(30) NURUL 'A'YUN

43 Karya Tulis/Lagu Nur Amin Bin Abdurrahman:
(1) Kitab Tawassulan Washolatan, (2) Kitab Fawaidurratib Alhaddad, (3) Kitab Wasilatul Fudlola', (4) Kitab Nurul Widad, (5) Kitab Ru'yah Ilal Habib Luthfi bin Yahya, (6) Kitab Manaqib Assayyid Thoyyib Thohir, (7) Kitab Manaqib Assyaikh KH.Syamsuri Menagon, (8) Kitab Sholawat Qur'aniyyah “Annurul Amin”, (9) Kitab al Adillatul Athhar wal Ahyar, (10) Kitab Allu'lu'ul Maknun, (11) Kitab Assirojul Amani, (12) Kitab Nurun Washul, (13) Kitab al Anwarullathifah, (14) Kitab Syajarotul Ashlin Nuroniyyah, (15) Kitab Atthoyyibun Nuroni, (16) Kitab al 'Umdatul Usaro majmu' kitab nikah wal warotsah, (17) Kitab Afdlolul Kholiqotil Insaniyyahala silsilatis sadatil alawiyyah, (18) Kitab al Anwarussathi'ahala silsilatin nasabiyyah, (19) Kitab Nurul Alam ala aqidatil awam (20) Kitab Nurul Muqtafafi washiyyatil musthofa.(21) KITAB QA'IDUL GHURRIL MUCHAJJALIN FI TASHAWWUFIS SHOLIHIN,(22) SHOLAWAT TARBIYAH,(23) TARJAMAH SHOLAWAT ASNAWIYYAH,(24) SYA'IR USTADZ J.ABDURRAHMAN,(25) KITAB NURUSSYAWA'IR(26) KITAB AL IDHOFIYYAH FI TAKALLUMIL ARABIYYAH(27) PENGOBATAN ALTERNATIF(28) KITAB TASHDIRUL MUROD ILAL MURID FI JAUHARUTITTAUHID (29) KITAB NURUL ALIM FI ADABIL ALIM WAL MUTAALLIM (30) NURUL 'A'YUN ALA QURRATIL UYUN (31) NURUL MUQODDAS FI RATIBIL ATTAS (32) INTISARI & HIKMAH RATIB ATTAS (33) NURUL MUMAJJAD fimanaqibi Al Habib Ahmad Al Kaff. (34) MAMLAKAH 1-25 (35) TOMBO TEKO LORO LUNGO. (36) GARAP SARI (37) ALAM GHAIB ( 38 ) PENAGON Menjaga Tradisi Nusantara Menulusuri Ragam Arsitektur Peninggalan Leluhur, Dukuh, Makam AS SAYYID THOYYIB THOHIR Cikal Bakal Dukuh Penagon Nalumsari Penagon (39 ) AS SYIHABUL ALY FI Manaqib Mbah KH. Ma'ruf Asnawi Al Qudusy (40) MACAM-MACAM LAGU SHOLAWAT ASNAWIYYAH (bahar Kamil Majzu' ) ( 41 ) MACAM-MACAM LAGU BAHAR BASITH ( 42 ) KHUTBAH JUM'AT 1998-2016 ( 43 ) Al Jawahirun Naqiyyah Fi Tarjamatil Faroidus Saniyyah Wadduroril Bahiyyah Lis Syaikh M. Sya'roni Ahmadi Al Qudusy.

Sabtu, 06 Desember 2014

SEJARAH HABIB THOYYIB THOHIR PENAGON NALUMSARI JEPARA

1. MUQADDIMAH BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM Dengan mengucap Alhamdulillah wassyukru lillah ‘ala ni’amillah kami panjatkan kehadlirat Allah SWT atas hidayah, taufiq, inayah dan I’anahnya serta RidloNya. Pada kesempatan ini telah dapat kami persembahkan sebuah tulisan tentang manaqib (sejarah) ”ASSAYYID THOYYIB THOHIR DAN KH. SYAMSURI PENAGON” buku kecil ini tersusun atas dorongan dari sebagian kaum muslimin masyarakat setempat terutama para muhibbin (pecinta habaib dan ulama’). Meskipun secara ringkas akhirnya terwujudlah harapan kami melayani kepada mereka yang menerimanya. Buku ini sengaja kami susun dengan bahasa yang sangat sederhana dengan tujuan agar para pembaca lebih mudah dalam memahaminya. Berhubung terbatasnya bahan-bahan inspirasi dan catatan-catatan berupa laporan kesejarahan tentang hal ihwal Assayyid Thoyyib Thohir dan KH. Syamsuri Penagon, karena itu dengan penuh kerendahan hati dan atas dasar keyakinan bahwa buku kecil ini masih terasa banyak kekurangan , kehilafan , dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu kepada para pembaca sudilah memberikan koreksi sepenuhnya sebagai bahan masukan untuk kesempurnaan buku berikutnya. Kami ingat dawuh guru kami (Maulana Habib Luthfi Pekalongan), bahwa sejarah wali / sholihin itu bagaikan obor yang bisa menerangi, membentengi dan menggugah hati semakin cinta kepada Allah dan Rasulnya. Demikian akhirnya hanya kepada Allah kami memohon semoga buku ini berkah dan manfa’at dunia dan akhirat. Amin Ya Rabbal alamin. Jepara, 31 Desember 2009 2. NAMA CIKAL BAKAL / AKAL BAKAL Cikal bakal adalah orang pertama yang menghuni dan menempati suatu daerah dimana asal muasal daerah tersebut masih berupa ilalang perimbunan atau hutan belantara yang biasanya masih dihuni makhluk halus (jin). Dengan usaha lahir bathin (spiritual) agar seseorang bisa menempati daerah tersebut maka harus bisa mengalahkan atau memindahkan jin atau dayang penunggu daerah tersebut, dengan kata lain “Babat Alas” dengan maksud anak turunnya nanti terhindar dari gangguan, musibah, bala’ dan malapetaka. Datanglah seorang yang punya wibawa besar yang punya kekuatan supranatural (bathin) yang luar biasa (keramat) yang mampu menghadirkan dan menyuguhkan suatu daerah yang sejuk nan damai. Dengan jerih payah upaya beliau mendapat tempat untuk berteduh, berkholwat, bermunajah, bertawajjuh, bermujahadah, beribadah secara istiqomah (konsisten) menuju akhir hayat husnul khotimah. Beliau adalah ”Assayyid thoyyib thohir” yang berhasil memperoleh tempat dengan izin Allah. Usaha yang serius bahasa jawanya “NGEPEN” tempat bahasa jawanya “ENGGON“ dua kata tersebut diringkas menjadi satu kata menjadi nama “PENAGON“ ini tersirat dalam ayat AlQur’an: وَاَنْ لَوِاسْتَقَامُوْاعَلَى الطّرِيْقَةِ َلأَسْقَيْنَاهُمْ مَآء ًغَدَقًا (الجنّ16 /29) Artinya: “Dan bahwasanya jikalau mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu (islam) maka benar-benar akan kami beri air yang segar (rizqi yang halal banyak dan berkah).” اِنَّ الَّذِيْنَ قَالُوْا رَبُّنَا الله ُثمُ َّاسْتَقَامُوْا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ اْلمَلاَئِكَةُ اَلاَّ تخَاَفوُاْ وَلاَتحَْزَنوُاْ وَاَبْشِرُوْا باِلْجَنَّةِ الَّتيِْ كُنْتُمْ تُوْعَدُوْنَ (فصلت 24/30) Artinya: ”Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan tuhan kami adalah Allah kemudian meneguhkan pendiriannya maka malaikat akan turun kepadanya “Janganlah kamu merasa takut dan jangan merasa sedih dan bergembiralah dengan surga yang telah di janjikan Allah kepadamu”. Tempat yang berada di daerah Jepara bagian timur perbatasan Kudus, Kecamatan Nalumsari desa Nalumsari bagian barat tepatnya “Dukuh Penagon” DENAH LOKASI Sreni Gunung muria Mayong Nalumsari Gebog Penagon Maqam Jl. Jepara - kudus 3. SIAPA AS SAYYID THOYYIB THOHIR? Menurut sesepuh setempat, Assayyid Thoyyib Thohir adalah pendatang yang berkelana berjuang menyebarkan agama islam di bagian utara. Setelah lelah beliau singgah di suatu tempat (Penagon) sampai menjadi peristirahatan terakhir penduduk setempat memanggil dengan sebutan ” Mbah Ndoro Sayyid Thoyyib Thohir Tunjungsari ” konon Tunjungsari adalah predikat yang disandang sebagai prajurit penting zaman perjuangan melawan penjajah. Ada lagi yang menyebutkan Tunjungsari adalah kelompok nama pejuang seperti nama-nama cikal bakal yang ada disekitar Penagon (Nalumsari, Muryolobo, Ngetuk, Gemiring dll) ada yang mengatakan Tunjungsari adalah nama istri beliau. Menurut almarhum KH. ANWAR PEDAK, Assayyid Thoyyib Thohir adalah seorang pejuang Diponegoro yang bertugas di daerah bagian utara. Keterangan tersebut diambil dari buku pejuang Diponegoro yang telah diambil Belanda di daerah Pedak Klumpit Kaliwungu Kudus kala itu. Karena belanda sangat anti kepada para kyai, ulama’ apalagi dengan orang-orang arab. Mendegar nama arab saja sangat benci dan memusuhinya karena itu orang-orang arab dulu menyembunyikan namanya dengan mengganti nama jawa ala keraton dan lain sebagainya. Menurut Habib Ahmad Al Jufri Assayyid Thoyyib Thohir adalah dari daerah Tuban Jawa Timur. Beliau berkawan dengan KI BANTEN yang makamnya ada di Mejobo Kudus. Konon menurut Mbah Kyai Sulhan Loireng Sayung Demak, beliau adalah seorang habib dari Jawa Timur. Menurut KH. MA’RUF ASNAWI KUDUS, beliau adalah dari Sidogiri Periparan dengan Kyai Nawawi Sidogiri. Tapi di lain pertemuan Mbah Ma’ruf Asnawi pernah mengatakan: ” Mbah Sayyid Thoyyib Thohir iku teko Sidogiri nggon gawe Jamu Air Mancur (Wonogiri). Menurut AL HABIB ALI MAYONG Assayyid Thoyyib Thohir adalah seorang Habib keturunan Arab (Ba’alawi) sampai Rasulullah SAW. Kita bisa memahami dengan namanya yang banyak memberi arti. Tapi istilah As Sayyid di jawa khususnya identik dengan keturunan Rasulullah SAW. Kalau Thoyyib artinya bagus Thohir artinya suci bersih lahir bathinnya. Paling tidak cinta suasana lingkungan yang indah dan bersih menjadi suri tauladan kepada anak cucu dan pecintanya. Dalam beberapa ayat Al Qur’an sudah disebutkan: اِنَّ اللهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ اْلمُتَطَهِّرِيْنَ (البقرة 2/222) وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ (الاعراف8/58) 4. SEMASA HIDUPNYA Beliau sering berkelana berjuang ,beribadah berkholwat kehadlirat Allah SWT. Beliau adalah seorang humanis punya integritas yang tinggi, mudah beradaptasi dengan semua kalangan dilihat dari pakaian yang di kenakan seperti Kangjeng Sunan Kalijaga memakai kemben dan blangkon sebagai tutup kepala, pakaian para Demang atau Punggawa Keraton. Tampan sekali ini diakui oleh beberapa orang yang pernah ketemu baik melalui ru’yah (mimpi) atau melihat secara langsung seperti Bapak Abdurrahman Penagon, Habib Ali Mayong, KH. Ma’ruf Asnawi Kudus, Mbah Kyai Isma’il bin Umar Penagon, Mbah Kardi bin Sarmo Moreso bin Singowijoyo Penagon, Bapak Hariyo Penagon dll. Juga sangat dimungkinkan bahwa beliau adalah seorang yang kaya. Pernah pada suatu saat seseorang yang ru’yah disekitar makam beliau melihat banyak sekali pakaian, semu jenis dan warna mengelilingi batu nisannya ada jubah serban tasbih dll. Dan dilihat sedekahnya paling sedikit adalah satu ayam ingkung seperti orang-orang yang ziarah dengan hajatnya masing - masing semakin besar hajatnya semakin besar pula sedekahnya. 5. PERJUANGANNYA. Menurut KH. Anwar Pedak, Mbah Sayyid adalah teman seperjuangan Pangeran Diponegoro (Sayyid Abdul Hamid bin Hamengku Buwono). Teman-teman yang lain diantara nya adalah Mbah Sayyad Pedak, Mbah Bunggoro, Mbah Zaenal Abidin Padurenan, Mbah Klisat Mijen, Mbah Tunggul dll. Dengan perjuangannya disertai ahlak yang mulia (bil hikmah wal mauidhotil hasanah), halus budi tutur kata yang merasuk kerona hati terpancar sifat - sifat keluhuran dan kewibawaan (haibah / kharismatik) sehingga perjuangannya mudah diterima masyarakat Jawa yang masih kedalam (kolot). Semua mengikuti jejak perjuangan para wali songo mengikuti adat istiadat yang berlaku. Tidak mudah menghapus melainkan mengisi dan menerapkan adat yang kurang tepat dalam syari’at islam menjadi yang islami. Misalkan Sajen yang di persembahkan orang-orang dulu untuk jin atau dayang atau kibuyut penunggu daerah, diganti dengan bersedekah di punden untuk mengirim arwah para leluhur mereka (ahli qubur). Dan juga memberi istilah wajib kepada tukang kebersihan makam yang menjaga dan membersihkan makam sebagai sedekah sunnah. Inilah perjuangan tanpa menyinggung perasaan orang lain, tapi mengena sasaran yang perlu di jaga dan di lestarikan para anak cucu yang ditinggalkan. Dengan memakai pakaian adat Jawa Mbah Sayyid mudah bergaul dengan orang jawa desa, namun kalau dengan pakaian orang arab, maka bisa jadi orang desa itu kaget atau asing menerimanya. Dengan sifat luhur budi dan pakaian adat Jawa sekaligus menutupi maqom wilayahnya (kewalian). Sebagai orang yang punya keramat beliau mengasihi dan menjaga kepada orang awam supaya tidak ada pengkultusan terhadap beliau, yang pada umumnya orang awam kalau sudah melihat keanehan-keanehan (khowariqul adat) dari seseorang, mereka cepat kaget dan bisa timbul fitnah. Biasanya yang semula ada niat ikhlas untuk bertemu silaturrahim tapi bisa berubah niat menjadi kepingin bertemu dengan keanehan - keanehan tersebut. Oleh karena itu para Auliya’ Allah dengan dasar mengasihi orang awam, tidak gampang atau sembrono mengeluarkan suatu keramat. Kalaupun tidak sengaja keluar beliau cepat-cepat menutupinya terkadang dengan melakukan kemakruhan - kemakruhan seperti merokok dan semisalnya. Seperti yang pernah di tuturkan oleh MAULANA ABAH HABIB LUTHFI BIN ALI BIN HASYIM BIN UMAR BIN THOHA BIN YAHYA PEKALONGAN. Selanjutnya apabila perjuangan Assayyid Thoyyib Thohir itu satu kurun (masa) dengan Pangeran Diponegoro (Sayyid Abdul Hamid) maka kira-kira hidup perjuangannya tahun 1825-1830 M. Dengan demikian lahirnya pun kira-kira tahun 1700-an dan wafatnya pun bisa tahun 1830 M atau lebih. Kalau Pangeran Diponegoro lahir 11 November 1785 M dan Wafat 8 Januari 1855 M. 6. KAROMAH-KAROMAHNYA. Karomah wali itu seperti halnya mu’jizat yang di berikan Allah kepada para nabi yang tidak bisa kita pungkiri lagi adanya karena telah di terangkan dalam Al Qur’an yang jumlahnya banyak sekali dan keluarnya tidak serentak tapi menurut kebutuhan dan kejadian,masa kemasa (muqtadlol hal / relevan). Sebagian dari karomah / keramat Assayyid Thoyyib Thohir disebutkan secara ringkas agar bisa difaham dimengerti dan dihayati secara mudah antara lain yaitu berkat beliau daerah Penagon menjadi daerah sejuk, damai dan aman (kondusif) Ada seseorang yang latar belakangnya nakal, galak kalau sudah masuk daerah penagon maka mereka menjadi lunak. Pernah dahulu kala ada tetangga desa dengan tetangga desa lain akan bertikai (Gemiring Lor dengan Tunggul Lor) mereka melewati jalan Penagon yang akhirnya tidak jadi bertikai malah damai. Ini menandakan bila mbah Sayyid Thoyyib Thohir tidak suka orang-orang yang takabbur mengandalkan kekuatannya secara fisik, mental maupun sepiritual apa lagi mengandalkan harta bendanya. Dilihat dari penduduknya yang rata-rata biasa, tidak terlalu kaya atau miskin tapi kecukupan semuanya. Walhasil orang Penagon biasa dan sederhana saja. Kalau over mungkin bisa keluar dari daerah tersebut atau meninggal (keterangan para sesepuh setempat). Keramat berikutnya adalah ketika orang-orang punya hajat penting bernadzar kalau berhasil maka akan selamatan (manganan nggone mbah buyut) maka banyak mereka yang berhasil. Konon Mbah Sayyid Thoyyib Thohir pernah mengatakan: “Kalau kamu punya hajat maka datanglah kepadaku“. Ini seperti yang pernah diucapkan oleh Sulthonul Auliya’ Syaikh Abdul Qadir Al Jilani RA : فَإذَا سَألْتُمُوااللهَ تَعَالىَ فَاسْئَلُوْهُ بِيْ Artinya: Maka ketika kamu semua minta kepada Allah maka berwasilahlah kepadaku. Dan ini juga pernah di ucapkan Syaikh Abil Hasan As Syadzili RA: اِذَا عُرِضَتْ لَكَ حَاجَة ٌاِلىَ اللهِ فَاَقْسِمْ عَلَيْهِ بِيْ Artinya: “Ketika kamu ingin kesampaian hajatmu / kebutuhanmu di kabulkan Allah, maka berwasilahlah melalui aku”. Keramat berikutnya adalah ketika di alam barzakh sering kali menemui orang-orang yang di cintainya seperti menemui Mbah KH. Syamsuri dengan berkata: “Wahai Syamsuri aku di buatkan tempat seraya Mbah Sayyid menunjukkan tempat pojok selatan timur desa (tenggara). Setelah Mbah Syamsuri membersihkan tempat yang di maksud yaitu tempat di bawah pohon grumbul (krasak dan kesambi) maka di temukanlah patok atau batu dan disitulah pertama kali di temukan makam ”ASSAYYID THOYYIB THOHIR‘’. Keramat berikutnya adalah beliau mampu mengangkat Mbah Syamsuri menjadi Kyai di PENAGON seraya berkata: “Hai Syamsuri kamu harus tinggal di Penagon kalau kamu tidak ingin orang-orang penagon menjadi budha yang semula orang-orangnya kolot dan keras. Zaman dulu daerah setempat, kalau ada yang punya hajat atau kawin maka masyarakat langsung pergi menuju kesebuah pohon besar kemudian dengan ijab dan qabul sendiri yang dilanjutkan memukul pohon tersebut maka kawinnya sudah di anggap sah. Dengan kedatangan Mbah Sayyid mereka menjadi lunak sehingga tahu syari’at islam. Keramat berikutnya beliau pernah menemui Habib Ali Mayong, ketika Mbah Sayyid keluar dari maqam menuju Pasar Kliwon membeli buah jeruk untuk silaturrahim ke rumah Habib Ali Mayong. Sesampai di rumah Habib Ali, Habib Ali bertanya “Sampeyan dari mana mbah?”. Awalnya Mbah Sayyid tidak mengaku, tetapi setelah di desak akhirnya mengaku dan menjawab: “Aku tinggal di sebelah utara Syamsuri. Ketika di tanya “Namamu siapa mbah?”. Beliau menjawab: “Aku Thoyyib Thohir” mendengar itu seketika habib Ali jatuh dan sungkem kepada mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Habib Ali tahu bahwa beliau adalah orang besar (refrensi dari KH. Ma’ruf Asnawi Kudus). Menurut habib Abdullah bin Muhdhor Thohir Al Hinduwan (menantu Habib Ali), bahwa Mbah Sayyid adalah termasuk WALI QUTUB. Mbah Syamsuri dan Habib Ali adalah dua sosok penting yang sering memperingati Haul dan membacakan fatihah seusai sholat kepada Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Keramat berikutnya adalah ketika mbah Abdurrahman hajat ingin nikah, beliau bingung mana dan siapa yang cocok untuk mendapingi hidupnya, beliau terus ziarah ke makam Mbah Sayyid. Seusai membaca dzikir dan tahlil seraya tidur di sampingnya. Diantara tidur dan terjaga, Mbah sayyid keluar dari makamnya menemui Mbah Abdurrahman dengan pakaian seperti pamong desa zaman dulu dengan memberi syahadah atau perizinan kepada Mbah Abdurrahman siapa bakal calon istrinya sampai terjadi menikah. Jadi Mbah Sayyid Thoyyib Thohir mau menemui kepada orang-orang yang mencintai dan dicintainya. 7. MAKAM MBAH SAYYID THOYYIB THOHIR Setelah ditinggal pangeran Diponegoro, Mbah Sayyid jatuh sakit sampai beliau wafat pulang ke rahmatillah. Mbah Sayyid tidak meninggalkan apa-apa hanya sebuah daerah kecil yang sejuk indah nan damai (kondusif) yang perlu di jaga dan di lestarikan oleh anak cucu yang merasa ditinggalinya serta jasa beliau yang berupa tanah, adat istiadat, maupun budaya. Dan adat istiadat suatu daerah tidak lepas dan tidak jauh beda dari kebiasaan cikal bakal tersebut. Adapun makam atau batu nisan yang ada di sebelah timurnya ada yang mengatakan itu istrinya dan ada yang mengatakan batur/teman nisan mbah Sayyid, ada pula yang mengatakan makam anak kecil. Menurut Habib Hasan bin Ali Mayong makam itu adalah makam seorang putri yang pernah kena banjir bandang di sungai sebelahnya dan di temukan mbah Syamsuri. Meski sudah meninggal mayat putri tersebut dapat diajak berkomunikasi oleh mbah Syamsuri (atas keramat mbah Syamsuri) dan si putri tadi ingin di makamkan disamping Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Suatu ketika pernah ada orang (Mbah Shobirin) yang riyadloh di makam mbah Sayyid, dikala dia tidur merasa di temui putri cantik , apa itu khadam, apa putri tersebut Wallahu a’lam. Masalah khadam itu ada dua bisa dari malaikat bisa dari jin. Dimakam mbah Sayyid ada yang mengatakan ada macannya, ada ular yang besar. Suatu hari pernah terjadi Mbah Giyadi melihat ular yang panjang sekali sampai terlihat kaki dan cengger kepalanya sampai Mbah Giyadi takut, padahal cerita orang terdahulu bahwa itu isyarat siapa yang tidak takut atau bisa menaklukkan ular tersebut maka kehidupannya tidak akan kekurangan. Entah apa maksud isyarat kalimat itu mungkin ini isyarat siapa yang kuat dalam tirakat atau riyadloh maka berhasillah cita-citanya. Konon lagi di sebelah timur makam ada pohon asem besar yang dilingkari ular besar dan panjang. Suatu hari tetangga desa (Tunggul) mengairi sawah air dari atas deras tapi sampai bawah kecil sekali. Kemudian terus di selidiki tiba-tiba di aliran kalen sebelah pohon asem tadi ada ular yang menghalangi air (nyumbat). Orang tadi lalu ingat bahwa di daerah kuburan itu ceritanya ada ular besarnya. Konon lagi di bawah pohon grumbul ada banyak pusakanya seperti batu akik dan keris JUMU’AH WAGE. Siapa yang bisa menangkapnya, maka akan sukses hajatnya. Keris keluar dengan sinar yang terang lalu naik lalu kembali lagi. Kalau akik yang di sekitar pohon itu katanya banyak sekali dan hanya bisa di ambil dengan tenaga dalam, ditelik atau disedot. Itupun caranya harus dari jarak jauh dengan alasan kalau dari dekat tidak kuat karena terkena sinar makam Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Dan di dalam makam Mbah Sayyid pun banyak sekali barang-barang antik yang tidak mudah untuk memilikinya atau mengambilnya kalau tidak ada izin dari Mbah Sayyid sendiri. Suatu hari Habib Ahmad Al Jufri mengatakan bahwa makam Mbah Sayyid Thoyyib Thohir ada tasbih dan sandal tekleknya (gamparan atau tlumpah). Habib Ahmad berkata kepada kami “Apakah kamu mau tasbih dan tlumpahnya mbah Sayyid?” Kami menjawab “Terserah Abah silahkan Abah kalau menginginkan njenengan kan sama-sama bangsanya, kalau saya apabila tidak ada izin dari Mbah Sayyid maka saya tidak bisa menanggungnya”. Kemudian Abah Ahmad tersenyum. Kejadian ini ketika ramai-ramainya dalam pencarian nama cikal bakal Nalumsari. 8. MATA AIR / BELIK Menurut Mbah Lasmo (juru kunci mata air / belik Mbah Sayyid Thoyyib Thohir yang tinggal di daerah Legundi Dawe Cendana Dawe Kudus) mata air tersebut dinamakan belik Mbah Thohir karena ketika mbah Sayyid Thoyyib Thohir dalam perjalanannya dari daerah Jawa Timur agaknya Beliau kelelahan, sehingga memerlukan istirahat sejenak. Dan disitulah beliau melepaskan lelahnya dengan bersuci atau berwudlu ditempat mata air atau belik yang indah membentuk lambang cinta. Di tempat itu beliau bertawajjuh, bermunajat, bertaqarrub kepada Allah SWT . Menurut Mbah Lasmo lagi yang pernah berjumpa dengan Mbah Sayyid Thoyyib Thohir, bahwa sejak anak-anaknya masih kecil, beliau melarang mereka untuk mengejarnya. Kata Mbah Lasmo “ Ojo di entho mengko ilang dewe “. Dan waktu itu juga pakaian Mbah Sayyid juga memakai pakaian serba hitam seperti kangjeng Sunan Kalijaga tinggi besar dan tampan. Ditempat itu juga bagi masyarakat setempat dan sekitarnya ketika punya Hajat mereka melakukan Tawassul atau meminta kepada Allah SWT lewat berkahnya Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Konon ada sebagian orang yang ingin bermeditasi untuk mencari barang pusaka ditempat tersebut tapi tidak berhasil atau terpental. Malah bagi Mbah Lasmo barang-barang pusaka tersebut muncul dengan sendirinya dirumahnya. Dan para khadam lapor kepadanya “tandurane wong-wong tak rusak mbah sebab aku ora dewenehi mangan “. Saat itu Mbah Lasmo memberi makan terhadap khadam tersebut dengan ubo rampenya seperti menyan, minyak, bunga dan lain sebagainya. Tambah mbah Lasmo lagi bahwa air belik tersebut sampai sekarang masih digunakan untuk menjamas benda-benda pusaka bagi masyarakat yang mempercayai adanya berkah, karomah dan sirr yang diberikan oleh Allah kepada para Wali-Walinya. 9. PEMUGARAN MAKAM Makam mbah Sayyid mengalami beberapa kali pemugaran. Semula di temukan oleh Mbah Syamsuri setelah diberi patok kayu yang sampai sekarang masih ada lalu diberi atap payon berupa welit terbuat dari anyaman pohon kesulo (daunya). Pada suatu hari sekitar tahun 1940-an ada kejadian angin puyuh (lesus) menghancurkan atap makam. Kemudian pada periode Mbah Kardi menjadi bekel (kamituwo) dibangun dengan baik dan kokoh. Beliau membangunnya sekitar tahun 1961-an, mengingat tulisan yang ada di dalam pintu makam 23-10-1961 (Senin Pahing). Dan ada perbaikan lagi pada tahun 1963-an mengingat tulisan yang ada di atas pintu makam 10-6-1963 (Senin Pahing) dan diperbaiki lagi seperti ada lantai jobin, atap genteng dan ada pagar atau beteng mengelilinginya. Semua itu di bangun sekitar tahun 1978-an mengingat tulisan yang ada di bawah pintu makam 11-11-1978 (Sabtu Kliwon) Lalu ada perbaikan secara segnifikan (total) oleh sebagian masyarakat yang dimotori oleh H. Zubaidi bin Hadi bin H. Abdul Syukur sekitar tahun 2002. Keterangan mbah kardi (kamituwo) semasa hidupnya Alhamdulillah kami sempat bertanya masalah sekitar Mbah Sayyid atau Mbah Buyut. Beliau berkata: “kang mbangun, mageri, mbentengi makam Mbah Buyut iku aku sak jobine. Aku dadi tukang kunci iku disik turun temurun songko Mak Tuwo Singo (Singo Wijoyo) kunci sing siji tak wehno Wak Muji tak kon besik-besik kubur. Saiki kunci kang tak gowo wes tak wehno paaem mergo teko mak tuwo singo” Kami bertanya: ”nopo mbah singo menangi mbah Sayyid mbah?”. Beliau menjawab: “pertama kang ngrumat mbah buyut iku mak tuwo singo, kunci angger gowo nek ziarah angger di sapon-saponi. enggeh mbah……” Sebelum saya pulang Mbah Kardi sempat memberi wasiat masalah kunci makam dan memberi uang Rp 24.000 sebagai amalnya untuk dibelikan yasin kecil-kecil dan Majmu’ Syarif atau Majmu’ Lathif untuk di taruh di makam Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Dulu dibuatkan tempat dari kayu akan tetapi lama kelamaan habis di makan rayap. Dan beliau masih memberi sebuah Al Qur’an pojok (yang buat membaca atau menghafal Al Qur’an). Sebelum meninggal, beliau mamberi luwur makam dan aktif tepat waktu dalam beramal dan beribadah terutama pergi Sholat Jum’at beliau paling pagi dan disiplin. Yang jelas kita semua belum tahu secara pasti (wallahu a’lam) kapan datang dan lahirnya. Sejarah di atas adalah hanya mendekati kebenaran menurut sumber-sumber para sesepuh yang tanpa tulisan yang ada siapa Assayyid Thoyyib Thohir? apakah beliau memang kurun pangeran diponegoro apa walisongo apa lainnya. Adanya beliau keturunan ba’alawi ini diperkuat oleh Almarhum Habib Ali Mayong (shohibul karomah) yang tidak di ragukan lagi kewaliannya. Menurut Mbah Maimun Zubair Sarang, ahli bait nabi itu memang ada yang di perlihatkan Allah dan ada yang di rahasiakan Allah seperti adanya para wali songo yang semuanya ahli bait nabi bagaikan kapal Nabi Nuh sebab penyelamat ketika terjadi banjir bandang (bencana, musibah, balak). Oleh karena itu, maqam derajat beliau beda-beda ada yang dilihatkan Allah ada yang disembunyikan Allah termasuk nasabnya. Maka dari itu kalau maqamnya di rahasiakan maka tidak usah dilihat-lihatkan nanti akibatnya bisa keliru. Menurut ABAH HABIB LUTHFI, Dzurriyyat belum tentu Habib tapi kalau Habib pasti Dzurriyyat. Bedanya kalau habib itu nasabnya tidak putus sampai Sayyidatina Fatimah RA dari jalur laki-laki tapi kalau Dzurriyyat bisa jadi putus karena perempuan. Akan tetapi semuanya adalah keluarga satu jalur apabila (salaman/ mushafahah) dengan Sayyidatina Fatimah maka tidak membatalkan wudlu’. Habaib walau tidak mengaku habib dan wajahnya tidak seperti habib pasti akhirnya ketahuan, dan kalau tidak habaib ngaku-ngaku habib walaupun wajahnya tampِan pasti akhirnya juga ketahuan. كُلُّ سَبَبٍ وَنَسَبٍ مُنْقَطِعٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اِلاَّسَبَبِيْ وَنَسَبِيْ (رَوَاهُ السُّيُوْطِيْ فِى اْلجَامِعِ وَصَحَّحَهُ) Kenapa ِِِِِAssayyid Thoyyib Thohir tidak Nampak marganya di belakang namanya?. Jadi begini, dalam kitab-kitab nasab dan silsilah seperti AlJunaidi, Syamsud dhahirah fi khidmatil asyirah dan lain-lain bahwa marga yang terkenal itu dari keturunan Al Faqihil Muqaddam. Adapun dari Amulfaqih (Sayyid Alwi) ini tidak kentara padahal semua ada dan tidak mengurangi kesayyidannya sebagai cucu Rasulullah SAW seperti marga azmat khan عظمت خان (Sayyid Abdullah Khan) walaupun tidak semua sebutan Khan itu Habaib. Dari keturunan Sayyid Abdullah bin Abdul Malik bin Alwi inilah lahir Sayyid Jamaluddin Husain menurunkan Sayyid Ibrahim Asmaraqandi dan menurunkan penyebar islam seluruh tanah jawa yang terkenal dengan sebutan Wali Songo yang kesemuanya adalah marga Azmat Khan. Dari wali songo inilah banyak sekali keturunan yang tersebar menjadi paku bumi yang tidak kentara baik marga maupun wajahnya dikarenakan wali songo sendiri berkolaborasi (nikah) dengan pribumi. Mereka terkenal dengan sebutan syaikh, kyai, gus, mas, raden, nganten, teuku dan lain-lain. Perlu di ingat bahwa mereka semua adalah termasuk maqam zakat (tidak menerima zakat). Menurut Abah Habib Luthfi ” Walaupun ayahnya ajam, ibunya syarifah itu termasuk maqam zakat alasannya ovum syarifah lebih kuat daripada sperma orang ajam. Jadi yang menjadi bayi adalah dari ovum tersebut”. Disinilah para Ba’alawi mengharamkan orang ajam menikahi syarifah bukan karena tidak ada alasan. Ini berbeda dengan pendapat para fuqaha’ dengan alasan atau dalil-dalil yang telah di ungkapkan. Maka dari itu Mbah Sayyid Thoyyib Thohir itu keturunan dari Alfaqihil Muqaddam atau dari Amul Faqih Wallahu ‘alam. Cukup Mbah Syamsuri dan Habib Ali Mayong yang menjadi saksi bukti sejarah dalam kesayyidannya mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Dan itu yang paling selamat dan diikuti orang-orang dulu yang sudah berlangsung adanya dalam dawuh dan sejarahnya. Walaupun meninggalnya Mbah Sayyid secara pasti kami tidak tahu selagi tidak adanya hitam diatas putih (keterangan secara tertulis). Tapi yang dilakukan sesepuh pertama (Mbah Kyai Syamsuri dan Habib Ali Mayong sering mengadakan khaul pada setiap 10 syuro/muharram. Sampai sekarang kalau di adakan pengajian dalam rangka khaul biasa di laksanakan setelah tanggal 10 syuro /muharram dengan ta’dhiman waikroman kepada Mbah Sunan Kudus yang pada tanggal itu juga mantu (buka luwur) atas saran dari KH. MA’RUF ASNAWI (Mbah Taskin) bin Abdurrahman bin Aisyah binti Ahmad bin Sayyid Ibrahim (Sunan Puger) sebagai sesepuh ulama Kudus dan khalifah Tarekat Syadzaliyyah (Habib Luthfi) dan Syahadatain (Abah Umar bin Ismail bin Yahya panguragan Cirebon) yang kononnya memegang Tarekat Syatoriyah juga. Dahulu kala ada orang yang berziarah kepada para ahli quburnya tanpa ziarah kepada Mbah Sayyid Thoyyib Thohir orang itu langsung di ingatkan melalui mimpi untuk mendahulukan ziarah Mbah Sayyid baru ke ahli quburnya. Banyak orang yang ziarah ke makam mbah Sayyid wasilah atas hajatnya lalu berhasil. Apalagi dibarengi dengan nadzar (ingin cepat sehat, mantu, bepergian dan sebagainya) dengan manganan di punden (sedekahan) dan sebelumnya ada acara atur-atur (njawab) kepada Mbah Sayyid atas hajatnya, menabur bunga dan tahlilan secukupnya. Biasanya Shohibul Hajat membawa wajib yang di sedekahkan kepada juru kunci kemudian juru kunci membagikan bunga yang di bawa shohibul hajat ke makam Mbah Sayyid dan makam Mbah Syamsuri ketika yang juru kuncinya masih Mbah Muji bin Kastowijoyo. Dikisahkan zaman dahulu, Penagon dibagi dua yang timur jalan namanya KENANGA dan barat jalan namanya PENAGON. Dikatakan Kenanga karena konon istri Mbah Sayyid senang sekali dengan bunga kenanga yang dulunya bunga itu tumbuh di pintu masuk makam Wallahu a’lam. Setelah tenggang waktu yang cukup lama pada waktu kepemimpinan masjid di pegang oleh Mbah Kyai Ismail bin Umar sekitar tahun 1957, khaul diteruskan oleh beliau dan itupun kecil- kecilan di Masjid bersamaan dengan acara 10 Syuro (syuronan). Itupun tidak lama karena Mbah Kyai Ismail mengundurkan diri dari kepemimpinan karena sakit terus menerus konon tidak kuat dikarenan Penagon lebih kuat dipegang oleh pendatang seperti Mbah Sayyid dan Mbah Syamsuri. Kongkritnya setelah keluar dari kepemimpinan beliau sehat. Kemudian setelah itu kepemimpinan di pegang oleh mbah Kyai Yusak sampai wafat sekitar tahun 2006. Awal kemimpinannya atas inisiatif dari Mbah Kardi (waktu itu yang menjabat menjadi Kamituwo Penagon) dalam masalah haul juga dijadikan satu dengan selamatan 10 Syuro di Masjid Penagon dan begitu pula Mbah Kyai Yusak juga mengadakan khaul khusus Mbah Syamsuri setiap tanggal 11 Bakda Mulud/ Rabiul akhir. Sekitar tahun 1993 terjadi perubahan yang signifikan. Khaul diadakan oleh masyarakat dengan mengadakan pengajian umum inipun mendapat tantangan keras oleh sebagian masyarakat yang kontra pada waktu itu. Akan tetapi usaha keras dari para pemuda dan dukungan dari para sesepuh walaupun hanya sebagian saja Alhamdulillah terlaksanalah pengajian tersebut dan beberapa kali TPQ Darul Falah juga ikut andil berpartisipasi dalam acara Khotmil Qur’an. Adapun dalam acara khaul juga mendatangkan muballigh/pembicara yang tercatat dalam agenda adalah: Tahun 1993 oleh KH. Nur Arif Welahan. Tahun 1994 oleh KH. Ma’ruf Irsyad Kudus. Tahun 1995 oleh KH. Abdul Wahid Anwar Semarang. Tahun 1996 oleh KH. Hamzah Asnawi / badalnya Kudus. Tahun 1997 oleh Al Habib Umar Al Muthohar Semarang. Tahun 1998 oleh KH. Nur Arif Welahan. Di tahun ini dalam ziarah makam mendatangkan para Habaib diantaranya Habib Abdullah Al Hinduwan, Habib Hasan bin Ali Mayong, Habib Ahmad bin Hasan AlJufri Nalumsari, Habib Ahmad bin Ali Al Kaff Karang Randu Pecangaan Jepara. Tahun 1999 oleh KH. Abdul Wahid Bate Gede. Mulai tahun ini terkena gejolak politik akan tetapi bisa dilalui dengan aman dan baik-baik saja walaupun itu semua memerlukan waktu dan ujian yang tidak sedikit dengan kata lain ”TERGODOK DALAM KAWAH CONDRO DI MUKO”. Tahun 2000 oleh Jama’ah Al Khidmah (di Masjid). Tahun 2001 oleh Jama’ah Al Khidmah (di Musholla Nurul Hidayah). Tahun 2002 oleh Habib Umar Al Muthohar (di Musholla). Tahun 2003 oleh Habib Ali Zaenal Abidin (Banyuwangi) .Tahun 2004 oleh Habib Alwi bin Hasan Alydrus (Solo). Tahun 2005 oleh KH. Khoiruzzad dan KH. Ahmad Asnawi kudus. Dalam peringatan ini ada kejadian yang menakjubkan yaitu ada sinar bulan di tengah-tengah maulid berlangsung bukan rekayasa kejadian ini ada saksi hidup yaitu seorang wanita tua bernama Mbah Wasinah melihat dengan dua mata kepala ketika duduk di rumah shohibul bait (Mbah Abdurrahman), beliau melihat bulan itu dari arah timur dalam rumah berjalan kebarat saat itu Mbah Wasi tidak bisa bicara apa-apa melihat kejadian itu sinar bulan terus berjalan sampai di panggung tengah maulid. Saat itu juga bertepatan dengan pemotret (Selamet Khoiri bin Munjari) terjadilah masuk ke film foto bisa diabadikan sampai sekarang. Dan anehnya lagi teman duduk mbah Wasinah (Mbah Suri) juga tidak bisa melihat padahal sudah di isyaratkan kepadanya oleh tangan Mbah Wasi. Tahun 2006 oleh KH. Makin Pecangaan Jepara. Pada tahun ini juga ada kejadian yang luar biasa yaitu banjir besar sebab hujan yang lama turun. Tahun 2007 oleh KH. Noor Halim Ma’ruf Kudus. Tahun 2008 KH. Mahfudh Ma’ruf Kudus. Tahun 2009 oleh KH. Ahmad Asnawi Kudus. Akhir Tahun 2009 oleh KH. Khoiruzzad Kudus. Tahun 2010 oleh Habib Umar Al Muthohar Semarang. Tahun 2011 oleh Habib Umar Al Muthohar tapi tidak hadir karena menghadiri haul Wali sepuh (Mbah Kyai Telingsing dan Mbah Sunan Muria) sehingga waktunya tidak memungkinkan dan di gantikan oleh Habib Abdullah Al Hinduwan yang setiap haulnya Mbah Sayyid sebagai pembaca manaqibnya. Semasa kami mendatangkan KH. Khoiruzzad Turaichan Ajhuri Es Syarofi (Tajussyarof) yang masih keturunan Kangjeng Sunan Kudus, ada dua keindahan dan keajaiban. Tahun 2005 yaitu ada sebuah bulan lebih besar sedikit terkena kamera foto. Ada saksi mata namanya Mbah Wasinah. Ketika beliau mengikuti acara haul beliau melihat bulan dirumah kami yang berjalan dari arah timur ke barat kemudian sampai ketengah-tengah maulid semua orang tidak melihat sampai teman sampingnya pun tidak melihatnya. Foto bulan tersebut setelah ketahuan di cuci dan kami seleksi. Saat itu banyak orang memberi firasat dan isyarat juga pendapat yang berbeda-beda. Menurut Habib Abdullah bulan itu adalah ilmu penerang dari shohibul haul yaitu Mbah Sayyid Thoyyib Thohir dan Mbah Syamsuri. Menurut KH. Khoiruzzad yang telah di tanyakan kepada ahlinya bulan itu adalah sinar datangnya Rasulullah Muhammad SAW dengan alasan dalam acara maulid dan haul ini tidak tercampur dengan yang berbau maksiat tapi menurut pendapat kalangan banyak, sinar tersebut adalah Rasulullah SAW. Kedua pada tahun 2009 akhir tepatnya, pada malam Selasa Legi 12 Muharram 1431/28 Desember 2009 satu hari setelah khaul yaitu hari Rabu sore ”Inna lillahi Wainna Ilaihi Rajiuun Hadlratussyaikh KH.Abdurrahman Wahid (Gus Dur) meninggal dunia. Beliau merupakan cucu pendiri NU KH. Hasyim Asy’ari, mantan Presiden RI ke 4, Ketua PBNU pusat, Presiden dunia lintas agama, Presiden rakyat, Bapak bangsa dan segudang predikat yang beliau sandang tetapi tidak satupun yang beliau tuju ataupun menempel di hati beliau, tujuan beliau adalah Ridlo Allah SWT (اِلَهِىْ اَنْتَ مَقْصُوْدِيْ وَرِضَاكَ مَطْلُوْبِيْ) Beliau rela mengabdi atau khidmah kepada bangsanya, masyarakatnya yang tidak sedikit cobaan dan godaannya yang justru beliau terangkat derajatnya melebihi semuanya karena ketabahan dan kesabarannya itu yang tidak di miliki kebanyakan orang-orang pada umumnya. Beliau sering mengumandangkan sholawat Burdah, I’tiraf, dan Dzikir Sufi. Akhir sebelum wafat beliau sering bersenandung: "اِلَهِىْ لَسْتُ لِلْفِرْدَوْسِ اَهْلاً وَلاَاَقْوَى عَلىَ النَّارِالْجَحِيْمِ فَهَبْ لِيْ تَوْبَةً وَاغْفِرْذُنُوْبِيْ فَإِنَّكَ غَافِرُ الذَّنْبِ اْلعَظِيْمِ " ini semua yang pernah di lakukan oleh Assayyid Thoyyib Thohir semasa hidupnya sebagai bagian Ibadillahis Sholihin yang terkasih di Haribaan Allah SWT dan sebagai pengikut serta pendamba Rasulullah SAW. Mari kita baca fatihah khusus untuk beliau (Alfatihah….. ) Demikian sejarah Assayyid Thoyyib Thohir masalah kebenarannya Wallahu a’lam. Pepatah mengatakan “historis is historis” sejarah adalah sejarah dengan itu semua, paling tidak kita semua ada sedikit tambahan wawasan untuk memperkaya dan mendalami serta menghayati indahnya ciptaan Allah SWT yang telah terjadi dalam berputarnya roda kehidupan yang tidak begitu jauh mulai awal kehidupannya sampai akhir wafatnya walaupun berbeda episode dan judulnya. Orang-Orang yang tau apa itu sejarah mereka tidak gampang melupakan asal-usulnya (lali weton) dari mana, untuk apa, kemana, apa tujuannya, untuk siapa dia hidup yang ada adalah berhati-hati dalam semua yang akan di lakukan untuk mencari Ridlo Allah SWT. Di dalam membaca sejarah ini kami suguhkan para priyagung yang menjadi perantara untuk mempermudah tercapainya hajat dengan niat supaya bermanfaat dan berkah. kami kumpulkan beberapa bait dalam sebuah bahar rojaz : Muhammadun Abdul Qadir Thoyyib Thohir Wali Songo Syamsuri Musa Khodlir Raden Fatah Syadzali Mutamakkin Subakir Mahfudh Abdul Jalil Yasin Sewo Negoro Ahmad Dipo Kusumo Abdul Kohhar Syaikh Kholil Suryo Kusumo Ja’far Shodiq Umar Sai’d Amir Hasan Abu Syamsuddin Auliya Irrahman Washollallah Sayyidina Muhammadin Wa alihi wasahbihi wattabi’in Infa’na bil barakah warrahmah Natlu ilaiha wabisirril fatihah Liridlo illah wabisyafa ati rosuliilah SAW syaiun lillah lana walahu walahumul fatihah……..(baca alfatihah). 10. NAMA KH. SYAMSURI Untuk nama Syamsuri ini nama asli pemberian dari orang tuanya (Kyai Muhammad Rais). Dalam bahasa arab, bila satu kalimat maka belum ditemukan artinya. Akan tetapi bila dua kalimat Syamsu-ri maka berarti matahari dan melihat. Kalau diterjamahkan secara bebas adalah melihat sinar yang terang benderang atau sinar yang terlihat jelas. Mungkin dengan nama ini orang tua beliau menginginkan anaknya supaya menjadi orang yang terang dan menerangi segalanya dengan ilmu dan hikmah yang diberikan Allah kepadanya. Ketika beliau usai menunaikan ibadah haji beliau tabarrukan nama yaitu ”Muhammad Nur Hasan Thoyyib” yang artinya seorang yang terpuji yang punya cahaya bagus nan indah. Dengan nama ini beliau semakin masyhur dalam ketokohannya baik dari ulama’nya thabibnya’ dan kesufiannya. Ada lagi beliau terkenal Dengan sebutan “ WALI NGISOR GUNUNG TORENGGO“. Maksudnya dengan ketenaran beliau sebagai orang besar yang bermukim (domisili) di daerah kecil yaitu Penagon. Daerah itu kalau dilihat dari selatan, persis bagaikan dibawah Gunung Sapto Renggo dengan segala keindahannya. Padahal sebelah utaranya masih ada beberapa desa menuju Gunung Sapto Renggo seperti bendanpete, ngetuk (kaki gunung) dan bate gede (lereng gunung) sampai sreni. Kalau dilihat dari arah selatan gundukan Gunung Sapto Renggo adalah yang paling tinggi dan besar disitu terkenal adanya puncak songo likur (29) istilah puncak tertinggi. Dan di daerah itu pula masih banyak pertapa-pertapa yang bersemedi dengan begawan-begawannya. Dan juga masih rawan binatang-binatang hutan seperti kera, macan ular dan lain sebagainya. Daerah sebelah timurnya terkenal dengan gunung muria yang di situ tinggal sebuah makam dari pada wali songo yaitu “Raden Umar Said (Sunan Muria) bin Raden Syahid (Sunan Kalijaga). Disinilah keindahan Sapto Renggo dan Muria sebagai deretan dan gabungan gunung indah sebagai paku bumi dan ayat-ayat Allah SWT. 11. SIAPA KH. SYAMSURI Mbah Syamsuri adalah pendatang dari daerah Jabal Khair (Jebol). Beliau datang ke Penagon ada yang mengatakan bahwa ketika kecil sampai dewasa beliau sering ikut ayahnya berdagang sampai ke Penagon. Dilihat ada haibah atau kewibawaan yang keluar dari wajah Mbah Syamsuri. Ada tokoh masyarakat yang bernama ”Mbah Joyo Wongso”( carik Penagon) saat itu ceritanya yang menjabat sebagai petinggi adalah Mbah H.Abdul Syukur. Selanjutnya Mbah Joyo Wongso meminang Mbah Syamsuri muda untuk menjadi suami putrinya “Mur”. Yang akhirnya Mbah Syamsuri menikah dengan Mbah mur dan bermukim menjadi orang Penagon. Habib Hasan bin Ali As Syihab Mayong mengatakan bahwa Mbah Syamsuri ke Penagon sampai menetap di Penagon semata-mata perintah dari Mbah Sayyid Thoyyib Thohir untuk mensyi’arkan agama atau menerapkan syari’at islam yang masa itu masih terbelakang. Mbah Syamsuri adalah seorang keturunan darah biru dari mataram putra Kyai M. Rais putra Kyai Abdul Ghoni putra Kyai Haji Hasan Bisri (akal bakal desa Jabal Khair) keturunan Nglau, Bunggoro, Pati Mupusan, Pasir Negaren Demak. Mbah Buyut Pasir berasal dari Mataram. Nenek beliau, yaitu istri Mbah Hasan Bisri dari Padurenan keturunan dari Candi Eyang Singopadon. 12. SEMASA HIDUPNYA. Sewaktu usia muda Mbah Syamsuri tergolong anak yang cerdas, terampil, pemberani, berjiwa besar, santun lemah lembut serta berwibawa (kharismatik). Beliau sayang terhadap masyarakat, belas kasihan terhadap fakir miskin, mencintai anak kecil, menghormati dan menghargai yang lebih dewasa atau tua. Walaupun beliau keturunan darah biru, beliau tidak tertutup hatinya dengan nasab dan derajatnya untuk menghargai orang lain. Beliau sangat tahu bahwa orang yang menyombongkan keturunannya maka akan terhalang (hijab) berkah orang-orang yang telah di sombongkan atau para leluhurnya. Mbah Syamsuri kalau terhadap Habaib atau para Syarifah sangat ta’dzim sekali dan patuh apa yang di perintahkannya. Beliau kalau memanggil Habib dengan sebutan “NDORO” kalau Syarifah dengan sebutan “WAN”. Suatu ketika beliau dimintai sebuah radio oleh Al Habib Abdullah bin Umar Al Kaff Kudus yang makamnya di Mujannah (makam khusus para cucu Rasulullah SAW di selatan madrasah Ma’ahid sebelah timur Makam Sedio Luhur Krapyak Kudus). Radio beliau diberikan pada Habib Abdullah, padahal waktu itu harganya cukup mahal karena tidak semua orang punya radio dan itupun beliau serahkan sendiri kepada Habib Abdullah Al Kaff. Suatu ketika Habib Abdullah menguji lagi supaya Mbah Syamsuri berlari kekanan kekiri diatas rel kereta api jurusan Mayong-Kudus, tidak boleh berhenti kalau tidak disuruh berhenti dan Mbah Syamsuri pun melaksanakannya dengan khidmah. Setelah itu Mbah Syamsuri disuruh Habib Abdullah ziarah makam Mbah Buyutnya yaitu Mbah Hasan Bisri Jebol. Disana Mbah Syamsuri dijumpai oleh Mbahnya tersebut dan bersabda serta mendoakannya “Hai Syamsuri olehmu taat lan nglayani Habib saiki hasil hajatmu lan kabeh ilmu kuwe ngerti (futuh)”. Pada saat itulah Mbah Syamsuri menjadi faqih ‘allamah dan waskitha (kasyaf). Padahal beliau tidak sekolah sampai kemana-mana kalau ditanyai masalah agama terus dijawab dan ditunjukkan ma’khodz kitabnya (refrensinya). Beliau adalah guru ilmu alat seperti Nahwu alfiyah Ibnu Malik. Diantara muridnya adalah Mbah Syarbini Penagon. Dan juga ilmu shorof yang diantara muridnya adalah Mbah KH. Ali Mansur Nalumsari (Misananya). Mbah syamsuri juga guru tauhid termasuk Syarah Hikam yang diantara muridnya adalah Mbah KH. Basyari Penggung Balekambang seorang pecinta dan penganut jama’ah Assyahadatain ABAH UMAR CIREBON sekaligus teman HABIB ALI MAYONG. Konon cerita dari Mbah Ma’ruf Asnawi Kudus bahwa Mbah Basyari punya kelebihan yaitu ketika pulang dari bepergian beliau lewat sungai sebelahnya yang baru banjir, beliau memejamkan mata bertawassul kepada Abah Umar tiba-tiba sudah berada dirumah. Kembali pada kisah Mbah Syamsuri, beliau adalah guru ilmu tauhid kalangan bawah (awam) mengajarkan mu’taqad seket (50) kepada masyarakat dan juga Alqur’an Alif Ba Ta. Beliau juga menerbitkan kitab tauhid karangannya sendiri yang bernama ”USHULUDDIN FI ILMITTAUHID ALA TAQRIRI FAHMIL ‘AQAID” Tidak mengenal usia walaupun sudah tua masih sempat ngaji kepada salah satu ulama Kudus yaitu MBAH UMAR Wergu Kulon yaitu ngaji Kitab Dasuqi ala Ummil Barohin, belajar tahlil kepada Habib Aqil Mayong, belajar tarekat sampai menjadi Mursyid Tarekat Khalwatiyah Samaniyyah. Kata Habib Abdullah Al Hinduwan, Habib Hasan Mayong dan juga Mbah Ma’ruf Asnawi Kudus bahwa Mbah Syamsuri tarekatnya adalah Syathariyyah dari Syaikh Muhammad Jenamin Kuanyar Mayong. Setelah beliau menjadi mursyid tarekat / thoriqoh beliau punya murid yaitu Habib Ali Mayong bin Syihab. Ketika kemursyidannya akan diturunkan kepada Habib Ali, Habib Ali tidak sanggup. Yang kala itu tarekat tersebut termasuk minoritas sedikit pengikutnya cara pembaiatannya tidak banyak-banyak malahan bisa guru dengan satu murid ditempat sunyi dan juga ada yang ditengah sawah dan lain-lain. 13. PERJUANGANNYA Setelah menetap di Penagon Mayong Jepara, beliau menerapkan taktik perjuangannya, sebagai sentral adalah membangun Masjid yang dulunya hanya sebatas seperti langgar kecil lama kelamaan masyarakat antusias berbondong-bondong pergi ke Masjid untuk beribadah walaupun tidak menutup kemungkinan ada yang sebatas pergi kemasjid untuk tidur dan langsung pulang. Dengan berkembangnya zaman, masyarakat tambah meningkat imannya dengan rajin sholat dan ibadah lainnya. Seusai sholat berjama’ah diadakan ngaji Al Qur’an sorogan dan tauhid wujud qidam baqa’ (mu’taqad seket). Lebih-lebih jika memasuki bulan Ramadlan masjid sangat ramai untuk mengisi kegiatan islami seperti darusan, tarkhiman, medalin, sholat tarawih yang pada saat itu di mulai paling awal jam 9 malam, bisa jam 10, atau jam 11 sampai waktu tarkhim dikarenakan menunggu Mbah Yai Syamsuri dari istirahatnya.Walaupun begitu para santri atau masyarakat tetap antusias menunggunya. Mbah Yai senang mauludan terutama maulid Albarzanji. Beliau mewariskan maulid kepada murid-muridnya terutama qasidah-qasidah klasik dan terbang papat yang masih eksis sampai sekarang yang dulunya di masjid yang kemudian pada zaman kepemimpinan Bp H.Wardoyo dilaksanakan dirumah-rumah sebagai jam’iyyah mauludan, malam selasanan. Jam’iyyah tersebut diketuai oleh Bp. Abdurrahman, sekretaris oleh Bp. Muslih merangkap protocol, bendahara oleh Bp. Zubaidi serta diisi santapan rohani oleh Bp. Wardoyo (Fathul Qarib), Bp.Zubaidi (Riyadhus Sholihin), Bp. Ahmad Kuwat (Uqudul Lijain), Bp. Fadloli (Bulughul Marom), Bp. Muslih (Sullam Taufiq), dan Qori’ oleh Ustadz Masykur, Sulikan, Nur Amin, Ahmadi, Hanif. Kegiatan tersebut dimulai ba’dal isya’ sampai jam 12 atau jam 1 malam. Kegiatan ini berlangsung sampai tahun 1999 dan facum sebelumnya tahun 1997 sampai 1998 karena terkena imbas panasnya politik. Pada tahun 2000 maulid pindah ke Masjid yang tentunya ada nuansa politik secara paksa yang di pelopori sebagian orang yang akhirnya taslim atau insaf dan Alhamdulillah mauludan masih berjalan sampai sekarang di Masjid pada malam senin. Di Musholla kami Nurul Hidayah juga diadakan Multi Maulid (Barzanji, Simthut duror, Dziba’, Qasidah Burdah) pada malam kamis yang sebelum bertempat di musholla kegiatan itu di adakan dirumah kami. Untuk mengikuti zaman, maulid sekarang sedikit modern demi merangkul anak-anak sekarang supaya tetap cinta maulid Rasul SAW. Kembali ke sejarah Mbah KH. Syamsuri Penagon beliau juga cinta tahlilan, khaul dan melestarikan adat pendahulu yang tidak melanggar syari’at islam. Beliau pernah dimintai datang untuk merestui acara Maulid Nabi SAW sekaligus peresmian Madrasah Diniyyah Sabilul Huda Nalumsari. Beliau juga sering mendatangi buka luwur Kangjeng Sunan Kudus yang juga menepati 10 Muharram khaulnya Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Mbah Syamsuri pun mengadakan khaul yang diawali acara membuat barokah kembang lamzau yang khasiatnya untuk kekebalan dan lain-lain. Mbah Syamsuri mengadakan khaul yang didanai sendiri disamping memang beliau itu tajir kaya raya beliau juga khawatir kalau dibuat system iuran masyarakat. Beliau khawatir kalau Shohibul Khaul tidak ridlo dan sebaiknya ala kadarnya saja. Beliau kala itu mempunyai mobil yang pada masa itu orang yang punya mobil masih bisa dihitung jari seperti Niti Semito (wafat Sabtu Kliwon 7 Maret 1953 Kudus) dan Bupati. Mbah Syamsuri sendiri adalah tuan tanah yang mempunyai Pabrik Rokok Jambu Kletuk dan sebagainya. Semua itu untuk perjuangan dan khidmah kepada para Habaib Dzurriyyah Nabi SAW. Perjuangan beliau memang bukan dari segi harta benda saja yang di keluarkan tapi tenaga fikiran dan spiritual yang kala itu butuh banyak kesabaran dan kebijaksanaan seperti para Wali Songo menghadapi masyarakat yang plural dalam kejawennya. Tidak berhenti itu saja Mbah Syamsuri membangun pondok - pondok untuk para santri yang belajar (ngaji). Masa berkembang orang- orang yang ngaji bertambah banyak tidak hanya orang sekitar akan tetapi dari luar daerah juga banyak bahkan ada yang dari Tuban Jawa Timur (seorang habib), dari Cirebon (Mbah Syamsuri Keramat) karena ketika sebelum dilaksanakan sholat jama’ah, tempat wudlu terlihat antri. Mbah Syamsuri Cirebon minta izin kepada Mbah Yai Syamsuri Penagon untuk pulang ke Cirebon untuk mengambil wudlu, tiba-tiba sesaat kemudian sudah sampai di Penagon untuk sholat berjamaah. Semua yang ngaji kepada Mbah Syamsuri diberi makan dan ceritanya setiap hari Selasa. Perlu diingat apalagi kalau yang datang itu Habaib atau Syarifah penghormatannya pasti istimewa. Banyak para murid daerah seperti Kudus (Mbah Asyrof bin Masruchin keturunan Mbah Singopadon) Kerjasan Kudus yang sudah menjadi orang pintar walau beliau mengaku orang bodoh. Tamu beliau sangatlah banyak, khususnya dari kalangan pejabat dan semua lapisan agama. Sebelum meninggal beliau berpesan “jangan suka menilai orang”. Di antara tamu beliau adalah Mbah Qarnain Kudus yang sampai sekarang masih ditemui Mbah Syamsuri ketika ada masalah-masalah penting. Dan masih banyak lagi seperti Mbah Sahil Sinanggul Mlonggo yamg menjadi saksi sifat kedermawanannya dan keramatnya mbah Syamsuri Penagon. 14. KERAMAT-KERAMAT NYA Keramat adalah suatu kemuliaan yang diberikan Allah Ta’ala kepada wali-waliNya seperti mu’jizat yang diberikan kepada nabi-nabinya. Banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menerangkan tentang Waliyullah: اِنَّ وَلِيِّيَ الله ُالَّذِيْ نَزَّلَ اْلكِتَابَ وَهُوَ َيتَوَلىَّ الصَّالِحِيْنَ الاَعْراَف9/196 Artinya: “Sesungguhnya pelindungku adalah Allah yang menurunkan Al qur’an dan Dia melindungi orang-orang yang shaleh”. اَلاَ اِنَّ اَوْلِياَءَ اللهِ لاَخَوْفٌ عَليَهِمْ وَلاَهُمْ يَحْزَنوُنَ (يونس 11 /65) Artinya: “Ingatlah sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak ada rasa sedih”. نحَنُ اَوْلِياَءُكُمْ فِى اْلحَياَةِ الدُّنْياَ وَفِى الاَخِرَةِ (فُصِّلَتْ 24 /31) Artinya: “Kami adalah pelindungmu didunia dan di akhirat”. اَلوَلِيُّ مَنْ يَتَوَلَّى جَمِيْعَ اَوَامِرِ اللهِ حَتَّى يَتَوَلَّى الله ُجمَيِْعَ اُمُوْرِهِ Artinya: ”Wali adalah orang yang bisa menguasai (menjalani) semua perintah-perintah Allah sehingga Allah menguasai (menuruti) semua urusan-urusannya”. Selanjutnya pengertian keramat adalah sesuatu yang luar biasa (khowariqul adat) yang diberikan Allah kepada wali-wali atau kekasihnya seperti Allah memberikan mu’jizat kepada nabi-nabinya bedanya kalau mu’jizat tidak bisa di kasab (dicari) tapi kalau keramat sebagian ulama’ ada yang mengatakan bisa diusahakan dan ada yang tidak bisa diusahakan seperti yang diterangkan dalam kitab Tuhfatul Murid Syarah Jauhar Tauhid. Keramat bisa keluar dengan sendirinya tanpa di sadari wali itu sendiri dan ada yang memang dikeluarkan sang wali menurut kejadian dan kebutuhan (muqtadlol hal) tentu semua itu dengan izin Allah Ta’ala. Perlu diingat keluarnya keramat bukan menjadi tujuan apalagi kebanggaan, tujuan beliau adalah mencari Ridlo Allah Ta’ala. Oleh karena itu ketika keramatnya keluar sendiri, beliau cepat-cepat menutupinya karena khawatir terjadinya fitnah sekaligus menjaga kepada orang awam (mastur). Beliau takut kepada Allah Ta’ala akan terjadi apa yang namanya ISTIDROJ (kejadian luar biasa yang keluar dari kaum fasiq). "وصاحب الكرامة لايستأنس بها بل يشتد خوفه ان ذلك استدراجا" ِِArtinya: “Wali itu tidak membanggakan keramatnya akan tetapi dia sangat khawatir sesungguhya bila itu istidraj (bahasa jawanya penglulu). Alhasil wali adalah hamba Allah yang shaleh taat semua perintah Allah dan Rasulnya melakukan semua kewajiban dan mampu mengaplikasikan secara total kesunahan-kesunahan secara istiqamah (konsisten). Adanya keramat itu semata-mata fadlol dari Allah Ta’ala. Apabila nabi itu ma’shum (terhindar dari dosa) maka wali adalah mahfudh (terjaga tidak melakukan dosa). Ma’shum ialah tidak akan dan tidak mungkin melakukan dosa dan kemakruhan kalaupun pernah melakukan kemakruhan itu sebatas masyru’ah atau perintah yang lihatkan dan diberitahukan ummat bahwa itu makruh (kalau dilakukan tidak medapat pahala kalau di tinggalkan mendapat pahala). Alhasil khusus nabi melakukan kemakruhan seperti itu malah mendapat pahala kalau tidak diberi tahukan maka ummat tidak tahu apa itu makruh. Mahfudh adalah terjaga tidak melakukan dosa kalaupun terjadi pasti tanpa sengaja beliaupun cepat-cepat minta ampun (taubat) jadi seperti tidak melakukan dosa karena sudah terampuninya. Kalaupun ada wali sampai melakukan dosa besar hingga mati itupun jarang sekali paling sebatas contoh dan menjadi hak prerogative Allah yang mempunyai sifat jaiz yaitu fi’lu kulli mumkinin autarkuhu atau sifat qadrat iradat Allah yang ta’alluq kepada mumkinat. Jadi terserah Allah (la yus alu amma yuf’alu wahum yus alun) seperti Kyai Barseso, Bal’an bin Baurroh dan lain sebagainya. Adapun kewalian Mbah Syamsuri sudah masyhur dan diakui khalayak banyak termasuk Habib Ali Mayong. Diantara keramat-keramat beliau adalah: 1. Bisa bertemu Mbah Sayyid Thohir 2. Mbah Sayyid menyebut namanya ketika bertemu Habib Ali Mayong. 3. Shufi, wara’, zuhud sampai mencapai ma’rifatullah. 4. Mursyid Tarekat Khalwatiyyah Samaniyyah dan Syathariyyah. 5. Puasa 9 tahun tanpa makan yang ada nyawanya. 6. Memberi makan ratusan santri dengan hanya satu wakul nasi (seperempat kilogram beras rojo lele). 7. Kaya dan zuhud seperti Imam Syadzili. 8. Ada orang yang selingkuh tiba-tiba kemaluan istrinya buntet atau tertutup dia bingung karena tidak bisa mengumpuli istrinya lantas sowan kepada Mbah Syamsuri padahal Mbah Syamsuri sudah tahu apa yang terjadi pada orang itu yaitu berdosa karena selingkuh wanita lain. Setelah dia taubat, lalu Mbah Syamsuri menyobek sepotong kain bersamaan sobeknya kain, sobeklah kemaluan istrinya alias sembuh. 9. Faqih dan ‘Allamah bisa beberapa bahasa walaupun tanpa sekolah kemana-mana ketika beliau ditanyai tentang hukum beliau terus menjawab beserta dalil dan kitabnya. 10. Ngerti sebelum winarah (waskitha) Ma’rifat dan kasyaf tahu gerak-gerik Habib Ali Mayong. 11. Mengetahui Habib Ali belum cebok seusai buang air kecil padahal Habib Ali sebatas pingin tahu keramat Mbah Syamsuri. 12. Baiat tarekatnya di Jabal Qabis Makkah. 13. Tarekatnya bisa menghalangi belanda ketika dicari dan digledah di rumahnya padahal Mbah Syamsuri baru wudlu di masjid belanda tidak tahu sehingga selamat. 14. Bisa melihat penjuru arah empat yang jauh menjadi dekat. Peristiwa ini terjadi ketika Mbah Kyai Ismail (keponakan dari istrinya) ingin mendapat ilmu seperti Mbah Syamsuri. Lalu Mbah Syamsuri mengajak ke masjid dan mengambil sorot atau senter kemudian di suruh menghidupkan dan melihat arah empat. Akan tetapi Mbah Isma’il tidak melihat apa-apa. Kejadian ini menandakan bahwa beliau belum bisa berhasil. Mbah Syamsuri berkata : “Kuwe durung kuwat kuwe tak wenehi Sholawat lan Lahaula wala quwwata illa billahil aliyyil adhiim X 100 woco bar sholat ferdlu mengko ono dewe” (maksudnya suatu ketika ada yang seperti Mbah Syamsuri ilmunya). 15. Diberi tahlil oleh Habib Aqil Mayong sampai waskitha. 16. Ketemu Mbah Buyutnya (Mbah Hasan Bisri) yang sudah wafat. 17. Disuruh minum arak tapi disabda menjadi limun. 18. Ketika ada orang yang mencuri kacangnya lalu dilempari krikil batu punggungnya terus sakit membusuk sampai mati. 19. Ada orang yang mencuri padinya, lalu Mbah Syamsuri berdoa setelah dilapori bahwa ada orang yang mencuri padinya“ Ya Allah kulo mboten pingin dilapuri” seketika orang itu aboh membesar badannya penuh padi. 20. Ada orang yang mencuri kelapanya yang masih ada dipohon seketika orang itu tangannya kaku tidak bisa digerakkan baru setelah minta maaf baru bisa sembuh. 21. Dulu saat sore-sore Mbah Syamsuri duduk-duduk diteras masjid pada waktu itu juga orang - orang sama ngucul ( memandikan kerbaunya kesungai). Setiap sampai di depan Masjid biasanya mereka turun. Namun ada diantara mereka yang tidak mau turun. Kemudian diketahui oleh Mbah Syamsuri beliau berkata: “lho kok ora medun engko yen tutuk kidul lheh tibo” tiba-tiba orang itu jatuh beneran. 22. Pergi haji pernah menaiki bluluk (buah kelapa yang tanpa isi). 23. Pernah dua kali foto Mbah Syamsuri di afdruk orang lain namun tidak bisa. 24. Membuat air bunga lamzau yang harum setiap 10 Muharram. Siapa yang minum maka badannya bisa kebal dari benda tajam. 25. Ketika Mbah Syamsuri ngaji kitab Dasuqi ala Ummil Barohin kepada Mbah Kyai Umar Wergu Kulon Kudus (keturunan padurenan), ketika Mbah Syamsuri belum datang sedangkan Mbah Kyai Umar sudah memulai ngajinya beliau tidak bisa membaca kitabnya entah kenapa tiba-tiba Mbah Syamsuri datang Mbah Umar berkata : “iki opo sing marahi ora teko - teko” sesampainya mbah Syamsuri datang barulah Mbah Umar bisa meneruskan bacaannya. 26. Guru ngaji kitab Hikam karangan Imam Ibnu Athaillah Assakandary. Diantara muridnya adalah Mbah KH. Basyari Penggung Balekambang Gemiring Lor. Beliau adalah seorang tokoh sufi penganut syahadatain ABAH UMAR BIN ISMA’IL BIN YAHYA PANGURAGAN CIREBON. Beliau pernah mengatakan bahwa Mbah Syamsuri pernah ketika berjalan ditengah hujan anehnya beliau tidak kehujanan dengan menggenggam jari jempolnya. 27. Sebagai Muallif Kitab Ushuluddin Fi Fahmil aqaid. 28. Terjadi angin besar saat di talqin oleh Mbah Kholil Gemiring Kidul sehingga mengurungkan niat untuk tidak menalqinnya. Lalu Mbah SHOLEH GLEGET MAYONG menceletus omongan” wong cah cilik kok marahi wong tuwo” terjadilah adu mulut kecil. Memang Mbah Sholeh benar, namun Mbah Kholil merasa di ingatkan tidak pada tempatnya sehingga merasa malu dihadapan para orang orang yang ikut takziyah yang waktu itu banyak dihadiri Ulama’ dari Kudus. Tiba-tiba saja Habib Ali Mayong datang melerai perselisihan tersebut dengan berkata: “wong tuwo-towo kok podo tukaran gowo rene tak talqine” kemudian akhirnya ditalqin oleh beliau Habib Ali Mayong. 29. Berkah Ijazah Sholawat dan La haula wala quwwata illa billahil aliyyil adhim, yang ketika itu di baca oleh Mbah Kyai Ismail diwaktu terjadi gencatan senjata Belanda di Kudus dan akhirnya beliau selamat. 30. Mempunyai gelar “wali ngisor gunung thorenggo”. 31. Diangkat sebagai KYAI oleh Mbah Sayyid Thoyyib Thohir padahal Mbah Sayyid sudah di alam barzakh. 32. Mbah Qornain Langgar Dalem Kudus (mantan pejuang 45 juga sebagai modin dan masih keturunan Sunan Kudus) pernah nyantri kepada Mbah Syamsuri, sampai sekarang kalau ada masalah Mbah Syamsuri masih mendatanginya. 33. Salamnya Mbah Syamsuri sampai kepada Mbah Fuadi (seorang wali sepuh asal Jumutan Kudus) padahal Mbah Fuadi sudah lama meninggal yang makamnya berada di Krapyak Kudus dibawah pohon pace (mengkudu) sebelah barat (bisa ditanyakan kepada tukang kubur). KH. Choiruzzad pernah bercerita : “Konon ketika itu Habib Muhammad Ba’aqil Kudus akan menunaikan haji. Beliau silaturrahim kepada Mbah Syamsuri untuk minta doa malahan Mbah Syamsuri titip salam kepada Habib Muhammad untuk Mbah Fuadi dengan berkata: “Ndoro kulo titip salam kagem Mbah Fuadi piyambake manggen ing lawang masjid mekkah tandane mbeto sandal teklek”. Setelah sampai di pintu Masjid Makkah beliau benar-benar bertemu Mbah Fuadi persis dengan ciri-ciri yang disampaikan. Namun anehnya Mbah Fuadi menjawab salam titipan lebih dahulu sebelum disampaikannya. ”Walaikumussalam sampeyan entuk titipan salam mbah Syamsuri kanggo aku ra”. 34. Mbah Syamsuri berhasil mendidik murid-muridnya hingga berhasil dengan beberapa cara (metode) walaupun kelihatannya pelajarannya rendah. Terkadang pelajarannya itu kelihatan tidak ngaji padahal melebihi ngaji karena dasar pokok semua ngaji yaitu ngajar alif ba’ ta’, jabar jir, wujud qidam, pijetan atau edak-edakan. Dengan pijetan (memijat) Mbah Syamsuri inilah yang dimaksud ngaji diatas ngaji sebab kulit si murid bisa menempel langsung melihat langsung sedekat-dekatnya dengan sang guru (mursyid). 35. Sifat zuhudnya sampai mobil jip milik beliau di kubur diselatan Masjid. Yang pada waktu itu yang punya mobil hanya Mbah Syamsuri, Rokok Delima, Rokok Jambu Kletuk, Bupati dan Niti Semito. 36. Masjid Mbah Syamsuri yang kelihatannya kecil tetapi muat tidak kurang dari 500 santri tiap hari ada yang ngaji terutama hari senin dan kamis. 37. Ada orang yang sakit budek (tuli) ditiup telinganya oleh Mbah Syamsuri langsung sembuh, gara-gara dia mengganggu istri orang lain. 38. Ada orang minta obat disuruh mengambil Degan hijau yang pohonnya doyong ke barat utara (barat laut) dan kembang kuburan yang menjadi isyarat bahwa orang yang di mintakan obat akan meninggal dan benar orang tersebut meninggal dunia. 39. Wafatnya Mbah Syamsuri di ta’ziyahi lautan manusia terutama para Kyai, Ulama’ dan Habaib sekitar tahun 1956 M. 40. Mbah Syamsuri kalau mengobati pasien dengan membaca syahadat. 41. Beliau berkata: ”Kalau ingin hidup bahagia memperbanyaklah sujud syukur sebelum shubuh dengan niat terima kasih atas ni’mat, minta ampun atas segala dosa, minta hajatnya di kabulkan oleh Allah Ta’ala”. 42. Wasiat Mbah Syamsuri yang berisi: “kalau kita ingin cepat naik haji maka kita harus senang membantu orang-orang yang berangkat haji (rewang-rewang). Kalau kita pingin punya anak timanglah anak orang lain disertai do’a dalam hati minta kepada Allah supaya cepat diberi keturunan dan lain-lain. 43. Mbah Qarnain berkata: “Aku naliko haji numpak kapal mlebu ora mbayar ono kang nyegat nakoni tapi selamet sebab dituntun Mbah Syamsuri (khodam)”. 44. Cincin Mbah Syamsuri ketika ditaruh di blumbang belakang masjid seketika air blumbang menjadi merah semua. 45. Cincin Mbah Syamsuri keluar dari makamnya di posisi atas sebelah utara dari nisannya. 46. Pakaian Mbah Syamsuri adalah serban dan jubah putih (pakaian para Mursyid). 47. Foto Mbah Syamsuri ketika di tempelkan di dinding maupun lainnya dan tanpa di restui oleh beliau maka foto itu akan jatuh. Konon dulu kalau beliau difoto tidak bisa menghasilkan gambar kalaupun bisa hanya sebatas foto persyaratan administrasi haji. 48. Orang Jepara (Kedung cino) ketika akan membangun Masjid sowan ke Mbah Syamsuri sekaligus akan ziarah ke Sunan Muria. Setelah sampai ke Mbah Syamsuri mereka di beri pesan supaya tiang-tiang masjid nanti di tutup pada bagian atas dan bawah dan kalau kamu ke Muria nanti akan bisa cepat. Beberapa waktu kemudian Masjid tersebut sudah berdiri dan orang-orang yang lewat berkata “masjid wali iku” itu masjid wali dan juga mereka sampai ke Muria dalam waktu yang sangat singkat (thoyyul ardl). 49. Mbah Syamsuri bisa masuk kedalam pohon seperti Nabi Zakariyya ‘Alaihis Salam. 50. Menurut naskah Kyai Minhaj Jebol bahwa Mbah Syamsuri adalah keturunan Kyai Nur Hadi (Sunan Pupusan Pati) sampai Raden Fatah dari jalur Sultan Trenggono Demak. 51. Menurunkan gerimis. 52. Memberhentikan kendaraan diatas rel kereta api. 53. Memberhentikan kereta api ketika akan menabrak kendaraan. Al Kisah “ Ketika Mbah MAHFUDH Nalumsari menikah dengan Mbah SHOCHI terjadilah iring-iringan. Waktu itu Mbah SYAMSURI ikut dalam acara tersebut. Sesampainya dijalan banyak debu iring-iringan lalu Mbah Syamsuri berkata: “ ngeneiki ono grimis yo bleduke ilang” tiba-tiba turun gerimis. Dan dikala kendaraan iring-iringan terlalu cepat, Mbah Syamsuri mengingatkan” alon-alon wae” ternyata tidak mereka hiraukan. Tiba-tiba kendaraan macet pas diatas rel kereta api dan pada waktu itu juga kereta api lewat. Namun anehnya kereta api di stop oleh Mbah Syamsuri lalu kereta tersebut dengan spontan langsung berhenti. Akhirnya selamatlah kendaraan tersebut. 54. Menghilangkan tempat mesum. Al Kisah ” Ketika Mbah Syamsuri lewat ditempat sebelah selatan desa Nalumsari (yang sekarang rumah KH. Sholihul hadi) yang konon dulunya sebagai tempat mesum para mucikari. Mbah Syamsuri berkata: “ ora suwe nggon iku bakal kocar kacir”. Alhamdulillah para mucikari hilang dan tempat tersebut sudah tidak ada lagi. 15. MAKAM & PEMAKAMANNYA Makam Mbah Syamsuri bertempat di sebelah selatan makam Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Menurut Mbah Karni (mantan istri beliau) beliau wafat pada hari Kamis Wage sore malam Jumu’ah Kliwon 12 Ba’da Mulud 1376 / 15 November 1956 “Inna lillahi wainna ilaihi rajiun“. Banyak pelawat dan Muazziin (orang-orang yang berta’ziah) yang ikut dalam prosesi pemakaman tokoh ulama’ dan waliyullah itu. Beliau tidak meninggalkan keturunan namun hanya meninggalkan murid– murid dan orang – orang yang mencintainya. Kita semua merasa sangat kehilangan seorang tokoh yang menjadi tonggak kebesaran, naungan dan perlindungan dikala nestapa. Kita patut bersedih matinya agama, matinya ilmu dan hilangnya ilmu adalah wafatnya ulama’. Rasulullah saw bersabda : مَنْ لَمْ يحَْزَنْ بِمَوْتِ اْلعَاِلم فَهُوَ مُنَافِقٌ Artinya: “Barang siapa tidak merasa sedih atas meninggalnya orang alim maka dia adalah munafiq”. Kita tidak tahu bagaimana kehidupan setelah di tinggal beliau apakah semakin baik atau sebaliknya. Kapan dan akankah Mbah Syamsuri Mbah Syamsuri lain muncul lagi ditengah – tengah kita. Kewajiban kita yang di tinggalkan dan yang merasa cinta kepada beliau adalah menjaga dan melestarikan kesenangan kebiasaan peninggalan beliau dan lain sebagainya. Seperti kata maqalah : اَلمُْحَافَظَةُ عَلىَ اْلقَدِيْمِ الصَّالِحِ وَاْلاَخْذُ بِالْجَدِيْدِ اْلاَصْلَحِ Artinya : “Melestarikan amalan baik yang dilakukan ulama’ pendahulu dan mengambil yang baru yang lebih baik”. Kita haturkan hadiah fatihah kepada beliau dengan niat Tabarrukan wa ta’dhiman serta Ikraman semoga beliau di tempatkan di dalam Ridlo Allah setinggi-tingginya yaitu didalam surganya Amin (Alfatihah……) Dan semoga kita, keturunan kita, keluarga kita, serta para pecinta Mbah Syamsuri semua diberi berkah oleh Allah Azza Wajalla lewat asrornya, berkahnya, nurnya, ilmunya dan keramatnya dunia sampai akhirat. Amin Ya Rabbal Alamin. Dalam acara pemakaman di hadiri para Kyai, Masyayikh dan Habaib. Ada kejadian yang sangat unik yaitu ketika Mbah Syamsuri sudah dimakamkan tibalah waktu talqin, awalnya yang menalqin adalah Mbah Kholil Gemiring Kidul tiba-tiba ada sindiran ringan dari Mbah Sholeh Gleget Mayong dengan berkata : “wong cah cilik kok marahi wong tuwo“ seketika itu suasana menjadi hangat. Mbah Kholil yang tingkatannya Kyai malah ada yang mengatakan beliau adalah seorang wali ketika mendengarnya langsung sedikit emosi merasa malu di ingatkan di depan orang banyak walaupun perkataan mbah Sholeh itu tidak salah cuman kurang pas saja penempatannya. Waktu itu sebelum terjadi perselisihan dan perdebatan kecil, orang-orang sama tercengang hebat tiba-tiba ada angin besar sehingga kitab talqin Mbah Kholil sampai bertebaran. Tibalah Habib Ali Mayong yang melerai dan mendamaikan perselisihan tersebut dengan berkata: “Wong kyai-kyai kok koyo cah cilik gowo rene tak talqine“ dan penalqin akhirnya diambil alih oleh Habib Ali Mayong. Di sebelah barat makam Mbah Syamsuri ada makam yang menurut Mbah Syarbini itu adalah makam Muhammad Rais (ayah Mbah Syamsuri sendiri) dalam satu cungkup dan yang mencungkupnya adalah Mbah Kardi. Ada juga yang mengatakan bahwa Mbah Kyai Yusak bersama masyarakatlah yang membuat cungkup tersebut. Pembangunan cungkup pertama sekitar tahun kejayaan Mbah Syamsuri karena menurut tokoh masyarakat bahwa cungkup sudah ada sejak Mbah Syamsuri. Rehaban pertama pada hari Selasa Pon 17 September 1991 M. Rehaban kedua pada tahun 2008 oleh Bapak Siroj . 16. MAKAM BERNISAN BESAR Makam besar bernisan karang itu ada dua belas. Empat didalam lingkaran bata merah, empat lagi berada di selatan lingkaran bata merah, satu berada di pojok selatan (barat daya) lingkaran, satu lagi berada di sebelah barat Mbah Syamsuri dan dua di sebelah timur Canggah Singowijoyo yang kesemuanya belum diketahui siapa Shahibul Maqam. Konon yang ada di dalam lingkaran adalah keluarganya Mbah Mantri atau sekarang Mbah Muji bin Kastowijoyo Wallahu a’lam. Makam bercungkup ada dua. Pertama, adalah makam Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Kedua, adalah makam Mbah Kyai Syamsuri dan ayahnya. Makam bernisan karang kecil ada empat. Dua diantaranya adalah keluarga mbah Midi dan dua lagi adalah keluarga mbah Idris. 17. RANDU ALAS KROPAK & PINTU MASUK Randu alas adalah pohon yang hidup entah berapa ratus tahun hidupnya. Dua pohon yang besar diapit anak pohon yang kecil yang tumbuh indah di kanan kiri pintu masuk makam jalan yang utara. Pohon itu sebagai lambang kebesaran dua tokoh besar yang kuat, rindang melindungi bawahan patok-patok kecil. Pohon sebagai hunian burung-burung manyar serta singgahan burung-burung besar perkutut, derkuku, gagak, platuk bawang dan lain-lain. Sungguh indah dan mengasyikkan suasana yang sejuk di terpa angin sepoi–sepoi (semilir). Pohon yang mengingatkan kita akan kematian, mengingatkan desa kita tempat kembali kepada sang khaliq. Bila kita di tempat yang jauh kita tetap bisa melihat lambang desa kita itu (Pohon Randu Alas) dengan jelas. Ditambah lagi dengan pohon kropak (siwalan) yang indah apa lagi kalau diterpa angin dengan batang yang tinggi semampai yang akhir–akhir masa pohon Kropak tersebut di sambar petir. Suatu hari randu alas selatan disambar petir sehingga menjadikan Randu Alas itu tumbang memporak– porandakan bagian pagar lingkar bata merah dan beberapa patok kuburan yang ada di sekitarnya. Pohon itu tumbang kearah timur laut disamping makam Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Seusai tumbang pohon itu di tinggalkan tidak di urusi begitu lama lambang isyarat ini ada pertanda apakah? penduduk yang menyaksikan pasti mengerti jawabannya. Masa terus berlanjut, selang beberapa waktu tiba–tiba sebagian masyarakat merasa membutuhkannya tidak hanya yang tumbang yang di ambil tapi semua randu alas yang lain juga di ambil dan di babat habis. Kita mengambil tapi kita tidak terbayang untuk menanam. Kita memanfaatkan tapi kita tidak ingat anak cucu kita untuk menghayati dan mempelajari peninggalan leluhur kita. Kita kehilangan pamor suci penggugah hati dikala sunyi, peredam jiwa dikala nestapa, perekat bathin dikala terpana, mengharap sentuhan dan tetesan embun kasih dari Yang Maha Kuasa Allah Azza Wajall. وَضَرَبَ لَنَا مَثَلاً وَنَسِيَ خَلْقَهُ قَالَ مَنْ يُحْيِى اْلعِظَامَ وَهِيَ رَمِيْمٌ قُلْ يُحْيِيْهَا الَّذِيْ اَنْشََأهَا اَوَّلَ مَرَّةٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ (يس) Artinya : “Dan dialah yang membuat perumpamaan bagi kami dan dia lupa kepada kejadiannya. Ia berkata : “Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh?”. Katakanlah ia akan dihidupkan oleh Allah yang menciptakan pertama. Dia Maha mengetahui segala mahluk”. Pintu makam berdiri pada hari Senin Kliwon 5 Sya’ban 1393 / 3 September 1973. Adapun beteng pagar pintu masuk makam itu mempunyai filosofi penting para leluhur kita sudah membuktikan secara fakta dan realita bahwa ketekunan, keuletan dan ketelitiannya sangat luar biasa di banding kita. Kita tahu beberapa candi di Jawa, gapura masjid atau pintu masuk makam para wali yang arsitekturnya sangat bagus dan halus serta profilnya indah sekali. Dan tidak kalah pentingnya lagi kenapa Rasulullah SAW setiap kali masuk pintu supaya berdo’a baik rumah, toilet, akan makan dan lain sebagainya dengan do’a yang berbeda–beda. Semua perintah Rasul SAW baik yang wajib maupun yang sunnah pasti mengandung hikmah dan rahasia. Kalau kita ingkar juga pasti akan mendapat akibatnya . Maka dari itu, inilah rahasianya makam atau kuburan di balik perintah Rasulullah SAW yang terdapat pada pintu-pintu makam dengan mengucapkan salam : شَاءَ اللهُ بِكُمْ لاَحِقُوْنَ الَسَّّلاَمُ عَلَيْكُمْ يَادَارَ قَوْمٍ مُؤْمِنِيْنَ وَاِنَّا اِنْ Alkisah, Wali songo semua adalah berpredikat qutub (poros) yang artinya menjadi naungan oleh kaum dari segala penjuru. Dari wali songo sendiri ada porosnya poros (quthbul aqthob) atau yang di anggap sebagai ketua atau rajanya sebenarnya yang menjadi quthbul aqthob wali songo adalah MAULANA SYARIF HIDAYATULLAH (SUNAN GUNUNG JATI). Akan tetapi beliau merasa ada yang lebih tua yang menjadi ketua yaitu Raden Rahmatullah (Sunan Ampel). Kemudian mandatnya yang di amanatkan para wali songo kepada Sunan Gunung Jati diserahkan kepada Sunan Ampel sampai wafatnya. Kemudian Sunan Gunung Jati baru menerima mandat semula menjadi Quthbul Aqthob. Sunan Gunung Jati pernah menyuguhkan syahadat manunggal dari gurunya yaitu Syaikh DZATUL KAHFI dari RASULULLAH SAW kepada para wali songo dan diikuti para bangsa halus (jin). Setelah para wali songo meninggal dunia para jin berjanji akan menjaga gerbang atau pintu para wali tersebut sebagai khadam yang menghantarkan penziarah kehadapan para wali tersebut dengan cara mengucap salam dan membaca “SYAHADAT MANUNGGAL“ itupun kalau mereka punya syahadat lebih-lebih syahadat dari Sunan Gunung Jati yaitu : اَشْهَدُ اَنْ لاَاِلَهَ اِلاَّالله ُوَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلىَ اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسلَّمْ *2 وَسَلِّمْ 18. TOKOH & PENGIKUTNYA Tokoh adalah orang yang bisa mengemban masyarakat dengan segala kebijaksanaan dan cinta kasih sehingga terpancar pada diri orang tersebut mungkin dari ilmunya atau keturunannya terlebih dari Akhlaqul karimahnya menjadi suri tauladan (uswatun hasanah) bagi semuanya jadilah orang tersebut disegani bukan ditakuti dengan kata lain mempunyai jiwa kharismatik (haibah atau kewibawaan) Allah berfirman: لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو الله َوَاْليَوْمَ اْلاَخِرَ وَذَكَرَ الله َكَثِيْرًا Artinya : “Sungguh telah ada bagi kamu semua utusan Allah yang menjadi suri tauladan bagi orang-orang yang mengharapkan Ridlo Allah dan percaya hari akhir dan selalu mengingat kepada Allah”. (QS. Al ahzab) Pengikut dan pecinta ada dua kalimat yang hubungannya sangat erat (satu qadliyah) yang tidak bisa dipisahkan namun namanya manusia terkadang kurang faham dan menjadi salah faham karena tidak mau mencari kefahaman tersebut dengan memahami ayat: قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللهَ فَاتَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ الله ُوَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ Artinya : “Katakanlah (nabi Muhammad) jikalau kamu semua cinta kepada Allah, maka Allah akan cinta kepada kamu semua dan memberi ampun dosa-dosamu”. Maka dari itu kekurangpahaman menghayati ayat ini menjadikan seseorang gampang memisah tanpa mengaplikasikan sehingga tidak bisa berjalan secara sinkron dan bersinergis. Contohnya mudah kalau mengaku cinta kepada Allah tapi tidak mau sholat atau mau sholat tapi tidak ada rasa cinta sehingga melakukan dengan keadaan terpaksa, maka tidak ada atsar di dalamnya. Contoh lagi ketika mengaku cinta kepada Rasulullah Allah tapi tidak mau mengikuti sunnahnya baik ucapannya perbuatannya dan taqrirohnya atau lagi sering mendatangi maulid tetapi gampang menghina orang yang di cintai Rasul yaitu para ulama’, para wali dan keturunannya nabi. Contoh lagi mengaku cinta Allah tanpa cinta Rasulullah atau cinta Rasulullah tapi mengesampingkan Allah (muludan terus ora tau sholat) atau sebaliknya (jamaah sregep muludan geting). Padahal kita tahu tanpa Rasulullah kita tidak kenal Allah misalnya mengucapkan apa-apa sing penting Allah, aturan syariat diterjang semua anggapannya semua Allah. Sholat ditinggalkan, mereka merasa hatinya sudah sholat di makkah,lalu bilang kepada orang lain bahwa dia sudah sholat di makkah dalam jangkauan satu dua langkah sampai Makkah. Pengakuan orang akhi-akhir ini semakin merebak dan malah kelihatannya mempesona (menipu) tapi anehnya sama-sama diikuti. Mereka tidak puasa secara syariat, kalau ditanya “kenapa tidak puasa?” mereka menjawab “yang penting hatinya puasa kan tidak perut saja yang penting tidak mengganggu dan merugikan orang lain”, sebaliknya katanya puasa tapi malah ma’siat yang tak ada henti-hentinya. Jawaban ini menggiurkan apalagi ditambah ucapan “sholatmu puasamu sudah di tanggung oleh sang guru maka tidak usah melakukannya tidak apa-apa pasti masuk surga”. Dan sekarang ini banyak aliran-aliran seperti itu. Ini semua terjadi akibat mereka tidak paham agama islam secara benar dan keseluruhan. Contoh kecintaan kepada Allah dan Rasulnya harus bersamaan tanpa mengesampingkan salah satunya. Seperti halnya seorang anak mencintai dan menghormati orang tua serta merta harus juga menghormati kakeknya. Dengan alasan kita ada karena ada orang tua kita, kenal kakek karena dikenalkan orang tua dan kita punya orang tua tanpa adanya kakek pasti mustahil kita terlahir didunia ini. Oleh karena itu keduanya sama-sama kita hormati dan kita cintai (semoga paham dari contoh terakhir). Kita semua pasti tahu, bahwa kita bisa kenal dan cinta kepada Mbah SAYYID THOYYIB THOHIR siapa yang mengenalkan? tanpa menafikan dan memungkiri sejarah yang menuntun kita adalah mbah KH. SYAMSURI jadi kalau kita merasa cinta kepada Mbah Sayyid maka cintailah Mbah Syamsuri tanpa paksaan kalau tidak mau berarti cinta fiktif (bohong). Kalau kita ziarah ke makam Mbah Sayyid tidak mau ( ingkar ) ziarah ke makam Mbah Syamsuri maka juga bohong bagaikan pergi haji ke Makkah tidak mau ziarah Rasulullah SAW . Atau sebaliknya mau ziarah ke Mbah Syamsuri tidak mau ziarah ke Mbah Sayyid ini juga su’ul adab atau tidak tau sopan santun padahal semasa hidupnya Mbah Syamsuri sangat menghormati semua Dzurriyyah Rasul SAW. Sebagai wasilahnya : اَلُ النَّبِيّ ذَرِيْعَتِيْ * وَهُمُ اِلَيْهِ وَسِيْلَتِيْ * اَرْجُوْ بِهِمْ اُعْطَى غَدًا * بِيَدِي اْليَمِيْنِ صَحِيْفَتِيْ * اَهْلُ بَيْتِ اْلمُصْطَفَى الطُّهُر*ِ هُمْ اَمَانُ اْلاَرْضِ فَادَّكِرِ * شُبِّهُوْا بِالاْنَجُْمِ الزُّهُرِ*مِثْلَ مَا قَدْ جَاءَ فِى السُّنَنِ Artinya : “Keluarga nabi adalah perantaraku merekalah yang menjadi wasilahku. Ku mengharap kelak di hari akhir nanti mendapat buku catatan dengan tangan kanan (selamat) sebab mereka. Keluarga nabi SAW yang suci, mereka penyelamat bumi ingatlah mereka bagaikan bintang-bintang yang bersinar terang bagaikan sesuatu yang datang dalam sunnah-sunahnya. Adapun tokah-tokoh para pecinta dan pengikut Mbah Sayyid dan Mbah Syamsuri sebenarnya banyak tetapi disini kami hanya menyebutkan sebagian yang kami kenal secara langsung dan diakui masyarakat sebagai sesepuh pinisepuh (kyai atau ulama’). Pertama, adalah mbah Syarbini nama lengkap beliau adalah Muhammad Syarbini nama lainnya adalah Muhammad Masyhudi, Muhammad Sulaiman dan akhir-akhir di tambah dengan AMIN. Beliau terlahir dari orang tuanya yaitu Mbah Kertosono Pahing (suami dari Mbah Nyai Sapon) di Penagon sebelah barat masjid pada hari Jumuah Pahing 14 Rabi’ul Awwal 1337 H bertepatan dengan tanggal 14 Mulud 1849 ( tahun wawu ) dan bertepatan pada tanggal 17 Januari 1919 M. Menurut masyarakat setempat yang seumur beliau, beliau mulai kecil adalah anak yang tekun beribadah dan mengaji suaranya bagus kalau melantunkan lagu-lagu banyak perempuan terkesima mendengarkannya. Beliau juga gigih dalam bekerja tanpa mengenal lelah. Kegemarannya mengaji dilanjutkan hingga dewasa. Beliau pernah sekolah di Baletengahan Langgar Dalem sekarang yang dinamakan TBS. Beliau pernah menjadi bilal Mbah ARWANI di masjid KENEPAN Kudus dan juga pernah menikah seorang putri depan Masjid Kenepan. Beliau pernah mengaji kitab Arriyadlul Badi’ah kepada Mbah MA’MUN AHMAD, pernah nyantri kepada Mbah JAYADI BUNGGORO Bae Kudus, pernah mondok di tempat Mbah BISRI MUSTHOFA Rembang, menjadi murid mbah NUR HADI Kudus yang terkenal kedigjayaannya, dan dirumah menjadi murid kinasih MBAH SYAMSURI PENAGON merangkap bilal dan marbutnya. Beliau ngaji kepada Mbah Syamsuri kitab ALFIYYAH, MAJMU’ SYARI’AH karangan Kyai Sholeh darat. Setelah dewasa beliau menikah dengan SUKINI BINTI BAKRI BIN SONGOWOJOYO janda dari Syarbini Ngablak Karangnongko. Sebelumnya beliau pernah menikah dengan SUMARNI Ngrenteng dan dikaruniai seorang putra (selamet tapi meninggal). Perkawinannya dengan Sukini dikaruniai beberapa putra yaitu Abdurrahman, Abdurrahim (wafat kecil), Tumirah (wafat), Turipah, Rumini (wafat). Dan menikah dengan Sulastri dikaruniai dua orang anak (Rusman dan Kasmah). Setelah perjalanan yang panjang beliau tetap tekun dalam beribadah beliau disamping mengerjakan sholat fardlu juga semua sholat sunnah yang di syari’atkan beliau jalani dan ilmu kanuraganpun di lalap semua sampai doa-doanya hafal semua. Setiap hari beliau membaca Al qur’an yang pada tiap satu pekan sekali khatam. Setiap malam beliau bangun untuk menunaikan sholat tahajjud pada pukul 02.00 sampai shubuh. Ini dilakukan sampai akhir hayatnya. Kitab-kitabnya ditaruh disamping tempat tidurnya untuk mempermudah dalam mengambilnya. Sekitar tahun 1987 beliau di angkat menjadi KHOTIB untuk berkhotbah di Masjid Penagon rutin setiap Jumu’ah Wage sampai tahun 1998 akhirnya beliau udzur dan malam Sabtu Kliwonnya ngaji Kitab Tafsir di Masjid bersama masyarakat. Peninggalan kitab dan pesan-pesan beliau banyak tapi yang masih adalah : 1. TafsirAl Ibriz 2. Fathul Qarib 3. Majmu’ Syari’ah 4. Majmu’ Syarif 5. Munyatul Murtaji 6. NurudDuja 7. Tashilur Rafiq 8. Lubabul Ma’ani 9. Kumpulan kitab Hikmah 1 10. Kumpulan kitab Hikmah 2 11. Alfiyyah Ibnu Malik 12. Sullam Taufiq 13. Arriyadlul Badi’ah 14. Ta’limul Mutaallim 15. Al Umrithi. Itulah bagian dari pada kitab beliau. Pesan beliau yang sering disampaikan kepada keluarga dan orang lain adalah supaya mendawamkan (konsisten) sholat tahajjud dan baca Al Qur’an serta menjadi orang yang sabar supaya luhur wekasane (mulia di hadapan Allah dan semua orang) . Demikian riwayat singkat tokoh pecinta dua wali Allah yang sudah mengabdikan diri kepada sang wali dan masyarakat yang tak kenal lelah bermunajah mencari siraman berkah Ridlo dan ampunan dari Allah Ta’ala serta Syafa’at dari Baginda Rasulullah SAW. Akhirnya mendekati waktu wafatnya, beliau sakit kira-kira satu bulan. Meski begitu beliau masih tetap sholat pada hari Selasa Pon sudah udzur sholat tapi hari Rabu nya sudah bisa sholat lagi dan tepatnya hari Kamis Kliwon 8 MUHARRAM 1426 H bertepatan pada tanggal 17 FEBRUARI 2005 M pada pukul 09.00 pagi beliau telah sowan kehadlirat ilahi Allah Azza Wajall. Menurut cucunya yang mendapingi ketika istikhdlor atau naza’ beliau di liputi bau harum yang mengharumkan semua ruangan. Sepeninggalnya bau harum itu wafatlah beliau (Mbah Yai Syarbini bin M. Kertosono) semoga semua amal baiknya di terima Allah SWT dan segala dosanya diampuninya serta ditempatkan disisinya yaitu surganya Amin. Tokoh kedua adalah Mbah Kyai Isma’il bin Umar. Walaupun Mbah Isma’il tidak ada sambung darah dari Mbah Syamsuri tapi beliau merupakan kerabat atau keponakan dari istri pertamanya Mbah Syamsuri. Jelasnya Isma’il bin Sumi (wanita), Sumi adiknya mbah Mur dan Mbah Mur diperistri oleh Mbah Syamsuri. Jadi mulai kecil Mbah Isma’il sudah dekat dengan Mbah Syamsuri. Mbah Isma’il memang mengalami tamat sekolah dan ngaji mondok di Kudus tepatnya di Pondok Kamal Damaran keturunan Sunan Kudus. Dikarenakan beliau piawai dalam pembacaan kitab kuning seperti Sullam Taufiq, Safinatun Najah yang di ajarkan di rumahnya setelah ngaji Al Qur’an bersama santri-santrinya dan kitab Syu’bul Iman di Masjid. Beliau terkenal kesepuhannya dalam segala hal seperti kitabnya, Al Qur’annya, tabibnya, pijat dengan minyak gorengnya, ahli dalam hitungan jawa, ahli pusaka, barang antik, sembur dan lain-lainnya. Beliau adalah petani yang tekun setiap hari kesawah tanpa melalaikan tugas rumah tangganya dan menjalankan perintah Allah Ta’ala. Sepeninggal Mbah Kyai Syamsuri, kepemimpinan menjadi fakum. Kemudian tibalah pemilihan Kyai yang diikuti dua kandidat yaitu Mbah Isma’il (atas dorongan masyarakat) dan Mbah Yusak (atas inisiatif Mbah Kamituwo Kardi dan Mbah Muhdlor orang dari Karang aji istri Fatimah) dan yang terpilih adalah Mbah Isma’il yang dianggap masih keponakan Mbah Syamsuri. Tapi tidak lama kemudian Mbah Isma’il mengundurkan diri setelah dirundung sakit dan kenyataan setelah mengundurkan diri beliau sehat. Semua itu tidak lepas dari opini-opini masyarakat yang sudah terlanjur menjadi kepercayaan sebelumnya bahwa kalau yang memimpin asli orang Penagon, maka tidak kuat mengembannya walaupun itu tidak semua benar. Akan tetapi menurut kami bisa menjadi bukti kuat kalau mau mendekat dengan shohibul wilayah yaitu Mbah Sayyid Thoyyib Thohir dan Mbah Syamsuri. Setelah itu terpilihlah Mbah Kyai Yusak yang meneruskannya. Mbah Isma’il adalah pengikut Syahadatain Abah Umar Cirebon lewat Habib Ali Mayong. Kemudian ikut tharekat Naqsyabandiyah Kholidiyyah Mbah Arwani Kudus sampai khatam. Lalu beliau menjadi kenal dengan para khadam tharekat seperti KH. Maulani, KH. Mansur, sampai pernah disuruh memijat dan diberi rida’ oleh KH. Mansur. Mbah Isma’il adalah seorang yang sangat hormat kepada yang lebih tua apalagi yang berpredikat ulama’ terutama ulama’ Kudus dan sayang kepada yang lebih muda atau kecil. Pernah dalam satu acara buka gedek (mantu) beliau yang memimpin acara do’a karena disuruh yang lebih muda itulah akhlaknya yang jarang ditemukan masa sekarang. Mbah Isma’il adalah satu masa dengan Mbah Syarbini lebih muda sedikit dan satu angkatan menjadi khotib di Masjid Penagon. Beliau aktif jama’ah shubuh dan pendukung atas peringatan khaul pertama yang di adakan pemuda Penagon pada tahun 1993 M. Oleh karenanya memang beliau dulu yang memperingati khaul tapi secara sederhana beliau punya murid kesayangan dua yaitu Abdurrahman dan Wardoyo yang pada semasa hidupnya sering disanjungnya. Kami pernah diberi rida’ buatannya sendiri yang sekarang masih ada. Pernah jariyah meja kecil di Masjid yang digunakan untuk ngaji sampai sekarang. Beliau juga pernah jariah kipas angin di Musholla Nurul Hidayah Penagon yang sampai sekarang masih ada. Kalau mustoko musholla adalah dari Mbah Syarbini dan masih banyak amal beliau yang lain. Inilah sekilas riwayat tokoh sesepuh kita yang perlu kita ikuti prilaku dan mauidhoh hasanahnya. Akhirnya beliau mengalami sakit sangat berat yaitu stroke dari penyakit darah tingginya yang di derita. Pada hari KAMIS PON 27 Shafar 1420 H/1 Juni 2000 M beliau sowan kehadlirat Allah Ta’ala. Beliau meninggalkan kita dan semua pesan beliau yang masih kami ingat adalah: a. Apik apike wong yoiku wong nom kang lakune koyo wong tuwo, ojo dadi wong tuwo polahe koyo wong nom. b. Merakko marang ulama’ mongko bakal selamet. c. Aku dipesen mbah Syamsuri podo ngamalake moco sholawat lan lakhaula….x100 bar shalat mengko ono dewe maksude (ada rahasia dibalik itu yang nantinya akan terjadi). Yang tau rahasia itu adalah Mbah SYAMSURI sendiri. Semoga amal kebaikan Mbah Isma’il diterima disisi Allah SWT dan kekhilafannya diampuninya amin 3 x. Tokoh yang ketiga adalah MBAH KH. YUSAK bin Kyai Basran. Beliau asli orang desa Ngetuk yang lahir pada tahun 1922 M. Pada awalnya beliau menjadi santri Mbah Kyai Syamsuri dan khidmah menggembala kambingnya. Perlu diingat bahwa nabi Muhammad SAW pernah menggembala kambing dan biasanya mereka-mereka penggembala kambing nanti akan menjadi pemimpin sangatlah layak dan telaten memimpin rakyat masyarakatnya. Usianya pun bertambah, wajah beliau lumayan tampan dan ngajinya pinter. Sepeninggal Mbah Kyai Syamsuri, pada suatu hari beliau ru’yah atau mimpi bertemu Mbah Syamsuri, Mbah Syamsuri menyuruh beliau untuk memakai pakaian bekasnya. Peristiwa ini ditafsiri oleh beliau bahwa ada isyarat untuk memperistri janda Mbah Syamsuri yaitu Mak Nyai (Nyai Karni). Ternyata benar Mbah Karni diperistri Mbah Yusak namun tidak dikarunai anak. Mbah Yusak meneruskan tampuk kepemimpinannya sebagai Kyai Masjid dan Kyai Masyarakat. Aktifitas beliau adalah pedagang hewan, hewan sapi kerbau dan bertani dalam keluarga yang kecukupan. Dulu beliau hendak berangkat haji tapi hartanya dicuri orang, baru sekitar tahun 1997 beliau bisa menunaikan haji. Dalam aktifitas keagamaan jadwal beliau sangatlah padat yaitu sebagai imam tunggal Rawatib. Beliau pernah di dampingi Bapak Haji Wardoyo untuk mengurus Masjid kurang lebih selama 32 tahun. Setiap ba’dal Maghrib beliau mengajar Al Qur’an dan setiap tengah malam beliau melakukan sholat tahajjud. Rutin pada setiap malam Sabtu dan pengajian Ramadlan beliau mengajar kitab Adzkiya’ dan dilanjutkan kitab Durrotun Nasihin sampai akhir hayatnya. Beliau mempunyai jiwa sosial yang tinggi. Terbukti kalau ada orang punya hajat (mantu) beliau pasti datang nyumbang, kalau ada orang sakit beliau bezuk tak terkecuali kami ketika masih ngaji kepada beliau sekitar umur 10 tahun kelas lima SD. Waktu itu kami sakit tipus lama sekali dan beliau bezuk. Setelah itu beliau terkena sakit stroke hingga wafat umur 84 tahun (Rabu kliwon 27 Ruwah 1427/20 September 2006) Pernah beliau berpesan ketika kami khatam Al Qur’an yaitu supaya kami tetap belajar terutama ilmu fiqih dan jadilah orang sabar dan nrimo. Semoga amal beliau diterima olah Allah SWT dan kekhilafannya diampuni dan ditempatkan disurganya Amin. Tokoh yang ke empat adalah Mbah Kyai Tamziz (modin). Menurut salah satu putra beliau, beliau berasal dari daerah ngetuk, keturunan dari desa Bunggoro Bae Kudus. Konon menjadi modin di Penagon. Tidak sembarang orang yang bisa menjadi modin di Penagon karena belum tentu dia kuat. Beliau hampir dimakan oleh macannya Mbah Syamsuri. Akan tetapi perlu diketahui bahwa Mbah Tamziz adalah keturunan Bunggoro. Menurut salah satu putranya, beliau masih ada keturunan darah biru dari Mataram. Alhasil beliau bisa menjadi MODIN di Penagon. Beliau juga menjadi khotib dan mengajar kitab Taqrib pada malam Sabtunya. Tidak begitu lama kemudian beliau mengundurkan diri dari khotibnya dikarenakan beliau sudah udzur. Beliau juga mengurus masjid sebelum Mbah Kyai Yusak dan pernah menjadi kyai dan itupun tidak lama. Beliau sering menjadi pemimpin do’a di masjid, khajatan, selamatan terlebih dalam acara haul Mbah Sayyid Thoyyib Thohir dan Mbah Syamsuri. Beliau alim dalam kitab kuning. Beliau satu angkatan murid bersama Mbah Syarbini kepada Mbah JAYADI yang mondok di Bunggoro. Akhirnya beliau tetap melayani masyarakat menjadi modin sampai akhir hayatnya. Kami tidak sempat banyak ketemu dengan beliau karena itu kami tidak punya banyak pesan dari beliau. Tapi ada satu kesan yang unik dari beliau, yaitu beliau adalah salah satu pemilik motor 75 merah. Suatu hari kami masih kecil sekitar umur belasan sempat mencoba menaiki motor tersebut tiba-tiba kami bisa mengendarainya dari itu awalnya kami bisa menaiki sepeda montor. Semoga amal baiknya diterima oleh Allah SWT dan kesalahannya diampuninya Amin. Tokoh yang kelima adalah Mbah MUJI bin Kastowijoyo yang wafat jumu’ah legi mbah Muji adalah seorang juru kunci makam Mbah Sayyid Thoyyib Thohir. Menurut cerita beliau menjadi juru kunci atas perintah Mbah Kardi bin Sarmo Moreso bin Singowijoyo yang sebelumnya juru kunci dipegang oleh beliau Mbah Kardi sendiri. Disamping Mbah Muji sebagai penjawab qabul bagi orang-orang yang punya hajat yang datang untuk berziarah ke makam Mbah Sayyid Thoyyib Thohir, beliau juga menjaga dan merawat makam sekitarnya serta selalu menjaga kebersihan tumbuh-tumbuhan, bangunan dan penempatan orang-orang yang akan di kubur. Beliau menjadi perawat atau juru kunci. Kehidupannya serba tenang dan kecukupan walaupun kelihatan pas-pasan. Beliau menikah dua kali, dan itupun juga bisa mencukupi istrinya. Yang kami tahu semenjak beliau disuruh menjadi wakil shahibul hajat yang bertugas mengijab qabulkan hajat seseorang, beliau masuk ke makam dengan merunduk, sopan santun dan kebetulan memang pintu makam dalam posisi rendah. Filosofi dari pembuat pintu adalah agar supaya penziarah tahu tatanan atau etika sowan kepada orang-orang shaleh. Masuk salam dan merunduk apabila pamit pulang juga merunduk sambil mundur bukan membelakanginya dan lebih baik mencium tempatnya untuk ngalap berkah (tabarrukan). Sebelum acara di mulai beliau meletakkan bunga bawaan shahibul hajat untuk ditaruh di nisan Mbah Sayyid dan yang sebagian ditaruh dimakam mbah Syamsuri. Beliau juga seorang yang taat dan tekun beribadah. Di zaman Mbah Syarbini beliau pernah ketemu Mbah Sayyid. Walaupun dalam mimpi Mbah Sayyid pernah mengatakan bahwa beliau adalah keturunan dari orang-orang yang makamnya di tengah makam berbatu nisan besar-besar yang terkenal dengan sebutan MBAH MANTRI. Akhirnya beliau udzur dan sakit sehingga wafat. Semoga amal baik beliau menjadi muhibbin, ahli baiti Rasulillah SAW, dibalas oleh Allah SWT dan kesalahannya mendapat ampunanNya dan tempatkan di surgaNya Amin. Tokoh yang ke enam adalah MBAH KARDI alias MBAH PRAPTO REJO alias MBAH M. SAMO PRAYITNO beliau dilahirkan di Penagon pada tahun 1909 M. Beliau adalah putra Mbah SARMO MORESO yang wafat Kamis Pon, 10 Syawal 1363 H/28 Januari 1944 M yang istrinya adalah mbah MBAH KAMIRAH yang wafat Selasa Kliwon 29 Sya’ban 1383 H/14 Januari 1964 M. Mbah Sarmo Moreso adalah saudara tua kandung dengan mbah BAKRI. Mbah Bakri mempunyai anak yaitu mbah SUKINI istri dari mbah SYARBINI. Jadi Mbah kardi dengan Mbah Sukini adalah SEPUPU (anak ndulur). Mbah Kardi menjadi bekel (kamituwo) ketika masih muda juga masih sekolah SMP kira-kira umur 17 tahun tepatnya pada tahun 1925 sebelum merdeka dan sebelum NU lahir. Beliau dengan tulisan-tulisannya yang bagus rapi bisa menulis jawa, dwipo (tulisan jowo), arab, Indonesia, dan jepang. Dan kemungkinan tulisan belanda juga karena beliau sekolah dan menjadi kamituwo masih dibawah pemerintahan HINDIA BELANDA. Beliau menikah beberapa kali pertama dengan Mbah Mirah binti H.Abdul Syukur pada hari Sabtu Legi tanggal 28 Sapar 1858 (Jim Akhir) / 29 Shofar 1346 H/ 27 Agustus 1927 M. Beliau dikaruniai tiga orang anak yang dua laki-laki (Kukoh atau Suratno dan Sareh) dan yang satu perempuan (Tani). Beliau menikah untuk yang kedua kalinya yaitu dengan Mbah Rasit Ngetuk. Dari pernikahan tersebut beliau dikaruniai dua orang anak perempuan (Sukati dan Narti). Dan dari pernikahan yang ketiga kalinya dengan Mbah Sari adik dari Rasit yang dikaruniai empat orang putra yaitu Sri wuwuh, Sriatun, Saat dan Sritatik. Mbah Kardi punya peninggalan pusaka, Al Qur’an Stambul, Jimat-jimat dan buku antara lain : 1. Buku Jawa Dwipa (aksara jawa) tentang tembang pucung, agama dan rahasia perempuan. 2. Buku Jawa Dwipa (aksara jawa) tentang kawruh sejati ditulis tahun 1948 M/ 1879 Jawa. 3. Almanak (jawa) 3 jilid. 4. Primbon Jawa peninggalan kakeknya (Singojoyo) 3 jilid. 5. Buku-buku jawa umum. Beliau mulai menjabat kamituwo di dukuh Penagon pada hari Selasa Kliwon 29 Maret 1927 M ada juga yang mengatakan beliau diangkat pada tahun 1925 M. Beliau mengabdi kepada masyarakat kurang lebih 65 tahun. Sebagai orang yang tegas disiplin dan sangat disegani suaranya lantang, berpuluh-puluh tahun beliau mengabdi kepada masyarakat dan Negara. Beliau tetap rendah hati dan sering berkata : “Aku dadi kamituwo ngene iki mung sak dermo nglakoni, dadi wong urip dadiyo wong sing sabar lan ngalah mongko luhur wekasane”. Selang satu tahun sebelum meninggal dunia beliau sangat rajin beramal dan beribadah. Kalau pergi jum’atan, beliau berangkat paling awal yang dijalaninya sampai beliau meninggal dunia. Beliau punya peninggalan doa tolak balak: بسم الله الرحمن الرحيم قل هو بليء امبولئ امبالئ كوو ويتن فراني توكغ نا لمبو فوتيه كدوغ انا جكراوغسا رجه ايمان سلامت Akhirnya beliau meninggal dalam usia 86 tahun tepatnya pada hari Jumu’ah Pon 13 Syawal 1415 H/14 April 1995 M. Beliau menjadi kamituwo selama 68 tahun. Semoga semua dosa dan kesalahannya diampuni oleh Allah dan amal baiknya diterima sebagai amal shaleh Amin. 19. SILSILAH KH. SYAMSURI Di lihat dari perangai seorang mbah Syamsuri adalah ulama’ besar, ulama’ yang senantiasa takut kepada Allah SWT اِنَّمَا يَخْشَى اللهَ مِنْ عِبَادِهِ اْلعُلَمَاءُ Artinya : “Sesungguhnya dari pada hamba Allah yang paling takut kepadaNya adalah ULAMA’ ”. Maulana Habib LUTHFI BIN ALI BIN YAHYA pekalongan pernah berkata : “Rata-rata yang menjadi paku bumi adalah para ahli baitin nabi (para habib atau syarifah) kalau tidak, pasti orang-orang yang punya cipratan darah darinya (kyai atau ulama’). Beliau-beliau adalah bagaikan kapal yang di tumpangi ummat dan kalau tidak dari beliau mungkin tidak akan lama menjadi kapal”. Dan itu benar bahwa Mbah Syamsuri adalah darah biru (darah keturunan Rasulullah dan Keraton Mataram) darah keturunan Rasulullah tidak akan terputus walau tertutup. Nabi SAW bersabda : كُلُّ سَبَبٍ وَنَسَبٍ مُنْقَطِعٌ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ اِلاَّ سَبَبِيْ وَنَسَِبْي Artinya: “Semua sabab dan nasab akan putus di hari qiyamat kecuali sababku dan nasabku”. Inilah silsilah mbah Syamsuri selengkapnya. Beliau adalah KH. Syamsuri bin M. Rais bin Abdul Ghani bin KH. Hasan Bisri bin Marhum bin Yunus bin Nur Syahid bin Nur Hadi bin Karthi Nata bin Dandang Kumbang bin Jayaprana bin Hariyomadi bin Prawito Ngerdin bin Bagus Mu’min bin Raden Trenggono bin Sultan Abdul Fattah cucu Brawijaya (Sunan Lawu) yang di islamkan Walisongo di Majapahit yang situsnya masih ada sampai sekarang di Trowulan Mojokerto Jawa Timur. Di lihat dari silsilah ini, Mbah Syamsuri juga keturunan Mbah Sunan Kalijaga karena Sunan Prawoto (Mu’min) bin Trenggono yang beristrikan R.Pembanyun binti Sunan Kalijaga dari istri Dewi Sarokah binti Sunan Gunung jati. Beliau juga bersaudara dengan Ratu Kalinyamat binti Trenggono (Jepara) dan berkerabat dengan Ibu Mas Semangkin anak Prawoto yang menjadi putri angkat Ratu Kalinyamat dan Semangkin di peristri selir oleh Panembahan Senopati. Semangkin (Mayong) mempunyai saudara yang bernama Prihatin. Mbah Syamsuri juga terkenal keturunan Sunan Mupusan (seorang yang lahir dari makam karena beliau dalam kandungan ibunya yang meninggal dunia dan di kubur dalam keadaan hamil tua yang juga pernah beribadah di pupus pisang). Sunan Mupusan (mbah Nur Hadi) selain menurunkan keturunan di Bunggoro, Nglau dan Jabal Khair (Jebol) beliau juga keturunan Pasir Negarin Demak. Mbah buyutnya pasir adalah keturunan dari Mataram. Kalau kakek dari istrinya Mbah Hasan Bisri dari Padurenan adalah keturunan dari candi eyang SINGOPADON. Adapun silsilah Mursyidah Thariqah Mbah Syamsuri yaitu KHALWATIYYAH SAMANIYYAH terkenal di daerahnya dengan nama SYATHARIYYAH adalah: Mbah KH. Syamsuri (Syaikh Muhammad Nur Hasan Thoyyib) > Syaikh Muhammad Hasan Jenamin (Kuanyar) > Syaikh Abdurrahman > Syaikh Murtadlo > Syaikh Shodiqon bin Umar Khan > Syaikh Abdus Somad bin Abdurrahman (Palembang) > Syaikh Sayyid Muhammad Saman (Samaniyyah) > Syaikh Sayyid Abdullah > Syaikh Sayyid Mustofa Bakri (Khalwatiyyah) > Syaikh Abdul Qadir Al Jilani > Sayyidina Ahmad Al Badawi > Sayyidina Ahmad Ar Rifa’i > Sayyidina Al Imam Ilyas > Sayyidina Ibnu Abbas > Sayyidina wamaulana MUHAMMAD SAW > Sayyidina Jibril > ALLAH AZZA WAJALLA. Thariqah ini pernah akan diturunkan kepada Habib Ali Mayong akan tetapi Habib Ali tidak berani menerimanya. 20. MASJID PENAGON Awal mulanya, Masjid Penagon didirikan oleh Mbah Syamsuri yang sebelumnya belum ada. Tapi konon kabarnya, sebelumnya sudah ada musholla yang didirikan oleh Mbah H. Abdul Syukur pada masa sebelum Mbah Syamsuri yaitu masa Mbah Joyowongso (mertua Mbah Syamsuri). Setelah Mbah Syamsuri bermukim di Penagon muncullah inisiatif membangun masjid. Disamping menjadi tempat ibadah juga untuk kegiatan keagamaan dan sebagai sentral bertemunya para tokoh masyarakat dalam membangun manusia yang agamis dalam suasana yang dinamis dan kondusif. Masjid dibangun dan mengalami beberapa perehaban kurang lebih lima rehaban. Pertama, sekitar tahun 1920 yang menurut sesepuh setempat masjid dibangun masih dengan atap welit kesulo dan kecil. Tapi aneh kalau hujan tidak bocor dan dapat menampung jama’ah lumayan banyak (keramat). Kedua, sekitar tahun 1940 pembangunan mulai maju yang di akomodir dan di mobilisasi (diurusi) oleh Mbah Isma’il, Mbah Syarbini dan Mbah Tamziz. Masjid dibangun dengan tembok walaupun laburnya masih tanah, atapnya genteng dan pintunya dari bambu dan pada waktu itulah Mbah Syamsuri memegang tampuk kepemimpinan. Ketiga, sekitar tahun 1960 pembangunan mulai tambah maju sejak di pegang oleh Mbah Kyai Yusak di tambah lantai berjobin, pintunya terbuat dari kayu, jendelanya sudah berkaca dengan kaca kembang, bermimbar, bermustaka ukir peninggalan Mbah Kyai Syamsuri. Masjid masih sejuk karena masih banyak pohon rindang tumbuh disekitarnya. Keempat, sekitar tahun 1987-1990 M pembangunan mulai pesat dan besar yang di pegang oleh Mbah Kyai Yusak didampingi oleh H. Wardoyo. Pembangunan ini bertahap yang direhab bagian belakang terlebih dulu baru kemudian bagian yang depan. Pada waktu itu masjid sudah dibilang cukup besar dan bagus karena kemajuan bangunan sudah seperti masjid-masjid lain. Kaca Riben hitam, kayu jati, berkeramik kernit, dan lain-lain. Untuk menampung masyarakat yang sebatas perdukuhan yang kurang lebih 300 kepala keluarga masjid sudah lebih dari cukup untuk sholat berjama’ah dan jum’atan. Akan tetapi kalau dilihat masyarakat yang pulang kampung setahun sekali (lebaran) kelihatannya tidak muat, maka terjadilah perehaban total. Kelima, sekitar tahun 2005 sampai sekarang 2012 masih belum sempurna. Semoga para muassis pendiri masjid Penagon khususnya, Mbah Syamsuri mendapat pahala sebagai amal jariyahnya sampai akhir nanti dan para pengurusnya diberi pahala yang setimpal serta berkah sampai anak cucu mereka dan ahli kuburnya diberi rahmat dan ampunan dari Allah Ta’ala serta diberi kenikmatan di alam kuburnya sampai hari kiamat amin. 21. TRADISI MBAH SYAMSURI Masjid Baitussalam Penagon, nama tersebut merupakan nama yang baru inisiatif dari Mbah Tamziz dan H. Wardoyo. Ketika itu Mbah Tamziz berkata kepada anaknya H. Wardoyo” yo mesjide kok durung ono jenenge terus jenenge opo yo ? baitussalam leh wis pak“ saat itulah nama masjid dengan sebutan BAITUSSALAM padahal sebelumnya hanya disebut MASJID PENAGON Masjid Mbah Syamsuri. Dalam sejarah kehidupan dunia sudah diakui bahwa seni budaya dan adat istiadat suatu daerah itu tidak terlepas dari si empunya (sang pembawa budaya). Apabila membawa budaya islami maka keturunan dan peninggalannya tidak terlepas atau tidak jauh dari peninggalan adat tersebut. Namun sebaliknya kalau membawa adat atau budaya yang bertolak belakang dengan norma-norma keagamaan maka daerah tersebut biasanya gersang dalam kehidupannya yang tanpa aturan. Dan adat yang sudah menjadi kebiasaan bisa menjadi hukum ( Al ‘adah Muhakkamah ) karena itu budaya-budaya yang sudah dirintis para pendahulu kita lebih-lebih para wali-wali Allah kita jangan gampang kita rubah apalagi menghilangkannya kalau kita tidak ingin kehilangan apa yang namanya berkah walaupun sepintas kelihatannya menurut syari’at islam tidak ada. Dan kalau bisa menambah budaya bukan malah menghilangkannya (Al Muhafadhotu ‘Alal Qadimis Sholih Wal Ahdzu Bil Jadidil Ashlah) melestarikan budaya yang sudah baik dan mengambil yang lebih baik dari yang baru (beristifadah). Diantara kebiasaan yang dilakukan Mbah Syamsuri adalah : 1. Sholat memakai pakaian serban jubah. 2. Mengaji, mengajar dan suka menghormati tamu terutama para Habaib. 3. Maulid dengan terbang papat yang masih exis sampai sekarang. 4. Ziarah, silaturrahim dan memperingati peringatan haul. 5. Wejangan atau gemblengan 10 syuro dengan air kembang lamzau. 6. Sedekah bumi. 7. Sedekah sungai yang punya piaraan hewan terutama kerbau yang sering dimandikan disungai. 8. Barikan qubur dan lain-lain. Alhasil kehidupan masyarakat setempat melekat dari kebudayaan para leluhurnya. Seperti orang-orang pesisir pantai yang agamanya masih kuat, karena dipesisir tersebut adalah pintu penyebaran agama islam masuk sampai ke Nusantara. 22.PENUTUP Demikianlah sejarah ringkas “ASSAYYID THOYYIB THOHIR” dan “MBAH KH. SYAMSURI PENAGON” sejarah yang penting sekali untuk perlu di pahami, di mengerti dan di hayati oleh setiap muslim umumnya dan bagi masyarakat setempat khususnya. Tidak hanya dari segi-segi nilai kesejarahannya melainkan bagaimana para generasi sekarang ini mewujudkan tanggung jawabnya, menghidupkan terus obor, pamor dan ruh perjuangan kedua beliau ini disertai kebijaksanaannya yang kondisional (tawazun, tawasuth, tasamuh). Sehingga agama islam semakin harum semerbak hidup dalam kalbu dan prilaku kehidupan setiap muslim bermasyrakat, berbangsa dan bertanah air. Buku kecil ini masih dalam tahap penyempurnaan (revisi) sehingga masih banyak riwayat atau sejarah mengenahi kedua beliau ini yang belum dapat dibahas dan ditulis di buku ini. Untuk itu saya mohon do’a restu dan dukungan serta masukannya kepada para pembaca semoga penulis dapat menyempurnakan buku ini. Dan kepada semua fihak yang telah memberikan bantuan untuk terlaksananya penyusun buku ini tak lupa kami sampaikan banyak terima kasih. Semoga Allah senantiasa memberikan bimbingan dan berkah serta manfa’at kepada kita semua Amin. 23. DAFTAR PUSTAKA (MARAJI’) 1. Al Qur’an terjamahan depag RI Jakarta. 2. An Nurul Jaly (Manaqib Syaikh Syadzili). 3. Al Lujjainudani (Manaqib Syaikh Abdul QadirAl Jilani). 4. Kamus Yunus. 5. Kamus populer Depag Jakarta. 6. Sejarah Syaikh Kholil Bangkalan Madura. 7. Lampiran silsilah KH. Syamsuri Penagon. 8. Kitab Az Dziba Al Berzanji. 9. Lampiran silsilah Kyai Minhaj Jebol. 10. Buku sejarah Sunan Prawoto. 11. Kitab Faroidus Saniyyah (KH. Sya’roni Ahmadi). 12. Fatwa Habib Hasan bin Ali As Syihab. 13. Fatwa Habib Ahmad bin Ali Al Kaf. 14. Fatwa Habib Ahmad bin Hasan Al Jufri 15. Fatwa Habib Umar bin Ahmad Al Muthohar 16. Fatwa Habib Luthfi bin Ali bin Yahya. 17. Fatwa Habib Idrus Al Kaf. 18. Fatwa Syarifah Alwiyyah Alydrus. 19. Fatwa KH. Ma’ruf Asnawi. 20. Fatwa KH. Ali Mansur. 21. Fatwa KH. Basyari Penggung 22. Fatwa KH. Khoiruzzyad Turaichan. 23. Fatwa KH. Qornain Langgar Dalem. 24. Fatwa KH. Ibnu Sahil Sinanggul. 25. Fatwa KH. Yusak bin Basran. 26. Fatwa Mbah Yai Isma’il bin Umar. 27. Fatwa Mbah Yai Syarbini bin Kertosono. 28. Fatwa Mbah Abdurrahman bin Syarbini. 29. Fatwa para sesepuh tokoh masyarakat. DAFTAR ISI 1. Muqaddimah. 2. Nama cikal bakal. 3. Siapa As Sayyid Thoyyib Thohir. 4. Semasa hidupnya. 5. Masa perjuangannya. 6. Beberapa keramatnya. 7. Makam As Sayyid Thoyyib Thohir. 8. Mata Air / Belik. 9. Pemugaran Makam. 10. Nama KH. Syamsuri Penagon. 11. Siapa KH.Syamsuri Penagon. 12. Semasa hidupnya. 13. Masa perjuangannya. 14. Beberapa keramatnya. 15. Makam dan pemakamanya. 16. Makam besar bernisan karang. 17. Randu Alas Kropak dan Benteng. 18. Tokoh pecinta dan pengikutnya. 19. Silsilah nasab dan gurunya. 20. Masjid Penagon dan perehabannya. 21. Tradisi dan kebudayaannya. 22. Penutup. 23. Daftar pustaka. Nur Amin Abdurrahman Ayah: Abdurrahman bin Muhammad Syarbini bin Kertosono. Ibu: Marsih binti Giri bin Munsyarif adalah penulis buku sejarah “Assayyid Thoyyib Thohir & KH. Syamsuri Penagon” dilahirkan pada hari Selasa Kliwon 2 Besar 1906 (Jim Akhir) atau 3 Dzulhijjah 1394 H atau tanggal 17 Desember 1974 TU di dukuh Penagon Rt 1/Rw 6 Kecamatan Nalumsari Kabupaten Jepara 59466 Jawa Tengah. Berdomisili di Kajeksan No: 78 Rt2/2 Kota Kudus 59314. Riwayat pendidikan lulus SD tahun 1986, lulus Madin Sabilul Huda Nalumsari tahun 1990, lulus MI Qudsiyyah Kudus tahun 1991 (hanya setahun), lulus MTS Qudsiyyah Kudus tahun 1995, lulus MA Qudsiyyah Kudus tahun 1998 dan khidmah di Madrasah Qudsiyyah Kudus tahun 2000 sampai sekarang, khidmah di Ma’had Qudsiyyah kudus tahun 2011 sampai sekarang, khidmah di Madrasah Diniyyah Nalumsari tahun 1997 sampai sekarang, khidmah dan mendirikan Musholla Nurul Hidayah tahun 1996, khidmah Al Qur’an di rumah Ustadz Abdul Alim tahun 1989-1990, mondok di Damaran takhasshus Al Qur’an KH. Nur Muttaqin tahun 1991-1996, di rumah KH. Sya’roni Ahmadi tahun 1996-1997, di masjid dan di rumah KH. Mansur Maskan tahun 1997, dirumah KH. Ulil Albab Arwani tahun 1997 di masjid KH. Yusak tahun 1987-1988, dirumah Mbah Yai Syarbini tahun 1986-1989, Ngaji kitab Syarqawi ‘ala Hud-Hud, Hikam, Kifayatul Atqiya’, Irsyadul Ibad, Dasuqi ‘Ala Ummil Barohin, Tuhfatul Murid kepada KH. Turaichan Ajhuri Kudus. Ngaji kepada guru sepuh di Qudsiyyah Mbah Ma’ruf Asnawi (Uqudul Juman & Ghoyatul Wusul). Mbah Syaroni Ahmadi (Faroidus Saniyyah, Ilmul Qiroat dan Faidlul Asani Qiro’at Sab’ah), Mbah Yahya Arif (Zed dan Tuhfatul Murid), Mbah Ma’ruf Irsyad (Tuhfatul Murid), Mbah Yasin (Falak,Abi jamroh), Yai Halim Ma’ruf (Balaghoh Ma’ani, Ibnu Aqil, Qira’atul Arabiyyah, Insya’), Yai Nadjib Hassan (Tafsir Jalalain), Yai Saifuddin (Balaghoh Badi’, Arudl dan Falak), Yai Hamid (Balaghoh Bayan, Abi jamroh, Tahrir dan Qurratul ‘Uyun Ramadlanan), Yai Hafidh Syathori (Uqudul Juman), Yi Fathur Rahman (Bahasa Inggris dan Ilmu Jiwa) dan para Asatidz lainnya. Pernah ikut organisasi ANSHOR tahun 1989, IPNU tahun 1990, penataran P4 tahun 1992, NU ranting Nalumsari tahun 1996-1997, wakil katib syuriyyah NU Ancab Nalumsari tahun 1998-2005, ketua LBM (Lembaga Bahtsul Masail) Ancab Nalumsari tahun 2006 sampai sekarang. Istri: Istiqomah binti Rif’an bin Masijan bin Kasturo. Anak: Hayyin Najah Janiyya & Hababah Muqtafiya & Naura Syareeva Lubna. Hobbi: Semua Seni dan membaca. Catatan:………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………. ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… .………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… ………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………… …………………………………………………………………………………………………………………………………….

Tidak ada komentar: