beliau bermukim selama 3 tahun,pada 17 Syafar 1353 H beliau kembali ke Martapura sedang dua keponakanna tetap tinggal di Tanah Suci meneruskan pendidikannya. Dirumahnya beliau membuka pengajian atas permintaan masyarakat,kemudian pada tahun 1922 M ia tampil memimpin Madrasah Darussalam pada periode ke 3, kepribadian beliau sangat sederhana, tanpa henti beliau mendidik murid muridnya,begitulah kehidupan pribadi seorang ‘alimul jalil ulama yang memegang teguh disiplin ilmu dan kemasyarakatan,ilmu dan amal baginya jalan untuk meningkatkan ketaqwaan, harta tidak boleh memperbudaknya tetapi hartalah yang harus menjadi budaknya untuk menunjang segala amal kita dijalan Allah dan beliau tetap tersenyum walaupun hidup dalam kesederhanaan,bahkan dikatakan masih kekurangan untuk mencukupi keperluannya sehari hari, namun beliau selalu bersikap qanaah (merasa cukup dengan nikmat yang telah diberikan Allah Swt) serta bersikap ikhlas fi sabilillah dalam setiap keaadaan. Akhirnya pada malam senin pukul 9.45 menit tanggal 18 syawwal 1359 H rohnya yang mulia kembali kepada Rabb nya yang Maha Tinggi dengan tenang dan damai pada usia 55 tahun dan dimakamkan di Kampung Melayu Martapura, Semoga Allah SWT membalas segala amal ibadah beliau dan dikumpulkan dengan Rasulullah Saw dan orang orang sholeh sebelum beliau. amiin. Kiranya cukup sampai disini riwayat dari guru kita yang mulia Tuan Guru Muhammad Kasyful Anwar Al-Banjari kalau ada kekurangan alfaqir mohon ampun minta redha sebesar besarnya buat saudara saudaraku semua. Semoga kita barataan dimudahkan dalam beribadah kepadaNya dan bisa mengikuti jejak beliau, berkumpul dengan Rasulullah Saw dan Para Nabi, para Wali Allah dan orang orang sholeh guru guru kita di akhirat nanti. Amiiin Ya Robbal Alamin. — bersama Ezty Eza, Achmad Al-banteniy, SuManaqib Ash-Shanhajy, Sang Empu Kitab Ajurrumiyah Fin Nahwi. Kitab Ajurrumiyah, semua santri pasti mengenalnya dan bahkan telah memepelajarinya. siapakah pengarang kitab yang walaupun kecil tapi sangat ppopuler ini. Beliau adalah Syeikh Abu abdillah Muhammad bin Muhammad bin dawud Ash Shanhaji. Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Muhammad bin Daud Ash Shanhanjy. Beliau lebih masyhur disebut dengan Ibnu Ajurrum, menurut pendapat lain dibaca dengan Ajarrum. merupakan seorang ulama terkemuka yang terkenal dengan kitabnya matan Al Ajrumiyah, Ash Shanhaji merupakan nisbah kepada Kabilah Shanhajah di daerah Maghriby. Al Ajurrum merupakan bahasa Barbar yang berarti orang yang meninggalkan kemewahan dan memilih laku sufi (Al Faqir Ash Shufy). Namun Syeikh Muhammad bin Ahmad Al Ahdal, pengarang kitab Al Kawakib Ad duriyah mengatakan bahwa beliau tidak menemukan orang Barbar yang mengetahui arti kata Al Ajurrum, namun beliau menemukan satu kabilah dari suku Barbar yang benama Al Ajurrum. Beliau lahir di kota Fas, Maghriby pada tahun 672H/1273M, pada tahun kelahiran beliau, seorang pakar dalam ilmu nahu, ibnu Malik pengarang kitab Al Fiyah, wafat. Ayah beliau, Muhammad bin Daud adalah seorang ulama di kampung beliau yang memenuhi kehidupan keluarganya dengan berniaga dan menjilid buku-buku. Mulanya Al Ajurrum belajar Ilmu Nahu di Fas, kemudian ia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika perjalanan ke Kairo, ia menyempatkan diri belajar ilmu Nahu kepada Syeikh Abu Hayyan salah seorang pakar dalam ilmu Nahu dari Andalusia pengarang kitab Al Bahrul Muhith hingga mendapatkan ijazah dari Syeikh Abu Hayyan. Beliau menyusun kitab Matan Al Ajrumiyah pada tahun 719 H/1319 M, sekitar empat tahun sebelum wafatnya. Al Maktum yang sezaman dengannya setelah memuji Ibnu Al Ajurrum didalam kitabnya Tazkirahnya, ia menyebutkan bahwa pada saat ia menulis kitabnya ini Ibnu Ajurrum masih hidup. Ar ra`i dan Al haj menyebutkan bahwa Ibnu Ajurrum menulis kitab Nahunya dihadapan ka`bah. As Shayuthy dalam kitabnya Bughyatul Wu`ah menerangkan bahwa Al Makudy dan Ar Ra`i dan para ulama lainnya mengakui kepakaran beliau dalam bidang nahu selain itu beliau juga seorang yang shaleh dan banyak barakah. Selain kitab Ajurrumiyah, beliau memiliki beberapa karangan lainnya tentang faraidh, sastra dan Tak basah oleh air. Ada satu kisah istimewa yang meyelimuti pengarangan kitab nahu Ajrumioyah tersebut, Syeihk Al Hamidi meriwayatkan setelah menulis kitab Al Ajurrumiyahnya , Ibnu Ajurrum membuang kitabnya tersebut ke laut sambil berkata: ”kalau memang kitab ini kutulis ikhlash karena Allah, niscaya ia tidak akan basah.” Ternyata kitab tersebut kembali kepantai tanpa badah sedikit pun. Dalam riwayat yang lain disebutkan, ketika Ibnu Ajurrum telah rampung menulis dengan menggunakan botol tinta, ia berniat meletakkan kitabnya tersebut di dalam air sambil berkata dalam hati “Ya Allah, jika saja karyaku ini akan bermanfaat jadikanlah tinta yang aku pakai untuk menulis ini tidak akan luntur”. Ternyata dengan kuasa Allah tinta tersebut tidak luntur sedikitpun. Dalam riwayat lain disebutkan ketika merampungkan karya tulisnya ini beliau bermaksud menenggelamkan kitab beliau ini kedalam air yang mengalir. Jika kitab tersebut terbawa arus maka berarti kitab tersebut kurang manfaat sedangkan bila ia tetap tidak terbawa arus maka ia akan tetap dikaji orang dan akan besar manfaatnya. Sambil meletakkan kitab tersebut kedalam air berliau ber ujar : “jurru Miyah, jurru Miyah” (mengalirlah wahai air). Anehnya setelah diletakkan dalam air kitab tersebut tetap bertahan tidak terbawa oleh arus. Subhanallah. Ibnu Ajurrum, dalam ilmu nahu merupakan penganut mazhab Nahu Kufah, beliau menyebutkan kasrah dan penggantinya dengan istilah Khafadh, sedangkan ahli Bashrah menyebutnya dengan istilah jar,Ibnu Ajurrum berpendapat bahwa fiil amr itu dijazamkan. Ini adalah pendapat Mazhab Kufah. Adapun mazhab Bashrah berpendapat bahwa fiil amar itu mabni `ala as sukun. Ia juga menggolongkan kata kaifama termasuk jawazim, sebagaimana pendapat ahli Kufah. Adapun Ahli Basharah berpendapat kaifama bukanlah `amel Jawazem. Selain itu Ibnu Ajurrum juga menggunakan istilah Asmaul Khamsah, yang terdiri dari dzu, fuk, hamu, abu, akhu, sedangkan Ahli Bashrah menyebutnya dengan istilah Asmaus Sittah dengan menamahkan Hanu. Kitab Al AJarrumiyah merupakan pegangan wajib bagi para pemula ilmu nahu, kitab ini merupakan kurikulum wajib dan dihafal oleh para santri-santri di setiap pesantren di Indonesia dan Negara-negara lainnya. Banyak ulama yang menaruh perhatian yang besar tentang kitab ini, sehingga muncullah kitab-kitab yang menjadi pensyarah dan hasyiah dari kitab Ajurrumiyah ini. Diantara syarahnya antara lain: Al Mustaqil bil Mafhum fi Syarh Alfadh Al Ajurrum, karangan Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad Al maliki(w 853 H/1449 M) At Tuhfatus Saniyah bi syarh Al Muqaddimah Al Ajurrumiyah, karya Syeikh Muhammad Muhyiddin Abdul hamid. Al Kharidah Al bahiyah fi i`rabi Al fadh Al Ajurrumiyah karya Al `ujami. Mukhatshar jiddan karya Syeikh sayyid Ahmad Zaini Dahlan, yang kemudian di beri komentar (hasyiah) oleh seorang ulama Indonesia, KH. Muhammad Ma`shum bin Salim As Samarany dengan kitabnya tasywiqul Khalan. Al Kafrawi fi i`rabi alfadhi al Ajurrumiyah. Karya Syeikh Al Kafrawy Al `ismawi kaya Syeikh Al `ismawi Syarah Syeikh Khaled yang kemudian di beri komentar oleh Syeikh Abi An Naja. Syarah Muqaddimah Al Ajurrumiyah karya seorang gembong Wahaby Arab Saudi, Syeikh Ustaimin. Khulasah Syarah Ibnu `ajibah `ala matan Ajurrumiyah Syeikh Abdul Qadir Al Kauhairy. Nur As Sajiyah fi hill Alfadh Ajurrumiyah, karangan Syeikh Ahmad Khatib Syarbaini. Taqrirat Al bahiyyah `ala matan Ajurrumiyah karangan Syeikh Qadhi Muhammad Risyad Al Baity As Saqqaf. Al Futuhat Al Qayyumiyah fi hill wafki ma`any wa mabany matan Ajurrumiyah, karangan Syeikh Muhammad Amin Al harrary. Ad Durar Al bahiyyah fi i`rab Amstilah Ajurrumiyah wa fakk ma`any karangan Syeikh Muhammad Amin Al harrary. Al bakurah Al janiyyah min Quthaf i`rab Ajurrumiyah karya Syeikh Muhammad Amin Al harrary. Syarah Ajurrumiyyah fi ilmi arabiyah karangan Syiekh Ali Abdullah Abdurrahman As Sanhury. Syarah Al Halawy karangan Syeikh Al Halawy. Selain disyarah kitab ini juga pernah di gubah menjadi sebuah nadham oleh Al `Imrithy yang disyarah oleh beberapa ulama lainnya. Ibnu Ajurrum wafat dikota Fas, kota kelahirannya pada hari senin 10 shafar 723 H/2 Maret 1332 M. beliau dimakamkan persis berdampingan dengan makam Syeikh Abbas Ahmad At Tijany, pendiri thariqah At Tijany. Tiadak jauh dari makam beliau juga terdapat makam Al Aqadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Al Ma`arify dan sejumlah tokoh ulama Maroko lainnya. — bersama Incu Abah Oi Bonqkar, Muham'mad Iss'ad Anshori, Qolbie Nienk Choierr, dan 43 lainnya.rynnisa, dan 45 lainnya. MASUK SURGA KARENA ILMU NAHWU As-sibawaih yang memiliki nama asli Amr ibn Abbas adalah salah satu tokoh ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu terutama ilmu tata bahasa Arab yang dikenal dengan nama Nahwu. Beberapa hari setelah meninggalnya ulama yang dikenal sebagai orang yang tubuhnya mengeluarkan aroma buah apel ini, salah seorang sahabat beliau bermimpi bertemu dengannya yang tengah menikmati kemegahan di alamnya. Sang Sahabat melihat Imam Sibawaih sedang memakai pakaian yang sangat mewah dengan hidangan beraneka warna disekitarnya serta dikelilingi oleh beberapa bidadari rupawan di sebuah tempat yang sangat indah mempesona.Sahabat itupun bertanya kepada Imam Sibawaih, gerangan apa yang membuatnya menerima kemulyaan begitu rupa. Imam Sibawaih kemudian menceritakan pengalamannya ketika ditanya oleh malaikat di dalam kubur. Ketika malaikat sudah menanyakan pertanyaan-pertanyaan kubur yang seluruhnya dapat dijawab dengan baik, malaikat bertanya kepadanya : “Tahukah anda, perbuatan apa yang telah membuat anda bisa menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan kami tadi?” “Apakah karena ibadah saya?” Imam Sibawaih mencoba menebak. “Bukan itu!” kata Malaikat. “Apakah karena ilmu saya?” “Bukan itu!” “Apakah karena karangan-karangan saya?” “Bukan!” ”Berbagai jawaban yang diberikan oleh Imam Sibawaih tidak ada yang dibenarkan oleh Malaikat. Hingga akhirnya Imam Sibawaih menyerah karena tidak mengetahui jawaban sebenarnya. “Allah SWT telah menyelamatkan anda sehingga anda dapat menjawab pertanyaan kubur dengan baik adalah karena pendapat anda yang menyatakan bahwa yang paling ma’rifat dari semua isim ma’rifat adalah lafazh jalalah”. Kata Malaikat menerangkan. — bersama Surya Mustika, Muhammad Thariq KAl Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (Bin Jindan) Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (Bin Jindan) bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah ulama dan wali besar ini dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab 1324. Memulakan pengajiannya di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya sebelum melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah. Berguru dengan ramai ulama. Seorang ahli hadis yang menghafal 70,000 hadis (i.e. ada yang mengatakan ratusan ribu hadis). Beliau juga seorang ahli sejarah yang hebat, sehingga diceritakan pernah beliau menulis surat dengan Ratu Belanda berisikan silsilah raja-raja Belanda dengan tepat. Hal ini amat mengkagumkan Ratu Belanda, lantas surat beliau diberi jawaban dan diberi pujian dan penghargaan, sebab tak disangka oleh Ratu Belanda, seorang ulama Indonesia yang mengetahui silsilahnya dengan tepat. Tetapi tanda penghargaan Ratu Belanda tersebut telah dibuang oleh Habib Salim kerana beliau tidak memerlukan penghargaan.Dalam usaha dakwahnya, beliau telah mendirikan madrasah di Probolinggo serta mendirikan Majlis Ta’lim Fakhriyyah di Jakarta, selain merantau ke berbagai daerah Indonesia untuk tujuan dakwah dan ta’lim. Mempunyai ramai murid antaranya Kiyai Abdullah Syafi`i, Habib Abdullah bin Thoha as-Saqqaf, Kiyai Thohir Rohili, Habib Abdur Rahman al-Attas dan ramai lagi. Habib Salim juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sehingga dipenjarakan oleh Belanda. Di zaman penjajahan Jepun, beliau juga sering dipenjara kerana ucapan-ucapannya yang tegas, bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, beliau juga sering keluar masuk penjara kerana kritikannya yang tajam terhadap kerajaan apalagi dalam hal bersangkutan agama yang sentiasa ditegakkannya dengan lantang. Sifat dan kepribadian luhurnya serta ilmunya yang luas menyebabkan ramai yang berguru kepada beliau, Presiden Soerkano sendiri pernah berguru dengan beliau dan sering dipanggil ke istana oleh Bung Karno. Waktu Perjanjian Renvil ditandatangani, beliau turut naik atas kapal Belanda tersebut bersama pemimpin Indonesia lain. Beliau wafat di Jakarta pada 10 Rabi`ul Awwal dan dimakamkan dengan Masjid al-Hawi, Jakarta……Al-Fatihah. Ratapan 10 Muharram - Fatwa Habib Salim Lantaran Revolusi Syiah Iran yang menumbangkan kerajaan Syiah Pahlavi, maka ada orang kita yang terpengaruh dengan ajaran Syiah. Bahkan ada juga keturunan Saadah Ba ‘Alawi yang terpengaruh kerana termakan dakyah Syiah yang kononnya mengasihi Ahlil Bait. Habib Salim bin Ahmad Bin Jindan telah menulis sebuah kitab membongkar kesesatan Syiah yang diberinya judul “Ar-Raa`atul Ghoomidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah”. Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya: • Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah puak Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya al-Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan azab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya. • Junjungan Rasulullah s.a.w. telah menegah daripada perbuatan sedemikian (yakni meratap) dan Junjungan Rasulullah s.a.w. telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Junjungan Rasulullah s.a.w. daripada wanita-wanita yang berbaiah adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Junjungan s.a.w. bersabda: “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran”. • Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadist daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. bahawa Junjungan s.a.w bersabda: “Bukanlah daripada kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya terkeluar daripada umat Muhammad s.a.w. sebagaimana dinyatakan dalam hadis tadi. • Telah berkata asy-Syarif an-Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur al-Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah madzmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahwasanya Junjungan Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.” Janganlah tertipu dengan dakwah Syiah. Pelajarilah betul-betul pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan berpegang teguh dengannya. Katakan tidak kepada selain Ahlus Sunnah wal Jama`ah, katakan tidak kepada Wahhabi, katakan tidak kepada Syiah. Ulama dan Pejuang Kemerdekaan Ulama Jakarta ini menguasai beberapa ilmu agama. Banyak ulama dan habaib berguru kepadanya. Koleksi kitabnya berjumlah ratusan. Ia juga pejuang kemerdekaan. Pada periode 1940-1960, di Jakarta ada tiga habaib yang seiring sejalan dalam berdakwah. Mereka itu: Habib Ali bin Abdurahman Alhabsyi (Kwitang), Ali bin Husein Alatas (Bungur) dan Habib Salim bin Jindan (Otista). Hampir semua habaib dan ulama di Jakarta berguru kepada mereka, terutama kepada Habib Salim bin Jindan – yang memiliki koleksi sekitar 15.000 kitab, termasuk kitab yang langka. Sementara Habib Salim sendiri menulis sekitar 100 kitab, antara lain tentang hadits dan tarikh, termasuk yang belum dicetak. Lahir di Surabaya pada 18 Rajab 1324 (7 September 1906) dan wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969), nama lengkapnya Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Jindan. Seperti lazimnya para ulama, sejak kecil ia juga mendapat pendidikan agama dari ayahandanya. Menginjak usia remaja ia memperdalam agama kepada Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Habib Empang, Bogor), Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar (Bondowoso), Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya), Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf (Gresik), K.H. Cholil bin Abdul Muthalib (Kiai Cholil Bangkalan), dan Habib Alwi bin Abdullah Syahab di Tarim, Hadramaut. Selain itu ia juga berguru kepada Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih, seorang ahli hadits dan fuqaha, yang sat itu juga memimpin Madrasah Al-Khairiyah di Surabaya. Bukan hanya itu, ia juga rajin menghadiri beberapa majelis taklim yang digelar oleh para ulama besar. Kalau dihitung, sudah ratusan ulama besar yang ia kunjungi. Dari perjalanan taklimnya itu, akhirnya Habib Salim mampu menguasai berbagai ilmu agama, terutama hadits, tarikh dan nasab. Ia juga hafal sejumlah kitab hadits. Berkat penguasaannya terhadap ilmu hadits ia mendapat gelar sebagai muhaddist, dan karena menguasai ilmu sanad maka ia digelari sebagai musnid. Mengenai guru-gurunya itu, Habib Salim pernah berkata, “Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Dan sesungguhnya majelis mereka menyerupai majelis para sahabat Rasulullah SAW dimana terdapat kekhusyukan, ketenangan dan kharisma mereka.” Adapun guru yang paling berkesan di hatinya ialah Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad dan Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Tentang mereka, Habib Salim pernah berkata, ”Cukuplah bagi kami mereka itu sebagai panutan dan suri tauladan.” Pada 1940 ia hijrah ke Jakarta. Di sini selain membuka majelis taklim ia juga berdakwah ke berbagai daerah. Di masa perjuangan menjelang kemerdekaan, Habib Salim ikut serta membakar semangat para pejuang untuk berjihad melawan penjajah Belanda. Itu sebabnya ia pernah ditangkap, baik di masa penjajahan Jepang maupun ketika Belanda ingin kembali menjajah Indonesia seperti pada Aksi Polisionil I pada 1947 dan 1948. Dalam tahanan penjajah, ia sering disiksa: dipukul, ditendang, disetrum. Namun, ia tetap tabah, pantang menyerah. Niatnya bukan hanya demi amar makruf nahi munkar, menentang kebatilan dan kemungkaran, tetapi juga demi kemerdekaan tanah airnya. Sebab, hubbul wathan minal iman – cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman. Kembali Berdakwah Setelah Indonesia benar-benar aman, Habib Salim sama sekali tidak mempedulikan apakah perjuangannya demi kemerdekaan tanah air itu dihargai atau tidak. Ia ikhlas berjuang, kemudian kembali membuka majelis taklim yang diberi nama Qashar Al-Wafiddin. Ia juga kembalin berdakwah dan mengajar, baik di Jakarta, di beberapa daerah maupun di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Kamboja. Ketika berdakwah di daerah-daerah itulah ia mengumpulkan data-data sejarah Islam. Dengan cermat dan tekun ia kumpulkan sejarah perkembangan Islam di Ternate, Maluku, Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timor Timur, Pulau Roti, Sumatera, Pulau Jawa. Ia juga mendirikan sebuah perpustakaan bernama Al-Fakhriah. Di masa itu Habib Salim juga dikenal sebagai ulama yang ahli dalam menjawab berbagai persoalan – yang kadang-kadang menjebak. Misalnya, suatu hari, ketika ia ditanya oleh seorang pendeta, ”Habib, yang lebih mulia itu yang masih hidup atau yang sudah mati?” Maka jawab Habib Salim, “Semua orang akan menjawab, yang hidup lebih mulia dari yang mati. Sebab yang mati sudah jadi bangkai.” Lalu kata pendeta itu, “Kalau begitu Isa bin Maryam lebih mulia dari Muhammad bin Abdullah. Sebab, Muhammad sudah meninggal, sementara Isa — menurut keyakinan Habib — belum mati, masih hidup.” “Kalau begitu berarti ibu saya lebih mulia dari Maryam. Sebab, Maryam sudah meninggal, sedang ibu saya masih hidup. Itu, dia ada di belakang,” jawab Habib Salim enteng. Mendengar jawaban diplomatis itu, si pendeta terbungkam seribu bahasa, lalu pamit pulang. Ketika itu banyak kaum Nasrani yang akhirnya memeluk Islam setelah bertukar pikiran dengan Habib Salim. Habib Salim memang ahli berdebat dan orator ulung. Pendiriannya pun teguh. Sejak lama, jauh-jauh hari, ia sudah memperingatkan bahaya kerusakan moral akibat pornografi dan kemaksiatan. “Para wanita mestinya jangan membuka aurat mereka, karena hal ini merupakan penyakit yang disebut tabarruj, atau memamerkan aurat, yang bisa menyebar ke seluruh rumah kaum muslimin,” kata Habib Salim kala itu. Ulama besar ini wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969). Ketika itu ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai pelosok datang bertakziah ke rumahnya di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur. Iring-iringan para pelayat begitu panjang sampai ke Condet. Jasadnya dimakamkan di kompleks Masjid Alhawi, Condet, Jakarta Timur. Almarhum meninggalkan dua putera, Habib Shalahudin dan Habib Novel yang juga sudah menyusul ayahandanya. Namun, dakwah mereka tetap diteruskan oleh anak keturunan mereka. Mereka, misalnya, membuka majelis taklim dan menggelar maulid (termasuk haul Habib Salim) di rumah peninggalan Habib Salim di Jalan Otto Iskandar Dinata. Belakangan, nama perpustakaan Habib Salim, yaitu Al-Fachriyyah, diresmikan sebagai nama pondok pesantren yang didirikan oleh Habib Novel bin Salim di Ciledug, Tangerang. Kini pesantren tersebut diasuh oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim dan Habib Ahmad bin Novel bin Salim – dua putra almarhum Habib Novel. “Sekarang ini sulit mendapatkan seorang ulama seperti jid (kakek) kami. Meski begitu, kami tetap mewarisi semangatnya dalam berdakwah di daerah-daerah yang sulit dijangkau,” kata Habib Ahmad, cucu Habib Salim bin Jindan. Ada sebuah nasihat almarhum Habib Salim bin Jindan yang sampai sekarang tetap diingat oleh keturunan dan para jemaahnya, ialah pentingnya menjaga akhlak keluarga. ”Kewajiban kaum muslimin, khususnya orangtua untuk menasihati keluarga mereka, menjaga dan mendidik mereka, menjauhkan mereka dari orang-orang yang bisa merusak akhlak. Sebab, orangtua adalah wasilah (perantara) dalam menuntun anak-anak. Nasihat seorang ayah dan ibu lebih berpengaruh pada anak-anak dibanding nasehat orang lain.” — bersama Achmad Al-banteniy, Estika Nurul Aeni, Khodimul Mahdi, dan 45 lainnya.amal, Asier Pengagum X Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Ashfihani (pengarang kitab Taqrib) Beliau lahir pada tahun 433 H jauh sebelum eranya Imam Nawawi maupun Rofi’i bahkan sebelum imam Ghozali. Beliau mendapat karunia umur panjang hingga 160 tahun, namun demikian tak satu anggota badan pun yang mengalami gangguan. Ketika beliau ditanyai karunia yang demikian beliau menjawab: “Aku selalu berusaha menjaga anggota badanku sejak kecil tidak pernah aku gunakan dalam kemaksiatan. Karenanya Alloh menjaganya pada saat aku memasuki usia senja.” Pada tahun 447 menjabat sebagai qodhi di kota Ashfihan. Dengan jabatan nya beliau menebarkan keadilan dan kebenaran ke seluruh pelosok negeri hingga dikenal luas. Kesibukan dan tugasnya sebagai Qodhi tidak melupakan semangat taqorrub dan ibadahnya pada Alloh SWT. Setiap hari sebelum keluar dari rumah beliau melakukan sholat dan membaca Alqur’an. Begitupun dalam melaksanakan tugas dengan teguh berpegang pada kebenaran tanpa khawatir akan celaan dan cercaan orang, tiada mengenal kompromi ketika harus menegakkan kebenaran sekalipun itu harus dibayar dengan mahal dan taruhan jabatan. Keteguhan hati beliau dalam membela kebenaran didukung oleh kelapangan sisi ekonomi. Tentang kekayaan beliau ini ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau memiliki sepuluh orang karyawan yang husus mendapat tugas untuk membagikan zakat dan shodaqohnya pada para mustahiqqin, dimana masing-masing membagikan seribu dua puluh lima dinar. Orang-orang sholeh dan para cendikia mendapat prioritas sehingga mereka merasakan betul kemurahan Abi syuja’. Kekayaannya yang demikian tidak menjadikanya lalai dan hanyut dalam kenikmatan. Kebeningan hatinya selalu mengusik untuk terus berpikir apa makna dari kehidupan dunia yang fana ini? Sampai ahirnya beliau memilih untuk hidup dalam kezuhudan yang jauh dari gemerlap dan indahnya dunia. Ashfihan yang telah banyak memberikan warna baginya beliau tinggalkan dan mengembara menuju kota madinah Almunawwaroh. Di sana beliau mengabdikan hidupnya untuk melayani kebutuhan makam sang idolanya, Rosululloh SAW. Menyapu masjid, membersihkan dinding makam menyalakan lampu dan sebagainya. Semua dijalani dengan penuh rasa puas dan bangga, sehingga pada suatu ketika orang-orang Ashfihan yang telah mengenalnya berziarah dan menyaksikan beliau di sana terperanjat dan menyapa: “wahai qodhi Abi Syuja!” beliau menjawab dengan tersenyum: “ ketahuilah saya bukan lagi Qodhi saya hanyalah seorang tukang sapu makam Rosululloh SAW” Rutinitas sebagai penjaga dan tukang sapu makam beliau lakukan hingga ahir hayat beliau. Layaklah kiranya kalau kemudian salah satu karya beliau menjadi demikian luas dan manfaat hingga hampir-hampir menjadi kitab wajib bagi semua yang ingin mendalami ilmu agama. Nafa’ana Allohu bihi wabi’ulumiha aamiin.. — bersama Muham'mad Iss'ad Anshori, Incu Abah Oi Bonqkar, Estika Nurul Aeni, dan 41 lainnya. Antara amalan disunatkan pada bulan Muharam: ♥-Berpuasa. Maksud Hadist: Barang siapa berpuasa satu hari dalam bulan Muharam pahalanya seumpama berpuasa 30 tahun.Maksud Hadist: Barang siapa yang berpuasa tiga hari dalam bulan Muharam, yaitu hari Kamis, Jum'at dan Sabtu, Allah tulis padanya pahala seperti mana beribadat selama 2 tahun. ♥-Banyakkan amal ibadat seperti sholat sunat, zikir dan sebagainya. ♥-Berdoa akhir tahun pada hari terakhir bulan Zulhijah selepas Asar sebanyak 3X ♥-Berdoa awal tahun pada 1 Muharram selepas Maghrib 3X ♥-Puasa sunat Muharram bermula pada tanggal 1 haribulan hinggalah pada 9 hari bulan (sunat Tausa’ ). ♥-Puasa sunat pada tanggal 10 Muharram ( sunat ‘Asyura ). Empat belas perkara sunat dilakukan pada hari Asyura (10 Muharram): ♥Melapangkan masa/belanja anak isteri. Fadhilatnya - Allah akan melapangkan hidupnya pada tahun ini. ♥Memuliakan fakir miskin. Fadhilatnya - Allah akan melapangkannya dalam kubur nanti. ♥Menahan marah. Fadhilatnya - Di akhirat nanti Allah akan memasukkannya ke dalam golongan yang redha. ♥Menunjukkan orang sesat. Fadhilatnya - Allah akan memenuhkan cahaya iman dalam hatinya. ♥Menyapu/mengusap kepala anak yatim. Fadhilatnya - Allah akan mengurniakan sepohon pokok di syurga bagi tiap-tiap rambut yang disapunya. ♥Bersedekah. Fadhilatnya - Allah akan menjauhkannya daripada neraka sekadar jauh seekor gagak terbang tak berhenti-henti dari kecil sehingga ia mati. Diberi pahala seperti bersedekah kepada semua fakir miskin di dunia ini. ♥Memelihara kehormatan diri. Fadhilatnya - Allah akan mengurniakan hidupnya sentiasa diterangi cahaya keimanan. ♥Mandi Sunat. Fadhilatnya - Tidak sakit (sakit berat) pada tahun itu. Lafaz niat: "Sahaja aku mandi sunat hari Asyura kerana Allah Taala." ♥Bercelak. Fadhilatnya - Tidak akan sakit mata pada tahun itu. ♥Membaca Qulhuwallah hingga akhir 1,000X. Fadhilatnya - Allah akan memandanginya dengan pandangan rahmah di akhirat nanti. ♥Sembahyang sunat empat rakaat. Fadhilatnya - Allah akan mengampunkan dosanya walau telah berlarutan selama 50 tahun melakukannya. Lafaz niat: "Sahaja aku sembahyang sunat hari Asyura empat rakaat kerana Allah Taala." Pada rakaat pertama dan kedua selepas Fatihah dibaca Qulhuwallah 11X. ♥Membaca "has biallahhu wa nik mal wa keel, nikmal maula wa nikmannaseer". Fadhilatnya - Tidak mati pada tahun ini. ♥Menjamu orang berbuka puasa. Fadhilat - Diberi pahala seperti memberi sekalian orang Islam berbuka puasa. ♥Puasa. Niat - "Sahaja aku berpuasa esok hari sunat hari Asyura kerana Allah Taala." Fadhilat - Diberi pahala seribu kali Haji, seribu kali umrah dan seribu kali syahid dan diharamkannya daripada neraka. — bersama Muham'mad Iss'ad Anshori, Zain, Syafari AlfaQir, dan 40 lainnya. Suka • • Bagikan Ibnu Qosim Alghozi ( pengarang kitab Fathul Qorib syarah Taqrib) Nama lengkap beliau adalah Assyaikh Al Imam Abi Abdillah Muhammad bin Qosim Alghozi lahir pada tahun 859 H di kota ghuzah yang menjadi bagian wilayah syam.Beliau mengembara menuntut ilmu di Kairo Mesir tepatnya di jami’ah Al-Azhar dan kemudian mengembangkan ilmu dan mengajar di Al-Azhar hingga bermukim di sana dan melahirka karya-karyanya seperti halnya Syarh fathul qorib. Disini pula beliau wafat pada tahun 918 H. Dari tahun kelahir dan wafatnya kita bisa tahu bahwa beliau hidup setelah masa imam imam Rofi’I dan Nawawi namun sebelum era Ibnu hajar dan Romli. Nafa’ana Allohu bihi wabi’ulumih amin Catatan: Selain Fathul qorib masih banyak syarah-syarah kitab taqrib yang lain. Diantaranya yang banyak dijumpai di lingkungan pesantren adalah: Kifayatul Akhyar karya Imam Taqyuddin Alhishni (….-…), Al-Iqna’ karya Imam Khotib Assyirbini (W: 977 H) Kelebihan kitab taqrib diantaranya 1- kelengkapan isi Dalam bentuknya yang sangat kecil memuat hampir semua kandungan fiqh dari mulai ibadah, mu’amalah, nikah sampai jinayat dan lain sebagainya. Sementara fathul qorib melengkapi kelebihannya dengan memberikan ta’rif pada hampir semua bab dari thoharoh sampai ‘itq mulai dari tinjauan lughot sampai syara’ 2- Paparan manhaj/ metodologi Jarang kita temukan kitab yang memaparkan manhaj seperti yang sering dilakukan Imam Nawawi dalam karya-karyanya. Ada beberapa manhaj yang disebutkan mushonnif dalam menyusun taqrib diantaranya: - sangat simple dan singkat (ghoyatil ikhtishor) - bahasanya sederhana (mudah dipelajari dan dihafal) - banyak pasal-pasal (iktsar taqsimat) - batasan dengan angka (hasril khishol) Dari paparan itu bisa dimaklumi bila kalimat-kalimat dalam kitab tersebut terkadang menggunakan arti yang longgar tidak sebagaimana dalam istilah fiqh. Seperti penyebutan air mutanajjis dengan air najis pada bab pertama, yang kemudian diikuti Ibn Qosim yang menyebuta’yan mutanajjisah yang mestinya a’yan najisah. Pembatasan komponen selalu dilakukan dengan angka mesti terkadang kurang tepat masih ada yang terlewatkan seperti dalam pembahasan sunah-sunah wudhu sehingga biasanya kemudian Ibn Qosim menjelaskan bahwa hal-hal lain masih banyak seperti disebut dalam kitab-kitab yang besar. 3- Tidak terikat pendapat mayoritas Salah satu contoh yang paling menyolok adalah adalah tentang niyyatul khuruj atau niyat keluar dari sholat pada saat salam dikategorikan rukun, mabit mina dan muzdalifah bukan wajibat haji akan tetapi sunah. Yang demikian bisa kita maklumi karena Abi Syuja’ hidup sebelum Nawawi, beliau mengambil dari mutaqoddimin dan ashabil wujuh dimana temuanya dalam hal ini sama dengan imam Rofi’i. Sekali lagi Ibn Qosim punya andil penting dimana kemudian memberikan penjelasan pendapat yang kuat dalam madzhab. — bersama Incu Abah Oi Bonqkar, Cahaya Kelana, MuIbrahim al-Bajuri, Ulama produkif penyebar Akidah Ahlusunnah wal Jama'ah Manhaj Asya'irah ( Sosok ulama pecinta ahli bait nabi SAW ) Bagi kalangan pelajar santri pondok salaf di Indonesia serta mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Timur tengah, nama Imam Ibrahim al-Bajuri bukanlah nama yang asing di telinga. Kitab Hasyiyah Tahqiqul Maqom ‘ala Risalati Kifayatil Awwam, kitab Tuhfatul Murid ‘ala Jawharah at-Tauhid serta kitab Hasyiah Al-Bajuri ‘ala matan Abi Syuja’ adalah buah tangan beliau yang sejak dahulu sampai sekarang menjadi referensi utama di kalangan pelajar ilmu agama. Nama lengkap beliau adalah Ibrahim al-Bajuri bin Syaikh Muhammad al-Jizawi bin Ahmad. Beliau diberi gelar dengan Burhanuddin artinya bukti agama, sebuah gelar yang lazim disematkan kepada para Ulama besar dulunya (bahkan hingga sekarang). Beliau dilahirkan pada tahun 1198 H/1783 M di desa Bajur, sebuah desa di Provinsi Al-Manjufiyah, Mesir. Beliau lahir dan tumbuh di keluarga yang memegang teguh Islam sebagai pedoman hidup. Orang tuanya pun terkenal sebagai orang alim dan saleh. Sebab itulah beliau senantiasa dididik dengan ilmu agama. Pada masa kecilnya beliau telah belajar al-qur’an dan memperbaiki kualitas bacaannya dengan bimbingan ayahnya sendiri. Pada tahun 1212 Hijriyah, beliau berangkat ke Al-Azhar dan menimba ilmu disana. Waktu itu umur beliau baru masuk 14 tahun. Namun setahun kemudian (1213 H/1798 M) , tentara penjajah Perancis menduduki Mesir yang membuat Syaikh Ibrahim keluar dari Al-Azhar dan menetap di daerah Giza selama beberapa tahun. Beliau baru kembali lagi ke Al-Azhar pada tahun 1216 H/1801 M setelah tentara Perancis keluar dari Mesir. Guru-guru beliau Selama di Al-Azhar, Syaikh Ibrahim sangat giat dan tekun dalam mengikuti pembelajaran dengan para gurunya. Diantara guru-guru beliau selama belajar di Al-Azhar : 1 - Al-Allamah Syaikh Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki. Beliau seorang ulama terkenal di Mesir, terutama karena beliau memiliki ketinggian sanad dalam ilmu. Seluruh ulama mesir ketika itu mengambil ijazah dan sanad kepada beliau, bahkan sampai sekarang mata rantai sanad masih tetap kepada beliau. 2 – Al-Allamah Abdullah asy-Syarqawi. Beliau merupakan ulama yang alim dan terkenal di Mesir dan di dunia islam. Karangannya yang banyak membuat nama beliau meroket di seantero dunia. Terlebih lagi beliau mendapat jabatan memimpin al-Azhar dan menjadi Syaikhul Azhar ( kedudukan yang tertinggi di al-Azhar ). 3- Syaikh Daud al-Qal`i, seorang ulama yang bijak dan arif. 4 - Syaikh Muhammad al-Fadhali, ulama al-Azhar yang alim dan sangat mempengaruhi jiwa Syaikh Ibrahim al-Bajuri. 5 - Syaikh al-Hasan al-Quwisni. Beliau adalah seorang ulama yang hebat sehingga di beri tugas untuk menduduki kursi kepemimpinan al-Azhar dan dilantik menjadi Syaikhul azhar pada masanya. Ulama Produktif Sebagai seorang ulama, beliau terkenal sangat produktif menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Hal ini tentu saja disebabkan kepintaran dan kecerdasan serta kedalaman ilmu beliau. Diantara karya beliau : 1 - Hasyiyah Ala Risalah Syaikh al-Fadhali. Kitab ini adalah karangan pertama beliau yang dikarang saat beliau baru berusia sekitar 24 tahun. Kitab ini merupakan ulasan dan penjelasan makna “La Ilaha Illa Allah” . 2 - Hasyiyah Tahqiqi al-Maqam `Ala Risalati Kifayati al-`Awam Fima Yajibu Fi Ilmi al-Kalam. Kitab ini selesai dikarang pada tahun 1223 hijriyah. Kitab ini sangat masyhur di kalangan pelajar Santri pondok Salaf di Indonesia. 3 - Fathu al-Qaril al-Majid Syarh Bidayatu al-Murid (1224 H) 4 - Hasyiyah Ala Maulid Musthafa Libni Hajar (1225 H) 5 - Hasyiyah `Ala Mukhtasor as-Sanusi (1225 H) 6 - Hasyiyah `Ala Matni as-Sanusiyah (1227 H) 7 - Tuhfatu al-Murid `Ala Syarhi Jauharatu at-Tauhid Li al-Laqqani (1234 H). Kitab ini merupakan diktat wajib untuk mata kuliah ilmu tauhid di Universitas Al-Azhar. 8 - Tuhfatu al-Khairiyah `Ala al-Fawaidu asy-Syansyuriyah Syarah al-Manzhumati ar-Rahabiyyah Fi al-Mawarits (1236 H) 9 - Ad-Duraru al-Hisan `Ala Fathi ar-Rahman Fima Yahshilu Bihi al-Islam Wa al-Iman (1238 H) 10 - Hasyiyah `Ala Syarhi Ibni al-Qasim al-Ghazzi `Ala Matni asy-Syuja`i (1258 H). Kitab ini sangat masyhur di kalangan pelajar Fiqh Syafi’i. Sampai hari ini, kitab Hasyiyah Bajuri ini masih menjadi mata pelajaran wajib di Majelis Talaqi Masjid Al-Azhar Asy-Syarif. Kitab ini juga dipelajari di Pondok Salaf di Indonesia. 11 - Dan lain-lainnya. Kebanyakan kitab beliau banyak mengenai masalah Akidah. Beliau termasuk salah seorang ulama yang giat dalam menyebarkan Akidah Ahlusunnah wal Jama’ah sesuai manhaj Imam Abu Hasan Al-Asy’ari ( Asya’iroh ), sesuai dengan Manhaj yang dipertahankan Al-Azhar Asy-Syarif hingga saat ini. Selain masalah akidah, beliau juga mempunyai banyak karangan di lintas disiplin ilmu seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, dan lain-lain. Diangkat menjadi Syaikhul al-Azhar Ketinggian dan kedalaman ilmu beliau mengantarkan beliau menjadi salah seorang tenaga pendidik di Al-Azhar. Beliau yang sangat terkenal tekun dan ikhlas dalam mengajar dan mendidik, akhirnya diangkat menjadi Syaikh Al-Azhar, posisi paling tinggi dan prestisius di lembaga Al-Azhar. Beliau diangkat pada tahun 1263 H menggantikan Syaikh Ahmad Abdul Jawwad Ad-Daumi Asy-Syafi’i. Beliau memangku amanah tersebut hingga akhirnya Wafatnya Syaikh Ibrahim al-Bajuri Beliau berpulang ke Rahmatullah dengan tenang dan Ridha pada Hari Kamis, 28 Dzulqa’dah 1276 H/19 Juli 1860 M. Beribu pelayat hadir untuk ikut menyolatkan beliau. Beliau dishalatkan di Masjid Al-Azhar Asy-Syarif dan dikuburkan di kawasan Qurafah Al-Kubra.a — bersama Cheng Chei Reepiet, Muhammad Thariq Kamal, Princess Hally Raksye WaRahat, dan 41 lainnyaham'mad Iss'ad AnshoriKHASIAT SURAT AL-FATIHAH Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang bermaksud: "Membaca Fatihah Al-Quran pahalanya seperti sepertiga Al-Quran" Juga Nabi Muhammad SAW bersabda: "Fatihah itu pembukaan maksud bagi orang-orang mukmin." Siapa membaca surah Al-Fatihah dalam keadaan berwudhu sebanyak 70 kali setiap hari selama tujuh hari lalu ditiupkan pada air yang suci lalu diminum maka ia akan memperolehi ilmu dan hikmah serta hatinya dibersihkan dari fikiran rusak. Diantara khasiat Fatihah ialah siapa yang membaca 'Al-Fatihah' diwaktu hendak tidur, Surah 'Al-Ikhlas' sebanyak 3 kali dan Mu'awwidzatain maka ia akan aman dari segala hal selain ajal. Dan siapa berhajat (berkeinginan sesuatu) kepada Allah s.w.t.maka olehnya dibaca surah Al-Fatihah sebanyak 41 kali diantara sembahyang sunat Subuh dan sembahyang fardu Subuh sampai 40 hari (tidak Lebih) kemudian memohon kepada Allah s.w.t. maka Insyaallah ia penuhi keperluan hidupnya. * Barangsiapa membaca Fatihah berserta Bismillah diantara sunat Subuh dan fardu Subuh dengan Istiqomah maka kalau ia inginkan pangkat terkabullah ia dan kalau ia fakir maka akan kaya serta jika ia punya hutang maka mampu membayarnya dan kalau ia sakit maka akan sembuh serta kalau ia punya anak maka anaknya itu menjadi anak yang soleh, berkat surah Al-Fatihah. * Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah sebanyak 20kali setiap selesai sembahyang fardu lima waktu maka Allah s.w.t. luaskan rezekinya, baiki akhlaknya, mudahkan urusannya, hilangkan keperihatinannya dan kesusahannya, anugerahkan apa yang ia angan-angankan, dapatkan berbagai berkat dan kemuliaan, jadikan ia berwibawa, berpangkat luhur, berpenghidupan baik dan ia pula anak-anaknya terlindung dari kemudharatan dan kerosakan serta dianugerahkan kebahagiaan dan sebagainya. * Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah sebanyak 125 kali selesai sembahyang Subuh maka ia peroleh maksudnya dan ia ketemukan apa yang dicari-cari serta sebaiknya ia panjatkan doa yang bermaksud: "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran Surah Al-Fatihah dan rahasianya, supaya dimudahkan bagiku semua urusanku, sama ada urusan dunia atau urusan akirat, supaya dimakbulkan permohonanku dan ditunaikan hajatku..........." * Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah diwaktu sahur (tengah malam) sebanyak 41 kali maka Allah s.w.t.bukakan pintu rezekinya dan Dia mudahkan urusannya tanpa kepayahan dan kesulitan. Selesai bacaan Al-Fatihah tersebut dan sebaiknya berdoa: "Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran surah Al-Fatihah dan rahasianya, supaya Engkau bukakan bagiku pintu-pintu rahmatMu, karunia-Mu dan rezeki-Mu. Dan Engkau mudahkan setiap urusanku, murahkanlah bagiku rezekiMu yang banyak lagi berkat tanpa kekurangan dan tanpa susah payah, sesungguhnya Engkau berkuasa atas setiap sesuatu. Aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran surah Al-Fatihah dan rahsianya, berikan apa yang kau hajati........" Diriwayatkan dari Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi didalam kitab 'Qaddasallaahusirrahu': "Siapa yang punya maksud maka sebaiknya ia membaca surat Al-Fatihah sebanyak 40 kali sehabis sembahyang Maghrib dan sunatnya, selesai itu ia ajukan permohonan hajatnya kepada Allah SWT" * Surat Al-Fatihah boleh mengobati penyakit mata, sakit gigi, sakit perut dan lain-lainnya dengan dibacakan sebanyak 41 kali. * Ikhtiar mengobati penyakit : Baca Surah Al-Fatihah sebanyak 40 kali pada tempat berisi air, lalu air itu diusap-usapkan pada kedua belah tangan, kedua belah kaki, muka, kepala dan seluruh badan,llu diminum, Insyaallah menjadi sembuh. * Kalau Surah Al-Fatihah itu ditulis dengan huruf-huruf terpisah lalu dileburkan dengan air suci dan diminumkan kepada sisakit, maka dengan iradah Allah s.w.t. ia akan sembuh. * Ikhtiar menghilangkan sifat pelupa: Tulislah surat Al-Fatihah dengan huruf Arab pada tempat putih dan suci lalu dihapuskan dengan air dan diberi minum pada orang yang pelupa, maka ia akan hilang sifat pelupanya dengan izin Allah s.w.t. * Mengobati sakit disebabkan oleh sengatan kala: Ambil sebuah tempat bersih lalu diisi air dan sedikit garam lalu dibacakan padanya Surah Al-Fatihah sebanyak 7 kali lalu diberi minum pada orang yang tersengat kala itu, Insyaallah ia akan sembuh. * Mengobati sakit gigi dan lain-lain: Untuk dirinya sendiri = letakkan jari pada tempat yang sakit lalu membaca Al-Fatihah dan berdoa sebanyak 7 kali: "Ya Allah, hilangkan daripada keburukan dan kekejian yang aku dapati dengan doa Nabi-Mu yang jujur (al- Amin) dan tetap disisi-Mu". * Mengobati penyakit gigi orang lain: selesai membaca Al-Fatihah maka berdoa 7 kali: "Ya Allah, hilangkan daripada orang ini keburukan dan kekejian yang aku dapati dengan doa Nabi-Mu yang jujur (al- Amin) dan tetap disisi-Mu". * Adapun faedah dan khasiat dari Surah Al-Fatihah ialah menyembuhkan penyakit mata yang kabur (rabun) Sabda Nabi Muhammad s.a.w." "Barangsiapa yang ingin menyembuhkan kelemahan pandangannya (kabur/rabun) maka hendaklah dilakukan: * Memandang bulan pada awal bulan, jika tidak kelihatan atau terhalang oleh awan dan lain-lain hal, lakukan pada malam kedua, juga tidak dapat, coba pada malam ketiga atau begitu seterusnya hingga nampak kelihatan bulan itu. * Apabila telah kelihatan, hendaklah ia menyapukan tangan kanannya kemata dengan membaca Al-Fatihah sebanyak 10 kali. * Sesudah itu mengucapkan pula sebanyak 7 kali doa ini: "Al-Fatihah itu menjadi obat tiap-tiap penyakit dengan rahmat Mu ya Tuhan yang pengasih penyayang." * Lalu mengucapkan "Yaa Rabbi" sebanyak 5 kali. * Terakhir mengucapkan pula doa ini sebanyak 1 kali: "Ya Allah sembuhkanlah, Engkaulah yang menyembuhkan, Ya Allah sehatkanlah, Engkaulah yang menyehatkan". Moga bermanfa’at bagi al’faqier sendiri dan bagi temen’ yg membaca.. ttd Sayyid Ghuard’s — bersama Zainul Wahyudi, Sus Anto, Anna Annisa, dan Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi ( Shohibul Maulid Simtudduror ) Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi dilahirkan pada hari Juma’at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri Hadhramaut. Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang salihah yang amat bijaksana. Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu. Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia. Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari. Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya – di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia. Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali. Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama. Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bongsu; Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Dia dikenal sebagai peribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H dan dimakamkan di kota Surakarta. Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya. Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan diberinya judul “Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya). Dipetik dari: Untaian Mutiara – Terjemahan Simtud Duror oleh Hb Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi. — bersama Ovan Mapia Faceboox, Fathimah EL-Helwa, Ririn Fitriani Az-Zahara II, dan 41 lainnya.41 lainnya., dan 41 lainnya. Al Habib Abu Bakar bin Thoha bin Yahya ( Panembahan Tejo Jati Kusumo ) Geritan Karang Anyar Pekalongan Beliau berasal dari daerah gorot bagian wilayah tarim hadramaut, dibawah asuhan ayahandanya beliau menimpa ilmu-ilmu agama dan kemudian berguru pada ulama’ lain di daerahnya, termasuk salah satu gurunya adalah Qutbul Irsyad wa Ghoutsul Bilad Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad. Setelah mendapatkan pembekalan ilmu agama yang cukup beliau mengikuti tradisi para salafnya berdakwah ke berbagai daerah menyebarkan agama dan syari’at Allah SWT. Mulai dari India, Malaysia, Pasai, dan menetap cukup lama di daerah Angsana Kalimantan Selatan untuk selanjutnya masuk kepulau Jawa melalui Surabaya dan kemudian menetap di Mataram (sekitar Jogjakarta) untuk beberapa lama. Dalam masa beliau singgah di Mataram ini banyak peran-peran dan jasa yang beliau berikan pada kerajaan Mataram terutama dalam mengatasi konflik pada masa sultan kurat I sehingga beliau mendapat gelar dari kerajaan sebagai Panembahan Tejo Jati Kusumo dan diantara jasa beliau adalah menentukan batas pemisah keraton Jogjakarta dengan keraton Kertosuro. Mukim di Geritan Mengakhiri lawatan dakwah panjang yang telah beliau lakukan beliau akhirnya memilih Pekalongan sebagai tempat pengembaraan yang terakhir . dari kota Pekalongan itu beliau memilih wilayah karang anyar yang lokasinya berada diantara Kajen dan Wono pringgo, tepatnya di desa Geritan. Nama Gertian itu sendiri menurut sebagian riwayat/versi berasal dari nama tempat kelahiran beliau gorot (قارة) yang kemudian mengikuti dialek masyarakat Pekalongan menjadi Geritan dan sebagian riwayat lagi kayu geritan, kayu yang mengeluarkan suara. Entah kebenarannya wallahu a’lam. Sebagian orang-orang dekat beliau di Mataram juga mengikuti jejak dakwah beliau membantu dan menetap hingga wafat di makamkan di Geritan seperti senopati Pematang dan qodhi Mataram yang makamnya berada di dalam kubah. Di Geritan ini beliau mendirikan padepokan atau pesantren mengajarkan ilmu syari’at juga ilmu pertanian dan ilmu kelautan kepada para santri yang datangdari berbagai daerah. Silsilah nasab beliau Beliau adalah Al Arif Billah Al ‘Alim Al ‘Allamah Al Bahr Al Fahamah Al Habib Abu Bakar bin Thoha bin Muhammad bin Syaikh bin Ahmad bin Yahya bin Hasan Al Ahmar bin Ali Al ‘Inar bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilaih bin Ali bin Alwi bin Muhammad Faqihil Muqoddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi’ qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Bin Abi Tholib dan bin Fathimah Azzahro’ binti Rosulillah SAW. Jasa-jasa beliau Disamping perannya yang nyata dalam perkembangan islam ditanah Jawa khususnya di Pekalongan ada peran beliau yang tidak kalah penting adalah meredakan konflik berkepanjangan dalam kerajaan Mataram dimana kedatangan beliau telah di isyarohkan oleh Al Habib Abdurrohman bin Muhammad bin Abdulloh Al ‘Idrus kepada Hamengkubuwono I sebagai jawaban riyadloh yang beliau lakukan di gunung kemuning. Riyadloh Hamengkubuwono tiada lain mengharap petunjuk menyelesaikan konflik dalam istana dan beliau Al Habib Abdurrohman Al ‘Idrus menyampaikan bahwa yang akan menyelesaikan konflik tersebut adalah Al Habib Abu Bakar bin Yahya karenanya sulthan tidak perlu khawatir, karena beliau akan datang. Betul apa yang disampaikan, tak berapa lama Al Habib Abu Bakar datang dan menyelesaikan konflik dengan membagi kerajaan menjadi dua, pembagian itu sendiri dilakukan dengan cara unik, beliau membawa sebuah kendi berisi air dan naik diatas sajadah sekonyong - konyong sajadah itu terbang, beliau mengikuti perjalanan sajadah sambil mengucurkan air dari kendi, tempat-tempat kucuran air tersebut membentuk aliran yang kemudian dikenal dengan kali wedi sekaligus menjadi pembatas dua wilayah kerajaan. Al Habib Abdurrohman Al Idrus sendiri didalam istana bertindak sebagai mufti kerajaan yang saran dan nasihatnya selalu diperhitungkan. Dari perannya beliau mendapat gelar pangeran besar, sementara Al Habib Abu Bakar di anugerahi gelar pangeran tejo jati kusumo atau panembahan tejo jati kusumo. — bersama Asier Pengagum X Altunay, Zain, Dunn Kendal, dan 42 lainnya. MAULID DAWUH SYEKHUNAL MUKAROM (1390 H – 1970 M ) Aduh gusti kula nuhun pangapunten Sekatae dosa kula ingkang wonten Gede cilik dosa ati dosane badan Mugi kersa ngampura gusti pangeran Bukah ati tutupana cacad kula Nuhun dipecat ati kula ingkang ala Bade sinten kang ngapura sekabeh dosa Anging gusti panjenengan kang kuasa Dosa samar panjenengan langkung periksa Mugi-mugi ngapura sekabeh dosa Alkhamdulillah kula muji kesyukuran Gusti Alloh kang nebihaken Kemusyrikan Ayu santri ingkang paham pikirane Maring nadom aja bosen apalana Yen di kajih bisa weru ning anggone Yen wis weruh duwe ilmu ana kanggone Jaman dingin rapat wali cerbon girang Dipun imbal desa bulak Jatibarang Ngrundingaken maju mundure syahadat Gelem nampa apa beli kabeh rakyat Santri ngandel ning pituture syekhuna Ilmu amal iman islam ya sempurna Masjid mekkah sing nunggoni para wali Dipun imbal tanah jawa kebon melati Weruhana santrine syarif hidayat Dadi wali sebab ngaji syahadat Sira weruh terus geguru ning syahadat Ning timbulane gusti syarif hidayat Aja dumeh sira bisa ning syahadat Sira bisa ning syahadat munggah ning adat Ayu wedi watir maras ning atine Akhir umur bokan blolih pangapurane Gage tangi bengi sholat tahajud Den paringi penjaluke wongkang sujud Jaluk apa ning dunya disediai Sugih pinter bener saking Ilahi Gusti Alloh ngampura dosa ora angel ora apa Tapi delenge tobat sira kaya apa Awak sira awan bengi kacanana Ingkang awas tindak lana titenana Yen kepengen dadi mukmin kudu ngalahi Aja wani madoni akhire belai Poma aja wani sira nukari Ingetaken dadi batur mengko buri Arep tukar karo batur aja wani Yen wania sira iku nggo upan geni Alloh Alloh Alloh ya rosululloh Kabeh badan kang nguasani gusti Alloh Nuhun-nuhun kekuatan jalanaken Ning perintahe kang sampun ridlokaken Lamon iman gelem nyebut asma pangeran Tetep aman muarah sandang murah pangan Rokhman rokhim iku welas winelasan Maring umat maring Makhluk sepepadan Iki jaman wis akhir kari setitik Yen ora mikir gawe amal ora katik Jaman akhir ilmu ilang manfa’ate Bagen kiyai ahli tapa langka kramate Jaman akhir Sunnah nabi digeguyu Sing geguyu yakin pisan wong keliru Jaman akhir Sunnah nabi disengiti Bonggan sengit kejaba umate gusti Jaman akhir Sunnah nabi ora digawa Sing nyekeli luwih panas kenimbang wangwa Jaman akhir Sunnah nabi didugali Poma batur aja ucul diganduli Dajjal la’nat sore jum’at pada metu Seja ngulati ngaku duwe anak putu Dajjal iku matane kang kiri siji Omonge sulaya ora netepi janji Batuke dajjal diwaca tulisane La’ natulloh ‘ alal kafirin ya unin blog.re.or.id > Muslim > Baiat Dan Syahadatain Baiat Dan Syahadatain Muslim category “Baiat Dan Syahadatain” ketegori Muslim. Assalamualaikum Ust…1. Saya mau bertanya tentang syahadatain, bahwa ada yang menyebutkan tidak masuk golongan muslim yang belum melaksanakan syahadatain, syahadatain di sini artinya bukan dalam ritual shalat namun dalam artian baiat,benarkah? dan apa dalilnya, kalau tidak begitu tolong disebutkan juga dalilnya2. Jika umat muslim wajib berbaiat, untuk zaman sekarang ini kita harus berbaiat kepada siapa? Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan jazakallahu khairan katsiro WAssalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh Afwa Jawaban Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh, Berbai’at dan bersyahadat adalah dua hal yang berbeda. Bahkan anak kecil yang masih duduk di bangku madrasah ibtidaiyah pun mudah membedakannya. Syahadat merupakan salah satu rukun Islam, sedangkan bai’at tidak termasuk rukun Islam. Namun ada segelintir orang yang ikut dalam aliran sesat telah berupaya menyelewengkan pengertian keduanya sehingga seolah-olah bai’at itu syahadat dan syahadat itu bai’at. Tentu saja pengertian salah seperti ini jelas punya tujuan tendensius dan merupakan bentuk kesesatan yang serius. Padahal dari segi lafadznya saja sudah berbeda. Syahadat itu berbunyi asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah , sedangkan bai’at itu berbunyi ubayi’ukum ‘alas sam’i wath-tha’ah fi tha’atillai wa rasulihi . Syahadat itu adalah ikrar tentang masalah tuhan dan kenabian, di mana seorang muslim menyatakan tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah, sekaligus ikrar bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sedangkan ba’iat adalah ikrar untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin dan pernyataan siap untuk mentaatinya. Sehingga jelaslah bahwa syahadat itu bukan bai’at dan bai’at itu bukan syahadat. Syahadat itu sebagai ikrar dari seorang non muslim untuk masuk Islam, sedangkan bai’at itu adalah sumpah atau pengangkatan seseorang untuk dijadikan pemimpin. Orang kafir yang tidak mengucapkan syahadat berarti dia belum masuk Islam. Statusnya adalah kafir karena memang aslinya adalah orang kafir. Adapun orang muslim, selain secara nyata dia sudah menunjukkan dirinya sebagai muslim, secara lafadz pun sudah pasti dia melakukan syahadat berkali-kali dalam sehari. Dan pengakuan sejak awal bahwa dia adalah seorang muslim sudah cukup untuk dikatakan bahwa dia memang muslim, sehingga seorang muslim sama sekali tidak memerlukan syahadat ulang. Dia adalah muslim karena sejak awal pun memang sudah muslim. Maka sungguh salah dan sesat kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang yang sudah muslim harus bersyahadat ulang, kalau tidak maka dia adalah orang kafir. Pendapat seperti ini tidak akan lahir dari mulut seorang yang mengerti hukum aqidah, kecuali dari kelompok sesat yang berpaham takfir. Yaitu aliran sesat yang mudah mengkafirkan orang lain. Bahkan fatalnya paham sesat ini adalah berangkat dari asumsi bahwa semua orang di dunia ini pada dasarnya kafir, kecuali yang mau setia taqlid buta pada kelompok sesat itu. Padahal dalam ilmu aqidah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, setiap orang itu lahir dalam keadaan muslim. Barulah kemudian kedua orang tuanya yang akan mengajaknya kepada kekafiran. Mungkin dijadikan yahudi, nasrani atau majusi. Kalau mereka suatu saat mau masuk Islam, haruslah membuat pernyataan/ ikrar yang disebut dengan syahadat. Namun bila seorang bayi lahir dari kedua orang tua yang muslim dan tumbuh dalam pendidikan Islam, sudah secara otomatis dia menjadi muslim. Dan sama sekali tidak perlu bersyahadat ulang. Dan kafirnya seorang muslim itu harus melewati sebuah proses yang bernama murtad . Namun selama seorang muslim tidak melakukan hal-hal yang termasuk dalam kategori kemurtadan yang disahkan oleh pengadilan syariah, maka dia adalah muslim 100%. Para shahabat Nabi SAW dahulu awalnya pun masih kafir. Lalu mereka masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak awal mula turunnya wahyu, sudah banyak shahabat yang masuk Islam. Hingga menjelang hijrah ke Madinah baru ada bai’at. Ini menunjukkan bahwa syahadat itu bukan bai’at dan bai’at itu bukan syahadat. Di dalam sirah nabawiyah, keduanya dipisahkan oleh jarak waktu hampir 10 tahun. Dan para shahabat nabi SAW yang masuk Islam di awal mula turun wahyu tetap dianggap muslim, meski mereka tidak ikut berba’ait. Perlu diketahui bahwa bai’at di dalam sirah nabawiyah ada beberapa kali. Yang awal pertama terjadi adalah bai’at Aqabah I dan bai’at Aqabah II. Dua-duanya hanya untuk para anshar dari Yatsrib . Adapun para shahabat yang lainnya tidak ikut berbai’at. Kalau dikatakan bahwa yang tidak bai’at itu kafir, seharusnya Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali itu kafir, lantaran tidak ikut bai’at. Jadi pemahaman seperti yang Anda kemukakan itu jelas sekali salahnya, bahkan bertentangan dengan realita sejarah di masa Nabi SAW, juga bertentangan dengan manhaj salafushalih, serta bertentangan dengan ilmu aqidah dan syariah. Tidaklah ada orang yang mau dicocok hidungnya dengan doktrin sesat seperti ini kecuali orang-orang yang lemah iman, kurang ilmu dan jahil terhadap agamanya sendiri. Kewajiban Berbai’at Kalau umat Islam sedunia bisa menyatukan aqidah, fikrah dan manhaj hingga sampai ke satu gerakan, insya Allah saat itulah umat Islam akan punya pemimpin. Dan pada saat itulah umat Islam dengan suka rela menyatakan ketaatan kepada pemimpinnya itu dengan sebuah ritual bai’at. Pemimpin itu secara aklamasi diangkat oleh 1,5 milyar umat Islam sedunia untuk menjadi khalifah kepemimpinan Rasulullah SAW. Kalau sekarang ini, di mana wajah umat Islam masih centang perenang, kusut tidak karuan, saling ejek, saling caci, saling tonjok bahkan saling adu jotos sesama mereka, khilfah yang diidamkan itu rasanya masih jauh dari kenyataan. Jelas saat ini kita tidak punya satu orang yang bisa dibai’at secara international. Kalau pun sekarang ini ada yang dibai’at, maka bukan bai’at untuk menjadi pemimpin seluruh umat , melainkan pemimpin lokal kecil-kecilan saja, mungkin setingkat RT atau RT. Atau setingkat sebuah ormas, jamaah kecil-kecilan atau jamaah pengajian yasinan dan sebagainya. Dan sama sekali bukan representasi pemimpin dari seluruh umat Islam sedunia. Hukum membai’atnya suka-suka saja. Kalau rasanya kita setuju untuk mengangkatnya menjadi pemimpin untuk lokal tertentu, silahkan saja dibai’at. Tapi jangan sampai ada keyakian bahwa siapa yang tidak ikut membai’atnya, lantas menjadi kafir. Ini adalah sebuah penyimpangan paham aqidah yang sesat dan menyesatkan. Maka hukum bai’at berbeda tergantung orang yang melaksanakannya. Adapun ahlu al-halli wa al-‘aqdi, maka mereka wajib berbai’at terhadap imam yang telah mereka pilih, jika syarat-syarat keimaman telah terpenuhi pada imam terpilih tersebut. Adapun masyarakat umum, pada asalnya setiap orang wajib melakukan bai’at terhadap imam berdasar bai’at ahlu al-halli wal ‘aqdi terhadap imam tersebut. Karena Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang mati dan tidak ada ikatan bai’at di pundaknya maka ia pasti mati seperti mati di jaman jahiliyah” Namum begitu, Fuqoha Malikiah berpendapat, masyarakat umum tidak perlu melakukan bai’at. Tetapi cukup bagi mereka meyakini bahwa mereka di bawah perintah imam yang dibai’at dan mereka diharuskan untuk taat terhadap imam tersebut Sedangkan orang yang terpilih untuk menjadi imam, ia wajib menerima bai’at tersebut jika memang terpilih dan tidak ada orang yang memenuhi persyaratan selain dirinya. Akan tetapi jika yang memenuhi persyaratan jumlahnya lebih dari satu maka kewajiban tersebut berubah menjadi fardu kifayah. Pengertian Keliru Tentang ‘Mati Jahiliyah’ Bila Tidak Berbai’at Dalam kitab legendaris yang meurpakan kitab penjelasan shahih Bukhari, Fathul Baary, Ibnu Hajar memberikan komentar tentang pengertian “Miitatan Jahiliyyatan” bahwa yang dimaksud dengan kalimat tersebut aadalah sebagai berikut: “Yang dimaksud dengan “mati Jahilyyah” dengan bacaan mim kasrah “Miitatan bukan Maitatan” adalah keadaan matinya seperti kematian di jaman Jahiliyyah dalam keadaan sesat tiada imam yang ditaati karena mereka tidak mengetahui hal itu. Dan bukan yang dimaksud itu ialah mati kafir tetapi mati dalam keadaan durhaka” Imam al-Qadhy ‘Iyadh berkata bahwa yang dimaksud dengan sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang keluar dari ketaatan imam dan meninggalkan jama’ah maka ia mati miittan jahiliyyatan” adalah dengan mengkasrah mim “miitatan” yaitu seperti orang yang mati di jaman Jahiliyyah karena mereka ada dalam kesesatan dan tidak melaksanakan ketaatan kepada seorang imam pun” 6/258} Wallahu a’lam bishshawab wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Ahmad Sarwat, Lc Sumber Baiat Dan Syahadatain : http://assunnah.or.id MAULID TOREKOT SYAHADAT (1378 H / 1958 M) 2 TOREKOT SYAHADAT (1378 H / 1958 M) 2 AKHLAK Mangan kang berkah ( Hari Selasa tgl 18 Rajab 1378 H / 1958 ) Wong lunga ngaji rongokna ning tutur Endi kang bagus lakonana kabeh batur Yen kepengen pituduh saking pangeran Duwe akal gagiyan eling ning pangeran Alamate wong kebuka ning atine Terusa ngerti iman islam agamane Sira batur ngatosaken ning atine Terus lali kesasar sira pikire Wongkang ngaji pengen selamet dunya akherat Sugih dunya mugi Alloh paring berkah Nuhun berkah pangan kula kang setitik Saban tingkah elinga waktu paceklik Maca bismillah ba’da salam qobla subuh Ping selikur aja kurang aja imbuh Pengen sugih niat muruk ning bature Lumayanan kanggo sangu ning kubure Sediaa kabeh sira maring pangan Kira adem aja mumbul hawa syetan Pemborosan ning dunyane kudu mikir Ora mikir pemborosan dadi fakir Gage jaluk sanak rabi lan sebatur Nuhun sabar sedawane panjang umur Ngirim Ahli Kubur Ayu batur titenana Sega jabur kirimana Wong tuane kang wis ninggal Senen jum’ah aja tinggal Wong tua ngopeni anak Rasa repot rasa blenak Awit cilik sampe gede Ngarep-ngarep supaya duwe Barang tua ora eling Apamaning sega sepiring Maca qulhu lan fatikha Emong maca bagen melumah Luwih lara ya siksane Anak ira aturana Ora milih ganjarane Awit dunya kuburane PERINGATAN LAN SIKSA Melarat ( Hari selasa tgl 5 Syawal 1378 H / 1958 M ) Gusti syarif mulai mulang muride Gage ngaji supaya hasil maksude Wulan syura dina kemis tanggal pitu Kawitana badan rabi anak putu Memangane ning jaburan kumpulaken Mangan sega nuli jabur anggeraken Diharepaken mangan nginum sengelie Tapi padu aja caplok caplik bae Supaya bisa beda kelakuane Karo sato aja pada memangane Mangan sega nuli jabur aja pisah Ora kena telat mangan ngalih gena Ya jamane iku numpak bera bero Omong ngamprak cekelana syahadat loro Pikir sowak dadi kasab tinggal putek Sebab mikir kesorene ora betek Laki teka rabine gerayang ketimang Rabi mangan jabur esuk olih utang Dadi nyata rabine nyolong pangane Cuman laki keduman ya hurane Cawis-cawis sega nggo sodakoh Jasmani ugah rohani ora rubah Lanang wadon kang bersatu pikirane Dunya akherat ya suwarga tujuane Kira-kira urip dunya luwih megah Terus ngaji syahadate kang kegawa Iku tanda lanang wadon luwih wekel Ning dunyane yen kepaten ya diandel Bal’am bin banguroh Weruhana bal’am iku alim ilmune Arep mati eling emas ning atine Dadi kafir bal’am iku ya matine Nurut nafsu kegoda maring rabine Karena sifat kharam kudu bukti Kudu inget ning selulupan milalati Yen tumeka nafsu dadi nyilakani Yen wong mukmin sodaqoe kudu wani Ati picek ketutupan ning nafsune Kurang awas luwih akeh ya satrune Ati perang karo nafsu kudu wani Wajib Sunnah hak kang bener dibelani Ayu ngumpul neja ngaji lan bature Kanggo sangu gawan mati ning kubure Wongkang mati amal ikhlas gegawane Kabeh perintah kudu inget ning waktune Penyakit rohani ( Hari selasa tgl 14 Jumadil Awal 1378 H / 1958 M ) Aduh awak kegila-gila bodone Ning syahadat ora gelem gegurune Dikon Pinter kita jawabe wis ngerti Ya gumede takabure sampe mati Gede-gedene dosa iku ya takabur Senajan ibadah ilang amale ajur lebur Dadi kaya leliwis sira umpamane Selulup maning jumbul garing ning badane Kader talang bagen alim ning ilmune Udan gede mari udan langka banyune Ngaji sembahyang luwih akeh ganjarane Yen takabur ilang kabeh ganjarane Den obahaken ning Alloh langka ngerasane Sebab picek atine langka rasane Tetep dosa sebab kita ora ngerasa Aja mang-mang ning akherat dipun siksa Wong gumedeh takabure jero ati Ora ngerasa-ngerasa sampe tekang mati Wis jamane kuwalik pikirane Wongalima ngadiraken ning ilmune Wong sugie ngadiraken ning barange Kang baguse wong bodohe langka wirange Gage eling poma-poma Kabeh batur Dangdanana aja kongsi melebu kubur Ati salim elinge terus-terusan Muji dzikir sewengi nikmat syukuran Alkhamdulillah Alloh paring kesabaran Saged ngamalaken wajib kesunnahan Syekhuna damar loro nuhun disuled Nggo ngobori ati picek ingkang wuled Syekh jabar ngurus murid supaya bersih Meriksa murid saban tempat dikoreksi Awas batur luruh bener kang ati-ati Tut setitik lakonana kudu bukti Tangekna ati badan sholat tahajud Ati nuju Alloh paring hasil maksud Nandur palawija kabeh cecukulan Durung cukul ngopenane ya kengelan Yen wis cukul nuli aweh dedempeyekan Kabeh makhluk memangane pada doyan Tapi sabar buangana kang temenan Hasud takabur ’ujub riya kemusyrikan Durung weruh aja putus keniatan Ayu jaluk bebarengan tawasulan Kudu nerima laku sabar ning anggone Ora sabar nurut syahwat nyilakani Sakurebe bumi salumahe langit Maring Qodlo qodar Alloh aja sengit Waktu sholat ora eling qodlo qodare Bagen alim waktu sholat tetep blesare Besuk pisah embok bapa lan anake Waktu urip ora bersatu ngelingane Maca solawat tetepaken ning atine Ngilangaken keputekan sedayane ( Hari Selasa tgl 7 romadhon 1378 H / 1958 M ) Ngaji syahadat luruh sabar lan tawakal Luruh tapa lan nerima enggal-enggal Awas santri ketipu maring nafsune Pada ngku-ngaku pinter-pinter apane Ngadiraken bisa tobat ora diandel Sebab tobate kaya dena mangan sambel Ngadiraken duwe ilmu luwih pinter Tapi cules mong kerja melarat angger Ngaku islam masih peteng metengi dewek Bukti rimang atine masih munafek Ngaku iman oranana ning pasrahe Jampi akeh kurang amal wajib Sunnahe Lung basane bisa nemu akhir umur Husnul khotimah ibadahe ora nganggur Kula pasrah maring qodar maksa sumpeg Pesten ala ora iman jaluk ajeg Kukla angon kabeh badan maksa ngeranja Ning maksiat kula niku boten bopten sengaja Kula angon ning to’at maksa ketinggal Laku wajib lan Sunnah kurang tawakal Kula urip ning dunyane maksa seneng Nurut nafsu kurang tapa enak mindeng Alloh paring ning cecoban kurang sabar Tumiba blaie iman kula maksa udar Dados peripun ning dunya kula uripe Ya sujude maring Alloh depe-depe Laku kula durung bener beneraken Buru-buru maring Alloh pasrahaken Kaya dene kula gawe wong-wongan Ya dipasang dienggone ning sandangan Ya delengen wong-wongan kelakuane Tenang nerima tawakal akeh sabare Fitnah Dunya ( Pagi Selasa tgl 7 Jumadil awal 1378 H / 1958 M ) Awan selasa syekh jabar nguwasiataken Nuhun lampu ning syekhuna jalukaken Awas santri keputer pikirane Ningal dunya ngelalaiaken pengerane Buru-buru fahamaken syahadate Yen wis faham terus bisa ma’rifate Dodok bareng tunggal-tunggal panggonane Tapi beda ning tekad peningale Obah meneng aja melu-melu ngaku Yen melu ngaku ati nira masih beku Sifat mukmin lemes-lemes ning atine Kedadian kabeh-kabeh sing pengerane Ora bisa syahadate manjing ati Selagine wong munafek den enuti Wongkang kejem sira buntel ning syahadat Aja ngandel omongane wong maksiat Terus jujur ati badan kelakuane Eling Alloh nurut rosul ya buktine Sugih dunya lan akherat pengen beli Sebab sabab musabab ya diakali Sebab ngelakoni asbab nurut gurune Sugih melarat pasrahana pengerane Syekh jabar jaluk lampu jalukena Kita urip bareng-bareng ning dunyane Iki jaman bakal ngancik kapindone Haram gede badan kanggo tambakene Tulungana anak yatim fakir miskin Den paringi ora putek ora periyatin Maca nas dawuh Alloh bareng muni Aja mang-mang gusti rosul kang nakseni Tapi aja wani-wani gorohaken Ati ngucap kudu bisa buktikaken Cilaka temen sira kabeh sembayange Yen gumantil demen kabeh ning barange Senajan sembayang-sembayange nggo kadiran Cuma luruh kanggo sandang kelawan pangan ( Hari Selasa tgl 27 rajab 1378 h / 1958 M ) Sasi rajab nuju tanggal pitu likur Gage eling aja dengki karo batur Gage eling mumpung durung tahun sewidak Warahana kabeh batur lan sepanak Iki tahun bakal pada timbule fitnah Ora eling dadi nafsu bangete payah Ayu niat ajar eling ning pengeran Niat kabeh ala ketinggalan Rongokna wasiate mas gandasari Syahadat kang nyatroni arep buri Jaman iki gage eling lan mikira Dodok ngadeg melaku kenang lara Dulur islam ngati-ati jaman iki Kengelan pijere ngurusi rizki Dulur islam jaman niki wajib sabar Dosa yen sabar pasti udar Sabar nerima kita dunya laku bakti Sabar akherat tetep mukti Duwe cangkem waktu ngucap kesabaran Eling Alloh gelem nyebut ning pangeran Paring dalan sapa nyi mas gandasari Luhur mengko buri Pengen sabar eling Alloh ya ning ati Telung dina telung bengi ya dilatih Kudu misah lan batur awan puasa Para wali ning belenake iku kersa Memilihe kadeh awak ning atine Durung ngerasa awak milih ning belenake Aja pada sulaya sira janjine Sira dosa bonggan kegawa matine Perasaan ngalih urip kang tawakal Pasti mulya tinurutan kabeh amal ( Hari Selasa tgl 9 dzulqoidah 1379 H / 1958 M ) Dulur kabeh kang awas mata kupinge Fitnah gede tangga anak lan barange Ora bisa ngatur awak ya cilaka Nggo cawisan urub-urube neraka Tumibane wajib Sunnah ing hukume Akal nimbang putusan ya ning cangkeme Tapi akal hubungan karo pangeran Cangkem adil nganggo dawuh hadist Qur’an Ati bagus cangkem bagus ngilangaken Kesalahan kang sampun diturunaken Ibarate godong lempung lan banyune Ora nempel kabeh bala ning badane Sampun yakin guru ngecap ning batuke Nyerepaken syahadat maring batuke Alkhamdulillah dadi muride syekhuna Kang wis ngandel tambah mulya ora ina Akal cangkem mong-monge kang ati-ati Kang mareki yen ngertia diobati Dulur kabeh aja kaget satru nira Rubung-rubung ngelingaken awak ira Luru dunya cuma kanggo sangu waras Ya ngambaa dalan Alloh sampai jelas Cawis-cawise mumpung ana ning dunyane Kanggo sangu ning kuburan panggonane Ngaji tawasul ragamna ya sebatur Aja kongsi tabrak-tubruk jero kubur Ingkang khusyu waktu ngaji tawasulan Aja kongsi dialani sedalan-dalan Batur kabeh ngati-ati duwe umur Amal soleh anak rabi lan sebatur ( Malam Rabu tgl 21 ’Asyura 1378 H / 1958 M ) Weruhana jamane jaman walikan Ora eling derajat turun kehinaan Wong kayane dadi turun kesugihan Kang sugihe ya keblinger pikirane Sebab nyata ora eling ora bener Emong Pinter tapi adat kaya laler Yu pikiren pikirana sampe terang Gusti Alloh nulungane pirang-pirang Seser diwalik ayu merambat ning wadahe Ora kentir kang ngandel dawuh guru dawuhe Weruhana iki jaman sampun ganti Kang ora weruh ketinggalan kawan mati Nyamaraken ibadah kelawan sare’at Eling Alloh den murahi waktu sekarat ( Hari Selasa tgl 1 Robiul Awal 1378 H / 1958 M ) Terus gelem ngambah dalan kebagusan Manut perintah ninggal cegah terus-terusan Den paring nikmat melebu ning atine Ya rumesep ning ruhani sampe mati Sapa wonge mider-mider ning dunyane Pasti picek amal akherat ning atine Wedenana mata picek langka sing nuntun Poma-poma tinggal Sunnah Gage getun Sangu Kubur Pengen selamet ngelakonane kang temenan Wajib Sunnah cuwan lali ning pangeran Ngumpulaken sangu mumpung ning dunyane Kanggo sangu kubur masyar panggonane Aja sangu hasud dengki takabure Ula kelabang kala jengking ya bature Kita dunya di kongkone waji milih Ngaji syahadat pikirane kudu ngalih Qodlo qodar gusti Alloh kang gadahi Kita nurut tapi ita mong belai Bisa milih nafsu kita dadi kalah Wajib Sunnah sah wenang ora salah Yen kepengen dadi umat gusti rosul Duha tahajud lan wiridan aja ucul Ayu bebatur gage tagi buru-buru Jalanaken sabilul khoirot cuwan keliru Yen wis ucul bala serandil era eru Wong Islame bakal entong ya separoh Nurut guru torekote maring Alloh Wajib ngelakoni perintah guru saking Alloh Maca syahadat kaping telu aja keliwat Duha tahajud tunjinane dadi syarat Maca ya kafi ya fatahk nuli karcis Nganggo jubah sorban putih ingkang percis ( Hari Selasa tgl 10 Robiul Akhir 1378 H / 1958 M ) Ayu batur cuwan badan sira luntur Supaya getol ibadah sangu kubur Bocah santri ngeraksa badan ngati-ati Cuwan bae ngeraksa badan kedinginan mati Aduh gusti awak kula ya kepripun Balik sing dunya awak lebur dadi getun Baru kerasa kacung bayi melebu kubur Ngemet syahadat arep maju dadi mundur Baru kerasa kacung bayi tekang genah Ora bisa ngeraksa badan dadi hina Saban tiang gelem bakhti dituturi Terang welan syahadat kalih dikawuri Rongoknana wiwitan simbara dingin Abah wareg mulang murid ya sing bengen Aduh murid tulung-tulung ning dunyane Izroil teke mandut roh ning badane Sore sabtu selametane ya setebok Kanggo ngirim niatana bapa lan embok Ayu batur eling Alloh mumpung dunya Ora eling sira bakal kaniyaya Hukum Alloh hukum rosul ayu diamba Besuk maksyar den aubi kayu kastubi Luwih wangi luwih seneng luwih adem Wajib Sunnah ngelakoni ingkang ayem Awan bengi esuk sore ngelakonane Ingkang wekel sira ngajar ning badane Gage ngaji mumpung ana pembukaan Syahadat loro sangu balik akhir zaman Kita dunya kuatire dadi kafir Yen kafir ning akherat dadi fekir Qodho iku hukum Alloh luwih jembar Alloh paring akal eling aran jembar Nuli cocog eling amal hukumane Ahli Sunnah waljam’ah ya arane Ora cocog eling Alloh lan amale Muktazilah kejaba saking rosule Ora mukmin ora duwe ya syafa’at Selagine umat ridho ning maksiat Sapa wong nginjen-nginjen maring Alloh Den paringi nur Muhammad Qudrot Alloh Luru dunya ning amal ingkang wani Sejen kang mekaya sejen kang duweni Ati eling luwih penting luwih awas Urip matne Alloh rosul banget melas Bapa tani yen nenandur ya niatana Bokan kepengen ning makhluk ikhlasana Kanjeng nabi praktek pinter nusun agama Amal soleh yen temenan ya diterima Bagja untung ati kang bangete ikhlas Seneng dunya lan akherat selawas-lawas Siksa ( hari Selasa tgl 12 Jumadil Akhir 1378 h / 1958 M ) Ganti wulang wulangane gusti ali Aja kaget bakal akeh wong kang ngalih Pada ngali wong mukmin rodhotul madinah Wong kafire ditinggal alam syakowah Aja eman aja abot ning pekaya Ya ngebona ning suwarga bakal mulya Ngulati pekaya awit cilik sampe tua Ketinggalan sira mati ora digawa Yen takabur percuma sira urip Nggo dasare neraka dadi intip Ngadiraken sugih pinter urip dewek Yen ngaku urip dewek ya munafik Yen kepengen dihukum wis mati Kudu nyata awak kabeh manut gusti Ora manut uripe masih diaku Nubruk roh izroil ya karo kuku Ya disebrat padane sewu pedangan Diuyah asem panas perih peperengutan Ning gelitan disebrat ya ditarik Luwih bagus patine tenimbang kirik Ora diaku umate kanjeng nabi Bonggan ibadah tho’ate ora wusul Ayu dipikir kemandian ning uwite Kabeh alam sing kanjeng nabi ya awite Banget welan urip ira ning nunute Ayu nggandul ngati-ati ma’rifate Aja gumede ngadiraken duwe apa Yen dipegat dunya akherat kaya apa Cilakane kemaduan terus garing Wong matine ora pada mati maning Pemisahan bakal teka ya jamane Ora sabar wis pegel ya ngentenane Aja kongsi eling dunya mati kafir Eling Alloh rosululloh kang dipikir Kuping tungguru ngakune Alloh perentah Cuwan keliru ngelakonane dadi salah Duwe mata tigalana awak kula Aja kongsi pada tiru gawa ala Boten terima nyi ayu gandasari Ing tawassul inna angzalnaahu ditinggal kari ( Hari selasa tgl 19 Dzulkoidah 1378 H / 1958 M ) Mas Gandasari jaluk dipayungi Umat kang ala pengen beli ditulungi Jalukana mas gandasari ning santrine Apa nanggung apabeli ngelakonane Sira nanggung kita sanggup ya mayungi Kabeh umat ya diraksa tak tulungi Kita jaluk nugel rambut ya potongen Nyebut Alloh terus eling bebarengan Senin, 19 Desember 2011 ABAH HABIB UMAR SEBAGAI GURU MURSYID KAMIL ABAH HABIB UMAR SEBAGAI GURU MURSYID KAMIL Pengertian Guru Dalam memahami pengertian guru perlu adanya kejelasan antara guru syareat dan guru hakekat. Guru dalam pandangan syare'at adalah seseorang yang mengajarkan suatu ilmu disuatu lembaga tertentu. Sedangkan Guru Hakekat adalah seseorang yang mengajarkan dan menuntun muridnya menapaki jalan yang lurus (benar) melalui teladan dan pengajaran. Kita mempunyai banyak guru sejak mulai dari belajar A sampai kita besar. Namun yang mengajarkan Ibadah dan syahadat dalam menapaki jalan yang diridhoi Allah hanyalah satu yaitu Al-Habib Abah Umar bin Isma'il bin Yahya. Syarat-syarat Guru Syarat-syarat guru yang dibahas disini adalah dispesifikasikan pada syarat-syarat guru Mursyid Kamil. Terdapat batasan-batasan dalam beberapa kitab mengenai syarat-syarat seorang guru mursyid, diantaranya adalah; وَشُرُوْطُ الشَّيْخِ الَّذِى يَصْلُحُ أَنْ يَكُوْنَ نَائِبًا لِرَسُوْلِ اللهِ ص م. أَنْ يَكُوْنَ تَابِعًا لِشَيْخٍ بَصِيْرٍ يَتَسَلْسَلُ إِلَى سَيِّدِ الْكَوْنَيْنِ ص م. وَأَنْ يَكُوْنَ عَالِمًا ِلأَنَّ الْجَاهِلَ لاَيَصْلُحُ ِللإِرْشَادِ وَأَنْ يَكُوْنَ مُعْرِضًا عَنْ حُبِّ الدُّنْيَا وَحُبُّ الْجَاهِ وَيَكُُُوْنَ مُحْسِنًا لِرِيَاضَةِ نَفْسِهِ "Syarat-syarat guru yang patut menjadi pengganti Rasulullah adalah; - mengikuti seorang guru yang dapat melihat (dengan hati) yang menyambung (sanadnya) sampai kepada Rasulullah, sang pemimpin dua makhluk (jin dan manusia). - Harus Alim (menguasai ilmu dzahir dan bathin), sebab orang yang bodoh tidak bisa menjadi penunjuk kebenaran. - Selalu berpaling dengan kecintaan kepada dunia dan kedudukan. - Selalu dapat melatih jiwanya." وَيَخْتَارُهُ لِلصَّحْبَةِ مِنَ اْلأَئِمَّةِ الْمُؤَيِّدِيْنَ مِنَ اللهِ تَعَالَى بِنُوْرِ الْبَصِيْرَةِ الزَّاهِدِيْنَ بِقُلُوْبِهِمْ فِى هَذَا الْعَرَضِ الْحَاضِرِ الْمُشْفِقِيْنَ عَلَى الْمَسَاكِيْنِ الرُّؤَفَاءِ عَلَى ضُعَفَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ فَمَنْ وَجَدَ أَحَدًا عَلَى هَذِهِ الصِّفَةِ فِى هَذَا الزَّمَانِ الْقَلِيْلِ الْخَيْرِ جِدًّا فَلْيَشُدَّ يَدَهُ عَلَيْهِ وَلِيَعْلَمَ أَنَّهُ لاَيَجِدُ لَهُ ثَانِيًا (أم البراهين ص 69) "Dan Ulama memilih untuk berguru kepada imam-imam Muayyidin (yang menguatkan) agama Allah dengan nur pengawasannya, yang zuhud (Zahidin) terhadap/dari dunia (harta), yang mengasihi (musyfiqin) orang-orang miskin, yang lembut dan kasih sayang (ru'afa) kepada orang-orang mukmin yang lemah. Maka barang siapa menemukan seseorang yang bersifat seperti sifat ini pada zaman yang sangat sedikit kebaikannya ini, maka berpegang kuatlah dan belajarlah kepadanya, karena sesungguhnya ia itu tiada duanya". Dalam pemaparan kitab tersebut, jelaslah bahwa Abah Umar adalah seorang guru yang sempurna karena syarat-syarat tersebut semuanya terpenuhi. Apalagi beliau adalah termasuk Ahlul Bait Rasul, beberapa pendapat menjelaskan bahwa apabila mencari seorang guru haruslah beliau itu adalah keturunan Nabi saw., bahkan dijelaskan pula apabila guru tersebut bukan dari keturunan Nabi saw. maka hukumnya belum mendapatkan guru yang akan membawanya menapaki jalan yang diridhoi Allah. Sedangkan orang yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah syetan. فَمَنْ لَمْ تَتَّصِلُ سِلْسِلَتُهُ إِلَى الْحَضْرَةِ النَّبَوِيَّةِ فَإِنَّهُ مَقْطُوْعُ الْفَيْضِ وَلَمْ يَكُنْ وَارِثًا لِرَسُوْلِ اللهِ ص م. وَلاَ تُؤْخَذُ مِنْهُ الْمُبَايَعَةَ وَاْلإِجَازَةَ وَلِمَا أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِى عَنْ عَبْدِ الله بن بِسْرِ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ الله ص م. طُوْبَى لِمَنْ رَآنِى وَآمَنَ بِى وَطُوْبَى لِمَنْ رَآى مَنْ رَآنِى وَ لِمَنْ رَآى مَنْ رَآى مَنْ رَآنِى وَآمَنَ بِى وَطُوْبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ وَلِهَذَا جَرَتْ التَّأْثِيْرَاتُ مِنَ الْمَشَايِخِ لِلْمُرِيْدِيْنَ وَيَجْرِى إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ ِلأَنَّ إِسْنَادَ الْحَالِ كَإِسْنَادِ اْلأَحْكاَمِ "Maka barangsiapa (guru) yang tidak menyambung silsilahnya sampai kepada Rasulullah, maka sesungguhnya ia terputus dari limpahan (barakah/rahmat) dan ia bukan pewaris Rasulullah saw. dan kita tidak boleh mengambil baiat dan ijazah darinya dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani dari Abdullah bin Bisr ra. Bahwa sesungguhnya ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Alangkah bahagianya orang yang melihatku dan beriman kepadaku, betapa bahagianya orang yang melihat orang-orang yang melihatku, dan alangkah bahagianya orang yang melihat orang-orang yang melihat pada orang yang melihatku dan beriman kepadaku, alangkah bahagianya mereka, dan (bagi mereka) tempat kembali yang baik. Maka dari itu berlaku pengaruh-pengaruh para guru terhadap murid-murid mereka, dan (hal ini) berjalan terus sampai akhir zaman. Sebab, sanad dalam `hal` sama dengan sanad dalam hukum." Dengan demikian, Abah Umar merupakan guru yang seharusnya diikuti dan menjadi teladan dimasa sekarang ini. Mudrik menadzomkan sebagai berikut: Sapa wonge nemu guru sifat papat Gandulana poma-poma ingkang kuat Ingkang dingin sifat ipun mu'ayyidin Nguwataken ing agama kelawan yakin Ingkang kapindo sifat ipun zahidin Ora jejaluk ing menusa sarta jin Ingkang kaping telu sifat ipun musyfikin Kang makani ewon-ewon fakir miskin Kang kaping pat ru'afa lil mu'minin Kang muruki wong bodo sehingga yakin Mungguh kula iku abah umar Ingkang muruki syahadat ora samar Kewajiban Berguru Berguru merupakan pokok utama dalam mencari ilmu, terutama mencari ilmu hakekat, ilmu selamat dunya dan akherat. Jelas harus memiliki guru yang membimbing, menuntun, dan bertanggungjawab. Karena tanpa berguru kita tidak akan tahu apa-apa. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kita harus selalu bersama Allah (Ma'rifat billah), sedangkan kita tidak tahu sama sekali bagaimana cara kita bersama Allah apalagi mengenal Allah (Ma'rifat billah). Oleh karena itu kita harus selalu bersama dengan orang yang dekat dengan Allah (Ma'rifat). Bunyi hadits tersebut sebagai berikut; وَلَمَّا وَرَدَ فِى الْحَدِيْثِ كُنْ مَعَ اللهِ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ إِلَى اللهِ إِنْ كُنْتَ مَعَهُ "dan berdasarkabn riwayat dalam hadits tetaplah kamu bersama Allah dan jika tidak, maka tetaplah bersama orang yang selalu bersama Allah. Sesungguhnya ia akan mengantar kamu kepada Allah, jika kamu terus bersamanya." Hadits tersebut memberikan kesimpulan kepada kita bahwa seorang hamba itu harus mencari seorang guru yang akan bertanggungjawab dalam membimbing, menuntun, dan membinanya untuk menapaki jalan yang diridhoi Allah. Karena seorang hamba yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syetan. Sedangkan apabila kita memiliki gurunya syetan, maka dijamin kita adalah orang yang sesat. قَالَ أَبُو يَزِيْدِ البُسْطَامِى مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ الشَّيْطَانُ (وَقَالَ) أَبُو سَعِيْدٍ مُحَمَّدٍ الْخَادَمِى مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَيَكُوْنُ مُسَخَّرَةً لِلشَّيْطَانِ (خزينة الأسرار ص 189) "Abu Yazid Al Bustomi berkata: barang siapa yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syetan. Dan berkata Abu Sa'id Muhammad Al Khodami: barang siapa yang tidak memiliki guru maka ia akan di tundukkan oleh syetan." Didalam Al-quran pun diceritakan bahwa Nabi Musa berguru kepada Nabi Hidir As., hal ini memberikan pelajaran kepada kita tentang pentingnya berguru dengan patuh dan taat atas apa yang diperintahkan oleh guru, sabar dan istiqamah dalam mengikutinya. قَالَ لَهُ مُوْسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا ”Musa berkata kepadanya, bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (Qs. Al-Kahfi/16: 66) Kholifatur Rasul Mengenai pengertian Kholifah Rasul ini terdapat sebuah hadits bahwa kholifatur Rasul adalah orang yang menghidupkan, menjalankan/membiasakan sunnah Nabi saw. dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah. Sedangkan Abah umar adalah orang yang menghidupkan, menjalankan, mendawamkan, dan mengajarkan sunnah-sunnah nabi saw. bahkan yang asing menurut masyarakat umumpun dihidupkan kembali oleh Abah Umar seperti berpakaian Sorban Jubah putih disaat sholat, hal ini merupakan hal asing dizaman Abah Umar menjalankan dan mengajarkannya, bahkan banyak para ulama yang mengatakan sesat kepada Abah Umar dengan alasan hal tersebut (pemakaian jubah sorban) Foto-foto Antik Abah Luthfi bin Yahya Written By Sya'roni As-Samfuriy on Minggu, 23 September 2012 | 09.02 Foto-foto Antik Abah Luthfi bin Yahya Al-Habib M. Luthfi bin Yahya memakai jas. Keren.... Foto Al-habib M. Luthfi sewaktu mudanya. Gagah.... Sisi Lain Al-Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim bin Yahya Pengajian rutin malam reboan di Kanzus Sholawat (gedung sholawat) Kota Pekalongan baru saja usai, acara yang digelar rutin setiap pukul 19.30 – 22.00 diawali dengan pengajian kitab Ihya Ulumuddin dibawah bimbingan KH. Akrom Sofwan Salah seorang Mustasyar PCNU Kota Pekalongan, merupakan salah satu agenda rutin sejak sepuluh tahun terakhir yang digagas oleh KH Musthofa Bakri, Rais Syuriah PCNU Kota Pekalongan untuk memanfaatkan Kanzus Sholawat yang baru saja selesai dibangun. Sesaat setelah pengajian usai, acara kemudian diisi pengajian dengan materi agama dalam konteks kekinian oleh seorang tokoh yang terkenal dan tak asing lagi di lingkup Pekalongan dan sekitarnya. Maka tak heran jika yang hadir bukan saja dari Pekalongan dan sekitarnya, akan tetapi dari luar daerah seperti Pemalang, Batang, Tegal dan Brebes secara berombongan menggunakan kendaraan bis maupun kendaraan roda empat lainnya. Mereka rela duduk beralaskan koran di sepanjang jalan dr. Wahidin hanya untuk mendengarkan wejangan dari seorang ulama kharismatik asal Pekalongan, tidak peduli hujan maupun dinginnya malam sekalipun tak menyurutkan langkah mereka untuk sekedar mendapatkan tetesan embun hikmah. Ribuan santri tua maupun muda khusus untuk kaum adam belum juga melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah masing masing. Ternyata mereka rebutan salaman dengan sosok ulama kharismatik yang menjadi panutannya dalam kehidupan sehari hari, baik berkaitan dengan masalah agama maupun urusan dunia.beliau adalah Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim bin Yahya. Demikian pula setiap Rabu pagi yang dikhususkan bagi ibu ibu dan remaja putri.Ribuan jama’ah duduk bersimpuh mendengarkan dengan tekun dan khidmat kalimat demi kalimat dari ucapan dari seorang ulama kharismatik sebagai pedoman hidup. Bahkan tak jarang diantara mereka menyempatkan bertemu secara khusus di kediamannya meski harus antre berjam jam untuk sekedar berkonsultasi problematika kehidupan sehari hari. Maka rumah mewah di belakang komplek Kanzus Sholawat yang cukup luas pun tak mampu menampung tamu tamu Habib yang datang silih berganti selama 24 jam. Itulah gambaran aktifitas rutin sehari hari Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya, seorang ulama besar yang lahir, dibesarkan dan hidup di Kota Pekalongan. Seabrek jabatan yang diembannya, tak membuat Habib Luthfi merasa capek dan merasa berat memikul amanah. Saat ini saja Habib Luthfi Bin Ali Yahya baru saja dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum MUI Kota Pekalongan untuk yang kedua kalinya dan sebagai Ketua Umum MUI Jawa Tengah. Di samping beliau seorang Mursyid Thoriqoh Sadzaliyah, juga sebagai Rais Aam dari Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah hasil Muktamar Thariqah ke-9 dan ke-10 yang digelar di Kota pekalongan (salah satu Badan Otonom NU). Berbincang bincang dengan Abu Muhammad Bahaudin Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Umar Bin Toha Bin Yahya nama lengkap dari Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya sangat mengasyikkan, terutama persoalan kethoriqohan. Menurutnya, sejak kepengurusan Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah dia pegang sudah banyak kemajuan dibanding kepengurusan periode sebelumnya. Hingga saat ini saja telah terbentuk kepengurusan tingkat wilayah sebanyak 28 Pengurus Idaroh Wustho, kemudian tingkat cabang sebanyak 200 lebih Pengurus Idaroh Syu’biyah. Perkembangan yang cukup pesat ini sungguh sangat menggembirakan, ujar Habib Pasalnya hampir seluruh thoriqoh berjalan dengan baik, seperti Sadzaliyah, Kholidiyah, Naqsabandiyah, Syatariyah, Qodiriyah, Tijaniyah dan lain lain. Indikator lainnya ialah banyaknya kaum muda yang mulai aktif sebagai pengikut thoriqoh, “padahal mereka sebelumnya kenal saja tidak apalagi menjadi pengikut, sehingga kesan bahwa thoriqoh hanya dapat diikuti oleh sekelompok manusia usia lanjut mulai terkikis”. “Yang mesti dipahami ialah bahwa thoriqoh bukan alat berpolitik dan bukan untuk berpolitik, akan tetapi semata mata untuk mendidik kehidupan manusia agar berdekatan dengan Allah dan Rasul-Nya dan yang terpenting ialah meningkatkan kesadaran sebagai manusia apa kewajibannya sebagai hamba kepada Tuhan dan Rasul-Nya juga sesama manusia”, ujar suami dari Syarifah Salmah Binti Hasyim Bin Yahya “Sekarang ini perkembangan thoriqoh di kalangan anak anak muda cukup menggembirakan, seperti yang saya hadapi di Pekalongan ini, justru yang paling banyak masuk thoriqoh dari anak anak muda”, ujarnya. Menurut KH. Zakaria Ansor Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan yang juga orang dekat Habib menjelaskan, banyak sudah prestasi yang ditorehkan Habib Luthfi selama menjadi pimpinan salah satu Badan Otonom NU, antara lain berhasil menata organisasi thoriqoh dari Sabang sampai Meraoke, seperti perkembangan thoriqoh di Sumatera Utara dan Sulawesi sangat menggembirakan, bahkan beberapa waktu yang lalu dari Papua minta dikirimi buku buku tentang thoriqoh. Kemudian Habib juga berhasil menertibkan silsilah sanad thoriqoh, di samping itu juga berhasil menebas fanatisme thoriqoh yang berdampak kepada pengerdilan thoriqoh thoriqoh yang lain dan yang lebih penting ialah kegiatan thoriqoh menjadi lebih terbuka, sehingga banyak kaum muda yang berminat. Kesibukan Abah (panggilan akrab Habib Luthfi) akhir-akhir ini meningkat tajam seiring banyaknya permintaan kehadiran yang berkaitan dengan thariqah khususnya di luar Jawa, ujarnya. Ayah dari As-Syarif Muhammad Bahaudin, As-Syarifah Zaenab, As-Syariyah Fatimah, As-Syarifah Umi Hanik dan As-Syarif Husain ini lahir di Pekalongan pada tahun 1948. Beliau pernah menempuh pendidikan di Ponpes Kliwet Indramayu di usia 12 tahun dan pada saat itu sudah dipercaya kiyai sebagai salah satu ustadznya. Kemudian nyantri di Bendo Kerep Cirebon, berikutnya mondok di Kiyai Said Tegal dan meneruskan nyantri di Kiyai Muhammad Abdul Malik Bin Muhammad Ilyas Bin Ali Purwokerto dan juga pernah mendapat beasiswa ke Hadramaut Yaman selama 3 tahun. Habib Luthfi tidak saja menjadi idola masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Menjelang Pilpres tahun 2004 misalnya, Habib Luthfi kebanjiran tamu istimewa, disebut istimewa pasalnya tamu tamu yang menyempatkan hadir di rumah Habib Luthfi adalah para calon presiden maupun wakil presiden. Sebut saja Capres Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono, Amin Rais, Puan Maharani (Putri Megawati) dan Hamzah Haz. Sedangkan cawapresnya Sholahudin Wahid dan Hasyim Muzadi. Dari semua yang hadir, rata rata mereka selalu berdalih hanya silaturrahmi biasa, tidak ada misi khusus berkaitan dengan kunjungannya.Akan tetapi aktifitas mereka selalu dibaca sebagai upaya untuk mohon do’a restu dan minta dukungan, apalagi diantara mereka ada yang berbicara empat mata dengan Habib, sehingga mereka bisa diduga kehadirannya untuk keperluan pemilu yang baru saja digelar. Tamu habib memang datang dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat pemerintah, anggota dewan, pengusaha, seniman, artis hingga rakyat jelata.Dengan tekun Habib Luthfi mendengarkan satu persatu permasalahannya, kemudian beliau memberikan solusi sehingga mereka pun pulang dengan perasaan puas.Hal ini diakui Wakil Walikota Pekalongan yang juga mantan Ketua PCNU Kota Pekalongan H. Abu Almafachir juga santri Habib Luthfi.Selama 40 tahun sebagai santrinya, ada satu hal yang sangat dikaguminya, yaitu dalam hal stamina.Beliau kuat duduk berjam-jam untuk sekedar ngobrol dengan para tamunya, meski tamunya itu tidak beliau kenal, ujarnya.“Abah fisiknya luar biasa, jarang sakit meski aktifitasnya cukup tinggi, padahal makan saja tidak teratur”.Di samping itu, Habib Luthfi tidak pernah membeda bedakan asal muasal tamu.Sehingga ratusan tamu yang datang kediamannya setiap hari, selalu dilayani dengan sabar dan penuh kesungguhan. Kadang mereka harus menunggu berhari hari jika Abah sedang berada di luar kota, ujar H. Fachir selalu memanggil Abah kepada Habib Luthfi. Pernah suatu ketika, seorang bekas gali (geng pencuri) datang untuk bertobat dan minta diakui sebagai santrinya Habib, tanpa banyak pertanyaan, habib langsung membaiat gali tersebut dan kemudian diterima sebagai santrinya untuk menjadi salah satu murid thoriqoh. Mauludan agenda rutin tahunan Untuk mengumpulkan santri santrinya yang saat ini tersebar di seluruh penjuru tanah air, setiap bulan maulud, Habib Luthfi menggelar acara mauludan di samping untuk memperingati hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW, juga untuk mengumpulkan para santrinya yang ribuan jumlahnya.Kemarin misalnya, Acara mauludan yang digelar lebih semarak dibanding tahun tahun sebelumnya, sehingga Presiden RI DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyempatkan hadir secara khusus bersama menteri Kabinet Indonesia Bersatu.Apalagi beberapa kegiatan penunjangnya seperti nikah masal, pawai panjang jimat dan pentas musik samer El Balasik asal Jember Jawa Timur dua malam berturut turut, menjadikan suasana peringatan terasa lebih hidup. Bahkan, untuk menjamu ribuan tamu yang hadir pada acara mauludan, Habib Luthfi tidak mengalami kesulitan yang berarti. Pasalnya, segala ubo rampe hidangan seperti kambing, beras, dan lain lain sudah disiapkan santri santrinya dari berbagai pelosok di tanah air. Sehingga panitia tinggal mengatur dan mendistribusikan saat acara berlangsung. Sebegitu pentingkah acara itu sehingga menjadi daya magnit bagi masyarakat secara luas ?kegiatan peringatan mauludan memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya yang oleh santri santri senior di panggil abah. Sebagai ulama berpengaruh, beliau sering menjadi rujukan pendapat, baik masalah sosial, politik, ekonomi, budaya dan keagamaan.Sehingga rakyat jelata hingga pejabat tinggi pun seringkali datang ketemu beliau untuk sekedar silaturrahmi hingga minta fatwa. Kegiatan mauludan yang digelar pada tahun 1429 Hijriyah kemarin merupakan kegiatan rutin tahunan santri santri Habib Luthfi.Bahkan jauh sebelumnya telah pula diadakan, meski secara sederhana. Namun sejak delapan tahun terakhir, dimana sejak dibangunnya gedung KANZUS SHOLAWAT yang terletak di Jalan dr. Wahidin Pekalongan, kegiatannya semakin intensif. Tidak saja peringatan mauludan saja yang digelar.Akan tetapi beberapa kegiatan lainnya seperti pengajian malam reboan, Rabu pagi dan Minggu pagi selalu mengisi gedung Kanzus Sholawat. Musik sebagai hobinya Suatu ketika Jamal Mirdad seorang seniman musik asal Jepara mampir ke rumah Habib Luthfi. Oleh Habib kemudian diantar ke salah satu sudut ruangan yang berisi seperangkat alat musik dan hasil rekaman suaranya, tampak sekali kekaguman Jamal atas suara dan kreasi musik yang dihasilkan. Pasalnya untuk mencapai tingkat kualitas yang diperlukan hingga masuk dapur rekaman diperlukan berbagai persiapan, ternyata Habib Luthfi tidak memerlukan waktu yang cukup lama. Sebagai ulama yang sangat disegani oleh masyarakat, terutama di wilayah eks Karesidenan Pekalongan, musik sudah merupakan bagian dari kehidupan Habib Luthfi.Apalagi ayahndanya juga seniman musik yang amat disegani pada waktu itu, sehingga tidak heran jika Habib Luthfi di samping ahli dibidang agama juga mahir memainkan seperangkat alat musik, terutama piano. Bagi Habib, bermusik adalah sebuah sarana untuk bergaul dengan siapa saja, terutama dengan anak anak muda dan komponen masyarakat yang heterogen, bagaimana membuat daya tarik sehingga mereka mengikuti kita. Apalagi para pendahulu ulama salaf juga pernah menekuni bidang musik, seperti Jamaludin Ar Rumi dengan bermusik dapat lebih mendekatkan diri kepada sang Khaliq. Musik yang menurut sebagian ulama dianggap haram, justru oleh Habib Luthfi menjadi hiburan sehari hari. Tidak saja sebagai penikmat musik, akan tetapi beliau juga ahli memainkan alat alat musik, terutama alat musik piano / organ. Di rumahnya saat ini saja ada seperangkat alat musik gambus yang siap dimainkan sewaktu waktu.Bahkan untuk mengaktualisasikan hobinya, Habib Luthfi memiliki satu group musik gambus yang biasa disebut “marawis”. Puluhan lagu lagu irama padang pasir mengalun melalui dentingan jari jari seorang ulama besar, siap menyirami kalbu yang gersang oleh denyut nadi kehidupan dunia yang semakin tak menentu. Bahkan untuk memberikan nuansa lain pada peringatan mauludan, Habib tak segan segan memanggil group musik ternama seperti Balasyik asal Jember Jawa Timur, juga menggelar pentas wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono dari Tegal. Maka lengkaplah kehidupan seorang ulama Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya yang ahli dalam bidang agama dan membaur dengan masyarakat dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya. Sesekali dalam waktu senggangnya, dirinya selalu menyempatkan menekan tombol tut tut piano yang berada di salah satu sudut ruangan rumahnya dan mengalunlah dentingan irama padang pasir yang cukup dikenal dan akrab di telinga kita, baik irama klasik maupun modern. Jabatan jangan dicari Penempatan kembali muktamar toriqoh ke 10 Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah di Pekalongan pada bulan Maret 2005 kemarin sempat memunculkan kecurigaan dari berbagai pihak dengan ingin tampilnya kembali Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Yahya sebagai Rais Aam Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah. Pasalnya pada muktamar ke 9 lima tahun silam juga telah digelar di tempat yang sama dan menghasilkan Habib Luthfi Bin Yahya sebagai Rais Aam. Meski akhirnya muktamirin sepakat kembali mememilih dan menunjuk Habib Luthfi untuk menjadi Rais Am yang kedua kalinya. Akan tetapi tudingan itu ditepis oleh Habib Luthfi. Yang jelas keinginan Pekalongan sebagai tuan rumah bukan atas kehendak dirinya, akan tetapi merupakan keputusan rapat pleno pengurus Idaroh Aliyah. Sebenarnya Lampung juga telah menyatakan siap, akan tetapi para pengurus yang sudah sepuh sepuh itu keberatan jika muktamar diletakkan di luar Jawa. Akhirnya Pekalongan kembali ditunjuk sebagai tuan rumah, ujar Habib suatu ketika. Hal ini tak lain adalah semata mata demi kemudahan pelaksanaan saja. Baginya, jabatan merupakan amanah dan tidak bisa diminta minta.Dimanapun tempatnya, dirinya menyatakan siap diposisikan.Pasalnya, seseorang yang ingin berjuang bukan harus pada jabatan ketua umum saja.Artinya, pengabdian dan perjuangan dapat dilakukan seseorang sesuai dengan kemampuannya masing masing dan saya siap mendukung siapapun yang terpilih, ujarnya. Bahkan pada saat digelarnya Musyawarah Daerah (Musda) MUI Kota Pekalongan, Habib Luthfi tidak berada di Pekalongan, beliau malah sedang ada acara di Jawa Timur. Toh demikian seluruh peserta musda sepakat menempatkan kembali Habib Luthfi menjadi Ketua Umum MUI Kota Pekalongan untuk yang kedua kalinya Kanzus Sholawat Sebagai pusat kegiatan keagamaan di Kota Pekalongan, kehadiran Gedung Kanzus Sholawat sejak sepuluh tahun terakhir ini telah memberikan andil yang tidak sedikit terhadap penanaman nilai-nilai keagamaan kepada generasi penerus Islam melalui perbagai kegiatan yang digelar setiap hari, mingguan maupun tahunan. Bangunan gedung yang cukup megah bantuan dari para aghniya yang peduli terhadap perkembangan Islam di Kota Pekalongan telah mampu menjadi mahnit tidak saja bagi masyarakat di Kota Pekalongan dan sekitarnya. Akan tetapi masyarakat dari berbagai penjuru yang setiap hadir hadir secara bergelombang baik untuk sekedar transit setelah menempuh perjalanan jauh maupun untuk menemui tokoh ulama kharismatik yakni Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya. Belum lagi masyarakat tidak jarang menggunakan untuk keperluan sosial, tempat diskusi hingga kajian-kajian keagamaan seperti pengajian Selasa malam khusus untuk bapak-bapak, pengajian Rabu pagi khusus untuk ibu-ibu, pengajian Jum’at Kliwon maupun majelis-majelis tahunan seperti nikah maulid dan peringatan maulid Nabi Agung Muhammad SAW hingga tempat penyelenggaraan kegiatan tingkat nasional yakni Muktamar Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah ke 9 dan 10. Melihat nilai manfaat yang dirasakan masyarakat cukup nyata, tentu saja pengurus / pengelola Gedung Kanzus Sholawat berusaha untuk dapat memenuhi segala sarana maupun prasaran yang menjadi penunjang kegiatan agar masyarakat yang hadir dapat merasa nyaman. Bahkan Kanzus Sholawat sebagai pusat kegiatan keagamaan telah beberapa kali dikunjungi oleh beberapa menteri, duta besar Negara sahabat hingga Presiden RI Bapak DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Hj. Ani Yudhoyono dan beberapa menteri Kabinet Indonesia bersatu. KEGIATAN KANZUS SHOLAWAT Mingguan : • Pengajian rutin Selasa malam “Kitab Ihya Ulumuddin” • Pengajian rutin Rabu pagi “Kitab Fathul Qorib” Bulanan : • Pengajian rutin Jum’at Kliwon pembacaan kitab “Jami’ Ushulil Aulia” • Pengajian Jum’at Legi pembacaan “Dalailul Khoirot” • Ahad Pahing pengajian thoriqoh khusus ibu-ibu. Tahunan : Peringatan Maulid Nabi Agung Muhammad SAW • Nikah Maulid • Pawai Panjang Jimat Pekalongan • Pembacaan Dalailul Khoirot • Pembacaan Kitab Ihya Ulumuddin dan manaqib • Khotmil Qur’an • Rangkaian Haflah Maulid Rasulullah di 60 tempat • Halal bi Halal tanggal 2 Syawwal Sekretariat : Jalan dr. Wahidin 70 Pekalongan Jawa Tengah Phone / Fax. 0285-427997 BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum: Abah Umar adalah keturunan Rasulullah Saw.ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahib al-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Aridh bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra binti Muhammad Rasulullah Saw. Habib Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain. Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari. Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh Kyai Sujak.Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH.Abbas. Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh di pesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal. Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman.Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual. Melawan Penjajah Dengan Dakwah Demi menegakkan ajaran islam, ia tak kenal kompromi dengan pemerintah kolonial Belanda. Habib Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Da’i berdarah Hadhramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H. Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim, Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein. Pendidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921. Menyaksikan masyarakat kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarif Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya.Maka, setiap malam Jum’at Habib Umar pun menggelar pengajian di rumahnya. Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat.Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia dibebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda. Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda. Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi dan pengajiannya ditutup, enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan. Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. Maka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon, seperti Kiai Ahmad Sujak (Bobos), Kiai Abdul Halim (Majalengka), Kiai Syamsuri (Wanantara), Kiai Mustafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjul). Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang dikeluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran. Panji-Panji Syahadatain Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain.Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asy-Syahadatain”.Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah.Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno. Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asy-Syahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan jama’ahnya bertawasul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul Bait, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Asy-Syahadatain. Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Asy-Syahadatain, menulis buku berjudul Auradh Thariqah Asy-Syahadatain, Sebagai pedoman bagi jama’ahnya.Syahadat, menurut Habib Umar, tidak cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya. Karyanya yang lain adalah Aurad (1972), menggunakan bahasa daerah yang berisi ilmu akhlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin. Habib Umar menghadap ke hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973.Semoga amal ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt. (Sumber: Majalah al-Kisah no.09/4 – 17 Mei 2009 halaman 146). Sejarah Syekhunal Mukarom Atau Abah Umar Bin Isma’il Bin Yahya Syekhunal Mukarom adalah sebutan bagi al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabi’ul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M. Ayahnya adalah seorang Da’i asal Hadramaut yang menyebarkan islam di nusantara yang bernama al-Habib Syarif Isma’il bin yahya, sedangkan ibunya adalah siti Suniah binti H. Shidiq asli Arjawinangun. Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari Syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa khawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebut pun hilang. Menginjak ke usia 7 tahunan, al-Habib Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus, Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke Ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren Ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrenya akan kedatangan Habib Agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi Habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan aga Habib dihormati, dan dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah al-Habib Abah Umar ke pesantren Ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil. Diceritakan bahwa Abah Umar di Ciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun di sana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas di samping kiai, sehingga para santripun mencibir dan mencemooh. Abah Umar menunjukkan khawariqnya dengan mengingatkan KH.Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamarpun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan.Setelah beberapa waktu mesantren di Ciwedus KH.Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Mbah Kholil Bangkalan-Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar yang di dalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat. Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos di bawah asuhan KH.Syuja’i dari pondok Bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet di bawah asuhan KH.Abbas. Di Buntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di Ciwedus, tidak mengaji hanya bermain-main di bawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukulah meja kiaitersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat. Setelah dari pondok Buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka di bawah asuhan KH.Anwar dan KH. Abdul Halim, di pesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahun. Sesampai Abah Umar di rumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di Panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atas dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah. Ngaji Syahadatnya Abah Umar pun terdengar ke seluruh plosok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari selamet dunya akherat dengan Itba’ dan Bai’at kepada Abah Umar.Karena di saat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orangtua yang ma’rifat. Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim.Setiap malam Jum’at, Panguragan dihadiri oleh para jama’ah yang ingin mengaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orang tua dulu ketika belanda melewati Panguragan mereka berkumandang “Maulana ya maulana….” Dengan khidmatnya (terpengaruh oleh karomahnya Abah Umar). Pada tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena di saat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai mancanegara. Karena semakin ramai, maka para kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-Syahadatain, sehingga mereka khawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang di pengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilan pun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun.Akhirnya Abah Umar pun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH.Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap 3 bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar. Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawasulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin. Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad Saw.Beliau hadir dalam acara tawasul tersebut secara bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat Jibril dan memberinya gelar Syekh Alim.Kemudian disusul Siti Khodijah memberikan gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz. Dengan kejadian tersebut, menurut KH.Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman.Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah.Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.di panguragan, dengan dihadiri oleh jama’ah Asy-Syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru Syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.Disamping beribadah, wirid, dan tafakur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah.Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing. Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawasul Abah Umar dianggap menyesatkan. Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama jama’ah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali jama’ah Asy-syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama di saat itu tidak ada satu tuntunan pun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tersebut.Dan pada tahun 1971 jama’ah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. Pada tahun 1973 an masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mari’i, ia yang menjadi pelayanan di dalam lotengnya Abah. Pada pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulannya kepada sirah Abah Umar sehingga Abah Umar pun pingsan dan dibawa kerumah sakit di Bandung untuk dirawat. Di rumah sakit Abah Umar dawuh dengan membaca ayat Al-Qur’an “Innalladzii farra ‘alaika al-Qurana laraa-ddaka ilaa ma’aad”.Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akankesah (pergi/wafat). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kesah pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M. Sabtu, 16 Juli 2011 BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum: Abah Umar adalah keturunan Rasulullah SAW.ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahibal-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali ar-Aridl bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra bint Muhammad Rasulullah saw. Habib Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain. Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari. Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh K Sujak.Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH.Abbas. Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh di pesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal. Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman.Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual. by. Yusuf Muhajir Ilallah Ponpes Miftahussa'adah Kudus Diposkan oleh Yusuf Muhajir Ilallah di 11.19 Minggu, 12 Mei 2013 Berguru Lebih Dari Satu Beberapa teman Jama'ah ada yang bertanya kepada saya: Bolehkah aurad (wirid-wirid) dan dzikir tuntunan Abah Umar dibarengi atau diiringi dengan aurad dan dzikir dari guru tarekat yang lain? Lalu apa hukumnya bertarekat lebih dari dua guru? Kami menjawab: Sebaiknya laksanakan tuntunan dari satu guru, karena ulama tarekat sepakat bahwa yang utama adalah hanya melaksanakan aurad dan dzirikir serta tuntunan dari satu guru saja. Lihat di kitab Radd Akadzib halaman 48 وقد نص العلماء على ان الافضل ان يشتغل المرء بطريق واحد كما يشتغل طالب العلم بشيخ واحد (رد اكاﺫب - ٤۸) "Ulama menash (memastikan) bahwa yang utama adalah menyibukkan diri dengan satu tarekat saja, sebagaimana orang yang menuntut ilmu kepada satu guru saja." Bahkan dalam kitab al-Anwar al-Qudsiyyah menisbatkan orang yang mempunyai guru lebih dari satu telah menduakan ajaran.Sedangkan orang yang menduakan ajaran tersebut dianggap sebagai godaan dari syaitan untuk menggagalkan bertarekat. من لم يكن له استاﺫ واحد فهو مشرك فى الطريق والمشرك شيخه الشيطان (ﺍﻻﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﻘﺪﺳﻴﺔ - ٤٣) "Siapa yang gurunya tidak tunggal maka ia menserikatkan tarekat, dan orang yang menserikatkan tarekat itu syaikhnya adalah syaitan" Minggu, 23 September 2012 ASY-SYAHADATAIN “Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmatMu kepada junjungan Nabi Muhammad beserta keluarganya serta sahabat-sahabatnya begitu juga keselamatan”…3x Asy-Syahadatain, kita semua tahu artinya adalah “Dua Kalimah Syahadat”. Sudah diketahui secara umum asy-Syahadatain itu dipergunakan untuk nama Jama’ah Pimpinan Almaghfurlah al-Habib Umar bin Ismail bin Yahya atau akrab dipanggil Abah Umar di daerah Panguragan Cirebon. Mengapa nama itu diambil? Karena nama itu cukup sederhana dan mengandung latar belakang yang dapat kami terangkan antara lain sebagai berikut: Umat sedunia pada umumnya sudah mengetahui tentang Lima Rukun Islam, yaitu: 1. Mengucapkan 2 (dua) kalimah syahadat 2. Menjalankan shalat lima waktu 3. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan 4. Mengeluarkan zakat 5. Menunaikan ibadah haji (bagi yang mampu) Dan untuk melaksanakan kelima Rukun Islam itu diperlukan mengetahui semua syarat rukunnya, tapi sayang sebagai salah satu akibat dari 350 tahun penjajahan di Indonesia ini (untuk tidak mengkambinghitamkan Bangsa sendiri/Islam) sesungguhnya yang sudah banyak diketahui kaum Islam awam itu hanya syarat rukunnya shalat, puasa, zakat dan haji saja. Sedangkan syarat rukunnya syahadat banyak dilupakan atau kurang perduli.Hal itu dapat terjadi karena mungkin kebanyakan umat Islam di Indonesia ini kesadaran beragamanya berdasarkan keturunan. Akan tetapi lain bagi orang atau dari agama lain yang baru masuk Islam, Dua Kalimah Syahadat itu jelas merupakan pintu gerbang pertama sebelum memasuki pintu rukun Islam yang lain. Apa bedanya Rukun dan Syarat? Rukun, adalah tiang utama dalam suatu pengamalan ibadah yang wajib dikerjakan karena jika ditinggalkan maka amalan tersebut kurang/seluruhnya menjadi tidak diterima.Boleh juga disebut sebagai tiang dari suatu bangunan. Syarat, adalah cara, jenis atau perbuatan yang menentukan sah atau tidaknya pengamalan rukun itu. Bila diumpamakan tiang suatu bangunan itu sah menjadi Rukun Bangunan tersebut bilamana tiang itu memenuhi syarat, antara lain harus kuat atau terdiri dari jenis kayu apa, atau bagaimana cara membuatnya supaya kuat dan agar menjadi rukun yang sah dari bangunan tersebut. Menelusuri Syahadat sebenarnya sangat dalam dan luas, pembagian Syahadat dapat dilihat dari: • Ditinjau dari Isi Bentuknya yaitu: Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul. • Ditinjau dari Pengamalannya yaitu: Syahadat Thariqat dan Syahadat Haqiqat. • Ditinjau dari Hasilnya yaitu: Syahadat Sirri, Syahadat Sejati, dan Sejatinya Syahadat. • Ditinjau dari Macamnya: Syahadat Sholawat, Syahadat Payung, Syahadat Ulul ‘Azmi, Syahadat Nuril Mubin, dan Syahadat Mahdi Pembahasan Bai’at/Stempel dapat diambil titik terang dari pembagian Syahadat ditinjau dari Prakteknya: Syahadat Syari’at, Thariqat dan Syahadat Haqiqat. Jalan Syahadat Syari’at secara istilah juga disebut dengan Syahadat Bai’at.Untuk mengamalkan bentuk Syahadat yang satu ini yakni harus meyakinkan sifat ketuhanan dan sifat kerasulan seorang Nabi dengan bukti diucapkan dengan lisan seperti yang kita ketahui bahwa Rukun Syahadat ada enam. Rukun Syahadat inilah yang sering dilupakan oleh banyak kalangan Islam lainnya, padahal apabila tidak dikerjakan salah satu Rukun Syahadat tersebut maka batallah Syahadatnya/keislamannya, sedangkan Syahadat termasuk dalam Rukun Islam yang pertama. Rukun Syahadat diambil dariTanqih al-Qaul: 1. Niat: guna menguatkan akidah 2. Syahid: orang yang menyaksikan 3. Masyhud Lahu: meyakini Allah dan RasulNya 4. Masyhud Bih: menyaksikan sifat ketuhanan Allah Swt. dan kerasulan Nabi Muhammad Saw. 5. Masyhud ‘Alaih: yaitu orang yang membaca Syahadat (orang yang disaksikan) 6. Sighat: Lafadz Kalimat Syahadat Pelaksanaan Rukun Syahadat di atas dilakukan seseorang bersama orang lain dengan mengucapkan Dua Kalimat Syahadat dengan lisan dan disaksikan oleh seseorang dan hal seperti itulah yang ada pada tuntunan SyekhunalMukarrom dengan istilah Bai’at atau Stempel. “Wasyuruthuhumaa tsalaatsatun: Al-awwal al-ilmu bima’aaniihimaa. Wa ats-Taaanii almuwaalaat. Wa ats-Tsaalits, lafdzu asyhadu.”(Dikutip dari Kitab Tanqiihul Qaul). Artinya: Syarat sahnya mengucapkan Dua Kalimah Syahadat itu ada tiga: 1. Mengetahui arti kedua Kalimah Syahadat itu 2. Beruntun pengucapannya. 3. Pakai kata Aku Bersaksi (Asyhadu) Stempel/Bai’at merupakan pengucapan ikrar atas keislaman seseorang dalam menjalankan Rukun Islam pertama agar menjadi seorang muslim yang benar-benar Islam. Seorang muslim dapat dibedakan menjadi 4, diantaranya: 1. Islam Tansibi yaitu seorang muslim karena asal mula keturunan orang tuanya yang beragama Islam dan ini termasuk Islam yang lemah. 2. Islam Tasbih yaitu keislaman seseorang ataupun ibadahnya itu karena terbawa oleh lingkungan yang sarat akan agama. Maka ia sibuk beribadah dan begitu pula sebaliknya. 3. Islam Tahqiri yaitu orang yang mengaku islam dan apabila ia diperintahkan untuk melakukan hukum islam ia meremehkannya, bentuk islam seperti inilah yang membahayakan. 4. Islam Tahqiqiyaitu keislaman seseorang karena keyakinannya yang tinggi pada Allah dan RasulNya, sehingga ia selalu mengamalkan perintah Allah dan RasulNya. Bentuk Islam seperti inilah yang dibenarkan. Ditinjau dari bentuknya Islam tersebut untuk mencapai bentuk Islam yang ke 4 (empat) harus melakukan beberapa hal yang dapat menjadi Islam Tahqiqi diantaranya: a. Tajdidul Islam (merehabilitasi Iman dan Islam dengan Syahadat Syari’at/Bai’at) b. Mengamalkan perintah Allah dan RasulNya serta berusaha untuk selalu ingat Allah sebagaimana yang dinadzomkan oleh Syekhuna: Eling Allah kang gumantil # Demen Rasul ayo ngintil Eling Allah kang sempurna # Ora bisa akalana Amal eling kang digawa # Barang akeh ora digawa c. Selalu banyak berdzikir dan membiasakan membaca Syahadat setiap waktu sesuai yang didawuhkan oleh Syekhunal Mukarrom sebagai berikut: Syahadat Tauhid Anjingena # Syahadat Rasul Lakonana Ngaji Syahadat aja telat # Yen wis waktu gage mangkat Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tawakkal # Lan nerima syukurane aja gagal Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tafakkur # Supaya cangkem ati dadi akur Ayu batur dirubah kita pikire # Eling Allah kang akeh muji dzikire Saban dina karo ALLAH ora parek # Saban dina kang di pikir ya brekepek Begitulah Syekhunal Mukarrom dalam pendapat/tuntunan yang disyairkan dengan Nadzom, dimana dapat disimpulkan bahwa Bai’at Syahadat itu tidak lain agar kita selamat baik di dunia maupun di akherat sebagai seorang Muslim dan Mu’min. Hal ini dijelaskan dalam kitab Habl al-Matin halaman 8 mengenai Bai’at islam. Allah berfirman dalam QS.Fushsilat ayat 30:“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”. Allah berfirman dalam QS.al-Ahzab (golongan-golongan) ayat 45-46:“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izinNya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi.” Allah berfirman dalam QS.Thahaayat 14: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.” Allah berfirman dalam QS.al-Baqarah (sapi betina) ayat 222: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” Diposkan oleh Majlis Arrahman di 11.44 Label: Alkisah, Aqidah Akhlak, Sejarah dan Asal Usul Sekian

Tidak ada komentar: