Soal : Masalah Zakat pertanian Dengan Modal Hutang
Siapa yang wajib zakat ? Jawab
: Petani tersebut yang wajib mengeluarkan zakat , karena zakat ‘ain seperti
padi harus dikeluarkan sejumlah 5%(dengan biaya irigasi) atau 10%(tanpa biaya
irigasi) dari total hasil panen sebelum dipotong apapun, termasuk untuk
membayar hutang biaya pertanian. Dengan kata lain zakat pertanian tidak
diperbolehkan mempergunakan kalkulasi tijarah (dagang). Ket : ianatut thalibin juz 2 hal
161 (bab zakat.)
Soal :
masalah cara menghitung haul pada zakat tijarah yang awal usahanya modal kurang
satu nishab dan akhir tahunnya mencapai satu nishab,dan apabila pertengahan
tahun bangkrut apakah masih wajib zakat, dan awal tahun dihitung kapan ?
Jawab : Haul
di hitung sejak awal uasahanya meskipun pada saat itu modalnya kurang dari satu
nishab yang penting jika pada akhir tahun kekayaan usahanya (modal berjalan
berikut keuntungannya) mencapai satu nishab maka wajib mengeluarka zakat.
Apabila tadak mencapai satu nishab maka tidak wajib,meskipun modal awal
usahanya lebih dari satu nishab. Haul pada zakat tijarah tetap dihitung sejak
awal usahanya, tidak sejak kekeyaan usahanya mencapai satu nishab.
Ket : ianatut thalibin juz 2 hal 153( bab zakat.)
Soal :
Masalah penghasilan dari pekerjaan Temporer seperti tukang dekorasi, persewaan
sound system atau sejenisnya yang pada bulan Ramadlan nganggur apakah berhak
menerima zakat ?
Jawab :
Berhak menerima zakat atas nama miskin, jika saat itu benar-benar tidak
memiliki kekayaan untuk menghidupi diri beserta keluarga, seseorang dapat
berstatus sebagai muzakki atau mustahiq bukan sekedar dilihat pada saat ramai
atau sepinya order ,tapi pada saat akhir tahun usahanya karena satuannya adalah
tahun bukan bulan. Jika pada akhir tahun usahanya masih memiliki kekayaan
usahamencapai satu nishab maka wajib mengeluarkan zakat.
Ket : ianatutt thalibin juz 2 hal 187-188.(Fashl fi adaizzakat.)
Soal :
Masalah status zakat pada sebagian harta keuntungan yang disisihkan misalkan
dagang sebulan untung 7 juta dan dia
menyisihkan sebagian untuk jaga-jaga bisnisnya, apakah sisihannya wajib
dizakati ?
Jawab : Jika
sebagian keuntungan tersebut bener-bener dipisahkan dari usahanya maka perihal
zakatpun dihitung secara terpisah sebagai zakat nuqud(emas perak) salam
pengertian sebagian keuntungan tersebut bila mencapai satu nishab dan dalam
rentang waktu satu tahun dalam keadaan tidak pernah berkurang dari satu nishab
, maka wajib dikeluarkan zakatnya sebanyak 2,5% dari jumlah totalnya pada akhir
tahun. Ket : ianatut thalibin juz 2 hal 152( bab zakat.)
Soal :
Masalah penganggur yang memiliki banyak harta, apakah termasuk miskin karena
tidak punya penghasilan ?
Jawab :
Orang tersebut tidak termasuk katagori miskin apalagi fakir, sekalipun tidak
punya penghasilan tapi punya kekeyaan(warisan banyak) sehingga ia termasuk
MUZAKKI yang wajib zakat.
Ket : ianatutt thalibin juz 2 hal 187-189 (fashl fi adaizzakat.)
Soal :
Masalah keutamaan pembagian zakat fitrah secara langsung
Jawab :
lebib utama(afdlol) diberikan langsung kepada fakir miskin, terlebih lagi
kenyataan sekarang banyak panitia yang dibentuk asal-asalan tanpa bekal
pengetahuan yang cukup tentang zakat.
Ket
: syarh almuhadzdzab juz 6 hal 165 (qismusshadaqat.)
Soal : Sah
kah umpama 10 kg beras diniati zakat fitrah untuk 5 orang dengan sekali niat
(di jama’) atau dengan tiap-tiap 2 kg beras diniatkan untuk satu orang tertentu
?
Jawab : Niat
zakat fitrah boleh dilakukan sekaligus untuk beberapa orang, dalam arti tetap
diniati oleh atau untuk masing-masing orang tanpa harus memilah-milah menjadi
satuan 2 kg beras terlebih dulu, asal jumlah keseluruhan mencukupi. Ket : bughyah
almustarsyidin hal 102-103 (al fithrah)
Soal :
masalah meninggalnya si penerima Ta’jil zakat fithrah pada 17 Ramadlan
bagaimana zakat fithrah tersebut sah atau belum ?
Jawab :
Pemberian zakat tersebut tidak sah sebagai zakat fithrah, hanya sebagai sedekah
sunnah ,karena pada saat kewajiban zakat fithrah, yakni malam hari raya idul
fithri si penerimenya sudah meninggal dunia , dengan demikian si muzakki wajib
mengeluarkan zakat fithrah lagi. Ket : ianatut thalibin juz 2 hal 185-186
(fashl fi adaizzakat).
Soal :
Masalah penukaran uang dengan selisih nilai nominal misalnya setiap menghadapi
hari raya idul fitri banyak orang yang menjajakan jasa penukaran uang dengan
menambah nilai tukarnya seperti 1 juta ditukar dengan 1 juta 50 ribu bagaimana
hukumnya ?
jawab :
Boleh dan sah karena uang kertas seperi Rupiah didalam masalah mu’amalah (tukar
menukar) tidak termasuk barang ribawi, sehingga tidak disyaratkanharus ada
kesamaan nilai (ahkamul fuqaha’ 1 hal 57 masalah no 90).
Ket : Syamsul isyraq hal 93 (al mabhasul atssalits).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar