(30) NURUL 'A'YUN
43 Karya Tulis/Lagu Nur Amin Bin Abdurrahman:
(1) Kitab Tawassulan Washolatan, (2) Kitab Fawaidurratib Alhaddad, (3) Kitab Wasilatul Fudlola', (4) Kitab Nurul Widad, (5) Kitab Ru'yah Ilal Habib Luthfi bin Yahya, (6) Kitab Manaqib Assayyid Thoyyib Thohir, (7) Kitab Manaqib Assyaikh KH.Syamsuri Menagon, (8) Kitab Sholawat Qur'aniyyah “Annurul Amin”, (9) Kitab al Adillatul Athhar wal Ahyar, (10) Kitab Allu'lu'ul Maknun, (11) Kitab Assirojul Amani, (12) Kitab Nurun Washul, (13) Kitab al Anwarullathifah, (14) Kitab Syajarotul Ashlin Nuroniyyah, (15) Kitab Atthoyyibun Nuroni, (16) Kitab al 'Umdatul Usaro majmu' kitab nikah wal warotsah, (17) Kitab Afdlolul Kholiqotil Insaniyyahala silsilatis sadatil alawiyyah, (18) Kitab al Anwarussathi'ahala silsilatin nasabiyyah, (19) Kitab Nurul Alam ala aqidatil awam (20) Kitab Nurul Muqtafafi washiyyatil musthofa.(21) KITAB QA'IDUL GHURRIL MUCHAJJALIN FI TASHAWWUFIS SHOLIHIN,(22) SHOLAWAT TARBIYAH,(23) TARJAMAH SHOLAWAT ASNAWIYYAH,(24) SYA'IR USTADZ J.ABDURRAHMAN,(25) KITAB NURUSSYAWA'IR(26) KITAB AL IDHOFIYYAH FI TAKALLUMIL ARABIYYAH(27) PENGOBATAN ALTERNATIF(28) KITAB TASHDIRUL MUROD ILAL MURID FI JAUHARUTITTAUHID (29) KITAB NURUL ALIM FI ADABIL ALIM WAL MUTAALLIM (30) NURUL 'A'YUN ALA QURRATIL UYUN (31) NURUL MUQODDAS FI RATIBIL ATTAS (32) INTISARI & HIKMAH RATIB ATTAS (33) NURUL MUMAJJAD fimanaqibi Al Habib Ahmad Al Kaff. (34) MAMLAKAH 1-25 (35) TOMBO TEKO LORO LUNGO. (36) GARAP SARI (37) ALAM GHAIB ( 38 ) PENAGON Menjaga Tradisi Nusantara Menulusuri Ragam Arsitektur Peninggalan Leluhur, Dukuh, Makam AS SAYYID THOYYIB THOHIR Cikal Bakal Dukuh Penagon Nalumsari Penagon (39 ) AS SYIHABUL ALY FI Manaqib Mbah KH. Ma'ruf Asnawi Al Qudusy (40) MACAM-MACAM LAGU SHOLAWAT ASNAWIYYAH (bahar Kamil Majzu' ) ( 41 ) MACAM-MACAM LAGU BAHAR BASITH ( 42 ) KHUTBAH JUM'AT 1998-2016 ( 43 ) Al Jawahirun Naqiyyah Fi Tarjamatil Faroidus Saniyyah Wadduroril Bahiyyah Lis Syaikh M. Sya'roni Ahmadi Al Qudusy.
Rabu, 08 Januari 2014
WALI AGUNG ABANG UMAR CIREBON
BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR
Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum:
Abah Umar adalah keturunan Rasulullah Saw.ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahib al-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Aridh bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra binti Muhammad Rasulullah Saw.
Habib Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain.
Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari.
Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh Kyai Sujak.Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH.Abbas. Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh di pesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal.
Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman.Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual.
Melawan Penjajah Dengan Dakwah
Demi menegakkan ajaran islam, ia tak kenal kompromi dengan pemerintah kolonial Belanda.
Habib Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Da’i berdarah Hadhramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H. Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim, Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein.
Pendidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921.
Menyaksikan masyarakat kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarif Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya.Maka, setiap malam Jum’at Habib Umar pun menggelar pengajian di rumahnya.
Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat.Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia dibebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda.
Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda.
Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi dan pengajiannya ditutup, enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan.
Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. Maka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon, seperti Kiai Ahmad Sujak (Bobos), Kiai Abdul Halim (Majalengka), Kiai Syamsuri (Wanantara), Kiai Mustafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjul).
Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang dikeluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran.
Panji-Panji Syahadatain
Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain.Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asy-Syahadatain”.Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah.Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno.
Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asy-Syahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan jama’ahnya bertawasul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul Bait, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Asy-Syahadatain.
Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Asy-Syahadatain, menulis buku berjudul Auradh Thariqah Asy-Syahadatain, Sebagai pedoman bagi jama’ahnya.Syahadat, menurut Habib Umar, tidak cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya.
Karyanya yang lain adalah Aurad (1972), menggunakan bahasa daerah yang berisi ilmu akhlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin.
Habib Umar menghadap ke hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973.Semoga amal ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt.
(Sumber: Majalah al-Kisah no.09/4 – 17 Mei 2009 halaman 146).
Sejarah Syekhunal Mukarom Atau Abah Umar Bin Isma’il Bin Yahya
Syekhunal Mukarom adalah sebutan bagi al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabi’ul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M.
Ayahnya adalah seorang Da’i asal Hadramaut yang menyebarkan islam di nusantara yang bernama al-Habib Syarif Isma’il bin yahya, sedangkan ibunya adalah siti Suniah binti H. Shidiq asli Arjawinangun. Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari Syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa khawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebut pun hilang.
Menginjak ke usia 7 tahunan, al-Habib Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus, Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke Ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren Ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrenya akan kedatangan Habib Agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi Habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan aga Habib dihormati, dan dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah al-Habib Abah Umar ke pesantren Ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil.
Diceritakan bahwa Abah Umar di Ciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun di sana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas di samping kiai, sehingga para santripun mencibir dan mencemooh. Abah Umar menunjukkan khawariqnya dengan mengingatkan KH.Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamarpun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan.Setelah beberapa waktu mesantren di Ciwedus KH.Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Mbah Kholil Bangkalan-Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar yang di dalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat.
Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos di bawah asuhan KH.Syuja’i dari pondok Bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet di bawah asuhan KH.Abbas. Di Buntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di Ciwedus, tidak mengaji hanya bermain-main di bawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukulah meja kiaitersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat.
Setelah dari pondok Buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka di bawah asuhan KH.Anwar dan KH. Abdul Halim, di pesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahun. Sesampai Abah Umar di rumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di Panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atas dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah. Ngaji Syahadatnya Abah Umar pun terdengar ke seluruh plosok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari selamet dunya akherat dengan Itba’ dan Bai’at kepada Abah Umar.Karena di saat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orangtua yang ma’rifat.
Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim.Setiap malam Jum’at, Panguragan dihadiri oleh para jama’ah yang ingin mengaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orang tua dulu ketika belanda melewati Panguragan mereka berkumandang “Maulana ya maulana….” Dengan khidmatnya (terpengaruh oleh karomahnya Abah Umar). Pada tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena di saat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai mancanegara.
Karena semakin ramai, maka para kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-Syahadatain, sehingga mereka khawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang di pengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilan pun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun.Akhirnya Abah Umar pun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH.Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap 3 bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar.
Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawasulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin. Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad Saw.Beliau hadir dalam acara tawasul tersebut secara bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat Jibril dan memberinya gelar Syekh Alim.Kemudian disusul Siti Khodijah memberikan gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz.
Dengan kejadian tersebut, menurut KH.Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman.Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah.Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.di panguragan, dengan dihadiri oleh jama’ah Asy-Syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru Syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.Disamping beribadah, wirid, dan tafakur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah.Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing.
Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawasul Abah Umar dianggap menyesatkan. Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama jama’ah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali jama’ah Asy-syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama di saat itu tidak ada satu tuntunan pun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tersebut.Dan pada tahun 1971 jama’ah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. Pada tahun 1973 an masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mari’i, ia yang menjadi pelayanan di dalam lotengnya Abah. Pada pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulannya kepada sirah Abah Umar sehingga Abah Umar pun pingsan dan dibawa kerumah sakit di Bandung untuk dirawat. Di rumah sakit Abah Umar dawuh dengan membaca ayat Al-Qur’an “Innalladzii farra ‘alaika al-Qurana laraa-ddaka ilaa ma’aad”.Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akankesah (pergi/wafat). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kesah pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M.
Sabtu Minggu, 18 Desember 2011
BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR
BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR
Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum:
Abah Umar adalah keturunan Rasulullah SAW. ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahib al-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali ar-Aridl bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra bint Muhammad Rasulullah saw.
SYEKHUNAL MUKARROM
Syekhunal Mukarrom adalah sebutan bagi Al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M.
Ayahnya adalah seorang da’i asal dari Hadromaut yang menyebarkan islam dinusantara yang bernama Al-Habib Syarif Isma’il bin Yahya, sedangkan ibunya adalah Siti Suniah binti H. Sidiq asli arjawinangun.
Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa hawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebutpun hilang.
Meninjak ke usia 7 tahun nan, Al-Habib Abah Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrennya akan kedatangan Habib agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan agar Habib dihormati, dimuliakan, dan jangan dipersalahkan.
Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah Al-Habib Abah Umar ke pesantren ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil.
Diceritakan bahwa Abah Umar diciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun disana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas disamping kiai, sehingga para santri pun mencibir/mencemooh.
Abah Umar menunjukkan khowariknya dengan mengingatkan KH. Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamar pun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan.
Setelah beberapa waktu mesantren diciwedus KH. Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Embah Kholil Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar mengumpulkan para santrinya untuk di bai’at syahadat oleh Abah Umar, yang didalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat.
Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos dibawah asuhan KH. Syuja’i, dari pondok bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet dibawah asuhan KH. Abbas. Dibuntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di ciwedus, tidak mengaji hanya bermain dibawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji, sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukullah meja kiai tersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat.
Setelah dari pondok buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka dibawah asuhan KH. Anwar dan KH. Abdul Halim, dipesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahunan.
Sesampainya Abah Umar dirumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atau dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah.
Ngaji Syahadat nya Abah Umar pun terdengar keseluruh peloksok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari slamet dunya akherat dengan Itba’ dan bai’at kepada Abah Umar. Karena disaat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orang tua yang ma’rifat.
Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim. Setiap malam jum’at, panguragan dihadiri oleh para jamaah yang ingin ngaji syahadat.
Bahkan menurut berita dari orangtua dulu ketika belanda melewati panguragan mereka berkumandang “Mawlana ya Mawlana.....” dengan hidmatnya (terpengaruh oleh karomatnya Abah Umar).
Pada Tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena disaat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu, Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai manca Negara.
Karena semakin ramai, maka par kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-syahadatain, sehingga mereka hawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang dipengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilanpun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun. Akhirnya Abah Umarpun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH. Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap tiga bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar.
Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawassulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin.
Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad saw. beliau hadir dalam acara tawassul tersebut secara Bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat jibril dan memberinya gelar Syekh Alim. Kemudian disusul Siti Khodijah memberi gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz.
Dengan kejadian tersebut, menurut KH. Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya Al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman. Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah.
Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. di panguragan (Muludan), dengan dihadiri oleh Jamaah Asy-syahadatain sampai mancanegara.
Sebagai seorang guru syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Disamping beribadah, wirid, dan tafakkur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah. Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing.
Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawassul Abah Umar dianggap menyesatkan.
Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama Jamaah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali Jamaah Asy-Syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama disaat itu tidak ada satu tuntunanpun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tesebut. Dan pada tahun 1971 Jamaah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara.
Pada tahun 1973 an Masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mar’i, ia yang menjadi pelayan didalam lotengnya Abah. Pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulkannya kepada Sirah Abah Umar sehingga Abah Umarpun pingsan dan dibawa kerumah sakit dibandung untuk dirawat.
Dirumah sakit abah sempat dawuh/membaca ayat Al-quran
إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد
Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akan Kesah (pergi). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kemiren pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M
, 16 Juli 2011
BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR
Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum:
Abah Umar adalah keturunan Rasulullah SAW.ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahibal-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali ar-Aridl bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra bint Muhammad Rasulullah saw.
Habib Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain.
Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari.
Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh K Sujak.Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH.Abbas. Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh di pesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal.
Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman.Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual.
by. Yusuf Muhajir Ilallah Ponpes Miftahussa'adah Kudus
Diposkan oleh Yusuf Muhajir Ilallah di 11.19
Minggu, 12 Mei 2013
Berguru Lebih Dari Satu
Beberapa teman Jama'ah ada yang bertanya kepada saya:
Bolehkah aurad (wirid-wirid) dan dzikir tuntunan Abah Umar dibarengi atau diiringi dengan aurad dan dzikir dari guru tarekat yang lain? Lalu apa hukumnya bertarekat lebih dari dua guru?
Kami menjawab:
Sebaiknya laksanakan tuntunan dari satu guru, karena ulama tarekat sepakat bahwa yang utama adalah hanya melaksanakan aurad dan dzirikir serta tuntunan dari satu guru saja. Lihat di kitab Radd Akadzib halaman 48
وقد نص العلماء على ان الافضل ان يشتغل المرء بطريق واحد كما يشتغل طالب العلم بشيخ واحد (رد اكاﺫب - ٤۸)
"Ulama menash (memastikan) bahwa yang utama adalah menyibukkan diri dengan satu tarekat saja, sebagaimana orang yang menuntut ilmu kepada satu guru saja."
Bahkan dalam kitab al-Anwar al-Qudsiyyah menisbatkan orang yang mempunyai guru lebih dari satu telah menduakan ajaran.Sedangkan orang yang menduakan ajaran tersebut dianggap sebagai godaan dari syaitan untuk menggagalkan bertarekat.
من لم يكن له استاﺫ واحد فهو مشرك فى الطريق والمشرك شيخه الشيطان (ﺍﻻﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﻘﺪﺳﻴﺔ - ٤٣)
"Siapa yang gurunya tidak tunggal maka ia menserikatkan tarekat, dan orang yang menserikatkan tarekat itu syaikhnya adalah syaitan"
Minggu, 23 September 2012
ASY-SYAHADATAIN
“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmatMu kepada junjungan Nabi Muhammad beserta keluarganya serta sahabat-sahabatnya begitu juga keselamatan”…3x
Asy-Syahadatain, kita semua tahu artinya adalah “Dua Kalimah Syahadat”. Sudah diketahui secara umum asy-Syahadatain itu dipergunakan untuk nama Jama’ah Pimpinan Almaghfurlah al-Habib Umar bin Ismail bin Yahya atau akrab dipanggil Abah Umar di daerah Panguragan Cirebon.
Mengapa nama itu diambil?
Karena nama itu cukup sederhana dan mengandung latar belakang yang dapat kami terangkan antara lain sebagai berikut:
Umat sedunia pada umumnya sudah mengetahui tentang Lima Rukun Islam, yaitu:
1. Mengucapkan 2 (dua) kalimah syahadat
2. Menjalankan shalat lima waktu
3. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan
4. Mengeluarkan zakat
5. Menunaikan ibadah haji (bagi yang mampu)
Dan untuk melaksanakan kelima Rukun Islam itu diperlukan mengetahui semua syarat rukunnya, tapi sayang sebagai salah satu akibat dari 350 tahun penjajahan di Indonesia ini (untuk tidak mengkambinghitamkan Bangsa sendiri/Islam) sesungguhnya yang sudah banyak diketahui kaum Islam awam itu hanya syarat rukunnya shalat, puasa, zakat dan haji saja. Sedangkan syarat rukunnya syahadat banyak dilupakan atau kurang perduli.Hal itu dapat terjadi karena mungkin kebanyakan umat Islam di Indonesia ini kesadaran beragamanya berdasarkan keturunan. Akan tetapi lain bagi orang atau dari agama lain yang baru masuk Islam, Dua Kalimah Syahadat itu jelas merupakan pintu gerbang pertama sebelum memasuki pintu rukun Islam yang lain.
Apa bedanya Rukun dan Syarat?
Rukun, adalah tiang utama dalam suatu pengamalan ibadah yang wajib dikerjakan karena jika ditinggalkan maka amalan tersebut kurang/seluruhnya menjadi tidak diterima.Boleh juga disebut sebagai tiang dari suatu bangunan.
Syarat, adalah cara, jenis atau perbuatan yang menentukan sah atau tidaknya pengamalan rukun itu.
Bila diumpamakan tiang suatu bangunan itu sah menjadi Rukun Bangunan tersebut bilamana tiang itu memenuhi syarat, antara lain harus kuat atau terdiri dari jenis kayu apa, atau bagaimana cara membuatnya supaya kuat dan agar menjadi rukun yang sah dari bangunan tersebut.
Menelusuri Syahadat sebenarnya sangat dalam dan luas, pembagian Syahadat dapat dilihat dari:
• Ditinjau dari Isi Bentuknya yaitu: Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul.
• Ditinjau dari Pengamalannya yaitu: Syahadat Thariqat dan Syahadat Haqiqat.
• Ditinjau dari Hasilnya yaitu: Syahadat Sirri, Syahadat Sejati, dan Sejatinya Syahadat.
• Ditinjau dari Macamnya: Syahadat Sholawat, Syahadat Payung, Syahadat Ulul ‘Azmi, Syahadat Nuril Mubin, dan Syahadat Mahdi
Pembahasan Bai’at/Stempel dapat diambil titik terang dari pembagian Syahadat ditinjau dari Prakteknya: Syahadat Syari’at, Thariqat dan Syahadat Haqiqat. Jalan Syahadat Syari’at secara istilah juga disebut dengan Syahadat Bai’at.Untuk mengamalkan bentuk Syahadat yang satu ini yakni harus meyakinkan sifat ketuhanan dan sifat kerasulan seorang Nabi dengan bukti diucapkan dengan lisan seperti yang kita ketahui bahwa Rukun Syahadat ada enam.
Rukun Syahadat inilah yang sering dilupakan oleh banyak kalangan Islam lainnya, padahal apabila tidak dikerjakan salah satu Rukun Syahadat tersebut maka batallah Syahadatnya/keislamannya, sedangkan Syahadat termasuk dalam Rukun Islam yang pertama.
Rukun Syahadat diambil dariTanqih al-Qaul:
1. Niat: guna menguatkan akidah
2. Syahid: orang yang menyaksikan
3. Masyhud Lahu: meyakini Allah dan RasulNya
4. Masyhud Bih: menyaksikan sifat ketuhanan Allah Swt. dan kerasulan Nabi Muhammad Saw.
5. Masyhud ‘Alaih: yaitu orang yang membaca Syahadat (orang yang disaksikan)
6. Sighat: Lafadz Kalimat Syahadat
Pelaksanaan Rukun Syahadat di atas dilakukan seseorang bersama orang lain dengan mengucapkan Dua Kalimat Syahadat dengan lisan dan disaksikan oleh seseorang dan hal seperti itulah yang ada pada tuntunan SyekhunalMukarrom dengan istilah Bai’at atau Stempel. “Wasyuruthuhumaa tsalaatsatun: Al-awwal al-ilmu bima’aaniihimaa. Wa ats-Taaanii almuwaalaat. Wa ats-Tsaalits, lafdzu asyhadu.”(Dikutip dari Kitab Tanqiihul Qaul). Artinya: Syarat sahnya mengucapkan Dua Kalimah Syahadat itu ada tiga:
1. Mengetahui arti kedua Kalimah Syahadat itu
2. Beruntun pengucapannya.
3. Pakai kata Aku Bersaksi (Asyhadu)
Stempel/Bai’at merupakan pengucapan ikrar atas keislaman seseorang dalam menjalankan Rukun Islam pertama agar menjadi seorang muslim yang benar-benar Islam. Seorang muslim dapat dibedakan menjadi 4, diantaranya:
1. Islam Tansibi yaitu seorang muslim karena asal mula keturunan orang tuanya yang beragama Islam dan ini termasuk Islam yang lemah.
2. Islam Tasbih yaitu keislaman seseorang ataupun ibadahnya itu karena terbawa oleh lingkungan yang sarat akan agama. Maka ia sibuk beribadah dan begitu pula sebaliknya.
3. Islam Tahqiri yaitu orang yang mengaku islam dan apabila ia diperintahkan untuk melakukan hukum islam ia meremehkannya, bentuk islam seperti inilah yang membahayakan.
4. Islam Tahqiqiyaitu keislaman seseorang karena keyakinannya yang tinggi pada Allah dan RasulNya, sehingga ia selalu mengamalkan perintah Allah dan RasulNya. Bentuk Islam seperti inilah yang dibenarkan.
Ditinjau dari bentuknya Islam tersebut untuk mencapai bentuk Islam yang ke 4 (empat) harus melakukan beberapa hal yang dapat menjadi Islam Tahqiqi diantaranya:
a. Tajdidul Islam (merehabilitasi Iman dan Islam dengan Syahadat Syari’at/Bai’at)
b. Mengamalkan perintah Allah dan RasulNya serta berusaha untuk selalu ingat Allah sebagaimana yang dinadzomkan oleh Syekhuna:
Eling Allah kang gumantil # Demen Rasul ayo ngintil
Eling Allah kang sempurna # Ora bisa akalana
Amal eling kang digawa # Barang akeh ora digawa
c. Selalu banyak berdzikir dan membiasakan membaca Syahadat setiap waktu sesuai yang didawuhkan oleh Syekhunal Mukarrom sebagai berikut:
Syahadat Tauhid Anjingena # Syahadat Rasul Lakonana
Ngaji Syahadat aja telat # Yen wis waktu gage mangkat
Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tawakkal # Lan nerima syukurane aja gagal
Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tafakkur # Supaya cangkem ati dadi akur
Ayu batur dirubah kita pikire # Eling Allah kang akeh muji dzikire
Saban dina karo ALLAH ora parek # Saban dina kang di pikir ya brekepek
Begitulah Syekhunal Mukarrom dalam pendapat/tuntunan yang disyairkan dengan Nadzom, dimana dapat disimpulkan bahwa Bai’at Syahadat itu tidak lain agar kita selamat baik di dunia maupun di akherat sebagai seorang Muslim dan Mu’min. Hal ini dijelaskan dalam kitab Habl al-Matin halaman 8 mengenai Bai’at islam.
Allah berfirman dalam QS.Fushsilat ayat 30:“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Allah berfirman dalam QS.al-Ahzab (golongan-golongan) ayat 45-46:“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izinNya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi.”
Allah berfirman dalam QS.Thahaayat 14: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.”
Allah berfirman dalam QS.al-Baqarah (sapi betina) ayat 222: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Diposkan oleh Majlis Arrahman di 11.44
Label: Alkisah, Aqidah Akhlak, Sejarah dan Asal Usul
WALI-WALI YANG DI TAWASSULI OLEH JAMAAH ASY-SYAHDATAIN
ZAMAN BERZAMAN
Disebutkan bahwa zaman akhir dibagi kedalam tujuh zaman, dan pada setiap zamannya terdapat shohibuzzaman. Yaitu;
Zaman Nur, adalah zaman cahaya/penerang dari zaman kegelapan/jahiliyah. Shohibuzzamannya adalah Kanjeng Rosulullah Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para nabi, rosul, dan para wali yang tidak ada nabi sesudahnya melainkan hanya para wali. Pendampingnya adalah Syekh Ahmad Ar-rifa’i, dan ada yang berpendapat pendampingnya adalah Sayyidina Ali RA.
Zaman Mubin, adalah zaman penjelas dimana para habib dibunuh mati, artinya sudah jelas dapat dibedakan antara golongan orang-orang ahli surga yang cinta kepada keluarga nabi dan ahli neraka yang tidak mencintai keluarga nabi. Shohibuzzamannya adalah Syekh Al-Imam Ali Zaenal Abidin bin Sayyid Husen bin Fatimah Azzahra. Beliau sebagai Sulthonul Awliya’ Qutburrobbani Khalifatuurasul pertama. Pendampingnya adalah Syekh Ahmad Baidlawi.
Zaman Musthofa, adalah zaman pilihan, Shohibuzzamannya adalah Syekh Al-Imam Ja’far Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Syekh Ali Zainal Abidin, pendampingnya adalah Syekh Ahmad As-shodiq
Zaman Alim, adalah zamannya ilmu pengetahuan, disaat itu ilmu pengetahuan sedang dalam puncak keemasannya, baik dari golongan ummat islam maupun dari golongan kaum barat. Shohibuzzamannya adalah Syekh Sayyid Hasan Asy-syazali, pendampingnya adalah Syekh Ma’abulma’al. dan menurut qoul yang lain pendampingnya adalah Syekh Abu Yazid Busthomi.
Zaman Bathin, adalah zamannya ilmu batin/eling Allah, syetan Iblis pada hancur kalah dalam peperangan melawan hatinya orang mukmin. Shohibuzzamannya adalah Sulthonul Awliya’ Qutburrobbani Syekh Abdul Qodir Jaelani dan menurut satu qiil shohibuzzamannya adalah Sayyid Yahya, pendampingnya adalah Syekh Ahmad Mafakhir.
Zaman Dzohir, adalah zamannya ilmu dzohir/kedigjayaan, banyak orang sakti dan digjaya. Shohibuzzamannya adalah Kanjeng Gusti Sinuhun Syekh Syarif Hidayatullah Gunung Jati, pendampingnya adalah Syekh Muhyi Pamijahan.
Zaman Muhsin, adalah zaman pemberesan/pembersihan hati dan pelurusan amal dan akhlak, karena pada zaman ini banyaknya kemunafikan, kemusyrikan, kemurtadan, takabbur, dan semacamnya. Zaman Muhsin terdiri dari tiga zaman yaitu;
Zaman Salam, yaitu zaman meminta slamet dunya akherat dunya akherat slamet. Shohibuzzamannya adalah Gusti Sinuhun Syarif Hidayatullah Kebon Melati Sayyidi Syekhunal Mukarrom Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, pendampingnya adalah Al-Habib Ahmad Nuril Mubin Jenun.
Zaman Rohman, yaitu zaman pengasih karena pada zaman ini banyak orang bodoh bisa mancleng/eling kepada Allah. Shohibuzzamannya adalah Syekhunal Mukarrom Sholawatullah Mursyid Embah Ahmad, pendampingnya adalah Syekhunal Mukarrom Embah Jalil.
Zaman Rohim, yaitu zaman penyayang karena pada zaman ini katanya hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mengharapkan ridho Allah dan ikhlas kepada Allah yang akan mendapatkan petunjuk.
SABILUL KHOYROT
Syahadat menjadi tempate badan rohani
Sholawat Tunjina menjadi pakaian badan rohani
Ya Kafi Ya Mubin Ya Kafi Ya Mughni menjadi panganane/makanan badan rohani
Ya Fattah Ya Rozzak Ya Rohman Ya Rohim menjadi panganane badan jasmani
Inna Fatahna, menjadi tunggangane/kendaraan badan rohani
Sholat Dhuha menjadi gudang makanan badan jasmani
Sholat Tahajjud menjadi gudang makanan badan rohani
Ya Hayyu – minadzdzolimin, menjadi jalan badan rohani
La ila ha illa anta subhanaka inni kuntu minadzdzolimin, menjadi Hudan Kenikmatan jasmani rohani
Ya Rosulullah hi jiina, menjadi penjaga jalan lalu lintas badan rohani
Allah memberikan asma kepada makhluknya yang berakal 4000 asma
2000 asma untuk kanjeng Nabi Muhammad, pengamalannya cukup dengan membaca 8 Asma saja yaitu Ya Hadi Ya Alim Ya Khobir Ya Mubin Ya Wali Ya Hamid Ya Qowim Ya Hafidz
1000 asma untuk kanjeng Syekh Abdul Qodir Jaelani, pengamalannya cukup dengan membaca 4 asma yaitu Ya Hadi Ya Alim Ya Khobir Ya Mubin
900 asma untuk para nabi, pengamalannya cukup dengan bertawassul kepada 25 nabi
90 asma untuk para malaikat, pengamalannya cukup dengan bertawassul kepada 10 malaikat
9 asma untuk para wali, pengamalannya dengan cara bertawassul kepada para wali
1 asma untuk para mukmin sejagat, pengamalannya dengan beribadah, mendekatkan diri kepada Allah dengan mudzakaroh (eling Allah).
SYEKH SYARIF HIDAYATULLAH
SEBAGAI INSAN KAMIL
Diceritakan datanglah seorang mubaligh dari Baghdad ke nusantara yang bernama Syekh Idhofi/Syekh Dzatul Kahfi/Syekh Nur Jati bersama adik perempuannya yang bernama Nyai Mas Ratu Subanglarang, mereka berdua singgah di Gunung Jati. Nyi Mas Ratu Subanglarangpun diperistri oleh Raja Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata Wisesa Sri Maha Prabu Siliwangi atas dasar istikhoroh dan petunjuk dari Allah. Sri Maha Prabu Siliwangi memiliki tiga orang istri dan empat puluh anak.
Pada suatu hari Nyi Mas Ratu Subanglarang mendapatkan hawatif (petunjuk dari Allah) untuk mengikuti sang prabu berburu kehutan, walaupun sang prabu menolak akhirnya Nyi Mas Ratu Subanglarangpun tetap ikut dalam rombongan sang prabu berburu ke hutan.
Sesampainya dihutan mereka menemukan seorang bayi laki-laki dengan posisi nyungsang diatas rerumputan, maka bayi laki-laki tersebut diangkat menjadi anak Prabu Siliwangi atas keinginan Nyi Mas Ratu Subanglarang dengan diberi nama Walangsungsang (Embah Kuwu Sangkan Pangeran Cakrabuana).
Dan beberapa selang waktu kemudian, Nyi Mas Ratu Subanglarang mendapatkan hawatif yang sama. Sesampainya dihutan bersama rombongan Prabu Siliwangi, beliau menjumpai petani yang sedang menanam terong dan saat rombongan kembali dari berburu dengan idzin Allah terong-terong tersebut telah waktunya panen. Sehingga Nyi Mas Ratu Subanglarangpun memetiknya satu buah lalu dimakannya terong tersebut. Sesampainya dikraton Nyi Mas Ratu Subanglarang pun akhirnya hamil, sang Prabu Siliwangi sangat bahagia. Dan dari kehamilan tersebut lahirlah seorang bayi perempuan yang bernama Nyi Mas Dewi Rarasantang.
Pada usianya yang telah meninjak dewasa Walangsungsang bermimpi bertemu Kanjeng Nabi Muhammad saw., sehingga Walangsungsang memohon restu dari sang Prabu Siliwangi untuk mempelajari Agama Islam. Sang Prabu pun marah besar dan Walangsungsang pun akhirnya diusir dari kraton Pajajaran.
Mengetahui kakaknya diusir, Nyi Rarasantangpun menyusul kakaknya keluar dari kraton Pajajaran. Sri Maha Prabu Siliwangi Kebingungan karena putrinya hilang, sehingga mengerahkan semua pasukannya untuk mencari sang putri Nyi Rarasantang, namun tak ditemukan.
Diceritakan Walangsungsang tiba di Gunung Maraapi (Rajadesa Ciamis Timur) bertemu dengan Sanghyang Danuwarsih (Kikuwu Cerbon Girang) dengan mengutarakan maksud kedatangannya mencari Guru Syahadat, namun tidak disanggupinya. Danuwarsih malah menikahkannya dengan putrinya yang bernama Nyi Mas Endang Geulis.
Sedangkan Nyi Rarasantang berada di Gunung Tangkuban Prahu, ia bertemu dengan Nyi Endang Sukati serta memohon bantuan untuk dipertemukan dengan kakaknya, namun Nyi Endang Sukati hanya dapat memberikan kesaktian dan petunjuk untuk menemui Ki Ajar Sakti di Gunung Liwung.
Nyi Rarasantang pun bertemu dengan Ki Ajar Sakti, beliau memberitahukan bahwa kakaknya Walangsungsang telah beristri di Gunung Maraapi dan Nyi Rarasantangpun diberi nama Ratnaeling yang kelak akan mempunyai putra yang punjul sebuana. Tidak beberapa lama akhirnya kakak adik tersebut bertemu di Gunung Maraapi.
Setelah sebulan lamanya di Gunung Maraapi Walangsungsang, Nyi Endang Geulis, dan Nyi Rarasantang melanjutkan perjalanannya mencari Guru Syahadat. Nyi Endang Geulis dan Nyi Rarasantangpun dimasukkan kedalam cincin Ampal yang dipakai Walangsungsang agar perjalanannya lebih mudah.
Di Gunung Ciangkup mereka bertemu dengan Sanghyang Nanggo, namun ia tidak bisa mengajarkan Ilmu Syahadat dan mereka hanya diajarkan ilmu kanuragan. Selanjutnya di Gunung Kumbang mereka bertemu Sanghyang Naga, di Gunung Cangak mereka bertemu Sang Pendeta Luhung, namun mereka belum menemukan juga guru yang dicari.
Akhirnya mereka bertiga menuju Gunung Jati, datang sudah dihadapan Syekh Nur Jati sambil menyampaikan tujuannya. Syekh Nur Jati segera memberikan wejangan Ilmu Syahadat Syareat Kanjeng Nabi Muhammad saw.
Walangsungsang diberi nama Shomadullah dan diijinkan membangun sebuah dukuh, dan bertemulah dengan Ki Gedeng Alang-Alang di Lemah Wungkuk, Ki Gedeng Alang-Alang memberinya nama Cakrabumi disitulah Walangsungsang membangun sebuah dukuh yaitu dukuh Cirebon. Dinamakan Cirebon karena dukuh yang dibangun oleh Cakrabumi menjadi terkenal lantaran terasi (Grage) yang dibuat oleh Cakrabumi. Yang pembuatannya dari Rebon (udang kecil) dan air perasannya dibuat Petis (Cai Rebon/Air Udang).
Ketenaran trasi tersebut sampailah ke kraton Rajagaluh, sehingga dukuh Cirebon harus membayar upeti berupa Terasi Gelondongan ke kerajaan Rajagaluh, dan diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang menjadi Kuwu, dan setelah sepeninggalnya jabatan Kuwu diserahkan kepada Cakrabumi dengan gelar Kuwu Cerbon Cakrabuana.
Setelah sekian waktu, Cakrabuana diperintahkan oleh Syekh Nur Jati untuk bai’at tabaruk kepada Syekh Maulana Ibrahim dinegara Campa. Cakrabuana mendapatkan perintah dari Syekh Maulana Ibrahim untuk menunaikan Ibadah Haji dengan membawa surat untuk Syekh Bayan dan Syekh Abdullah di Mekah.
Cakrabuana mematuhi perintah sang guru, mohon pamit meneruskan perjalanan menuju mekkah dengan menaiki mancung bersama adiknya Nyi Rarasantang. Antara lama kemudian sampailah ditanah mekkah dihadapan Syekh Bayan dan Syekh Abdullah menerimakan sepucuk surat dari Syekh Maulana Ibrahim.
Diceritakan dinegara mesir Kanjeng Sultan Maulana Mahmud Syarif Abdullah sedang bermuram durja karena ditinggal sang permaisuri, siang malam berdzikir pada Allah untuk mendapatkan kasih saying-Nya.
Pada saat tafakkurnya, Kanjeng Sultan mendapatkan petunjuk dari Allah bahwa jodohnya ada di mekkah. Akhirnya Kanjeng Sultan mengutus patihnya untuk mencari seorang perempuan yang pantas untuk jadi permaisuri.
Tidak antara lama mereka melihat seorang perempuan yang cantik sekali mengungguli perempuan senegara ia itu adalah Nyi Rarasantang, lalu dikuntitnya sampai bertemu dirumah Syekh Bayan. Perihal Kanjeng Sultan disampaikannya kepada Nyi Rarasantang. Nyi Rarasantang dan Cakrabuana ikut Ki Patih ke Mesir menghadap Kanjeng Sultan Mesir dan mereke pun ditempatkan dirumah Ki Penghulu Jamaluddin.
Kanjeng Sultan bertemu dengan Nyi Rarasantang dimasjid Tursina, beliau sangat setuju sekali mirip denga permaisurinya yang telah meninggal dunia, segera Nyi Rarasantang didekati dan dilamarnya. Namun Nyi Rarasantang meminta maskawin putra laki-laki waliyullah yang punjul sebuana, permintaan tersebut disanggupi oleh Kanjeng Sultan atas kehendak dan petunjuk dari Allah. Akhirnya Nyi Rarasantang menikah dengan Kanjeng Sultan Syarif Abdullah dan diberi nama Hj. Syarifah Muda-im.
Setelah satu tahun lamanya Cakrabuana pulang ke Cirebon dengan diberi nama oleh Syekh Bayan adalah Bayanullah, Syekh Abdullah pun memberi nama yaitu Abdullah Iman. Dalam perjalanannya menuju Cirebon, cakrabuana mampir di Aceh sebulan lamanya, kemudian mampir di Palembang selama tiga bulan.
Tidak antara lama Cakrabuana mempunyai bayi perempuan diberi nama Ratu Mas Pakungwati, kemudian ki Kuwu Cakrabuana membangun kraton Pukungwati. Tak lama kemudian Ki Kuwu mempunyai bayi laki-laki bernama Pangeran Cerbon.
Diceritakan dinegara Mesir Kanjeng Sultan dan Syarifah Mudaim/Nyi Rarasantang berziarah ke mekkah dan kemakam Kanjeng Nabi Muhammad saw. dalam usia kandungannya yang ke tujuh bulan.
Tidak lama kemudian Syarifah Mudaim melahirkan bayi laki-laki yang elok sekali, cahayanya meredupkan cahaya matahri pada tanggal 12 mulud ba’da subuh. Bayitersebut langsung dibawa Thowaf oleh Kanjeng sultan dan diberi nama Syarif Hidayatullah dengan disaksikan para ulama dan para mukmin. Antara tahun Syarifah Mudaim mengandung lagi dan melahirkan seorang bayi lelaki yang diberi nama Syarif Nurullah.
Tidak antara tahun Kanjeng Sultan wafat, dan kerajaan mesir dipimpin oleh Patih Jamaluddin sebagai wakil karena Syarif Hidayatullah masih kecil.
Diceritakan setelah Syarif Hidayatullah meranjak dewasa, beliau sangat ingin berguru kepada Kanjeng Nabi Muhammad walaupun pada saat itu menurut dhohirnya Kanjeng Nabi telah wafat.
Karena tidak tahan dengan rasa rindunya kepada Kanjeng Nabi Muhammad, Syarif Hidayatullah meminta izin kepada ibunya untuk mencari Kanjeng Nabi. Akhirnya diizinkan pula sang putra oleh ibunya.
Dalam perjalanannya Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nagasaka yang member petunjuk untuk pergi ke makam Nabi Sulaiman dipulau majeti. Sebelum sampai beliau bertemu dengan Pendeta Ampini yang mengajak bersama-sama menuju majeti. Sesampainya disana Syarif Hidayatullah atur hormat, namun Pendeta Ampini langak longok mencari cincin Nabi Sulaiman, sehingga datanglah petir menyambar sang pendeta karena memikirkan keduniaan dan sekh Syarif terlempar hingga dipuncak gunung. Segera sekh Syarif bertobat karena telah menemani orang yang berlaku durjana.
Setelah bertobat syekh Syarif bertemu dengan petapa yang disampingnya terdapat kendi pertula. Syekh Syarif berkata; “Hai sang tapa itu kendi milik siapa? Saya ingin minum”. Sang petapa menjawab; “Wallahu a’lam tatkala saya memulai bertapa kendi itu sudah ada”. Syekh Syarif berkata; “Hai kendi pertula engkau siapa yang mempunyai milik? Karena saya ingin minum”. Kendi itu menjawab; “Saya kendi asal surge, turun kala waktu Nabi Nuh, iya tuan yang mpunyai milik”. Lalu kendi airnya diminum tidak sampai habis, lalu kendi diletakkan. Kendi segera mengucap; “Tuan pasti menjadi raja/ nata seturunannya, akan tetapi tidak sampai terus, direbut hingga terjajah”. Kendi lalu diminum kembali hingga habis. Pratula berkata kembali; “selanjutnya Negara tuan abadi tidak terjajah, saya kelak mengabdi kala tuan jadi raja”. Lalu kendi segera terbang keangkasa.
Kemudian Syekh Syarif melanjutkan perjalanannya dengan dihadang berbagai godaan dunia. Tak lama kemudian Syekh Syarif dilanda gelap gulita hingga sengsara. Kemudian datanglah Nabi Ilyas memberikan petunjuk untuk naik kebukit menemui penunggang kuda, sesampainya disana bertemu dengan penunggang kuda yaitu Nabi Chidir dan Syekh Syarif pun diajak untuk naik kuda dan diantarkan naik keatas sampai dinegri ajrak. Dinagara ajrak Syekh Syarif masuk kedalam Masjid Mirawulung dan bertemu arwakh para syuhada dan para mukmin.
Syekh Syarif bertafakkur hingga diridhoi Allah untuk naik kelangit tujuh dan bertemu dengan Rasulullah.
Setelah sowan ke kanjeng Nabi Muhammad, Syekh Syarif pulang ke negeri mesir menemui Ibunda Rarasantang. Antar sebulan lamanya dimesir Syekh Syarif menunaikan Ibadah Haji, sepulangnya berhaji beliau diangkat menjadi Sultan Mesir Maulana Mahmud.
Setelah beberapa waktu Ibunda Rarasantang memerintahkan kepada Syekh Syarif untuk pergi ke tanah jawa menemui Ki Kuwu Cakrabuana, dan Syekh Syarif mematuhinya dan kesultanan diserahkan kepada Syarif Nurullah.
Sesampainya dicirebon, Syekh Syarif sowan ke Syekh Nur Jati kemudian ke Sunan Ampel untuk mendapatkan wejangan-wejangan dengan diantar oleh Ki Kuwu Cakrabuana. Dan beliaupun dinikahkan dengan putri Ki Kuwu Cakrabuana Nyi Mas Pakungwati namanya.
Setelah itu barulah Syekh Syarif menyebarkan agama islam ditatar pasundan Cirebon dan sekitarnya sampai ke tanah china, India dll.
Pada suatu hari Ki Kuwu Cakrabuana dan Kanjeng Sinuhun Gunung Jati bermufakat untuk menghadap kepada Prabu Siliwangi untuk mengajaknya masuk Islam.
Diceritakan dikraton pajajaran Prabu Siliwangi dan pengiringnya hendak bertolak ke cirebon meninjau cucunya Kanjeng Sinuhun. Tidak lama kemudian Kibuyut Talibarat menjumpai sang prabu dan mempengaruhinya untuk tidak masuk Islam, sehingga sang prabu pun merubah kratonnya menjadi hutan dan seluruh pengiringnya menghilang dikarenakan tidak mau masuk Islam dan sudah mengetahui bahwa Kanjeng Sinuhun akan datang.
Tidak berapa lama kemudian datanglah Kanjeng Sinuhun dengan Ki Kuwu Cakrabuana mendapati kraton telah berubah menjadi hutan, namun beliau berdua masih dapat melihat kraton pajajaran seperti semula lalu masuk dan mengislamkan sebagian penghuninya yang masih ada, namun tidak didapatinya sang prabu.
Setelah beberapa waktu kemudian Kanjeng Sinuhun memohon kepada Allah untuk dipertemukan dengan Prabu Siliwangi, namun didapatinya telah menjadi macan/harimau. Kanjeng Sinuhun tetap mengajak sang prabu untuk masuk islam, dan akhirnya dengan berbagai macam kejadian upaya sang prabu pun mengikuti agama islam dan tetap menjadi macan yang akan melindungi keturunan Kanjeng Sinuhun Gunung Jati.
NYI MAS AYU GANDASARI
Diceritakan Ki Gedeng Selapan dan diwartakan sejak dulu tatkala bertapa digunung Mendang dibawah pohon pudak memuja semedi ingin mempunyai anak yang sakti lagi punjul. Pertama bertapa bunga pudak baru kuncup, sekarang sudah berjatuhan dihadapan Ki Gedeng, bunga yang jatuh ketanah tersebut ternyata jadi bayi perempuan, lalu bayi itu dibawa pulang dan diberi nama Nyi Mas Ayu Fatimah Pamuragan atau Nyi Mas Ayu Fatimah Gandasari. (menurut pendapat lain Gandasari adalah putri angkatnya Sultan Aceh atau adik perempuannya Faletehan).
Diceritakan Gandasari sudah berumur 15 tahun dan sudah bai’at kepada Sunan Gunung Jati, dan kecantikannya sudah masyhur ke 25 negara sehingga banyak laki-laki yang melamar dari segala macam profesi dan jabatan. Namun karena sulit untuk memutuskan mana yang harus diterima, Nyi Mas Ayu Gandasaripun mengadakan sayembara bagi lelaki yang dapat mengalahkannya maka ia bersedia mengabdi kepada lelaki tersebut sebagai istri.
Dari sayembara tersebut para gegedeng saling berebut menangkap Nyi Mas Ayu Gandasari, namun tak satupun yang bisa menangkap atau mengalahkannya.
Diceritakan ada satria yang baru datang dipantai Cirebon membawa kitab dua perahu dari Negara Syam/Syria yang bernama Syarif Syam mencari guru mursyid yang bisa memotong rambutnya karena belum ada yang bisa memotongnya (diceritakan kitab-kitab tersebut terdampar di jawa timur).
Setelah keluar dari perahu datanglah ke kebun gayam. Disana ia melihat seorang laki-laki yang sedang memukul/mengupas/membentongi buah gayam untuk diambil isinya. Syarif Syam menanyakan tentang keberadaan guru mursyid tersebut, dan Syekh Bentong pun menunjukkannya kearah selatan bahkan Syekh Bentong menggelung rambutnya Syarif Syam dan memberinya nama Pangeran Rimagelung. Syekh Bentong mengajak Pangeran Rimagelung untuk Sholat didalam bumbung bambu pagar rumahnya, Pangeran Rimagelungpun terheran-heran karena ternyata didalamnya ada sebuah masjid besar dan banyak makmumnya. Pangeran Rimagelungpun dijamu dengan buah-buahan yang ditanam seketika itu juga oleh Syekh Bentong dan pada saat itupula langsung berbuah dan langsung masak.
Tidak beberapa lama, Pangeran Rimagelung bertemu dengan kakek tua (Sunan Gunung Jati), beliau memotong rambut Pangeran Rimagelung hanya dengan jari-jarinya, lalu kemudian kakek tua itu pergi. Pangeran Rimagelungpun mencarinya hingga ahirnya datang ke tempat sayembara Nyi Mas Ayu Gandasari.
Disana Pangeran Rimagelung merasa iba kepada Nyi Mas Ayu karena dikeroyok oleh para lelaki, dengan tujuan membantu Pangeran Rimagelungpun masuk arena sayembara. Namun malah ditantang oleh Nyi Mas Ayu karena telah memasuki arena sayembara, akhirnya ia pun ikut memperebutkan Gandasari.
Gandasari menyerang Pangeran Rimagelung dengan berbagai macam senjata, namun tak satu senjata pun yang melukai sang pangeran, akhirnya Gandasaripun kabur masuk kedalam bumi keatas awan namun sang pngeran selalu ada dibelakangnya.
Gandasaripun ahirnya bersembunyi dibawah sandalnya Sunan Gunung Jati, sang pangeran memohon restu kanjeng sinuhun gunung jati untuk mengangkat kakinya, kemudian Nyi Mas Ayu sembunyi dalam sabuknya, sang pangeranpun kembali memohon kanjeng sinuhun untuk membuka sabuknya, Nyi Mas Ayu pun pindah kedalam cincinnya, sang pangeran pun meminta kanjeng sinuhun melepas cincinnya, Nyi Mas Ayu pindah bersembunyi dibalik jubah kanjeng sinuhun, ahirnya sang Pangeran Rimagelung tidak sabar ditabraknya kanjeng sinuhun, namun sang pangeran tersungkur ditanah tidak kuat menabrak kanjeng sinuhun. Akhirnya Pangeran Rimagelung meminta maaf dan bertobat kepada kanjeng sinuhun Gunung Jati karena telah salah jalan, padahal tujuan awal dari perjalanannya ke Cirebon adalah mencari guru syahadat kanjeng sinuhun Gunung Jati.
Nyi Mas Ayu Gandasari pun mengakui kekalahannya, Nyi Mas Ayu bersedia menjadi istri Pangeran Rimagelung namun Nyi Mas Ayu mengajukan syarat menikahnya nanti saja dialam batin, hal ini disepakati dan disaksikan oleh kanjeng sinuhun Gunung Jati dan Ki Kuwu Cakrabuana.
SITI FATIMAH LODAYA
Diceritakan dinegeri India ada seorang raja meninggal dunia beliau akan dibakar ditengah laut, pada saat itu pula Kanjeng Sinuhun Gunung Jati melewati kapal mereka. Kanjeng Sinuhun menanyakan perihal yang akan dikerjakan oleh para prajurit tersebut, maka Kanjeng Sinuhun mengajak mereka semua untuk masuk islam, tapi mereka semua tidak ada yang mau kecuali Kanjeng Sinuhun bisa menghidupkan raja mereka. Atas idzin Allah raja mereka itu dihidupkan kembali, serentak mereka semua bersujud dan bai’at syahadat kepada Kanjeng Sinuhun. Setelah mereka masuk islam, mereka kembvali ke negaranya dengan mengislamkan satu Negara.
Selang beberapa waktu sang raja tersebut meninggal dunia dalam keadaan islam dan meninggalkan permaisuri yang sedang mengandung. Setelah beberapa bulan lahirlah seorang bayi perempuan yang diberi nama Fatimah, setelah Nyi Mas Fatimah meranjak dewasa ia diberitahukan bahwa ayahnya adalah Sunan Gunung Jati karena pada dasarnya ayahnya itu telah wafat sebelum Nyi Mas Fatimah menitis.
Sehingga Nyi Mas Fatimah pun berlayar kecirebon mencari Kanjeng Sinuhun, sesampainya dicirebon Nyi Mas Fatimah diperintahkan oleh Kanjeng Sinuhun untuk mengalahkan Siluman Ratu Laut Kidul.
Terjadilah pertempuran antara Nyi Mas Fatimah dan Ratu Laut Kidul yang dimenangkan oleh Nyi Mas Fatimah, sehingga Nyi Mas Fatimahpun diangkat menjadi Ratu Siluman Laut Kidul dengan nama Nyi Mas Fatimah Lodaya dan tinggal dipantai selatan daerah Rawa Onom.
Diceritakan setiap lelaki yang menikah dengan Nyi lodaya pasti meninggal, sampai suatu hari datang seorang pemuda Syekh Abdurrahman Kalijaga. Beliau datang atas petunjuk Allah dengan berbekalkan pakaian, beras, dan kepeng (uang) (menurut KH. Idris Anwar inilah yang menjadi dasar adanya maskawin syahadat), sebelum sampai ketempat tujuan beliau bertemu dengan seorang kakek. Kakek tersebut meminta barang bawaan Syekh Abdurahman dan berpesan kepadanya “Rahasia aja dibuka, Rejeki setitik aja ditampik, Bojo ayu aja buru-buru”, dengan petunjuk dari Allah Syekh Abdurrahman pun menikahi Nyi Lodaya dengan berpuasa selama 40 hari, dimana pada suatu malam ditemukannya seekor ular berada didalam farji Nyi Lodaya dan setelah dicabut oleh Syekh berubahlah ular tersebut menjadi keris. Dengan kejadian tersebut jelaslah bahwa yang menyebabkan para suami meninggal adalah ular tersebut, dengan hilangnya ular tersebut perkawinan mereka pun rahayu.
SYEKH RUMAJANG
Syekh Rumajang adalah putra prabu Siliwangi dari ibu yang bernama Nyi Mas Ratu Subanglarang/ Dewi Kumala Wangi, Syekh Rumajang masa kecilnya bernama Prabu Kian Santang. Ia adalah adik dari Walangsungsang dan Nyi Rarasantang.
Dari sejak kecil sampai dewasa yaitu usia 33 tahun prabu Kian Santang belum pernah dikalahkan kesaktiannya sejagat pulau jawa. Karena sangat ingin sekali mencari orang sakti, akhirnya memohon bantuan kepada ayahanda Prabu Siliwangi untuk mencarikan orang sakti yang bisa mengalahkannya, ternyata gagal karena tidak ada yang sanggup melukai walau hanya kulitnya saja. Sampai para ahli nujum pun dihadirkan untuk mencari dimana ada orang sakti yang mampu mengalahkan Prabu Kian Santang namun tetap tidak ketemu.
Dalam situasi yang membingungkan datang seorang kakek, prabu Siliwangi dan seluruh isi keraton tersebut terkejut, kakek tersebut membawa berita bahwa orang yang dapat menandingi Prabu Kian Santang adalah Sayyidina Ali yang tempatnya jauh di Mekkah (padahal pada waktu itu Sayyidina Ali telah wafat, namun kejadian ini dipertemukan dengan kehendak Allah). lalu kakek tersebut berkata kepada Prabu Kian Santang kalau ingin bertemu dengan dia kamu harus melaksanakan dua syarat yaitu harus muja semedi dulu diujung kulon, dan nama harus diganti dengan nama Galantrang Setra (Galantrang=Berani, Setra=Bersih/Suci).
Setelah Prabu Kian Santang melaksanakan dua syarat tersebut, maka berangkatlah beliau ketanah suci Mekkah. Setibanya disana beliau bertemu dengan sayyidina Ali namun Galantrang Setra tidak mengetahuinya bahwa yang ia hadapi adalah Sayyidina Ali. Lalu Galantrang Setra menanyakan rumahnya sayyidina Ali, maka lelaki tersebut mengantarkannya kerumah sayyidina Ali, namun sebelum berangkat lelaki tersebut menancapkan tongkatnya ditempat tersebut.
Setelah mereka jauh lelaki tersebut meminta Galantrang Setra untuk mengambilkan tongkatnya dan apabila tidak mau maka tidak akan diantar kerumah sayyidina Ali. Namun setelah mencoba mengambilnya dengan satu tangan tongkat tersebut tidaklah terangkat, maka Galantrang Setra pun mengerahkan semua kekuatannya namun tak kunjung terangkat malah tubuh Galantrang Setra amblas masuk kedalam bumi dengan berkucuran darah.
Ahirnya lelaki yang tidak lain adalah sayyidina Ali pun datang, dengan membaca Basmalah dan syahadat terangkatlah tongkat tersebut dan seluruh luka ditubuh Galantrang Setra pun sembuh. Maka ia pun meminta diajarkan kalimat tersebut, namun tidak diberikan karena Galantrang Setra belum masuk islam, dan keduanya melanjutkan perjalanan menuju kota mekkah.
Sesampainya dimekkah lelaki yang bersamanya itu dipanggil Ali, Galantrang Setra mendengar sebutan tersebut sangat terkejut bahwa lelaki yang mengantarnya adalah Sayyidina Ali.
Dengan demikian Galantrang Setra merasa takut dan malu sehingga hilang keberaniannya, maka berangkatlah Galantrang Setra dengan maksud pulang ketanah jawa, namun kesaktiannya telah hilang maka Galantrang Setra pun tidak bisa pulang kejawa sehingga dia pun kembali lagi ke tanah mekkah.
Seketika itu pula Galantrang Setra menemui Sayyidina Ali dan langsung memohon berguru dan masuk islam, ia bermukim dimekkah selama 20 hari sambil mempelajari agama islam dan barulah kembali ketanah jawa pajajaran.
Setibanya dipajajaran ia menceritakan pengalamannya ditanah mekkah serta pertemuannya dengan Sayyidina Ali dan pada ahirnya ia memberitahukan kepada ayahandanya bahwa ia telah masuk islam, dengan demikian Prabu Siliwangi murka namun Galantrang Setra belum bisa menyebarkan islam dengan sempurna karena belum menguasai tentang islam.
Karena ketidakmampuannya menyebarkan agama Islam, maka Galantrang Setra pun kembali lagi ke mekkah selama 7 tahun untuk menekuni agama Islam. Setelah merasa cukup Galantrang Setra kembali lagi ke pajajaran bersama saudagar arab.
Setibanya ditanah jawa Galantrang Setra langsung menyebarkan agama islam dikalangan masyarakat dan sangat diterima oleh masyarakat. Kemudian Galantrang Setra bermaksud menyebarkan agama Islam dilingkungan keraton.
Setelah Galantrang Setra datang ke keraton, ia sangat terkejut karena yang tersisa hanyalah hutan belantara dan tidak didapatinya seorang pun. Maka Galantrang Setra berdo’a memohon kepada Allah untuk dipertemukan dengan ayahadanya yaitu Prabu Siliwangi, Allahpun mengabulkannya. Dengan tiba-tiba ayah dan pengiringnya keluar dari hutan, sehingga Galantrang Setra pun sangat bahagia dan memberi hormat serta berkata; “wahai ayahku yang tercinta, kenapa ayah ada dihutan? Sedangkan ayah itu seorang raja, apakah pantas seorang raja diam dihutan? Lebih baik ayah ke kraton dan saya akan mengajak ayah dan para pengiring masuk islam”, Prabu Siliwangi tidak menjawab, malah balik bertanya; “Wahai anakku Prabu Kian Santang, apakah yang pantas untuk diam dihutan?”, Galantrang Setra menjawah; “Ayahku, yang pantas ada dihutan adalah binatang buas seperti macan”, seketika itu pula Prabu Siliwangi beserta pengiringnya menjadi Macan/ Harimau. Namun Galantrang Setra tidak putus asa untuk mengajak ayahnya masuk islam, sampai ahirnya Prabu Siliwangi terdesak dipantai laut kidul digarut, tetapi tetap tidak mau masuk islam (karena dengan idzin Allah yang meng islamkannya adalah Kanjeng sunan Gunung Jati beberapa waktu kemudian).
Dengan rasa menyesal Galantrang Setra membendung jalan larinya Prabu Siliwangi dan Prabu beserta pengiringnya masuk kedalam gua (gua sancang pameungpek). Setelah mengejar-ngejar ayahnya dan tidak berhasil maksudnya maka Galantrang Setra atau Prabu Kian Santang kembali ke Pajajaran, sewaktu dalam perjalanan bertemu dengan seorang lelaki yang ingin masuk islam, dengan sangat gembira Prabu Kian Santang menerimanya dengan mengajarkan dua kalimat syahadat, kemudian orang tersebut dikhitan namun karena terlalu gembira sehingga mengkhitannya tergesa-gesa sehingga hasafahnya terputus dan orang tersebut wafat dan dikuburkan ditempat tersebut (Islam Nunggal/Salam nunggal).
Setibanya dipajajaran Prabu Kian Santang membangun kembali kerajaan sambil menyebarkan agama islam kepeloksok daerah dibantu oleh saudagar arab, namun istana kerajaan yang diciptakan oleh Prabu Siliwangi menjadi hutan rimba tidaklah dirubah sehingga tetap menjadi hutan.
Tidak lama kemudian Prabu Kian Santang mendapatkan ilham untuk Uzlah (menyepi dan bertafakkur), sehingga Prabu Kian Santang pun berjalan mencari tempat yang cocok untuk berkholwat.
Dalam proses pencariannya, Prabu Kian Santang membawa peti yang berisikan tanah pusaka sebagai tanda tempat yang disinggahinya adalah tempat yang cocok. Apabila tempat tersebut cocok untuk tempat uzlahnya maka peti itu bergerak-gerak/godeg-godeg, namanyapun dirubah menjadi Sunan Rohmat.
Setelah melalui Gunung Ciremai dan Gunung Tasikmalaya namun tetap tidak ada tanda godeg dari pusakanya tersebut, beliau menuju Gunung Suci Garut dengan namanya Syekh Rumajang (majeng/maju/jalan terus/pantang menyerah dalam mencari ridho Allah). Setibanya digunung Suci peti tersebut diletakkan diatas tanah, secara tiba-tiba peti tersebut godeg-godeg. Dengan godegnya peti tersebut memberi petunjuk bahwa ia harus bertafakkur di Gunung Suci.
SAYYID UTSMAN
Nama lengkapnya adalah Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawi. Ibunya adalah Aminah binti Syekh Abdurrahman Misri, lahir di pekojan Jakarta Utara pada 17 Robi’ul Awal 1238 H/1822 M.
Beliau berguru pada beberapa syekh yaitu pada kakeknya Syekh Abdurrahman Misri di makkah, kepada Habib Abdullah bin Husain bin Thohir dan kepada Habib Abdullah bin Umar bin Yahya , dan juga kepada Habib Ali bin Segaf Al-Jufri di Hadramaut. Disamping itu beliau menuntut ilmu ke Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Persia, Turki, dan Siria, dan setelah itu kembali kejakarta pada tahun 1862 M.
Beliau adalah ulama besar yang jarang tandingannya dizamannya dan disegani oleh kalangan muslim dinusantara dan Arabia, beliau dimasyhurkan dengan nama “Mufti Batavia atau Mufti Betawi”.
Beliau selain mengajar syariat islam juga menyusun kitab-kitab agama yang banyak tersebar luas ditanah jawa, lebih dari 80 buah kitab karangan beliau dalam berbagai disiplin ilmu keislaman. Kitab-kitab beliaupun banyak yang dijadikan reverensi pada berbagai pengajian, khususnya pada masyarakat betawi. Pada zaman belanda salah satu kitab beliau pun dijadikan salah satu pedoman pengambilan keputusan pada pengadilan agama
Disamping itu beliau aktif didalam berdakwah dan mendidik ummat walaupun masih dalam penjajahan belanda sehingga beliau memiliki banyak murid yang tersebar dipeloksok Jakarta dan sekitarnya, boleh dikatakan bahwa pada umumnya ulama-ulama dan habaib Jakarta adalah berasal dari murid beliau, sehingga beliau pantas diberi gelar “Guru dari para guru”.
Salah satu keramatnya adalah untuk menentukan arah kiblat suatu bangunan masjid, maka beliau cukup hanya dengan menunjuk dengan jari telunjuknya, maka seluruh orang yang berkumpul akan dapat melihat ka’bah. Sehingga arah kiblatnyapun tidak ada keragu-raguan.
Dalam hubungannya dengan pihak pemerintah Belanda dijakarta, beliau bersikap moderat dan diplomatis demi kepentingan ummat islam, maka tidak heran sesuai dengan kapasitas keilmuannya beliau diangkat sebagai mufti Batavia untuk mengurusi persoalan perdata kaum muslimin di Jakarta pada waktu itu.
Beliaupun sering melakukan korespondensi dengan ulama di Arabia, diantaranya dengan Syekh Yusuf bin Isma’il An-Nabhani dari Lebanon.
Beliau wafat pada tahun 1923 M dan dimakamkan di pemakaman Karet Tanah Abang Jakarta.
SAYYID HUSEIN
Nama beliau adalah Habib Husein bin Abi Bakar Al Idrus lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, datang di Betawi sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar Batang, Betawi tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah. . Silsilah beliau : Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath.
Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang, menurut Habib Musthofa Alidrus yang selalu membacakan Manaqib Habib husein Alidrus pada acara haul, diwaktu Habib Husein masih hidup beliau pernah berkata kepada seorang opsir belanda “nanti suatu saat kamu akan menjadi orang besar”, opsir tersebut tidak mengindahkan kata-kata Habib, hingga dia pulang ke negaranya lalu dipanggil lagi ke indonesia dengan jabatan tinggi, dia teringat akan kata-kata Habib dan mau memberikan hadiah, lalu ditawarkan berbagai hadiah spt uang,emas dll tapi Habib tidak mau, akhirnya disepakati Habib mau menerima hadiah berupa kepemilikan daerah sekeliling yang sekarang lokasinya di makamnya itu, dulunya daerah itu adalah tempat yang kalau laut pasang terendam air, setelah dikabulkan maka di pasang patok-patok kayu menandakan batas wilayah yang Habib inginkan, nah dari situ muncul kata-kata “luar batang” karena dari laut tersebut keluar batang-batang kayu pembatas .
Habib Husein tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, yang merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampat didaerah ini, padahal daerah ini tidak boleh dikunjungi orang, maka Habib Husein dan rombongan diusir dengan digiring keluar dari teluk Jakarta. Tidak beberapa lama kemudian Habib Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung dan terdampar kembali di daerah yang dilarang oleh Belanda. Kemudian seorang Betawi membawa Habib Husein dengan menyembunyikannya. Orang Betawi ini pun berguru kepada Habib Husein. Habib Husein membangun Masjid Luar Batang yang masih berdiri hingga sekarang. Orang Betawi ini bernama Haji Abdul Kadir. Makamnya di samping makam Habib Husein yang terletak di samping Masjid Luar Batang.
Habib Husein sering tidak patuh pada Belanda. Sekali Waktu beliau tidak mematuhi larangannya, kemudian ditangkap Belanda dan di penjara di Glodok. Di Tahanan ini Habib Husein kalau siang dia ada di sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana. Sehingga penjaga tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini. Kemudian Habib Husein disuruh pulang, tetapi beliau tidak menghiraukan alias tidak mau pulang, maka Habib Husein dibiarkan saja. Suatu Waktu beliau sendiri yang mau pergi dari penjara.
Dulu pernah ada cerita pada waktu itu ada seseorang warga pergi kepasar dan dia membeli daging mentah, begitu akan pulang kerumah beliau mendengar kabar bahwa Habib husein bin abi bakar al idrus berpulang kerahmatulloh, maka bergegas dia pergi kemasjid untuk ikut bersama-sama sholat jenazah .Setelah selesai sholat jenazah dan ikut menguburkan dia kembali kerumah dan menyuruh sang istri untuk segera memasak daging tersebut. Namun hingga beberapa lamanya sang istri memasak daging itu tidak matang-matang.,dan masih keliatan seperti daging segar, ditengah keanehan yang terjadi sang istripun mengeluh kepada suaminya; “bang ko daging yang saya masak tidak mateng-mateng ? padahal sudah hampir setengah hari saya memasak daging itu, tapi daging itu tetap segar !. Sang suamipun juga diliputi keanehan tersebut !.Setelah beberapa lama dia berpikir akhirnya dia ingat sesuatu, sewaktu dia mengikuti majlis taklim yang diadakan oleh Habib husein bin abi bakar al idrus , beliau pernah berceramah bahwa barang siapa yang mensholati aku sewaktu aku meninggal dunia nanti, maka dia tidak akan bisa tersentuh oleh api neraka. Akhirnya dia mengambil pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa keanehan tersebut, dia berdoa kepada Alloh Ya Alloh mudah-mudahan aku terlindungi dari jilatan api nereka karena memuliakan Kekasih-Mu.
Salah satu karomahnya pula, Beliau memiliki kambing peliharaan yang mengumbar bebas mengelilingi Batavia, tak seorangpun berani mengganggunya bahkan kompeni belanda pun tidak berani, karena akan mendapatkan bala yang sangat pedih.
SYEKHUNAL MUKARROM
Syekhunal Mukarrom adalah sebutan bagi Al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M.
Ayahnya adalah seorang da’i asal dari Hadromaut yang menyebarkan islam dinusantara yang bernama Al-Habib Syarif Isma’il bin Yahya, sedangkan ibunya adalah Siti Suniah binti H. Sidiq asli arjawinangun.
Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa hawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebutpun hilang.
Meninjak ke usia 7 tahun nan, Al-Habib Abah Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrennya akan kedatangan Habib agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan agar Habib dihormati, dimuliakan, dan jangan dipersalahkan.
Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah Al-Habib Abah Umar ke pesantren ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil.
Diceritakan bahwa Abah Umar diciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun disana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas disamping kiai, sehingga para santri pun mencibir/mencemooh.
Abah Umar menunjukkan khowariknya dengan mengingatkan KH. Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamar pun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan.
Setelah beberapa waktu mesantren diciwedus KH. Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Embah Kholil Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar mengumpulkan para santrinya untuk di bai’at syahadat oleh Abah Umar, yang didalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat.
Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos dibawah asuhan KH. Syuja’i, dari pondok bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet dibawah asuhan KH. Abbas. Dibuntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di ciwedus, tidak mengaji hanya bermain dibawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji, sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukullah meja kiai tersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat.
Setelah dari pondok buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka dibawah asuhan KH. Anwar dan KH. Abdul Halim, dipesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahunan.
Sesampainya Abah Umar dirumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atau dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah.
Ngaji Syahadat nya Abah Umar pun terdengar keseluruh peloksok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari slamet dunya akherat dengan Itba’ dan bai’at kepada Abah Umar. Karena disaat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orang tua yang ma’rifat.
Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim. Setiap malam jum’at, panguragan dihadiri oleh para jamaah yang ingin ngaji syahadat.
Bahkan menurut berita dari orangtua dulu ketika belanda melewati panguragan mereka berkumandang “Mawlana ya Mawlana…..” dengan hidmatnya (terpengaruh oleh karomatnya Abah Umar).
Pada Tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena disaat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu, Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai manca Negara.
Karena semakin ramai, maka par kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-syahadatain, sehingga mereka hawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang dipengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilanpun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun. Akhirnya Abah Umarpun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH. Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap tiga bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar.
Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawassulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin.
Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad saw. beliau hadir dalam acara tawassul tersebut secara Bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat jibril dan memberinya gelar Syekh Alim. Kemudian disusul Siti Khodijah memberi gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz.
Dengan kejadian tersebut, menurut KH. Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya Al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman. Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah.
Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. di panguragan (Muludan), dengan dihadiri oleh Jamaah Asy-syahadatain sampai mancanegara.
Sebagai seorang guru syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Disamping beribadah, wirid, dan tafakkur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah. Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing.
Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawassul Abah Umar dianggap menyesatkan.
Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama Jamaah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali Jamaah Asy-Syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama disaat itu tidak ada satu tuntunanpun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tesebut. Dan pada tahun 1971 Jamaah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara.
Pada tahun 1973 an Masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mar’i, ia yang menjadi pelayan didalam lotengnya Abah. Pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulkannya kepada Sirah Abah Umar sehingga Abah Umarpun pingsan dan dibawa kerumah sakit dibandung untuk dirawat.
Dirumah sakit abah sempat dawuh/membaca ayat Al-quran
إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد
Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akan Kesah (pergi). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kemiren pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M
MAULID
MAKSUD MACA SYAHADAT BA’DA SHOLAT (1389 H / 1969 M)
MAKSUD MACA SYAHADAT BA’DA SHOLAT (1389 H / 1969 M)
1. Arti Maca Syahadat Telu
Syahadataken sepisan sira macane
Nuhun selamet waktu najah ning dunyane
Maca syahadat kaping pindone
Nuhun selamet mungkar nangkir jawabane
Maca syahadat kaping telune
Nuhun selamet maju landrat arah-arah mahsyar
2. Artine muji maulana ya maulana
Nabi Muhammad :
Gusti nabi nuhun selamet ingdalem dunya lan akherat
Ayu batur gage gandul Dunya akherat aja ucul
Siti khodijah :
Siti khodijah bangete ikhlas
Nabi Muhammad bangete melas
Harta benda kabeh diterima
Nggo gelaraken ning agama
Siti fatimah :
Siti Fatimah jaluke berat
Umat Islam ahli ma’siat
Disunahaken pangapurane
Umat Islam sedayane
Khasan khusein :
Nuhun gusti Khasan khusain
Nure akal aja kelalen
Maring Alloh lan rosul
Bisa ma’ rifat ning akale
Syekhunal mukarrom :
Bapa guru nuhun pitulung
Nafsu kula kang kumentung
Rusake nafsu alane
Emong ibadah awak kulane
Sebab nyata kecampuran
Nafsu kula kelawan syetan
Badan gregah nuruti syetan
Akal ma’rifat beli jalan
Fatimah Gandasari :
Fatimah Gandasari
Nuhun dunya aja kari
Agama kula nuhun tetep
Laku ibadah ingkang mantep
Mugah-mugah saged sodaqoh
Ning fakir miskin segala brantah
Ayu sodaqoh ikhlasna
Barang kang luwih sukakna
GustiAlloh kang nganakaken
Sira kabeh kang gelaraken
Sira bisa ngatur dunyane
Tetep sira ana imane
Mumpung urip bareng-bareng
Ning fakir miskin ayu kedeleng
Sira nyata ana imane
Matine sira enak nggone
Syarif Hidayatulloh:
Gusti Syarif hidayatulloh netepaken ning Alloh
Duwe badan dibagusi
laku ala den tangisi
Duwe ilmu ingkang nyata
Kanggo sangu balik kita
Duwe ati adepna
Akal ma’rifat temenana
Maring guru kudu nylondo
Elinga kita masih bodo
Kanjeng nabi banget melas ning umate
Ayu manut tingkah rosul waktu sholate
Jubah putih udeng putih ning dunyane
Ayu dianggo ibadah sira badane
Gusti Alloh dohir batin ya ningali
Waktu sholat ati anteng apa beli
Wongkang sholat blasar-blasar ning akehe
Ayu ngrasa waktu sholat salah bae
Syetan wani nyela-nyela wong ibadah
Pikir pegah ati ngamprak dadi robah
tHiyang bOdhO
Habib Umar bin Yahya (Cirebon)
TAWASSUL Diposting oleh imam pada Jul 31, '08 6:48 AM untuk semuanya
يَا اَللهْ يَارَسُوْلُ اللهْ يَاحَبِيْبـِيْ خَلِيْفَةُ الرَّسُوْل عَبْدِيْ
تِيَاعْ بَوْدَوْ تِيَاعْ سَالَهْ نـــُهُوْنْ كَنْدُولْ , نـــُهُونْ شَفَاعَتيْ كَنْجعْ نَبِى مُحَمَّدْ , نـــُهُونْ مُعْجَزَاتَيْ فَرَا نَبِى 2 سدَايَا , نـــُهُونْ كَرَامَتَيْ فَرَا وَالِيْ 2 سدَايَا , نـــُهُونْ فِيْتُوْلُوْعَيْ فَرَا مَلاَئِكَةْ 2 سدَايَا , دِيْ سُهُوْنَاكنْ دُوْمَاتعْ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ , سُوْفَادَوْسَا بَدَانْ كُوْلاَ , تِيَاعْ اِسْترِيْ كُوْلاَ , اَنَكْ كُوْلاَ , تِيَاعْ سفُوهْ كُوْلاَ , حَقْ مِلِكْ كُوْلاَ , دِيْفُونْ تتفَاكنْ اُمَّتَيْ كَنْجعْ نَبِى مُحَمَّدْ لَنْ مُوْكَا 2 دِيْ اَفُوْرَا كَلفَتَانْ كُوْلاَ سدَايَا , لَنْ مُوْكَا 2 دِيْ فَرِيْعِيْ تتفْ اِيْمَانْ اِسْلاَمْ سلاَمةْ دُونْيَا اَخِيْرَةْ , دُونـــْيَا اَخِيْرَةْ سلاَمةْ . لَنْ عَقَلْ كُوْلاَ نـــُهُونْ دِيْ فَارِيْعِيْ وَارَاسْ سُوْفَادَوْسَا نرِيْمَا دَاتعْ سدَايَانَيْ عِلْمُ , لَنْ بَدَانْ كُوْلاَ نـــُهُونْ دِيْ فَارِيْعِيْ وَارَاسْ سُوْفَادَوْسَا نرِيْمَا دَاتعْ سدَايَانَيْ عَمَلَيْ , لَنْ اَتـِيْ كُوْلاَ نـــُهُونْ دِيْ فَارِيْعِيْ وَارَاسْ سُوْفَادَوْسَا نرِيْمَا دَاتعْ اِيْمَانُ الْيَقِينْ , َالْحَمْدُ ِللهِ , مُوْكَا2 كَالبتْ كَوْلَوْعَانَيْ اِلاَّ الَّذِيـْنَ تَابُوْا
وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِااللهِ وَاَخْلَصُوْا
الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا .
Penerangan Bulan puasa (1384 H / 1964 M)
Penerangan Bulan puasa (1384 H / 1964 M)
Ya muhaimin ya salam salimna wal musliman
Moga selamet sedayane tiang mukmin
Wong puasa wajib ngeraksa limang perkara
Goroh seneng sumpah namimah ngerasani sira
Wulan iki awas batur wulan puasa
Tiang mukmin sedayane wajib
Tinggal syahadat tinggal sholat tinggal puasa
Aja mangmang kita iku bakal di siksa
Puasane wiridane lagi belajar
Wedi sanget tangine keuluwan fajar
Anak rabi bae sedulur kabeh rakyat
Gage ngaji mengko dikubur nggawa syahadat
Aya batur waktu siyam aja sewotan
Yen sewotan ngelunturaken ning ganjaran
Ingkanmg wekel waktu muji sasi siyam
Nuhun tetep ilmu amal iman islam
Tuturana karo kalimah pengeran
Aja gelem dibujuki maring syetan
Kejemaken kabeh badan lan pikiran
Luwih onjo tikel sewu ning ganjaran
Ayu diraksa kita kabeh omongane
Aja ngomong yen ora muji ning atine
Pikirane lan atine ingkang kejem
Ora nana ning pikire pengen di alem
Cangkem muji eling Allah ning atine
Iku alim wongkang manfaat ilmune
Waktu buka mangan nginum ingkang hak
Supayaha kabeh amal aja rusak
Yen tetukon aja kon bocah cilik
Panganane kurang bagus kurang apik
Poma-poma waktu siyam aja udzur
Muga-muga kabeh dosa pada lebur
Kuping mata cangkeme dikon puasa
Aja goro ngunek-ngunek gawa dosa
Waktu buka ingkang halal memangane
Haram riba ngilangaken ganjarane
Tiwas perih puasane ora untung
Jaba bagus ruhanine dadi buntung
Aran siyam ora ngomong beli memangan
Singkirana goroh batal lelahana
Siam iku ngunci cangkem ingkang kejem
Supayaha iblis aja manjing cangkem
Berjamaah dedonga bareng aja nggelambeyar
Muga-muga keturunan lailatul qodar
Wulan puasa bakal ana alamate
Ya bisu budeg picek ma’rifate
Jaman akhir kabeh santeri kepetengan
Wedi kurang pangan rijki sing pengeran
Nglatih badan eling Allah aja blasar
Alamate wongkan olih Lailatul Qodar
Sare’ate siyam nyetop anggotane
Wajib ngeker aja lali pengerane
Cangkem muji lan memuja mimg atine
Cuwan nyimpang ingkang madep ning gustine
Kuping ngerungu ngrungokna dawuh pengeran
Ati eling anggotane terus jalan
Tangan mambrih kasab halal kelakuane
Allah rosul kang maringi rezekine
Weteng wadah wadana barang halal
Wadah eling Allah rosul ya ning akal
Riwayat Ki Sa’laba
Dawuh gusti sampun wekaspun weling
Duwe kuping aja budeg gage eling
Sapa wonge pengen kaya iku merdeka
Ning panggona berjamaah gage teka
Aja kaya waktu uripe sa’labah
Waktu kere oro pot berjamaah
Ba’da salam ora wirid terus srantal
Wedi banget maring waktu bakal ketinggal
Siji waktu ketinggal ning rosulallah
Abu Bakar terus nyandal ning sa’labah
Aduh gusti kula gadah sarung setunggal
Yen wiridan rabi kula solate tinggal
Terus donga’aken sapa ,Kanjeng Nabi
Matur dateng pengayoman Allahurrobbi
Allah jawab bagus kere lan sugie
Yen wis suguh akeh pisan ning fitnahe
Terus donga ud’uni astajib lakum
Hai sa’labah elinga salah ya di hukum
Malaikat Jibril terus gawa maring gibas
Ki Sa’labah terimane luwih trengginas
Gibas nganak turunane pirang-pirang
Mulai tinggal berjamaah ora wirang
Jejeg senisob terus eman buang zakat
Ki Sa’labah ora eling tinggal sholat
Rabi ngelingaken waktu ning kerene
Ayi shodaqoh ngatur rosul lan sahabat
Ki Sa’labah nyekel bandot ingkang gede
Terus eman nganggo pemacek turun gede
Mrana mrene eman kabeh nyekel kirik
Diolahi masakane ya di bistik
Malekat jibril terus turun maring Rosulallah
Aja mangkat di aturi ning sa’labah
Dikon mangkat Abu Bakar sahabat Umar
Dongaha Umar towil umur aja samar
Terus urip kabeh sepras ya masakan
Kirik mlayu kabeh seprah jejugugan
Riajali seja amal pengen di alem
Ora di alem gawe amal ora gelem
Riakapi ora pengen di pujine
Yen di poyok dugal mengkel ning atine
Guru kita ora rido ning jambulan
Nyata pisan ati kita jejumbulan
Laku salah sira wani nyalahaken
Tanggung jawab kudu sanggup benerakan
Berani hak takut batal ning badane
Terus tunduk Allah Rosul aturane
MAULID
TOREKOT SYAHADAT (1378 H / 1958 M) 1
Manfaat Syahadat
(Hari Selasa tgl 12 jumadil Akhir 1378 H / 1958 M)
Banget larange sorban salim
Gage jaluk yen kepengen dadi mukmin
Asorna duwe badan aja diri
Gage ngaji syahadat loro bokan kari
Tanda asore kudu nerima dituturi
Pembukaan syahadat kang dateng kari
Alloh nulung nyelametaken maring badan
Sebab ngalap syahadat kang penghabisan
Waktu urip waktu naza pepisahan
Sebab guru dadi saksi pembelaan
Waktu sing umah maca syahadat
Niat gelar agama Islam ingkang kuat
Terus maca idzajaa setutuge
Maca tasbikh Lan istighfar setutuge
Aja lali sira maca terus-terusan
Malaikat pada ngawal bebarisan
Lamun lali sira maca kalimahe
Syetan ngawal penuh baris ing umahe
Iki jaman panas berat luwih panas
Gage tauhid kang musyrike bakal tiwas
Sebab bodo uripe langka pikire
Luruh dunya awan bengi meleter-meletere
Tempo mati dunya kabeh ya ditinggal
Tekang kubur jerat jerit jaluk amal
Awak bodo bareng-bareng ngulatane
Laku badan kang apik jero atine
Luwih merem kebujuk maring dunyane
Ngaku pinter uripe langka benere
Sapa wonge ngestokaken Alloh rosul
Tekad lampah pengucape manut rasul
Ya kegolong kejumlah wong olih ni’mat
Para nabi para wali wong solihah
Wong kang gelem ngeluhuraken agamane
Yakin bagus waktu urip Lan matine
Senajan panas ora kerasa ning panase
Alloh paring anti panas Lan susahe
Alamate olih fadole pangeran
Lara Susah seneng ora keributan
Bagja temen wong kang manut gusti rosul
Dohir bathin dosane pada ucul
Gelem lunga ngaji terus wudlu nunggu waktu
Diampura dosane pada metu
Yen kepengen disakseni malaikat
Berjama’ah subuh ashar pada mangkat
Malaikat nikelaken kawulane
Nuhunaken ning Alloh pangapurane
Jasmanine yen lara njaluk ditambani
Rohanine yen lara jaluk dijampeni
Durung subuh maca ya hayyu sepragate
Patang pulu papat dadi obate
1.2. Percaya Guru
( hari selasa tgl 22 Robiul Akhir 1378 H / 1958 M )
Ayu ngaji bareng-bareng ning syekhuna
Barang telu kabeh batur weruhana
Pahamna syahadat loro maring ati
Kira-kira aja luntur sampe mati
Awan bengi ayu jaluk kang temenan
Nuhun tetep nur Muhammad kang temenan
Asorna kabeh badan ning sepepadan
Njalanaken kabeh hukume pengeran
( Hari kamis tgl 5 robiul akhir 1378 H / 1958 M )
( Hari kamis tgl 5 robiul akhir 1378 H / 1958 M )
Ayu batur kang percaya maring guru
Ya syahadat iku tobat buru-buru
Syetan teka ruipa badan kang banjiri
Terangna syahadat loro ingkng sirri
Ayu batur ingkang terang lan waspada
Aja kongsi syetan marek arep goda
Sira terang ing syahadat ingkang sirri
Iman islam sampai mati aja kari
Oranana wong kang kuat ning ibadah
Anging kelawan pitulunge Alloh ta’ala
Aja ngaku obah meneng bisa dewek
Ngaku bisa obah meneng ya munafik
Wis mati badan kita hakekote
Tapi gelem cocok kelawan Syare’ate
Yen sira pada ngaku dadi wong mati
Kudu eling nurut perintah kang sejati
Awak kula asal langka dadi ana
Kang kuatir gage nggandul ning syekhuna
Manusia kumpul arah makhsyar diperiksane
Amal solekh limang waktu diridhone
Yen sembahyang sholate eling barange
Manjing neraka terus jungkel ning jerone
Ayu ditambah sholat Sunnah kelakuane
Obah meneng Eling Alloh pikirane
Manut Guru
( hari Selasa tgl 11 Sa’ban 1378 H / 1958 M )
Alkhasan summal khusain
Ngopeni ati ingkang open
Mata ati gage melek
Supaya aja munafek
Sira dunya kon gocekan
Manut guru pengaturan
Nganmbah dalan kenikmatan
Obah meneng eling pangeran
Gage tambah ibadahe
Ning dunya sira pasrahe
Amal soleh kang balapan
Ora gawa kemelaratan
Laku Sunnah kang tawakal
Lumayanan kanggo tambal
Wajib kurang lan sabare
Mbesuk landrat ning maksyare
Tingalana awak bodoh
Ora deken syahadat loro
Kanggo ngupas jaba jero
Nguripaken badan karo
Meleka ati Pinter nyolong
Dodok bareng ora lorong
Kanjeng nabi den hormati
Dunya akherat manfa’ati
( Hari Selasa tgl 15 Sa’ban 1378 H / 1958 M )
Duwe mata ayu batur tingalana
Awak bodo ayu manut ning syekhuna
Awak bodo ingkang wekel ngelingane
Gage batur kang wekel tangi bengine
Awak bodo ora duwe apa-apa
Pengen Pinter Qur’an hadist ya ngalapa
Ngaku Pinter tentu ngerti Qur’an hadist
Ora manut Qur’an hadist iku Iblis
Jaman akhir pinter-pinter omongane
Tapi ora gelem aman ning badane
Tanda aman cangkem ati Lan badane
Gelem pasrah nurut perintah agamane
Percekcokan badan ati tujuane
Nyata pisan durung sidik ning ilmune
Ayu batur dangdanana kang temenan
Ati rusak pikirna eling pangeran
Syare’ate hakekote kita subur
Wajib Sunnah lakonana aja nganggur
Waktu sepi ana kang diarep-arep
Waktu rame gelem tuku kang sekarep
Ora eling Alloh rosul ning dunyane
Ya disiksa awit dunya kuburane
Wongkang mukmin kudu ana ning buktine
Tanda bukti manut eling ning gurune
Mikir wajib lan Sunnahe luwih awas
Ora ketipu ning dunyane mikir beras
Santri kiyai ngakune dadi ulama
Wajib Sunnah lan sabare ora terima
Ana geger sanpai entong masih melarat
Ora takon tabarukan ning syahadat
Urip tua ora ngisi sira elinge
Ngerebut pangkat mikir dunya lan barange
Buru-buru gage luruh ning panutan
Aja ngejar hawa nafsu dadi syetan
Iki jaman wis ngumpak jaya gedekan
Kang menangi mepet nafsu eling pangeran
Kang delenge barang weruh luwih seneng
Manjing hak syare’ate dadi temen
Tawasulan
Ingeta batur wulan rajab wis dibuka
Puasaa yen badane emong cilaka
Weruhana kidul gunung lor segara
Mumpung dunya luruh mulya mong sengsara
Yen puasa jaluk selamet anak putu
Telung dina kanggo awak anak putu
Musryik nifak fasak toma’ ning badane
Fajir dolim buangana ing atine
Tetepana dukha tahajud sholat hajat
Pengen sugih selamet dunya akherat
Yen pengen mangan sira kudu kasab
Gage eling ning maksyar bakal dihisab
Bareng-bareng anak rabi bebaturan
Mugi selamet dunya akherat lan kuburan
Keselametan mumpung dunya ya jaluka
Aja kongsi ning akherat nyemplung neraka
Kita urip wajib muji Llan syukuran
Suci dhohir bathin peparing pangeran
( Malam Kamis tgl 2 jumadil Akhir 1378 H / 1958 M )
Saiki musuh wis kepung riung
Arep mendi sira bakal jaluk tulung
Sing kidul baris balane lodaya
Arep nyerang ning wong kang gawe kaniyaya
Sing kulon baris balane mbah kuro
Arep nyerang wong kang ora jaluk pangapura
Sing lor baris balane mas gandasari
Nyerang wong kang ora duwe syahadat sirri
Sing wetan baris balane mbah roga
Nyerang wong kang ora ngadel ning suwarga
Berjama’ah jalukena balane embah roga
Lanang wadon bersatu supaya siaga
Sholat ngaji terus donga kang bersatu
Dhohir bathin yen uripa dadi jitu
Ati salim jalukena nyi lodaya
Gage dikerja yen uripe dadi mulya
Ati suci jalukena mas Gandasari
Gage dilatih badane bokatan kari
Hasud toma’ ’ujub riya lan takabur
Mungkar kesimben gagian cepet digempur
Semono akehe alat senjatane
Ngusir musuh kang ana jero atine
Sedurunge nyerang sira ya hubungan
Karo syahadat loro macae eling pangeran
Laku Sunnah jalukena mbah kuro
Lakonana yen kepengen dadi perwira
Urip badan urip ati serba wani
Dunya akherat ora bakal nyilakani
Angkat bondan cideng terus kali jati
Mangkat dandan wis sedenge akeh wong mati
Aduh rakyat pada mabok pada mendem
Dikon urip sira iku ora gelem
Gage geregah badan ati lan pikire
Dadi cadangan mimpin batur anggotane
Yen pemimpin ilmu umum ilmu agama
Qur’an hadist syahadat loro akal nerima
Akal eling weruh kabeh ning patokan
Ikhlas iku dadi dalan ridho pangeran
Sikil napak ning dalan kang jejeg bener
Kelakuane manut rosul ingkang angger
Ati suci terus jujr ning tujuane
Adil aman subur makmur kelakuane
Amin-amin ya Alloh robbul ‘alamin
Mugi selamet sedayane tiang mukmin
Awit cilik luruh dunya langka kumpule
Lawas jamane dunyane langka jejege
Awit cilik sampai tua langka elinge
Iku nyata wongkang tuliyan kumprune
( Malam Sabtu tgl 11 dzulhijjah 1378 H / 1958 M )
Kawitane mulang embah kuncung rolase
Pitung tahun sampun tutug ning watese
Buru-buru kabeh batur beresana
Ati sabar buru-buru terapena
Saban mulang kang dienggo tawasulan
Nuhun-nuhun saged ngaji eling pangeran
Terang badan urip dunya nggo mekaya
Tinggal wajib akherat kesia-sia
Laku haram murtad musyrik ingtikode
Ning syahadat aja pada ngande-ngande
Ya ngerasaa atine di padangena
Kang gelem nurut aturan syekhuna
Ora gelem diurus bakale lolong
Wakil bagi bonggan sira pada lolong
Yen kepengen nemoni mas gandasari
Ya manjinga kabeh santri ning syeh hadi
Terus edan kabeh santrine syekhuna
Banda nipu sebab gelem ngelanggengena
Eling Alloh kang untung murid syekhuna
Dukha tahajud sorban jubah langgengena
Sun tawasul ing kabeh pengen diterima
Aduh gusti pangeran mugia nerima
Sebab nyata tawasul dadi kuncine
Sira ..... malaikat wali nabine
Jaluk gandul lengawangi tutup putih
Maring umat gage-gage kudu bukti
Gage gandul perintah Alloh perintah rosul
Aja lunga sampai mati cuwan ucul
Gage tangi tengah wengi sholat tahajud
Den paringi panjaluke wongkang sujud
Ya nganggoa sorban putih jubah putih
Kabeh bala dunya akherat dadi nisih
Bagus-baguse umat sabar lan tawakal
Gelaraken ning syahadat ora gagal
Aja urip nutugi kesenengane
Kang diperintah sulaya kabeh gelakonane
Dadi welan kita urip ning dlolime
Laku badan nyulayani ning hukume
Ibarate kaya manuk ning kurungan
Den cukupi mangan nginum ning majikan
Manuk kurungan ora nana ingkang nepel
Ora den candak bagen parek ya kecawel
Beda karo manuk mabur separan-paran
Den ulati sebab ora duwe majikan
( Hari Selasa tgl 25 dzulqoidah 1378 H / 1958 M )
Ganti wulang syekh ’arobi sampuniki
Aja kaget bakal akeh wong diwuruki
Wasiate syekh ’arobi ning santrine
Ya panggebug wis numpak iki jamane
Poma santri aja turu sore-sore
Maca kursi yaasin solawat obore
Ya aturen kabeh murid tawasulan
Tapi aja maksa ngurus ning jaburan
Peparinge gusti Alloh ingkang nerima
Tapi poma aja tinggal syarat agama
Ngaji bakhti ya kasabe saban dina
Duwe ilmu diparingi iftakh lana
Karepe nafsu ning pekaya luwih solot
Tapi cuan amal akherat pada alot
Kubur iku mata ati ya nyatane
Yen nerima madangaken ning kuburane
Duwe ati aja pada dugal degel
Ibadahe dedongahe orapada diandel
Tujuane wongkang urip werna loro
Yen kepengen bukanen syahadat loro
Syukuranana urip dadi kaulane Alloh
Syukuranana badan dadi umate rosululloh
Sabar tawakal ikhlas ridho ning atine
Gelaraken perintah rosul ning badane
Eling Alloh aja pada selewa-lewa
Ingkang khusyu lan batur dadi kegawa
Dangdanana ngurus badan dewek-dewekan
Cuan ngamprak tingkah badan kemusyrikan
Kudu sabar kita bodoh lagi belajar
Aja pada wani-wani gegantar
Nuhun syafa’at wong kang wis mati
Perintah cegah supaya katon ning ati
Laku badan kudu ana wates-watese
Usum pegebug iki bakal seteruse
Ayu batur kudu nerima ning awake
Ora nerima badan yakin ning rusake
Ayu batur awak bodoh edengena
Aja hasud kabeh muride syekhuna
Awak bodo ayu batur aja nerima
Gage sinau gelaraken ning agama
Badan waras gelarna iman islam
Ya pengaji lamun weruh sampai paham
UBUDIYAH
Syarat Ibadah
( Hari senen tgl 7 Jumadil Akhir 1378 H / 1958 M )
Ati suci nguasani kabeh badan
Ya syahadat madangaken ning pikiran
Kita bodoh akuwen kebodohane
Terus manut miturut pitutur gurune
Syarat ibadah iku werna loro
Suci ati dhohir bathin jaba jero
Cukul dewek niat dewek ning atine
Niat atine cukul gawe kebagusan
Weruhana udan iku werna loro
Udan banyu hudan rakhmat syahadat loro
Udan banyu nggo nyuceni jasmanine
Hudan rakhmat nggo nuceni rohanine
Wongkang takwa keudanan hudan rakhmat
Dadi seneng sugie dunya akherat
Aran takwa pertimbangan ingkang nyata
Luruh dunya lan akherat sama rata
Waktu nimbang cejantunge kudu teras
Kasab dunya lang akherat aja malas
Aran teres badan obah lan menenge
Saking qodrot irodat Alloh ya elinge
Nandur kapas belajar nganti lan nenune
Ya jahite wajib ajar ning gurune
Gawa wajib sempunane kelawan wajib
Sholat nutup ‘aurat iku kabeh wajib
Barang wajib-wajib kasab ning awite
Bisa kuat yen cukup sira syarate
Mata ati kang awas olihe gandul
Akal bejad tekad salah dadi bedul
Tanda bukti pengen mangan mong molah
Awan turu bengi ngamprak nyata salah
Gage ngalap dunya ira maring rosul
Puasaa telung dina aja ucul
Saban-saban minggu iku telung dina
Awit selasa rabu kamis lakunana
Den bukane rizki badan jasmani
Lan dibukane rizki badan rohani
Ya jampine dukha tahajud kalimahe
Asal melarat terus seneng ning sugihe
Anjaga lisan
( Hari Selasa tgl 11 Rajab 1378 H / 1958 M )
Ati sujud maring Alloh kira manggon
Tahun sewidak terus aman manjing keraton
Ayu batur diraksane bebarengan
Aturane syekh ’arobi kerajaan
Engetaken duwe cangkem pengucape
Omong bagus nyelametaken ing uripe
Ati iku sebagian kerajaan
Urusana negarane dewek-dewekan
Ngaku Islam tutupana badan sekujur
Wurukna anak rabi lan sebatur
Ngaku iman badan ati kudu cocok
Eling Alloh turon dodok melaku ngadeg
Sami watir Ngaku dadi wongkang mukmin
Luruh keridhon mumpung urip kang periyatin
Nerima Ning Allah
( Hari Selasa tgl 5 dzulhijjah 1378 H / 1958 M )
Arep mendi badan ira ya nurute
Ngintil rosul kurang cocok Syare’ate
Ngawulane ning Alloh pet ngelingane
Nyata pisan ora dadi ngawulane
Kang wis sugih masih pengen ning sugihe
Langka pisan uripe langka pasrahe
Kang miskin ning kadare langka ridhone
Oranana muji syukur penerimane
Ngaku iman tauhid ilang ora kerasa
Bukti ora ngandel Alloh kang kuasa
Aduh santri kapan bae ya nerimane
Ya uripe pijer ngumbar ning nafsune
Diresayag nguruwag umah ya kengelan
Kang ngersaya repot mikir ning pangane
Ngersayane ngorbanaken tenagane
Nyata welan bareng-Bareng ning dunyane
Iki dasare wong kang alim tujuane
Ikhlas ridho gelaraken agamane
Awas batur bakal akeh peperangan
Saban dina wong kang urip arang-arangan
Sira ora ngandel aja kongsi kitane pegel
Tahun sewidak bakal akeh gulu tugel
Sebab tugel ning syahadat ora ngandel
Nyi mas ayu gandasari sampun tegel
Mata Papat
( Malam Selasa tgl 4 dzulqoidah 1378 H /1958 M )
Gede cilik tua enom jaluk bon
Maring guru ning dunyane kira getun
Ora getun ning gurune bakal kutil
Urip dunya akherat bakal didedel
Gelem bon diparingi mata papat
Luruh dunya lan akherat ya manfa’at
Mata dhohir ngolek dunya pegawaiane
Mata bathin eling Alloh pegawaiane
Ya digjaya wongkang duwe mata papat
Nyugihaken ning dunya sampai akherat
Tapi awas luwih gampang ning patine
Terus mati yen kegebug iringane
Kiwe tengen kudu ana ning abote
Tetep camplang ora pada ning bobote
Wongkang bon kudu bisa ngelakokaken
Ora bisa tetep bakal ngerugikaken
Wong kang bon kudu ana ning boreke
Ngaji syahadat kudu sering ning mareke
Abot kiwe terus jomplang timbangane
Terus lembek akherat kaya kinana
Abot tengen terus jomplang timbangane
Dadi toma’ emong kasab ning dunyane
Bagus-baguse wongkang nyekeli timbangan
Lempengaken jantung lorone timbangan
Ora lempeng terus bacin ning dadane
Sebab bohong eling Alloh ning atine
Bacaan Sholat Sunnah
Gage donga ba’da salam sholat sunnah
Kaping papat sira maca aja salah
Ayu batur bebarengan jaluk sabar
Kira pasrah iman islam aja samar
Nuhun sabar pasrah kula ning cecoban
Kuataken ora ina tambah mulya
Den wacane qobla dzuhur ba’da salam
Kaping pitu derajat luhur iman Islam
Latihan Ngerajeg
Gage tangi sedurunge waktu subuh
Jaluk rezeki lan gepite kira teguh
Kursi inna anjalnahu ya jodone
Ya taline sholat bengi kelakuane
Ya dedegen aja manut ning nafsune
Terus digapit amal soleh ning atine
Kerjanan awit rajab sampai puasa
Gage jejaluk maring Alloh kang kuasa
Nuhun munggah derajat dunya lan akherat
Puasaa bengi sholat lan munajat
Lan badane sodakoa kang utama
Wewehana wong kang ning agama
Yen kepengen sira dadi wongkang mukmin
Ulat bagus semu ajer ora periyatin
Ayu manut kang miturut ning gurune
Ya tirua tingkah bagus kelakuane
Ati mangkel ngatur awak turut perintah
Tanda melek laku ala ya dicegah
Awak bodoh gage pada jaluk wuruk
Kursi inna angjalnaahu gawan besuk
Coba batur pikirana kesalahan
Pati belai pasrahana ing pengeran
Kepengen Mukmin
Yen kepengen Dadi mukmin ya ngalai
Ning karepe nafsu kudu disudahi
Aja jangkerik sira umpamane
Gelem didu banget bodoh agamane
Pengen mukmin kudu ana ning bibite
Ya lurua nur Muhammad syare’ate
Terus Iman syahadate manjing ati
Ora pecah ora luntur sampai mati
( Hari Selasa tgl 25 Sa’ban 1378 H / 1958 M )
Wong kang mukmin wajib ngeraksa patang perkara
Ngemot harta waktu belanja awak ira
Wurukana ilmune kang gelem-gelem
Yadelengen aja pada ngumbar ning cangkeme
Maksa-maksa ngumbaraken dadi fitnah
Nimbulaken iri dengki dadi salah
Ari mukmin iku ana alamate
Lulus atine eling Alloh ma’rifate
Kang setia ngemban dawuh ning gurune
Sumpingaken bener-bener kelakuane
Insafaken ning kalangan perjuangan
Aja katon ala maring sapepadan
Ayu bareng buletaken ya sebatur
Yen ora bulet masyarakat dadi ibur
Gede cilik tua enom lanang wadon
Ya raksaen aja pada ngerusak keraton
Alloh Allo ya Alloh kholifah rosul
Bareng geguru pituture aja ucul
Tambah ilmu kudu gelem tambah amale
Aja munafek dawuh guru sing rosule
Dodok bareng guru mulang kaudanan
Hudan rokhmat bathin eling ning pangeran
Timbul pikir luwih alus ing atine
Gelem nelangsa mengingat kabeh dosane
Bagus-baguse menusa deleng awake
Ngerasa bodoh ngerasa ina ing badane
Sugih Dunya akherat
Jaman akhir pikir ira keributan
Ya rajege aja kongsi diranja syetan
Ya rajege ayat kursi ya macane
Telulas ewu pinjul telu itungane
Lekas rebo kudu pol dina selasa
Saban waktune pitu-pitu kudu kersa
Ngerajeg kuping mata cungur lan cangkeme
Kira-kira ati suci barang harame
Sapa wonge naklukaken sedulure
Ingkang papat kelima ati panjere
Diparing sugie ora rerawat
Miskin dunya kaherat ora masakat
Diijabah penjaluke tinurutan
Sekepenge atine ya keturutan
Sewise pol telulas ewu punjul pitu
Teka mati aja tinggal maca pitu
Pekir ora nemen-nemen ning ngulati
Sekrentege ati kuh bakal bukti
Kuping ngerungu dawuh Alloh kebagusan
Mata ningal kudrot irodat sing pangeran
Cungur ngeraksakena sifat qudrot irodat
Cangkem muji kalimat Alloh aja telat
Ati suci hasud riya ’ujub takabur
Akal eling nimbang amal aja mundur
Akal ora eling Alloh banget ala
Tetep kafir arane kafir nyembah berhala
Kuping mata cungur cangkem lan atine
Akal ma’rifat ngerasa obah sing gustine
MAULID
S Y A H A D A T (1380 H – 1960 M )
Wong kafir kabeh digiring-giring
Marani jahannam golong-golong pada muring
Teka ning jahanam lawange terus dibuka
Malaikat kang jaga lawang nakoni dika
Apa sira ora ketekanan ning utusan
Ingkang bisa nerangaken dawuhe Qur’an
Kafir jawab ning malaikat kang nakoni
Inggih wonten nanging kula beli ngelakoni
Ya saiki siksane Alloh tampanana
Ayu manjing enak blenak rasakna
Kanjeng nabi meriksa neraka terang katon
Ning neraka sing akeh iku wong wadon
Waktu dunya ora syahadat ora sholat
Lan wong wadon kang ora open ning aurat
Ingkang sanga torekot guru maring Alloh
Wajib nglakoni perintah guru maring Alloh
Dilakukaken pengucape awak ira
Sosa duta tun yaya kerja nira
Sholat limang waktu sedina sewengi
Terima kasie badan Alloh kang maringi
Maca syahadat ping telu aja keliwat
Duha tahajud tunjina dadi syarat
Maca ya kafi ya fatah nuli karcis
Nganggo jubah lawon putih ingkang percis
Iku terang torekot syahadat solawat
Dedalane derajat duwur syarif hidayat
Rohe sholat ana nenem kang percaya
Khusyu kudur paham hebat roja kaya
Tegese khusyu ati kulane
Kudur iku ora pegot eling pangerane
Paham ngerti ibadah syah Lan batale
Hebah demen perentah Alloh lan rosule
Roja ngarep-ngarep kita ning kenugrahan
Kaya wirang ngelakoni kasalahan
Bocah santri arep mendi sira nunute
Ngintil rosul ora cocog syare’ate
Ngaku demen kanjeng nabi demen apane
Sembayange ora kaya kanjeng nabi aturane
Kita demen kanjeng nabi Allohurobbi
Terusaken demen maring ali nabi
Syafa’ate kanjeng nabi luwih wani
Ana umate manjing geni digogoni
Sapa wonge manjing guru abah umar
Kudu ngandel ning pitutur aja samar
Jam rolas bengi senen tekane
Wong kang bodo wajib titen ingetane
Sing miturut ning pitutur guru kita
Aja ana tempo nganyang maring kita
Aja mangmang guru iku nggo gandulan
Sebab guru nuntun dalan elintg pangeran
Kanjeng nabi ora deleng ning kandane
Tapi deleng wong kang bisa ngelakonane
Aja kongsi guru kita bendu dika
Yen wis bendu tetepe bakal cilaka
Ayu eling maring Alloh kembuli
Kita nggandul ahli nabi iku wali
Iki jama jaman ayakan
Sing diayak ke islaman
Islam selamet ora hasud ora takabur
‘ ujub riya toma’ kesiben karo batur
Syahadat bandem syetan patang puluh loro
Syetan jungkel nangis ngero-gero
Aduh-aduh wani temen wong syahadat
Kita kalah pasrah boch bade mangkat
Bocah santri ingkang awas lan waspada
Zaman akhir akeh wong enda-enda
Dunya iku kabeh badan
Ngurus ati kelawan iman
Demen dunya sira nganggur
Bukti mengko balik kubur
Eling Alloh kang sempurna
Ora bisa akalana
Kita eling maring alloh ora liyan
Banget larang kaya regane berlian
Bisa eling sebab ngaji
Demen Alloh ayu diuji
Alloh rosul kang minteri
Kabeh amal kang beneri
Kita urip kang manglingi
Alloh rosul den elingi
Eling Alloh ayu mikir
Supaya selamet mengko akhir
Untung sira ngaji syahadat
Bukah ati terus ma’rifat
Kayu koyum diwaca terus
Waktu lara sampe waras
Syhadat tauhid isikna
Syahadat rosul lakonana
Ngaji syahadat aja telat
Yen wis waktu gage mangkat
Mumpung ilmu pada timbul
Balik ngaji sira mikul
Timbulane wali kang sanga
Iman islam cuan lunga
Ma’rifat islam ngurus badan
Ngerusak amal keriyaan
Duwe badan dibagusi
Gerenjet ati di ikhlasi
Aja pada ngku pinter kudu watir
Ora eling karo Alloh tetep kafir
Jaluk wuruk ning guru ilmu syare’at
Cukula dewek pengen duwe ilmu hakekat
Ayu batur kita bebalik pikire
Elinga mati embuh esuk embuh sore
Ayu batur ngerongokna pengajian
Aja kongsi kita dadi wong kafiran
Wong kang munafik menenge ning tengah-tengah
Mukmin beli kafir beli bloli genah
Aja kesela waktu maca ning syahadat
Apa maning lagi waktune sekarat
Ayu manut nuhun syafa’at ning nabine
Perkara wolu nuhun saged ngelakonane
Aja kongsi eling ira waktu lara
Mengko blai nemu susah awak ira
Anak putu Adam duwe pertanggunmgan
Tanggungane manut rosul eling pangeran
Iblis nanggung dadi intipe neraka
Tapi jaluk bancik goda umat dika
Satoh hewan nanggung bantu ning menusa
Kang ora eling satoh hewan jaluk niksa
Aja enak sira nyandang lan mangan
Syukurana direjekeni sing pangeran
Iki jaman nyata welan sampun ganti
Gage eling pahama gawane mati
Ora nana wong kang khusyu sembayange
Sebab tua jaluk wuruk ning gurune
Tetengere dina kiamat ya mencorong
Dipun pilih ing kanjeng nabi golong-golong
Ayu sholat ampel gading berjam’ah
Dedonga bareng karo batur kelawan bungah
Aja ngaku sugih pinter urip dewek
Yen ngakua pinter dewek ya munafik
Kita urip ning dunya duwea wirang
Gusti Alloh nuruni ayat pirang-pirang
MAULID
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (3)
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (3)
PERATURAN AGAMA
4.1 Hukum
Dadi ana hukum iku pertimbangan
Hukum syara ora robah nggo patokan
Hukum akal hubungan ning pangeran
Nuhun pituduh ngarep – ngarep bantuan
Hukum adat timbul saking kabeh rakyat
Aja niru yen sulaya karo syareat
Awas batur aja wani – wani niru
Politikan karo hukum aja keliru
Politikan ijma’ qias hadis qur’an
Yen wis cocok ayu breng jalan
Iki perabot pengaturan amal badan
Nggawa amal dalan eling ning pangeran
Ngatur anak badan Rabi lan sebatur
Lumayanan kanggo sangu alam kubur
Ayu santri bagusana syare’ate
Yen Wis bagus bakal nemu hakekate
Kita urip duwe umur ikhlasana
Luru derajat dunya akherat gelarana
Laku dunya aja sampe ngelalekna
Tinggal ngaji bakti ora mikirna
( Malam Rabu tgl 23 Syawal 1376 H / 1956 M )
Awak bodo hormatana kanjeng nabine
Amal soleh mugi angsal ning atine
Gage luru amal soleh kang temenan
Kanggo sangu balik kita ning kuburan
Ora bisa gage njaluk iftakhlana
Tahajude wiridane lakunana
Misah ati karo nafsu teka setitik
Ora niat misah kita ora katik
Yen kepengen kebuka kita akale
Openana telung perkara ning amale
Awan bengi ngeling – ngeling Alloh rosule
Aja pegot hubungane ning akale
Misah nafsu getih ireng ning atine
Aja campur ati salim ya arane
Lakune badan tetepana ning syare’at
Bisa ora bisa wajib kita angkat
Niat tobat maca syhadat solawat
Terus teka sampe waktune sekarat
Apa maning manjingaken ning syhadat
Getih ireng nempel ati ya maksiat
( Malam rabu tgl 7 dul koidah 1376 H / 1956 M )
Ba’da Salam ayu maca ning syahadat
Jasmanine rohanine paring nikmat
Ayu batur pada ngaji bebarengan
Maca aurad ati salim kang temenan
Buru – buru gage jaluk ning pitulung
Ing malaikat nabi wali aja bingung
Hasud takabur ‘ujub Ria ning atine
Eling Alloh ngelunturaken ning atine
Aja kongsi karo batur pecah belah
Merangi nafsu ing Ibadah aja kalah
Aja wedi aja piyatin laku hak
Perkara batal hak teka pasti rusak
4.2. Perkara hak
Ati eling maring Alloh hak arane
Mbuang toma’ hasud takabur lan riyane
Lanang wadon ayu diraksa dewek – dewek
Aja pecah pikir eling ning pangeran
Ayu diraksa kabeh nikmat sing pangeran
Terus eling muji syukur waktu mangan
Gage mikir waktu urip dewek – dewekan
Ora eling sangune mati ya munafik
Kabeh rakyat maring derat kudu terima
Ana gede ana cilik aja toma’
Ayu batur pada ngelatih jasmani
Supaya kendo laku ala ning nafsu
Gage ngaji ingkang wekel luru bener
Allah benci maring wong kang ngaku pinter
Badan kerja ati kerja ya solihat
Dunya akherat pasti munggah maring derat
Tobat bagus amal badan kang sempurna
Badan jasmani jaluk isi tangekna
Ayu anak waktu bengi gage tangi
Melek ati eling kang nulungi
( Malam rabu tgl 12 dulqoidah 1376 H / 1956 M )
Hukum Alloh gelem pada nyempurnakaken
Sabar nerima qodar kang mastikaken
Beda karo ati nifak ning tingkahe
Seneng nyolong nukum Alloh ngurangi bae
4.3. Jihad berjuang / Jihad fissabilillah
( Malam tgl 12 dulkoidah 1376 H / 1956 M )
Yen kepengen dadi wong ahli suarga
Ngorbanaken harta pikir lan tenaga
Ngorbanaken harta benta ingkang ikhlas
Gelaraken agamane sampe jelas
Ngorbanaken pikir eling ning pangeran
Openana syare’ate kang temenan
Ngorbanaken tenaga manut rosule
Kurang mangan turu susah ora ucul
Ya bersatu jasmanine rohanine
Ya melasi maring batur Lan santrine
Jasmanine demen dunya kanggo ibadah
Rohanine eling Alloh terus terima
Anane dunya nyediani kawulane
Yen kula kudu nerima aturane
Terus eling saban tingkah menggawene
Netepi perintah Alloh rosul ya badane
Tanda mukmin welas asih ning bature
Yakin sugih dunya akherat lan kubure
Lamun oranana cukule syahadat
Dunya akherat ning kubure luwih berat
Sebab ora gelem bersihi atine
Hasud takabur ’ujub riya ning dunyane
Mata medit ora gelem ning tafakur
Den contohi batur akeh melebu kubur
Duwe ilmu kanggo perabot luru dunya
Yen santrine ora duwe disia – sia
Bagen pinter nerocos – nerocos bicarane
Dina kiamat Alloh banget ning bendune
( Hari senin tgl 19 dulkoidah 1376 H 1956 M )
Qolallhu Ta’ala fatuubuu ilaa baariikum faqtuluu anfusakum
Dzaalikum khoirul lakum ’indabaari ikum. Fataaba ’alaikum.
Innahuu huwattawaa burrokhiim. ( Al-Baqoroh )
Dodokaken ati salim luwih angel
Yen ora sabar syahadate ora nempel
Awas santri pikiraken kang temenan
Kira – kira sira mati gawa iman
Tanda mikir gelem misah ning awake
Kurang mangan kurang turu ning blenake
Ya ajaren badan anak rabi batur
Cocogaken karo syara’ ingkang akur
Kejemaken aja ridho ning maksiat
Lamun salah anak rabi ugi rakyat
Iku aran ngembangaken ning syahadat
Ana wohe sira ngaji ning syahadat
Ora manfaat kabeh ilmu maring badan
Alloh paring titel pangkat kewalian
Gage tobat mumpung masih ning uripe
Aran tobat mateni nafsu ning karepe
Dudu tobat ora bisa merangi nafsu
Balik munafik arane ulama syu’
Cuma pengen nama santri enak dewek
Nyata iku dadi dasare munafik
Sampun terang iki dasare pangeran
Aja mang – mang wulan rayagung ning tanggalan
4.4. Sodakoh kupat
Gusti syarif hidayatulloh ing bengine
Rebo tanggal papat kapit jalukane
Berjamaah tapi ana syarate
Kupat lepet tang – tang angin sabengkete
Werna telu nuli dicantolaken
Ing duwur lawang nuli arep burine
Arep nyantolaken iki
Ki aja wani – wani nyerang tandurane
Lengkapi ki aja wani – wani nyerang tandurane gusti syarif hidayatullah
Iki anak putune Adam, Yen sira wani nyerang sira olih bendu sing pangeran
( malam rabu tgl 13 dulhijah 1376 H / 1956 M )
Tambahana gawa amal ning badane
Aja Males waktu urip ning dunyane
Ngajar badan amal ikhlas aja liyan
Dalan eling laku bakti ning pangeran
Yaiku tauhidul Qoshdi wal irodah
Gusti Alloh kersane langka kang nyegah
Wis janjine bapa Adam pangkat khalifah
Gelem ngaku jaluk taubat nerima salah
PERINGATAN
Wulan Rayagung
Gelem ngajar ati salim bakal bener
Ora ngajar ati salim bakal keder
Rayagung iku wulan penghabisan
Penyakite lara mati gelis pisan
Dodokaken ati salim awan bengi
Paring selamet Alloh rosul kang mayungi
Ati salim badan nerima pengaturan
Terus eling bakal manggon ning pekuburan
Sabar nerima qodar kang den pastikaken
Hukum Alloh gelem pada nyempurnakaken
Tanggal siji sampai tanggal 10 Rayagung awit dinane kurban
( yaumul tasyrik ) Dadi liren boten kerja patang dina sampe tanggal10 wali syuro.
Gusti Alloh nurunaken pati seluruh dunya Nanging pasti ana werna loro.
1. Mati badane
2. Mati nafsune
Ayu santri sira buru – buru milih
Maring pati kang den pasti werna kalih
Aja kongsi sira mati ning badane
Gage diajar patenana ning nafsune
Dina selasa awal wulan, pada sodaqoh pada kapendem, lan maca tawasul kang den aturi, siti Qurasyin lan nabi khidir
Mumpung urip gage ngandel ning pitutur
Yen ora ngandel bakal susah jero kubur
Duwe badan mumpung urip bersenana
Olih pitutur gage – gage lakonana
Aja tungkul ngandakaken alane batur
Urusana awak ala badan sekujur
Kita dunya aja tungkul mangan nyandang
Gage eling sugih dosa terus dibuang
Gage dirasa gage digerayang
Mumpung durung direrayang
Mumpung urip gage jaluk keterangan
Yen durung duwe gage jaluk kang temenan
( Hari senin tgl 30 jumadil akhir 1376 H / 1956 M )
Iki nadom nggo pekeling awak kula
Tingkah kula supaya bisa berobah
Amal ala bagusana sugih dosa taubatana
Dosa cilik dosa gede buangana tut setitik
Gage maca ning syahadat mumpung durung teka ning sekarat
Aja pada ngaku bisa amal kula masih riya
Sebab pengen dialem menusa
Wong kang riya bakal manggon neraka
Aja pada ngerasa alim amal kula masih dholim
Aran dholim nganiyaya maring batur lan badane kula
Maring batur gawe ala weruh beli temu ala
Ayu batur gage tobat gagiyan ngaji ning syahadat
Aja pada ngaku pinter amal kula masih keblinger
Aran keblinger ngerasa bener ala becik Alloh ketenger
Aja pada ngerasa duwur amal kula masih takabur
Wong takabur amal gebur tekan kubur dipun ancur
Kerana syaiton iku takabur maring Alloh ora syukur
Mungkar nakir kang bakal ngancur geni jahanam ingkang ngelebur
Aja pada ngerasa bagus dewek
Amal kula masih munafik
Wong munafik amal entok
Ning neraka kang ngisore dewek
Aja pada ngerasa apik
Amal kula masih musyrik
Wong musyrik dadi kuwalik
Ning neraka bakal diwalik – walik
Liyan Alloh den bakteni
Perangsane bisa nyugihi
Ning Alloh rosul ora bakteni
Ning akherat pakane geni
Aja pada ngerasa garang awak kula masih kurang
Sholat kula kelingan barang ning kubure bakal digarang
Maring Alloh ora wirang ora gelem laku sembahyang
Iku syaiton wis terang ning jahanam Manjing jurang
Aja pada ngerasa sugih Alloh ingkang maringi sugih
Maring Alloh gawane bakti awit urip sampe mati
Sugih barang kanggo apa gage tobat gage ibadah
Gage amal gage sedekah Mumpung durung izroil teka
Izroil teka ora wara – wara
Beloli wakil roh digawa
Teka ning kubur bangete nelangsa
Mungkar nakir kang bakal nyiksa
Ana pikire arep sholat Nuli syaiton gage nyegat
Mengko tanggung durung peragat sholat ira dadi telat
Ana pikire lunga ngaji nuli syaiton terus bujuki
Pegawean durung lesi ora sida lunga ngaji
??????????????????????????????????
????????????????????????????????
Sebab tinggal ngaji dosa ora kerasa
Wong laku zina dosane banget kerasa
( Malam Senin tgl 5 Rajab 1376 H / 1956 M )
Ati cangkem ibarate roda kalih
Gerenjete ati cangkem ngucap kudu milih
Cangkem ngucap aja sekienge dewek
Cocogna karo hukum aja munafik
Cangkem iku diilmuni ilmu mentok
Emong terus muji Alloh ora entok
Cangkem iku dadi roda nomor loro
Puterna ucapna syhadat loro
Cangkem ngucap ora nganggo hukum rosul
Aja munafik umat rosul dadi ucul
Sebab cangkem buktikaken dalan hakekat
Ora cocok karo syara aja diangkat
Roda Loro
Ati muter dada siji ya ditarik
Kerenjet ati pikir bagus ingkang apik
Ati iku diilmuni ilmu bayan
Ati eling adepaken ning pangeran
Ora madep ati lali ya kapiran
Ora eling maring Allah kemusyrikan
Ati cangkem laku takwa ngati – ati
Aja musyrik munafik waktune mati
Kaya melaku maring dalan akeh eri
Tibakaken sikil loro ditengeri
Urip kita pengen jaya ning dunyane
Ayu kerasa umur entong saban dinane
Syekhuna bagi modal dikarcisi
Nurut nafsu ingkang ala ditangisi
Ayu batur pengen beli tangi bengi
Pra nabi para wali kang nulungi
Aweha torekot syahadat solawat
Cukulana tinggalana syarif hidayat
Yakin pisan ilmune luwih manfaat
Cukulana ilmu syahadat solawat
Peperangan karo nafsu pengen jaya
Eling Alloh rosulullah kang sedia
Sira ngerti senjatane ya jenaka
Urip mati ora bakal ya cilaka
Sirwenda ngarah kulon kena wetan
Mata dekeng isine dunya eling pangeran
Muji maring Alloh langka wates – watese
Yen durung manjing kubur kita awake
Manjing kubur jaluk tulung langka guna
Yen pengen selamet gage tobat kita dunya
Jasad manjing kubur sanak tangga pada balik
Ora gawe syahadat bumine gepit jerit – jerit
Murid sekhuna ingkang sabar nerima
Ana kang nacad enak bae delengana
Pada weruh ing iki zaman
Zaman iki lagi ayak – ayakan
Syekhuna ngajak – ngajak rasa kumpul
Laku sholat lan wiridan lan tawasul
Tapi kulane ora kena diatur
Ning burine sekhuna pada ibur
Dicoba maring Alloh kulane boten kuat
Sebab kulane ari dalu boten sholat
Kanjeng nabi banget melas ning umate
Ayu manut tingkah rosul ning sholate
Jubah putih ubed putih ning dunyane
Ayu dienggo ibadah sira badane
Gusti Alloh dhohir batin ya ningali
Waktu sholat ati anteng apa beli
Wong kang sholat belasar – belasar ning umume
Ayu ngerasa waktu salah bae
Qoola nadhom
Batur kabeh waktu sholat aja robah
Wedenana siksa Alloh aja gegabah
Bonggan sira duwe hukum ora diobah
Bakal lara ning dunyane luwih payah
Rampung sholat dodok tetep aja robah
Maca syahadat kaping telu dawuh abah
Ngauradaken syahadat loro wis zamane
Aja mang – mang ingkang kejem ing imane
Eling Alloh kang percaya aja mang – mang
Kabeh amal besuk maksyar ya den timbang
Eling Alloh ngunggahaken maring derajat
Gawa sunnah kanjeng nabi maring syafa’at
Tinggalana awak kita masih bodo
Ndemeni dunya tempo mati ora kanggo
Iku yakin peninggalan ingkang terang
Gawe amal akherat gagian tandang
Panas perih wong kepengen dadi santri
Tapi poma wajib sunnah aja mari
Pada nanggung ning kubur waktu ngadepan
Kepanggonan eling Alloh waktu kelaran
( Malam Ahad tgl 6 muharram 1377 H / 1956 M )
Ayu eling pumpung dunya teka setitik
Ora gelem mikir eling ora katik
Ayu batur fikirana amal akherat
Ora pada mikir yakin bakal melarat
Ayu batur luru sabar buru – buru
Durung bisa gage mangkata geguru
Aja dienak – enak dedewek bae
Ingkang wekel laku wajib lan sunnahe
Awas aja ngunggulaken ning awake
Pikirana badan banget ning rusake
Waktu dunya dikon milih werna loro
Barang bathil barang hak syahaat loro
Eling Alloh yaiku hake manusa
Dadi dosa pikir musyrik ora kerasa
Awal –awale tobat iku syahadat loro
Terus maca bersihaken jaba jero
Wongkang milih barang bathil yakin rusak
Dunya akherat nyilakani maring awak
Gage baris putih – putih sandangane
Dedungana muji terus ning atine
Waktu subuh satus sepuluh wacana
Laa ilaaha allallah dzikirana
Jaka dolog terus hadir meriksa
Kang ora manut bakal nyilakani
Para wali pada kumpul musyawarah
Nakikana tanggal 20 dulhijah
Ngerundingaken maju mundure syahadat
Gelem nampa apa beli kabeh umat
MAULID
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (2)
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (2)
Aja mang mang disiksane dewek – dewek
Tuna getun ning neraka ya munafik
Sambat – sambat ya munafik jero kubur
Waktu naja ning dunyane blolih nur
Sebab tungkul urip mikir dunyane
Ora gelem mikir kubur ning sangune
Borosaken maring umur sampe entok
Ora eling dadi kosong ganjarane
Bagen wani sugih fakir tetep mati
Ngatur badan anak rabi sing ati – ati
Aja kongsi ngelalaiaken ning pangeran
Gage tobat muji syukur lan dzikiran
Gage njaluk idzin wong tua lorone
Yen masih urip njaluk pangapurane
Kanjeng nabi ngeraksa umat boten tebih
Ning adepan rupa abang semu putih
Yen setia sira mbela Agamane
Keparingan nur muhamad ing badane
Ayu nyebut Alloh rosul kholifae
Badan ati aja kongsi pecah bae
Aja kongsi pengucape dadi loro
Pisan kalah elinge diparo – paro
Nuhun paring badan manut perintah rosul
Ati kerja eling Alloh Saged nggandul
Terus milih laku lampah luwih saha
Niteni waktu badan meneng lan obahe
Wedenana kafir dlolim pasik kita
Penyakite ati salim ingkang nyata
Wongkang ngelakokaken ning badan salah parane
Karo hukum ora cocok dlolim arane
Ya setia badan mbela Agamane
Den paring nur muhamad ning atine
Buru- buru ayu niat gawe sodaqoh
Kumpul blai supaya aja teka
( Malam Sabtu tgl 20 dzulhjjah 1376 H / 1956 M )
Gage mikir sebab jaman sampun akhir
Terus nginjen maring Alloh kang dipikir
Waktu gering katon pisan ning larane
Nggo contohne Ning akherat ya siksane
Dunya akherat njaluk selamet dewek – dewekan
Gage diuji amal badan lan pikire
Buru – buru gage njaluk den ridhoni
Mumpuing waras ibadahe den den lakoni
Kita dunya lan akherate nuhun selamet
Waktu dukha lan tahajud gage nggereget
Ayu sabar ridho ikhlas lan tawakal
Lan nerima syukurane aja gagal
Demen Alloh rosulullohiku tobat
Njalanaken kabeh perintsh ors keliru
Tanda mukmin ya tawadlu ning gurune
Nuhun rokhmat ora pot ning atine
Buangana ujub ria lan takabure
Hasud pegel kabeh amal dadi luntur
( Malam Ahad tgl23 dzulhijah 1376 H / 1956 M )
Gage sntri pikirana sampe terang
Uripira supaya duweni wirang
Bapa Adam ngaku dholim ngaku salah
Ing syare’at hakekat iku hikmah
Yen wis mati jiaroha kuburane
Aja kongsi kemlaratan ning badabe
Dalan ati salim iku pangeran
Aja lali jiaroha ning pekuburan
Terus ndleng ning kuburan luwih ciut
Dadi obate nafsu mumbul dadi nyebut
Ngati- ati ngormati embok bapane
Luwih repot ngopeni anak awan bengi
Alloh ngapura ngelebur kabeh ning dosane
Lamun ngapura kabeh embok lan bapane
AMAL SOLEH
3.1 Eling Alloh
Yen kepengen ingkang suci gage tobat
Awan bengi laku badab nggon syahadat
Pengen pituduh eling Alloh poma – poma
Lakune badan bisa suci ya utama
Eman ibadah awit cilik sampe tua
Tempo mati imane oa kegawa
Ayu santri eling Alloh ngekalaken
Ora eling bakale den dohiraken
Ora eling nyata mati ning atine
Terus bukti pada ning badane
( Malam Rebo tgl 18 Sa’ban 1376 H / 1956 M )
Yen kepengen pangkat kudu bisa ngatur
Jasmanine ruhanine ingksng akur
Ngatur anak rabi tangga nggon ngebakti
Maring Alloh nggawe amal sampe mati
Bagen sugih bagus pinter ya diatur
Aja kalah praktek ira ingkang jujur
Terus terang ngembangaken syare’ate
Hukum syara’ kira ikhlas ing ngadate
Iku aran umat rosul tindakane
Bagen kadang anak rabi lan badane
Badan salah terus wani nyalahaken
tanggung jawab terus sanggup mbenerak
Jalan hakekat kudu sabar lan nerima
Iku aran umat rosul kang utama
Aja pada ngaku bisa ning syahadat
Laku musyrik Toma’ hasud Gage mecat
Nyata palsu bagen kiyai ning ilmune
Ora jujur Cuma molar ning dunyane
Alamate ning neraka siksaane
Pinter puter ning wong bodoh nggo pangane
Kanjeng nabi ngatur kasab nggo nafakoh
Ngaji bakti aja bodoh nggo iabadah
Ayu ngaji bareng njaluk kesenengan
Nurut perintah Alloh rosul kang temenan
Iku aran santri kamil kang sejati
Pikirane kang diinjen gawan mati
Beda karo santri nakis tujuane
Awan bengi sing dipikir ya dunyane
3.2. Santri kamil
Santri kamil tahajude saban bengi
Senengane jubah putih wangi – wangi
Tujuane pengen sugih dunya akherat
Awan bengi Alloh rosul kang disambat
Suci saking ujub ria lan takabur
Hasud toma’ ngelarani atine batur
Ora bosen gelem takon ning gurune
Pengen bisa syahadat loro wulangane
Mumpung urip njaluk pangapurane
Wong tua papat ning guru lan lakine
Iki jaman minggir – minggir kerusakan
Ati lali ora eling ning pangeran
Ayu pada ngeluhuraken ning agamane
Eling Alloh manut rosul poma – poma
Cangkem muni Alloh rosul den elingi
Njero ati ora pegot awan bengi
Njalanaken ilmune syarif ‘arifin
Eling Alloh rosululloh dohir batin
Terus muni kabeh wulu pada muji
Balung sungsum kulite daging dadi siji
Ora kesela ujub riya lan takabur
Ning atine eling Alloh ora nganggur
Penyakit ati mentingaken ning nafsune
Syirik dengki maring batur jero atine
( hari senen tgl 30 jumadil akhir 1376 H / 1956 M )
Gusti Alloh paring rido ning dunyane
Sira gelem gelaraken agama
Ati pateng ora bisa melek – melek
Naku bagus pinter sugih kita dewek
Ati kita saban dina diomoti
Syirik pidik ngintil ana ing ati
Dadi abot badan ketindihan dosa
Tangi turu maca takbir ora bisa
Sanang pangan awan bengi kuatire
Mati esuk maras langka ning pikire
Nyebutaken asma rosul ning lisane
Ora bisa sira ngucap ning atine
Sebab bodoh kurang nemen ning ngajine
Awan bengi mikir ning mangane bae
Mengunate karomate para wali
Pengen syafa’at ayu batur diakali
Kurang mangan turu timbule mangunat
Ingkang awas pikirane ning syahadat
Kang waspada adol awak dunya akherat
Ora tekor yen sira syafa’at
Padane damar murub iku ana kang nyuled
Lunga ngaji maring guru ingkang leled
Ayu diblongsong sira badane
Jubah putih sorban putih penganggone
Lagi nurut perintah Alloh kanjeng nabi
Pengen diaku dadi umate kanjeng nabi
Muji dzikir tangi turu ning atine
Kabeh dosa njaluk dipangapurane
Jubah putih sorban putih sampun bakti
Mengko bukti kang ora nganggo pada mati
Aja kongsi baka kang nganggoni
Niatana manut rosul ingkang wani
Nuhun – nuhun syafa’ate kanjeng rosul
Sampai mati jubah sorban aja ucul
Ayu batur apa pengen apa beli
Manut rosul eling Alloh den akali
Rusak ruwed ngucape ya maulana
Ati lara gage eling tobatana
Terus tawasul dateng siti khodija
Ati lara gage eling tobatana
Terus tawasul dateng siti khodijah
Ati lara paring waras aja pecah
Pisah urip kubur sesek banget peteng
Pisah dunya eling Alloh banget seneng
Rohmat salam tiang Islam sedayane
Buru – buru iman Islam gelarana
Yen wong mukmin gelem ngelakoni kabeh perintah
Alloh nyob ti nira aja robah
( Hari ahad tgl 1 Rajab 1376 H / 1956 M )
Ayu santri sing pada weruh wedi
Urip entong arep pada melayu mendi
Ayu batur uripa kang ngati – ati
Gage madep ati eling maring maring gusti
Durung bisa eling sira ning atine
Ayu tandang sholat bengi kelakuane
Lakune badan aja sekienge dewek
Cocogana karo hukum aja munafik
Awas santri ketipu pengaruh syetan
Awan bengi ati lali ning pangeran
Arep arep sholat sucine ati badan
Ora suci dadi suwung ning ganjaran
Kita urip lagi luru keridhoan
Bersenana ati badan lan pikiran
Pengen syafa’at madepa mata atine
Muhaiminan kanjeng nabi ning adepane
3.3. Wasiat Raden Abdullah bantani
Sapa wonge pengen diterima tobate
Dinginaken gawe amal akherate
Susah priyatin enak blenak ning deweke
Gage nganggo jubah putih ning awake
Kabeh amal nuhun – nuhun manfaate
Awan bengi ayu maca syahadat
Gage batur pareknang ning pikiran
Sugih miskin bodoh pinter sing pangeran
Luru sugih gage amal pumpung waras
Bakal getun yen wis teka lara keras
Waktu waras gage buru – buru tobat
Aja kongsi ajal teka waktu sekarat
Pasrahaken kabeh badan ning gurune
Pasrahaken atine ning pangeran
Kaya masrahaken dunya ning rabine
Laki lara kang ngopeni ya rabine
Senengana ning dunya nurut nafsune
Ning kubure senenganaya genine
Wong kang nafsu ikuora nana elinge
Awan bengi kang dijor kesenengane
Gelem eling ning dunyane dosa lebur
Bodo awak ora mikir sangu kubur
Pasti melas ketemu ning alam kubur
Hasud dengki gawelara karo batur
Wajib nurut sira wadon ibadahe
Ora nurut ora dadi ibadahe
Wani ngelanggar peraturan ning lakine
Ora hasil kemaksudan ning wadone
Batur kabeh aja lali ning pangeran
Buru – buru mumpung durung keributan
Ayu batur bareng – bareng muhaiminan
Eling Alloh rosullulloh kang temenan
Tuturana karo kalimat pangeran
Aja gelem dibujuki syaitan
Ayu santri cangkem ati kang bersatu
Ngajar anak rabi terus takon mantu
Wong kang eling Alloh rosul waktu waras
Mata atine titenana ingkang awas
Ayu diraksa pikirane kang temenan
Cuan ngamprak pikire dituntun syeiton
Gage priyatin eling badan mumpung rasa
Aja bunga eling Allah ora bisa
Yen elinga sira bakti maring Allah
Tentu nurut ning prentah ninggal ing cegah
Yen ngelalaiaken atine ira ing pangeran
Badan nurut syaeton gawekeluputan
Elinga badan jasmani lan rohani
Awan bengi gusti Allah kang ngepalani
Lakokena kabeh badan manut rosule
Pengen di terima tobate terus gandule
Umat Islam aja sampai ketinggalan
Aja bae sholate ulat-ulatan
Tiwas pegel ora dadi ning mujine
Sebab cangkem ora bersatu lan atine
Lanang wadon aja tinggal ning baktine
Wadon bakti sholiha iku arane
3.4. Wadon Bakti
Wadon kepengen ma’unat ning lakine
Ngati-ati wadon bakti ning lakine
Anak wadon melasana embok bapa
Wadon nyingkur laki beli apa-apa
Wadon manut hukum luwih berat
Lanang ngatur wadon manut ingkang erat
Wadon ngatur hukum syara’ lanang nyigkur
Wadon mentas lanang terus gebur
Lanang wadon diraksa dewek-dewekan
Enak blenak si sangga dewek-dewekan
Lanang wadon ingkang tasdik ya atine
Aja ngamprak badan ati pikirane
Lanang wadon senyatane berayan bakhti
Bok menawa ning akherate bakal bukti
Obah meneng sira kabeh aja lali
Maring Alloh lan rosule den den ganduli
( Malam senin tgl 2 Romadhon 1376 H / 1956 m )
Ingkang wekel waktu muji sasi siyam
Nuhun tetepe ilmu amal iman islam
Kejemaken kabeh badan lan pikiran
Luwih akeh tikel sewu ganjaran
Ayu diraksa sira ning omongane
Aja ngomong yen ora muji ning cangkeme
Cangkem muji eling Allah ning atine
Iku alim wong kang manfaat ning ilmune
Pikiran lan atine ingkang kejem
Ora nana ning pikire pengen di alem
Waktu siam mangan nginum ingkang hak
Supaya kebeh amal aja rusak
Yen tetukon aja kongkon bocah cilik
Panganan kurang bagus kurang apik
Poma-poma waktu siyam aja udur
Muga-muga kabeh dosa dadi lebur
Kuping mata cangkem dikon puasa
Aja goro unek-unek gawa dosa
Waktu buka ingkang halal memangan
Haram riba ilangaken ganjaran
Awas batur waktu siyam aja sewotan
Yen sewotan nglunturaken ning ganjaran
Tiwas pegel puasane ora untung
Jaba bagus tapi jerone pada buntung
Aran siyam ora mung beli mangan
Tapi nyegah barang batal lelahanan
Siyam iku ngunci cangkem ingkang kejem
Supaya iblis aja manjing cangkem
Berjamaah doa bareng aja gelambyar
Muga-muga keturunane lailatul qodar
(Malam Selasa tgl. 22 Syawal 1376 H/ 1956 M)
Buru-buru sira ngajar ati salim
Aja enak luwih pinter ngaku alim
Yen wong alim kudu ana ning buktine
Manfaati ning badan lan santrine
Ya kejeren ati salim awan bengi
Allah Rosul paring slamet kang mayungi
Syahadat sirri’ iku nyata ing arane
Allah nanggung mulyakaken ning badane
Gusti nanggung ngraksa dunya lan akherat
Yen santrine gelem dekem ning syahadat
Ning syahadat ingikang kejem aja ngambang
Pikir ngambang laknat teka dadi begang
Laku bagus pikir eling aran umat
Tedengaken laku bagus maring rakyat
Kebagusan ingkang ikhlas ya nyontone
Kanggo mikat narik batur kelakuane
Laku ala poma-poma umpetaken
Aja pada wani-wani njalanaken
Ora bisa ngelebur kabeh ing dosane
Sebab wani ngeramehaken ning agamane
3.5. Sifat Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kanjeng Nabi Muhammad ngaku bodo
Hakekate ing Allah banget nyelondo
Allah sifat Qiyamuhu binafsihi
Terus pasrah ing Allah ya diisihi
Syareate Kanjeng nabi iku pinter
Sidiq amanah tabligh fathonah angger
Apa maning kita terang ning badane
Sampun welan nyata kedholimane
Bolak-balik syahadat ora manjing
Cangkem apal ning atine ora manjing
Nyata engkeg ngaku pinter ngaku bagus
Ning tauhide nyata-nyata kurang mulus
Bapa adam nuntung-nuntun anak putune
Bagen bagus aja ngaku kelakuane
Nabi Muhammad nuntun umate ning atine
Bagen pinter aja ngaku ning ilmune
Sira weruh ning jadam iku arane
Yakin weruh sira iku rasane
Ngaku iman sira iku ning atine
Yakni kerasa obah meneng ning badane
Tauhid tasyrik nyatane ainul yaqin
Netepaken undang-undang Robbul alamin
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (1)
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (1)
( Malam Senin tgl 17 safar 1376 H / 1956 M)
1.1. Masalah kubur
Sapa wonge ora nurut syahadate
Ning neraka yaiku genah tempate
Teka kubur ya disiksane
Terus nggencet ya bumine
Tangi sing kubur terus dipapag
Kelabang quraisy terus ngudag
Ora amal duwe ilmu
Eling Alloh ora ketemu
Sebab syaiton wis ngeranjing
Pikir lali ora eling ning pangeran
Ngaku alim luwih penting
Cangkem muntuk atine gering
Badan kerja luwih payah tapi kerja atine salah
Tiwas payah atine salah ning akherat bloli genah
Pikir peteng keliwatan badan kenang pengaruh syeton
Apal lafad ma’na artine tapi badan langka buktine
Nafsu mumbul terus kuncup ora megar gawan besuk
Ora bisa laku taqwane mati tetep langka gawane
( Malam ahad tgl 26 safar 1376 H / 1956 M )
Wongkang nyingkur ayat Qur’an
Mati tetep dadi syaiton
Pengen keturunan nure kanjeng nabi
Ia kudu haramah lahir batin
Ngarep – ngarep kita lahire ing pikire
Ati eling kanjeng nabi ing lahire
Tanggal 12 bengi senen ing lahire
Eling Alloh rosulullah ya pikire
Aja disela – sela ning kasabe
Tetepan sira kasab ning wajibe
Sapa wong gelem hormat kanjeng nabi
Diilangaken susah priyatine anak rabi
Ayu batur njaluk syafa’at ning badane
Perkara 8 nuhun saged ngelakunane
1.2. Ziyarotul kubur
( Malam selasa tgl 12 mulud 1376 H / 1956 M )
Ziarohe ing wong tua ahli kubur
lan ing anak rabi kabeh lan sebatur
Maca qulhu lamun bisa maca yasin
Tetepan ngirim pangan ingkang rajin
Duwe badan awan bengi esuk sore
Ayu eling bakal mlebuh ning kubure
Tapi ketutup ati ning lali ning dunyane
Mikir mikir sandang pangan kesabarane
Ayu muni ati kita jaba jerone
Eling Alloh nurut perintah ning badane
Ayu muni ati kita jaba jerone
Eling Alloh nurut perintah ning badane
Tanda wedi ning pangeran dohir batin
Gelem kejem ngaji syahadat aja isin
Watir dunya kumprung atine Ayu watir bakal matine
Yen kuatir tetep atine ngeling – ngeling pangerane
Gelem luruh pekaya dunya akherat pengen mulya
Yen wis makan keturunan eling Alloh aurade jalan
Luhur bener cuan – cuan Ingkang awas panggoda syaiton
Ati eling ana imane maca aurad mancleng nuhune
Nuhun selamet lan diraksa dateng gusti kang kuasa
Syafa’at gusti rosul maring guru ayu nggandul
Ati murni ikhlas arane kebagusan ngelakonane
Ati campur karo iblis terus toma’ beli uwis – uwis
Ora wirang sira pikire ibadah sukar lan bature
Toma’ iku lara ati adoh karo kanjeng nabi
Mikir dunya pengen bae lakune badan salah bae
Hukum toma’ jero atine urip susah pikire
Dugal mengkel ning atine karo batur merengut bae
Ya ning kene nggo contohe aja salah sira atine
Ngaji badan aja toma’ Luntur imane sebab toma’
Ning dunyane dadi hina ning akherate blolih gena
( Malam Sabtu tgl 9 robiul awal 1376 H / 1956 M )
Aja enak sira nyandang lan memangan
Syukurana direzekini sing pangeran
Sira tinggal syukuran karo pangeran
Bendunge dibengkah blaie kang welan
Ayu batur ragamana berjamaah
Syukuran badan gelem nurut kabeh perintah
Pengen dadi umat rosul
Gaweya bagus aja ucul
Langgeng ngaji berjamaah aja seneng sholat ning umah
Gawe amal gage cawis aja nurut dituntun Iblis
Durung subuh gage tangia ati mati kesia – sia
Aja njaluk kudrot irodat njaluk keridoane syafa’at
Terang mahsyar bakal susah panas ngeringet pating gelasah
Luwih panas banget ngorong Bonggan sira dunyane kosong
Gawe amal ora nyata keringet banjir banyu mata
Dina mahsyar luwih payah ngadep landrat padune kalah
Hakekat campur syariat ngaji syahadat terus ma’rifat
Ayu tangiya sira dunyane akherat nemu ganjarane
Wongkang urip gelem islam Lagi nuhun rokhmat salam
Eling Alloh dieseni manut rosul disakseni
Supek ati emong tangi nuhun gusti ditulungi
Jujuraken ati kulane Badan kula ingkang alane
Eling Alloh ana ning ati lakune badan sing ati – ati
Ayu batur digolati mumpung badan durung mati
( Hari rabu tgl 6 mulud 1376 H / 1956 M )
Tawakala sira badane mumpung urip ning dunyane
Manut rosul kelakuane Ora gelem mati kafire
Nerima kula ridho kula di pangerani
Eling Alloh merangi nafsu ingkang wani
Nerima kula ridho kula di nabini
Manut rosul merangi nafsu ingkang wani
( Malam senin tgl 3 robiul akhir 1376 H / 1956 M )
Iblis wedi ning nure kanjeng nabi
Pengen ketempelan nure kanjeng nabi
Urip dunya kang netepi kabeh perintah
Pengen islam ayu tinggal kabeh cegah
Emong mati durung sugih gawan mati
Sebab durung ditanggung kanjeng nabi
Kanjeng nabi gelem nanggung ning umate
Yen sira mati pada gawa syahadate
Bisa kegawa syahadate lamun suci
Ning ati lan weteng badan pada suci
Aja enak islam ira ning ngakune
Ora bisa sira kabeh ning ngelakunane
Dadi percuma gawe maksa – maksa
Ning akherat tetep mati ya disiksa
Sebab terang demen Alloh ning wong suci
Ora duwe ati mengkel sengit benci
Sebab nyata Alloh demen ning wong tobat
Ora gelem ngaku salah ngambat – ngambat
Ilmu kang ngajak ning jejurang balekena
Aja gelem nafsu ngajak singkirana
Sira ucul iman islam jurang neraka
‘alamate wong kang banget celaka
Sapa wonge kang sengitan lan baturan
Bloli ngapura terus disiksa ning kubure
Kasab angger sandang pangan kurang bae
Dadi bloli dalan rizki buntu bae
Tetengere wong mukmin akeh ampurane
Ora nana geting ewa ning atine
1.2. Siksa kubur
Ora jaluk ning kanjeng nabi kesusahan
Dunya ora tobat ning pikiran
Bakal dicubluk jero kubur awak ira
Ingkang waja disanter saking neraka
Ula kelabang kalajengking golong – golong
Wong waktu urip matane lolong
Gusti nuhun kula dipun wangsulaken
Tobat amal soleh njalanaken
Siksa kubur banget panas aja mang – mang
Iku pasten tinggal syahadat lan sembahyang
Beli diampura wong kang ngaku kebodohan
Sholat dukha tahajud mader kesunahan
Wong kang ora gelem tawasul ing kanjeng nabi
Pasti getun ning akherat ya syafa’ate
Syahadataken sepisan sira macane
Nuhun selamet waktu naja ning dunyane
Kula maca syahadat kaping pindone
Nuhun selamet munkar nakir penjawabane
1.4. Masalah akherat
( Malam Ahad tgl 9 robiul akhir 1376 H / 1956 M )
Nangisi badan nggo badan akherat Apa gunane
Durung bisa nangis kita ning atiene
Gage wedi watir maras ning atine
Akhir umur bokan bloli pangapurane
Yen kepengen sira duwe ati mukmin
Aja wedi kurang mangan watir miskin
Dadi rusak awan bengi sira pikire
Rusak ati ora gelem muji dzikire
Melek mata ati dunya nurut ning agama
Bisa munggah gelem amal kang utama
Yen duweni watir dunya wedi melarat
Ora sempurna amal akherat luwih berat
Sebab ati masih dijajah Iblis
Mikir dunya sampai mati beli wis – wis
Nyata pisan Iblis nipu maring iman
Supaya mati ati lali ning pengeran
Ayu santri raksana ning pikire
Gede cilik tua enom ning kubure
Aja enak – enak sira ning dunyane
Sira lali ya nerka iku siksane
Neraka ngobong alam dunya sekelentaban
Waktu lema ajure dadi lautan
Apa kuat sira badan ning siksane
Buru – buru njaluk ngapura ning dosane
Den boboti tali rantai ning isine
Bismillahi arrokhmani arrokhimi ya macane
Alloh paring mingki murah ning dunyane
Tapi kanggo sangu ibadah memangane
Den asihi sira waktu ning matine
Eling Alloh ora pegot ning atine
Tanda gelem muji syukur alkhamdulillah
Alloh paring nikmat badan nurut perintah
Wongkang mukmin ati bunga lan jembar
Blai teka terus terima banget sabar
( Hari selasa tgl 18 Robiul akhir 1376 H / 1956 M )
Muhaiminan ngadek madep ning kanjeng nabi
Pengen maris ning nure kanjeng nabi
Kabeh mahluk sejagat mesti keduman
Yen gelem eling waktu ngadek ning pangeran
Pada –padane sira olih ning bagian
Badan demen ning kanjeng nabi sing pikiran
Ngadek ndodok turu meneng kang ngobahaken
Gusti Alloh Awan bengi kang njalanaken
Nur muhammad den bagikaken maring mahluk
Ayu madep ing kanjeng nabi terus njaluk
Nuhun –nuhun rokhmat salam dunya akherat
Budi pekerti bisa lulus yen syahadat
Maca syahadat kaping telu aja belasar
Nuhun selamet maju landerat aroh – aroh mahsar
( Hari selasa tgl 13 jumadil Akhir 1376 H 1956 M )
ayu batur kendokaken laku goroh
Eling kubur gegawene syahadat loro
Uluk Salam maring ahli kubure
Apa maning yen ketemu karo bature
Wani goroh dadi peteng jero ati
Laku Islam ora bisa kang sejati
Aja nanggung laku sabar ning Islame
Ngaji Pinter cuma ngerapyak ning cangkeme
Ngaku Islam kudu ana kelakuane
Ayu mikir ora lawas ning dunyane
Siksa Alloh luwih lara banget berat
Urip dunya ora lawas mung sedelat
KEHIDUPAN DUNIA
Miskin
Muga paring manfaat dohir batine
Nuhun sugih dunya akherat senengane
Yen kepengen ayu santri ya ngulati
Aja miskin urip dunya sampai mati
Miskin akherat eri jakum panganane
Godogan timah iku kanggo inume
Ayu ngaji gawan mati cuan lali
Kegodane emong eling keduli – duli
Lunga ngaji dajjale iku kang godani
Gage gandul kanjeng nabi mesti wani
Awan bengi awake langka sabare
Sebab kita kurang ning belajare
Ayu titen geten tetap ngelakoni
Pengen eling cangkem ngucap omonge
Kita pada gelem tangi muji dzikir
Jasmanine rohanine kang kuatir
Esuk – esuk jasmanine njaluk sarapan
Tangi turu rohanine njaluk takbiran
Ngati – ati gerenjet ning atine
Jalanaken pikir siji ngelililingi
Pikir ana syahadat kang manjing ati
Silum – siluman koyokeh terus ngulati
Masih ana ati nira kemusyrikan
Njaluk Ngapura ora nerima ya pangeran
Pengen seneng urip mati gawa iman
Nyegaha nafsu tobata eling pangeran
( Malam Senen tgl 12 Rajab 1376 H / 1956 M )
Ayu ngaji lunga sira ingkang ikhlas
Gage tobat ati nggeges mumpung waras
Ngaji syareat mberseni kabeh badan
Yen kepengen keparek karo pangeran
Aja dumeh nyantrine wis dadi kiyai
Laku hasud musyrik takabbur pasti belai
Hasud musyrik gage sira dibuangi
Bisa buang sura tetep mambu wangi
Ngesabaken jasmani lan rohanine
Aja mikir repot Susah ngelakoni
Ora ngaji gawe amal ora bukti
Ora bukti hukum syara’ ora ngerti
Ora ngerti hukum syara’ kudu ngaji
Aja kongsi umur entong sampai mati
Ayu santri pada ngaji syarat rukun
Syareate haqeqote runtun – runtun
Sapa wonge pengen bagja kudu taqwa
Ora taqwa imane ora kegawa
Nafsu mumbul Susah periyatin kudu nerima
Terus kumpul ngurip – ngurip ning agama
Titenana atine saking kerentege
Eling Alloh rosululloh njagong ngadege
Syeikhuna nangekaken umat rosul
Cekelana muhaiminan lan tawasul
Terus maju mata ati tafakure
Gusti nuhun sampun mati ning kafire
Aran nggandul eling Alloh saban tingkahe
Jasmanine rohanine ning Abah umar
Syahadat mbuka kesugian awak ira
Sebab dubuka ilange sepuluh perkara
IIange (Sepuluh) Perkara
Iki jaman sampun ilang perkara haq
Bagen alim ibadahe ora haq
Iki zaman sampun ilang keerkahan
Bagen sugih atine ngerasa kemelaratan
Iki jaman ora nana kewelasn
Karo batur pada paten pinatenan
Iki jaman ora nana ning ganjaran
Bagen ahli ibadah ibadahe lali pangeran
Wong fakire ora duwe kesabaran
Kurang setitik nimbulaken penipuan
Wong sugie ora nana kelomanan
Bagen dirampok tenimbang nggo sodaqoh
Jaman akhir ora nana keimanan
Bagen akeh ilmune gampang godaan
Jaman akhir ilmu ilang manfaate
Ahli tapa kiyai langka keramate
Jaman akhir lanang wadon langka wirange
Bagen ayu emong laki bagen dayange
Wong manute ora ngagungaken Qur’an
Luwih alim gampangan kegoda syetan
Sira nyata ora duwe ati jujur
Ya disiksa ning neraka terus njebur
Ayu sira gage njaluk pangapura
Kabeh dosa wongatua kalih kula
Kang mberseni ati iku ya syekhuna
Ayu madep bagen langka tetep ana
Terus diwaca ba’da sholat kaping telu
Bisa milih karomate lamun perlu
( Malam Selasa tgl 27 Rajab 1376 H / 1956 M )
Bintang bulan mulai terbit eling Alloh cuan kejepit
Yen kejepit langka mungupe eman temen kita uripe
Dadi peteng mata atine
Ora eling pangerane
Apa kuat sira badane
Ning neraka ya siksaane
Ayu mikir bakale mati
Nyawasaken dateng gusti
Ayu mikirbarang haq
Iku amal ora rusak
Ingkang sabar ati cangkem
Nyata iku ana Islam
Ora sabar langka taqwane
Ora manfaat ing ilmune
Nure ati sing pangerane
Cocogna amal badane
Karo hukum nabi utusan
Perintah wajib kesunahan
Nur hidayah panclenge ati
Emong eling kepawate ati
Katone gampang dening angele
Lamun ora pegot gandule
Ayu pasrah kabeh atine
Ing kanjeng nabi awan bengine
Iku pasti den tulungi
Gelem njaluk waktu bengi
( Malam Senen tgl 2 Sa’ban 1376 H H / 1956 M )
Buru – buru tetepana perkara hak
Yakin pisan amale ora rusak
Kita urip saking Alloh kang maringi
Kudu manut perintah Alloh awan bengi
Ayu wedi kita urip ning salahe
Lakonana perintah wajib lan sunnahe
Kita urip ning dunya waktune tobat
Kita urip saban waktu nggon syahadat
Ahli pertanian
Guru ngatur selamatan dunya akherat
Saban tanggal selamatan aja keliwat
Tiap – taip tanggal cilik bengi selasa
Semono ugah laku tanine ingkang kersa
Ayu batur kumpul tajuk luwih utama
Niatana ngurip – ngurip ning agama
Laku Sunnah kang semangat enggal – enggal
Lumayanan wajibe kurang kanggo nambal
Aturane Ibu Hawa Bapa Adam
Nuhun selamet dunya akherat iman Islam
Para nabi para wali den aturi
Nuhun berkahe kula niki nandur pari
Ning wong tua ahli kubur cuan keliwat
Tinggalane bisa mulur lan munfa’at
Pada gumantung wowohan pala kependem
Aja kerangsang hawa nafsu dadi adem
Awas pinutur kecerbonan wis kosong
Ora ngatur ing Agama banget lolong
Pisangkala gelem tapa napani dunya
Rasakna ning akherat kaniaya
Ayu batur tangi turu diniati
Terus manut kabeh perintah kanjeng nabi
Nuhun paring ilmu ‚amal manfate
Kira amal bisa kanggo sangu mati
Ayu batur pada luruh amal ilmu
Gage takon maring para santri guru
Tanggal sawiji sampe limalas rowa
Maca inna anzalnahu aja robah
Awan puasa bengi melek Limalase
Nambah umur dunya selawase
Ayu diuji sira amal badane
Pengahabisan buku ditutup ning tahune
Negara
( Malam Rabu tgl 4 sa’ban 1376 H / 1956 M )
Ayu njaluk ning guru jalan kang welan
Aja kesasar atine kelindih syetan
Badan iku ya ibarate negara
Ati iku kerajaan binantara
Anggota badan iku tentarane
Nurut pimpinan raja iku tindakane
Yen rajane Raja syahadat nguasani
Kabeh badan ibadah kang dilakoni
Ingkang faham Ati iku kerajaan
Awas kelindih dipengaruhi syiton
Bala syaiton hawa nafsu dunya Iblis
Ora ma’rifat manjing ati luwih gelis
Luwih cepet syiton pengaturan
Agamane rosululloh sing pangeran
Iku badan welan nyata welan kemusrikan
Syaiton njajah ning ati lali pangeran
Ayu bebalik atinira inkang asor
Sebab waktune iku uwis asor
Ayu eling mumpung urip kag utama
Yen wis kubur ora keterima
Ati ngelingi ning badan akeh salahe
Syirik ‘ujub hasud riya toma’ bae
Ayu batur pada sabar lan tawakal
Elingana wajib Sunnah enggal – enggal
Camplang campling wong ning kubur njaluk mulih
Wong disiksa njaluk balik ora olih
Mumpung urip syahadataken lan sembahyang
Aja periyatin aja isin aja wirang
Mbuang zakat romadone puasa
Lunga ngaji sesucine ingkang bisa
( Malam Selasa tgl 10 Sa’ban 1376 H / 1956 M )
Gage njaluk maring Alloh Lan memuji
Supaya cangkem ati dadi siji
Gage ngaji nggawa sabar kang keterima
Beresana awak kula aja toma’
Ayu batur buru – buru gawa bener
Aja kadiran sira alim luwih pinter
Senajana Pinter tapi ora bener
Ya kualik pikirane ya keblinger
Eman temen sira pinter ning dunyane
Iman Islam kudu bener kalakuane
Ayu tangi jaman bengi gawe sabar
Maca solawat ning atine dadi damar
Nuhun dibuka ati kula ingkang mati
Waktu solat eling Alloh sampe mati
Untung wongkang oli pituduh pangeran
Dunya akherat mesti oli kesenengan
Masalah Jasmani Manusia
Masalah Jasmani Manusia
Waktu diisi mata cangkem bisu mata merem
Ning tahajud sorban jubah ora gelem
Bagus-baguse menusa bersih atine
Lan tumandang ing perentah kabeh badane
Ora gampang jaluk selamet dunya akherat
Yen gusti nabi boten paring ning syafa’at
Gusti nabi ora bakal nyafa’ati
Selagine ning keridhon ora gulati
Ora bakal gusti Alloh ngeridhoni
Selagine kabeh cegah dilakoni
Ora bakal gusti Alloh ya ngeridhoni
Selagine kabeh amal mong ngelakoni
Ati sujud ning Alloh manut rosule
Kira ngisi badane yen parek ajale
Aja kongsi getune selawas-lawas
Wong kang mati yakin iman ora tiwas
1.2. Hake Manusia
Pengen mukmin beresana hakkul adam
Senjatane ilmu amal ma’rifat islam
Pengen mukmin beresana hakkul Alloh
Iman tauhid muji syukur maring Alloh
Pengen sekepel ya pikiren ning asale
Apa haram Apa riba yaa olihe
Yen Wis terang aja buru-buru mangan
Mujiya syukur rizki saking pangeran
Dadi tambah vitamine kemelaratan
Gelaraken bagus wong kang eling pangeran
Ora beres vitamine kemelaratan
Gerakan ala seneng-seneng dadi syaitan
Insan kamil tata tertib sopan santun
Ora eling maring Alloh bakal getun
Kanjeng nabi ora deleng ning kandane
Tapi deleng wong kang bisa ngelakonane
Janji Manusia
Den percaya agamane gelaraken
Pada sungkan ora kiyeng jalanaken
Nampa janji saking Alloh ana wolu
Sira nanggung jabang bayi nui metu
Islam selamet ora hausd lan takabur
Ujub riya toma’ kesimben karo batur
Hijrah ngalih pikir aja ngeling-ngeling dunya
Eling Alloh rosululloh tetep mulya
Jihad merangi hawa nafsu aja salah
Lakua hak aja bathil aja kalah
Sodakoha jabur pangan lamun luwih
Yen sodakoh sira hajat aja nagih
Puasaha ing romadhon kudu eling
Nutup bolongan ati dadi bening
Amar ma’ruf perentah bagus lakonana
Manut rosul cuwan pegot gandulana
Nahi munkar nyegah ala kudu wani
Endi kang salah endi kang bener kita eloni
Sholat limang waktu sedina sewengi
Terima kasihe badan Alloh kang maringi
Kang ngelakoni gusti Alloh kang ngasihi
Dunya akherat bagja untung den bagihi
MASALAH ROHANI MANUSIA
2.1 Ati Yakin
(Hari selasa tgl 22 Muharram 1379 H / 1959 M)
Embah kuncung ngontroli ora ketenger
Sebab sira atine masih keder
Pengen ningali matane dikongkon melek
Ora percaya qodrot irodat ya munafik
Karcis dibuka yaiku inna fatakhna
Telung ewu punjul telu lakonana
Satu minggu kudu pol ngelakonane
Yen Wis pol lan kudu marek ning gurune
Puasane telung dina ya jamane
Selasa rebo kamis marek ning gurune
Kabeh santri dibuka iku payunge
Kang ora nurut bakal melarat akherate
Hasanudin raden fatah ya saksine
Kang ora nurut ora diaku umate
Inna fatakhna diwaca seakhire
Aja kongsi diwaca tungtunge bae
Ayu santri kabeh bareng pada ujian
Wis ditimbang ya zamane telung wulan
Aja rupek aja ropat ya badane
Niat bakhti kudu ikhlas ya atine
Wis jamane iki jaman keburu-buru
Cuwan mangmang cuwan keder cuwan keliru
Titenana kabeh santri ya cahyane
Ayu melek aja merem mata atine
Titenana kanjeng nabi selirene
Janggut putih sirah butak ya tandane
Ngurus umat otot kenceng sikil pegel
Aja kongsi tahun sewidak gulune tugel
Niatana lunga ngaji ingkang prigel
Aja enggak aja riya pengen diandel
Ules kepengen diandel kanjeng nabi
Malaikat nakseni kang nerima kanjeng nabi
Wasiate embah kuncung ora salah
Buangana enggak ira aja goplah
Wis waktune embah kincung ngelilingi
gawa sapu nganggowa selendang pelangi
suraana sing sumbeh keling
buru-buru umat islam pada eling
Embah kuncung nganggone prabu siliwangi
Supaya umat islam mambu wangi
Laku sidiq ya badane bagusana
Aurad ati salim bagen ngantuk lakonana
2.2. Ati kufur
(Hari selasa tgl 25 Romadhon 1379 / 1959 M)
Weruhana ati kafir patang werna
Ati badan saban dina beresana
Ati atos ngaku gagah ngaku wani
Ngaku pinter ngaku bener nyilakani
Kaya fir’on ati atos dadi engkeg
Tempo perang kesaktine dadi lembek
Ati kaku pada ngandel ning pangeran
Ngaku pinter luwih mulya duwe badan
Kaya iblis emong tunduk sepepadan
Maring makhluk kang diridoni pengeran
Ati lemes pada ngandel ning pangeran
Bagusaken ning pituture pangeran
Kaya abi dholim iku ya atine
Tapi dewek emong sungkan ngelakonane
Ati encer ya semangat ngelakonane
Padu bukti seneng urip ning dunyane
Ya munafik ati madep ning dunyane
Yen ora tembus maring Alloh pikirane
Ati kafir ya kebelet maring najis
Ya sertune hewan syahadat aja uwis
Terus melayu syeton deleng nur Muhammad
Yen ngertia iki jaman ganti abad
Abad awal gusti syarif gunung jati
Abad akhir gusti syarif kembang melati
Tamu gawa berkat karomah Lan kemulyaan
Sira ngandel hormatana kang temenan
Hormatena dodokena ning kursi gading
Yen ngormati ati nira dadi bening
Weruhana santrine syarif hidayat
Dadi wali sebab ngaji ning syahadat
Apa maning iki jaman sampung rupek
Syetan teka musuh ira bakal desek
Arep pada melayu-melayu mengendi
Ngalor ngidul ngetan ngulon ning syeh hadi
Alloh Alloh syekhuna khalifah rosul
Nuhun selamet lan diraksa gage gandul
2.3. Mangan haram
Sifat mukmin luwih kejem ning imane
Bagen kelanti tinimbang haram mangane
Kabeh pangan dimasak telung bagian
Dadi telapang dadi getih banyu puan
Ora kanggo banyu puan kedadian
Dadi sungsum kekuatan badan
Yen pangane barang halal kuat to’at
Yen pangane barang haram kuat maksiat
Senjatane syare’at kelawan bukti
Duwe akal gage mikir gawan mati
Qodariyah jabariyah tumibana
Sebab ora gelem mikir pikirana
2.4. Eling Alloh
(Hari Selasa tgl 3 Robiul Akhir 1379 H / 1959 M)
Ayu batur dirobah kita pikire
Eling Alloh kang akeh muji dzikire
Nuhun-nuhun huda rokhmat sing pangeran
Manut syekhuna aja ngumbar kegagahan
Kabeh pasti gusti Alloh kang dadekaken
Wajib milih gusti Alloh ngridoaken
Ora milih gusti Alloh nyasaraken
Ora milih pituduh kang nyelametaken
Eman temen sira urip ning dunyane
Dadi karo dunya akherat langka sangue
Kabeh nasib ora weruh ning katoge
Kari manut eling Alloh setutuge
Kari kerja awan bengi munajat
Dedongane eling Alloh aja keliwat
Kang ngelakoni olih bagja dunya akherat
Sebab kerja ora tinggal ning syahadat
2.5. Takabur
( Hari selasa tgl 12 Robiul Awal !379 H / 1959 M )
Gusti Alloh ngeluhuraken maring derajat
Yen ngaweruhi pegawean dunya akherat
Kita nerima duwe badan sing pangeran
Luwih ridho ngelakokaken kabeh badan
Kudu loman duwe badan sing pangeran
Aja emong aja sungkan ning pegawean
Eling badan aja duwur deleng sor
Aja takabur bagen nyelondo luwih asar
Ya watire ning batur sira dunyane
Watir badan bagen blolih pangapurane
2.6. Munafik
Ya menusa kabeh bae ana nafsune
Tapi manut eling Alloh agamane
Iku nyata wong kang olih keridoan
Dunya akerat den cawisi ganjaran
Alamat wong munafik iku telu
Bobad omonge kiyeng ngomong kang ora perlu
Den percaya maring batur ngumpetaken
Rupa duwit jabur mangan nyenengaken
3. HUBUNGAN MENUSA KARO HUKUM ALLOH
3.1. Hukum
Hukum iku ana pitu kang ketingal
Wajib haram Sunnah makruh wenang syah batal
Pulitiken tingkah ngucap penggawene
Terus dipasang karo hukum pikirane
Akal sandangan nur hidayat sing pangeran
Ora nyandang moril bejad dadi edan
Edan tingkah pengucape penggawane
Sebab ora eling Alloh kelakuane
Bukti nyata iki jaman sampun karem
Alloh rosul perentah umat ora gelem
Banjir to’at lan maksiat ingkang awas
Yen menusa berpikir kang luwih cerdas
Ora paham ning syahadat ati buta
Bakal kaya wong mati berjuta-juta
Ingetaken tahun sewidak bakal bukti
Sebabe ning syahadat ora ngulati
3.2. Kepengen Mukmin
( Hari selasa tgl 26 robiul Awal 1379 H / 1959 M )
Pengen mukmin aja ngunek-ngunek atine
Kudu sabar nerima ikhlas atine
Aja pada gawe tingkah selewa-lewa
Yen ora cocog kelakuane banget ala
Ya pikiren kita nandur pengen uwohe
Ora uwoh ora nana ya ngunduhe
Kudu terang lan waspada aturane
Bagen sholat haji blolih ganjarane
Eling Alloh aja pada diibur-ibur
Tiwa ngamal barang entong pada kabur
Manut Alloh rosulullah kelakuane
Nyuwun selamet sing dunya sampe matine
Ngaku demen ning agama pada goro
Bukti nyata ibadahe mung separo
Badan madep maring kliblat ya takbiran
Ati ngamprak ibadahe pepatongan
Yen sodaqoh wong sugih diundang hajatan
Tapi pekir kang miskin keliwatan
Wong sugih mangan pangane wong miskin
Bukti nyata ngutangi balik roh dacin
Wong miskin ora nana ning sabare
Mikir mangan dodok awan esuk sore
Mangkat ngaji sembayange nggo pameran
Ya buktine luru rasa pepajangan
Kang pintera ngereribut ning pengaturan
Tapi bukti ora nana keuntungan
Guru ngatur ning murid kang ridho-ridho
Supaya cukul nerima nafsu kendo
Bisa ngaji kasab bakti ning pangeran
Ahli Sunah waljama’ah nggo patokan
Tujuane pengen sugih dunya akherat
Bukti embah kuncung gelar ning syahadat
Ayu santri sodaqoh kang ridho-ridho
Aja gelem ning paksaan kang bebodo
Iki jaman kewalike kamajuan
Salah paham dadi pada berantakan
Tapi sabar aja bosen jaluk tulung
Nabi wali malaikat beber payung
Alloh Alloh Alloh Alloh yaa rosululloh
Nuhun saged bela agamane Alloh
Arti lepet gawa amal ingkang cepet
Supaya dunya akherat bisa selamet
Tantang angin aja nentang pitutur dingin
Ora ngandel susah payah lan priyatin
3.3. Kepengen Muslim
( Hari Selasa tgl 11 Robiul Akhir 1379 H / 1959 M )
Luru iman kang sewiji ning atine
Pengen Islam ya hukumane ya badane
Misah dunya aja ditaroh ning ati
Kabeh hukum aja ngambang sampe mati
Ibadah aja nggo ngulati dunya
Bukti nyata bareng takbir eling pekaya
Ayu dipisah jasmanine rohanine
Dewek-dewek kongkon napak kerjaane
Jasmanine hukumane ning tingkahe
Napakkaken ning wajib karo Sunnahe
Ayu batur dirobah gagiyan bukti
Rohanine madep Alloh pecah mati
Ngaku islam tapi gelem adu-adu
Atos atine durung maca ning asyhadu
Elingana umat islam sedulure
Elingana mati esuk embuh sore
Bakal bagja iman islam lan ilmune
Yen napake dhohir bathin kelakuane
Hadirna ati bergeraka kang sewiji
Yen kepengen dadi umat kanjeng nabi
Ya buntela syahadat iku akal
Bloli ngapura yen pikire banget nakal
Yen menusa gemuke mateni nafsu
Supaya aja duwe titel ’ulama usu’
Watir beli sira manut ning rosule
Yen kuatir tentu awas ning amale
Sabar ikhlas ridho nerima lan syukuran
Terus napak pertandane eling pangeran
( Hari Selasa tgl 11 Romadhon 1379 H / 1959 M )
Iki Jaman terang welan pembalikan
Pengen selamet tetepana pegawaian
Sejen tempat sejen negarane
Ana bedane Islam kafir menggawene
Yen wong Islam mesti manggon tanah suci
Yen wong kafir mesti manggon tanah keji
Islam kafir semanget ngerebut keraton
Ya rebutan derepan bisahe manggon
Yen wong Islam iku nenem penggawene
Wajib buang sira kabeh ning dosane
Hasud takabur ‘ujub riya ya toma’e
Ya kesiben aja cukul ning atine
Lamun cukul dadi patang puluh loro
Terus gerambyang godonge royo-royo
Angel bongkare sebab cukul jero keraton
Ora dibongkar eling Alloh ora manggon
Meronggol pange maca syahadat sepisan
Maca pindo terus tugel ning wiwitan
Ping telune terus bongkar ning tunggake
Dadi wedi keraton ora ana rusake
Terus mukmin sebab ana penggawene
Ganti tanduran gelem nandur agamane
Awas penyakite ngarep-ngarep dunyane
Ya munafik ora gelem megat nafsune
3.4. Dalan
Adolen badane kang dadi ridhone
Banget angel luru maring dedalane
Dalan sing cangkem wis jengak keriyaane
Dala sing cungur wis jengak ke’ujubane
Dalan sing mata wis jengak kehasudane
Dala sing kuping wis jengak ketagawurane
Dalan sing tangan wis jengak ketoma’ane
Dalan sing sikil wis jengak kesimbanane
Dalan sing tenaga pisan kala amal kemungkaran
Endi dalan sing keparek karo pangeran
Dadi mukmin akal waras ati suci
Syahadat sholat ora dibenci
Alloh Alloh syekhuna kholifah rosul
Bareng jaluk ning syeh hadi aja ucul
(Hari selasa tgl 17 Romadhon 1379 h / 1959 M )
Iki jaman pari peluk terang nyata
Nggo nyontohi ibadahe ora nyata
Tunggal ibadahe tunggal setahun
Batur ngisi kita beli banget getun
Aduh awak uripe mendi nunute
Kira ngisi eling Alloh syahadate
Pari megar wis parek mangsa maneni
Bareng deleng pada diluk beli diiseni
3.5. Perkara Papat
( hari selasa tgl 19 Robiul Awal 1379 H / 1959 M )
Yen kepengen duwe balong sodakoh kupat
Kabeh murid aja ana kang keliwat
Balong iku akeh pisan ning iwake
Yen duweha nyugihaken ning awake
Embok bapa turun pitu olih adus
Kabeh awak bagen ala tetep bagus
Aran balong iku batur ya syahadat
Gelem numbruk pasti selamet dunya akherat
Aran kupat kang kukuh perkara papat
Syare’at torekot hakekat ma’rifat
Aja bae disanggah ayem-ayem
Alloh merentah rosul merentah kekebatan
Kabeh murid kabeh bae kang balapan
Aja gelem diadangi maring syetan
Aran iwak kabeh dunya kemilikan
Sander mikir tinggal sabar lan syukuran
Arti banyu awas batur cuwan Asat
Eling Alloh ingkang mikih aja telat
3.6. Wakil Alloh
Beda karo wong kang melas ning kerjaane
Gusti Alloh Bayar ora nana ning dalan
Yen sugiha wakil Alloh ya arane
Yen kepengen buang papat kelakuane
Mateni wong zina nyolong haram riba
Gage maju hukum Alloh ya diamba
Kang ati-ati ngelakoni keislaman
Aja pada ngeluh ngresula kengelan
Iku syarat dadi sebab kekuatan
Dunya akherat ora nana kemelaratan
Kudu weruh patokan hadist lan Qur’an
Yen ora weruh gampangan ditipu syetan
Aja gerek ngaku pinter kudu watir
Ora manut Alloh rosul dadi kafir
Mikir-mikir banget watir melebu kubur
Aran bengi mikir sangu ora nganggur
3.7. Bersih Dhohir bathin
( Hari Selasa tgl 16 Jumadil Awal 1379 H / 1959 M )
Ayu santri pegaten laku alane
Lakonana kebersihan dhohir bathine
Den turuni saking langit banyu udan
Derapen bersih kotoran kabeh badan
Banyu sumber sumbere banget cilaka
Nyucikaken ati kang banget musyrike
Kebersihan werna loro ning jumlahe
Badan ati tumiba wajib Sunnahe
Ora tumiba wajib misah hukum najis
Sebab nyata badan kerendeman Iblis
Syahadataken cangkem ati lan pikiran
Kira nyumber aja pegat muji dzikiran
Ya sholat limang waktu nggo jajaran
Ya nyatune kang angger eling pangeran
Pengen waras laku hak ngadohi bathil
Iku mukmin dunya akherat ora batal
Ora hak laku bathil iku syetan
Bagen santri atawa kiyai dadi jaran
Urip ira pengen mukmin kudu awas
Gawe amal awan bengi mumpung waras
Den cawisi wong kang mukmin panggonane
Luwih lega ning suwarga lan jembare
Dawuh Gandasari
( Hari Selasa tgl 3 Kapit 1379 H / 1959 M )
Nyi Gandasari ngejake kedanan tajug
Kang ora gelem mareki yabakale ya dicucug
Gandasari ngopeni murid ngaji syahadat
Telung ambalan aja liren aja telat
Gage teka aja kongsi ketinggalan
Pembukaan syahadat penghabisan
Ning syahadat gage gawur rerebutan
Duwe syahadat ora bakal kegawa syetan
Gandasari ngopeni umat wani blenger
Watir pisa ning umate bokat keder
Alkhamdulillah umat nemu syahadat
Tapi sayang durung manjing syahadat
Gandasari jaluk adus lenga wangi
Jalukane ning santrine tangi bengi
Ngaji syahadat bakal akeh penggodane
Kang ati-ati aja picek mata atine
Gandasari jaluk nginum banyu sumur
Eling Alloh rosul Iblis lebur ajur
Aja enak-enak sira dibentengi
Wong syahadat kelakuane tangi bengi
Pikir putek mikiri dunya ora nana
Kurang amal akherate dadi hina
Kuping mata cangkem gage dipasang
Mumpung urip mati aja mangmang
Toma’ riya hasud penyakit rohani
Kebodohan gelem amal disudani
3.8 Syetan Serandil
ya keserang maring serandil permulaan
Laler pitek ula kelabang kepenclokan
Tapi selamet wong kang duwe ati salim
Wis kelebu golongane wong kang mukmin
Embah kuwu ningali ning golok cabang
Yen babade dunya akherat tetep menang
Golok cabang ngedadian dadi serandil
Bedil ilang ngedadian dadi serandil
Tinggalana mas Gandasari ya tenunan
Nemu syahadat iku tahun penghabisan
Pengajian wis tutg ganti wulangan
Beresana kabeh batur kabeh badan
LINGKUNGAN
( HARI Selasa tgl 9 Syawal 1379 H / 1959 M )
Gawe umah kudu kuat pendamene
Gawe Pendamen kudu kuat galiane
Ya galian tahan adem hawa panas
Waktu rendeng lan ketiga banget panas
Umah ibarate sholat limang waktu
Pedomane syahadat kang nomer Satu
Ya galian sabar tawakal pasrah Alloh
Ya dasare wong syahadat aja salah
Salah mangan barang sekepel sepulukan
Kanggo ibadah nyuwungaken nin ganjaran
Salah nyandang barang haram rega setalen
Dikon sujud maring Alloh maksa kelalen
MAULID
ISRO MI’ROJ (1388 H 1968 M)
ISRO MI’ROJ (1388 H 1968 M)
Sebabe mi’roj bumi langit pada urusan
Tapi hikmah karo karone pada tukaran
Jare bumi luwih bagus tinimbang sira
Alloh maesi segara gunung lan negara
Pirang-pirang wiwitan lan bengawan
Kanggo contone wog kang duwe iman
Mundak isun srengenge wulan kang berharga
Pikirana kursi ‚arsy lan suwarga
Pirang-pirang lintang buroq ana ning isun
Ora ngerti kabeh makhluk butuh ning isun
Bumi jawab pada towaf pada mursalin
Para nabi para nabi lan muslimin
Pada jiarah ing baetulloh kabe makhluk
Wetan kulon lor kidul pada njaluk
Mundak isun pada towaf malaikat
Ning baetul makmur kabeh rokh ning akherat
Ning suwarga rohe nabi lan mursalin
Lan ning isun rokhe mukmin lan mursalin
Pikirna sira langit syayidil mursalin
Onjo makhluk kekasih robbul ‘alamin
Pungkasane nabi ana ning isun
Sempurnane rerubah ana ning isun
Langit meneng ora jawab ngerasa kalah
Ana ning bumi nabi Muhammad wakile Alloh
Enggal matur langit maring Alloh
Nuhun diunggahaken rosululloh
Hai jibril kita jaluk ditekakaen
Ing brantae ati kita nyata kaken
Jibril terus masang lapak lan kendali
Tekakaken maring buroq ing kanjeng nabi
Jibriol marek ning buroq seja ngomongi
Ayu buruk mudun nekani kanjeng nabi
Buroq tangi kang maune lagi ndeluk
Ngerasa bunga kelingan asma kang ning batuk
Weruhana isra mi’raj kanjeng nabi
Kon sesuci tindakane kanjeng nabi
Wis kecerita kanjeng nabi waktu mi’roj
Ayu diraksa urip kita aja murtad
Kanjeng nabi kesah mi’roj ba’da isya
Munggah langit pitu subuh ana ning mekah
Wulan rajab bengi senen pitulikure
Waktu iku kanjeng nabi bade sare
Sayidina ja’far sayidina hamzah kanan kirine
Boten dangu dugih malaikat lorone
Nalika ngundang malaikat jibril alon-alon
Sebab ketingal kanjeng nabi siweg turon
Kanjeng nabi wonten ing hijir ismail
Nuli den timbali ning malaikat jibril
Kanjeng nabi ngerungu nuli enggal wungu
Bari ngandika kanjeng nabi sapa iku
Nuli jawab aku malaikat jibril
Nuwun ridlone panjenengan tiang adil
Malaikat loro nuli diaturi manjing
Dodok bareng sorote bening
Kanjeng nabi maring jibrli nuli nakoni
Dines apa iki jibril mene waktu bengi
Niki kula bakta dawuh saking pangeran
Kula mreki kengkeng ngiriomaken sampean
Kanjeng nabi nuli enggal jawab salam
Serta matur kanjeng nabi ning pangeran
Jibril nuli matur maning ing kanjeng nabi
Panjenengan kedawuhan dalu puniki
Awit makkah sampe dugih masjid aqso
Teras munggah maring langit saking kono
Malaikat jibril isun mangkat gawa apa
Serta isun ditimbali ajeng punapa
Gusti Alloh arep bendu apa ora
Apa gusti bade paring pangapura
Jibril jawab bumi langit pada urusan
Dados kula kengken ngalap panjenengan
Punten malih dalem agung sesembahan
Nyediai maring gusti kejemberan
Nunten malih gusti Alloh nyediai
Pangapura kanggeh gusti kanjeng nabi
Kanjeng nabi nuli takon ning malaikat
Pangapura kanggo isun apa nggo umat
Umat isun cilik-cilik sugih dosa
Ora olih pangapura tetep disiksa
Jibril matur gusti nabi aja melang
Umat panjenengan asal aja mang-mang
Sampun tutug malaikat loro tutur-tutur
Kanjeng nabi enggal dipun bakta sumur
Dugih sumur kanjeng nabi dikon anteng
Dipun bukah dadane sampe ning weteng
Kanjeng nabi dibedel iki perlune
Bade dipun suceni jero atine
Malaikat loro sampun beres nucenane
Lajeng dipun isi ilmu sedayane
Serta dada lan gigir wonten tulisan
Tetengere akhire jaman cape nabi
Jibril matur mangga gusti haturan mangkat
Kula bakta tunggangane kang luwih katat
Engal dandan kanjeng nabi nuli metu
Sesarengan kalian tiang tiga iku
Kanjeng nabi ngadepi buroq gegrijogan
Aja nunggang yen iki dudu utusan
Jibril nyandak ning buroq ngomongi terang
Hai buroq apa sira ora duweni wirang
Aja mangmang iki nyata kanjeng nabi
Ingkang dadi utusane Allohurrobi
Nuli buroq ning adepan gelem anteng
Ngrasa wirang sampe peningale peteng
Buroq metu keringete sebadan kujur
Sebab ngrasa kita iki ya takabur
Nuli buroq depe-depe ning kanjeng nabi
Sebab pengen enggal-enggal di tunggangi
Kanjeng nasbi nuli diaturi mangkat
Nunggang buroq dipun iring malaikat
Jibril mangkat ya sewiwine dibeber
Sebab arep barengi buroq mabur
Ya buroqe terus beber seqwiwine
Nuli mabur sampun nitih kanjeng nabine
Jibril ngiring ning tengene kanjeng nabi
Sebab jibril perlune nyekel kendali
Malaikat mikail ning kiwene kanjeng nabi
Iku perlune bari nggeceki sangga wedi
Kanjeng nabi lumaku tampa aaturan
Kengken sembahyang patang panggonan
Mula-mula mudun ning masjid madinah
Sebab iku ning kono tempate pindah
Kapindone mudun ning negara madian
Nuli sholat sampun salam enggal dangdan
Kanjeng nabi sholat niku banget kersa
Iku ning madian tapakane musa
Ping telune mudun ning gunung tursina
Kanjeng nabi mudun konoh banget bungah
Kanjeng nabi sholat maning rong rokaat
Nabi musa ning kono waktu munajat
Kaping pate mudun ning baetul lakmin
Kanjeng nabi nuli tandang sholat maning
Sasmpun salam kanjeng nabi nuli meriksa
Baetu lakmin tapakane nabi isa
Kanjeng nabi lumaku ningal perlambang
Pirang-pirang kanggo nyontohi umat
Mul-mula kanjeng nbai ningali tiang
Digiring-giring kaya wedus pirang-pirang
Pada wuda tur pada mangani eri
Enggal takon maring jibril kanjeng nabi
Jibril jawab contoh umat kanjkeng nabi
Waktu dunya ngutangi balik nganaki
Mengkin kondur saking ngeriki enggal nasehati
Maring umat aja pada gawe kianat
Mantek oragawe aman ning negara
Lan akhire wong iku dadi sengsara
Kanjeng nabi ora leren terus amblas
Ningal malih wong lagi nggedigi endas
Endas digedig remuk pada betataran
Bener maning digedig maning terus-terusan
Esuk soreawn bengi ora berenti
Nuli takon maring jibril kanjeng nabi
Jibril jawab contoh umat panjenengan
Ngelakoni sholat ora manut ning aturan
Mengkin kondur saking riki tutur-tutura
Maring umat ngelakoni sholat aja lara wora
Aja pada ngelakoni sholat kaya wong rudat
Mengko akhir nemu siksa banget berat
Ningal malih kanjeng nabi ning wong akeh
Pada ngadepi daging lan daging menteh
Pada mangani daging menteh kang diuleri
Daging mateng kang bagus ditaroh mburi
Kanjeng nabi maring jibril enggal takon
Kabeh nabi maring umat banget open
Jibril jawab contoh umat panjennengan
Waktu dunya ningal rabine deleng wong lian
Panjenmengan mengkin kondur saking niki
Tuturana kabeh umat kon ngati-ati
Boten danguh kanjeng nabi ningali mali
Maring kaum pada nangis jelah jelih
Pada nyakari raine terus ning dada
Gocar gacer sebab nganggo kuku waja
Mulak malik tumpang tindi ora leren-leren
Kanjeng nabi maring jibril enggal takon
Jibril jawab iku contone kawula
Kang ngomonge ngrasa ora duwe dosa
Menawi mengkin panjenengan sampun kendur
Tuturana umat kabeh aja takabur
Aja bae kandane pada rerasan
Tuwas ibadah nampa siksa sing pangeran
Boten danguh kanjeng nabi ningali tiang
Sepuh sanget sandangane serupa abang
Panggone kaya masih bocah perawan
Gelang kalung lambe abang tur pupuran
Kanjeng nabi ora ningal ora nulih
Lamon ningal maring uga blolih
Malikat jibril enggal nyentreg buroq malih
Kuatir kanjeng nabi bokan ningali
Nuli matur mlaikat jibril ning kanjeng nabi
Untung temen panjenengan boten ningali
Lamon panjenengan wau purun ningal
Mesti umat panjenengan kabeh mungal
Ora gelem kon pada ngelakoni agama
Tungkul melulu senenge ngakali dunya
Ikah wau wng wadon ganbare dunya
Katon gagah gembira nyatane hina
Mengkin ngajeg umat kabeh jaken iman
Omongana aja ucul keislaman
Boten danguh dugih ning negara palestin
kanjeng nabi niku mi’roj dohit bathin
Waktu iku kanjeng nabi pinanggihan
Klawan nabi kabeh uluk salam
Sampun dugih ning masjidil aqso kabeh
Kanjeng nabi mereng ning suara rameh
Par nabi-nabi kabeh pada mangsuli
Ning salame gusti kula kanjeng nabi
Para nabi kabeh pada ngaturaken pemuji
Untung temen bagja temen gusti nabi
Kanjeng nabi ugah mangsuli ning pemuja
Langkung bagja wong kang pada gelem muji
Manjing mesjid kanjeng nabi terus shoalt
Sampun salam terus nuli suara komat
Rampung komat para nabi bebarisan
Jibril nyandak kanjeng nabi kon dadi iman
Rampung sholat kanjeng nabi atur pamit
Medal sing masjid nyandak anda munggah langit
Awit langit sepisan tumekah pitu
Saban langit jibril jaluk bukah pintu
Alam malakut eloke luar biasa]
Oara nana padane ning alam dunya
Kita kabeh pengen mukmin kudu percaya
Mula-mula kanjeng nabi meriksa syurga
Jembar wera ning jerone banget lega
Ning jero gedong panganane werna-werna
Cukup komplit segala-gala wis ana
Gedong surga iku ana tulisane
Umat kabeh kang manut perintah gustine
Lajeng pindah kanjeng meriksa neraka
Ula kelabang kalajengking rante geni
Wong ning disiksa neraka awan engi
Kanjeng nabi meriksa neraka terang katon
Ning neraka sing akeh iku wong wadon
Waktu dunya ora syahadat ora sholat
Lan wong wadon kang ora open ning aurat
Kanjeng anbi nuli munggah ning sidrotil muntaha
Dewek bae ora karop sapa-sapa
Kanjeng nabi ngajak jibril ora gelem
Sebab ora olih ijin sing gusti dalem
Gusti nabi kula ngiring boten teras
Lamon teras mesti kula nemu tiwas
Mung semene kula gusti ya derajate
Boten sami kalih apnjenengan ya pangkate
Kanjeng nabi nulimunggah kiambekan
Dugih ngeriku kerungu suarane kolam
Kanjeng anbi terang pisan mireng koalm
Lagi nulisa amale wong sebumi alam
Waktu kanjeng nabi munggah kolam pecah
Sebab kaget ningal gusti rosululloh
Kanjeng nabi piambekan tambah jujur
Terus manjing kanjeng nabi ning khabibnur
Pirang-pirang khabib kanjeng nabi iku weruh
Sampun tutug manjing khabib nampih weruh
Kanjeng nabi nuli kelipet iku badane
Ning mega nur terus sedayane
Sira sifat basariyah jaman makan
Terus kebuka kabeh sifat kesempurnaan
Gusti Alloh nuli dawuh ninh kanjeng nabi
Hai Muhammad jaluk apa sira kon mrene
Kanjeng anbi ngaturaken nabi-nabi liyane
Abdi pasrah punapa mawon saking panjenengan
Ya Muhammad tampanana telaga kautsar lan kabeh umat
Sapa bae umate kang dipai syafa’at
Gusti Alloh nuli perintah ning kanjeng nabi
Hai Muhammad lakonana seket waktu awan bengi
Kanjeng nabi nampani dawuh saking pangeran
Nuli kondur jujug jibril kang nunggu ning dalan
Kanjeng anbi nampi kondur ning aturan
Saking nabi musa kon jaluk persudan
Bolak balik kanjeng nabi ambal ping sanga
Kari lima kanjeng anbi dikon nerima
Kanjeng nabi nuli kondur maring mekah
Bakta dawuh pengaturan saking Alloh
Kanjeng nabi kesa mi’roj ba’da isya
Munggah langit pituh subuh ana ning mekah
Ba’da dukha kanjeng nabi medal ning lawang
Nuli abu jahal liwat ngundang-ngundang
Hai Muhammad ana khabar apa bengi mau
Abu jahal nakoni bari geguyu
Kanjeng nabi jawab boten isin-isin
Wau daluh paman kula sing palestina
Ning masjid aqso pirang-pirang para nabi
Kula sholat ning riku kon ngimami
Durung tutug jawabe terus disentak
Hai Muhammad omong ira aja ngamprak
Ngaku dingin omong ira aja sekarat
Kita arep ngumpulaken kabeh rakyat
Supaya omong ira disakseni
Kabar bener apa palsu mau bengi
Mengko rakyat yen wis kumpul sira cerita
Siaraken kabar ira ingkang ceta
Aja kurang aja luwih omong ira
Yen omonge sira pengen dipercaya
Kanjeng nabi jawab mangga paman enggal-enggal
Kula nunggu rakyat ora bakal ditinggal
Abu jahal mider-mider ngundangi rakyat
Lanang wadon kon kabeh pada mangkat
Wis kumpul kabeh wong ning arsane
Kanjeng nabi tambah bungah pikirane
Sebab arep ngelahiraken kewajibane
Rakyat ngandel arep beli ngelakonane
Rakyat ngumpul abu jahal nuli ngongkon
Hai Muhammad ceritakena kabar ira aja alon-alon
Kanjeng nabi berita aken waktu ning palestin
Rakyat rameh surak-surak ngisin-ngisin
Kanjeng nabi tegak tenang terus cerita
Durung tutug ceritane ana sing banta
Wong wadone mencut-mencut ya cangkeme
Edan goroh Muhammad iku omongane
Lanag wadon tingkahe selewa-lewa
Waktu iku abu bakar kan dadi ketua
Abu bakar nuli nahan ning suara
Hai rakyat menenga dingin sementara
Iku nyata Muhammad iku omonge bener
Saking sirane nyatane keblinger
Sepine wong ana wong ngacung tangane
Hai Muhammad jaluk keterangane
Masjid aqso iku pirang kilo iku adoe
Lan lawange lan sakae pira kabehe
Malaikat jibril kebat turun gawa gambar
Kanjeng nabi rakat jawabe rakyate bubar
Rakyat bubar bari ngomong Muhammad duwe sihir
Kanjeng nabi nasehat terus sampe akhir
HABIB UMAR BIN ISMAIL BIN YAHYA CIREBON
Habib Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Dai berdarah Hadramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H.Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim, Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein.
Pandidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921.
Menyaksikan masyarakat Kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarief Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarief Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya. Maka, setiap Malam Jum’at Habib Umar pun Menggelar pengajian di rumahnya.
Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat. Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam Penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia di bebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda.
Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda.
Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi danpengajiannya ditutup, Enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan.
Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. Mka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon, seperti Kiai Ahmad Sujak (Bobos), Kiai Abdul Halim (Majalengka), Kiai Syamsuri (Wanantara), Kiai Mustafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjul).
Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang di keluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran.
Panji-Panji Syahadatain
Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain. Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asyahadatain”. Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno.
Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asyahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan Jamaahnya bertawasul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul bayt, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Assyahadatain.
Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Assyahadatain, menulis buku berjudul Awradh Thariqah Al-Syahadatain, Sebagai pedoman Bagi Jamaahnya. Syahadat, menurut Habib Umar, Tidak Cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya.
Karyanya yang lain adalah Awrad (1972), menggunakan Bahasa daerah yang berisi ilmu ahlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin.
Habib Umar menghadapa ke Hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973. Semoga Amal Ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
Di Kota Bunga, Malang,
Jawa Timur, ada seorang auliya’ yang terkenal karena ketinggian ilmunya. Ia
juga hafal ribuan hadits bersama dengan sanad-sanadnya.
Habib Abdul Qadir bin Ahmad
Bilfaqih Al-Alawi dilahirkan di kota Tarim, Hadramaut, pada hari Selasa 15
Safar tahun 1316 H/1896 M. Saat bersamaan menjelang kelahirannya, salah seorang
ulama besar, Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf, bermimpi bertemu Sulthanul
Auliya’ Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam mimpi itu Syekh Abdul Qadir Jailani
menitipkan kitab suci Al-Quranul Karim kepada Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf
agar diberikan kepada Habib Ahmad bin Muhammad Bilfagih.
Pagi harinya Habib Syaikhan
menceritakan mimpinya kepada Habib Ahmad. Habib Ahmad mendengarkan cerita dari
Habib Syaikhan, kemudian berkata, ”Alhamdulillah, tadi malam aku dianugerahi
Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyarat takwil mimpimu bertemu Syekh Abdul
Qadir Jailani yang menitipkan Al-Quranul Karim agar disampaikan kepadaku. Oleh
karena itu, putraku ini kuberi nama Abdul Qadir, dengan harapan, Allah SWT
memberikan nama maqam dan kewalian-Nya sebagaimana Syekh Abdul Qadir Jailani.”
Demikianlah, kemudian Habib
Ahmad memberi nama Abdul Qadir karena mengharap berkah (tafa’ul) agar ilmu dan
maqam Abdul Qadir seperti Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Sejak kecil, ia sangat rajin
dan tekun dalam mencari ilmu. Sebagai murid, ia dikenal sangat cerdas dan
tangkas dalam menerima pelajaran. Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai orang
yang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu dan menaruh penghormatan yang
tinggi kepada guru-gurunya. Tidaklah dinamakan mengagungkan ilmu bila tidak
memuliakan ahli ilmu, demikian filosofi yang terpatri dalam kalbu Habib Abdul
Qadir.
Pernah suatu ketika di saat
menuntut ilmu pada seorang mahaguru, ia ditegur dan diperingatkan, padahal
Habib Abdul Qadir waktu itu pada pihak yang benar. Setelah memahami dan
mengerti bahwa sang murid berada di pihak yang benar, sang guru minta maaf.
Namun, Habib Abdul Qadir berkata, ”Meskipun saya benar, andaikan Paduka memukul
muka hamba dengan tangan Paduka, tak ada rasa tidak menerima sedikit pun dalam
diri hamba ini.” Itulah salah satu contoh keteladanan yang tinggi bagaimana
seorang murid harus bersopan-santun pada gurunya.
Guru-guru Habib Abdul Qadir,
antara lain, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiry, Habib Alwy bin Abdurrahman
Al-Masyhur, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf, Habib Muhammad bin Ahmad
Al-Muhdor, Syekh Segaf bin Hasan Alaydrus, Syekh Imam Muhammad bin Abdul Qadir
Al-Kattany, Syekh Umar bin Harridan Al-Magroby, Habib Ali bin Zain Al-Hadi,
Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy, Syekh Abubakar
bin Ahmad Al-Khatib, Syekh Abdurrahman Bahurmuz.
Dalam usia yang masih
anak-anak, ia telah hafal Al-Quran. Tahun 1331 H/1912 M, ia telah mendapat
ijazah dan berhak memberikan fatwa agama, antara lain di bidang hukum, dakwah,
pendidikan, dan sosial. Ini merupakan anugerah Allah SWT yang telah diberikan
kepada hamba pilihan-Nya.
Maka tidak berlebihan bila
salah seorang gurunya, Habib Alwi bin Abdullah bin Syihab, menyatakan, ”Ilmu
fiqih Marga Bilfagih setara dengan ilmu fiqih Imam Adzro’iy, sedangkan dalam
bidang tasawuf serta kesusastraan bagai lautan tak bertepi.”
Sebelum meninggalkan kota
Tarim untuk berdakwah, di tanah kelahirannya ia sempat mendirikan organisasi
pendidikan sosial Jami’yyatul Ukhuwwah wal Mu’awanah dan Jami’yyah An-Nasr Wal Fudho’il
tahun 1919 M.
Sebelum berhijrah ke Indonesia,
Habib Abdul Qadir menyempatkan diri beribadah haji dan berziarah ke makam Nabi
Muhammad SAW. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan dan singgah di beberapa kota
dan negara, seperti Aden, Pakistan,
India, Malaysia,
dan Singapura. Di setiap kota yang
disinggahi, ia selalu membina umat, baik secara umum maupun khusus, dalam
lembaga pendidikan dan majelis taklim
Tiba di Indonesia tepatnya dikota Surabaya
tahun 1919 M/1338 H dan langsung diangkat sebagai direktur Madrasah
Al-Khairiyah. Selanjutnya, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Madrasah
Ar-Rabithah di kota Solo tahun 1351H/1931 M.
Selepas bermukim dan
menunaikan ibadah haji di Makkah, sekembalinya ke Indonesia tanggal 12 Februari
1945 ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah dan Perguruan
Islam Tinggi di kota Malang. Ia pernah diangkat sebagai dosen mata kuliah
tafsir pada IAIN Malang pada 1330 H/1960 M.
Keistimewaan Habib Abdul
Qadir adalah, ia ahli ilmu alat, nahwu, sharaf, manthiq, ilmu kalam, serta
ma’any, bayan, dan badi (tiga yang terakhir merupakan bagian ilmu sastra).
Dalam bidang hadits, penguasaannya adalah bidang riwayat maupun dirayah, dan
hafal ribuan hadits. Di samping itu, ia banyak mendapat hadits Al-Musalsal,
yakni riwayat hadits yang tersambung langsung kepada Rasulullah SAW. Ini
diperolehnya melalui saling tukar isnad (saling menukar periwayatan hadits)
dengan Sayid Alwy bin Abas Al-Maliky saat berkunjung ke Makkah.
Sebagai seorang ulama yang
menaruh perhatian besar dalam dunia pendidikan, ia juga giat mendirikan taklim
di beberapa daerah, seperti Lembaga Pendidikan Guru Agama di Sawangan, Bogor,
dan Madrasah Darussalam Tegal, Jawa Tengah.
Banyak santrinya yang di
kemudian hari juga meneruskan jejaknya sebagai muballigh dan ulama, seperti
Habib Ahmad Al-Habsy (Ponpes Ar-Riyadh Palembang), Habib Muhammad Ba’abud
(Ponpes Darul Nasyi’in Malang), Habib Syekh bin Ali Al Jufri (Ponpes Al-Khairat
Jakarta Timur), K.H. Alawy Muhammad (Ponpes At-Taroqy Sampang, Madura). Perlu
disebutkan, Prof. Dr. Quraisy Shihab dan Prof. Dr. Alwi Shihab pun alumnus
pesantren ini.
Habib Abdul Qadir wafat pada
21 Jumadil Akhir 1382 H/19 November
1962 dalam usia 62 tahun. Kala saat-saat terakhirnya, ia berkata
kepada putra tunggalnya, Habib Abdullah, ”… Lihatlah, wahai anakku. Ini
kakekmu, Muhammad SAW, datang. Dan ini ibumu, Sayyidatunal Fatimah, datang….”
Ribuan umat berdatangan untuk meyampaikan penghormatan terakhir kepada sang
permata ilmu yang mumpuni itu. Setelah disemayamkan di Masjid Jami’ Malang,
ia dimakamkan di kompleks makam Kasin, Malang,
Jawa Timur.
— bersama Sayyidah Al Qomariyah, Muhammad Alwie Shahab, Zainul Wahyudi, dan 41 Tuan Guru K.H. Muhammad Gadung bin Alimul Fadhil Syeikh salman al-Farisi bin Al alimul allamah Qadhi H.Mahmud bin Allimul Fadhil H.Muhammad Yassin yang menikah dengan Asiah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari ,beliau adalah salah satu guru dari abah Guru sekumpul Syeikh Muhammad Zaini bin H.Abdul Ghani ...kewalian beliau sangat terkenal,diantara anak beliau adalah Julak Hannor atau Muhammad noor seorang wali Ma'djuzub dari Tapin Rantau,menurut beberapa riwayat diantara kekeramatan beliau,beliau mampu membagi tubuhnya menjadi beberapa,dan banyak lagi keramat keramat beliau yang lainnya — bersama Ahmad Attawwabien Putratunggalmargasari, Surya Mustika, Fatimah Al-anggawi, dan 34 lainnya.
Al-‘Alim al-‘Alamah KH. Badruddin Bin KH. Ahmad Zaini Tunggulirang, Martapura
Al-‘Alim al-‘Alamah KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini putra KH. Abdurrahman dilahirkan di tunggulirang, Martapura pada tanggal 29 Dzulqaidah 1355 H bertepatan pada tanggal 11 Februari 1937 M.
Sejak kecil ia hidup ditengah-tengah keluarga muslim yang taat beragama. Pertama-tama ia belajar mengaji kepada ayah dan kakeknya, selanjutnya ia memasuki pendidikan formal di Madrasah “Iqdamul Ulum” dan juga sekolah non-formal di pondok pesantren Darussalam, Martapura.
Setelah lulus di kedua sekolah itu iapun meneruskan pendidikannya ke tanah suci mekkah, tepatnya di Madrasah Shaulatiyyah, kurang lebih 2 tahun setengah ia belajar di bumi kelahiran Rasulullah itu. Kemudian ia kembali ke Martapura dan memperdalam ilmu kepada ulama-ulama besar di Martapura diantaranya kepada kakaknya sendiri KH. Husein Qadri, KH. Anang Sya’rani Arif, KH. Muhammad Samman Mulia, KH. Salim Ma’ruf dan beberapa ulama serta habaib di pulau jawa.
Nama KH. Badruddin tentu tidak asing lagi bagi orang Kalimantan Selatan. Ia sangat dikenal oleh masyarakat di daerah ini karena di samping dikenal sebagai ulama ia juga dikenal sebagai politikus ternama.
KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini juga tidak berhenti meneruskan perjuangan dan perjalanan hidup yang telahdilakukan oleh kakek, ayah dan saudaranya sebagai pembimbing dan Pembina masyarakat melalui pengajian-pengajian agama, baik di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura maupun dikalangan masyarakat umum seperti di mesjid-mesjid, langgar dan pelosok-pelosok kampung.
Di bawah kepemimpinannya inilah Yayasan Pondok Pesantren Darussalam mengalami perkembangan yang sangat pesat lebih-lebih dengan dibukanya SMP, SMK, SMR dan STAI Darussalam Martapura.
Di bidang Da’wah, di samping sebagai guru dan pimpinan Pondok Pesantren Darussalam, ia juga aktif memberikan Khutbah Jum’at di Mesjid agung al-Karamah, Martapura dan sekaligus sebagai nazir mesjid kebanggaan warga masyarakat Martapura ini.
Di bidang pemerintahan KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini ditunjuk sebagai Penghulu Kampung Jawa dan sungai Paring Martapura pada tahun 1955 dan selanjutnya diangkat sebagai karyawan di Departemen Agama, Kabupaten Banjarpada tahun1960. Tahun 1961 diangkat menjadi anggota DPRD dari Golkar Tingkat II Banjar, pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggota MPR RI selama dua periode dan pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggota DPA RI juga selama dua periode.
Di bidang organisasi, ia juga pernah menduduki jabatan Wakil Ketua Umum Badan Kerjasama Ulama Militer, ketua MUI Kalimantan Selatan, ketua LPTQ Kalimantan Selatan, Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPP) Kalimantan Selatandi samping sebagai anggota Badan Pertimbangan MUI Pusat dan Rais Suriah PWNU Kalimantan Selatan. Namun kiprahnya dibidang politik tetap saja tak lepas dari upaya memperjuangkan untuk tegak syiar Islam di daerah Kalimantan Selatan.
KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini adalah putra Mufti KH. Ahmad Zaini dan Ibu Hj. Jannah. Sejak remaja dan sampai akhir hayatnya kakak kandung KH. M. Rasyad ini dikenal memiliki pendirian yang teguh, disiplin dan loyalitas yang tinggi baik dalam sikap maupun perbuatannya.
Guru Ibad (panggilan akrabnya) juga dikenal sukses dalam mendidik keluarga. Putranya H. Muhammad, Lc. Semasa hidupnya pernah menjadi ketua STAIN Darussalam, Martapura,putranya yang lainnya adalah H. Hasanuddin kini telah mendirikan sebuah pondok pesantrean di Saudakan, Negeri Sabah, Malaysia dari TK sampai Aliyyah yang keberadaannya telah di akui oleh kerajaan negeri tersebut.
KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini juga pernah dianugerahi Satya Lencana Penegak dari Pemerintah Indonesia atas jasanya membantu penumpasan gerombolan PKI di Kalimantan Selatan.
KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini juga orang yang pertama kali membawa dan mengembangkan pembacaan Maulid al-Habsyi (Simthud Durrar) di Kalimantan Selatan dan sekitarnya, yang sampai kini terus diamalkan oleh masyarakat.
Akhirnya pada malam Rabu tanggal 27 Jumadil Akhir 1413 H atau bertepatan pada 23 Desember 1992 M, rihnya yang penuh dengan cahaya ilahi berpulang keharibaan Allah SWT dan jasadnya di makamkan di alkah keluarga di Kampung Tunggulirang, Martapura berdampingan dengan kakek, ayah, dan saudaranya.
Semoga dalam perjalanan hidup dan pengabdiannya diterima oleh Allah Subhanahu Wa Taala sebagai amal saleh dan dapat menjadi contoh dan tauladan bagi anak-anak cucunya dalam menegakkan agama Islam dan Faham Ahlussunah wal Jama’ah sepanjang masa, Aamiin.
— bersama Hana Sabila Binti Achmad, SafiraImuet Imuet Fira, Shipenyayang Ayahdanbunda, dan 28 lainnya.lainnyaFacebook
KH.Zakaria bin Tuan Guru KH.Ramli
Tuan Guru KH.Zakaria bin Tuan Guru KH.Ramli yang menikah dengan Hj.Hafifah binti Tuan Guru KH.Muhammad Gadung bin Syeikh Salman Al-Farisi,belau adalah cucu pertama dari Tuan Guru KH.Muhammad (salah satu guru dari Abah Guru Sekumpul) dan beliau inilah yang melayani Abah Guru sewaktu beliau mengaji kepada Tuan Guru KH.Muhammad selama kurang lebih 2 tahunan,setelah Abah Guru Sekumpul wafat beliau bercerita kalau beliau sering ditemui oleh Abah Guru Sekumpul,sampai suatu malam beliau bermimpi lagi bertemu dengan Abah Guru dalam mimpinya itu Abah Guru Sekumpul hidup enak di dalam Istana dan banyak berkumpul para guru guru Darussalam,Datu Syeikh Salman al-farisi,Tuan Guru KH.Muhammad kakek beliau dan Muhammad Nor (Julak Hanor),dalam mimpi tersebut Guru Sekumpul berucap kepada Tuan Guru KH.Zakaria " Pabila lagi nyawa (kamu) Zak,di sini rami banar sudah takumpulan guru guru yawa (kamu) ".di jawab oleh Tuan Guru KH.Zakaria "kalau memang Guru yang membawai (mengajak) ulun hakun (mau) haja." .Guru H.Yahya anak beliau yang diceritakan mimpi tersebut menanyakan kenapa ayahnya mau di ajak oleh Abah Guru Sekumpul lalu di jawab beliau karena yang mengajak adalah paguruan maka beliau mau saja,dan selang 3 hari setelah beliau menceritakan mimpi tersebut kepada anak beliau,beliau betul betul menyusul Abah Guru Sekumpul ...subhanallah...beliau wafat malam kamis bulan Sya'ban 1427 H (2006)...semoga Allah SWT mengumpulkan beliau dengan Rasulullah SAW beserta guru guru beliau dan seluruh muslimin dan muslimat yang mencintainya....Aamiiin Ya Robbal alamin...Alfatihah
. Bung Hatta dan Kisah Sepatu Bally
PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.
Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.
Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.
“Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri,” kata Adi Sasono, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut zaman ini, dengan dana bantuan presiden, dana Badan Urusan Logistik, dan lain-lain.
Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain. Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing
— bersama Incu Abah Oi Bonqkar, Achmad Al-banteniy, FatiSAYYID ARIF ABDURRAHIM BASYAIBAN
Cerita napak tilas Sayyid Arif Abdurrahim tidak akan lepas dari sang kakak Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban, yang makamnya berada di Mojoagung Jombang Jawa Timur.
Perjuangan keduanya dalam membabat kawasan pesisir Pulau Jawa, menjadi daerah yang kental dengan nilai-nilai religius menorehkan masa keemasan.
Sekitar pertengahan abad ke-16 Masehi adalah gencar-gencarnya orang-orang Arab berimigrasi ke tanah Jawa melalui jalur laut. Dan salah satu dari mereka adalah Sayid Sulaiman Basyaiban.
Basyaiban adalah gelar warga habib keturunan Sayid Abu Bakar Syaiban, seorang ulama terkemuka di Tarim, Hadhramaut yang terkenal alim dan sakti.
Dan ayahanda Sayid Sulaiman dan Sayid Arif yang bernama Sayid Abdurrahman masih tergolong cicit dari Sayid Abu Bakar Ba Syaiban. Ia putra sulung Sayid Umar bin Muhammad bin Abu Bakar Ba Syaiban. Lahir pada abad ke-16 M di Tarim, Yaman bagian selatan sebuah perkampungan sejuk yang terkenal sebagai gudang para wali dan auliya’ Allah.
Ketika dewasa ia merantau ke Nusantara, tepatnya di Pulau Jawa. Sayid Abdurrahman memilih tempat tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa waktu kemudian ia mempersunting putri Maulana Sultan Hasanuddin, Demak, bernama Syarifah Khadijah. Seorang putri bangsawan yang masih keturunan Rasulullah dan masih cucu Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Buah dari pernikahan mereka dikaruniai tiga putra, yakni Sayid Sulaiman, Sayid Abdurrahim (Sayid Arif), dan Sayid Abdul Karim. Ketiganya mewarisi keturunan leluhurnya dalam hal berdakwah menyebarkan ajaran Islam di Jawa.
Tempat syiar pertama mereka adalah Krapyak, Pekalongan, Jawa Tengah. Lalu berkelana ke Solo, di sini mereka terkenal kesaktiannya. Hingga suatu ketika seorang Ratu Mataram Solo merasa iri. Di kota inilah mereka berpisah, Sayid Sulaiman memilih pergi ke Surabaya tepatnya di Ampel Denta, sedangkan sang adik memilih untuk menetap.
Sayid Sulaiman kemudian berguru pada santri-santri Raden Rahmat (Sunan Ampel). Tak berselang lama, kabar keberadaan Sayid Sulaiman akhirnya sampai ke telinga Ratu Mataram. Lalu sang ratu mengirim utusan ke Surabaya untuk memanggilnya. Salah satu utusan adalah Sayid Abdurrahim (Sayid Arif), adik kandungnya sendiri.
Sesampainya di Ampel, Sayid Arif sangat terharu bertemu kembali dengan kakak tercinta. Dan akhirnya ia memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram, dan memilih belajar kepada santri-santri Sunan Ampel bersama Sayid Sulaiman.
Setelah nyantri di Ampel, kakak beradik ini pergi ke Pasuruan untuk nyantri kepada Mbah Sholeh Semendi di Desa Segoropuro, seorang ulama besar asal Banten, Jawa Barat, yang menyebarkan Islam di Pasuruan pada abad ke-17.
Lepas dari itu Sayid Sulaiman memilih tinggal di Kanigoro, Pasuruan. Hingga akhirnya mendapat julukan Pangeran Kanigoro dan sempat pula menjadi penasehat Untung Surapati, seorang tokoh terkemuka Pasuruan dan tercatat sebagai pahlawan yang berjasa mengusir penjajah Belanda dari Nusantara.
Melihat kecerdikan dari keduanya, membuat Mbah Soleh tertarik untuk menjadikan menantu keduanya. Namun, Sayid Sulaiman diminta untuk kembali ke Cirebon oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Karena kala itu terjadi pertempuran sengit antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya sendiri Sultan Haji, tepatnya pada 1681-1683. Sedangkan Sayid Arif diminta Mbah Soleh untuk tetap di Pasuruan membantu penyebaran Islam.
Dari sinilah mulai terbentuk beberapa sentra besar penyebaran Islam. Seperti berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Sidoresmo Surabaya dan Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan Madura. Kini pesantren-pesantren itu masih ada, di bawah pengelolaan yang masih satu garis keturunan dari Sayid Sulaiman dan Sayid Arif. Untuk terus menjaga kemilau fajar penyebaran Islam yang telah dirintis mereka berdua.
— bersama Amywan Matrik, Hana Sabila Binti Achmad, Abi'langker Sang'Pecinta Zhuriat'Rasul, dan 29 lainnya.
mah Al-anggawi, dan 19 lainnyaBiografi Imam Nawawi
Beliau adalah al-Imam al-Hafizh, Syaikhul Islam, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Mury bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam an-Nawawi ad-Dimasyqi asy-Syafi’i Kata ‘an-Nawawi’ dinisbatkan kepada sebuah perkampungan yang bernama ‘Nawa’, salah satu perkampungan di Hauran, Syiria, tempat kelahiran beliau.
Beliau dianggap sebagai Syeikh di dalam madzhab Syafi’i dan ahli fiqih terkenal pada zamannya. Kelahiran dan Lingkungannya Beliau dilahirkan pada Bulan Muharram tahun 631 H di perkampungan ‘Nawa’ dari dua orang tua yang shalih. Ketika berusia 10 tahun, beliau sudah memulai hafal al-Qur’an dan membacakan kitab Fiqih pada sebagian ulama di sana. Proses pembelajaran ini di kalangan Ahli Hadits lebih dikenal dengan sebutan ‘al-Qira`ah’.
Suatu ketika, secara kebetulan seorang ulama bernama Syeikh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi melewati perkampungan tersebut dan menyaksikan banyak anak-anak yang memaksa ‘an-Nawawi kecil’ untuk bermain, namun dia tidak mau bahkan lari dari kejaran mereka dan menangis sembari membaca al-Qur’an. Syaikh ini kemudian mengantarkannya kepada ayahnya dan menase-hati sang ayah agar mengarahkan anaknya tersebut untuk menuntut ilmu. Sang ayah setuju dengan nasehat ini. Pada tahun 649 H, an-Nawawi, dengan diantar oleh sang ayah, tiba di Damaskus dalam rangka melanjutkan studinya di Madrasah Dar al-Hadits. Dia tinggal di al-Madrasah ar-Rawahiyyah yang menempel pada dinding masjid al-Umawy dari sebelah timur. Pada tahun 651 H, dia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, lalu pulang kembali ke Damaskus.
Pengalaman Intelektualnya Pada tahun 665 H saat baru berusia 34 tahun, beliau sudah menduduki posisi ‘Syaikh’ di Dar al-Hadits dan mengajar di sana. Tugas ini tetap dijalaninya hingga beliau wafat. Dari sisi pengalaman intelektualnya setelah bermukim di Damaskus terdapat tiga karakteristik yang sangat menonjol:
Pertama, Kegigihan dan Keseriusan-nya di dalam Menuntut Ilmu Sejak Kecil hingga Menginjak Remaja Ilmu adalah segala-galanya bagi an-Nawawi sehingga dia merasakan kenikmatan yang tiada tara di dalamnya. Beliau amat serius ketika membaca dan menghafal. Beliau berhasil menghafal kitab ‘Tanbih al-Ghafilin’ dalam waktu empat bulan setengah. Sedangkan waktu yang tersisa lainnya dapat beliau gunakan untuk menghafal seperempat permasalahan ibadat dalam kitab ‘al-Muhadz-dzab’ karya asy-Syairazi. Dalam tempo yang relatif singkat itu pula, beliau telah berhasil membuat decak kagum sekaligus meraih kecintaan gurunya, Abu Ibrahim Ishaq bin Ahmad al-Maghriby, sehingga menjadikannya sebagai wakilnya di dalam halaqah pengajian yang dia pimpin bilamana berhalangan.
Kedua, Keluasan Ilmu dan Wawasannya Mengenai bagaimana beliau memanfa’atkan waktu, seorang muridnya, ‘Ala`uddin bin al-‘Aththar bercerita, “Pertama beliau dapat membacakan 12 pelajaran setiap harinya kepada para Syaikhnya beserta syarah dan tash-hihnya; ke dua, pelajaran terhadap kitab ‘al-Wasith’, ke tiga terhadap kitab ‘al-Muhadzdzab’, ke empat terhadap kitab ‘al-Jam’u bayna ash-Shahihain’, ke lima terhadap kitab ‘Shahih Muslim’, ke enam terhadap kitab ‘al-Luma’ ‘ karya Ibnu Jinny di dalam ilmu Nahwu, ke tujuh terhadap kitab ‘Ishlah al-Manthiq’ karya Ibnu as-Sukait di dalam ilmu Linguistik (Bahasa), ke delapan di dalam ilmu Sharaf, ke sembilan di dalam ilmu Ushul Fiqih, ke sepuluh terkadang ter-hadap kitab ‘al-Luma’ ‘ karya Abu Ishaq dan terkadang terhadap kitab ‘al-Muntakhab’ karya al-Fakhrur Razy, ke sebelas di dalam ‘Asma’ ar-Rijal’, ke duabelas di dalam Ushuluddin. Beliau selalu menulis syarah yang sulit dari setiap pelajaran tersebut dan menjelaskan kalimatnya serta meluruskan ejaannya”.
Ketiga, Produktif di dalam Menelorkan Karya Tulis Beliau telah interes (berminat) terhadap dunia tulis-menulis dan menekuninya pada tahun 660 H saat baru berusia 30-an. Dalam karya-karya beliau tersebut akan didapati kemudahan di dalam mencernanya, keunggulan di dalam argumentasinya, kejelasan di dalam kerangka berfikirnya serta keobyektifan-nya di dalam memaparkan pendapat-pendapat Fuqaha‘. Buah karyanya tersebut hingga saat ini selalu menjadi bahan perhatian dan diskusi setiap Muslim serta selalu digunakan sebagai rujukan di hampir seluruh belantara Dunia Islam.
Diantara karya-karya tulisnya tersebut adalah ‘Syarh Shahih Muslim’, ‘al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab’, ‘Riyadl ash-Shalihin’, ‘ al-Adzkar’, ‘Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat’ ‘al-Arba’in an-Nawawiyyah’, ‘Rawdlah ath-Thalibin’ dan ‘al-Minhaj fi al-Fiqh’. Budi Pekerti dan Sifatnya Para pengarang buku-buku ‘biografi’ (Kutub at-Tarajim) sepakat, bahwa Imam an-Nawawi merupakan ujung tombak di dalam sikap hidup ‘zuhud’, teladan di dalam sifat wara’ serta tokoh tanpa tanding di dalam ‘menasehati para penguasa dan beramar ma’ruf nahi munkar’. Zuhud Beliau hidup bersahaja dan mengekang diri sekuat tenaga dari kungkungan hawa nafsu. Beliau mengurangi makan, sederhana di dalam berpakaian dan bahkan tidak sempat untuk menikah. Kenikmatan di dalam menuntut ilmu seakan membuat dirinya lupa dengan semua kenikmatan itu. Beliau seakan sudah mendapatkan gantinya.
Diantara indikatornya adalah ketika beliau pindah dari lingkungannya yang terbiasa dengan pola hidup ‘seadanya’ menuju kota Damaskus yang ‘serba ada’ dan penuh glamour. Perpindahan dari dua dunia yang amat kontras tersebut sama sekali tidak menjadikan dirinya tergoda dengan semua itu, bahkan sebaliknya semakin menghindarinya. Wara’ Bila membaca riwayat hidupnya, maka akan banyak sekali dijumpai sifat seperti ini dari diri beliau. Sebagai contoh, misalnya, beliau mengambil sikap tidak mau memakan buah-buahan Damaskus karena merasa ada syubhat seputar kepemilikan tanah dan kebun-kebunnya di sana.
Contoh lainnya, ketika mengajar di Dar al-Hadits, beliau sebenarnya menerima gaji yang cukup besar, tetapi tidak sepeser pun diambilnya. Beliau justru mengumpulkannya dan menitipkannya pada kepala Madrasah. Setiap mendapatkan jatah tahunannya, beliau membeli sebidang tanah, kemudian mewakafkannya kepada Dar al-Hadits. Atau membeli beberapa buah buku kemudian mewakafkannya ke perpustakaan Madrasah. Beliau tidak pernah mau menerima hadiah atau pemberian, kecuali bila memang sangat memerlukannya sekali dan ini pun dengan syarat. Yaitu, orang yang membawanya haruslah sosok yang sudah beliau percayai diennya.Beliau juga tidak mau menerima sesuatu, kecuali dari kedua orangtuanya atau kerabatnya. Ibunya selalu mengirimkan baju atau pakaian kepadanya. Demikian pula, ayahnya selalu mengirimkan makanan untuknya. Ketika berada di al-Madrasah ar-Rawahiyyah, Damaskus, beliau hanya mau tidur di kamar yang disediakan untuknya saja di sana dan tidak mau diistimewakan atau diberikan fasilitas yang lebih dari itu.
Imam Nawawi Menasehati Penguasa dalam Rangka Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Pada masanya, banyak orang datang mengadu kepadanya dan meminta fatwa. Beliau pun dengan senang hati menyambut mereka dan berupaya seoptimal mungkin mencarikan solusi bagi permasalahan mereka, sebagaimana yang pernah terjadi dalam kasus penyegelan terhadap kebun-kebun di Syam.Kisahnya, suatu ketika seorang sultan dan raja, bernama azh-Zhahir Bybres datang ke Damaskus. Beliau datang dari Mesir setelah memerangi tentara Tatar dan berhasil mengusir mereka. Saat itu, seorang wakil Baitul Mal mengadu kepadanya bahwa kebanyakan kebun-kebun di Syam masih milik negara. Pengaduan ini membuat sang raja langsung memerintahkan agar kebun-kebun tersebut dipagari dan disegel. Hanya orang yang mengklaim kepemilikannya di situ saja yang diperkenankan untuk menuntut haknya asalkan menunjukkan bukti, yaitu berupa sertifikat kepemilikan.Akhirnya, para penduduk banyak yang mengadu kepada Imam an-Nawawi di Dar al-Hadits. Beliau pun menanggapinya dengan langsung menulis surat kepada sang raja. Sang Sultan gusar dengan keberaniannya ini yang dianggap sebagai sebuah kelancangan. Oleh karena itu, dengan serta merta dia memerintahkan bawahannya agar memotong gaji ulama ini dan memberhentikannya dari kedudukannya. Para bawahannya tidak dapat menyembunyikan keheranan mereka dengan menyeletuk,
“Sesungguhnya, ulama ini tidak memiliki gaji dan tidak pula kedudukan, paduka !!”.
Menyadari bahwa hanya dengan surat saja tidak mempan, maka Imam an-Nawawi langsung pergi sendiri menemui sang Sultan dan menasehatinya dengan ucapan yang keras dan pedas. Rupanya, sang Sultan ingin bertindak kasar terhadap diri beliau, namun Allah telah memalingkan hatinya dari hal itu, sehingga selamatlah Syaikh yang ikhlas ini. Akhirnya, sang Sultan membatalkan masalah penyegelan terhadap kebun-kebun tersebut, sehingga orang-orang terlepas dari bencananya dan merasa tentram kembali.
Wafat Imam Nawawi
Wafatnya Pada tahun 676 H, Imam an-Nawawi kembali ke kampung halamannya, Nawawi, setelah mengembalikan buku-buku yang dipinjamnya dari badan urusan Waqaf di Damaskus. Di sana beliau sempat berziarah ke kuburan para Syeikhnya. Beliau tidak lupa mendo’akan mereka atas jasa-jasa mereka sembari menangis. Setelah menziarahi kuburan ayahnya, beliau mengunjungi Baitul Maqdis dan kota al-Khalil, lalu pulang lagi ke ‘Nawa’. Sepulangnya dari sanalah beliau jatuh sakit dan tak berapa lama dari itu, beliau dipanggil menghadap al-Khaliq pada tanggal 24 Rajab pada tahun itu. Di antara ulama yang ikut menyalatkannya adalah al-Qadly, ‘Izzuddin Muhammad bin ash-Sha`igh dan beberapa orang shahabatnya. Semoga Allah SWT merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan menerima seluruh amal shalihnya. Aamiin.
— bersama Qolbie Nienk Choierr, Achmad Al-banteniy, Abu Bakar Adeni, dan 33 lainnya.
Suka • • Bagikan
. Biografi Anas bin Malik RA; Pembantu Rasululah SAW
Ibn Umm Salim (Anas bin Malik) Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8 tahun sebelum Hijriah. Nama lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadhar bin Dhomdhom al-Anshory al-Khazrojy. Biasa dipanggil Abu Hamzah, digelari ‘Khodim ar-Rasul’(Pembantu Rasul). Anas bin Malik seorang mufti, muqri (pembaca), ahli hadits dan pembantu Rasul. Ibunya, Ummu Salim, masuk Islam sementara ayahnya masih berpegang kepada agama dulu. Pendapat lain mengatakan bahwa ibu Anas bin Malik bernama Ghumaisho. Ada juga yang mengatakan Rumaisho. Meskipun masih kecil, ibunya sudah mengajarkan dua kalimah syahadat. Ayahnya, Malik, meminta kepada istrinya agar meninggalkan agama barunya. Hanya saja istri menolak. Suatu hari ayahnya keluar rumah sambil marah-marah. Di jalan ayahnya ketemu dengan musuhnya. Ayahnya terbunuh, sejak itu beliau Anas bin Malik hidup menjadi yatim.
Anas Bin Malik Pembantu Rumah Tangga Rasulullah SAW
Pada waktu berumur 10 tahun ibunya mendorong agar beliau mengabdi pada Rasulullah. Ibunya berkata,
“Ini anakku pandai menulis.”
Rasulullah pun menerima permohonan ibunya. Rasulullah berdo’a,
“Ya Allah berikan dia (Anas bin Malik) harta dan anak yang banyak. Dan Beri keberkahan yang saya berikan padanya.”(HR.Bukhori Muslim).
Beliau; Anas bin Malik pernah berkata,
“Saya mengabdi kepada Rasulullah selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah berkata ‘uff’ , tidak pernah mencela apa yang dibuat dan tidak pernah marah.”
Beliau bercerita,
“Suatu hari Rasulullah menyuruhku untuk suatu keperluan. Saya pun keluar rumah. Dan jalan berjumpa dengan anak-anak sedang bermain. Saya pun ikut bermain bersama mereka. Saya malah tidak memenuhi perintahnya. Selesai bermain dengan mereka, tiba-tiba saya merasa ada orang berdiri dibelakang saya. Setelah saya menoleh, ternyata Rasulullah sambil memagang bajuku. Sambil tersenyum Rasulullah berkata,
“Wahai Anas, Apakah kamu sudah kerjakan perintahku?”
Saya merasa bersalah. Saya pun menjawab,
“Baiklah, saya pergi sekarang.”
Mengenai pribadi Anas bin Malik Abu Hurairah berkata, “
Saya belum pernah melihat orang yang menyerupai sholatnya Rasulullah kecuali Ibn Umm Salim (maksudnya Anas bin Malik).”
Allah SWT berikan karunia kepada Anas bin Malik berupa panjang umur. Mengenai panjang umurnya itu beliau berkata,
“Tidak ada orang yang tersisa (dari sahabat) yang dapat sholat di masjid Qiblatain (dua qiblat) kecuali saya.”
Begitu juga beliau; Anas bin Malik dikarunia keturunan banyak sebagaimana Rasulullah do’akan padanya. Semua anaknya hampir mencapai seratus. Kalau mengkhatamkan al-Qur’an, Anas bin Malik mengumpulkan istri dan anaknya kemudian beliau berdo’a. setelah wafatnya Rasulullah, beliau pergi Damaskus. Dari Damaskus beliau pindah ke Basrah. Dari al-Mutsna bin Sa’id diceritakan, ia mendengar bahwa Anas bin Malik selalu berkata,
“Hampir setiap malam aku mimpi Rasulullah. Setelah itu beliau menangis.”
Selama bersahabat dengan Rasulullah beliau telah meriwayatkan kurang lebih 2287 hadits. Diantara riwayat haditsnya, dari Rasulullah beliau bersabda;
“Tidak beriman seseorang dari kalian hingga cinta kepada saudaranya sebagaimana mencintai dirinya.”(HR.Bukhori).
“Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya, penyabar dan pemaaf”
begitu kata beliau mengenai pribadi Rasulullah. Dari sekian sahabat Rasulullah, Anas bin Malik lah yang paling terakhir wafat. Kurang lebih sepuluh tahun beliau bergaul, bersahabat dan bersenda gurau dengan Rasulullah. Meskipun tidak lama, sejak kecil beliau sudah merindukan kedatangan Rasulullah. Sehingga hari-harinya banyak digunakan untuk bertanya tentang ajaran Islam. tidak heran beliau termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Setelah menjalani hidupnya hampir satu abad, beliau wafat pada tahun 91 Hijriah, berumur 99 tahun. Pada waktu Anas bin Malik sakit, beliau berpesan kepada keluarganya,
“Ajarkan/talkin aku kalimat “La ilahaillallah. Muhammadurrasullah.”
Beliau pun mengucap kalimat itu hingga ajal menjemputnya. Pada waktu dimandikan, Muhammad bin Sirrin, seorang tabi’in, yang memandikan Anas bin Malik.
— bersama Abah Bersholawat Bikamaliha II, Rachmawatie, Shipenyayang Ayahdanbunda, dan 29 lainnya. Kisah Teladan Imam Al-Haitami
Disebuah desa terpencil di Jazirah Arab, hidup seorang anak remaja bernama Al-Haitami. Suatu hari ia disuruh guru sekaligus bapaknya untuk meneruskan belajar dengan merantau mencari ilmu. Maka pagi-pagi benar setelah sholat subuh berangkatlah remaja itu. Setelah sehari penuh berjalan melewati gurun pasir, masuk kampung keluar kampung, dan naik turun bukit, sampailah ia disebuah pesantren yang diasuh oleh seorang guru tersohor bernama An-Nawawi .
Berikutnya Al-Haitami mulai mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Sering sekali ia dimarahi oleh gurunya karena sangat bebalnya otak alias saking bodohnya. Beberapa bulan kemudian mulai timbul rasa bosan dalam benaknya, karena rasa-rasanya tidak ada satupun ilmu yang diajarkan gurunya yang mampir dalam ingatannya. Ditambah lagi seringnya ia dihukum oleh gurunya berdiri di depan kelas karena kebodohannya dan daya ingatnya yang jelek, membuat dirinya jadi bahan olokan teman-temannya. Rasa jengkel dan malu jadi makanan pokok tiap hari. Tetapi Al-Haitami masih berusaha bertahan dengan sabar untuk tetap belajar dipesantren itu.
Setelah beberapa tahun berlalu, dan keadaan masih tetap sama tanpa ada peningkatan sedikitpun, maka remaja kecil bernama Al-Haitami itu memutuskan untuk pulang saja kerumah, dari pada jauh-jauh belajar tak dapat ilmu, lebih baik pulang membantu orang tuanya bertani. Maka pada suatu sore ia menuju ke rumah gurunya untuk mohon pamit.
‘As-salamu ‘alaikum …” ucap Al-Haitami setelah mengetuk pintu.
“Wa ‘alaikum salam wa Rohmatullah …” jawab gurunya dari dalam rumah, lalu membuka pintu.
“Eh, kamu Al-Haitami, ayo masuk …..” ajak gurunya kemudian sambil memandang muridnya yang dari tadi menunduk.
“Ya, Guru ….” jawab Al-Haitami setelah menyalami gurunya dan mencium tangannya.
Sambil tetap menunduk, Al-Haitami duduk bersila didepan gurunya.
“Ada apa muridku ?” tanya An-Nawawi memecah keheningan.
“Begini guru …., tapi sebelumnya saya mohon maaf kepada Guru ….” ucap Al-Haitami sambil terus menunduk.
“Ya, ada apa ?” tanya An-Nawawi penuh kelembutan dan kesabaran.
“Guru …, aku rasa selama saya belajar disini tak ada satu ilmupun bisa aku dapatkan …” kata Al-Haitami membuka permasalahannya.
“Lalu …?” tanya gurunya sambil menatap muridnya yang semakin dalam menunduk dengan tatapan yang lembut.
“Saya mau pulang …, dan membantu orang tua saya dirumah, Guru ….” jawab Al-Haitami dengan suara yang makin pelan.
“O …, begitu “ kata An-Nawawi dengan sabarnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Kapan berangkatnya ?”
“Kalau Guru mengijinkan, besok pagi sehabis sholat subuh, Guru …” jawab Al-Haitami mulai agak berseri karena permohonannya sepertinya akan dikabulkan.
“Yah, aku ijinkan. Hati-hati dijalan, semoga selamat sampai rumah …” kata gurunya.
Maka pada pagi harinya setelah sholat subuh dan setelah berpamitan kepada gurunya dan sahabat-sahabatnya, Al-Haitami berangkat pulang. Sambil berjalan ia selalu ingat akan nasehat gurunya :“Hikmah itu ada dimana-mana, muridku …”, dan mungkin itu adalah satu-satunya pelajaran gurunya yang berhasil menempel erat dalam ingatannya.
Al-Haitami Mendapatkan Hikmah
Setelah beberapa jam berjalan dibawah sinar matahari yang terik membakar, Al-Haitami lalu beristirahat dibawah sebuah pohon yang cukup besar dan sangat rindang dipinggir sebuah sungai yang sangat jernih airnya. Beberapa saat setelah keringatnya kering, ia lalu membersihkan badannya disungai itu, lalu membuka makanan perbekalannya pemberian sahabat-sahabatnya dipesantren.
Ditengah-tengah menikmati makanannya, Al-Haitami dikejutkan oleh suara benda yang jatuh kesungai berulang-ulang. Setelah matanya berkeliling mencari sumber suara tadi, matanya tertumbuk pada seekor katak yang sedang melompat-lompat ingin naik ketepi sungai. Setiap kali lompatannya tidak berhasil sampai diatas katak itu jatuh, ia melompat lagi. Jatuh lagi, melompat lagi, jatuh lagi, melompat lagi. Begitu seterusnya sampai akhirnya ia berhasil melompat keatas. “Hebat sekali usaha katak itu” guman Al-Haitami dalam hati.
Setelah rasa letihnya berkurang, Al-Haitami melanjutkan perjalanan. Beberapa jam kemudian, Matahari sudah berada tepat diatasnya. Sinarnya lama kelamaan semakin redup karena tetutup mendung tanda sebentar lagi akan turun hujan.
“Wah, aku harus mencari tempat untuk berteduh, dari pada nanti kehujanan” gumannya dalam hati.
Dari kejauhan Al-Haitami melihat sebuah gua, maka bergegas ia berlari. Beberapa saat kemudian ia sudah berada dimulut sebuah gua yang cukup besar dan panjang. Sementara diluar hujan sudah mulai turun. Didalam gua itu ada sungai kecil yang airnya sangat jernih. Setelah membersihkan dirinya, lalu ia sholat. Pada saat Al-Haitami khusyuk berdzikir setelah sholat, telinganya menangkap sebuah suara tetesan-tetesan air yang mengenai batu dengan teratur, suaranya sangat jelas dan menggema. Setelah ia teliti ternyata tetesan air itu mengenai batu hitam legam didekat ia duduk.
Lama sekali Al-Haitami memperhatikan tetesan air yang mengenai batu itu. Lalu ia perhatikan batu itu, ternyata batu itu adalah batu yang terkenal sangat keras. Beberapa saat kemudian, Al-Haitami baru sadar ternyata batu itu terkikis menjadi cekungan akibat tetesan-tetesan air yang jatuh dari atap gua.
“Batu saja yang sangat keras dapat terkikis dan berlubang hanya oleh tetesan air yang sangat kecil yang mengenainya terus menerus …, apalagi otak manusia yang sangat lunak” renungnya lama sekali. “Aku yakin, apabila aku belajar terus menerus dengan penuh keuletan dan kesungguhan pasti aku akan berhasil” kata Al-Haitami dalam hati.
Lalu ia ingat akan seekor katak tadi. Ingatnnya menerawang tentang usaha katak yang tak kenal menyerah guna mencapai tujuan.
“Katak saja yang tidak dikarunia akal bisa mencapai tujuan dengan usaha kerasnya, apalagi manusia yang diberi kelebihan akal dan hati. Pasti dengan usaha kerasku yang tak kenal menyerah aku dapat menguasai semua ilmu yang diajarkan oleh guruku” renungnya sendirian.
Al-Haitami juga ingat nasehat gurunya, yang ternyata ia telah mendapatkan hikmah-hikmah yang sangat berharga dari makhluk Tuhan yang jauh lebih rendah dibanding dirinya, yaitu dari seekor katak dan batu.
Saking asyiknya Al-Haitami larut dalam pikiran dan ingatannya, tak terasa dari tadi matahari telah kembali bersinar terang karena hujan sudah reda. “Yah …, aku harus kembali kepesantren lagi” tekadnya dalam hati penuh semangat. Maka dengan langkah yang sangat tegap dan mantap ia berjalan dengan cepat dan lincah kembali kepesantrennya.
Kemudian dengan penuh kesungguhan dan keuletan, akhirnya Al-Haitami menjadi murid yang paling pandai dan cerdas diantara murid-murid An-Nawawi lainnya. Dan karena ia mendapatkan hikmah atau pelajaran dari batu, maka ia diberi julukan “ibnu hajar” yang berarti putra batu. Maka setelah ia tamat dari pesantrennya namanya terkenal dengan Ibnu Hajar Al-Haitami.
— bersama Pilot Leha Utuh Hendra, Anna Annisa, Al Faruq Abdillah, dan 34 lainnya.
KISAH UWAIS AL-QARNI (PEMUDA YANG BERBAKTI KEPADA IBUNYA)
Pada zaman Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarniadalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais Al-Qarni mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau.Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.
Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nab, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembiranya hari Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa mnyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
UWAIS AL-QARNI Pergi ke Madinah
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sampbil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.
Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia ?
Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdulla, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Wajah Uwais Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta doa pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
Kejadian Ketika UWAIS AL-QARNI Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni ? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
— bersama Yuli Irsya Al-rasyidei, Sus Anto, Anna AAl Marhum Al Maghfurlah Habib Husein bin Ali bin Husein Al Aththos (Gg. Buluh Condet – Jakarta Timur )
Beliau yang adalah anak sekaligus khalifah Al Habib Ali bin Husein Alatas (Habib Ali bungur) wafat dlm usia 71 tahun, jenazah disholati pada pukul 12.00 di masjid Al Hawi condet jakarta timur yg di imami oleh Al faqih Al Habib Zain bin ibrahim bin Smith dan di makamkan di pemakaman Habib Salim bin Thoha Al Haddad pasar minggu jakarta selatan. Habib Husein adalah anak bungsu dari sepuluh bersaudara, tiga laki-laki dan tujuh perempuan, anak Habib Ali bin Husein Alatas, atau yang dikenal sebagai Habib Ali bungur.
Beliau dikenal dg sebutan Habib Jenderal karena dikenal keras, tegas, dan disiplin. Kata-katanya bak perintah seorang jenderal dlm perang, sehingga dipatuhi lingkungan.
Ketika ayahandanya, Habib Ali bungur wafat, beliau sudah berkeluarga dan beranak dua. Beliau menikah pada tahun 1972.
Sejak kecil beliau tinggal di Bungus jakarta pusat baru kemudian pindah ke gg.buluh, condet, pada akhir desember 1980, dan baru masuk pada januari 1981.
Dikediamannya di gg.buluh setiap malam senin beliau memimpin majelis ta’lim Al Khairat, selain itu beliau juga rajin memenuhi undangan para habib dan muhibbin yg mengadakan berbagai acara keagamaan di indonesia maupun mancanegara.
Habib Husein dikaruniai empat anak perempuan, tapi satu sudah meninggal, serta sepuluh cucu.
Kini khalifah penerus perjuangan beliau adalah menantunya yaitu Al Habib Mahdi bin Abdurahman bin Syekh alatas.
Wafat
Jum’at, 27 Mei 2011 kurang lebih pada pukul 16.00 telah berpulang kerahmatullah Al Allamah Al Habib Husein bin Ali alatas gg.buluh condet jakarta selatan
— bersama Maz Udinaja, Roy Rizz Q, ZizaTuan Guru Kasyful Anwar Al Banjari
Sejarah Singkat
Tuan Guru Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari dilahirkan di Kampung Melayu pada malam selasa tanggal 4 Rajab 1304 H jam 22.00 malam,dari pasangan H.Ismail bin H. Muhammad Arsyad bin Muhammad Sholeh bin Badruddin bin Kamaluddin dan Hj.Siti binti H.Abdurrahim bin Abu Su’ud bin Badruddin bin Kamaluddin pasangan yang serasi lagi bertaqwa,sejak kecil beliau sudah medapatkan pendidikan di lingkungan keluarga, seperti belajar Al-Qur’an karena pendidikan seperti ini lazim dikalangan masyarakat Banjar pada masa itu, diantara guru gurunya yang juga keluarganya adalah :
~KH.Ismail bin H.Ibrahim bin Muhammad Sholeh bin Khalifah Zainuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
~Syekh Abdullah Khotib bin H.Muhammad Sholeh bin Khalifah Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Setelah melihat kecerdasannya, kakeknya yaitu H. Muhammad Arsyad dan neneknya Hj. Siti Aisyah mengirimnya ke kota suci sumber ilmu Makkatul Mukarramah untuk meneruskan pelajarannya. Pada tahun 1313 H berangkatlah Beliau beserta seluruh keluarganya ke Tanah Suci Mekkah, sesampainya dinegeri Mekkah ia sangat rajin menuntut ilmu baik kepada ayahnya sendiri maupun kepada ulama lainnya, Beliau belajar bahasa arab kepada H. Amin bin Qadhi Haji Mahmud bin Aisyah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari beliau lama menetap di Mekkah, sewaktu dua tahun berada di Mekkah ayah beliau wafat dan dimakamkan di Mekkah dan dimakamkan di Ma’la, saat itu umurnya baru 11 tahun, pada umur 13 tahun ibunya menyusul ayahnya wafat di Mekkah dan dimakamkan di Ma’la sepekuburan dengan bapaknya,setelah itu beliau hanya tinggal bersama kakek dan neneknya yang selalu merawatnya.
Diantara guru guru beliau adalah:
1.Syeikh Umar Hamdan al-Mahrus yang bergelar Muhaddist al-Haramain
2.Syeikh Muhammad Yahya al-Yamani
3.syeikh said bin Muhammad al-Yamani
4.Syeikh Sayyid Ahmad bin Syeikh Sayyid Abu Bakar bin Syeikh Sayyid al-Arif Billah sayyid Muhammad Syata
5.Syeikh Sayyid Ahmad bin Hasan al-Aththas penulis kitab Tadzikirunnas
6.Syeikh Muhammad Ali bin Husein al-Maliki bergelar Sibawaihi karena kealimannya
7.Syeikh Umar Ba Junaid Mufti Syafiiyyah
8.Syeikh Muhammad Sholeh bin Muhammad Ba Fadhal
9.Syeikh Muhammad Ahyad al-Bughuri
10.Syeikh Sayyid muhammad Amin al-Kutbi
Setelah 17 tahun belajar di Mekkah akhirnya pada bulan Rabiul Awwal Tahun 1330 H ia kembali ke Tanah Air, setelah tiba di Tanah air beliau dikawinkan oleh kakek neneknya dengan seorang perempuan sholehah bernama Halimah binti Ja’far pada bulan Syawwal 1330 H pada usia 26 tahun. Beliau dikaruniai anak 6 rang 4 putra 2 putri, setelah menerapkan ilmu selama 20 tahun di kampung halaman pada tahun 1350/1930 M beliau berangkat lagi keTanah Suci bersama istri dan 2 orang anaknya beserta dua orang keponakannya yaitu Anang Syarani dan Muhammad Syarwani Abdan (Bangil) yang nantinya sangat terkenal di Tanah Suci sebagai Dua Mutiara dari Banjar, keberangkatannya kali ini selain untuk memperdalam ilmu agama juga untuk membimbing anak dan kedua keponakannya. Beliau bermukim selama 3 tahun,pada 17 Syafar 1353 H beliau kembali ke Martapura sedang dua keponakanna tetap tinggal di Tanah Suci meneruskan pendidikannya.
Dirumahnya beliau membuka pengajian atas permintaan masyarakat,kemudian pada tahun 1922 M ia tampil memimpin Madrasah Darussalam pada periode ke 3, kepribadian beliau sangat sederhana, tanpa henti beliau mendidik murid muridnya,begitulah kehidupan pribadi seorang ‘alimul jalil ulama yang memegang teguh disiplin ilmu dan kemasyarakatan,ilmu dan amal baginya jalan untuk meningkatkan ketaqwaan, harta tidak boleh memperbudaknya tetapi hartalah yang harus menjadi budaknya untuk menunjang segala amal kita dijalan Allah dan beliau tetap tersenyum walaupun hidup dalam kesederhanaan,bahkan dikatakan masih kekurangan untuk mencukupi keperluannya sehari hari, namun beliau selalu bersikap qanaah (merasa cukup dengan nikmat yang telah diberikan Allah Swt) serta bersikap ikhlas fi sabilillah dalam setiap keaadaan.
Akhirnya pada malam senin pukul 9.45 menit tanggal 18 syawwal 1359 H rohnya yang mulia kembali kepada Rabb nya yang Maha Tinggi dengan tenang dan damai pada usia 55 tahun dan dimakamkan di Kampung Melayu Martapura, Semoga Allah SWT membalas segala amal ibadah beliau dan dikumpulkan dengan Rasulullah Saw dan orang orang sholeh sebelum beliau. amiin.
Kiranya cukup sampai disini riwayat dari guru kita yang mulia Tuan Guru Muhammad Kasyful Anwar Al-Banjari kalau ada kekurangan alfaqir mohon ampun minta redha sebesar besarnya buat saudara saudaraku semua. Semoga kita barataan dimudahkan dalam beribadah kepadaNya dan bisa mengikuti jejak beliau, berkumpul dengan Rasulullah Saw dan Para Nabi, para Wali Allah dan orang orang sholeh guru guru kita di akhirat nanti. Amiiin Ya Robbal Alamin.
— bersama Ezty Eza, Achmad Al-banteniy, SuManaqib Ash-Shanhajy, Sang Empu Kitab Ajurrumiyah Fin Nahwi.
Kitab Ajurrumiyah, semua santri pasti mengenalnya dan bahkan telah memepelajarinya. siapakah pengarang kitab yang walaupun kecil tapi sangat ppopuler ini. Beliau adalah Syeikh Abu abdillah Muhammad bin Muhammad bin dawud Ash Shanhaji. Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Muhammad bin Daud Ash Shanhanjy. Beliau lebih masyhur disebut dengan Ibnu Ajurrum, menurut pendapat lain dibaca dengan Ajarrum.
merupakan seorang ulama terkemuka yang terkenal dengan kitabnya matan Al Ajrumiyah, Ash Shanhaji merupakan nisbah kepada Kabilah Shanhajah di daerah Maghriby. Al Ajurrum merupakan bahasa Barbar yang berarti orang yang meninggalkan kemewahan dan memilih laku sufi (Al Faqir Ash Shufy). Namun Syeikh Muhammad bin Ahmad Al Ahdal, pengarang kitab Al Kawakib Ad duriyah mengatakan bahwa beliau tidak menemukan orang Barbar yang mengetahui arti kata Al Ajurrum, namun beliau menemukan satu kabilah dari suku Barbar yang benama Al Ajurrum. Beliau lahir di kota Fas, Maghriby pada tahun 672H/1273M, pada tahun kelahiran beliau, seorang pakar dalam ilmu nahu, ibnu Malik pengarang kitab Al Fiyah, wafat.
Ayah beliau, Muhammad bin Daud adalah seorang ulama di kampung beliau yang memenuhi kehidupan keluarganya dengan berniaga dan menjilid buku-buku. Mulanya Al Ajurrum belajar Ilmu Nahu di Fas, kemudian ia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika perjalanan ke Kairo, ia menyempatkan diri belajar ilmu Nahu kepada Syeikh Abu Hayyan salah seorang pakar dalam ilmu Nahu dari Andalusia pengarang kitab Al Bahrul Muhith hingga mendapatkan ijazah dari Syeikh Abu Hayyan. Beliau menyusun kitab Matan Al Ajrumiyah pada tahun 719 H/1319 M, sekitar empat tahun sebelum wafatnya. Al Maktum yang sezaman dengannya setelah memuji Ibnu Al Ajurrum didalam kitabnya Tazkirahnya, ia menyebutkan bahwa pada saat ia menulis kitabnya ini Ibnu Ajurrum masih hidup. Ar ra`i dan Al haj menyebutkan bahwa Ibnu Ajurrum menulis kitab Nahunya dihadapan ka`bah. As Shayuthy dalam kitabnya Bughyatul Wu`ah menerangkan bahwa Al Makudy dan Ar Ra`i dan para ulama lainnya mengakui kepakaran beliau dalam bidang nahu selain itu beliau juga seorang yang shaleh dan banyak barakah. Selain kitab Ajurrumiyah, beliau memiliki beberapa karangan lainnya tentang faraidh, sastra dan Tak basah oleh air.
Ada satu kisah istimewa yang meyelimuti pengarangan kitab nahu Ajrumioyah tersebut, Syeihk Al Hamidi meriwayatkan setelah menulis kitab Al Ajurrumiyahnya , Ibnu Ajurrum membuang kitabnya tersebut ke laut sambil berkata: ”kalau memang kitab ini kutulis ikhlash karena Allah, niscaya ia tidak akan basah.” Ternyata kitab tersebut kembali kepantai tanpa badah sedikit pun. Dalam riwayat yang lain disebutkan, ketika Ibnu Ajurrum telah rampung menulis dengan menggunakan botol tinta, ia berniat meletakkan kitabnya tersebut di dalam air sambil berkata dalam hati “Ya Allah, jika saja karyaku ini akan bermanfaat jadikanlah tinta yang aku pakai untuk menulis ini tidak akan luntur”. Ternyata dengan kuasa Allah tinta tersebut tidak luntur sedikitpun. Dalam riwayat lain disebutkan ketika merampungkan karya tulisnya ini beliau bermaksud menenggelamkan kitab beliau ini kedalam air yang mengalir. Jika kitab tersebut terbawa arus maka berarti kitab tersebut kurang manfaat sedangkan bila ia tetap tidak terbawa arus maka ia akan tetap dikaji orang dan akan besar manfaatnya. Sambil meletakkan kitab tersebut kedalam air berliau ber ujar : “jurru Miyah, jurru Miyah” (mengalirlah wahai air). Anehnya setelah diletakkan dalam air kitab tersebut tetap bertahan tidak terbawa oleh arus. Subhanallah.
Ibnu Ajurrum, dalam ilmu nahu merupakan penganut mazhab Nahu Kufah, beliau menyebutkan kasrah dan penggantinya dengan istilah Khafadh, sedangkan ahli Bashrah menyebutnya dengan istilah jar,Ibnu Ajurrum berpendapat bahwa fiil amr itu dijazamkan. Ini adalah pendapat Mazhab Kufah. Adapun mazhab Bashrah berpendapat bahwa fiil amar itu mabni `ala as sukun. Ia juga menggolongkan kata kaifama termasuk jawazim, sebagaimana pendapat ahli Kufah. Adapun Ahli Basharah berpendapat kaifama bukanlah `amel Jawazem. Selain itu Ibnu Ajurrum juga menggunakan istilah Asmaul Khamsah, yang terdiri dari dzu, fuk, hamu, abu, akhu, sedangkan Ahli Bashrah menyebutnya dengan istilah Asmaus Sittah dengan menamahkan Hanu. Kitab Al AJarrumiyah merupakan pegangan wajib bagi para pemula ilmu nahu, kitab ini merupakan kurikulum wajib dan dihafal oleh para santri-santri di setiap pesantren di Indonesia dan Negara-negara lainnya.
Banyak ulama yang menaruh perhatian yang besar tentang kitab ini, sehingga muncullah kitab-kitab yang menjadi pensyarah dan hasyiah dari kitab Ajurrumiyah ini. Diantara syarahnya antara lain:
Al Mustaqil bil Mafhum fi Syarh Alfadh Al Ajurrum, karangan Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad Al maliki(w 853 H/1449 M)
At Tuhfatus Saniyah bi syarh Al Muqaddimah Al Ajurrumiyah, karya Syeikh Muhammad Muhyiddin Abdul hamid.
Al Kharidah Al bahiyah fi i`rabi Al fadh Al Ajurrumiyah karya Al `ujami.
Mukhatshar jiddan karya Syeikh sayyid Ahmad Zaini Dahlan, yang kemudian di beri komentar (hasyiah) oleh seorang ulama Indonesia, KH. Muhammad Ma`shum bin Salim As Samarany dengan kitabnya tasywiqul Khalan.
Al Kafrawi fi i`rabi alfadhi al Ajurrumiyah. Karya Syeikh Al Kafrawy
Al `ismawi kaya Syeikh Al `ismawi
Syarah Syeikh Khaled yang kemudian di beri komentar oleh Syeikh Abi An Naja.
Syarah Muqaddimah Al Ajurrumiyah karya seorang gembong Wahaby Arab Saudi, Syeikh Ustaimin.
Khulasah Syarah Ibnu `ajibah `ala matan Ajurrumiyah Syeikh Abdul Qadir Al Kauhairy.
Nur As Sajiyah fi hill Alfadh Ajurrumiyah, karangan Syeikh Ahmad Khatib Syarbaini.
Taqrirat Al bahiyyah `ala matan Ajurrumiyah karangan Syeikh Qadhi Muhammad Risyad Al Baity As Saqqaf.
Al Futuhat Al Qayyumiyah fi hill wafki ma`any wa mabany matan Ajurrumiyah, karangan Syeikh Muhammad Amin Al harrary.
Ad Durar Al bahiyyah fi i`rab Amstilah Ajurrumiyah wa fakk ma`any karangan Syeikh Muhammad Amin Al harrary.
Al bakurah Al janiyyah min Quthaf i`rab Ajurrumiyah karya Syeikh Muhammad Amin Al harrary.
Syarah Ajurrumiyyah fi ilmi arabiyah karangan Syiekh Ali Abdullah Abdurrahman As Sanhury.
Syarah Al Halawy karangan Syeikh Al Halawy. Selain disyarah kitab ini juga pernah di gubah menjadi sebuah nadham oleh Al `Imrithy yang disyarah oleh beberapa ulama lainnya.
Ibnu Ajurrum wafat dikota Fas, kota kelahirannya pada hari senin 10 shafar 723 H/2 Maret 1332 M. beliau dimakamkan persis berdampingan dengan makam Syeikh Abbas Ahmad At Tijany, pendiri thariqah At Tijany. Tiadak jauh dari makam beliau juga terdapat makam Al Aqadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Al Ma`arify dan sejumlah tokoh ulama Maroko lainnya.
— bersama Incu Abah Oi Bonqkar, Muham'mad Iss'ad Anshori, Qolbie Nienk Choierr, dan 43 lainnya.rynnisa, dan 45 lainnya. MASUK SURGA KARENA ILMU NAHWU
As-sibawaih yang memiliki nama asli Amr ibn Abbas adalah salah satu tokoh ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu terutama ilmu tata bahasa Arab yang dikenal dengan nama Nahwu. Beberapa hari setelah meninggalnya ulama yang dikenal sebagai orang yang tubuhnya mengeluarkan aroma buah apel ini, salah seorang sahabat beliau bermimpi bertemu dengannya yang tengah menikmati kemegahan di alamnya.
Sang Sahabat melihat Imam Sibawaih sedang memakai pakaian yang sangat mewah dengan hidangan beraneka warna disekitarnya serta dikelilingi oleh beberapa bidadari rupawan di sebuah tempat yang sangat indah mempesona.Sahabat itupun bertanya kepada Imam Sibawaih, gerangan apa yang membuatnya menerima kemulyaan begitu rupa. Imam Sibawaih kemudian menceritakan pengalamannya ketika ditanya oleh malaikat di dalam kubur.
Ketika malaikat sudah menanyakan pertanyaan-pertanyaan kubur yang seluruhnya dapat dijawab dengan baik, malaikat bertanya kepadanya :
“Tahukah anda, perbuatan apa yang telah membuat anda bisa menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan kami tadi?”
“Apakah karena ibadah saya?” Imam Sibawaih mencoba menebak.
“Bukan itu!” kata Malaikat.
“Apakah karena ilmu saya?”
“Bukan itu!”
“Apakah karena karangan-karangan saya?”
“Bukan!”
”Berbagai jawaban yang diberikan oleh Imam Sibawaih tidak ada yang dibenarkan oleh Malaikat.
Hingga akhirnya Imam Sibawaih menyerah karena tidak mengetahui jawaban sebenarnya.
“Allah SWT telah menyelamatkan anda sehingga anda dapat menjawab pertanyaan kubur dengan baik adalah karena pendapat anda yang menyatakan bahwa yang paling ma’rifat dari semua isim ma’rifat adalah lafazh jalalah”. Kata Malaikat menerangkan.
— bersama Surya Mustika, Muhammad Thariq KAl Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (Bin Jindan)
Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (Bin Jindan) bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah ulama dan wali besar ini dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab 1324. Memulakan pengajiannya di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya sebelum melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah. Berguru dengan ramai ulama. Seorang ahli hadis yang menghafal 70,000 hadis (i.e. ada yang mengatakan ratusan ribu hadis). Beliau juga seorang ahli sejarah yang hebat, sehingga diceritakan pernah beliau menulis surat dengan Ratu Belanda berisikan silsilah raja-raja Belanda dengan tepat. Hal ini amat mengkagumkan Ratu Belanda, lantas surat beliau diberi jawaban dan diberi pujian dan penghargaan, sebab tak disangka oleh Ratu Belanda, seorang ulama Indonesia yang mengetahui silsilahnya dengan tepat. Tetapi tanda penghargaan Ratu Belanda tersebut telah dibuang oleh Habib Salim kerana beliau tidak memerlukan penghargaan.Dalam usaha dakwahnya, beliau telah mendirikan madrasah di Probolinggo serta mendirikan Majlis Ta’lim Fakhriyyah di Jakarta, selain merantau ke berbagai daerah Indonesia untuk tujuan dakwah dan ta’lim. Mempunyai ramai murid antaranya Kiyai Abdullah Syafi`i, Habib Abdullah bin Thoha as-Saqqaf, Kiyai Thohir Rohili, Habib Abdur Rahman al-Attas dan ramai lagi.
Habib Salim juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sehingga dipenjarakan oleh Belanda. Di zaman penjajahan Jepun, beliau juga sering dipenjara kerana ucapan-ucapannya yang tegas, bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, beliau juga sering keluar masuk penjara kerana kritikannya yang tajam terhadap kerajaan apalagi dalam hal bersangkutan agama yang sentiasa ditegakkannya dengan lantang.
Sifat dan kepribadian luhurnya serta ilmunya yang luas menyebabkan ramai yang berguru kepada beliau, Presiden Soerkano sendiri pernah berguru dengan beliau dan sering dipanggil ke istana oleh Bung Karno. Waktu Perjanjian Renvil ditandatangani, beliau turut naik atas kapal Belanda tersebut bersama pemimpin Indonesia lain. Beliau wafat di Jakarta pada 10 Rabi`ul Awwal dan dimakamkan dengan Masjid al-Hawi, Jakarta……Al-Fatihah.
Ratapan 10 Muharram - Fatwa Habib Salim
Lantaran Revolusi Syiah Iran yang menumbangkan kerajaan Syiah Pahlavi, maka ada orang kita yang terpengaruh dengan ajaran Syiah. Bahkan ada juga keturunan Saadah Ba ‘Alawi yang terpengaruh kerana termakan dakyah Syiah yang kononnya mengasihi Ahlil Bait.
Habib Salim bin Ahmad Bin Jindan telah menulis sebuah kitab membongkar kesesatan Syiah yang diberinya judul “Ar-Raa`atul Ghoomidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah”. Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:
• Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah puak Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya al-Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan azab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya.
• Junjungan Rasulullah s.a.w. telah menegah daripada perbuatan sedemikian (yakni meratap) dan Junjungan Rasulullah s.a.w. telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Junjungan Rasulullah s.a.w. daripada wanita-wanita yang berbaiah adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Junjungan s.a.w. bersabda: “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran”.
• Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadist daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. bahawa Junjungan s.a.w bersabda: “Bukanlah daripada kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya terkeluar daripada umat Muhammad s.a.w. sebagaimana dinyatakan dalam hadis tadi.
• Telah berkata asy-Syarif an-Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur al-Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah madzmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahwasanya Junjungan Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”
Janganlah tertipu dengan dakwah Syiah. Pelajarilah betul-betul pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan berpegang teguh dengannya. Katakan tidak kepada selain Ahlus Sunnah wal Jama`ah, katakan tidak kepada Wahhabi, katakan tidak kepada Syiah.
Ulama dan Pejuang Kemerdekaan
Ulama Jakarta ini menguasai beberapa ilmu agama. Banyak ulama dan habaib berguru kepadanya. Koleksi kitabnya berjumlah ratusan. Ia juga pejuang kemerdekaan.
Pada periode 1940-1960, di Jakarta ada tiga habaib yang seiring sejalan dalam berdakwah. Mereka itu: Habib Ali bin Abdurahman Alhabsyi (Kwitang), Ali bin Husein Alatas (Bungur) dan Habib Salim bin Jindan (Otista). Hampir semua habaib dan ulama di Jakarta berguru kepada mereka, terutama kepada Habib Salim bin Jindan – yang memiliki koleksi sekitar 15.000 kitab, termasuk kitab yang langka. Sementara Habib Salim sendiri menulis sekitar 100 kitab, antara lain tentang hadits dan tarikh, termasuk yang belum dicetak.
Lahir di Surabaya pada 18 Rajab 1324 (7 September 1906) dan wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969), nama lengkapnya Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Jindan. Seperti lazimnya para ulama, sejak kecil ia juga mendapat pendidikan agama dari ayahandanya.
Menginjak usia remaja ia memperdalam agama kepada Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Habib Empang, Bogor), Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar (Bondowoso), Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya), Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf (Gresik), K.H. Cholil bin Abdul Muthalib (Kiai Cholil Bangkalan), dan Habib Alwi bin Abdullah Syahab di Tarim, Hadramaut.
Selain itu ia juga berguru kepada Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih, seorang ahli hadits dan fuqaha, yang sat itu juga memimpin Madrasah Al-Khairiyah di Surabaya. Bukan hanya itu, ia juga rajin menghadiri beberapa majelis taklim yang digelar oleh para ulama besar. Kalau dihitung, sudah ratusan ulama besar yang ia kunjungi.
Dari perjalanan taklimnya itu, akhirnya Habib Salim mampu menguasai berbagai ilmu agama, terutama hadits, tarikh dan nasab. Ia juga hafal sejumlah kitab hadits. Berkat penguasaannya terhadap ilmu hadits ia mendapat gelar sebagai muhaddist, dan karena menguasai ilmu sanad maka ia digelari sebagai musnid.
Mengenai guru-gurunya itu, Habib Salim pernah berkata, “Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Dan sesungguhnya majelis mereka menyerupai majelis para sahabat Rasulullah SAW dimana terdapat kekhusyukan, ketenangan dan kharisma mereka.”
Adapun guru yang paling berkesan di hatinya ialah Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad dan Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Tentang mereka, Habib Salim pernah berkata, ”Cukuplah bagi kami mereka itu sebagai panutan dan suri tauladan.”
Pada 1940 ia hijrah ke Jakarta. Di sini selain membuka majelis taklim ia juga berdakwah ke berbagai daerah. Di masa perjuangan menjelang kemerdekaan, Habib Salim ikut serta membakar semangat para pejuang untuk berjihad melawan penjajah Belanda. Itu sebabnya ia pernah ditangkap, baik di masa penjajahan Jepang maupun ketika Belanda ingin kembali menjajah Indonesia seperti pada Aksi Polisionil I pada 1947 dan 1948. Dalam tahanan penjajah, ia sering disiksa: dipukul, ditendang, disetrum. Namun, ia tetap tabah, pantang menyerah. Niatnya bukan hanya demi amar makruf nahi munkar, menentang kebatilan dan kemungkaran, tetapi juga demi kemerdekaan tanah airnya. Sebab, hubbul wathan minal iman – cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman.
Kembali Berdakwah
Setelah Indonesia benar-benar aman, Habib Salim sama sekali tidak mempedulikan apakah perjuangannya demi kemerdekaan tanah air itu dihargai atau tidak. Ia ikhlas berjuang, kemudian kembali membuka majelis taklim yang diberi nama Qashar Al-Wafiddin. Ia juga kembalin berdakwah dan mengajar, baik di Jakarta, di beberapa daerah maupun di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Kamboja.
Ketika berdakwah di daerah-daerah itulah ia mengumpulkan data-data sejarah Islam. Dengan cermat dan tekun ia kumpulkan sejarah perkembangan Islam di Ternate, Maluku, Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timor Timur, Pulau Roti, Sumatera, Pulau Jawa. Ia juga mendirikan sebuah perpustakaan bernama Al-Fakhriah.
Di masa itu Habib Salim juga dikenal sebagai ulama yang ahli dalam menjawab berbagai persoalan – yang kadang-kadang menjebak. Misalnya, suatu hari, ketika ia ditanya oleh seorang pendeta, ”Habib, yang lebih mulia itu yang masih hidup atau yang sudah mati?” Maka jawab Habib Salim, “Semua orang akan menjawab, yang hidup lebih mulia dari yang mati. Sebab yang mati sudah jadi bangkai.”
Lalu kata pendeta itu, “Kalau begitu Isa bin Maryam lebih mulia dari Muhammad bin Abdullah. Sebab, Muhammad sudah meninggal, sementara Isa — menurut keyakinan Habib — belum mati, masih hidup.”
“Kalau begitu berarti ibu saya lebih mulia dari Maryam. Sebab, Maryam sudah meninggal, sedang ibu saya masih hidup. Itu, dia ada di belakang,” jawab Habib Salim enteng. Mendengar jawaban diplomatis itu, si pendeta terbungkam seribu bahasa, lalu pamit pulang. Ketika itu banyak kaum Nasrani yang akhirnya memeluk Islam setelah bertukar pikiran dengan Habib Salim.
Habib Salim memang ahli berdebat dan orator ulung. Pendiriannya pun teguh. Sejak lama, jauh-jauh hari, ia sudah memperingatkan bahaya kerusakan moral akibat pornografi dan kemaksiatan. “Para wanita mestinya jangan membuka aurat mereka, karena hal ini merupakan penyakit yang disebut tabarruj, atau memamerkan aurat, yang bisa menyebar ke seluruh rumah kaum muslimin,” kata Habib Salim kala itu.
Ulama besar ini wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969). Ketika itu ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai pelosok datang bertakziah ke rumahnya di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur. Iring-iringan para pelayat begitu panjang sampai ke Condet. Jasadnya dimakamkan di kompleks Masjid Alhawi, Condet, Jakarta Timur.
Almarhum meninggalkan dua putera, Habib Shalahudin dan Habib Novel yang juga sudah menyusul ayahandanya. Namun, dakwah mereka tetap diteruskan oleh anak keturunan mereka. Mereka, misalnya, membuka majelis taklim dan menggelar maulid (termasuk haul Habib Salim) di rumah peninggalan Habib Salim di Jalan Otto Iskandar Dinata.
Belakangan, nama perpustakaan Habib Salim, yaitu Al-Fachriyyah, diresmikan sebagai nama pondok pesantren yang didirikan oleh Habib Novel bin Salim di Ciledug, Tangerang. Kini pesantren tersebut diasuh oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim dan Habib Ahmad bin Novel bin Salim – dua putra almarhum Habib Novel. “Sekarang ini sulit mendapatkan seorang ulama seperti jid (kakek) kami. Meski begitu, kami tetap mewarisi semangatnya dalam berdakwah di daerah-daerah yang sulit dijangkau,” kata Habib Ahmad, cucu Habib Salim bin Jindan.
Ada sebuah nasihat almarhum Habib Salim bin Jindan yang sampai sekarang tetap diingat oleh keturunan dan para jemaahnya, ialah pentingnya menjaga akhlak keluarga. ”Kewajiban kaum muslimin, khususnya orangtua untuk menasihati keluarga mereka, menjaga dan mendidik mereka, menjauhkan mereka dari orang-orang yang bisa merusak akhlak. Sebab, orangtua adalah wasilah (perantara) dalam menuntun anak-anak. Nasihat seorang ayah dan ibu lebih berpengaruh pada anak-anak dibanding nasehat orang lain.”
— bersama Achmad Al-banteniy, Estika Nurul Aeni, Khodimul Mahdi, dan 45 lainnya.amal, Asier Pengagum X Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Ashfihani (pengarang kitab Taqrib)
Beliau lahir pada tahun 433 H jauh sebelum eranya Imam Nawawi maupun Rofi’i bahkan sebelum imam Ghozali. Beliau mendapat karunia umur panjang hingga 160 tahun, namun demikian tak satu anggota badan pun yang mengalami gangguan. Ketika beliau ditanyai karunia yang demikian beliau menjawab: “Aku selalu berusaha menjaga anggota badanku sejak kecil tidak pernah aku gunakan dalam kemaksiatan. Karenanya Alloh menjaganya pada saat aku memasuki usia senja.”
Pada tahun 447 menjabat sebagai qodhi di kota Ashfihan. Dengan jabatan nya beliau menebarkan keadilan dan kebenaran ke seluruh pelosok negeri hingga dikenal luas. Kesibukan dan tugasnya sebagai Qodhi tidak melupakan semangat taqorrub dan ibadahnya pada Alloh SWT. Setiap hari sebelum keluar dari rumah beliau melakukan sholat dan membaca Alqur’an.
Begitupun dalam melaksanakan tugas dengan teguh berpegang pada kebenaran tanpa khawatir akan celaan dan cercaan orang, tiada mengenal kompromi ketika harus menegakkan kebenaran sekalipun itu harus dibayar dengan mahal dan taruhan jabatan.
Keteguhan hati beliau dalam membela kebenaran didukung oleh kelapangan sisi ekonomi. Tentang kekayaan beliau ini ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau memiliki sepuluh orang karyawan yang husus mendapat tugas untuk membagikan zakat dan shodaqohnya pada para mustahiqqin, dimana masing-masing membagikan seribu dua puluh lima dinar. Orang-orang sholeh dan para cendikia mendapat prioritas sehingga mereka merasakan betul kemurahan Abi syuja’.
Kekayaannya yang demikian tidak menjadikanya lalai dan hanyut dalam kenikmatan. Kebeningan hatinya selalu mengusik untuk terus berpikir apa makna dari kehidupan dunia yang fana ini? Sampai ahirnya beliau memilih untuk hidup dalam kezuhudan yang jauh dari gemerlap dan indahnya dunia. Ashfihan yang telah banyak memberikan warna baginya beliau tinggalkan dan mengembara menuju kota madinah Almunawwaroh. Di sana beliau mengabdikan hidupnya untuk melayani kebutuhan makam sang idolanya, Rosululloh SAW. Menyapu masjid, membersihkan dinding makam menyalakan lampu dan sebagainya. Semua dijalani dengan penuh rasa puas dan bangga, sehingga pada suatu ketika orang-orang Ashfihan yang telah mengenalnya berziarah dan menyaksikan beliau di sana terperanjat dan menyapa: “wahai qodhi Abi Syuja!” beliau menjawab dengan tersenyum: “ ketahuilah saya bukan lagi Qodhi saya hanyalah seorang tukang sapu makam Rosululloh SAW”
Rutinitas sebagai penjaga dan tukang sapu makam beliau lakukan hingga ahir hayat beliau. Layaklah kiranya kalau kemudian salah satu karya beliau menjadi demikian luas dan manfaat hingga hampir-hampir menjadi kitab wajib bagi semua yang ingin mendalami ilmu agama. Nafa’ana Allohu bihi wabi’ulumiha aamiin..
— bersama Muham'mad Iss'ad Anshori, Incu Abah Oi Bonqkar, Estika Nurul Aeni, dan 41 lainnya. Antara amalan disunatkan pada bulan Muharam:
♥-Berpuasa. Maksud Hadist: Barang siapa berpuasa satu hari dalam bulan Muharam pahalanya seumpama berpuasa 30 tahun.Maksud Hadist: Barang siapa yang berpuasa tiga hari dalam bulan Muharam, yaitu hari Kamis, Jum'at dan Sabtu, Allah tulis padanya pahala seperti mana beribadat selama 2 tahun.
♥-Banyakkan amal ibadat seperti sholat sunat, zikir dan sebagainya.
♥-Berdoa akhir tahun pada hari terakhir bulan Zulhijah selepas Asar sebanyak 3X
♥-Berdoa awal tahun pada 1 Muharram selepas Maghrib 3X
♥-Puasa sunat Muharram bermula pada tanggal 1 haribulan hinggalah pada 9 hari bulan (sunat Tausa’ ).
♥-Puasa sunat pada tanggal 10 Muharram ( sunat ‘Asyura ).
Empat belas perkara sunat dilakukan pada hari Asyura (10 Muharram):
♥Melapangkan masa/belanja anak isteri. Fadhilatnya - Allah akan melapangkan hidupnya pada tahun ini.
♥Memuliakan fakir miskin. Fadhilatnya - Allah akan melapangkannya dalam kubur nanti.
♥Menahan marah. Fadhilatnya - Di akhirat nanti Allah akan memasukkannya ke dalam golongan yang redha.
♥Menunjukkan orang sesat. Fadhilatnya - Allah akan memenuhkan cahaya iman dalam hatinya.
♥Menyapu/mengusap kepala anak yatim. Fadhilatnya - Allah akan mengurniakan sepohon pokok di syurga bagi tiap-tiap rambut yang disapunya.
♥Bersedekah. Fadhilatnya - Allah akan menjauhkannya daripada neraka sekadar jauh seekor gagak terbang tak berhenti-henti dari kecil sehingga ia mati. Diberi pahala seperti bersedekah kepada semua fakir miskin di dunia ini.
♥Memelihara kehormatan diri. Fadhilatnya - Allah akan mengurniakan hidupnya sentiasa diterangi cahaya keimanan.
♥Mandi Sunat. Fadhilatnya - Tidak sakit (sakit berat) pada tahun itu. Lafaz niat: "Sahaja aku mandi sunat hari Asyura kerana Allah Taala."
♥Bercelak. Fadhilatnya - Tidak akan sakit mata pada tahun itu.
♥Membaca Qulhuwallah hingga akhir 1,000X. Fadhilatnya - Allah akan memandanginya dengan pandangan rahmah di akhirat nanti.
♥Sembahyang sunat empat rakaat. Fadhilatnya - Allah akan mengampunkan dosanya walau telah berlarutan selama 50 tahun melakukannya. Lafaz niat: "Sahaja aku sembahyang sunat hari Asyura empat rakaat kerana Allah Taala." Pada rakaat pertama dan kedua selepas Fatihah dibaca Qulhuwallah 11X.
♥Membaca "has biallahhu wa nik mal wa keel, nikmal maula wa nikmannaseer". Fadhilatnya - Tidak mati pada tahun ini.
♥Menjamu orang berbuka puasa. Fadhilat - Diberi pahala seperti memberi sekalian orang Islam berbuka puasa.
♥Puasa. Niat - "Sahaja aku berpuasa esok hari sunat hari Asyura kerana Allah Taala." Fadhilat - Diberi pahala seribu kali Haji, seribu kali umrah dan seribu kali syahid dan diharamkannya daripada neraka.
— bersama Muham'mad Iss'ad Anshori, Zain, Syafari AlfaQir, dan 40 lainnya.
Suka • • Bagikan
Ibnu Qosim Alghozi ( pengarang kitab Fathul Qorib syarah Taqrib)
Nama lengkap beliau adalah Assyaikh Al Imam Abi Abdillah Muhammad bin Qosim Alghozi lahir pada tahun 859 H di kota ghuzah yang menjadi bagian wilayah syam.Beliau mengembara menuntut ilmu di Kairo Mesir tepatnya di jami’ah Al-Azhar dan kemudian mengembangkan ilmu dan mengajar di Al-Azhar hingga bermukim di sana dan melahirka karya-karyanya seperti halnya Syarh fathul qorib. Disini pula beliau wafat pada tahun 918 H.
Dari tahun kelahir dan wafatnya kita bisa tahu bahwa beliau hidup setelah masa imam imam Rofi’I dan Nawawi namun sebelum era Ibnu hajar dan Romli. Nafa’ana Allohu bihi wabi’ulumih amin
Catatan:
Selain Fathul qorib masih banyak syarah-syarah kitab taqrib yang lain. Diantaranya yang banyak dijumpai di lingkungan pesantren adalah: Kifayatul Akhyar karya Imam Taqyuddin Alhishni (….-…), Al-Iqna’ karya Imam Khotib Assyirbini (W: 977 H)
Kelebihan kitab taqrib diantaranya
1- kelengkapan isi
Dalam bentuknya yang sangat kecil memuat hampir semua kandungan fiqh dari mulai ibadah, mu’amalah, nikah sampai jinayat dan lain sebagainya. Sementara fathul qorib melengkapi kelebihannya dengan memberikan ta’rif pada hampir semua bab dari thoharoh sampai ‘itq mulai dari tinjauan lughot sampai syara’
2- Paparan manhaj/ metodologi
Jarang kita temukan kitab yang memaparkan manhaj seperti yang sering dilakukan Imam Nawawi dalam karya-karyanya. Ada beberapa manhaj yang disebutkan mushonnif dalam menyusun taqrib diantaranya:
- sangat simple dan singkat (ghoyatil ikhtishor)
- bahasanya sederhana (mudah dipelajari dan dihafal)
- banyak pasal-pasal (iktsar taqsimat)
- batasan dengan angka (hasril khishol)
Dari paparan itu bisa dimaklumi bila kalimat-kalimat dalam kitab tersebut terkadang menggunakan arti yang longgar tidak sebagaimana dalam istilah fiqh. Seperti penyebutan air mutanajjis dengan air najis pada bab pertama, yang kemudian diikuti Ibn Qosim yang menyebuta’yan mutanajjisah yang mestinya a’yan najisah. Pembatasan komponen selalu dilakukan dengan angka mesti terkadang kurang tepat masih ada yang terlewatkan seperti dalam pembahasan sunah-sunah wudhu sehingga biasanya kemudian Ibn Qosim menjelaskan bahwa hal-hal lain masih banyak seperti disebut dalam kitab-kitab yang besar.
3- Tidak terikat pendapat mayoritas
Salah satu contoh yang paling menyolok adalah adalah tentang niyyatul khuruj atau niyat keluar dari sholat pada saat salam dikategorikan rukun, mabit mina dan muzdalifah bukan wajibat haji akan tetapi sunah. Yang demikian bisa kita maklumi karena Abi Syuja’ hidup sebelum Nawawi, beliau mengambil dari mutaqoddimin dan ashabil wujuh dimana temuanya dalam hal ini sama dengan imam Rofi’i. Sekali lagi Ibn Qosim punya andil penting dimana kemudian memberikan penjelasan pendapat yang kuat dalam madzhab.
— bersama Incu Abah Oi Bonqkar, Cahaya Kelana, MuIbrahim al-Bajuri, Ulama produkif penyebar Akidah Ahlusunnah wal Jama'ah Manhaj Asya'irah ( Sosok ulama pecinta ahli bait nabi SAW )
Bagi kalangan pelajar santri pondok salaf di Indonesia serta mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Timur tengah, nama Imam Ibrahim al-Bajuri bukanlah nama yang asing di telinga. Kitab Hasyiyah Tahqiqul Maqom ‘ala Risalati Kifayatil Awwam, kitab Tuhfatul Murid ‘ala Jawharah at-Tauhid serta kitab Hasyiah Al-Bajuri ‘ala matan Abi Syuja’ adalah buah tangan beliau yang sejak dahulu sampai sekarang menjadi referensi utama di kalangan pelajar ilmu agama.
Nama lengkap beliau adalah Ibrahim al-Bajuri bin Syaikh Muhammad al-Jizawi bin Ahmad. Beliau diberi gelar dengan Burhanuddin artinya bukti agama, sebuah gelar yang lazim disematkan kepada para Ulama besar dulunya (bahkan hingga sekarang). Beliau dilahirkan pada tahun 1198 H/1783 M di desa Bajur, sebuah desa di Provinsi Al-Manjufiyah, Mesir.
Beliau lahir dan tumbuh di keluarga yang memegang teguh Islam sebagai pedoman hidup. Orang tuanya pun terkenal sebagai orang alim dan saleh. Sebab itulah beliau senantiasa dididik dengan ilmu agama. Pada masa kecilnya beliau telah belajar al-qur’an dan memperbaiki kualitas bacaannya dengan bimbingan ayahnya sendiri.
Pada tahun 1212 Hijriyah, beliau berangkat ke Al-Azhar dan menimba ilmu disana. Waktu itu umur beliau baru masuk 14 tahun. Namun setahun kemudian (1213 H/1798 M) , tentara penjajah Perancis menduduki Mesir yang membuat Syaikh Ibrahim keluar dari Al-Azhar dan menetap di daerah Giza selama beberapa tahun. Beliau baru kembali lagi ke Al-Azhar pada tahun 1216 H/1801 M setelah tentara Perancis keluar dari Mesir.
Guru-guru beliau
Selama di Al-Azhar, Syaikh Ibrahim sangat giat dan tekun dalam mengikuti pembelajaran dengan para gurunya. Diantara guru-guru beliau selama belajar di Al-Azhar :
1 - Al-Allamah Syaikh Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki. Beliau seorang ulama terkenal di Mesir, terutama karena beliau memiliki ketinggian sanad dalam ilmu. Seluruh ulama mesir ketika itu mengambil ijazah dan sanad kepada beliau, bahkan sampai sekarang mata rantai sanad masih tetap kepada beliau.
2 – Al-Allamah Abdullah asy-Syarqawi. Beliau merupakan ulama yang alim dan terkenal di Mesir dan di dunia islam. Karangannya yang banyak membuat nama beliau meroket di seantero dunia. Terlebih lagi beliau mendapat jabatan memimpin al-Azhar dan menjadi Syaikhul Azhar ( kedudukan yang tertinggi di al-Azhar ).
3- Syaikh Daud al-Qal`i, seorang ulama yang bijak dan arif.
4 - Syaikh Muhammad al-Fadhali, ulama al-Azhar yang alim dan sangat mempengaruhi jiwa Syaikh Ibrahim al-Bajuri.
5 - Syaikh al-Hasan al-Quwisni. Beliau adalah seorang ulama yang hebat sehingga di beri tugas untuk menduduki kursi kepemimpinan al-Azhar dan dilantik menjadi Syaikhul azhar pada masanya.
Ulama Produktif
Sebagai seorang ulama, beliau terkenal sangat produktif menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Hal ini tentu saja disebabkan kepintaran dan kecerdasan serta kedalaman ilmu beliau. Diantara karya beliau :
1 - Hasyiyah Ala Risalah Syaikh al-Fadhali. Kitab ini adalah karangan pertama beliau yang dikarang saat beliau baru berusia sekitar 24 tahun. Kitab ini merupakan ulasan dan penjelasan makna “La Ilaha Illa Allah” .
2 - Hasyiyah Tahqiqi al-Maqam `Ala Risalati Kifayati al-`Awam Fima Yajibu Fi Ilmi al-Kalam. Kitab ini selesai dikarang pada tahun 1223 hijriyah. Kitab ini sangat masyhur di kalangan pelajar Santri pondok Salaf di Indonesia.
3 - Fathu al-Qaril al-Majid Syarh Bidayatu al-Murid (1224 H)
4 - Hasyiyah Ala Maulid Musthafa Libni Hajar (1225 H)
5 - Hasyiyah `Ala Mukhtasor as-Sanusi (1225 H)
6 - Hasyiyah `Ala Matni as-Sanusiyah (1227 H)
7 - Tuhfatu al-Murid `Ala Syarhi Jauharatu at-Tauhid Li al-Laqqani (1234 H). Kitab ini merupakan diktat wajib untuk mata kuliah ilmu tauhid di Universitas Al-Azhar.
8 - Tuhfatu al-Khairiyah `Ala al-Fawaidu asy-Syansyuriyah Syarah al-Manzhumati ar-Rahabiyyah Fi al-Mawarits (1236 H)
9 - Ad-Duraru al-Hisan `Ala Fathi ar-Rahman Fima Yahshilu Bihi al-Islam Wa al-Iman (1238 H)
10 - Hasyiyah `Ala Syarhi Ibni al-Qasim al-Ghazzi `Ala Matni asy-Syuja`i (1258 H). Kitab ini sangat masyhur di kalangan pelajar Fiqh Syafi’i. Sampai hari ini, kitab Hasyiyah Bajuri ini masih menjadi mata pelajaran wajib di Majelis Talaqi Masjid Al-Azhar Asy-Syarif. Kitab ini juga dipelajari di Pondok Salaf di Indonesia.
11 - Dan lain-lainnya.
Kebanyakan kitab beliau banyak mengenai masalah Akidah. Beliau termasuk salah seorang ulama yang giat dalam menyebarkan Akidah Ahlusunnah wal Jama’ah sesuai manhaj Imam Abu Hasan Al-Asy’ari ( Asya’iroh ), sesuai dengan Manhaj yang dipertahankan Al-Azhar Asy-Syarif hingga saat ini. Selain masalah akidah, beliau juga mempunyai banyak karangan di lintas disiplin ilmu seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, dan lain-lain.
Diangkat menjadi Syaikhul al-Azhar
Ketinggian dan kedalaman ilmu beliau mengantarkan beliau menjadi salah seorang tenaga pendidik di Al-Azhar. Beliau yang sangat terkenal tekun dan ikhlas dalam mengajar dan mendidik, akhirnya diangkat menjadi Syaikh Al-Azhar, posisi paling tinggi dan prestisius di lembaga Al-Azhar. Beliau diangkat pada tahun 1263 H menggantikan Syaikh Ahmad Abdul Jawwad Ad-Daumi Asy-Syafi’i. Beliau memangku amanah tersebut hingga akhirnya
Wafatnya Syaikh Ibrahim al-Bajuri
Beliau berpulang ke Rahmatullah dengan tenang dan Ridha pada Hari Kamis, 28 Dzulqa’dah 1276 H/19 Juli 1860 M. Beribu pelayat hadir untuk ikut menyolatkan beliau. Beliau dishalatkan di Masjid Al-Azhar Asy-Syarif dan dikuburkan di kawasan Qurafah Al-Kubra.a
— bersama Cheng Chei Reepiet, Muhammad Thariq Kamal, Princess Hally Raksye WaRahat, dan 41 lainnyaham'mad Iss'ad AnshoriKHASIAT SURAT AL-FATIHAH
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang bermaksud:
"Membaca Fatihah Al-Quran pahalanya seperti sepertiga Al-Quran"
Juga Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Fatihah itu pembukaan maksud bagi orang-orang mukmin."
Siapa membaca surah Al-Fatihah dalam keadaan berwudhu sebanyak 70 kali setiap hari selama tujuh hari lalu ditiupkan pada air yang suci lalu diminum maka ia akan memperolehi ilmu dan hikmah serta hatinya dibersihkan dari fikiran rusak.
Diantara khasiat Fatihah ialah siapa yang membaca 'Al-Fatihah' diwaktu hendak tidur, Surah 'Al-Ikhlas' sebanyak 3 kali dan Mu'awwidzatain maka ia akan aman dari segala hal selain ajal. Dan siapa berhajat (berkeinginan sesuatu) kepada Allah s.w.t.maka olehnya dibaca surah Al-Fatihah sebanyak 41 kali diantara sembahyang sunat Subuh dan sembahyang fardu Subuh sampai 40 hari (tidak Lebih) kemudian memohon kepada Allah s.w.t. maka Insyaallah ia penuhi keperluan hidupnya.
* Barangsiapa membaca Fatihah berserta Bismillah diantara sunat Subuh dan fardu Subuh dengan Istiqomah maka kalau ia inginkan pangkat terkabullah ia dan kalau ia fakir maka akan kaya serta jika ia punya hutang maka mampu membayarnya dan kalau ia sakit maka akan sembuh serta kalau ia punya anak maka anaknya itu menjadi anak yang soleh, berkat surah Al-Fatihah.
* Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah sebanyak 20kali setiap selesai sembahyang fardu lima waktu maka Allah s.w.t. luaskan rezekinya, baiki akhlaknya, mudahkan urusannya, hilangkan keperihatinannya dan kesusahannya, anugerahkan apa yang ia angan-angankan, dapatkan berbagai berkat dan kemuliaan, jadikan ia berwibawa, berpangkat luhur, berpenghidupan baik dan ia pula anak-anaknya terlindung dari kemudharatan dan kerosakan serta dianugerahkan kebahagiaan dan sebagainya.
* Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah sebanyak 125 kali selesai sembahyang Subuh maka ia peroleh maksudnya dan ia ketemukan apa yang dicari-cari serta sebaiknya ia panjatkan doa yang bermaksud:
"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran Surah Al-Fatihah dan rahasianya, supaya dimudahkan bagiku semua urusanku, sama ada urusan dunia atau urusan akirat, supaya dimakbulkan permohonanku dan ditunaikan hajatku..........."
* Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah diwaktu sahur (tengah malam) sebanyak 41 kali maka Allah s.w.t.bukakan pintu rezekinya dan Dia mudahkan urusannya tanpa kepayahan dan kesulitan. Selesai bacaan Al-Fatihah tersebut dan sebaiknya berdoa:
"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran surah Al-Fatihah dan rahasianya, supaya Engkau bukakan bagiku pintu-pintu rahmatMu, karunia-Mu dan rezeki-Mu. Dan Engkau mudahkan setiap urusanku, murahkanlah bagiku rezekiMu yang banyak lagi berkat tanpa kekurangan dan tanpa susah payah, sesungguhnya Engkau berkuasa atas setiap sesuatu. Aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran surah Al-Fatihah dan rahsianya, berikan apa yang kau hajati........"
Diriwayatkan dari Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi didalam kitab 'Qaddasallaahusirrahu':
"Siapa yang punya maksud maka sebaiknya ia membaca surat Al-Fatihah sebanyak 40 kali sehabis sembahyang Maghrib dan sunatnya, selesai itu ia ajukan permohonan hajatnya kepada Allah SWT"
* Surat Al-Fatihah boleh mengobati penyakit mata, sakit gigi, sakit perut dan lain-lainnya dengan dibacakan sebanyak 41 kali.
* Ikhtiar mengobati penyakit : Baca Surah Al-Fatihah sebanyak 40 kali pada tempat berisi air, lalu air itu diusap-usapkan pada kedua belah tangan, kedua belah kaki, muka, kepala dan seluruh badan,llu diminum, Insyaallah menjadi sembuh.
* Kalau Surah Al-Fatihah itu ditulis dengan huruf-huruf terpisah lalu dileburkan dengan air suci dan diminumkan kepada sisakit, maka dengan iradah Allah s.w.t. ia akan sembuh.
* Ikhtiar menghilangkan sifat pelupa: Tulislah surat Al-Fatihah dengan huruf Arab pada tempat putih dan suci lalu dihapuskan dengan air dan diberi minum pada orang yang pelupa, maka ia akan hilang sifat pelupanya dengan izin Allah s.w.t.
* Mengobati sakit disebabkan oleh sengatan kala: Ambil sebuah tempat bersih lalu diisi air dan sedikit garam lalu dibacakan padanya Surah Al-Fatihah sebanyak 7 kali lalu diberi minum pada orang yang tersengat kala itu, Insyaallah ia akan sembuh.
* Mengobati sakit gigi dan lain-lain: Untuk dirinya sendiri = letakkan jari pada tempat yang sakit lalu membaca Al-Fatihah dan berdoa sebanyak 7 kali:
"Ya Allah, hilangkan daripada keburukan dan kekejian yang aku dapati dengan doa Nabi-Mu yang jujur (al- Amin) dan tetap disisi-Mu".
* Mengobati penyakit gigi orang lain: selesai membaca Al-Fatihah maka berdoa 7 kali:
"Ya Allah, hilangkan daripada orang ini keburukan dan kekejian yang aku dapati dengan doa Nabi-Mu yang jujur (al- Amin) dan tetap disisi-Mu".
* Adapun faedah dan khasiat dari Surah Al-Fatihah ialah menyembuhkan penyakit mata yang kabur (rabun)
Sabda Nabi Muhammad s.a.w."
"Barangsiapa yang ingin menyembuhkan kelemahan pandangannya (kabur/rabun) maka hendaklah dilakukan:
* Memandang bulan pada awal bulan, jika tidak kelihatan atau terhalang oleh awan dan lain-lain hal, lakukan pada malam kedua, juga tidak dapat, coba pada malam ketiga atau begitu seterusnya hingga nampak kelihatan bulan itu.
* Apabila telah kelihatan, hendaklah ia menyapukan tangan kanannya kemata dengan membaca Al-Fatihah sebanyak 10 kali.
* Sesudah itu mengucapkan pula sebanyak 7 kali doa ini:
"Al-Fatihah itu menjadi obat tiap-tiap penyakit dengan rahmat Mu ya Tuhan yang pengasih penyayang."
* Lalu mengucapkan "Yaa Rabbi" sebanyak 5 kali.
* Terakhir mengucapkan pula doa ini sebanyak 1 kali:
"Ya Allah sembuhkanlah, Engkaulah yang menyembuhkan, Ya Allah sehatkanlah, Engkaulah yang menyehatkan".
Moga bermanfa’at bagi al’faqier sendiri dan bagi temen’ yg membaca.. ttd Sayyid Ghuard’s
— bersama Zainul Wahyudi, Sus Anto, Anna Annisa, dan Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi ( Shohibul Maulid Simtudduror )
Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi dilahirkan pada hari Juma’at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri Hadhramaut.
Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang salihah yang amat bijaksana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.
Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya – di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama.
Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bongsu; Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Dia dikenal sebagai peribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H dan dimakamkan di kota Surakarta.
Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.
Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan diberinya judul “Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya).
Dipetik dari: Untaian Mutiara – Terjemahan Simtud Duror oleh Hb Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi.
— bersama Ovan Mapia Faceboox, Fathimah EL-Helwa, Ririn Fitriani Az-Zahara II, dan 41 lainnya.41 lainnya., dan 41 lainnya. Al Habib Abu Bakar bin Thoha bin Yahya ( Panembahan Tejo Jati Kusumo ) Geritan Karang Anyar Pekalongan
Beliau berasal dari daerah gorot bagian wilayah tarim hadramaut, dibawah asuhan ayahandanya beliau menimpa ilmu-ilmu agama dan kemudian berguru pada ulama’ lain di daerahnya, termasuk salah satu gurunya adalah Qutbul Irsyad wa Ghoutsul Bilad Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
Setelah mendapatkan pembekalan ilmu agama yang cukup beliau mengikuti tradisi para salafnya berdakwah ke berbagai daerah menyebarkan agama dan syari’at Allah SWT. Mulai dari India, Malaysia, Pasai, dan menetap cukup lama di daerah Angsana Kalimantan Selatan untuk selanjutnya masuk kepulau Jawa melalui Surabaya dan kemudian menetap di Mataram (sekitar Jogjakarta) untuk beberapa lama.
Dalam masa beliau singgah di Mataram ini banyak peran-peran dan jasa yang beliau berikan pada kerajaan Mataram terutama dalam mengatasi konflik pada masa sultan kurat I sehingga beliau mendapat gelar dari kerajaan sebagai Panembahan Tejo Jati Kusumo dan diantara jasa beliau adalah menentukan batas pemisah keraton Jogjakarta dengan keraton Kertosuro.
Mukim di Geritan
Mengakhiri lawatan dakwah panjang yang telah beliau lakukan beliau akhirnya memilih Pekalongan sebagai tempat pengembaraan yang terakhir . dari kota Pekalongan itu beliau memilih wilayah karang anyar yang lokasinya berada diantara Kajen dan Wono pringgo, tepatnya di desa Geritan.
Nama Gertian itu sendiri menurut sebagian riwayat/versi berasal dari nama tempat kelahiran beliau gorot (قارة) yang kemudian mengikuti dialek masyarakat Pekalongan menjadi Geritan dan sebagian riwayat lagi kayu geritan, kayu yang mengeluarkan suara. Entah kebenarannya wallahu a’lam.
Sebagian orang-orang dekat beliau di Mataram juga mengikuti jejak dakwah beliau membantu dan menetap hingga wafat di makamkan di Geritan seperti senopati Pematang dan qodhi Mataram yang makamnya berada di dalam kubah.
Di Geritan ini beliau mendirikan padepokan atau pesantren mengajarkan ilmu syari’at juga ilmu pertanian dan ilmu kelautan kepada para santri yang datangdari berbagai daerah.
Silsilah nasab beliau
Beliau adalah Al Arif Billah Al ‘Alim Al ‘Allamah Al Bahr Al Fahamah Al Habib Abu Bakar bin Thoha bin Muhammad bin Syaikh bin Ahmad bin Yahya bin Hasan Al Ahmar bin Ali Al ‘Inar bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilaih bin Ali bin Alwi bin Muhammad Faqihil Muqoddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi’ qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Bin Abi Tholib dan bin Fathimah Azzahro’ binti Rosulillah SAW.
Jasa-jasa beliau
Disamping perannya yang nyata dalam perkembangan islam ditanah Jawa khususnya di Pekalongan ada peran beliau yang tidak kalah penting adalah meredakan konflik berkepanjangan dalam kerajaan Mataram dimana kedatangan beliau telah di isyarohkan oleh Al Habib Abdurrohman bin Muhammad bin Abdulloh Al ‘Idrus kepada Hamengkubuwono I sebagai jawaban riyadloh yang beliau lakukan di gunung kemuning. Riyadloh Hamengkubuwono tiada lain mengharap petunjuk menyelesaikan konflik dalam istana dan beliau Al Habib Abdurrohman Al ‘Idrus menyampaikan bahwa yang akan menyelesaikan konflik tersebut adalah Al Habib Abu Bakar bin Yahya karenanya sulthan tidak perlu khawatir, karena beliau akan datang.
Betul apa yang disampaikan, tak berapa lama Al Habib Abu Bakar datang dan menyelesaikan konflik dengan membagi kerajaan menjadi dua, pembagian itu sendiri dilakukan dengan cara unik, beliau membawa sebuah kendi berisi air dan naik diatas sajadah sekonyong - konyong sajadah itu terbang, beliau mengikuti perjalanan sajadah sambil mengucurkan air dari kendi, tempat-tempat kucuran air tersebut membentuk aliran yang kemudian dikenal dengan kali wedi sekaligus menjadi pembatas dua wilayah kerajaan.
Al Habib Abdurrohman Al Idrus sendiri didalam istana bertindak sebagai mufti kerajaan yang saran dan nasihatnya selalu diperhitungkan. Dari perannya beliau mendapat gelar pangeran besar, sementara Al Habib Abu Bakar di anugerahi gelar pangeran tejo jati kusumo atau panembahan tejo jati kusumo.
— bersama Asier Pengagum X Altunay, Zain, Dunn Kendal, dan 42 lainnya.
MAULID
DAWUH SYEKHUNAL MUKAROM (1390 H – 1970 M )
Aduh gusti kula nuhun pangapunten
Sekatae dosa kula ingkang wonten
Gede cilik dosa ati dosane badan
Mugi kersa ngampura gusti pangeran
Bukah ati tutupana cacad kula
Nuhun dipecat ati kula ingkang ala
Bade sinten kang ngapura sekabeh dosa
Anging gusti panjenengan kang kuasa
Dosa samar panjenengan langkung periksa
Mugi-mugi ngapura sekabeh dosa
Alkhamdulillah kula muji kesyukuran
Gusti Alloh kang nebihaken Kemusyrikan
Ayu santri ingkang paham pikirane
Maring nadom aja bosen apalana
Yen di kajih bisa weru ning anggone
Yen wis weruh duwe ilmu ana kanggone
Jaman dingin rapat wali cerbon girang
Dipun imbal desa bulak Jatibarang
Ngrundingaken maju mundure syahadat
Gelem nampa apa beli kabeh rakyat
Santri ngandel ning pituture syekhuna
Ilmu amal iman islam ya sempurna
Masjid mekkah sing nunggoni para wali
Dipun imbal tanah jawa kebon melati
Weruhana santrine syarif hidayat
Dadi wali sebab ngaji syahadat
Sira weruh terus geguru ning syahadat
Ning timbulane gusti syarif hidayat
Aja dumeh sira bisa ning syahadat
Sira bisa ning syahadat munggah ning adat
Ayu wedi watir maras ning atine
Akhir umur bokan blolih pangapurane
Gage tangi bengi sholat tahajud
Den paringi penjaluke wongkang sujud
Jaluk apa ning dunya disediai
Sugih pinter bener saking Ilahi
Gusti Alloh ngampura dosa ora angel ora apa
Tapi delenge tobat sira kaya apa
Awak sira awan bengi kacanana
Ingkang awas tindak lana titenana
Yen kepengen dadi mukmin kudu ngalahi
Aja wani madoni akhire belai
Poma aja wani sira nukari
Ingetaken dadi batur mengko buri
Arep tukar karo batur aja wani
Yen wania sira iku nggo upan geni
Alloh Alloh Alloh ya rosululloh
Kabeh badan kang nguasani gusti Alloh
Nuhun-nuhun kekuatan jalanaken
Ning perintahe kang sampun ridlokaken
Lamon iman gelem nyebut asma pangeran
Tetep aman muarah sandang murah pangan
Rokhman rokhim iku welas winelasan
Maring umat maring Makhluk sepepadan
Iki jaman wis akhir kari setitik
Yen ora mikir gawe amal ora katik
Jaman akhir ilmu ilang manfa’ate
Bagen kiyai ahli tapa langka kramate
Jaman akhir Sunnah nabi digeguyu
Sing geguyu yakin pisan wong keliru
Jaman akhir Sunnah nabi disengiti
Bonggan sengit kejaba umate gusti
Jaman akhir Sunnah nabi ora digawa
Sing nyekeli luwih panas kenimbang wangwa
Jaman akhir Sunnah nabi didugali
Poma batur aja ucul diganduli
Dajjal la’nat sore jum’at pada metu
Seja ngulati ngaku duwe anak putu
Dajjal iku matane kang kiri siji
Omonge sulaya ora netepi janji
Batuke dajjal diwaca tulisane
La’ natulloh ‘ alal kafirin ya unin
blog.re.or.id > Muslim > Baiat Dan Syahadatain
Baiat Dan Syahadatain
Muslim category
“Baiat Dan Syahadatain” ketegori Muslim. Assalamualaikum Ust…1. Saya mau bertanya tentang syahadatain, bahwa ada yang menyebutkan tidak masuk golongan muslim yang belum melaksanakan syahadatain, syahadatain di sini artinya bukan dalam ritual shalat namun dalam artian baiat,benarkah? dan apa dalilnya, kalau tidak begitu tolong disebutkan juga dalilnya2. Jika umat muslim wajib berbaiat, untuk zaman sekarang ini kita harus berbaiat kepada siapa?
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan jazakallahu khairan katsiro
WAssalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Afwa
Jawaban
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Berbai’at dan bersyahadat adalah dua hal yang berbeda. Bahkan anak kecil yang masih duduk di bangku madrasah ibtidaiyah pun mudah membedakannya. Syahadat merupakan salah satu rukun Islam, sedangkan bai’at tidak termasuk rukun Islam.
Namun ada segelintir orang yang ikut dalam aliran sesat telah berupaya menyelewengkan pengertian keduanya sehingga seolah-olah bai’at itu syahadat dan syahadat itu bai’at. Tentu saja pengertian salah seperti ini jelas punya tujuan tendensius dan merupakan bentuk kesesatan yang serius.
Padahal dari segi lafadznya saja sudah berbeda. Syahadat itu berbunyi asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah , sedangkan bai’at itu berbunyi ubayi’ukum ‘alas sam’i wath-tha’ah fi tha’atillai wa rasulihi .
Syahadat itu adalah ikrar tentang masalah tuhan dan kenabian, di mana seorang muslim menyatakan tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah, sekaligus ikrar bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sedangkan ba’iat adalah ikrar untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin dan pernyataan siap untuk mentaatinya.
Sehingga jelaslah bahwa syahadat itu bukan bai’at dan bai’at itu bukan syahadat. Syahadat itu sebagai ikrar dari seorang non muslim untuk masuk Islam, sedangkan bai’at itu adalah sumpah atau pengangkatan seseorang untuk dijadikan pemimpin.
Orang kafir yang tidak mengucapkan syahadat berarti dia belum masuk Islam. Statusnya adalah kafir karena memang aslinya adalah orang kafir. Adapun orang muslim, selain secara nyata dia sudah menunjukkan dirinya sebagai muslim, secara lafadz pun sudah pasti dia melakukan syahadat berkali-kali dalam sehari. Dan pengakuan sejak awal bahwa dia adalah seorang muslim sudah cukup untuk dikatakan bahwa dia memang muslim, sehingga seorang muslim sama sekali tidak memerlukan syahadat ulang. Dia adalah muslim karena sejak awal pun memang sudah muslim.
Maka sungguh salah dan sesat kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang yang sudah muslim harus bersyahadat ulang, kalau tidak maka dia adalah orang kafir. Pendapat seperti ini tidak akan lahir dari mulut seorang yang mengerti hukum aqidah, kecuali dari kelompok sesat yang berpaham takfir. Yaitu aliran sesat yang mudah mengkafirkan orang lain. Bahkan fatalnya paham sesat ini adalah berangkat dari asumsi bahwa semua orang di dunia ini pada dasarnya kafir, kecuali yang mau setia taqlid buta pada kelompok sesat itu.
Padahal dalam ilmu aqidah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, setiap orang itu lahir dalam keadaan muslim. Barulah kemudian kedua orang tuanya yang akan mengajaknya kepada kekafiran. Mungkin dijadikan yahudi, nasrani atau majusi. Kalau mereka suatu saat mau masuk Islam, haruslah membuat pernyataan/ ikrar yang disebut dengan syahadat. Namun bila seorang bayi lahir dari kedua orang tua yang muslim dan tumbuh dalam pendidikan Islam, sudah secara otomatis dia menjadi muslim. Dan sama sekali tidak perlu bersyahadat ulang.
Dan kafirnya seorang muslim itu harus melewati sebuah proses yang bernama murtad . Namun selama seorang muslim tidak melakukan hal-hal yang termasuk dalam kategori kemurtadan yang disahkan oleh pengadilan syariah, maka dia adalah muslim 100%.
Para shahabat Nabi SAW dahulu awalnya pun masih kafir. Lalu mereka masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak awal mula turunnya wahyu, sudah banyak shahabat yang masuk Islam. Hingga menjelang hijrah ke Madinah baru ada bai’at. Ini menunjukkan bahwa syahadat itu bukan bai’at dan bai’at itu bukan syahadat. Di dalam sirah nabawiyah, keduanya dipisahkan oleh jarak waktu hampir 10 tahun. Dan para shahabat nabi SAW yang masuk Islam di awal mula turun wahyu tetap dianggap muslim, meski mereka tidak ikut berba’ait.
Perlu diketahui bahwa bai’at di dalam sirah nabawiyah ada beberapa kali. Yang awal pertama terjadi adalah bai’at Aqabah I dan bai’at Aqabah II. Dua-duanya hanya untuk para anshar dari Yatsrib . Adapun para shahabat yang lainnya tidak ikut berbai’at. Kalau dikatakan bahwa yang tidak bai’at itu kafir, seharusnya Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali itu kafir, lantaran tidak ikut bai’at.
Jadi pemahaman seperti yang Anda kemukakan itu jelas sekali salahnya, bahkan bertentangan dengan realita sejarah di masa Nabi SAW, juga bertentangan dengan manhaj salafushalih, serta bertentangan dengan ilmu aqidah dan syariah. Tidaklah ada orang yang mau dicocok hidungnya dengan doktrin sesat seperti ini kecuali orang-orang yang lemah iman, kurang ilmu dan jahil terhadap agamanya sendiri.
Kewajiban Berbai’at
Kalau umat Islam sedunia bisa menyatukan aqidah, fikrah dan manhaj hingga sampai ke satu gerakan, insya Allah saat itulah umat Islam akan punya pemimpin. Dan pada saat itulah umat Islam dengan suka rela menyatakan ketaatan kepada pemimpinnya itu dengan sebuah ritual bai’at. Pemimpin itu secara aklamasi diangkat oleh 1,5 milyar umat Islam sedunia untuk menjadi khalifah kepemimpinan Rasulullah SAW.
Kalau sekarang ini, di mana wajah umat Islam masih centang perenang, kusut tidak karuan, saling ejek, saling caci, saling tonjok bahkan saling adu jotos sesama mereka, khilfah yang diidamkan itu rasanya masih jauh dari kenyataan. Jelas saat ini kita tidak punya satu orang yang bisa dibai’at secara international. Kalau pun sekarang ini ada yang dibai’at, maka bukan bai’at untuk menjadi pemimpin seluruh umat , melainkan pemimpin lokal kecil-kecilan saja, mungkin setingkat RT atau RT. Atau setingkat sebuah ormas, jamaah kecil-kecilan atau jamaah pengajian yasinan dan sebagainya. Dan sama sekali bukan representasi pemimpin dari seluruh umat Islam sedunia.
Hukum membai’atnya suka-suka saja. Kalau rasanya kita setuju untuk mengangkatnya menjadi pemimpin untuk lokal tertentu, silahkan saja dibai’at. Tapi jangan sampai ada keyakian bahwa siapa yang tidak ikut membai’atnya, lantas menjadi kafir. Ini adalah sebuah penyimpangan paham aqidah yang sesat dan menyesatkan.
Maka hukum bai’at berbeda tergantung orang yang melaksanakannya. Adapun ahlu al-halli wa al-‘aqdi, maka mereka wajib berbai’at terhadap imam yang telah mereka pilih, jika syarat-syarat keimaman telah terpenuhi pada imam terpilih tersebut.
Adapun masyarakat umum, pada asalnya setiap orang wajib melakukan bai’at terhadap imam berdasar bai’at ahlu al-halli wal ‘aqdi terhadap imam tersebut. Karena Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang mati dan tidak ada ikatan bai’at di pundaknya maka ia pasti mati seperti mati di jaman jahiliyah”
Namum begitu, Fuqoha Malikiah berpendapat, masyarakat umum tidak perlu melakukan bai’at. Tetapi cukup bagi mereka meyakini bahwa mereka di bawah perintah imam yang dibai’at dan mereka diharuskan untuk taat terhadap imam tersebut
Sedangkan orang yang terpilih untuk menjadi imam, ia wajib menerima bai’at tersebut jika memang terpilih dan tidak ada orang yang memenuhi persyaratan selain dirinya. Akan tetapi jika yang memenuhi persyaratan jumlahnya lebih dari satu maka kewajiban tersebut berubah menjadi fardu kifayah.
Pengertian Keliru Tentang ‘Mati Jahiliyah’ Bila Tidak Berbai’at
Dalam kitab legendaris yang meurpakan kitab penjelasan shahih Bukhari, Fathul Baary, Ibnu Hajar memberikan komentar tentang pengertian “Miitatan Jahiliyyatan” bahwa yang dimaksud dengan kalimat tersebut aadalah sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan “mati Jahilyyah” dengan bacaan mim kasrah “Miitatan bukan Maitatan” adalah keadaan matinya seperti kematian di jaman Jahiliyyah dalam keadaan sesat tiada imam yang ditaati karena mereka tidak mengetahui hal itu. Dan bukan yang dimaksud itu ialah mati kafir tetapi mati dalam keadaan durhaka”
Imam al-Qadhy ‘Iyadh berkata bahwa yang dimaksud dengan sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang keluar dari ketaatan imam dan meninggalkan jama’ah maka ia mati miittan jahiliyyatan” adalah dengan mengkasrah mim “miitatan” yaitu seperti orang yang mati di jaman Jahiliyyah karena mereka ada dalam kesesatan dan tidak melaksanakan ketaatan kepada seorang imam pun” 6/258}
Wallahu a’lam bishshawab wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber Baiat Dan Syahadatain : http://assunnah.or.id
MAULID
TOREKOT SYAHADAT (1378 H / 1958 M) 2
TOREKOT SYAHADAT (1378 H / 1958 M) 2
AKHLAK
Mangan kang berkah
( Hari Selasa tgl 18 Rajab 1378 H / 1958 )
Wong lunga ngaji rongokna ning tutur
Endi kang bagus lakonana kabeh batur
Yen kepengen pituduh saking pangeran
Duwe akal gagiyan eling ning pangeran
Alamate wong kebuka ning atine
Terusa ngerti iman islam agamane
Sira batur ngatosaken ning atine
Terus lali kesasar sira pikire
Wongkang ngaji pengen selamet dunya akherat
Sugih dunya mugi Alloh paring berkah
Nuhun berkah pangan kula kang setitik
Saban tingkah elinga waktu paceklik
Maca bismillah ba’da salam qobla subuh
Ping selikur aja kurang aja imbuh
Pengen sugih niat muruk ning bature
Lumayanan kanggo sangu ning kubure
Sediaa kabeh sira maring pangan
Kira adem aja mumbul hawa syetan
Pemborosan ning dunyane kudu mikir
Ora mikir pemborosan dadi fakir
Gage jaluk sanak rabi lan sebatur
Nuhun sabar sedawane panjang umur
Ngirim Ahli Kubur
Ayu batur titenana
Sega jabur kirimana
Wong tuane kang wis ninggal
Senen jum’ah aja tinggal
Wong tua ngopeni anak
Rasa repot rasa blenak
Awit cilik sampe gede
Ngarep-ngarep supaya duwe
Barang tua ora eling
Apamaning sega sepiring
Maca qulhu lan fatikha
Emong maca bagen melumah
Luwih lara ya siksane
Anak ira aturana
Ora milih ganjarane
Awit dunya kuburane
PERINGATAN LAN SIKSA
Melarat
( Hari selasa tgl 5 Syawal 1378 H / 1958 M )
Gusti syarif mulai mulang muride
Gage ngaji supaya hasil maksude
Wulan syura dina kemis tanggal pitu
Kawitana badan rabi anak putu
Memangane ning jaburan kumpulaken
Mangan sega nuli jabur anggeraken
Diharepaken mangan nginum sengelie
Tapi padu aja caplok caplik bae
Supaya bisa beda kelakuane
Karo sato aja pada memangane
Mangan sega nuli jabur aja pisah
Ora kena telat mangan ngalih gena
Ya jamane iku numpak bera bero
Omong ngamprak cekelana syahadat loro
Pikir sowak dadi kasab tinggal putek
Sebab mikir kesorene ora betek
Laki teka rabine gerayang ketimang
Rabi mangan jabur esuk olih utang
Dadi nyata rabine nyolong pangane
Cuman laki keduman ya hurane
Cawis-cawis sega nggo sodakoh
Jasmani ugah rohani ora rubah
Lanang wadon kang bersatu pikirane
Dunya akherat ya suwarga tujuane
Kira-kira urip dunya luwih megah
Terus ngaji syahadate kang kegawa
Iku tanda lanang wadon luwih wekel
Ning dunyane yen kepaten ya diandel
Bal’am bin banguroh
Weruhana bal’am iku alim ilmune
Arep mati eling emas ning atine
Dadi kafir bal’am iku ya matine
Nurut nafsu kegoda maring rabine
Karena sifat kharam kudu bukti
Kudu inget ning selulupan milalati
Yen tumeka nafsu dadi nyilakani
Yen wong mukmin sodaqoe kudu wani
Ati picek ketutupan ning nafsune
Kurang awas luwih akeh ya satrune
Ati perang karo nafsu kudu wani
Wajib Sunnah hak kang bener dibelani
Ayu ngumpul neja ngaji lan bature
Kanggo sangu gawan mati ning kubure
Wongkang mati amal ikhlas gegawane
Kabeh perintah kudu inget ning waktune
Penyakit rohani
( Hari selasa tgl 14 Jumadil Awal 1378 H / 1958 M )
Aduh awak kegila-gila bodone
Ning syahadat ora gelem gegurune
Dikon Pinter kita jawabe wis ngerti
Ya gumede takabure sampe mati
Gede-gedene dosa iku ya takabur
Senajan ibadah ilang amale ajur lebur
Dadi kaya leliwis sira umpamane
Selulup maning jumbul garing ning badane
Kader talang bagen alim ning ilmune
Udan gede mari udan langka banyune
Ngaji sembahyang luwih akeh ganjarane
Yen takabur ilang kabeh ganjarane
Den obahaken ning Alloh langka ngerasane
Sebab picek atine langka rasane
Tetep dosa sebab kita ora ngerasa
Aja mang-mang ning akherat dipun siksa
Wong gumedeh takabure jero ati
Ora ngerasa-ngerasa sampe tekang mati
Wis jamane kuwalik pikirane
Wongalima ngadiraken ning ilmune
Wong sugie ngadiraken ning barange
Kang baguse wong bodohe langka wirange
Gage eling poma-poma Kabeh batur
Dangdanana aja kongsi melebu kubur
Ati salim elinge terus-terusan
Muji dzikir sewengi nikmat syukuran
Alkhamdulillah Alloh paring kesabaran
Saged ngamalaken wajib kesunnahan
Syekhuna damar loro nuhun disuled
Nggo ngobori ati picek ingkang wuled
Syekh jabar ngurus murid supaya bersih
Meriksa murid saban tempat dikoreksi
Awas batur luruh bener kang ati-ati
Tut setitik lakonana kudu bukti
Tangekna ati badan sholat tahajud
Ati nuju Alloh paring hasil maksud
Nandur palawija kabeh cecukulan
Durung cukul ngopenane ya kengelan
Yen wis cukul nuli aweh dedempeyekan
Kabeh makhluk memangane pada doyan
Tapi sabar buangana kang temenan
Hasud takabur ’ujub riya kemusyrikan
Durung weruh aja putus keniatan
Ayu jaluk bebarengan tawasulan
Kudu nerima laku sabar ning anggone
Ora sabar nurut syahwat nyilakani
Sakurebe bumi salumahe langit
Maring Qodlo qodar Alloh aja sengit
Waktu sholat ora eling qodlo qodare
Bagen alim waktu sholat tetep blesare
Besuk pisah embok bapa lan anake
Waktu urip ora bersatu ngelingane
Maca solawat tetepaken ning atine
Ngilangaken keputekan sedayane
( Hari Selasa tgl 7 romadhon 1378 H / 1958 M )
Ngaji syahadat luruh sabar lan tawakal
Luruh tapa lan nerima enggal-enggal
Awas santri ketipu maring nafsune
Pada ngku-ngaku pinter-pinter apane
Ngadiraken bisa tobat ora diandel
Sebab tobate kaya dena mangan sambel
Ngadiraken duwe ilmu luwih pinter
Tapi cules mong kerja melarat angger
Ngaku islam masih peteng metengi dewek
Bukti rimang atine masih munafek
Ngaku iman oranana ning pasrahe
Jampi akeh kurang amal wajib Sunnahe
Lung basane bisa nemu akhir umur
Husnul khotimah ibadahe ora nganggur
Kula pasrah maring qodar maksa sumpeg
Pesten ala ora iman jaluk ajeg
Kukla angon kabeh badan maksa ngeranja
Ning maksiat kula niku boten bopten sengaja
Kula angon ning to’at maksa ketinggal
Laku wajib lan Sunnah kurang tawakal
Kula urip ning dunyane maksa seneng
Nurut nafsu kurang tapa enak mindeng
Alloh paring ning cecoban kurang sabar
Tumiba blaie iman kula maksa udar
Dados peripun ning dunya kula uripe
Ya sujude maring Alloh depe-depe
Laku kula durung bener beneraken
Buru-buru maring Alloh pasrahaken
Kaya dene kula gawe wong-wongan
Ya dipasang dienggone ning sandangan
Ya delengen wong-wongan kelakuane
Tenang nerima tawakal akeh sabare
Fitnah Dunya
( Pagi Selasa tgl 7 Jumadil awal 1378 H / 1958 M )
Awan selasa syekh jabar nguwasiataken
Nuhun lampu ning syekhuna jalukaken
Awas santri keputer pikirane
Ningal dunya ngelalaiaken pengerane
Buru-buru fahamaken syahadate
Yen wis faham terus bisa ma’rifate
Dodok bareng tunggal-tunggal panggonane
Tapi beda ning tekad peningale
Obah meneng aja melu-melu ngaku
Yen melu ngaku ati nira masih beku
Sifat mukmin lemes-lemes ning atine
Kedadian kabeh-kabeh sing pengerane
Ora bisa syahadate manjing ati
Selagine wong munafek den enuti
Wongkang kejem sira buntel ning syahadat
Aja ngandel omongane wong maksiat
Terus jujur ati badan kelakuane
Eling Alloh nurut rosul ya buktine
Sugih dunya lan akherat pengen beli
Sebab sabab musabab ya diakali
Sebab ngelakoni asbab nurut gurune
Sugih melarat pasrahana pengerane
Syekh jabar jaluk lampu jalukena
Kita urip bareng-bareng ning dunyane
Iki jaman bakal ngancik kapindone
Haram gede badan kanggo tambakene
Tulungana anak yatim fakir miskin
Den paringi ora putek ora periyatin
Maca nas dawuh Alloh bareng muni
Aja mang-mang gusti rosul kang nakseni
Tapi aja wani-wani gorohaken
Ati ngucap kudu bisa buktikaken
Cilaka temen sira kabeh sembayange
Yen gumantil demen kabeh ning barange
Senajan sembayang-sembayange nggo kadiran
Cuma luruh kanggo sandang kelawan pangan
( Hari Selasa tgl 27 rajab 1378 h / 1958 M )
Sasi rajab nuju tanggal pitu likur
Gage eling aja dengki karo batur
Gage eling mumpung durung tahun sewidak
Warahana kabeh batur lan sepanak
Iki tahun bakal pada timbule fitnah
Ora eling dadi nafsu bangete payah
Ayu niat ajar eling ning pengeran
Niat kabeh ala ketinggalan
Rongokna wasiate mas gandasari
Syahadat kang nyatroni arep buri
Jaman iki gage eling lan mikira
Dodok ngadeg melaku kenang lara
Dulur islam ngati-ati jaman iki
Kengelan pijere ngurusi rizki
Dulur islam jaman niki wajib sabar
Dosa yen sabar pasti udar
Sabar nerima kita dunya laku bakti
Sabar akherat tetep mukti
Duwe cangkem waktu ngucap kesabaran
Eling Alloh gelem nyebut ning pangeran
Paring dalan sapa nyi mas gandasari
Luhur mengko buri
Pengen sabar eling Alloh ya ning ati
Telung dina telung bengi ya dilatih
Kudu misah lan batur awan puasa
Para wali ning belenake iku kersa
Memilihe kadeh awak ning atine
Durung ngerasa awak milih ning belenake
Aja pada sulaya sira janjine
Sira dosa bonggan kegawa matine
Perasaan ngalih urip kang tawakal
Pasti mulya tinurutan kabeh amal
( Hari Selasa tgl 9 dzulqoidah 1379 H / 1958 M )
Dulur kabeh kang awas mata kupinge
Fitnah gede tangga anak lan barange
Ora bisa ngatur awak ya cilaka
Nggo cawisan urub-urube neraka
Tumibane wajib Sunnah ing hukume
Akal nimbang putusan ya ning cangkeme
Tapi akal hubungan karo pangeran
Cangkem adil nganggo dawuh hadist Qur’an
Ati bagus cangkem bagus ngilangaken
Kesalahan kang sampun diturunaken
Ibarate godong lempung lan banyune
Ora nempel kabeh bala ning badane
Sampun yakin guru ngecap ning batuke
Nyerepaken syahadat maring batuke
Alkhamdulillah dadi muride syekhuna
Kang wis ngandel tambah mulya ora ina
Akal cangkem mong-monge kang ati-ati
Kang mareki yen ngertia diobati
Dulur kabeh aja kaget satru nira
Rubung-rubung ngelingaken awak ira
Luru dunya cuma kanggo sangu waras
Ya ngambaa dalan Alloh sampai jelas
Cawis-cawise mumpung ana ning dunyane
Kanggo sangu ning kuburan panggonane
Ngaji tawasul ragamna ya sebatur
Aja kongsi tabrak-tubruk jero kubur
Ingkang khusyu waktu ngaji tawasulan
Aja kongsi dialani sedalan-dalan
Batur kabeh ngati-ati duwe umur
Amal soleh anak rabi lan sebatur
( Malam Rabu tgl 21 ’Asyura 1378 H / 1958 M )
Weruhana jamane jaman walikan
Ora eling derajat turun kehinaan
Wong kayane dadi turun kesugihan
Kang sugihe ya keblinger pikirane
Sebab nyata ora eling ora bener
Emong Pinter tapi adat kaya laler
Yu pikiren pikirana sampe terang
Gusti Alloh nulungane pirang-pirang
Seser diwalik ayu merambat ning wadahe
Ora kentir kang ngandel dawuh guru dawuhe
Weruhana iki jaman sampun ganti
Kang ora weruh ketinggalan kawan mati
Nyamaraken ibadah kelawan sare’at
Eling Alloh den murahi waktu sekarat
( Hari Selasa tgl 1 Robiul Awal 1378 H / 1958 M )
Terus gelem ngambah dalan kebagusan
Manut perintah ninggal cegah terus-terusan
Den paring nikmat melebu ning atine
Ya rumesep ning ruhani sampe mati
Sapa wonge mider-mider ning dunyane
Pasti picek amal akherat ning atine
Wedenana mata picek langka sing nuntun
Poma-poma tinggal Sunnah Gage getun
Sangu Kubur
Pengen selamet ngelakonane kang temenan
Wajib Sunnah cuwan lali ning pangeran
Ngumpulaken sangu mumpung ning dunyane
Kanggo sangu kubur masyar panggonane
Aja sangu hasud dengki takabure
Ula kelabang kala jengking ya bature
Kita dunya di kongkone waji milih
Ngaji syahadat pikirane kudu ngalih
Qodlo qodar gusti Alloh kang gadahi
Kita nurut tapi ita mong belai
Bisa milih nafsu kita dadi kalah
Wajib Sunnah sah wenang ora salah
Yen kepengen dadi umat gusti rosul
Duha tahajud lan wiridan aja ucul
Ayu bebatur gage tagi buru-buru
Jalanaken sabilul khoirot cuwan keliru
Yen wis ucul bala serandil era eru
Wong Islame bakal entong ya separoh
Nurut guru torekote maring Alloh
Wajib ngelakoni perintah guru saking Alloh
Maca syahadat kaping telu aja keliwat
Duha tahajud tunjinane dadi syarat
Maca ya kafi ya fatahk nuli karcis
Nganggo jubah sorban putih ingkang percis
( Hari Selasa tgl 10 Robiul Akhir 1378 H / 1958 M )
Ayu batur cuwan badan sira luntur
Supaya getol ibadah sangu kubur
Bocah santri ngeraksa badan ngati-ati
Cuwan bae ngeraksa badan kedinginan mati
Aduh gusti awak kula ya kepripun
Balik sing dunya awak lebur dadi getun
Baru kerasa kacung bayi melebu kubur
Ngemet syahadat arep maju dadi mundur
Baru kerasa kacung bayi tekang genah
Ora bisa ngeraksa badan dadi hina
Saban tiang gelem bakhti dituturi
Terang welan syahadat kalih dikawuri
Rongoknana wiwitan simbara dingin
Abah wareg mulang murid ya sing bengen
Aduh murid tulung-tulung ning dunyane
Izroil teke mandut roh ning badane
Sore sabtu selametane ya setebok
Kanggo ngirim niatana bapa lan embok
Ayu batur eling Alloh mumpung dunya
Ora eling sira bakal kaniyaya
Hukum Alloh hukum rosul ayu diamba
Besuk maksyar den aubi kayu kastubi
Luwih wangi luwih seneng luwih adem
Wajib Sunnah ngelakoni ingkang ayem
Awan bengi esuk sore ngelakonane
Ingkang wekel sira ngajar ning badane
Gage ngaji mumpung ana pembukaan
Syahadat loro sangu balik akhir zaman
Kita dunya kuatire dadi kafir
Yen kafir ning akherat dadi fekir
Qodho iku hukum Alloh luwih jembar
Alloh paring akal eling aran jembar
Nuli cocog eling amal hukumane
Ahli Sunnah waljam’ah ya arane
Ora cocog eling Alloh lan amale
Muktazilah kejaba saking rosule
Ora mukmin ora duwe ya syafa’at
Selagine umat ridho ning maksiat
Sapa wong nginjen-nginjen maring Alloh
Den paringi nur Muhammad Qudrot Alloh
Luru dunya ning amal ingkang wani
Sejen kang mekaya sejen kang duweni
Ati eling luwih penting luwih awas
Urip matne Alloh rosul banget melas
Bapa tani yen nenandur ya niatana
Bokan kepengen ning makhluk ikhlasana
Kanjeng nabi praktek pinter nusun agama
Amal soleh yen temenan ya diterima
Bagja untung ati kang bangete ikhlas
Seneng dunya lan akherat selawas-lawas
Siksa
( hari Selasa tgl 12 Jumadil Akhir 1378 h / 1958 M )
Ganti wulang wulangane gusti ali
Aja kaget bakal akeh wong kang ngalih
Pada ngali wong mukmin rodhotul madinah
Wong kafire ditinggal alam syakowah
Aja eman aja abot ning pekaya
Ya ngebona ning suwarga bakal mulya
Ngulati pekaya awit cilik sampe tua
Ketinggalan sira mati ora digawa
Yen takabur percuma sira urip
Nggo dasare neraka dadi intip
Ngadiraken sugih pinter urip dewek
Yen ngaku urip dewek ya munafik
Yen kepengen dihukum wis mati
Kudu nyata awak kabeh manut gusti
Ora manut uripe masih diaku
Nubruk roh izroil ya karo kuku
Ya disebrat padane sewu pedangan
Diuyah asem panas perih peperengutan
Ning gelitan disebrat ya ditarik
Luwih bagus patine tenimbang kirik
Ora diaku umate kanjeng nabi
Bonggan ibadah tho’ate ora wusul
Ayu dipikir kemandian ning uwite
Kabeh alam sing kanjeng nabi ya awite
Banget welan urip ira ning nunute
Ayu nggandul ngati-ati ma’rifate
Aja gumede ngadiraken duwe apa
Yen dipegat dunya akherat kaya apa
Cilakane kemaduan terus garing
Wong matine ora pada mati maning
Pemisahan bakal teka ya jamane
Ora sabar wis pegel ya ngentenane
Aja kongsi eling dunya mati kafir
Eling Alloh rosululloh kang dipikir
Kuping tungguru ngakune Alloh perentah
Cuwan keliru ngelakonane dadi salah
Duwe mata tigalana awak kula
Aja kongsi pada tiru gawa ala
Boten terima nyi ayu gandasari
Ing tawassul inna angzalnaahu ditinggal kari
( Hari selasa tgl 19 Dzulkoidah 1378 H / 1958 M )
Mas Gandasari jaluk dipayungi
Umat kang ala pengen beli ditulungi
Jalukana mas gandasari ning santrine
Apa nanggung apabeli ngelakonane
Sira nanggung kita sanggup ya mayungi
Kabeh umat ya diraksa tak tulungi
Kita jaluk nugel rambut ya potongen
Nyebut Alloh terus eling bebarengan
Senin, 19 Desember 2011
ABAH HABIB UMAR SEBAGAI GURU MURSYID KAMIL
ABAH HABIB UMAR SEBAGAI GURU MURSYID KAMIL
Pengertian Guru
Dalam memahami pengertian guru perlu adanya kejelasan antara guru syareat dan guru hakekat. Guru dalam pandangan syare'at adalah seseorang yang mengajarkan suatu ilmu disuatu lembaga tertentu. Sedangkan Guru Hakekat adalah seseorang yang mengajarkan dan menuntun muridnya menapaki jalan yang lurus (benar) melalui teladan dan pengajaran. Kita mempunyai banyak guru sejak mulai dari belajar A sampai kita besar. Namun yang mengajarkan Ibadah dan syahadat dalam menapaki jalan yang diridhoi Allah hanyalah satu yaitu Al-Habib Abah Umar bin Isma'il bin Yahya.
Syarat-syarat Guru
Syarat-syarat guru yang dibahas disini adalah dispesifikasikan pada syarat-syarat guru Mursyid Kamil. Terdapat batasan-batasan dalam beberapa kitab mengenai syarat-syarat seorang guru mursyid, diantaranya adalah;
وَشُرُوْطُ الشَّيْخِ الَّذِى يَصْلُحُ أَنْ يَكُوْنَ نَائِبًا لِرَسُوْلِ اللهِ ص م. أَنْ يَكُوْنَ تَابِعًا لِشَيْخٍ بَصِيْرٍ يَتَسَلْسَلُ إِلَى سَيِّدِ الْكَوْنَيْنِ ص م. وَأَنْ يَكُوْنَ عَالِمًا ِلأَنَّ الْجَاهِلَ لاَيَصْلُحُ ِللإِرْشَادِ وَأَنْ يَكُوْنَ مُعْرِضًا عَنْ حُبِّ الدُّنْيَا وَحُبُّ الْجَاهِ وَيَكُُُوْنَ مُحْسِنًا لِرِيَاضَةِ نَفْسِهِ
"Syarat-syarat guru yang patut menjadi pengganti Rasulullah adalah;
- mengikuti seorang guru yang dapat melihat (dengan hati) yang menyambung (sanadnya) sampai kepada Rasulullah, sang pemimpin dua makhluk (jin dan manusia).
- Harus Alim (menguasai ilmu dzahir dan bathin), sebab orang yang bodoh tidak bisa menjadi penunjuk kebenaran.
- Selalu berpaling dengan kecintaan kepada dunia dan kedudukan.
- Selalu dapat melatih jiwanya."
وَيَخْتَارُهُ لِلصَّحْبَةِ مِنَ اْلأَئِمَّةِ الْمُؤَيِّدِيْنَ مِنَ اللهِ تَعَالَى بِنُوْرِ الْبَصِيْرَةِ الزَّاهِدِيْنَ بِقُلُوْبِهِمْ فِى هَذَا الْعَرَضِ الْحَاضِرِ الْمُشْفِقِيْنَ عَلَى الْمَسَاكِيْنِ الرُّؤَفَاءِ عَلَى ضُعَفَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ فَمَنْ وَجَدَ أَحَدًا عَلَى هَذِهِ الصِّفَةِ فِى هَذَا الزَّمَانِ الْقَلِيْلِ الْخَيْرِ جِدًّا فَلْيَشُدَّ يَدَهُ عَلَيْهِ وَلِيَعْلَمَ أَنَّهُ لاَيَجِدُ لَهُ ثَانِيًا (أم البراهين ص 69)
"Dan Ulama memilih untuk berguru kepada imam-imam Muayyidin (yang menguatkan) agama Allah dengan nur pengawasannya, yang zuhud (Zahidin) terhadap/dari dunia (harta), yang mengasihi (musyfiqin) orang-orang miskin, yang lembut dan kasih sayang (ru'afa) kepada orang-orang mukmin yang lemah. Maka barang siapa menemukan seseorang yang bersifat seperti sifat ini pada zaman yang sangat sedikit kebaikannya ini, maka berpegang kuatlah dan belajarlah kepadanya, karena sesungguhnya ia itu tiada duanya".
Dalam pemaparan kitab tersebut, jelaslah bahwa Abah Umar adalah seorang guru yang sempurna karena syarat-syarat tersebut semuanya terpenuhi. Apalagi beliau adalah termasuk Ahlul Bait Rasul, beberapa pendapat menjelaskan bahwa apabila mencari seorang guru haruslah beliau itu adalah keturunan Nabi saw., bahkan dijelaskan pula apabila guru tersebut bukan dari keturunan Nabi saw. maka hukumnya belum mendapatkan guru yang akan membawanya menapaki jalan yang diridhoi Allah. Sedangkan orang yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah syetan.
فَمَنْ لَمْ تَتَّصِلُ سِلْسِلَتُهُ إِلَى الْحَضْرَةِ النَّبَوِيَّةِ فَإِنَّهُ مَقْطُوْعُ الْفَيْضِ وَلَمْ يَكُنْ وَارِثًا لِرَسُوْلِ اللهِ ص م. وَلاَ تُؤْخَذُ مِنْهُ الْمُبَايَعَةَ وَاْلإِجَازَةَ
وَلِمَا أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِى عَنْ عَبْدِ الله بن بِسْرِ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ الله ص م. طُوْبَى لِمَنْ رَآنِى وَآمَنَ بِى وَطُوْبَى لِمَنْ رَآى مَنْ رَآنِى وَ لِمَنْ رَآى مَنْ رَآى مَنْ رَآنِى وَآمَنَ بِى وَطُوْبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ
وَلِهَذَا جَرَتْ التَّأْثِيْرَاتُ مِنَ الْمَشَايِخِ لِلْمُرِيْدِيْنَ وَيَجْرِى إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ ِلأَنَّ إِسْنَادَ الْحَالِ كَإِسْنَادِ اْلأَحْكاَمِ
"Maka barangsiapa (guru) yang tidak menyambung silsilahnya sampai kepada Rasulullah, maka sesungguhnya ia terputus dari limpahan (barakah/rahmat) dan ia bukan pewaris Rasulullah saw. dan kita tidak boleh mengambil baiat dan ijazah darinya
dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani dari Abdullah bin Bisr ra. Bahwa sesungguhnya ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Alangkah bahagianya orang yang melihatku dan beriman kepadaku, betapa bahagianya orang yang melihat orang-orang yang melihatku, dan alangkah bahagianya orang yang melihat orang-orang yang melihat pada orang yang melihatku dan beriman kepadaku, alangkah bahagianya mereka, dan (bagi mereka) tempat kembali yang baik.
Maka dari itu berlaku pengaruh-pengaruh para guru terhadap murid-murid mereka, dan (hal ini) berjalan terus sampai akhir zaman. Sebab, sanad dalam `hal` sama dengan sanad dalam hukum."
Dengan demikian, Abah Umar merupakan guru yang seharusnya diikuti dan menjadi teladan dimasa sekarang ini.
Mudrik menadzomkan sebagai berikut:
Sapa wonge nemu guru sifat papat
Gandulana poma-poma ingkang kuat
Ingkang dingin sifat ipun mu'ayyidin
Nguwataken ing agama kelawan yakin
Ingkang kapindo sifat ipun zahidin
Ora jejaluk ing menusa sarta jin
Ingkang kaping telu sifat ipun musyfikin
Kang makani ewon-ewon fakir miskin
Kang kaping pat ru'afa lil mu'minin
Kang muruki wong bodo sehingga yakin
Mungguh kula iku abah umar
Ingkang muruki syahadat ora samar
Kewajiban Berguru
Berguru merupakan pokok utama dalam mencari ilmu, terutama mencari ilmu hakekat, ilmu selamat dunya dan akherat. Jelas harus memiliki guru yang membimbing, menuntun, dan bertanggungjawab. Karena tanpa berguru kita tidak akan tahu apa-apa. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kita harus selalu bersama Allah (Ma'rifat billah), sedangkan kita tidak tahu sama sekali bagaimana cara kita bersama Allah apalagi mengenal Allah (Ma'rifat billah). Oleh karena itu kita harus selalu bersama dengan orang yang dekat dengan Allah (Ma'rifat). Bunyi hadits tersebut sebagai berikut;
وَلَمَّا وَرَدَ فِى الْحَدِيْثِ كُنْ مَعَ اللهِ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ إِلَى اللهِ إِنْ كُنْتَ مَعَهُ
"dan berdasarkabn riwayat dalam hadits tetaplah kamu bersama Allah dan jika tidak, maka tetaplah bersama orang yang selalu bersama Allah. Sesungguhnya ia akan mengantar kamu kepada Allah, jika kamu terus bersamanya."
Hadits tersebut memberikan kesimpulan kepada kita bahwa seorang hamba itu harus mencari seorang guru yang akan bertanggungjawab dalam membimbing, menuntun, dan membinanya untuk menapaki jalan yang diridhoi Allah. Karena seorang hamba yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syetan. Sedangkan apabila kita memiliki gurunya syetan, maka dijamin kita adalah orang yang sesat.
قَالَ أَبُو يَزِيْدِ البُسْطَامِى مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ الشَّيْطَانُ (وَقَالَ) أَبُو سَعِيْدٍ مُحَمَّدٍ الْخَادَمِى مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَيَكُوْنُ مُسَخَّرَةً لِلشَّيْطَانِ (خزينة الأسرار ص 189)
"Abu Yazid Al Bustomi berkata: barang siapa yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syetan. Dan berkata Abu Sa'id Muhammad Al Khodami: barang siapa yang tidak memiliki guru maka ia akan di tundukkan oleh syetan."
Didalam Al-quran pun diceritakan bahwa Nabi Musa berguru kepada Nabi Hidir As., hal ini memberikan pelajaran kepada kita tentang pentingnya berguru dengan patuh dan taat atas apa yang diperintahkan oleh guru, sabar dan istiqamah dalam mengikutinya.
قَالَ لَهُ مُوْسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
”Musa berkata kepadanya, bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (Qs. Al-Kahfi/16: 66)
Kholifatur Rasul
Mengenai pengertian Kholifah Rasul ini terdapat sebuah hadits bahwa kholifatur Rasul adalah orang yang menghidupkan, menjalankan/membiasakan sunnah Nabi saw. dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah. Sedangkan Abah umar adalah orang yang menghidupkan, menjalankan, mendawamkan, dan mengajarkan sunnah-sunnah nabi saw. bahkan yang asing menurut masyarakat umumpun dihidupkan kembali oleh Abah Umar seperti berpakaian Sorban Jubah putih disaat sholat, hal ini merupakan hal asing dizaman Abah Umar menjalankan dan mengajarkannya, bahkan banyak para ulama yang mengatakan sesat kepada Abah Umar dengan alasan hal tersebut (pemakaian jubah sorban)
Foto-foto Antik Abah Luthfi bin Yahya
Written By Sya'roni As-Samfuriy on Minggu, 23 September 2012 | 09.02
Foto-foto Antik Abah Luthfi bin Yahya
Al-Habib M. Luthfi bin Yahya memakai jas. Keren....
Foto Al-habib M. Luthfi sewaktu mudanya. Gagah....
Sisi Lain Al-Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim bin Yahya
Pengajian rutin malam reboan di Kanzus Sholawat (gedung sholawat) Kota Pekalongan baru saja usai, acara yang digelar rutin setiap pukul 19.30 – 22.00 diawali dengan pengajian kitab Ihya Ulumuddin dibawah bimbingan KH. Akrom Sofwan Salah seorang Mustasyar PCNU Kota Pekalongan, merupakan salah satu agenda rutin sejak sepuluh tahun terakhir yang digagas oleh KH Musthofa Bakri, Rais Syuriah PCNU Kota Pekalongan untuk memanfaatkan Kanzus Sholawat yang baru saja selesai dibangun. Sesaat setelah pengajian usai, acara kemudian diisi pengajian dengan materi agama dalam konteks kekinian oleh seorang tokoh yang terkenal dan tak asing lagi di lingkup Pekalongan dan sekitarnya.
Maka tak heran jika yang hadir bukan saja dari Pekalongan dan sekitarnya, akan tetapi dari luar daerah seperti Pemalang, Batang, Tegal dan Brebes secara berombongan menggunakan kendaraan bis maupun kendaraan roda empat lainnya. Mereka rela duduk beralaskan koran di sepanjang jalan dr. Wahidin hanya untuk mendengarkan wejangan dari seorang ulama kharismatik asal Pekalongan, tidak peduli hujan maupun dinginnya malam sekalipun tak menyurutkan langkah mereka untuk sekedar mendapatkan tetesan embun hikmah. Ribuan santri tua maupun muda khusus untuk kaum adam belum juga melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah masing masing. Ternyata mereka rebutan salaman dengan sosok ulama kharismatik yang menjadi panutannya dalam kehidupan sehari hari, baik berkaitan dengan masalah agama maupun urusan dunia.beliau adalah Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim bin Yahya.
Demikian pula setiap Rabu pagi yang dikhususkan bagi ibu ibu dan remaja putri.Ribuan jama’ah duduk bersimpuh mendengarkan dengan tekun dan khidmat kalimat demi kalimat dari ucapan dari seorang ulama kharismatik sebagai pedoman hidup. Bahkan tak jarang diantara mereka menyempatkan bertemu secara khusus di kediamannya meski harus antre berjam jam untuk sekedar berkonsultasi problematika kehidupan sehari hari. Maka rumah mewah di belakang komplek Kanzus Sholawat yang cukup luas pun tak mampu menampung tamu tamu Habib yang datang silih berganti selama 24 jam. Itulah gambaran aktifitas rutin sehari hari Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya, seorang ulama besar yang lahir, dibesarkan dan hidup di Kota Pekalongan.
Seabrek jabatan yang diembannya, tak membuat Habib Luthfi merasa capek dan merasa berat memikul amanah. Saat ini saja Habib Luthfi Bin Ali Yahya baru saja dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum MUI Kota Pekalongan untuk yang kedua kalinya dan sebagai Ketua Umum MUI Jawa Tengah. Di samping beliau seorang Mursyid Thoriqoh Sadzaliyah, juga sebagai Rais Aam dari Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah hasil Muktamar Thariqah ke-9 dan ke-10 yang digelar di Kota pekalongan (salah satu Badan Otonom NU).
Berbincang bincang dengan Abu Muhammad Bahaudin Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Umar Bin Toha Bin Yahya nama lengkap dari Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya sangat mengasyikkan, terutama persoalan kethoriqohan. Menurutnya, sejak kepengurusan Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah dia pegang sudah banyak kemajuan dibanding kepengurusan periode sebelumnya. Hingga saat ini saja telah terbentuk kepengurusan tingkat wilayah sebanyak 28 Pengurus Idaroh Wustho, kemudian tingkat cabang sebanyak 200 lebih Pengurus Idaroh Syu’biyah.
Perkembangan yang cukup pesat ini sungguh sangat menggembirakan, ujar Habib Pasalnya hampir seluruh thoriqoh berjalan dengan baik, seperti Sadzaliyah, Kholidiyah, Naqsabandiyah, Syatariyah, Qodiriyah, Tijaniyah dan lain lain. Indikator lainnya ialah banyaknya kaum muda yang mulai aktif sebagai pengikut thoriqoh, “padahal mereka sebelumnya kenal saja tidak apalagi menjadi pengikut, sehingga kesan bahwa thoriqoh hanya dapat diikuti oleh sekelompok manusia usia lanjut mulai terkikis”.
“Yang mesti dipahami ialah bahwa thoriqoh bukan alat berpolitik dan bukan untuk berpolitik, akan tetapi semata mata untuk mendidik kehidupan manusia agar berdekatan dengan Allah dan Rasul-Nya dan yang terpenting ialah meningkatkan kesadaran sebagai manusia apa kewajibannya sebagai hamba kepada Tuhan dan Rasul-Nya juga sesama manusia”, ujar suami dari Syarifah Salmah Binti Hasyim Bin Yahya “Sekarang ini perkembangan thoriqoh di kalangan anak anak muda cukup menggembirakan, seperti yang saya hadapi di Pekalongan ini, justru yang paling banyak masuk thoriqoh dari anak anak muda”, ujarnya.
Menurut KH. Zakaria Ansor Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan yang juga orang dekat Habib menjelaskan, banyak sudah prestasi yang ditorehkan Habib Luthfi selama menjadi pimpinan salah satu Badan Otonom NU, antara lain berhasil menata organisasi thoriqoh dari Sabang sampai Meraoke, seperti perkembangan thoriqoh di Sumatera Utara dan Sulawesi sangat menggembirakan, bahkan beberapa waktu yang lalu dari Papua minta dikirimi buku buku tentang thoriqoh. Kemudian Habib juga berhasil menertibkan silsilah sanad thoriqoh, di samping itu juga berhasil menebas fanatisme thoriqoh yang berdampak kepada pengerdilan thoriqoh thoriqoh yang lain dan yang lebih penting ialah kegiatan thoriqoh menjadi lebih terbuka, sehingga banyak kaum muda yang berminat. Kesibukan Abah (panggilan akrab Habib Luthfi) akhir-akhir ini meningkat tajam seiring banyaknya permintaan kehadiran yang berkaitan dengan thariqah khususnya di luar Jawa, ujarnya.
Ayah dari As-Syarif Muhammad Bahaudin, As-Syarifah Zaenab, As-Syariyah Fatimah, As-Syarifah Umi Hanik dan As-Syarif Husain ini lahir di Pekalongan pada tahun 1948. Beliau pernah menempuh pendidikan di Ponpes Kliwet Indramayu di usia 12 tahun dan pada saat itu sudah dipercaya kiyai sebagai salah satu ustadznya. Kemudian nyantri di Bendo Kerep Cirebon, berikutnya mondok di Kiyai Said Tegal dan meneruskan nyantri di Kiyai Muhammad Abdul Malik Bin Muhammad Ilyas Bin Ali Purwokerto dan juga pernah mendapat beasiswa ke Hadramaut Yaman selama 3 tahun.
Habib Luthfi tidak saja menjadi idola masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Menjelang Pilpres tahun 2004 misalnya, Habib Luthfi kebanjiran tamu istimewa, disebut istimewa pasalnya tamu tamu yang menyempatkan hadir di rumah Habib Luthfi adalah para calon presiden maupun wakil presiden. Sebut saja Capres Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono, Amin Rais, Puan Maharani (Putri Megawati) dan Hamzah Haz. Sedangkan cawapresnya Sholahudin Wahid dan Hasyim Muzadi.
Dari semua yang hadir, rata rata mereka selalu berdalih hanya silaturrahmi biasa, tidak ada misi khusus berkaitan dengan kunjungannya.Akan tetapi aktifitas mereka selalu dibaca sebagai upaya untuk mohon do’a restu dan minta dukungan, apalagi diantara mereka ada yang berbicara empat mata dengan Habib, sehingga mereka bisa diduga kehadirannya untuk keperluan pemilu yang baru saja digelar.
Tamu habib memang datang dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat pemerintah, anggota dewan, pengusaha, seniman, artis hingga rakyat jelata.Dengan tekun Habib Luthfi mendengarkan satu persatu permasalahannya, kemudian beliau memberikan solusi sehingga mereka pun pulang dengan perasaan puas.Hal ini diakui Wakil Walikota Pekalongan yang juga mantan Ketua PCNU Kota Pekalongan H. Abu Almafachir juga santri Habib Luthfi.Selama 40 tahun sebagai santrinya, ada satu hal yang sangat dikaguminya, yaitu dalam hal stamina.Beliau kuat duduk berjam-jam untuk sekedar ngobrol dengan para tamunya, meski tamunya itu tidak beliau kenal, ujarnya.“Abah fisiknya luar biasa, jarang sakit meski aktifitasnya cukup tinggi, padahal makan saja tidak teratur”.Di samping itu, Habib Luthfi tidak pernah membeda bedakan asal muasal tamu.Sehingga ratusan tamu yang datang kediamannya setiap hari, selalu dilayani dengan sabar dan penuh kesungguhan. Kadang mereka harus menunggu berhari hari jika Abah sedang berada di luar kota, ujar H. Fachir selalu memanggil Abah kepada Habib Luthfi.
Pernah suatu ketika, seorang bekas gali (geng pencuri) datang untuk bertobat dan minta diakui sebagai santrinya Habib, tanpa banyak pertanyaan, habib langsung membaiat gali tersebut dan kemudian diterima sebagai santrinya untuk menjadi salah satu murid thoriqoh.
Mauludan agenda rutin tahunan
Untuk mengumpulkan santri santrinya yang saat ini tersebar di seluruh penjuru tanah air, setiap bulan maulud, Habib Luthfi menggelar acara mauludan di samping untuk memperingati hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW, juga untuk mengumpulkan para santrinya yang ribuan jumlahnya.Kemarin misalnya, Acara mauludan yang digelar lebih semarak dibanding tahun tahun sebelumnya, sehingga Presiden RI DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyempatkan hadir secara khusus bersama menteri Kabinet Indonesia Bersatu.Apalagi beberapa kegiatan penunjangnya seperti nikah masal, pawai panjang jimat dan pentas musik samer El Balasik asal Jember Jawa Timur dua malam berturut turut, menjadikan suasana peringatan terasa lebih hidup.
Bahkan, untuk menjamu ribuan tamu yang hadir pada acara mauludan, Habib Luthfi tidak mengalami kesulitan yang berarti. Pasalnya, segala ubo rampe hidangan seperti kambing, beras, dan lain lain sudah disiapkan santri santrinya dari berbagai pelosok di tanah air. Sehingga panitia tinggal mengatur dan mendistribusikan saat acara berlangsung.
Sebegitu pentingkah acara itu sehingga menjadi daya magnit bagi masyarakat secara luas ?kegiatan peringatan mauludan memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya yang oleh santri santri senior di panggil abah. Sebagai ulama berpengaruh, beliau sering menjadi rujukan pendapat, baik masalah sosial, politik, ekonomi, budaya dan keagamaan.Sehingga rakyat jelata hingga pejabat tinggi pun seringkali datang ketemu beliau untuk sekedar silaturrahmi hingga minta fatwa.
Kegiatan mauludan yang digelar pada tahun 1429 Hijriyah kemarin merupakan kegiatan rutin tahunan santri santri Habib Luthfi.Bahkan jauh sebelumnya telah pula diadakan, meski secara sederhana. Namun sejak delapan tahun terakhir, dimana sejak dibangunnya gedung KANZUS SHOLAWAT yang terletak di Jalan dr. Wahidin Pekalongan, kegiatannya semakin intensif. Tidak saja peringatan mauludan saja yang digelar.Akan tetapi beberapa kegiatan lainnya seperti pengajian malam reboan, Rabu pagi dan Minggu pagi selalu mengisi gedung Kanzus Sholawat.
Musik sebagai hobinya
Suatu ketika Jamal Mirdad seorang seniman musik asal Jepara mampir ke rumah Habib Luthfi. Oleh Habib kemudian diantar ke salah satu sudut ruangan yang berisi seperangkat alat musik dan hasil rekaman suaranya, tampak sekali kekaguman Jamal atas suara dan kreasi musik yang dihasilkan. Pasalnya untuk mencapai tingkat kualitas yang diperlukan hingga masuk dapur rekaman diperlukan berbagai persiapan, ternyata Habib Luthfi tidak memerlukan waktu yang cukup lama.
Sebagai ulama yang sangat disegani oleh masyarakat, terutama di wilayah eks Karesidenan Pekalongan, musik sudah merupakan bagian dari kehidupan Habib Luthfi.Apalagi ayahndanya juga seniman musik yang amat disegani pada waktu itu, sehingga tidak heran jika Habib Luthfi di samping ahli dibidang agama juga mahir memainkan seperangkat alat musik, terutama piano.
Bagi Habib, bermusik adalah sebuah sarana untuk bergaul dengan siapa saja, terutama dengan anak anak muda dan komponen masyarakat yang heterogen, bagaimana membuat daya tarik sehingga mereka mengikuti kita. Apalagi para pendahulu ulama salaf juga pernah menekuni bidang musik, seperti Jamaludin Ar Rumi dengan bermusik dapat lebih mendekatkan diri kepada sang Khaliq.
Musik yang menurut sebagian ulama dianggap haram, justru oleh Habib Luthfi menjadi hiburan sehari hari. Tidak saja sebagai penikmat musik, akan tetapi beliau juga ahli memainkan alat alat musik, terutama alat musik piano / organ. Di rumahnya saat ini saja ada seperangkat alat musik gambus yang siap dimainkan sewaktu waktu.Bahkan untuk mengaktualisasikan hobinya, Habib Luthfi memiliki satu group musik gambus yang biasa disebut “marawis”. Puluhan lagu lagu irama padang pasir mengalun melalui dentingan jari jari seorang ulama besar, siap menyirami kalbu yang gersang oleh denyut nadi kehidupan dunia yang semakin tak menentu.
Bahkan untuk memberikan nuansa lain pada peringatan mauludan, Habib tak segan segan memanggil group musik ternama seperti Balasyik asal Jember Jawa Timur, juga menggelar pentas wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono dari Tegal. Maka lengkaplah kehidupan seorang ulama Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya yang ahli dalam bidang agama dan membaur dengan masyarakat dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya. Sesekali dalam waktu senggangnya, dirinya selalu menyempatkan menekan tombol tut tut piano yang berada di salah satu sudut ruangan rumahnya dan mengalunlah dentingan irama padang pasir yang cukup dikenal dan akrab di telinga kita, baik irama klasik maupun modern.
Jabatan jangan dicari
Penempatan kembali muktamar toriqoh ke 10 Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah di Pekalongan pada bulan Maret 2005 kemarin sempat memunculkan kecurigaan dari berbagai pihak dengan ingin tampilnya kembali Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Yahya sebagai Rais Aam Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah. Pasalnya pada muktamar ke 9 lima tahun silam juga telah digelar di tempat yang sama dan menghasilkan Habib Luthfi Bin Yahya sebagai Rais Aam. Meski akhirnya muktamirin sepakat kembali mememilih dan menunjuk Habib Luthfi untuk menjadi Rais Am yang kedua kalinya.
Akan tetapi tudingan itu ditepis oleh Habib Luthfi. Yang jelas keinginan Pekalongan sebagai tuan rumah bukan atas kehendak dirinya, akan tetapi merupakan keputusan rapat pleno pengurus Idaroh Aliyah. Sebenarnya Lampung juga telah menyatakan siap, akan tetapi para pengurus yang sudah sepuh sepuh itu keberatan jika muktamar diletakkan di luar Jawa. Akhirnya Pekalongan kembali ditunjuk sebagai tuan rumah, ujar Habib suatu ketika. Hal ini tak lain adalah semata mata demi kemudahan pelaksanaan saja. Baginya, jabatan merupakan amanah dan tidak bisa diminta minta.Dimanapun tempatnya, dirinya menyatakan siap diposisikan.Pasalnya, seseorang yang ingin berjuang bukan harus pada jabatan ketua umum saja.Artinya, pengabdian dan perjuangan dapat dilakukan seseorang sesuai dengan kemampuannya masing masing dan saya siap mendukung siapapun yang terpilih, ujarnya.
Bahkan pada saat digelarnya Musyawarah Daerah (Musda) MUI Kota Pekalongan, Habib Luthfi tidak berada di Pekalongan, beliau malah sedang ada acara di Jawa Timur. Toh demikian seluruh peserta musda sepakat menempatkan kembali Habib Luthfi menjadi Ketua Umum MUI Kota Pekalongan untuk yang kedua kalinya
Kanzus Sholawat
Sebagai pusat kegiatan keagamaan di Kota Pekalongan, kehadiran Gedung Kanzus Sholawat sejak sepuluh tahun terakhir ini telah memberikan andil yang tidak sedikit terhadap penanaman nilai-nilai keagamaan kepada generasi penerus Islam melalui perbagai kegiatan yang digelar setiap hari, mingguan maupun tahunan.
Bangunan gedung yang cukup megah bantuan dari para aghniya yang peduli terhadap perkembangan Islam di Kota Pekalongan telah mampu menjadi mahnit tidak saja bagi masyarakat di Kota Pekalongan dan sekitarnya. Akan tetapi masyarakat dari berbagai penjuru yang setiap hadir hadir secara bergelombang baik untuk sekedar transit setelah menempuh perjalanan jauh maupun untuk menemui tokoh ulama kharismatik yakni Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya.
Belum lagi masyarakat tidak jarang menggunakan untuk keperluan sosial, tempat diskusi hingga kajian-kajian keagamaan seperti pengajian Selasa malam khusus untuk bapak-bapak, pengajian Rabu pagi khusus untuk ibu-ibu, pengajian Jum’at Kliwon maupun majelis-majelis tahunan seperti nikah maulid dan peringatan maulid Nabi Agung Muhammad SAW hingga tempat penyelenggaraan kegiatan tingkat nasional yakni Muktamar Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah ke 9 dan 10.
Melihat nilai manfaat yang dirasakan masyarakat cukup nyata, tentu saja pengurus / pengelola Gedung Kanzus Sholawat berusaha untuk dapat memenuhi segala sarana maupun prasaran yang menjadi penunjang kegiatan agar masyarakat yang hadir dapat merasa nyaman.
Bahkan Kanzus Sholawat sebagai pusat kegiatan keagamaan telah beberapa kali dikunjungi oleh beberapa menteri, duta besar Negara sahabat hingga Presiden RI Bapak DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Hj. Ani Yudhoyono dan beberapa menteri Kabinet Indonesia bersatu.
KEGIATAN KANZUS SHOLAWAT
Mingguan :
• Pengajian rutin Selasa malam “Kitab Ihya Ulumuddin”
• Pengajian rutin Rabu pagi “Kitab Fathul Qorib”
Bulanan :
• Pengajian rutin Jum’at Kliwon pembacaan kitab “Jami’ Ushulil Aulia”
• Pengajian Jum’at Legi pembacaan “Dalailul Khoirot”
• Ahad Pahing pengajian thoriqoh khusus ibu-ibu.
Tahunan :
Peringatan Maulid Nabi Agung Muhammad SAW
• Nikah Maulid
• Pawai Panjang Jimat Pekalongan
• Pembacaan Dalailul Khoirot
• Pembacaan Kitab Ihya Ulumuddin dan manaqib
• Khotmil Qur’an
• Rangkaian Haflah Maulid Rasulullah di 60 tempat
• Halal bi Halal tanggal 2 Syawwal
Sekretariat :
Jalan dr. Wahidin 70 Pekalongan Jawa Tengah Phone / Fax. 0285-427997
BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR
Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum:
Abah Umar adalah keturunan Rasulullah Saw.ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahib al-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Aridh bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra binti Muhammad Rasulullah Saw.
Habib Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain.
Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari.
Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh Kyai Sujak.Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH.Abbas. Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh di pesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal.
Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman.Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual.
Melawan Penjajah Dengan Dakwah
Demi menegakkan ajaran islam, ia tak kenal kompromi dengan pemerintah kolonial Belanda.
Habib Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Da’i berdarah Hadhramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H. Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim, Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein.
Pendidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921.
Menyaksikan masyarakat kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarif Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya.Maka, setiap malam Jum’at Habib Umar pun menggelar pengajian di rumahnya.
Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat.Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia dibebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda.
Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda.
Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi dan pengajiannya ditutup, enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan.
Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. Maka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon, seperti Kiai Ahmad Sujak (Bobos), Kiai Abdul Halim (Majalengka), Kiai Syamsuri (Wanantara), Kiai Mustafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjul).
Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang dikeluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran.
Panji-Panji Syahadatain
Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain.Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asy-Syahadatain”.Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah.Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno.
Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asy-Syahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan jama’ahnya bertawasul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul Bait, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Asy-Syahadatain.
Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Asy-Syahadatain, menulis buku berjudul Auradh Thariqah Asy-Syahadatain, Sebagai pedoman bagi jama’ahnya.Syahadat, menurut Habib Umar, tidak cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya.
Karyanya yang lain adalah Aurad (1972), menggunakan bahasa daerah yang berisi ilmu akhlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin.
Habib Umar menghadap ke hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973.Semoga amal ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt.
(Sumber: Majalah al-Kisah no.09/4 – 17 Mei 2009 halaman 146).
Sejarah Syekhunal Mukarom Atau Abah Umar Bin Isma’il Bin Yahya
Syekhunal Mukarom adalah sebutan bagi al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabi’ul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M.
Ayahnya adalah seorang Da’i asal Hadramaut yang menyebarkan islam di nusantara yang bernama al-Habib Syarif Isma’il bin yahya, sedangkan ibunya adalah siti Suniah binti H. Shidiq asli Arjawinangun. Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari Syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa khawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebut pun hilang.
Menginjak ke usia 7 tahunan, al-Habib Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus, Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke Ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren Ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrenya akan kedatangan Habib Agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi Habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan aga Habib dihormati, dan dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah al-Habib Abah Umar ke pesantren Ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil.
Diceritakan bahwa Abah Umar di Ciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun di sana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas di samping kiai, sehingga para santripun mencibir dan mencemooh. Abah Umar menunjukkan khawariqnya dengan mengingatkan KH.Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamarpun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan.Setelah beberapa waktu mesantren di Ciwedus KH.Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Mbah Kholil Bangkalan-Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar yang di dalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat.
Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos di bawah asuhan KH.Syuja’i dari pondok Bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet di bawah asuhan KH.Abbas. Di Buntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di Ciwedus, tidak mengaji hanya bermain-main di bawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukulah meja kiaitersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat.
Setelah dari pondok Buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka di bawah asuhan KH.Anwar dan KH. Abdul Halim, di pesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahun. Sesampai Abah Umar di rumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di Panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atas dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah. Ngaji Syahadatnya Abah Umar pun terdengar ke seluruh plosok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari selamet dunya akherat dengan Itba’ dan Bai’at kepada Abah Umar.Karena di saat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orangtua yang ma’rifat.
Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim.Setiap malam Jum’at, Panguragan dihadiri oleh para jama’ah yang ingin mengaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orang tua dulu ketika belanda melewati Panguragan mereka berkumandang “Maulana ya maulana….” Dengan khidmatnya (terpengaruh oleh karomahnya Abah Umar). Pada tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena di saat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai mancanegara.
Karena semakin ramai, maka para kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-Syahadatain, sehingga mereka khawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang di pengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilan pun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun.Akhirnya Abah Umar pun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH.Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap 3 bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar.
Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawasulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin. Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad Saw.Beliau hadir dalam acara tawasul tersebut secara bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat Jibril dan memberinya gelar Syekh Alim.Kemudian disusul Siti Khodijah memberikan gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz.
Dengan kejadian tersebut, menurut KH.Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman.Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah.Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.di panguragan, dengan dihadiri oleh jama’ah Asy-Syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru Syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.Disamping beribadah, wirid, dan tafakur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah.Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing.
Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawasul Abah Umar dianggap menyesatkan. Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama jama’ah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali jama’ah Asy-syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama di saat itu tidak ada satu tuntunan pun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tersebut.Dan pada tahun 1971 jama’ah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. Pada tahun 1973 an masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mari’i, ia yang menjadi pelayanan di dalam lotengnya Abah. Pada pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulannya kepada sirah Abah Umar sehingga Abah Umar pun pingsan dan dibawa kerumah sakit di Bandung untuk dirawat. Di rumah sakit Abah Umar dawuh dengan membaca ayat Al-Qur’an “Innalladzii farra ‘alaika al-Qurana laraa-ddaka ilaa ma’aad”.Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akankesah (pergi/wafat). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kesah pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M.
Sabtu, 16 Juli 2011
BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR
Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum:
Abah Umar adalah keturunan Rasulullah SAW.ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahibal-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali ar-Aridl bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra bint Muhammad Rasulullah saw.
Habib Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain.
Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari.
Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh K Sujak.Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH.Abbas. Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh di pesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal.
Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman.Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual.
by. Yusuf Muhajir Ilallah Ponpes Miftahussa'adah Kudus
Diposkan oleh Yusuf Muhajir Ilallah di 11.19
Minggu, 12 Mei 2013
Berguru Lebih Dari Satu
Beberapa teman Jama'ah ada yang bertanya kepada saya:
Bolehkah aurad (wirid-wirid) dan dzikir tuntunan Abah Umar dibarengi atau diiringi dengan aurad dan dzikir dari guru tarekat yang lain? Lalu apa hukumnya bertarekat lebih dari dua guru?
Kami menjawab:
Sebaiknya laksanakan tuntunan dari satu guru, karena ulama tarekat sepakat bahwa yang utama adalah hanya melaksanakan aurad dan dzirikir serta tuntunan dari satu guru saja. Lihat di kitab Radd Akadzib halaman 48
وقد نص العلماء على ان الافضل ان يشتغل المرء بطريق واحد كما يشتغل طالب العلم بشيخ واحد (رد اكاﺫب - ٤۸)
"Ulama menash (memastikan) bahwa yang utama adalah menyibukkan diri dengan satu tarekat saja, sebagaimana orang yang menuntut ilmu kepada satu guru saja."
Bahkan dalam kitab al-Anwar al-Qudsiyyah menisbatkan orang yang mempunyai guru lebih dari satu telah menduakan ajaran.Sedangkan orang yang menduakan ajaran tersebut dianggap sebagai godaan dari syaitan untuk menggagalkan bertarekat.
من لم يكن له استاﺫ واحد فهو مشرك فى الطريق والمشرك شيخه الشيطان (ﺍﻻﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﻘﺪﺳﻴﺔ - ٤٣)
"Siapa yang gurunya tidak tunggal maka ia menserikatkan tarekat, dan orang yang menserikatkan tarekat itu syaikhnya adalah syaitan"
Minggu, 23 September 2012
ASY-SYAHADATAIN
“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmatMu kepada junjungan Nabi Muhammad beserta keluarganya serta sahabat-sahabatnya begitu juga keselamatan”…3x
Asy-Syahadatain, kita semua tahu artinya adalah “Dua Kalimah Syahadat”. Sudah diketahui secara umum asy-Syahadatain itu dipergunakan untuk nama Jama’ah Pimpinan Almaghfurlah al-Habib Umar bin Ismail bin Yahya atau akrab dipanggil Abah Umar di daerah Panguragan Cirebon.
Mengapa nama itu diambil?
Karena nama itu cukup sederhana dan mengandung latar belakang yang dapat kami terangkan antara lain sebagai berikut:
Umat sedunia pada umumnya sudah mengetahui tentang Lima Rukun Islam, yaitu:
1. Mengucapkan 2 (dua) kalimah syahadat
2. Menjalankan shalat lima waktu
3. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan
4. Mengeluarkan zakat
5. Menunaikan ibadah haji (bagi yang mampu)
Dan untuk melaksanakan kelima Rukun Islam itu diperlukan mengetahui semua syarat rukunnya, tapi sayang sebagai salah satu akibat dari 350 tahun penjajahan di Indonesia ini (untuk tidak mengkambinghitamkan Bangsa sendiri/Islam) sesungguhnya yang sudah banyak diketahui kaum Islam awam itu hanya syarat rukunnya shalat, puasa, zakat dan haji saja. Sedangkan syarat rukunnya syahadat banyak dilupakan atau kurang perduli.Hal itu dapat terjadi karena mungkin kebanyakan umat Islam di Indonesia ini kesadaran beragamanya berdasarkan keturunan. Akan tetapi lain bagi orang atau dari agama lain yang baru masuk Islam, Dua Kalimah Syahadat itu jelas merupakan pintu gerbang pertama sebelum memasuki pintu rukun Islam yang lain.
Apa bedanya Rukun dan Syarat?
Rukun, adalah tiang utama dalam suatu pengamalan ibadah yang wajib dikerjakan karena jika ditinggalkan maka amalan tersebut kurang/seluruhnya menjadi tidak diterima.Boleh juga disebut sebagai tiang dari suatu bangunan.
Syarat, adalah cara, jenis atau perbuatan yang menentukan sah atau tidaknya pengamalan rukun itu.
Bila diumpamakan tiang suatu bangunan itu sah menjadi Rukun Bangunan tersebut bilamana tiang itu memenuhi syarat, antara lain harus kuat atau terdiri dari jenis kayu apa, atau bagaimana cara membuatnya supaya kuat dan agar menjadi rukun yang sah dari bangunan tersebut.
Menelusuri Syahadat sebenarnya sangat dalam dan luas, pembagian Syahadat dapat dilihat dari:
• Ditinjau dari Isi Bentuknya yaitu: Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul.
• Ditinjau dari Pengamalannya yaitu: Syahadat Thariqat dan Syahadat Haqiqat.
• Ditinjau dari Hasilnya yaitu: Syahadat Sirri, Syahadat Sejati, dan Sejatinya Syahadat.
• Ditinjau dari Macamnya: Syahadat Sholawat, Syahadat Payung, Syahadat Ulul ‘Azmi, Syahadat Nuril Mubin, dan Syahadat Mahdi
Pembahasan Bai’at/Stempel dapat diambil titik terang dari pembagian Syahadat ditinjau dari Prakteknya: Syahadat Syari’at, Thariqat dan Syahadat Haqiqat. Jalan Syahadat Syari’at secara istilah juga disebut dengan Syahadat Bai’at.Untuk mengamalkan bentuk Syahadat yang satu ini yakni harus meyakinkan sifat ketuhanan dan sifat kerasulan seorang Nabi dengan bukti diucapkan dengan lisan seperti yang kita ketahui bahwa Rukun Syahadat ada enam.
Rukun Syahadat inilah yang sering dilupakan oleh banyak kalangan Islam lainnya, padahal apabila tidak dikerjakan salah satu Rukun Syahadat tersebut maka batallah Syahadatnya/keislamannya, sedangkan Syahadat termasuk dalam Rukun Islam yang pertama.
Rukun Syahadat diambil dariTanqih al-Qaul:
1. Niat: guna menguatkan akidah
2. Syahid: orang yang menyaksikan
3. Masyhud Lahu: meyakini Allah dan RasulNya
4. Masyhud Bih: menyaksikan sifat ketuhanan Allah Swt. dan kerasulan Nabi Muhammad Saw.
5. Masyhud ‘Alaih: yaitu orang yang membaca Syahadat (orang yang disaksikan)
6. Sighat: Lafadz Kalimat Syahadat
Pelaksanaan Rukun Syahadat di atas dilakukan seseorang bersama orang lain dengan mengucapkan Dua Kalimat Syahadat dengan lisan dan disaksikan oleh seseorang dan hal seperti itulah yang ada pada tuntunan SyekhunalMukarrom dengan istilah Bai’at atau Stempel. “Wasyuruthuhumaa tsalaatsatun: Al-awwal al-ilmu bima’aaniihimaa. Wa ats-Taaanii almuwaalaat. Wa ats-Tsaalits, lafdzu asyhadu.”(Dikutip dari Kitab Tanqiihul Qaul). Artinya: Syarat sahnya mengucapkan Dua Kalimah Syahadat itu ada tiga:
1. Mengetahui arti kedua Kalimah Syahadat itu
2. Beruntun pengucapannya.
3. Pakai kata Aku Bersaksi (Asyhadu)
Stempel/Bai’at merupakan pengucapan ikrar atas keislaman seseorang dalam menjalankan Rukun Islam pertama agar menjadi seorang muslim yang benar-benar Islam. Seorang muslim dapat dibedakan menjadi 4, diantaranya:
1. Islam Tansibi yaitu seorang muslim karena asal mula keturunan orang tuanya yang beragama Islam dan ini termasuk Islam yang lemah.
2. Islam Tasbih yaitu keislaman seseorang ataupun ibadahnya itu karena terbawa oleh lingkungan yang sarat akan agama. Maka ia sibuk beribadah dan begitu pula sebaliknya.
3. Islam Tahqiri yaitu orang yang mengaku islam dan apabila ia diperintahkan untuk melakukan hukum islam ia meremehkannya, bentuk islam seperti inilah yang membahayakan.
4. Islam Tahqiqiyaitu keislaman seseorang karena keyakinannya yang tinggi pada Allah dan RasulNya, sehingga ia selalu mengamalkan perintah Allah dan RasulNya. Bentuk Islam seperti inilah yang dibenarkan.
Ditinjau dari bentuknya Islam tersebut untuk mencapai bentuk Islam yang ke 4 (empat) harus melakukan beberapa hal yang dapat menjadi Islam Tahqiqi diantaranya:
a. Tajdidul Islam (merehabilitasi Iman dan Islam dengan Syahadat Syari’at/Bai’at)
b. Mengamalkan perintah Allah dan RasulNya serta berusaha untuk selalu ingat Allah sebagaimana yang dinadzomkan oleh Syekhuna:
Eling Allah kang gumantil # Demen Rasul ayo ngintil
Eling Allah kang sempurna # Ora bisa akalana
Amal eling kang digawa # Barang akeh ora digawa
c. Selalu banyak berdzikir dan membiasakan membaca Syahadat setiap waktu sesuai yang didawuhkan oleh Syekhunal Mukarrom sebagai berikut:
Syahadat Tauhid Anjingena # Syahadat Rasul Lakonana
Ngaji Syahadat aja telat # Yen wis waktu gage mangkat
Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tawakkal # Lan nerima syukurane aja gagal
Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tafakkur # Supaya cangkem ati dadi akur
Ayu batur dirubah kita pikire # Eling Allah kang akeh muji dzikire
Saban dina karo ALLAH ora parek # Saban dina kang di pikir ya brekepek
Begitulah Syekhunal Mukarrom dalam pendapat/tuntunan yang disyairkan dengan Nadzom, dimana dapat disimpulkan bahwa Bai’at Syahadat itu tidak lain agar kita selamat baik di dunia maupun di akherat sebagai seorang Muslim dan Mu’min. Hal ini dijelaskan dalam kitab Habl al-Matin halaman 8 mengenai Bai’at islam.
Allah berfirman dalam QS.Fushsilat ayat 30:“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Allah berfirman dalam QS.al-Ahzab (golongan-golongan) ayat 45-46:“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izinNya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi.”
Allah berfirman dalam QS.Thahaayat 14: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.”
Allah berfirman dalam QS.al-Baqarah (sapi betina) ayat 222: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
Diposkan oleh Majlis Arrahman di 11.44
Label: Alkisah, Aqidah Akhlak, Sejarah dan Asal Usul
Sekian
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar