(30) NURUL 'A'YUN
43 Karya Tulis/Lagu Nur Amin Bin Abdurrahman:
(1) Kitab Tawassulan Washolatan, (2) Kitab Fawaidurratib Alhaddad, (3) Kitab Wasilatul Fudlola', (4) Kitab Nurul Widad, (5) Kitab Ru'yah Ilal Habib Luthfi bin Yahya, (6) Kitab Manaqib Assayyid Thoyyib Thohir, (7) Kitab Manaqib Assyaikh KH.Syamsuri Menagon, (8) Kitab Sholawat Qur'aniyyah “Annurul Amin”, (9) Kitab al Adillatul Athhar wal Ahyar, (10) Kitab Allu'lu'ul Maknun, (11) Kitab Assirojul Amani, (12) Kitab Nurun Washul, (13) Kitab al Anwarullathifah, (14) Kitab Syajarotul Ashlin Nuroniyyah, (15) Kitab Atthoyyibun Nuroni, (16) Kitab al 'Umdatul Usaro majmu' kitab nikah wal warotsah, (17) Kitab Afdlolul Kholiqotil Insaniyyahala silsilatis sadatil alawiyyah, (18) Kitab al Anwarussathi'ahala silsilatin nasabiyyah, (19) Kitab Nurul Alam ala aqidatil awam (20) Kitab Nurul Muqtafafi washiyyatil musthofa.(21) KITAB QA'IDUL GHURRIL MUCHAJJALIN FI TASHAWWUFIS SHOLIHIN,(22) SHOLAWAT TARBIYAH,(23) TARJAMAH SHOLAWAT ASNAWIYYAH,(24) SYA'IR USTADZ J.ABDURRAHMAN,(25) KITAB NURUSSYAWA'IR(26) KITAB AL IDHOFIYYAH FI TAKALLUMIL ARABIYYAH(27) PENGOBATAN ALTERNATIF(28) KITAB TASHDIRUL MUROD ILAL MURID FI JAUHARUTITTAUHID (29) KITAB NURUL ALIM FI ADABIL ALIM WAL MUTAALLIM (30) NURUL 'A'YUN ALA QURRATIL UYUN (31) NURUL MUQODDAS FI RATIBIL ATTAS (32) INTISARI & HIKMAH RATIB ATTAS (33) NURUL MUMAJJAD fimanaqibi Al Habib Ahmad Al Kaff. (34) MAMLAKAH 1-25 (35) TOMBO TEKO LORO LUNGO. (36) GARAP SARI (37) ALAM GHAIB ( 38 ) PENAGON Menjaga Tradisi Nusantara Menulusuri Ragam Arsitektur Peninggalan Leluhur, Dukuh, Makam AS SAYYID THOYYIB THOHIR Cikal Bakal Dukuh Penagon Nalumsari Penagon (39 ) AS SYIHABUL ALY FI Manaqib Mbah KH. Ma'ruf Asnawi Al Qudusy (40) MACAM-MACAM LAGU SHOLAWAT ASNAWIYYAH (bahar Kamil Majzu' ) ( 41 ) MACAM-MACAM LAGU BAHAR BASITH ( 42 ) KHUTBAH JUM'AT 1998-2016 ( 43 ) Al Jawahirun Naqiyyah Fi Tarjamatil Faroidus Saniyyah Wadduroril Bahiyyah Lis Syaikh M. Sya'roni Ahmadi Al Qudusy.
Rabu, 08 Januari 2014
MBAH HADI GIRIKUSUMO
Pondok Pesantren Girikusuma
Senin, 25 Agustus 2008
Keberadaan Pesantren Girikusuma tergolong cukup tua. Berdasarkan catatan yang menempel di dinding masjid, lembaga ini berdiri para 16 Rabiul Awwal 1288 H atau sekitar tahun 1836 M didirikan oleh KH. Hadi Siraj. Semasa remaja ia pernah bermukim di Mekkah dan belajar agama kepada Syeikh Sulaiman Moh. Zuhdi. Pondok pesantren ini lebih dikenal sebagai salah satu pusat kegiatan tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyyah.
Sebagaimana umumnya pondok pesantren pada saat itu, pengelolaan pondok terfokus pada seseorang figur sentral yakni kiai. Demikian pula halnya dengan pondok pesantren Girikusuma. Pertama kali didirikan pondok pesantren ini langsung dipimpin oleh KH. Hadi Siraj. Setelah KH. Hadi Siraj wafat, secara turun temurun pengelolaan pondok pesantren di bawah kepemimpinan keturunan KH. Hadi.
Pertama oleh puteranya KH. Zahid Hadi. Setelah KH Zahid wafat diteruskan oleh cucu pendiri, Kiai Moh. Zuhri Zahid. Selanjutnya kepemimpinan pondok tersebut dipercayakan kepada buyut pendiri yang bernama Kiai Munif Zuhri.
Pada masa kepemimpinan KH. Hadi Siraj sampai cucunya KH. Zuhri Zahid menangani dua kegiatan pokok. Yaitu tarekat dan pendidikan pondok pesantren atau pengajian. Sedangkan pada masa kepemimpinan Moh. Munifi Zuhri dua kegiatan tersebut dipisah penanganannya. Ia menangani kegiatan tarekat (mursyid). Sedangkan kegiatan pengajian ditangani secara kolektif oleh KH. Munif, KH. Sonhaji, KH. Muharrar, dan KH. Mukhtar.
Setelah kakak Munif, Nadzif Zuhri pulang dari Universitas Madinah, dia diserahi tugas secara penuh untuk mengasuh pondok pesantren sendirian. Meskipun demikian dalam pelaksanaan pengajian para kiai masih ikut menanganinya.
Hanya Agama
Pondok Pesantren Girikusuma benar-benar merupakan pondok pesantren salaf. Dalam kegiatan pendidikannya semata-mata hanya mengajarkan pendidikan agama. Sebelum kepeminpinan KH. Nadzif Zuhri sistem pendidikan menggunakan metode sorogan dan bandongan.
Di bawah pengasuhan KH. Nadzif Zuhri mulai menggunakan sistem pendidikan madrasah atau klasikal. Namun bahan pelajarannya tetap menggunakan kitab-kitab kuning. Meskipun begitu, sistem pengajian sorogan dan bandongan tetap dipertahankan dengan alokasi waktu setiap usai salat wajib. Sehingga pondok pesantren ini menamakan dirinya sebagai “Sekolah Islam Salaf” (SIS).
Sisitem pendidikan madrasah yang diselenggarakan adalah madrasah setingkat lanjutan pertama yang disebut dengan al-Marhalah al-Mutawassithah dan madrasah setingkat lanjutan atas yang disebut al-Marhalah al-Tsanawiyyah. Pada kedua madrasah tersebut sepenuhnya mengajarkan pelajaran agama, kecuali bahasa Inggris sebagai pelajaran umum yang diberikan.
Kurukulum Pesantren
Kurikulum yang digunakan, sepenuhnya merupakan kurikulum susunan pondok pesantren sendiri. Kedua madrasah tidak memberikan ijazah sebagiamana lazimnya madrasah/sekolah yang diakui pemerintah. Kedua madrasah tersebut hanya mengeluarkan surat tanda selesai belajar tanpa akreditasi dari lembaga yang berwenang (Departemen Agama atau Departemen Pendidikan Nasional).
Namun demikian, pengasuhnya berharap agar kemampuan lulusan kedua madrasah tersebut dapat sejajar dengan kemampuan lulusan madrasah-madrasah dalam tingkatan yang sama di negara-negara Islam. Sehingga kelak dapat melanjutkan belajar di salah satu negara Islam tersebut.
Materi yang diberikan pada pengajian rutin dan madrasah terdapat keterkaitan atau saling melengkapi. Kitab-kitab yang dipelajari dalam pengajian rutin adalah, Tafsîr al-Jalâlain, Tanwîr al-Qulûb, Riyâdh ash-Shâlihîn, al-Ghuniyyah, al-Ibânah ‘an Ush ad-Diyânah, al-Hikam, dan lain.
Saat ini yang menimba ilmu di pondok pesantren Girikusuma berjumlah sebanyak 700 orang. Dilihat dari keikutsertaannya dengan metode pengajaran, mereka terbagi dalam dua kelompok. Kelompok klasikal dan kelompok tradisional, dengan 53 orang pembimbing. Yaitu terdiri dari seorang kiai, sembilan badal (pembantu), dan 43 orang guru. Sedangkan dilihat dari tingkat pendidikan terakhirnya, sebagian lulusan SLTA keagamaan atau Aliyah keagamaan plus pondok pesantren dan perguruan tinggi baik.
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren Girikusumo dilengkapi 10 ruangan pengajian, 12 kamar asrama putra, delapan kamar asrama putri, sebuah masjid, perpustakaan, kantor kiai dan guru. Juga dilengkapi dengan lapangan olahraga seluas 165 M2. Bangunan-bangunan tersebut menggunakan lahan seluas 2.306 M2. Semua fasilitas tersebut berdiri di atas lahan seluas 12.433 M2 yang keseluruhan merupakan tanah wakaf.
Sementara sumber dana untuk pembiayaan operasional proses pembelajaran di pondok pesantren ini, selain dari orang tua/wali santri, juga diperoleh dari berbagai sumber. Seperti donatur tetap dan tidak tetap, bantuan pemerintah atau swasta. [ ]
Nama Pontren : Pondok Pesantren Girikusuma
Alamat : Girikusuma-Mranggen-Demak
Pendiri : KH. Hadi Siraj
Pemimpin : KH. Moh. Munif Zuhri
Pondok Pesantren Girikusumo, Mranggen, Demak – Jawa Tengah
Posted December 30, 2010
Filed under: Budaya, INFO |
Desa Giri Kusumo berasal dari kata Giri dan Kusumo, yang memiliki arti Giri
adalah Gunung, Kusumo adalah Kembang. Giri Kusumo secara istilah adalah
Kembangnya Gunung. Giri Kusumo didirikan pertama kali oleh Mbah Hasan
Muhibal yang sekarang dikenal sebagai Mbah Hadi.
Mbah Hadi adalah sosok orang yang santun dan cerdas, beliau masih keturunan
wali. Pada awalnya beliau diutus oleh allah untuk menyeba luaskan agama
islam, pada waktu malam Mbah Hadi mendapat petunjuk untuk membangun sebuah
pusat pendidikan di tanah yang mirip dengan Mekah, Jati Ngaleh, Kawengen dan
menjadi pusat penyinggahan Mbah Hadi, akan tetapi tidak daerah tersebut yang
di lanjutkan oleh Allah. Beliau terus mencari dan berjalan kea rah utara
akhirnya beliau sampailah di daerah yang dimaksud sebuah hutan berantara
yamg dikelilingi oleh gunung, yaitu Gunung Ungaran, di sebelah Barat Gunung
Slamet di sebelah Selatan Gunung Solo di sebelah Timur daN Bukit Kecil di
sebelah Utara yang sekarang menjadi tempat pemakaman Mbah Hasan Muhibal
(Mbah Hadi). Pada saat beliau wafat disanalah Mbah Hadi memulai membuka
pusat pendidikan yang ditandai dengan didirikannya Masjid sebagai tempat
siar Islam.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren dan Perkembangannya
Pondok Pesantren Girikusumo, Banyumeneng Mranggen Demak Jawa Tengah
didirikan oleh Syeikh Muhammad Hadi bin Thohir bin Shodiq bin Ghozali bin
Abu Wasidan bin Abdul Karim bin Abdurrasyid bin Syaifudin Tsani (Ky Ageng
Pandanaran II) bin Syaifudin Awwal (Ky Ageng Pandanaran I) pada tahun 1288 H
bertepatan dengan tahun 1868 M. Pondok pesantern yang kini telah berusia
kurang lebih 137 tahun itu merupakan perwujudan gagasan Syeikh Muhammad Hadi
untuk membangun sebuah lembaga pendidikan yang menangani pendidikan akhlak
(tasawuf) dan ilmu agama di tengan-tengah masyarakat.
Untuk mendukungg gagasannya itu Syeikh Muhammad Hadi yang oleh para santri
dan masyarakat disekitar Girikusumo Mranggen dipanggil dengan sebutan Mbah
Hadi, Mbah Hasan Mukibat, Mbah Giri atau Ky Ageng Giri, mendirikan sebuah
bangunan masjid di ujung sebuah desa ditepi hutan.
Menurut catatan prasasti didinding bagian depan bangunan masjid yang seluruh
bangunannya menggunakan kayu jati itu dibangun hanya dalam waktu 4 jam,
dimulai dari jam sembilan malam selesai jam satu malam itu juga. Prasasti
yang ditulis dengan menggunakan huruf arab pegon dan bahasanya menggunakan
bahasa jawa itu berbunyi :
“Iki pengenget masjid dukuh Girikusumo, tahun ba hijriyah nabi ollallahu
alaihi wasallam 1228 wulan rabiul akhir tanggal ping nembelas awit jam songo
dalu jam setunggal dalu rampung, yasane Kyai Muhammad Giri ugi saksekabehane
wong ahli mukmin kang hadir taqobballahu ta’ala amin”.
Dengan bekal sebauh bangunan masjid yang lokasinya berada dikaki sebuah
perbukitan yang rimbun, waktu itu Mbah Hadi oleh Allah SWT, dikaruniai umur
yang cukup panjang, sehingga memiliki kesempatan dan waktu yang cukup untuk
menyiapkan kader-kader penerus perjuangan yang dirintisnya dikemudian hari,
demikian pula denagn anak dan keluarganya Mbah Hadi memiliki perhatian yang
sangat besar terutama dalam hal pendidikan. Perhatian ini dibuktikan dengan
memondokkan putra-putranya diberbagai Pondok Pesantren di Jawa Tengah maupun
Jawa Timur, yang mampu memunculkan generasi penerus semisal Kyai Sirajuddin
dan Kyai Mansur. Yang akhirnya Kyai Sirajuddin sepulang dari Pondok ditunjuk
untuk meneruskan program pondok pesantren yang telah dirintis ayahandanya,
khususnya santri-santri muda, sementara santri tua/torigoh tetap dipegang
oleh Mbah Hadi. Sementara Kyai Mansur ditugaskan ayahnya untuk meneruskan
perjuangannya didaerah Solo, tepatnya di desa Dlanggu Klaten. Namun Kyai
Sirajuddin dikaruniai umur yang pendek oleh tuhan sehingga beliau meninggal
mendahului ayahandanya.
Sementara Mbah Hadi meninggal dunia pada tahun 1931 dan selanjutnya tugas
kepemimpinan pondok pesantren diteruslan ioleh adik kandung Kyai Sirojuddin
yaitu Kyai Zahid.
Mbah Zahid sebagai generasi kedua hanya memimipin pondok dalam kurun waktu
30 tahun. Tahun 1961 tongkat kepemimpinan pondok diserahkan kepada anak
tertuanya KH. Muhammad Zuhri yang oleh para santri dan masyarakat dipanggil
dengan sebutan Mbah Muh Giri, karena kondisi kesehatanMbah Zahid semakin
menurun dan meninggal dunia pada tahun 1967.
Di bawah kepemimpinan Mbah Muh inilah pondok Giri mulai mencoba untuk
melakukan penyesuaian-penyesuaian dibidang pendidikan santri, penyajian
pendidikan yang selama ini berjalan dengan system bandongan dilengkapi
dengan system klasikal, sementara system lama tetap berjalan. Kepemimpinan
Mbah Muhammad Zuhri berlangsung selama 19 tahun kemudian kepemimpinan Pondok
Pesantren diteruskan putranya KH,. Munif Muhammad Zuhri.
Pada tahun 1997 Kyai Munif mencoba mencari format baru untuk mengembangkan
pendidikan dilingkungan pesantren Girikusumo, dengan memdirikan sebuah
yayasan Ky Ageng Giri dengan maksud membawahi lembaga-lembaga formal yang
mengikuti program pemerintah. Hal ini didasarkan pada orentasi dan kebutuhan
masyarakat akan formalitas dengan tidak meninggalkan ciri khas lembaga yang
bernaung dibawah pesantren yaitu dominasi religiusitas kurikulum yang
diterapkan dilembaga dibawah Yayasan. Adapun lembaga-lembaga yang telah
didirikan adalah TK, SD, SMP, dan SMA.
Dengan trobosan baru inilah akhirnya Pondok Pesantren Girikusumo mengalami
perkembangan yang cukup pesat, sehingga semakin hari semakin bertambah
jumlah santrinya. Hal ini disebabkan karena para alumni yang tidak sedikit
jimlahnya yang telah menjadi panutan masyarakat, disamping juga berkah dari
sang pendiri Syeikh Muhammad Hadi. Hingga kini keberhasilan Pondok Pesantren
Girikusumo menyebarluaskan ajarannya hingga menerobos didaerah luar Jawa
seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Lombok.
Keberadaan Pesantren Girikusuma tergolong cukup tua. Berdasarkan catatan
yang menempel di dinding masjid, lembaga ini berdiri para 16 Rabiul Awwal
1288 H atau sekitar tahun 1836 M didirikan oleh KH. Hadi Siraj. Semasa
remaja ia pernah bermukim di Mekkah dan belajar agama kepada Syeikh Sulaiman
Moh. Zuhdi. Pondok pesantren ini lebih dikenal sebagai salah satu pusat
kegiatan tarekat Naqsyabandiyyah Khalidiyyah.
Sebagaimana umumnya pondok pesantren pada saat itu, pengelolaan pondok
terfokus pada seseorang figur sentral yakni kiai. Demikian pula halnya
dengan pondok pesantren Girikusuma. Pertama kali didirikan pondok pesantren
ini langsung dipimpin oleh KH. Hadi Siraj. Setelah KH. Hadi Siraj wafat,
secara turun temurun pengelolaan pondok pesantren di bawah kepemimpinan
keturunan KH. Hadi.
Pertama oleh puteranya KH. Zahid Hadi. Setelah KH Zahid wafat diteruskan
oleh cucu pendiri, Kiai Moh. Zuhri Zahid. Selanjutnya kepemimpinan pondok
tersebut dipercayakan kepada buyut pendiri yang bernama Kiai Munif Zuhri.
Pada masa kepemimpinan KH. Hadi Siraj sampai cucunya KH. Zuhri Zahid
menangani dua kegiatan pokok. Yaitu tarekat dan pendidikan pondok pesantren
atau pengajian. Sedangkan pada masa kepemimpinan Moh. Munifi Zuhri dua
kegiatan tersebut dipisah penanganannya. Ia menangani kegiatan tarekat
(mursyid). Sedangkan kegiatan pengajian ditangani secara kolektif oleh KH.
Munif, KH. Sonhaji, KH. Muharrar, dan KH. Mukhtar.
Setelah kakak Munif, Nadzif Zuhri pulang dari Universitas Madinah, dia
diserahi tugas secara penuh untuk mengasuh pondok pesantren sendirian.
Meskipun demikian dalam pelaksanaan pengajian para kiai masih ikut
menanganinya.
Hanya Agama
Pondok Pesantren Girikusuma benar-benar merupakan pondok pesantren salaf.
Dalam kegiatan pendidikannya semata-mata hanya mengajarkan pendidikan agama.
Sebelum kepeminpinan KH. Nadzif Zuhri sistem pendidikan menggunakan metode
sorogan dan bandongan.
Di bawah pengasuhan KH. Nadzif Zuhri mulai menggunakan sistem pendidikan
madrasah atau klasikal. Namun bahan pelajarannya tetap menggunakan
kitab-kitab kuning. Meskipun begitu, sistem pengajian sorogan dan bandongan
tetap dipertahankan dengan alokasi waktu setiap usai salat wajib. Sehingga
pondok pesantren ini menamakan dirinya sebagai “Sekolah Islam Salaf” (SIS).
Sisitem pendidikan madrasah yang diselenggarakan adalah madrasah setingkat
lanjutan pertama yang disebut dengan al-Marhalah al-Mutawassithah dan
madrasah setingkat lanjutan atas yang disebut al-Marhalah al-Tsanawiyyah.
Pada kedua madrasah tersebut sepenuhnya mengajarkan pelajaran agama, kecuali
bahasa Inggris sebagai pelajaran umum yang diberikan.
Kurukulum Pesantren
Kurikulum yang digunakan, sepenuhnya merupakan kurikulum susunan pondok
pesantren sendiri. Kedua madrasah tidak memberikan ijazah sebagiamana
lazimnya madrasah/sekolah yang diakui pemerintah. Kedua madrasah tersebut
hanya mengeluarkan surat tanda selesai belajar tanpa akreditasi dari lembaga
yang berwenang (Departemen Agama atau Departemen Pendidikan Nasional).
Namun demikian, pengasuhnya berharap agar kemampuan lulusan kedua madrasah
tersebut dapat sejajar dengan kemampuan lulusan madrasah-madrasah dalam
tingkatan yang sama di negara-negara Islam. Sehingga kelak dapat melanjutkan
belajar di salah satu negara Islam tersebut.
Materi yang diberikan pada pengajian rutin dan madrasah terdapat keterkaitan
atau saling melengkapi. Kitab-kitab yang dipelajari dalam pengajian rutin
adalah, Tafsîr al-Jalâlain, Tanwîr al-Qulûb, Riyâdh ash-Shâlihîn,
al-Ghuniyyah, al-Ibânah ‘an Ush ad-Diyânah, al-Hikam, dan lain.
Saat ini yang menimba ilmu di pondok pesantren Girikusuma berjumlah sebanyak
700 orang. Dilihat dari keikutsertaannya dengan metode pengajaran, mereka
terbagi dalam dua kelompok. Kelompok klasikal dan kelompok tradisional,
dengan 53 orang pembimbing. Yaitu terdiri dari seorang kiai, sembilan badal
(pembantu), dan 43 orang guru. Sedangkan dilihat dari tingkat pendidikan
terakhirnya, sebagian lulusan SLTA keagamaan atau Aliyah keagamaan plus
pondok pesantren dan perguruan tinggi baik.
Sebagai lembaga pendidikan, pesantren Girikusumo dilengkapi 10 ruangan
pengajian, 12 kamar asrama putra, delapan kamar asrama putri, sebuah masjid,
perpustakaan, kantor kiai dan guru. Juga dilengkapi dengan lapangan olahraga
seluas 165 M2. Bangunan-bangunan tersebut menggunakan lahan seluas 2.306 M2.
Semua fasilitas tersebut berdiri di atas lahan seluas 12.433 M2 yang
keseluruhan merupakan tanah wakaf.
Sementara sumber dana untuk pembiayaan operasional proses pembelajaran di
pondok pesantren ini, selain dari orang tua/wali santri, juga diperoleh dari
berbagai sumber. Seperti donatur tetap dan tidak tetap, bantuan pemerintah
atau swasta.
Nama Pontren
:
Pondok Pesantren Girikusuma
Alamat
:
Girikusuma-Mranggen-Demak
Pendiri
:
KH. Hadi Siraj
Pemimpin
:
KH. Moh. Munif Zuhri
Dari berbagai sumber
–
“…menyembah yang maha esa,
menghormati yang lebih tua,
menyayangi yang lebih muda,
mengasihi sesama…
DA KY AGENG GIRI
Diposkan oleh Hadi Prayitno | Label: MRANGGEN
undefined
undefined
MENYINGKAP LEGENDA GIRI KUSUMO
Desa Giri Kusumo berasal dari kata Giri dan Kusumo, yang memiliki arti Giri adalah Gunung, Kusumo adalah Kembang. Giri Kusumo secara istilah adalah Kembangnya Gunung. Giri Kusumo didirikan pertama kali oleh Mbah Hasan Muhibal yang sekarang dikenal sebagai Mbah Hadi.
Mbah Hadi adalah sosok orang yang santun dan cerdas, beliau masih keturunan wali. Pada awalnya beliau diutus oleh allah untuk menyeba luaskan agama islam, pada waktu malam Mbah Hadi mendapat petunjuk untuk membangun sebuah pusat pendidikan di tanah yang mirip dengan Mekah, Jati Ngaleh, Kawengen dan menjadi pusat penyinggahan Mbah Hadi, akan tetapi tidak daerah tersebut yang di lanjutkan oleh Allah. Beliau terus mencari dan berjalan kea rah utara akhirnya beliau sampailah di daerah yang dimaksud sebuah hutan berantara yamg dikelilingi oleh gunung, yaitu Gunung Ungaran, di sebelah Barat Gunung Slamet di sebelah Selatan Gunung Solo di sebelah Timur daN Bukit Kecil di sebelah Utara yang sekarang menjadi tempat pemakaman Mbah Hasan Muhibal (Mbah Hadi). Pada saat beliau wafat disanalah Mbah Hadi memulai membuka pusat pendidikan yang ditandai dengan didirikannya Masjid sebagai tempat siar Islam.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren dan Perkembangannya
Pondok Pesantren Girikusumo, Banyumeneng Mranggen Demak Jawa Tengah didirikan oleh Syeikh Muhammad Hadi bin Thohir bin Shodiq bin Ghozali bin Abu Wasidan bin Abdul Karim bin Abdurrasyid bin Syaifudin Tsani (Ky Ageng Pandanaran II) bin Syaifudin Awwal (Ky Ageng Pandanaran I) pada tahun 1288 H bertepatan dengan tahun 1868 M. Pondok pesantern yang kini telah berusia kurang lebih 137 tahun itu merupakan perwujudan gagasan Syeikh Muhammad Hadi untuk membangun sebuah lembaga pendidikan yang menangani pendidikan akhlak (tasawuf) dan ilmu agama di tengan-tengah masyarakat.
Untuk mendukungg gagasannya itu Syeikh Muhammad Hadi yang oleh para santri dan masyarakat disekitar Girikusumo Mranggen dipanggil dengan sebutan Mbah Hadi, Mbah Hasan Mukibat, Mbah Giri atau Ky Ageng Giri, mendirikan sebuah bangunan masjid di ujung sebuah desa ditepi hutan.
Menurut catatan prasasti didinding bagian depan bangunan masjid yang seluruh bangunannya menggunakan kayu jati itu dibangun hanya dalam waktu 4 jam, dimulai dari jam sembilan malam selesai jam satu malam itu juga. Prasasti yang ditulis dengan menggunakan huruf arab pegon dan bahasanya menggunakan bahasa jawa itu berbunyi :
“ Iki pengenget masjid dukuh Girikusumo, tahun ba hijriyah nabi ollallahu alaihi wasallam 1228 wulan rabiul akhir tanggal ping nembelas awit jam songo dalu jam setunggal dalu rampung, yasane Kyai Muhammad Giri ugi saksekabehane wong ahli mukmin kang hadir taqobballahu ta’ala amin”.
Dengan bekal sebauh bangunan masjid yang lokasinya berada dikaki sebuah perbukitan yang rimbun, waktu itu Mbah Hadi oleh Allah SWT, dikaruniai umur yang cukup panjang, sehingga memiliki kesempatan dan waktu yang cukup untuk menyiapkan kader-kader penerus perjuangan yang dirintisnya dikemudian hari, demikian pula denagn anak dan keluarganya Mbah Hadi memiliki perhatian yang sangat besar terutama dalam hal pendidikan. Perhatian ini dibuktikan dengan memondokkan putra-putranya diberbagai Pondok Pesantren di Jawa Tengah maupun Jawa Timur, yang mampu memunculkan generasi penerus semisal Kyai Sirajuddin dan Kyai Mansur. Yang akhirnya Kyai Sirajuddin sepulang dari Pondok ditunjuk untuk meneruskan program pondok pesantren yang telah dirintis ayahandanya, khususnya santri-santri muda, sementara santri tua/torigoh tetap dipegang oleh Mbah Hadi. Sementara Kyai Mansur ditugaskan ayahnya untuk meneruskan perjuangannya didaerah Solo, tepatnya di desa Dlanggu Klaten. Namun Kyai Sirajuddin dikaruniai umur yang pendek oleh tuhan sehingga beliau meninggal mendahului ayahandanya.
Sementara Mbah Hadi meninggal dunia pada tahun 1931 dan selanjutnya tugas kepemimpinan pondok pesantren diteruslan ioleh adik kandung Kyai Sirojuddin yaitu Kyai Zahid.
Mbah Zahid sebagai generasi kedua hanya memimipin pondok dalam kurun waktu 30 tahun. Tahun 1961 tongkat kepemimpinan pondok diserahkan kepada anak tertuanya KH. Muhammad Zuhri yang oleh para santri dan masyarakat dipanggil dengan sebutan Mbah Muh Giri, karena kondisi kesehatanMbah Zahid semakin menurun dan meninggal dunia pada tahun 1967.
Di bawah kepemimpinan Mbah Muh inilah pondok Giri mulai mencoba untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dibidang pendidikan santri, penyajian pendidikan yang selama ini berjalan dengan system bandongan dilengkapi dengan system klasikal, sementara system lama tetap berjalan. Kepemimpinan Mbah Muhammad Zuhri berlangsung selama 19 tahun kemudian kepemimpinan Pondok Pesantren diteruskan putranya KH,. Munif Muhammad Zuhri.
Pada tahun 1997 Kyai Munif mencoba mencari format baru untuk mengembangkan pendidikan dilingkungan pesantren Girikusumo, dengan memdirikan sebuah yayasan Ky Ageng Giri dengan maksud membawahi lembaga-lembaga formal yang mengikuti program pemerintah. Hal ini didasarkan pada orentasi dan kebutuhan masyarakat akan formalitas dengan tidak meninggalkan ciri khas lembaga yang bernaung dibawah pesantren yaitu dominasi religiusitas kurikulum yang diterapkan dilembaga dibawah Yayasan. Adapun lembaga-lembaga yang telah didirikan adalah TK, SD, SMP, dan SMA.
Dengan trobosan baru inilah akhirnya Pondok Pesantren Girikusumo mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga semakin hari semakin bertambah jumlah santrinya. Hal ini disebabkan karena para alumni yang tidak sedikit jimlahnya yang telah menjadi panutan masyarakat, disamping juga berkah dari sang pendiri Syeikh Muhammad Hadi. Hingga kini keberhasilan Pondok Pesantren Girikusumo menyebarluaskan ajarannya hingga menerobos didaerah luar Jawa seperti Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Lombok.
Tujuan Didirikannya Pondok Pesantren
1. Menyebarkan ajaran Islam keseluruh umat
2. Lii’lai kalimatillah dan Izzul Islam wal muslimin
3. Mengembangkan pendidikan dan pengajaran menurut faham Ahlusunnah wal J
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar