(30) NURUL 'A'YUN

43 Karya Tulis/Lagu Nur Amin Bin Abdurrahman:
(1) Kitab Tawassulan Washolatan, (2) Kitab Fawaidurratib Alhaddad, (3) Kitab Wasilatul Fudlola', (4) Kitab Nurul Widad, (5) Kitab Ru'yah Ilal Habib Luthfi bin Yahya, (6) Kitab Manaqib Assayyid Thoyyib Thohir, (7) Kitab Manaqib Assyaikh KH.Syamsuri Menagon, (8) Kitab Sholawat Qur'aniyyah “Annurul Amin”, (9) Kitab al Adillatul Athhar wal Ahyar, (10) Kitab Allu'lu'ul Maknun, (11) Kitab Assirojul Amani, (12) Kitab Nurun Washul, (13) Kitab al Anwarullathifah, (14) Kitab Syajarotul Ashlin Nuroniyyah, (15) Kitab Atthoyyibun Nuroni, (16) Kitab al 'Umdatul Usaro majmu' kitab nikah wal warotsah, (17) Kitab Afdlolul Kholiqotil Insaniyyahala silsilatis sadatil alawiyyah, (18) Kitab al Anwarussathi'ahala silsilatin nasabiyyah, (19) Kitab Nurul Alam ala aqidatil awam (20) Kitab Nurul Muqtafafi washiyyatil musthofa.(21) KITAB QA'IDUL GHURRIL MUCHAJJALIN FI TASHAWWUFIS SHOLIHIN,(22) SHOLAWAT TARBIYAH,(23) TARJAMAH SHOLAWAT ASNAWIYYAH,(24) SYA'IR USTADZ J.ABDURRAHMAN,(25) KITAB NURUSSYAWA'IR(26) KITAB AL IDHOFIYYAH FI TAKALLUMIL ARABIYYAH(27) PENGOBATAN ALTERNATIF(28) KITAB TASHDIRUL MUROD ILAL MURID FI JAUHARUTITTAUHID (29) KITAB NURUL ALIM FI ADABIL ALIM WAL MUTAALLIM (30) NURUL 'A'YUN ALA QURRATIL UYUN (31) NURUL MUQODDAS FI RATIBIL ATTAS (32) INTISARI & HIKMAH RATIB ATTAS (33) NURUL MUMAJJAD fimanaqibi Al Habib Ahmad Al Kaff. (34) MAMLAKAH 1-25 (35) TOMBO TEKO LORO LUNGO. (36) GARAP SARI (37) ALAM GHAIB ( 38 ) PENAGON Menjaga Tradisi Nusantara Menulusuri Ragam Arsitektur Peninggalan Leluhur, Dukuh, Makam AS SAYYID THOYYIB THOHIR Cikal Bakal Dukuh Penagon Nalumsari Penagon (39 ) AS SYIHABUL ALY FI Manaqib Mbah KH. Ma'ruf Asnawi Al Qudusy (40) MACAM-MACAM LAGU SHOLAWAT ASNAWIYYAH (bahar Kamil Majzu' ) ( 41 ) MACAM-MACAM LAGU BAHAR BASITH ( 42 ) KHUTBAH JUM'AT 1998-2016 ( 43 ) Al Jawahirun Naqiyyah Fi Tarjamatil Faroidus Saniyyah Wadduroril Bahiyyah Lis Syaikh M. Sya'roni Ahmadi Al Qudusy.

Kamis, 28 Maret 2013

KTI BANAT NU KUDUS

MENGHADIRKAN TUMA’NINAH DALAM SHOLAT KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi tugas persyaratan kelulusan MA NU BANAT KUDUS Tema: Pola Hubungan antara Manusia dengan Tuhannya Oleh: Mustaqimatul khoiriyah (06412) Program / jurusan: Keagamaan MADRASAH ALIYAH NAHDLATUL ULAMA BANAT KUDUS Tahun Ajaran 2011 / 2012 Jalan KHM. Arwani Amin Kajan Krandon Kudus 59314 Telp: (0291) 443143, 3311650, Fax (0291) 443143 KUDUS HALAMAN PENGESAHAN 1. Judul Karya Tulis : Menghadirkan Tuma’ninah dalam Sholat 2. Program / Jurusan : Keagamaan 3. Nama Madrasah : MA NU Banat Kudus 4. Penulis a. Nama Lengkap : Mustaqimatul Khoiriyah b. Nomor Induk Siswa : 06412 5. Pembimbing Nama Lengkap dan Gelar : Nur Imamah, S. Pd Kudus, Juni 2012 Pembimbing Penulis Nur Imamah, S.Pd Mustaqimatul Khoiriyah Menyetujui Kepala Madrasah Drs. H. Moh. Said Ii SARI Khoiriyah, Mustaqimatul. Menghadirkan tuma’ninah dalam sholat. Shalat merupakan sendi agama dan pangkal ketaatan. Diantara adabnya yang paling bagus adalah khusyu’. Orang- orang yang larut dalam sesuatu adalah mereka yang merasa senang dan bahagia dalam sesuatu itu. Bagaimanakah shalat, ibadah yang merupakan pangkal ketaatan setelah dua kalimat syahadat dapat menjadi sesuatu yang menjadi sumber rasa bahagia dan menyenangkan bagi orang- orang tersebut? Bagaimanakah sebuah rangkaian gerakan, bacaan, dalam sistem iman, kepada Allah, mampu membuat seseorang merasa sangat bahagia sehingga ia bisa larut di dalamnya? Sementara tidak sedikit orang yang tidak merasakan apa- apa sesudah melaksanakannya. Tujuan penulisan karya tulis ini adalah untuk mengetahui cara yang dapat ditempuh untuk menemukan kekhusyu’an dalam shalat dan mengetahui upaya yang dapat dilakukan sesudah shalat. Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan karya tulis ini adalah dimulai dari pencarian ide yang diperoleh dari majalah. Tuma’ninah adalah sikap diam sejenak dan tenang setiap kali seseorang yang sedang shalat sudah melaksanakan gerakan shalat dan/ atau membaca suatu bacaan. Tujuannya agar pikiran yang ada dalam dirinya ikut bergerak juga bersama gerakan badan, dan ikut membaca serta memahami bacaan yang dibaca. Akhir dari penulisan karya tulis ini, penulis memperoleh suatu kesimpulan bahwa dengan terus berupaya merasakan kehadiran Allah, tuma’ninah akan dirasakan setelah upaya terus- menerus- sepanjang shalat- untuk terus menyatukan jiwa dengan fisik. Jiwa seringkali lebih lambat daripada fisik karena ia terbebani berbagai pikiran dan persoalan hidup. Maka seseorang yang hendak memperoleh kekhusyu’an dalam shalat, ia harus sabar untuk terus berupaya mengajak jiwanya kepada shalat, dan bersabar ketika sang jiwa seringkali terlambat ‘memenuhi’ ajakan itu. Kata kunci: Sholat, Tuma’ninah. iii MOTTO Tetaplah pada jalan petunjuk, tak apa walaupun yang menjalani cuma sedikit jauhilah jalan yang nyeleweng jangan tergiur oleh banyaknya orang yang sesat. Tidak akan baik suatu bangsa tanpa adanya kamuliaan dan kemuliaan tak akan ada jika dipimpin oleh orang yang bodoh. Janganlah kamu menyia- nyiakan majlis- majlis ilmu karena sesungguhnya ilmu itu seperti cahaya dalam member petunjuk. Berjalanlah kamu diatas bumi dengan memakai etika karena sesungguhnya manusia itu seperti lalat jika meninggalkan etika. Sebaik- baik manusia adalah seseorang yang memiliki etika dan ilmu secara bersamaan. iv KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul “Menemukan Kebahagiaan dalam Sholat Khusyu’ “. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan Nabi Agung Muhammad SAW yang telah membawa kita dari zaman jahiliyyah menuju zaman islamiyyah. Alhamdulillah akhirnya pembuatan karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan, oleh karena itu rasa terima kasih penulis sampaikan kepada: 1. Bapak Drs. H. Moh. Said, selaku Kepala Madrasah. 2. Ibu Nur Imamah, S.Pd, selaku guru pembimbing karya tulis ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif senantiasa penulis harapkan. Akhirnya penulis mohon maaf atas segala kekhilafan dan kekurangan. Semoga karya tulis ini bermanfaat bagi kita semua. Amin. Kudus, Juni 2012 Penulis v DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………… ii SARI………………………………………………………………………….. iii MOTTO………………………………………………………………………. iv KATA PENGANTAR……………………………………………………… v DAFTAR ISI…………………………………………………………………. vi BAB I : PENDAHULUAN………………………………………………… 1 A. Latar Belakang…………………………………………………. 1 B. Perumusan Masalah…………………………………………… 4 C. Tujuan Penulisan………………………………………………. 4 D. Manfaat Penulisan……………………………………………... 4 E. Sistematika Penulisan ………………………………………… 4 BAB II : TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………... 6 A. Pengertian Sholat……………………………………………… 6 B. Pengertian Tuma’ninah…………………………………………. 7 BAB III : METODE PENULISAN………………………………………… 6 BAB IV : PEMBAHASAN………………………………………………….. 7 A. Menghadirkan Tuma’ninah dalam sholat…………………….. B. Dampak Positif yang akan diperoleh bagi orang yang telah menghadirkan tuma’ninah dalam sholat…………………………..12 BAB V : PENUTUP……………………………………………………13 A. Kesimpulan……………………………………………….. 13 B. Saran…………………………………………………….... 14 vi C. DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………15 D. BIODATA PENULIS……………………………………………………….16 vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang (Menjelaskan mengenai cara menghadirkan tuma’ninah dalam sholat yang merupakan salah satu hubungan antara manusia dengan Tuhannya). Manusia adalah makhluk ciptaan Allah yang terkena aturan (taklif) untuk mengabdi kepada Tuhannya disertai janji Allah berupa pahala dan siksa, dalam Al-qur’an disebutkan: “Dan tidak Aku (Allah) ciptakan jin dan manusia melainkan s upaya untuk mengabdi kepada- Ku”. Salah satu kewajiban manusia terhadap Tuhannya adalah menjalankan sholat. Dimana sholat merupakan pangkal ketaatan setalah dua kalimat syahadat. Abu Hurairah Radliallahu’anhu, salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, menceritakan bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam selalu sholat malam sampai kakinya bengkak. Kemudian ‘Aisyah bertanya, “ Mengapa engkau melakukannya sampai begini, padahal dosa- dosamu sudah diampuni Allah?” Maka beliau menjawab, “Tidak bolehkah aku menjadi hamba yang bersyukur?” (Hadits riwayat Ibnu Majah). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam ketika sholat malam sendirian, bukan main lamanya, tetapi jika sholat fardlu dimajid berjamaah,beliau mempercepat sholatnya- dengan tetap tuma’ninah- karena memahami keadaan makmumnya yang beragam. 1 Diriwayatkan dari Muthrif bin Abdillah, anak salah seorang sahabat Nabi,bahwa bapaknya berkata,” Aku pernah mendatangi Rasulullah waktu itu aku dapati beliau sedang sholat. Dan aku mendengar tangisnya seperti orang merintih”. (Hadits riwayat Abu Daud). Salah seorang sahabat Nabi, Hudzaifah Ibnul Yaman berkata,”Aku pernah sholat bersama Nabi (sholat malam). Beliau membaca surat Al Baqarah, lalu ruku’ ketika sampai pada ayatnya yang ke seratus. Lalu bangun dan menamatkannya pada rakaat kedua. Kemudian bangun lagi dan membaca Ali Imram, lalu AnNisa. Kalau ada ayat tasbih, beliau bertasbih; kalau ada membaca ayat do’a, beliau berdo’a. lalu ruku’ lama sekali, seakan- akan sama dengan satu rakaat, lalu bangun dan diam agak lamakemudian sujud lama sekali, hampir sama dengan bangunnya”.(Hadits riwayat Bukhori). Berarti pada malam itu beliau membaca lebih dari lima juz dalam sholat. Salah satu sahabat Nabi, Abdullah bin AzZubair, apabila ia sedang sholat, maka seakan- akan dia adalah sebatang pohon karena khusyu’nya. Saat dia sujud lalu ada beberapa ekor burung yang hinggap di punggungnya, maka hal itu tidak membuatnya terusik. Sampai dikatakan bahwa yang bisa mengusiknya adalah jika dia ditimpa runtuhan dinding. Maimun bin Mahram, seorang shalih dari umat yang terdahulu, mengisahkan bagaimana shalatnya seorang tokoh ulamashalih lainnya di zamannya, yaitu Muslim bin Yassar. Katanya, “ Sekali anakan sholat. Suatu kali sebagian bangunan masjid ada yang roboh sehingga orang- orang yang ada di pasar menjadi kaget karenanya. Sementara saat itu pula Muslim bin Yassar berada didalam masjid sedang sholat, tapi sama sekali dia tidak menoleh….” 2 Bagaimanakah orang-orang shalih tersebut larut dalam sholat mereka? Orang- orang yang larut dalam sesuatu adalah mereka yang merasa senang dan bahagia dalam sesuatu itu. Bagaimanakah sholat, ibadah yang merupakan pangkal ketaatan setelah dua kalimat syahadat dapat menjadi sesuatu yang menjadi sumber rasa bahagia dan menyenangkan bagi orang- orang tersebut? Sementara kebahagiaan yang diperoleh secara terus menerus dari apa yang dilakukan secara berkesinambungan, akan menguatkan mental dan mengokohkan kepribadian. Rasa bahagia yang masuk kedalam jiwa bersifat alami, apa adanya dan sejati, selama sesuatu itu bukan hal yang merusak seperti narkoba. Lain halnya dengan narkoba yang secara fisik merusak, yang daya rusaknya menjalar ke otak sehingga ia juga merusak pikiran. Jelas rasa ‘bahagia’ yang ditimbulkannya hanyalah semu, sesaat, setelah itu adalah kesakitan yang luar biasa dan kerusakan parah pada tubuh. Sejatinya adalah kesengsaraan. Bagaimanakah sebuah rangkaian gerakan, bacaan, dalam iman kepada Allah, mampu membuat seseorang merasa sangat bahagia sehingga ia bisa larut didalamnya? Sementara tidak sedikit orang yang tidak merasakan apa- apa sesudah melaksanakannya kecuali perasaan yang mengatakan, “Ah, tenang sudah sholat, gak ada beban lagi kalau mau ngapa-ngapain”. Bahkan ada pula yang merasakan sholat itu beban sehingga jiwanya berbisik, ‘Nanti sajalah dilaksanakan kalau saya sudah tua’, padahal realita mengatakan bahwa Allah ‘memanggil’ hamba- hamba-Nya bukan hanya dari kalangan usia lanjut, tetapi juga orang muda, remaja, anak-anak, bahkan bayi yang baru lahir. 3 B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana upaya yang harus dilakukan untuk menghadirkan tuma’ninah dalam sholat? 2. Bagaimana dampak positif yang diperoleh bagi orang yang telah menghadirkan tuma’ninah dalam sholat? C. Tujuan Penulisan 1. Mengetahui upaya apa saja yang harus dilakukan untuk menghadirkan tuma’ninah dalam sholat. 2. Mengetahui dampak positif yang akan diperoleh bagi orang yang telah menghadirkan tuma’ninah dalam sholat. D. Manfaat Penulisan 1. Penulis : dapat meningkatkan kualitas dalam beribadah. 2. Praktisi Pendidikan : mengajarkan kepada peserta didik bagaimana cara beribadah yang baik dan benar. 3. Pemerintah : dapat menyeimbangkan antara kegiatan kepemerintahannya dan hubungannya dengan Tuhannya. 4. Masyarakat : dapat meningkatkan kualitas ibadahnya. E. Sistematika Penulisan Secara garis besar sistematika penulisan karya tulis ini terdiri daritiga bagian sebagaimana berikut : 1. Bagian Muka Dalam bagian ini terdiri dari: halaman judul, halaman motto, halaman pengesahan, daftar isi, dan sari. 4 2. Bagian Isi Dalam bagian ini, terdiri dari: pendahuluan, tinjauan pustaka, metode penulisan, pembahasan, dan penutup. 3. Bagian Penutup Pada bagian ini terdiri dari: daftar pustaka, dan biodata penulis. 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Sholat Sholat adalah sendi agama dan pangkal ketaatan. Diantara adabnya yang paling bagus adalah khusyu’. Diriwayatkan dari Usman bin Affan Radliallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam, beliau bersabda, yang artinya: “Tidaklah tiba waktu sholat fardlu kepada seseorang, lalu ia membaguskan wudlunya, khusyu’nya, dan ruku’nya, melainkan sholat itu menjadi penebus dosa- dosanya yang telah lampau, selagi dia tidak mengerjakan dosa besar, dan yang demikian itu berlaku seterusnya”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim). Dari hadits lain dari Usman bin Affan juga, dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,beliau bersabda,yang artinya: “ Barang siapa sholat dua rakaat, sedang ia tidak mengajak jiwanya bercakap- cakap ketika sholat itu, maka dosanya yang telah lalu akan diampuni”. (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim). B. Pengertian Tuma’ninah Tuma’ninah adalah sikap diam sejenak dan tenang setiap kali seseorang sedang sholat sudah melaksanakan suatu gerakan sholat dan atau membaca suatu bacaan. Tujuannya adalah agar pikiran yang ada pada dirinya ikut bergerak juga bersama gerakan badan, ikut membaca serta memahami bacaan yang dibaca. 6 Gerakan-gerakan sholat adalah simbol-simbol ketundukan, ketaatan pada Yang Maha Agung, jika jiwa tidak ikut serta, maka ia hanya merupakan gerakan-gerakan kosong tanpa makna. Sedangkan bacaan adalah nasihat-nasihat yang menunjuki dan menguatkan jiwa. Jika jiwa sendiri tidak turut membacanya dengan tulus, maka bacaan itu menjadi seperti igauan tanpa dimengerti oleh orang yang mengucapkannya sendiri karena ia tidak sadar ketika mengucapkannya. 7 BAB III METODE PENULISAN Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis menggunakan metode literatur dengan cara mempelajari dan membaca dari media cetak (buku dan majalah). 8 BAB IV PEMBAHASAN A. MenghadirkanTuma’ninah dalam Sholat Dengan terus berupaya merasakan kehadiran Allah, tuma’ninah akan dirasakan setelah upaya terus- menerus- sepanjang sholat- untuk terus menyatukan jiwa dengan fisik. Jiwa seringkali le-bih lambat daripada fisik karena ia terbebani berbagai macam pikiran dan persoalan hidup . Maka seseorang yang ingin memperolah kekhusyu’an dalam sholat, ia harus sabar untuk terus berupaya mengajak jiwanya kepada sholat, dan bersabar ketika sang jiwa seringkali terlambat ‘memenuhi’ ajakan itu. Ketika lidah mengucapkan Allahu akbar, yang bermakna “Allah Maha Besar”, diamlah sejenak dan berilah waktu kepada jiwa untuk mengikuti ucapan lidah, mengagungkan Allah. Karena jika li-dah bertakbir sementara pikiran masih mengarah kepada selain Allah, maka pada saat itu sebenarnya sang hati memandang hal selain Allah tersebut lebih besar kepentingannya daripada menghadap Allah, sehingga lebih perlu dipikirkan. Maka bagaimanakah Allah akan menuntun dan menolong kita jika setiap kali menghadap-Nya, setiap kali itu pula kita tidak menganggap-Nya penting. Ucapan ‘Allahu akbar’ hanya di lidah. Upaya menyadari hal ini akan membantu jiwa kita agar ia tulus juga mengagungkan Allah dengan bersamaan dengan lidah keti-ka mengucapkannya. Setelah lidah mengucapkannya, berilah waktu kepada jiwa untuk merasakan maknanya. 9 Ketika mengangkat tangan bersamaan dengan bertakbirnya lidah, berilah waktu kepada jiwa untuk juga ‘mengangkat tangannya’. Hal ini memerlukan sikap diam sejenak setelah gerakan tangan. Ketika membaca bacaan-bacaan sholat, bacalah perlahan, dan sebagian-sebagian. Tiap kali membaca bagian bacaan tersebut, berilah waktu kepada jiwa untuk juga membacanya, memahami maknanya, dan membenarkannya. Hal ini pun memerlukan sikap diam agar pikiran bekerja untuk itu semua. Setelah membaca a’udzubillahminasysyathanirrajim, diamlah sejenak, biarkan jiwa kita merasakan bahwa ia sedang berbicara kepada Allah, memohon perlindunga kepada-Nya dari bermacam bentuk gangguan syetan saat itu sibuk membisiki kita dan itu mengingatkan kita akan persoalan ini dan urusan itu. Biarkan jiwa betul- betul mohon perlindungan Allah. Ketika membaca bismillahirrahmanirrahim, rasakanlah bahwa jiwa kita sedang melaksanakan sholat ini dengan nama-Nya Yang Maha Pemu- rah dan Penyayang, dan bahwa seharusnya seperti itulah kita memulai segala sesuatu dalam hidup. Memulainya dengan basmalah. Jika jiwa kita belum mengikuti bacaan tersebut dan meresapi maknanya, tunggulah sampai ia melaksanakannya. Pada saat mengucapkan alhamdulillahirabbil ‘alamin, rasakanlah bahwa hati kita benar- benar memuji Allah dengan penuh ketulusan dan kesadaran bahwa segala pujian itu memang hanya layak ditujukan kepada-Nya. Beri waktu kepada jiwa kita untuk merasakan makna bahwa Allah itu Rabb alam semesta yang luas dan besarnya tak terkira ini. Begitu pula keti-ka membaca ayat- ayat selanjutnya. 10 Pada saat membaca iyyakana’buduwaiyyakanasta’in, berilah saat dimana ruh kita merasakan makna bahwa kita jasad dan ruh kita, sungguh- sungguh hanya menyembah, mengabdi kepada Allah, lalu benar-benar hanya kepada-Nya kita minta pertolongan. Hendaklah kita meresapi betul makna pengabdian dan permohonan ini. Bersamaan dengan pengucapan ihdinshshirathalmustaqim, biarkan-lah jiwa kita mengungkapkan permohonannya akan petunjuk ke jalan yang lurus dalam hidup ini, sebab alangkah banyaknya hal-hal yang dapat me-malingkan langkah kita dari jalan yang benar. Maka kita sangat memerlu-kan petunjuk Allah dalam menghadapi hal sekecil apapun. Begitulah ayat- ayat dibaca satu persatu dengan tenang, diselingi diam sejenak agar ruh kita mampu mengikutinya. Ketika ruku’ rasakanlah tawadlu’ dan ketundukan dihadapan Allah Yang Maha Besar, sebagaimana sikap fisik dan ucapan lidah kita saat itu. Dan ketika sujud, berilah waktu kepada jiwa untuk merasakan kerendahan diri kita dihadapan keagungan-Nya; menyadari bahwa kita berasal dari ta-nah, bumi tempat kita meletakkan wajah kita ketika sujud itu. Pada saat membaca do’a diantara dua sujud, bacalah satu persatu secara perlahan diselingi diam sejenak. Biarkanlah ruh merintih kepada Allah dengan merasakan makna do’a-do’a itu. Membaca perlahan dengan upaya merasakan makna yang ada didalam bacaan tersebut, diselingi diam sejenak untuk memberikan waktu kepada ruh agar dapat berinteraksi dengan makna- makna itu, itulah tuma’ninah dalam membaca bacaan sholat. 11 B. Dampak Positif yang akan Diperoleh bagi Orang yang telah Menghadirkan Tuma’ninah dalam Sholat Sholat tidak hanya merupakan perwujudan rasa terima kasih terhadap nikmat yang dianugerahkan Allah SWT, tetapi juga mempunyai dampak positif bagi yang melaksanakannya. Dampak positif tersebut antara lain: 1. Selalu terjalinnya hubungan yang kuat antara seorang hamba dan pencipta yang membawa kenikmatan, keamanan, ketenangan, dan keselamatan, yang diwujudkan dalam bentuk penyataan diri dan penghambaan diri kepada Allah. 2. Sholat merupakan sarana untuk mencapai kemenangan dan keberuntungan (QS. Al-mukminun: 1 dan QS. Al-ma’arij:19). Dalam hadits Rasul menyatakan bahwa sholat yang dilakukan lima kali sehari semalam itu dapat menghapuskan dosa sebagaimana air yang dipakai mandi dapat menghapus daki yang ada di badan. 3. Akan tercipta hubungan yang amat dekat antara pelaku dan Allah SWT terhadap segala tindakan yang pada akhirnya akan memberikan ketenangan yang besar dalam jiwa dan menjauhkan dari kelalaian yang dapat memalingkan seseorang dari ketaatannya pada Allah. 12 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Gerakan- gerakan shalat adalah symbol-simbol ketundukan, ketaatan pada Yang Maha Agung, jika jiwa tidak ikut serta, maka ia hanya merupa-kan gerakan- gerakan kosong tanpa makna. Sedangkan bacaan adalah nasihat-nasihat yang menunjuki dan menguatkan jiwa. Jika jiwa sendiri tidak turut membacanya dengan tulus, maka bacaan itu menjadi seperti igauan tanpa dimengertioleh orang yang mengucapkannya sendiri karena ia tidak sadar ketika mengucapkannya. Dengan terus berupaya merasakan kehadiran Allah, tuma’ninah akan dirasakan setelah upaya terus- menerus sepanjang shalat untuk terus menyatukan jiwa dan fisik. Beberapa dampak yang dapat diperoleh bagi orang yang telah menghadirkan tuma’ninah dalam sholat antara lain: 1. Terciptanya hubungan yang kuat antara seorang hamba dan penciptanya yang membawa kenikmatan, keamanan, ketenangan, dan keselamatan. 2. Terciptanya hubungan yang sangat dekat antara seorang hamba dan Allah, sehingga terasa adanya pengawasan dari Allah terhadap segala tindakan yang pada akhirnya akan memberikan ketenangan yang besar dalam jiwa dan menjauhkan dari kelalaian yang dapat memalingkan seseorang dari ketaatannya pada Allah SWT. 13 B. Saran Marilah kita terus-menerus menyatukan jiwa dan fisik ketika menghadirkan tuma’ninah dalam sholat. Karena sholat yang khusyu’ mempunyai dampak positif yang banyak. 14 DAFTAR PUSTAKA Zulkarnain, Eka., dan Abdul lathif, Rina. Februari 2009. Menemukan Kebahagiaan dalam Shalat Khusyu’ Alia. Hlm. 99 15 BIODATA PENULIS DATA PRIBADI: Nama Lengkap: Mustaqimatul Khoiriyah Tempat dan tanggal lahir : Kudus, 14 September 1994 Alamat: Kajeksan 78A Kudus DATA MADRASAH Nomor induk siswa: 06412 Kelas: XII PK Nama Madrasah: MA NU Banat Kudus Alamat madrasah: Jln. KHM. Arwani Amin Kajan krandon Kudus Nomor telepon madrasah: (0291) 443143, 3316150 16

Tidak ada komentar: