Kamis, 19 Juli 2012

Ba'abud



Buku “Asal-usul Para Wali, Susuhunan, Sultan, dsb, di Indonesia”, Jakarta, 1975, Penerbit tidak ada;  hal 12.
Oleh Tharick Chehab Guru Besar L.B. IAIN Jakarta
 Keluarga Al Ba’abud:
Sayid Ahmad bin Muchsin Ba’abud tiba dari Hadramaut di Pekalongan pada permulaan abad ke 19, dan menikah dengan seorang puteri Regen Wiradesa. Anak cucunya Sayid Muhsin bin Husain bin Ahmad Ba’abud bergelar Raden Suro Atmojo. Saudaranya Ahmad bergelar Raden Suro Diputro.

Buku “Ulama Pembawa Islam di Indonesia dan Sekitarnya”, Cet 2, jakarta, Pnerbit Lentera, 1999, hal 160
Oleh Drg. H. Muhammad Syamsu As.

   Sultan Hamengku Buwono I wafat pada tahun 1792 M, lalu digantikan oleh putranya Hamengku Buwono II (Sultan sepuh). Hamengku Buwono II ini cerdik, lincah, berani dan tidak menyukai Belanda. Ketika sikapnya ini tampak oleh Belanda, maka dipecatlah ia oleh Gubernur Jenderal (Hindia Belanda) Daendels.
   Habib Alwi Ba’abud adalah ulama Arab yang hidup saat itu. Salah seorang putri Sultan Hamengku Buwono II, yaitu Bendoro Raden Ayu Samparwadi, kawin dengan Raden Tumenggung Hassan Manadi, yang sebelumnya bernama Sayid Husein bin Habib Alwi Ba’abud. Dari perkawinan ini lahir seorang putra yang ikut diasingkan ke Penang, yang selanjutnya dipindahkan di pengasingan Ambon.
 Ket:
-Sultan Hamengku Buwono II diasingkan di Penang 1812-1816, kemudian dipindahkan ke Ambon.
- Hal 161 UPIIS:
  Pada bulan Juli 1825 Gubernur Jendral de Kock diangkat sebagai peimpin tentara Belanda. Belanda mengangkat kembali Sultan Hamengku Buwono II yang sudah diasingkan di Ambon bertahta kembali dengan maksud agar bisa mempengaruhi cucundanya Pangeran Diponegoro, sehingga mau menghentikan perlawan bersenjata. Usaha ini diketahui dan idasari pangeran Diponegoro hingga siasat ini mnenemui kegagalan.
- Hal 12 APWSSI:
   Satu cabang dari keluarga Bin Yahya tiba di pulau Pinang pada permulaan abad 19, namanya Tahir. Beliau menikah dengan seorang puteri dari keluarga Sultan Yogyakarta (Sultan yang dibuang ke pulau Penang selama 1812-1816).
   Sayid Tahir datang ke Jawa tinggal di Semarang. Puteranya yang ketiga Ahmad, bergelar Raden Sumodirjo yang kemudian tinggal di Pekalongan, memperisterikan seorang syarifah dari keluarga Ba’abud. Puteranya Sayid Saleh bergelar Raden Sumodiputro. Sedang satu-satunya puterinya menikah dengan seorang Sayid dari Hadramaut.
Sumber http://baabud.blogdrive.com/archive/4.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar