(30) NURUL 'A'YUN
43 Karya Tulis/Lagu Nur Amin Bin Abdurrahman:
(1) Kitab Tawassulan Washolatan, (2) Kitab Fawaidurratib Alhaddad, (3) Kitab Wasilatul Fudlola', (4) Kitab Nurul Widad, (5) Kitab Ru'yah Ilal Habib Luthfi bin Yahya, (6) Kitab Manaqib Assayyid Thoyyib Thohir, (7) Kitab Manaqib Assyaikh KH.Syamsuri Menagon, (8) Kitab Sholawat Qur'aniyyah “Annurul Amin”, (9) Kitab al Adillatul Athhar wal Ahyar, (10) Kitab Allu'lu'ul Maknun, (11) Kitab Assirojul Amani, (12) Kitab Nurun Washul, (13) Kitab al Anwarullathifah, (14) Kitab Syajarotul Ashlin Nuroniyyah, (15) Kitab Atthoyyibun Nuroni, (16) Kitab al 'Umdatul Usaro majmu' kitab nikah wal warotsah, (17) Kitab Afdlolul Kholiqotil Insaniyyahala silsilatis sadatil alawiyyah, (18) Kitab al Anwarussathi'ahala silsilatin nasabiyyah, (19) Kitab Nurul Alam ala aqidatil awam (20) Kitab Nurul Muqtafafi washiyyatil musthofa.(21) KITAB QA'IDUL GHURRIL MUCHAJJALIN FI TASHAWWUFIS SHOLIHIN,(22) SHOLAWAT TARBIYAH,(23) TARJAMAH SHOLAWAT ASNAWIYYAH,(24) SYA'IR USTADZ J.ABDURRAHMAN,(25) KITAB NURUSSYAWA'IR(26) KITAB AL IDHOFIYYAH FI TAKALLUMIL ARABIYYAH(27) PENGOBATAN ALTERNATIF(28) KITAB TASHDIRUL MUROD ILAL MURID FI JAUHARUTITTAUHID (29) KITAB NURUL ALIM FI ADABIL ALIM WAL MUTAALLIM (30) NURUL 'A'YUN ALA QURRATIL UYUN (31) NURUL MUQODDAS FI RATIBIL ATTAS (32) INTISARI & HIKMAH RATIB ATTAS (33) NURUL MUMAJJAD fimanaqibi Al Habib Ahmad Al Kaff. (34) MAMLAKAH 1-25 (35) TOMBO TEKO LORO LUNGO. (36) GARAP SARI (37) ALAM GHAIB ( 38 ) PENAGON Menjaga Tradisi Nusantara Menulusuri Ragam Arsitektur Peninggalan Leluhur, Dukuh, Makam AS SAYYID THOYYIB THOHIR Cikal Bakal Dukuh Penagon Nalumsari Penagon (39 ) AS SYIHABUL ALY FI Manaqib Mbah KH. Ma'ruf Asnawi Al Qudusy (40) MACAM-MACAM LAGU SHOLAWAT ASNAWIYYAH (bahar Kamil Majzu' ) ( 41 ) MACAM-MACAM LAGU BAHAR BASITH ( 42 ) KHUTBAH JUM'AT 1998-2016 ( 43 ) Al Jawahirun Naqiyyah Fi Tarjamatil Faroidus Saniyyah Wadduroril Bahiyyah Lis Syaikh M. Sya'roni Ahmadi Al Qudusy.
Senin, 15 Februari 2016
MAMLAKAT KERAJAAN - KERAJAAN BERSINERGIS KESINGGASANA PARA KEKASIH ALLAH SWT OLEH : NUR AMIN BIN ABDURRAHMAN BIN M. SYARBINI
MAMLAKAT
KERAJAAN - KERAJAAN
BERSINERGIS KESINGGASANA PARA KEKASIH ALLAH SWT
OLEH : NUR AMIN BIN ABDURRAHMAN BIN M. SYARBINI
JUMU’AH LEGI 2 rAJAB 1435 / 2MEI 2014 jam SETENGAH SEBELAS LEBIH SEbELAS MENIT LEBIH SEBELAS DETIK
الحمد لله الذي قال : الاان اولياء الله لاخوف عليهم ولاهم يحزنون الذين امنوا وكانوا يتقون لهم البشرى فى الحيوة الدنيا وفى الاخرة لاتبديل لكلمات الله ذلك هو الفوز العظيم . ان الذين قالوا ربنا الله ثم استقاموا تتنزل عليهم الملائكة الا تخافوا ولاتحزنوا وابشروا بالجنة التي كنتم توعدون . نحن اولياءكم فى الحيوة الدنيا وفى الاخرة ولكم فيها ماتشتهى انفسكم ولكم فيها ماتدعون . نزلا من غفور الرحيم . وان لواستقاموا على الطريقة لاسقيناهم ماء غدقا . وعباد الرحمن الذين يمشون على الارض هونا واذا خاطبهم الجاهلون قالوا سلاما . انما يخشى الله من عباده العلماء . والصلاة والسلام على سيدنا محمد واله وصحبه اجمعين القائل فى الحديث القدسي من آذى لي وليا فقد آذنته بالحرب اي اعلمته أني محارب له ومن حارب الله لايفلح ابدا . ورأى بعض الصالحين النبي صلى الله عليه وسلم فى المنام فسأله عن أفضل الاعمال فقال عليه الصلاة والسلام أفضل الاعمال جلوسك عند ولي من اولياء الله قدر حلب شاة قال حيا كان اوميتا يارسول الله قال حيا كان اوميتا اما بعد : فياايها الاخوة اتقوا الله فى السر والعلن قال العلامة الثانى سعد الدين التفتازني الولي هو العارف بالله وصفاته المواظب على الطاعات المجتنب عن المعاصي المعرض عن الانهماك فاللذات والشهوات . الكرامة لاتختص بحال الحياة فلا تنقطع بالموت . وقال شارحه السمهودي ينبغي ان يكون ظهور الكرامات لهم بعد موتهم اولى من ظهورها حال حياتهم لان النفس باقية صافية من الاكدار والمحن وغيرها . ذكرمشايخه الشيخ عبد الوهاب الشعرانى في كتابه الجواهر والدرر ان الله تعالى يوكل بقبر الولي ملكا يقضي حوائج الناس . افتى العلامة الرملي رحمه الله تعالى اما تقبيل توابيت الاولياء واعتابهم فلا خلاف فى جوازه بل كراهة فى تقبيل اعتابهم على قصد التبرك
Salam bagi semuanya segala puji kepunyaan Allah Shalawat salam tercurah keharibaan baginda nabi Muhammad SAW dan para keluarganya sahabatnya dan pecintanya dunia sampai akhirat amin.
Yang mulia orang tua kami guru-guru kami orang-orang yang mencintai dan mendukung kami atas teradanya buku kecil ini semoga pahala tercurah kepada mereka sumuanya atas doa-doa beliau semoga mendapatkan berkah dan manfaat dunia sampai akhirat amin ya rabbal alamin.
BIOGRAFI SINGKAT ABAH UMAR
Berikut adalah biografi singkat Abah Umar yang diketahui oleh umumnya masyarakat yang sudah kami rangkum:
Abah Umar adalah keturunan Rasulullah Saw.ke-36. Marga beliau adalah Yahya. Adapun silsilahnya adalah Umar bin Isma’il bin Ahmad bin Syaikh bin Thaha bin Masyikh bin Ahmad bin Idrus bin Abdullah bin Muhammad bin Alawi bin Ahmad bin Yahya bin Hasan bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali bin Alawi bin Muhammad bin Ali Muhammad Shahib al-Mirbath bin Ali Khali Qasim bin Alawi bin Muhammad bin Alawi bin Ubaidillah bin Ahmad al-Muhajir Ilallah bin Isa an-Naqib bin Muhammad an-Naqib bin Ali al-Aridh bin Ja’far ash-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin Ali Zain al-Abidin bin Husain bin Fathimah az-Zahra binti Muhammad Rasulullah Saw.
Habib Umar adalah salah seorang keturunan Alawiyah yang lahir pada tanggal 12 Rabiul Awwal 1298 H. bertepatan dengan tanggal 22 Juni 1888 M. di Arjawinangun Cirebon (± 25 KM ke arah Barat Laut kota Cirebon). Sejak usia remaja, beliau mengembara menuntut ilmu dari satu pondok pesantren ke pondok pesantren yang lain.
Pesantren yang beliau singgahi pertama kali adalah pondok pesantren Ciwedus Cilimus Kuningan Jawa Barat yang diasuh oleh KH. Ahmad Shobari. Menurut cerita KH. Ahmad Shobari adalah orang yang pertama kali bai’at tarekat kepada beliau, padahal usia Abah Umar di kala itu masih relatif muda. Dari Ciwedus, beliau bertemu dengan KH. Abdul Halim, seorang kyai muda dari Majalengka Jawa Barat yang juga pernah menjadi murid KH. Ahmad Shobari.
Dua tahun kemudian beliau pindah ke pondok pesantren Bobos Palimanan Cirebon yang dipimpin oleh Kyai Sujak.Pada tahun 1916 beliau pindah lagi ke pondok pesantren Buntet Astanajapura Cirebon Jawa Barat yang diasuh oleh KH.Abbas. Kemudian setelah satu tahun di sana, beliau pergi ke pondok pesantren Majalengka yang diasuh oleh KH. Anwar dan KH. Abdul Halim. Di pondok pesantren Majalengka ini, Abah Umar menimba ilmu selama lima tahun. Tahun keenam Abah Umar diangkat sebagai tenaga pengajar tetap di madrasah yang didirikan oleh KH. Abdul Halim. Di sini beliau seringkali terlibat dalam diskusi dengan para tokoh di pesantren maupun para tokoh yang berada di persyarikatan ulama sehingga nama beliau cepat terkenal.
Pada tahun 1923 habib Umar pulang ke kampung halaman.Dari sinilah beliau memulai berdakwah dan membangun masyarakat, baik dalam bidang sosial, material, keagamaan, maupun spiritual.
Melawan Penjajah Dengan Dakwah
Demi menegakkan ajaran islam, ia tak kenal kompromi dengan pemerintah kolonial Belanda.
Habib Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Da’i berdarah Hadhramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H. Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim, Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein.
Pendidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921.
Menyaksikan masyarakat kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarif Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarif Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya.Maka, setiap malam Jum’at Habib Umar pun menggelar pengajian di rumahnya.
Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat.Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia dibebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda.
Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda.
Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi dan pengajiannya ditutup, enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan.
Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. Maka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon, seperti Kiai Ahmad Sujak (Bobos), Kiai Abdul Halim (Majalengka), Kiai Syamsuri (Wanantara), Kiai Mustafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjul).
Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang dikeluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran.
Panji-Panji Syahadatain
Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain.Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asy-Syahadatain”.Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah.Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno.
Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asy-Syahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan jama’ahnya bertawasul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul Bait, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Asy-Syahadatain.
Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Asy-Syahadatain, menulis buku berjudul Auradh Thariqah Asy-Syahadatain, Sebagai pedoman bagi jama’ahnya.Syahadat, menurut Habib Umar, tidak cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya.
Karyanya yang lain adalah Aurad (1972), menggunakan bahasa daerah yang berisi ilmu akhlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin.
Habib Umar menghadap ke hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973.Semoga amal ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah Swt.
(Sumber: Majalah al-Kisah no.09/4 – 17 Mei 2009 halaman 146).
Sejarah Syekhunal Mukarom Atau Abah Umar Bin Isma’il Bin Yahya
Syekhunal Mukarom adalah sebutan bagi al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabi’ul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M.
Ayahnya adalah seorang Da’i asal Hadramaut yang menyebarkan islam di nusantara yang bernama al-Habib Syarif Isma’il bin yahya, sedangkan ibunya adalah siti Suniah binti H. Shidiq asli Arjawinangun. Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari Syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa khawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebut pun hilang.
Menginjak ke usia 7 tahunan, al-Habib Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus, Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke Ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren Ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrenya akan kedatangan Habib Agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi Habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan aga Habib dihormati, dan dimuliakan, dan jangan dipersalahkan. Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah al-Habib Abah Umar ke pesantren Ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil.
Diceritakan bahwa Abah Umar di Ciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun di sana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas di samping kiai, sehingga para santripun mencibir dan mencemooh. Abah Umar menunjukkan khawariqnya dengan mengingatkan KH.Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamarpun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan.Setelah beberapa waktu mesantren di Ciwedus KH.Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Mbah Kholil Bangkalan-Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar yang di dalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat.
Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos di bawah asuhan KH.Syuja’i dari pondok Bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet di bawah asuhan KH.Abbas. Di Buntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di Ciwedus, tidak mengaji hanya bermain-main di bawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukulah meja kiaitersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat.
Setelah dari pondok Buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka di bawah asuhan KH.Anwar dan KH. Abdul Halim, di pesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahun. Sesampai Abah Umar di rumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di Panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atas dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah. Ngaji Syahadatnya Abah Umar pun terdengar ke seluruh plosok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari selamet dunya akherat dengan Itba’ dan Bai’at kepada Abah Umar.Karena di saat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orangtua yang ma’rifat.
Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim.Setiap malam Jum’at, Panguragan dihadiri oleh para jama’ah yang ingin mengaji syahadat. Bahkan menurut berita dari orang tua dulu ketika belanda melewati Panguragan mereka berkumandang “Maulana ya maulana….” Dengan khidmatnya (terpengaruh oleh karomahnya Abah Umar). Pada tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena di saat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai mancanegara.
Karena semakin ramai, maka para kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-Syahadatain, sehingga mereka khawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang di pengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilan pun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun.Akhirnya Abah Umar pun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH.Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap 3 bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar.
Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawasulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin. Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad Saw.Beliau hadir dalam acara tawasul tersebut secara bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat Jibril dan memberinya gelar Syekh Alim.Kemudian disusul Siti Khodijah memberikan gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz.
Dengan kejadian tersebut, menurut KH.Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman.Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah.Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.di panguragan, dengan dihadiri oleh jama’ah Asy-Syahadatain sampai mancanegara. Sebagai seorang guru Syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun.Disamping beribadah, wirid, dan tafakur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah.Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing.
Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawasul Abah Umar dianggap menyesatkan. Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama jama’ah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali jama’ah Asy-syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama di saat itu tidak ada satu tuntunan pun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tersebut.Dan pada tahun 1971 jama’ah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara. Pada tahun 1973 an masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mari’i, ia yang menjadi pelayanan di dalam lotengnya Abah. Pada pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulannya kepada sirah Abah Umar sehingga Abah Umar pun pingsan dan dibawa kerumah sakit di Bandung untuk dirawat. Di rumah sakit Abah Umar dawuh dengan membaca ayat Al-Qur’an “Innalladzii farra ‘alaika al-Qurana laraa-ddaka ilaa ma’aad”.Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akankesah (pergi/wafat). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kesah pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M.
Berguru Lebih Dari Satu
Beberapa teman Jama'ah ada yang bertanya kepada saya:
Bolehkah aurad (wirid-wirid) dan dzikir tuntunan Abah Umar dibarengi atau diiringi dengan aurad dan dzikir dari guru tarekat yang lain? Lalu apa hukumnya bertarekat lebih dari dua guru?
Kami menjawab:
Sebaiknya laksanakan tuntunan dari satu guru, karena ulama tarekat sepakat bahwa yang utama adalah hanya melaksanakan aurad dan dzirikir serta tuntunan dari satu guru saja. Lihat di kitab Radd Akadzib halaman 48
وقد نص العلماء على ان الافضل ان يشتغل المرء بطريق واحد كما يشتغل طالب العلم بشيخ واحد (رد اكاﺫب - ٤۸)
"Ulama menash (memastikan) bahwa yang utama adalah menyibukkan diri dengan satu tarekat saja, sebagaimana orang yang menuntut ilmu kepada satu guru saja."
Bahkan dalam kitab al-Anwar al-Qudsiyyah menisbatkan orang yang mempunyai guru lebih dari satu telah menduakan ajaran.Sedangkan orang yang menduakan ajaran tersebut dianggap sebagai godaan dari syaitan untuk menggagalkan bertarekat.
من لم يكن له استاﺫ واحد فهو مشرك فى الطريق والمشرك شيخه الشيطان (ﺍﻻﻧﻮﺍﺭ ﺍﻟﻘﺪﺳﻴﺔ - ٤٣)
"Siapa yang gurunya tidak tunggal maka ia menserikatkan tarekat, dan orang yang menserikatkan tarekat itu syaikhnya adalah syaitan"
ASY-SYAHADATAIN
“Saya bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah.Dan saya bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah, limpahkanlah rahmatMu kepada junjungan Nabi Muhammad beserta keluarganya serta sahabat-sahabatnya begitu juga keselamatan”…3x
Asy-Syahadatain, kita semua tahu artinya adalah “Dua Kalimah Syahadat”. Sudah diketahui secara umum asy-Syahadatain itu dipergunakan untuk nama Jama’ah Pimpinan Almaghfurlah al-Habib Umar bin Ismail bin Yahya atau akrab dipanggil Abah Umar di daerah Panguragan Cirebon.
Mengapa nama itu diambil?
Karena nama itu cukup sederhana dan mengandung latar belakang yang dapat kami terangkan antara lain sebagai berikut:
Umat sedunia pada umumnya sudah mengetahui tentang Lima Rukun Islam, yaitu:
1. Mengucapkan 2 (dua) kalimah syahadat
2. Menjalankan shalat lima waktu
3. Melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan
4. Mengeluarkan zakat
5. Menunaikan ibadah haji (bagi yang mampu)
Dan untuk melaksanakan kelima Rukun Islam itu diperlukan mengetahui semua syarat rukunnya, tapi sayang sebagai salah satu akibat dari 350 tahun penjajahan di Indonesia ini (untuk tidak mengkambinghitamkan Bangsa sendiri/Islam) sesungguhnya yang sudah banyak diketahui kaum Islam awam itu hanya syarat rukunnya shalat, puasa, zakat dan haji saja. Sedangkan syarat rukunnya syahadat banyak dilupakan atau kurang perduli.Hal itu dapat terjadi karena mungkin kebanyakan umat Islam di Indonesia ini kesadaran beragamanya berdasarkan keturunan. Akan tetapi lain bagi orang atau dari agama lain yang baru masuk Islam, Dua Kalimah Syahadat itu jelas merupakan pintu gerbang pertama sebelum memasuki pintu rukun Islam yang lain.
Apa bedanya Rukun dan Syarat?
Rukun, adalah tiang utama dalam suatu pengamalan ibadah yang wajib dikerjakan karena jika ditinggalkan maka amalan tersebut kurang/seluruhnya menjadi tidak diterima.Boleh juga disebut sebagai tiang dari suatu bangunan.
Syarat, adalah cara, jenis atau perbuatan yang menentukan sah atau tidaknya pengamalan rukun itu.
Bila diumpamakan tiang suatu bangunan itu sah menjadi Rukun Bangunan tersebut bilamana tiang itu memenuhi syarat, antara lain harus kuat atau terdiri dari jenis kayu apa, atau bagaimana cara membuatnya supaya kuat dan agar menjadi rukun yang sah dari bangunan tersebut.
Menelusuri Syahadat sebenarnya sangat dalam dan luas, pembagian Syahadat dapat dilihat dari:
• Ditinjau dari Isi Bentuknya yaitu: Syahadat Tauhid dan Syahadat Rasul.
• Ditinjau dari Pengamalannya yaitu: Syahadat Thariqat dan Syahadat Haqiqat.
• Ditinjau dari Hasilnya yaitu: Syahadat Sirri, Syahadat Sejati, dan Sejatinya Syahadat.
• Ditinjau dari Macamnya: Syahadat Sholawat, Syahadat Payung, Syahadat Ulul ‘Azmi, Syahadat Nuril Mubin, dan Syahadat Mahdi
Pembahasan Bai’at/Stempel dapat diambil titik terang dari pembagian Syahadat ditinjau dari Prakteknya: Syahadat Syari’at, Thariqat dan Syahadat Haqiqat. Jalan Syahadat Syari’at secara istilah juga disebut dengan Syahadat Bai’at.Untuk mengamalkan bentuk Syahadat yang satu ini yakni harus meyakinkan sifat ketuhanan dan sifat kerasulan seorang Nabi dengan bukti diucapkan dengan lisan seperti yang kita ketahui bahwa Rukun Syahadat ada enam.
Rukun Syahadat inilah yang sering dilupakan oleh banyak kalangan Islam lainnya, padahal apabila tidak dikerjakan salah satu Rukun Syahadat tersebut maka batallah Syahadatnya/keislamannya, sedangkan Syahadat termasuk dalam Rukun Islam yang pertama.
Rukun Syahadat diambil dariTanqih al-Qaul:
1. Niat: guna menguatkan akidah
2. Syahid: orang yang menyaksikan
3. Masyhud Lahu: meyakini Allah dan RasulNya
4. Masyhud Bih: menyaksikan sifat ketuhanan Allah Swt. dan kerasulan Nabi Muhammad Saw.
5. Masyhud ‘Alaih: yaitu orang yang membaca Syahadat (orang yang disaksikan)
6. Sighat: Lafadz Kalimat Syahadat
Pelaksanaan Rukun Syahadat di atas dilakukan seseorang bersama orang lain dengan mengucapkan Dua Kalimat Syahadat dengan lisan dan disaksikan oleh seseorang dan hal seperti itulah yang ada pada tuntunan SyekhunalMukarrom dengan istilah Bai’at atau Stempel. “Wasyuruthuhumaa tsalaatsatun: Al-awwal al-ilmu bima’aaniihimaa. Wa ats-Taaanii almuwaalaat. Wa ats-Tsaalits, lafdzu asyhadu.”(Dikutip dari Kitab Tanqiihul Qaul). Artinya: Syarat sahnya mengucapkan Dua Kalimah Syahadat itu ada tiga:
1. Mengetahui arti kedua Kalimah Syahadat itu
2. Beruntun pengucapannya.
3. Pakai kata Aku Bersaksi (Asyhadu)
Stempel/Bai’at merupakan pengucapan ikrar atas keislaman seseorang dalam menjalankan Rukun Islam pertama agar menjadi seorang muslim yang benar-benar Islam. Seorang muslim dapat dibedakan menjadi 4, diantaranya:
1. Islam Tansibi yaitu seorang muslim karena asal mula keturunan orang tuanya yang beragama Islam dan ini termasuk Islam yang lemah.
2. Islam Tasbih yaitu keislaman seseorang ataupun ibadahnya itu karena terbawa oleh lingkungan yang sarat akan agama. Maka ia sibuk beribadah dan begitu pula sebaliknya.
3. Islam Tahqiri yaitu orang yang mengaku islam dan apabila ia diperintahkan untuk melakukan hukum islam ia meremehkannya, bentuk islam seperti inilah yang membahayakan.
4. Islam Tahqiqiyaitu keislaman seseorang karena keyakinannya yang tinggi pada Allah dan RasulNya, sehingga ia selalu mengamalkan perintah Allah dan RasulNya. Bentuk Islam seperti inilah yang dibenarkan.
Ditinjau dari bentuknya Islam tersebut untuk mencapai bentuk Islam yang ke 4 (empat) harus melakukan beberapa hal yang dapat menjadi Islam Tahqiqi diantaranya:
a. Tajdidul Islam (merehabilitasi Iman dan Islam dengan Syahadat Syari’at/Bai’at)
b. Mengamalkan perintah Allah dan RasulNya serta berusaha untuk selalu ingat Allah sebagaimana yang dinadzomkan oleh Syekhuna:
Eling Allah kang gumantil # Demen Rasul ayo ngintil
Eling Allah kang sempurna # Ora bisa akalana
Amal eling kang digawa # Barang akeh ora digawa
c. Selalu banyak berdzikir dan membiasakan membaca Syahadat setiap waktu sesuai yang didawuhkan oleh Syekhunal Mukarrom sebagai berikut:
Syahadat Tauhid Anjingena # Syahadat Rasul Lakonana
Ngaji Syahadat aja telat # Yen wis waktu gage mangkat
Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tawakkal # Lan nerima syukurane aja gagal
Ngaji Syahadat kudu sabar lan Tafakkur # Supaya cangkem ati dadi akur
Ayu batur dirubah kita pikire # Eling Allah kang akeh muji dzikire
Saban dina karo ALLAH ora parek # Saban dina kang di pikir ya brekepek
Begitulah Syekhunal Mukarrom dalam pendapat/tuntunan yang disyairkan dengan Nadzom, dimana dapat disimpulkan bahwa Bai’at Syahadat itu tidak lain agar kita selamat baik di dunia maupun di akherat sebagai seorang Muslim dan Mu’min. Hal ini dijelaskan dalam kitab Habl al-Matin halaman 8 mengenai Bai’at islam.
Allah berfirman dalam QS.Fushsilat ayat 30:“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan Kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka Malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu”.
Allah berfirman dalam QS.al-Ahzab (golongan-golongan) ayat 45-46:“Hai Nabi, Sesungguhnya Kami mengutusmu untuk Jadi saksi, dan pembawa kabar gemgira dan pemberi peringatan, dan untuk Jadi penyeru kepada agama Allah dengan izinNya dan untuk Jadi cahaya yang menerangi.”
Allah berfirman dalam QS.Thahaayat 14: “Sesungguhnya aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, Maka sembahlah aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat aku.”
Allah berfirman dalam QS.al-Baqarah (sapi betina) ayat 222: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri.”
WALI-WALI YANG DI TAWASSULI OLEH JAMAAH ASY-SYAHDATAIN
ZAMAN BERZAMAN
Disebutkan bahwa zaman akhir dibagi kedalam tujuh zaman, dan pada setiap zamannya terdapat shohibuzzaman. Yaitu;
Zaman Nur, adalah zaman cahaya/penerang dari zaman kegelapan/jahiliyah. Shohibuzzamannya adalah Kanjeng Rosulullah Nabi Muhammad saw. sebagai pemimpin para nabi, rosul, dan para wali yang tidak ada nabi sesudahnya melainkan hanya para wali. Pendampingnya adalah Syekh Ahmad Ar-rifa’i, dan ada yang berpendapat pendampingnya adalah Sayyidina Ali RA.
Zaman Mubin, adalah zaman penjelas dimana para habib dibunuh mati, artinya sudah jelas dapat dibedakan antara golongan orang-orang ahli surga yang cinta kepada keluarga nabi dan ahli neraka yang tidak mencintai keluarga nabi. Shohibuzzamannya adalah Syekh Al-Imam Ali Zaenal Abidin bin Sayyid Husen bin Fatimah Azzahra. Beliau sebagai Sulthonul Awliya’ Qutburrobbani Khalifatuurasul pertama. Pendampingnya adalah Syekh Ahmad Baidlawi.
Zaman Musthofa, adalah zaman pilihan, Shohibuzzamannya adalah Syekh Al-Imam Ja’far Shodiq bin Muhammad Al-Baqir bin Syekh Ali Zainal Abidin, pendampingnya adalah Syekh Ahmad As-shodiq
Zaman Alim, adalah zamannya ilmu pengetahuan, disaat itu ilmu pengetahuan sedang dalam puncak keemasannya, baik dari golongan ummat islam maupun dari golongan kaum barat. Shohibuzzamannya adalah Syekh Sayyid Hasan Asy-syazali, pendampingnya adalah Syekh Ma’abulma’al. dan menurut qoul yang lain pendampingnya adalah Syekh Abu Yazid Busthomi.
Zaman Bathin, adalah zamannya ilmu batin/eling Allah, syetan Iblis pada hancur kalah dalam peperangan melawan hatinya orang mukmin. Shohibuzzamannya adalah Sulthonul Awliya’ Qutburrobbani Syekh Abdul Qodir Jaelani dan menurut satu qiil shohibuzzamannya adalah Sayyid Yahya, pendampingnya adalah Syekh Ahmad Mafakhir.
Zaman Dzohir, adalah zamannya ilmu dzohir/kedigjayaan, banyak orang sakti dan digjaya. Shohibuzzamannya adalah Kanjeng Gusti Sinuhun Syekh Syarif Hidayatullah Gunung Jati, pendampingnya adalah Syekh Muhyi Pamijahan.
Zaman Muhsin, adalah zaman pemberesan/pembersihan hati dan pelurusan amal dan akhlak, karena pada zaman ini banyaknya kemunafikan, kemusyrikan, kemurtadan, takabbur, dan semacamnya. Zaman Muhsin terdiri dari tiga zaman yaitu;
Zaman Salam, yaitu zaman meminta slamet dunya akherat dunya akherat slamet. Shohibuzzamannya adalah Gusti Sinuhun Syarif Hidayatullah Kebon Melati Sayyidi Syekhunal Mukarrom Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, pendampingnya adalah Al-Habib Ahmad Nuril Mubin Jenun.
Zaman Rohman, yaitu zaman pengasih karena pada zaman ini banyak orang bodoh bisa mancleng/eling kepada Allah. Shohibuzzamannya adalah Syekhunal Mukarrom Sholawatullah Mursyid Embah Ahmad, pendampingnya adalah Syekhunal Mukarrom Embah Jalil.
Zaman Rohim, yaitu zaman penyayang karena pada zaman ini katanya hanya orang-orang yang sungguh-sungguh mengharapkan ridho Allah dan ikhlas kepada Allah yang akan mendapatkan petunjuk.
SABILUL KHOYROT
Syahadat menjadi tempate badan rohani
Sholawat Tunjina menjadi pakaian badan rohani
Ya Kafi Ya Mubin Ya Kafi Ya Mughni menjadi panganane/makanan badan rohani
Ya Fattah Ya Rozzak Ya Rohman Ya Rohim menjadi panganane badan jasmani
Inna Fatahna, menjadi tunggangane/kendaraan badan rohani
Sholat Dhuha menjadi gudang makanan badan jasmani
Sholat Tahajjud menjadi gudang makanan badan rohani
Ya Hayyu – minadzdzolimin, menjadi jalan badan rohani
La ila ha illa anta subhanaka inni kuntu minadzdzolimin, menjadi Hudan Kenikmatan jasmani rohani
Ya Rosulullah hi jiina, menjadi penjaga jalan lalu lintas badan rohani
Allah memberikan asma kepada makhluknya yang berakal 4000 asma
2000 asma untuk kanjeng Nabi Muhammad, pengamalannya cukup dengan membaca 8 Asma saja yaitu Ya Hadi Ya Alim Ya Khobir Ya Mubin Ya Wali Ya Hamid Ya Qowim Ya Hafidz
1000 asma untuk kanjeng Syekh Abdul Qodir Jaelani, pengamalannya cukup dengan membaca 4 asma yaitu Ya Hadi Ya Alim Ya Khobir Ya Mubin
900 asma untuk para nabi, pengamalannya cukup dengan bertawassul kepada 25 nabi
90 asma untuk para malaikat, pengamalannya cukup dengan bertawassul kepada 10 malaikat
9 asma untuk para wali, pengamalannya dengan cara bertawassul kepada para wali
1 asma untuk para mukmin sejagat, pengamalannya dengan beribadah, mendekatkan diri kepada Allah dengan mudzakaroh (eling Allah).
SYEKH SYARIF HIDAYATULLAH
SEBAGAI INSAN KAMIL
Diceritakan datanglah seorang mubaligh dari Baghdad ke nusantara yang bernama Syekh Idhofi/Syekh Dzatul Kahfi/Syekh Nur Jati bersama adik perempuannya yang bernama Nyai Mas Ratu Subanglarang, mereka berdua singgah di Gunung Jati. Nyi Mas Ratu Subanglarangpun diperistri oleh Raja Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata Wisesa Sri Maha Prabu Siliwangi atas dasar istikhoroh dan petunjuk dari Allah. Sri Maha Prabu Siliwangi memiliki tiga orang istri dan empat puluh anak.
Pada suatu hari Nyi Mas Ratu Subanglarang mendapatkan hawatif (petunjuk dari Allah) untuk mengikuti sang prabu berburu kehutan, walaupun sang prabu menolak akhirnya Nyi Mas Ratu Subanglarangpun tetap ikut dalam rombongan sang prabu berburu ke hutan.
Sesampainya dihutan mereka menemukan seorang bayi laki-laki dengan posisi nyungsang diatas rerumputan, maka bayi laki-laki tersebut diangkat menjadi anak Prabu Siliwangi atas keinginan Nyi Mas Ratu Subanglarang dengan diberi nama Walangsungsang (Embah Kuwu Sangkan Pangeran Cakrabuana).
Dan beberapa selang waktu kemudian, Nyi Mas Ratu Subanglarang mendapatkan hawatif yang sama. Sesampainya dihutan bersama rombongan Prabu Siliwangi, beliau menjumpai petani yang sedang menanam terong dan saat rombongan kembali dari berburu dengan idzin Allah terong-terong tersebut telah waktunya panen. Sehingga Nyi Mas Ratu Subanglarangpun memetiknya satu buah lalu dimakannya terong tersebut. Sesampainya dikraton Nyi Mas Ratu Subanglarang pun akhirnya hamil, sang Prabu Siliwangi sangat bahagia. Dan dari kehamilan tersebut lahirlah seorang bayi perempuan yang bernama Nyi Mas Dewi Rarasantang.
Pada usianya yang telah meninjak dewasa Walangsungsang bermimpi bertemu Kanjeng Nabi Muhammad saw., sehingga Walangsungsang memohon restu dari sang Prabu Siliwangi untuk mempelajari Agama Islam. Sang Prabu pun marah besar dan Walangsungsang pun akhirnya diusir dari kraton Pajajaran.
Mengetahui kakaknya diusir, Nyi Rarasantangpun menyusul kakaknya keluar dari kraton Pajajaran. Sri Maha Prabu Siliwangi Kebingungan karena putrinya hilang, sehingga mengerahkan semua pasukannya untuk mencari sang putri Nyi Rarasantang, namun tak ditemukan.
Diceritakan Walangsungsang tiba di Gunung Maraapi (Rajadesa Ciamis Timur) bertemu dengan Sanghyang Danuwarsih (Kikuwu Cerbon Girang) dengan mengutarakan maksud kedatangannya mencari Guru Syahadat, namun tidak disanggupinya. Danuwarsih malah menikahkannya dengan putrinya yang bernama Nyi Mas Endang Geulis.
Sedangkan Nyi Rarasantang berada di Gunung Tangkuban Prahu, ia bertemu dengan Nyi Endang Sukati serta memohon bantuan untuk dipertemukan dengan kakaknya, namun Nyi Endang Sukati hanya dapat memberikan kesaktian dan petunjuk untuk menemui Ki Ajar Sakti di Gunung Liwung.
Nyi Rarasantang pun bertemu dengan Ki Ajar Sakti, beliau memberitahukan bahwa kakaknya Walangsungsang telah beristri di Gunung Maraapi dan Nyi Rarasantangpun diberi nama Ratnaeling yang kelak akan mempunyai putra yang punjul sebuana. Tidak beberapa lama akhirnya kakak adik tersebut bertemu di Gunung Maraapi.
Setelah sebulan lamanya di Gunung Maraapi Walangsungsang, Nyi Endang Geulis, dan Nyi Rarasantang melanjutkan perjalanannya mencari Guru Syahadat. Nyi Endang Geulis dan Nyi Rarasantangpun dimasukkan kedalam cincin Ampal yang dipakai Walangsungsang agar perjalanannya lebih mudah.
Di Gunung Ciangkup mereka bertemu dengan Sanghyang Nanggo, namun ia tidak bisa mengajarkan Ilmu Syahadat dan mereka hanya diajarkan ilmu kanuragan. Selanjutnya di Gunung Kumbang mereka bertemu Sanghyang Naga, di Gunung Cangak mereka bertemu Sang Pendeta Luhung, namun mereka belum menemukan juga guru yang dicari.
Akhirnya mereka bertiga menuju Gunung Jati, datang sudah dihadapan Syekh Nur Jati sambil menyampaikan tujuannya. Syekh Nur Jati segera memberikan wejangan Ilmu Syahadat Syareat Kanjeng Nabi Muhammad saw.
Walangsungsang diberi nama Shomadullah dan diijinkan membangun sebuah dukuh, dan bertemulah dengan Ki Gedeng Alang-Alang di Lemah Wungkuk, Ki Gedeng Alang-Alang memberinya nama Cakrabumi disitulah Walangsungsang membangun sebuah dukuh yaitu dukuh Cirebon. Dinamakan Cirebon karena dukuh yang dibangun oleh Cakrabumi menjadi terkenal lantaran terasi (Grage) yang dibuat oleh Cakrabumi. Yang pembuatannya dari Rebon (udang kecil) dan air perasannya dibuat Petis (Cai Rebon/Air Udang).
Ketenaran trasi tersebut sampailah ke kraton Rajagaluh, sehingga dukuh Cirebon harus membayar upeti berupa Terasi Gelondongan ke kerajaan Rajagaluh, dan diangkatlah Ki Gedeng Alang-Alang menjadi Kuwu, dan setelah sepeninggalnya jabatan Kuwu diserahkan kepada Cakrabumi dengan gelar Kuwu Cerbon Cakrabuana.
Setelah sekian waktu, Cakrabuana diperintahkan oleh Syekh Nur Jati untuk bai’at tabaruk kepada Syekh Maulana Ibrahim dinegara Campa. Cakrabuana mendapatkan perintah dari Syekh Maulana Ibrahim untuk menunaikan Ibadah Haji dengan membawa surat untuk Syekh Bayan dan Syekh Abdullah di Mekah.
Cakrabuana mematuhi perintah sang guru, mohon pamit meneruskan perjalanan menuju mekkah dengan menaiki mancung bersama adiknya Nyi Rarasantang. Antara lama kemudian sampailah ditanah mekkah dihadapan Syekh Bayan dan Syekh Abdullah menerimakan sepucuk surat dari Syekh Maulana Ibrahim.
Diceritakan dinegara mesir Kanjeng Sultan Maulana Mahmud Syarif Abdullah sedang bermuram durja karena ditinggal sang permaisuri, siang malam berdzikir pada Allah untuk mendapatkan kasih saying-Nya.
Pada saat tafakkurnya, Kanjeng Sultan mendapatkan petunjuk dari Allah bahwa jodohnya ada di mekkah. Akhirnya Kanjeng Sultan mengutus patihnya untuk mencari seorang perempuan yang pantas untuk jadi permaisuri.
Tidak antara lama mereka melihat seorang perempuan yang cantik sekali mengungguli perempuan senegara ia itu adalah Nyi Rarasantang, lalu dikuntitnya sampai bertemu dirumah Syekh Bayan. Perihal Kanjeng Sultan disampaikannya kepada Nyi Rarasantang. Nyi Rarasantang dan Cakrabuana ikut Ki Patih ke Mesir menghadap Kanjeng Sultan Mesir dan mereke pun ditempatkan dirumah Ki Penghulu Jamaluddin.
Kanjeng Sultan bertemu dengan Nyi Rarasantang dimasjid Tursina, beliau sangat setuju sekali mirip denga permaisurinya yang telah meninggal dunia, segera Nyi Rarasantang didekati dan dilamarnya. Namun Nyi Rarasantang meminta maskawin putra laki-laki waliyullah yang punjul sebuana, permintaan tersebut disanggupi oleh Kanjeng Sultan atas kehendak dan petunjuk dari Allah. Akhirnya Nyi Rarasantang menikah dengan Kanjeng Sultan Syarif Abdullah dan diberi nama Hj. Syarifah Muda-im.
Setelah satu tahun lamanya Cakrabuana pulang ke Cirebon dengan diberi nama oleh Syekh Bayan adalah Bayanullah, Syekh Abdullah pun memberi nama yaitu Abdullah Iman. Dalam perjalanannya menuju Cirebon, cakrabuana mampir di Aceh sebulan lamanya, kemudian mampir di Palembang selama tiga bulan.
Tidak antara lama Cakrabuana mempunyai bayi perempuan diberi nama Ratu Mas Pakungwati, kemudian ki Kuwu Cakrabuana membangun kraton Pukungwati. Tak lama kemudian Ki Kuwu mempunyai bayi laki-laki bernama Pangeran Cerbon.
Diceritakan dinegara Mesir Kanjeng Sultan dan Syarifah Mudaim/Nyi Rarasantang berziarah ke mekkah dan kemakam Kanjeng Nabi Muhammad saw. dalam usia kandungannya yang ke tujuh bulan.
Tidak lama kemudian Syarifah Mudaim melahirkan bayi laki-laki yang elok sekali, cahayanya meredupkan cahaya matahri pada tanggal 12 mulud ba’da subuh. Bayitersebut langsung dibawa Thowaf oleh Kanjeng sultan dan diberi nama Syarif Hidayatullah dengan disaksikan para ulama dan para mukmin. Antara tahun Syarifah Mudaim mengandung lagi dan melahirkan seorang bayi lelaki yang diberi nama Syarif Nurullah.
Tidak antara tahun Kanjeng Sultan wafat, dan kerajaan mesir dipimpin oleh Patih Jamaluddin sebagai wakil karena Syarif Hidayatullah masih kecil.
Diceritakan setelah Syarif Hidayatullah meranjak dewasa, beliau sangat ingin berguru kepada Kanjeng Nabi Muhammad walaupun pada saat itu menurut dhohirnya Kanjeng Nabi telah wafat.
Karena tidak tahan dengan rasa rindunya kepada Kanjeng Nabi Muhammad, Syarif Hidayatullah meminta izin kepada ibunya untuk mencari Kanjeng Nabi. Akhirnya diizinkan pula sang putra oleh ibunya.
Dalam perjalanannya Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nagasaka yang member petunjuk untuk pergi ke makam Nabi Sulaiman dipulau majeti. Sebelum sampai beliau bertemu dengan Pendeta Ampini yang mengajak bersama-sama menuju majeti. Sesampainya disana Syarif Hidayatullah atur hormat, namun Pendeta Ampini langak longok mencari cincin Nabi Sulaiman, sehingga datanglah petir menyambar sang pendeta karena memikirkan keduniaan dan sekh Syarif terlempar hingga dipuncak gunung. Segera sekh Syarif bertobat karena telah menemani orang yang berlaku durjana.
Setelah bertobat syekh Syarif bertemu dengan petapa yang disampingnya terdapat kendi pertula. Syekh Syarif berkata; “Hai sang tapa itu kendi milik siapa? Saya ingin minum”. Sang petapa menjawab; “Wallahu a’lam tatkala saya memulai bertapa kendi itu sudah ada”. Syekh Syarif berkata; “Hai kendi pertula engkau siapa yang mempunyai milik? Karena saya ingin minum”. Kendi itu menjawab; “Saya kendi asal surge, turun kala waktu Nabi Nuh, iya tuan yang mpunyai milik”. Lalu kendi airnya diminum tidak sampai habis, lalu kendi diletakkan. Kendi segera mengucap; “Tuan pasti menjadi raja/ nata seturunannya, akan tetapi tidak sampai terus, direbut hingga terjajah”. Kendi lalu diminum kembali hingga habis. Pratula berkata kembali; “selanjutnya Negara tuan abadi tidak terjajah, saya kelak mengabdi kala tuan jadi raja”. Lalu kendi segera terbang keangkasa.
Kemudian Syekh Syarif melanjutkan perjalanannya dengan dihadang berbagai godaan dunia. Tak lama kemudian Syekh Syarif dilanda gelap gulita hingga sengsara. Kemudian datanglah Nabi Ilyas memberikan petunjuk untuk naik kebukit menemui penunggang kuda, sesampainya disana bertemu dengan penunggang kuda yaitu Nabi Chidir dan Syekh Syarif pun diajak untuk naik kuda dan diantarkan naik keatas sampai dinegri ajrak. Dinagara ajrak Syekh Syarif masuk kedalam Masjid Mirawulung dan bertemu arwakh para syuhada dan para mukmin.
Syekh Syarif bertafakkur hingga diridhoi Allah untuk naik kelangit tujuh dan bertemu dengan Rasulullah.
Setelah sowan ke kanjeng Nabi Muhammad, Syekh Syarif pulang ke negeri mesir menemui Ibunda Rarasantang. Antar sebulan lamanya dimesir Syekh Syarif menunaikan Ibadah Haji, sepulangnya berhaji beliau diangkat menjadi Sultan Mesir Maulana Mahmud.
Setelah beberapa waktu Ibunda Rarasantang memerintahkan kepada Syekh Syarif untuk pergi ke tanah jawa menemui Ki Kuwu Cakrabuana, dan Syekh Syarif mematuhinya dan kesultanan diserahkan kepada Syarif Nurullah.
Sesampainya dicirebon, Syekh Syarif sowan ke Syekh Nur Jati kemudian ke Sunan Ampel untuk mendapatkan wejangan-wejangan dengan diantar oleh Ki Kuwu Cakrabuana. Dan beliaupun dinikahkan dengan putri Ki Kuwu Cakrabuana Nyi Mas Pakungwati namanya.
Setelah itu barulah Syekh Syarif menyebarkan agama islam ditatar pasundan Cirebon dan sekitarnya sampai ke tanah china, India dll.
Pada suatu hari Ki Kuwu Cakrabuana dan Kanjeng Sinuhun Gunung Jati bermufakat untuk menghadap kepada Prabu Siliwangi untuk mengajaknya masuk Islam.
Diceritakan dikraton pajajaran Prabu Siliwangi dan pengiringnya hendak bertolak ke cirebon meninjau cucunya Kanjeng Sinuhun. Tidak lama kemudian Kibuyut Talibarat menjumpai sang prabu dan mempengaruhinya untuk tidak masuk Islam, sehingga sang prabu pun merubah kratonnya menjadi hutan dan seluruh pengiringnya menghilang dikarenakan tidak mau masuk Islam dan sudah mengetahui bahwa Kanjeng Sinuhun akan datang.
Tidak berapa lama kemudian datanglah Kanjeng Sinuhun dengan Ki Kuwu Cakrabuana mendapati kraton telah berubah menjadi hutan, namun beliau berdua masih dapat melihat kraton pajajaran seperti semula lalu masuk dan mengislamkan sebagian penghuninya yang masih ada, namun tidak didapatinya sang prabu.
Setelah beberapa waktu kemudian Kanjeng Sinuhun memohon kepada Allah untuk dipertemukan dengan Prabu Siliwangi, namun didapatinya telah menjadi macan/harimau. Kanjeng Sinuhun tetap mengajak sang prabu untuk masuk islam, dan akhirnya dengan berbagai macam kejadian upaya sang prabu pun mengikuti agama islam dan tetap menjadi macan yang akan melindungi keturunan Kanjeng Sinuhun Gunung Jati.
NYI MAS AYU GANDASARI
Diceritakan Ki Gedeng Selapan dan diwartakan sejak dulu tatkala bertapa digunung Mendang dibawah pohon pudak memuja semedi ingin mempunyai anak yang sakti lagi punjul. Pertama bertapa bunga pudak baru kuncup, sekarang sudah berjatuhan dihadapan Ki Gedeng, bunga yang jatuh ketanah tersebut ternyata jadi bayi perempuan, lalu bayi itu dibawa pulang dan diberi nama Nyi Mas Ayu Fatimah Pamuragan atau Nyi Mas Ayu Fatimah Gandasari. (menurut pendapat lain Gandasari adalah putri angkatnya Sultan Aceh atau adik perempuannya Faletehan).
Diceritakan Gandasari sudah berumur 15 tahun dan sudah bai’at kepada Sunan Gunung Jati, dan kecantikannya sudah masyhur ke 25 negara sehingga banyak laki-laki yang melamar dari segala macam profesi dan jabatan. Namun karena sulit untuk memutuskan mana yang harus diterima, Nyi Mas Ayu Gandasaripun mengadakan sayembara bagi lelaki yang dapat mengalahkannya maka ia bersedia mengabdi kepada lelaki tersebut sebagai istri.
Dari sayembara tersebut para gegedeng saling berebut menangkap Nyi Mas Ayu Gandasari, namun tak satupun yang bisa menangkap atau mengalahkannya.
Diceritakan ada satria yang baru datang dipantai Cirebon membawa kitab dua perahu dari Negara Syam/Syria yang bernama Syarif Syam mencari guru mursyid yang bisa memotong rambutnya karena belum ada yang bisa memotongnya (diceritakan kitab-kitab tersebut terdampar di jawa timur).
Setelah keluar dari perahu datanglah ke kebun gayam. Disana ia melihat seorang laki-laki yang sedang memukul/mengupas/membentongi buah gayam untuk diambil isinya. Syarif Syam menanyakan tentang keberadaan guru mursyid tersebut, dan Syekh Bentong pun menunjukkannya kearah selatan bahkan Syekh Bentong menggelung rambutnya Syarif Syam dan memberinya nama Pangeran Rimagelung. Syekh Bentong mengajak Pangeran Rimagelung untuk Sholat didalam bumbung bambu pagar rumahnya, Pangeran Rimagelungpun terheran-heran karena ternyata didalamnya ada sebuah masjid besar dan banyak makmumnya. Pangeran Rimagelungpun dijamu dengan buah-buahan yang ditanam seketika itu juga oleh Syekh Bentong dan pada saat itupula langsung berbuah dan langsung masak.
Tidak beberapa lama, Pangeran Rimagelung bertemu dengan kakek tua (Sunan Gunung Jati), beliau memotong rambut Pangeran Rimagelung hanya dengan jari-jarinya, lalu kemudian kakek tua itu pergi. Pangeran Rimagelungpun mencarinya hingga ahirnya datang ke tempat sayembara Nyi Mas Ayu Gandasari.
Disana Pangeran Rimagelung merasa iba kepada Nyi Mas Ayu karena dikeroyok oleh para lelaki, dengan tujuan membantu Pangeran Rimagelungpun masuk arena sayembara. Namun malah ditantang oleh Nyi Mas Ayu karena telah memasuki arena sayembara, akhirnya ia pun ikut memperebutkan Gandasari.
Gandasari menyerang Pangeran Rimagelung dengan berbagai macam senjata, namun tak satu senjata pun yang melukai sang pangeran, akhirnya Gandasaripun kabur masuk kedalam bumi keatas awan namun sang pngeran selalu ada dibelakangnya.
Gandasaripun ahirnya bersembunyi dibawah sandalnya Sunan Gunung Jati, sang pangeran memohon restu kanjeng sinuhun gunung jati untuk mengangkat kakinya, kemudian Nyi Mas Ayu sembunyi dalam sabuknya, sang pangeranpun kembali memohon kanjeng sinuhun untuk membuka sabuknya, Nyi Mas Ayu pun pindah kedalam cincinnya, sang pangeran pun meminta kanjeng sinuhun melepas cincinnya, Nyi Mas Ayu pindah bersembunyi dibalik jubah kanjeng sinuhun, ahirnya sang Pangeran Rimagelung tidak sabar ditabraknya kanjeng sinuhun, namun sang pangeran tersungkur ditanah tidak kuat menabrak kanjeng sinuhun. Akhirnya Pangeran Rimagelung meminta maaf dan bertobat kepada kanjeng sinuhun Gunung Jati karena telah salah jalan, padahal tujuan awal dari perjalanannya ke Cirebon adalah mencari guru syahadat kanjeng sinuhun Gunung Jati.
Nyi Mas Ayu Gandasari pun mengakui kekalahannya, Nyi Mas Ayu bersedia menjadi istri Pangeran Rimagelung namun Nyi Mas Ayu mengajukan syarat menikahnya nanti saja dialam batin, hal ini disepakati dan disaksikan oleh kanjeng sinuhun Gunung Jati dan Ki Kuwu Cakrabuana.
SITI FATIMAH LODAYA
Diceritakan dinegeri India ada seorang raja meninggal dunia beliau akan dibakar ditengah laut, pada saat itu pula Kanjeng Sinuhun Gunung Jati melewati kapal mereka. Kanjeng Sinuhun menanyakan perihal yang akan dikerjakan oleh para prajurit tersebut, maka Kanjeng Sinuhun mengajak mereka semua untuk masuk islam, tapi mereka semua tidak ada yang mau kecuali Kanjeng Sinuhun bisa menghidupkan raja mereka. Atas idzin Allah raja mereka itu dihidupkan kembali, serentak mereka semua bersujud dan bai’at syahadat kepada Kanjeng Sinuhun. Setelah mereka masuk islam, mereka kembvali ke negaranya dengan mengislamkan satu Negara.
Selang beberapa waktu sang raja tersebut meninggal dunia dalam keadaan islam dan meninggalkan permaisuri yang sedang mengandung. Setelah beberapa bulan lahirlah seorang bayi perempuan yang diberi nama Fatimah, setelah Nyi Mas Fatimah meranjak dewasa ia diberitahukan bahwa ayahnya adalah Sunan Gunung Jati karena pada dasarnya ayahnya itu telah wafat sebelum Nyi Mas Fatimah menitis.
Sehingga Nyi Mas Fatimah pun berlayar kecirebon mencari Kanjeng Sinuhun, sesampainya dicirebon Nyi Mas Fatimah diperintahkan oleh Kanjeng Sinuhun untuk mengalahkan Siluman Ratu Laut Kidul.
Terjadilah pertempuran antara Nyi Mas Fatimah dan Ratu Laut Kidul yang dimenangkan oleh Nyi Mas Fatimah, sehingga Nyi Mas Fatimahpun diangkat menjadi Ratu Siluman Laut Kidul dengan nama Nyi Mas Fatimah Lodaya dan tinggal dipantai selatan daerah Rawa Onom.
Diceritakan setiap lelaki yang menikah dengan Nyi lodaya pasti meninggal, sampai suatu hari datang seorang pemuda Syekh Abdurrahman Kalijaga. Beliau datang atas petunjuk Allah dengan berbekalkan pakaian, beras, dan kepeng (uang) (menurut KH. Idris Anwar inilah yang menjadi dasar adanya maskawin syahadat), sebelum sampai ketempat tujuan beliau bertemu dengan seorang kakek. Kakek tersebut meminta barang bawaan Syekh Abdurahman dan berpesan kepadanya “Rahasia aja dibuka, Rejeki setitik aja ditampik, Bojo ayu aja buru-buru”, dengan petunjuk dari Allah Syekh Abdurrahman pun menikahi Nyi Lodaya dengan berpuasa selama 40 hari, dimana pada suatu malam ditemukannya seekor ular berada didalam farji Nyi Lodaya dan setelah dicabut oleh Syekh berubahlah ular tersebut menjadi keris. Dengan kejadian tersebut jelaslah bahwa yang menyebabkan para suami meninggal adalah ular tersebut, dengan hilangnya ular tersebut perkawinan mereka pun rahayu.
SYEKH RUMAJANG
Syekh Rumajang adalah putra prabu Siliwangi dari ibu yang bernama Nyi Mas Ratu Subanglarang/ Dewi Kumala Wangi, Syekh Rumajang masa kecilnya bernama Prabu Kian Santang. Ia adalah adik dari Walangsungsang dan Nyi Rarasantang.
Dari sejak kecil sampai dewasa yaitu usia 33 tahun prabu Kian Santang belum pernah dikalahkan kesaktiannya sejagat pulau jawa. Karena sangat ingin sekali mencari orang sakti, akhirnya memohon bantuan kepada ayahanda Prabu Siliwangi untuk mencarikan orang sakti yang bisa mengalahkannya, ternyata gagal karena tidak ada yang sanggup melukai walau hanya kulitnya saja. Sampai para ahli nujum pun dihadirkan untuk mencari dimana ada orang sakti yang mampu mengalahkan Prabu Kian Santang namun tetap tidak ketemu.
Dalam situasi yang membingungkan datang seorang kakek, prabu Siliwangi dan seluruh isi keraton tersebut terkejut, kakek tersebut membawa berita bahwa orang yang dapat menandingi Prabu Kian Santang adalah Sayyidina Ali yang tempatnya jauh di Mekkah (padahal pada waktu itu Sayyidina Ali telah wafat, namun kejadian ini dipertemukan dengan kehendak Allah). lalu kakek tersebut berkata kepada Prabu Kian Santang kalau ingin bertemu dengan dia kamu harus melaksanakan dua syarat yaitu harus muja semedi dulu diujung kulon, dan nama harus diganti dengan nama Galantrang Setra (Galantrang=Berani, Setra=Bersih/Suci).
Setelah Prabu Kian Santang melaksanakan dua syarat tersebut, maka berangkatlah beliau ketanah suci Mekkah. Setibanya disana beliau bertemu dengan sayyidina Ali namun Galantrang Setra tidak mengetahuinya bahwa yang ia hadapi adalah Sayyidina Ali. Lalu Galantrang Setra menanyakan rumahnya sayyidina Ali, maka lelaki tersebut mengantarkannya kerumah sayyidina Ali, namun sebelum berangkat lelaki tersebut menancapkan tongkatnya ditempat tersebut.
Setelah mereka jauh lelaki tersebut meminta Galantrang Setra untuk mengambilkan tongkatnya dan apabila tidak mau maka tidak akan diantar kerumah sayyidina Ali. Namun setelah mencoba mengambilnya dengan satu tangan tongkat tersebut tidaklah terangkat, maka Galantrang Setra pun mengerahkan semua kekuatannya namun tak kunjung terangkat malah tubuh Galantrang Setra amblas masuk kedalam bumi dengan berkucuran darah.
Ahirnya lelaki yang tidak lain adalah sayyidina Ali pun datang, dengan membaca Basmalah dan syahadat terangkatlah tongkat tersebut dan seluruh luka ditubuh Galantrang Setra pun sembuh. Maka ia pun meminta diajarkan kalimat tersebut, namun tidak diberikan karena Galantrang Setra belum masuk islam, dan keduanya melanjutkan perjalanan menuju kota mekkah.
Sesampainya dimekkah lelaki yang bersamanya itu dipanggil Ali, Galantrang Setra mendengar sebutan tersebut sangat terkejut bahwa lelaki yang mengantarnya adalah Sayyidina Ali.
Dengan demikian Galantrang Setra merasa takut dan malu sehingga hilang keberaniannya, maka berangkatlah Galantrang Setra dengan maksud pulang ketanah jawa, namun kesaktiannya telah hilang maka Galantrang Setra pun tidak bisa pulang kejawa sehingga dia pun kembali lagi ke tanah mekkah.
Seketika itu pula Galantrang Setra menemui Sayyidina Ali dan langsung memohon berguru dan masuk islam, ia bermukim dimekkah selama 20 hari sambil mempelajari agama islam dan barulah kembali ketanah jawa pajajaran.
Setibanya dipajajaran ia menceritakan pengalamannya ditanah mekkah serta pertemuannya dengan Sayyidina Ali dan pada ahirnya ia memberitahukan kepada ayahandanya bahwa ia telah masuk islam, dengan demikian Prabu Siliwangi murka namun Galantrang Setra belum bisa menyebarkan islam dengan sempurna karena belum menguasai tentang islam.
Karena ketidakmampuannya menyebarkan agama Islam, maka Galantrang Setra pun kembali lagi ke mekkah selama 7 tahun untuk menekuni agama Islam. Setelah merasa cukup Galantrang Setra kembali lagi ke pajajaran bersama saudagar arab.
Setibanya ditanah jawa Galantrang Setra langsung menyebarkan agama islam dikalangan masyarakat dan sangat diterima oleh masyarakat. Kemudian Galantrang Setra bermaksud menyebarkan agama Islam dilingkungan keraton.
Setelah Galantrang Setra datang ke keraton, ia sangat terkejut karena yang tersisa hanyalah hutan belantara dan tidak didapatinya seorang pun. Maka Galantrang Setra berdo’a memohon kepada Allah untuk dipertemukan dengan ayahadanya yaitu Prabu Siliwangi, Allahpun mengabulkannya. Dengan tiba-tiba ayah dan pengiringnya keluar dari hutan, sehingga Galantrang Setra pun sangat bahagia dan memberi hormat serta berkata; “wahai ayahku yang tercinta, kenapa ayah ada dihutan? Sedangkan ayah itu seorang raja, apakah pantas seorang raja diam dihutan? Lebih baik ayah ke kraton dan saya akan mengajak ayah dan para pengiring masuk islam”, Prabu Siliwangi tidak menjawab, malah balik bertanya; “Wahai anakku Prabu Kian Santang, apakah yang pantas untuk diam dihutan?”, Galantrang Setra menjawah; “Ayahku, yang pantas ada dihutan adalah binatang buas seperti macan”, seketika itu pula Prabu Siliwangi beserta pengiringnya menjadi Macan/ Harimau. Namun Galantrang Setra tidak putus asa untuk mengajak ayahnya masuk islam, sampai ahirnya Prabu Siliwangi terdesak dipantai laut kidul digarut, tetapi tetap tidak mau masuk islam (karena dengan idzin Allah yang meng islamkannya adalah Kanjeng sunan Gunung Jati beberapa waktu kemudian).
Dengan rasa menyesal Galantrang Setra membendung jalan larinya Prabu Siliwangi dan Prabu beserta pengiringnya masuk kedalam gua (gua sancang pameungpek). Setelah mengejar-ngejar ayahnya dan tidak berhasil maksudnya maka Galantrang Setra atau Prabu Kian Santang kembali ke Pajajaran, sewaktu dalam perjalanan bertemu dengan seorang lelaki yang ingin masuk islam, dengan sangat gembira Prabu Kian Santang menerimanya dengan mengajarkan dua kalimat syahadat, kemudian orang tersebut dikhitan namun karena terlalu gembira sehingga mengkhitannya tergesa-gesa sehingga hasafahnya terputus dan orang tersebut wafat dan dikuburkan ditempat tersebut (Islam Nunggal/Salam nunggal).
Setibanya dipajajaran Prabu Kian Santang membangun kembali kerajaan sambil menyebarkan agama islam kepeloksok daerah dibantu oleh saudagar arab, namun istana kerajaan yang diciptakan oleh Prabu Siliwangi menjadi hutan rimba tidaklah dirubah sehingga tetap menjadi hutan.
Tidak lama kemudian Prabu Kian Santang mendapatkan ilham untuk Uzlah (menyepi dan bertafakkur), sehingga Prabu Kian Santang pun berjalan mencari tempat yang cocok untuk berkholwat.
Dalam proses pencariannya, Prabu Kian Santang membawa peti yang berisikan tanah pusaka sebagai tanda tempat yang disinggahinya adalah tempat yang cocok. Apabila tempat tersebut cocok untuk tempat uzlahnya maka peti itu bergerak-gerak/godeg-godeg, namanyapun dirubah menjadi Sunan Rohmat.
Setelah melalui Gunung Ciremai dan Gunung Tasikmalaya namun tetap tidak ada tanda godeg dari pusakanya tersebut, beliau menuju Gunung Suci Garut dengan namanya Syekh Rumajang (majeng/maju/jalan terus/pantang menyerah dalam mencari ridho Allah). Setibanya digunung Suci peti tersebut diletakkan diatas tanah, secara tiba-tiba peti tersebut godeg-godeg. Dengan godegnya peti tersebut memberi petunjuk bahwa ia harus bertafakkur di Gunung Suci.
SAYYID UTSMAN
Nama lengkapnya adalah Sayyid Utsman bin Abdullah bin Aqil bin Yahya Al-Alawi. Ibunya adalah Aminah binti Syekh Abdurrahman Misri, lahir di pekojan Jakarta Utara pada 17 Robi’ul Awal 1238 H/1822 M.
Beliau berguru pada beberapa syekh yaitu pada kakeknya Syekh Abdurrahman Misri di makkah, kepada Habib Abdullah bin Husain bin Thohir dan kepada Habib Abdullah bin Umar bin Yahya , dan juga kepada Habib Ali bin Segaf Al-Jufri di Hadramaut. Disamping itu beliau menuntut ilmu ke Mesir, Tunisia, Al-Jazair, Persia, Turki, dan Siria, dan setelah itu kembali kejakarta pada tahun 1862 M.
Beliau adalah ulama besar yang jarang tandingannya dizamannya dan disegani oleh kalangan muslim dinusantara dan Arabia, beliau dimasyhurkan dengan nama “Mufti Batavia atau Mufti Betawi”.
Beliau selain mengajar syariat islam juga menyusun kitab-kitab agama yang banyak tersebar luas ditanah jawa, lebih dari 80 buah kitab karangan beliau dalam berbagai disiplin ilmu keislaman. Kitab-kitab beliaupun banyak yang dijadikan reverensi pada berbagai pengajian, khususnya pada masyarakat betawi. Pada zaman belanda salah satu kitab beliau pun dijadikan salah satu pedoman pengambilan keputusan pada pengadilan agama
Disamping itu beliau aktif didalam berdakwah dan mendidik ummat walaupun masih dalam penjajahan belanda sehingga beliau memiliki banyak murid yang tersebar dipeloksok Jakarta dan sekitarnya, boleh dikatakan bahwa pada umumnya ulama-ulama dan habaib Jakarta adalah berasal dari murid beliau, sehingga beliau pantas diberi gelar “Guru dari para guru”.
Salah satu keramatnya adalah untuk menentukan arah kiblat suatu bangunan masjid, maka beliau cukup hanya dengan menunjuk dengan jari telunjuknya, maka seluruh orang yang berkumpul akan dapat melihat ka’bah. Sehingga arah kiblatnyapun tidak ada keragu-raguan.
Dalam hubungannya dengan pihak pemerintah Belanda dijakarta, beliau bersikap moderat dan diplomatis demi kepentingan ummat islam, maka tidak heran sesuai dengan kapasitas keilmuannya beliau diangkat sebagai mufti Batavia untuk mengurusi persoalan perdata kaum muslimin di Jakarta pada waktu itu.
Beliaupun sering melakukan korespondensi dengan ulama di Arabia, diantaranya dengan Syekh Yusuf bin Isma’il An-Nabhani dari Lebanon.
Beliau wafat pada tahun 1923 M dan dimakamkan di pemakaman Karet Tanah Abang Jakarta.
SAYYID HUSEIN
Nama beliau adalah Habib Husein bin Abi Bakar Al Idrus lahir di Migrab, dekat Hazam, Hadramaut, datang di Betawi sekitar tahun 1746 M. Berdasarkan cerita, bahwa beliau wafat di Luar Batang, Betawi tanggal 24 Juni 1756 M. bertepatan dengan 17 Ramadhan 1169 Hijriyah. . Silsilah beliau : Habib Husein bin Abubakar bin Abdullah bin Husein bin Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Husein bin Abdullah bin Abubakar Al-Sakran bin Abdurrahman Assaqqaf bin Muhammad Maula Al-Dawilah bin Ali bin Alwi bin Muhammad Al-Faqih Al-Muqaddam bin Ali bin Muhammad Shahib Mirbath.
Habib Husein yang lebih terkenal dengan sebutan Habib Keramat Luar Batang, menurut Habib Musthofa Alidrus yang selalu membacakan Manaqib Habib husein Alidrus pada acara haul, diwaktu Habib Husein masih hidup beliau pernah berkata kepada seorang opsir belanda “nanti suatu saat kamu akan menjadi orang besar”, opsir tersebut tidak mengindahkan kata-kata Habib, hingga dia pulang ke negaranya lalu dipanggil lagi ke indonesia dengan jabatan tinggi, dia teringat akan kata-kata Habib dan mau memberikan hadiah, lalu ditawarkan berbagai hadiah spt uang,emas dll tapi Habib tidak mau, akhirnya disepakati Habib mau menerima hadiah berupa kepemilikan daerah sekeliling yang sekarang lokasinya di makamnya itu, dulunya daerah itu adalah tempat yang kalau laut pasang terendam air, setelah dikabulkan maka di pasang patok-patok kayu menandakan batas wilayah yang Habib inginkan, nah dari situ muncul kata-kata “luar batang” karena dari laut tersebut keluar batang-batang kayu pembatas .
Habib Husein tiba di Luar Batang, daerah Pasar Ikan, Jakarta, yang merupakan benteng pertahanan Belanda di Jakarta. Kapal layar yang ditumpangi Habib Husein terdampat didaerah ini, padahal daerah ini tidak boleh dikunjungi orang, maka Habib Husein dan rombongan diusir dengan digiring keluar dari teluk Jakarta. Tidak beberapa lama kemudian Habib Husein dengan sebuah sekoci terapung-apung dan terdampar kembali di daerah yang dilarang oleh Belanda. Kemudian seorang Betawi membawa Habib Husein dengan menyembunyikannya. Orang Betawi ini pun berguru kepada Habib Husein. Habib Husein membangun Masjid Luar Batang yang masih berdiri hingga sekarang. Orang Betawi ini bernama Haji Abdul Kadir. Makamnya di samping makam Habib Husein yang terletak di samping Masjid Luar Batang.
Habib Husein sering tidak patuh pada Belanda. Sekali Waktu beliau tidak mematuhi larangannya, kemudian ditangkap Belanda dan di penjara di Glodok. Di Tahanan ini Habib Husein kalau siang dia ada di sel, tetapi kalau malam menghilang entah kemana. Sehingga penjaga tahanan (sipir penjara) menjadi takut oleh kejadian ini. Kemudian Habib Husein disuruh pulang, tetapi beliau tidak menghiraukan alias tidak mau pulang, maka Habib Husein dibiarkan saja. Suatu Waktu beliau sendiri yang mau pergi dari penjara.
Dulu pernah ada cerita pada waktu itu ada seseorang warga pergi kepasar dan dia membeli daging mentah, begitu akan pulang kerumah beliau mendengar kabar bahwa Habib husein bin abi bakar al idrus berpulang kerahmatulloh, maka bergegas dia pergi kemasjid untuk ikut bersama-sama sholat jenazah .Setelah selesai sholat jenazah dan ikut menguburkan dia kembali kerumah dan menyuruh sang istri untuk segera memasak daging tersebut. Namun hingga beberapa lamanya sang istri memasak daging itu tidak matang-matang.,dan masih keliatan seperti daging segar, ditengah keanehan yang terjadi sang istripun mengeluh kepada suaminya; “bang ko daging yang saya masak tidak mateng-mateng ? padahal sudah hampir setengah hari saya memasak daging itu, tapi daging itu tetap segar !. Sang suamipun juga diliputi keanehan tersebut !.Setelah beberapa lama dia berpikir akhirnya dia ingat sesuatu, sewaktu dia mengikuti majlis taklim yang diadakan oleh Habib husein bin abi bakar al idrus , beliau pernah berceramah bahwa barang siapa yang mensholati aku sewaktu aku meninggal dunia nanti, maka dia tidak akan bisa tersentuh oleh api neraka. Akhirnya dia mengambil pelajaran yang sangat berharga dari peristiwa keanehan tersebut, dia berdoa kepada Alloh Ya Alloh mudah-mudahan aku terlindungi dari jilatan api nereka karena memuliakan Kekasih-Mu.
Salah satu karomahnya pula, Beliau memiliki kambing peliharaan yang mengumbar bebas mengelilingi Batavia, tak seorangpun berani mengganggunya bahkan kompeni belanda pun tidak berani, karena akan mendapatkan bala yang sangat pedih.
SYEKHUNAL MUKARROM
Syekhunal Mukarrom adalah sebutan bagi Al-Habib Abah Umar bin Isma’il bin Yahya, beliau lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiul Awal 1298 H atau 22 Juni 1888 M.
Ayahnya adalah seorang da’i asal dari Hadromaut yang menyebarkan islam dinusantara yang bernama Al-Habib Syarif Isma’il bin Yahya, sedangkan ibunya adalah Siti Suniah binti H. Sidiq asli arjawinangun.
Diceritakan sewaktu beliau lahir sekujur tubuhnya penuh dengan tulisan arab (tulisan aurod dari syahadat sampai akhir), sehingga sang ayah Syarif Isma’il merasa hawatir akan menjadi fitnah. Maka beliaupun menciuminya terus setiap hari sambil membacakan sholawat hingga akhirnya tulisan-tulisan tersebutpun hilang.
Meninjak ke usia 7 tahun nan, Al-Habib Abah Umar nyantri ke pondok pesantren Ciwedus Kuningan. Sebelum Abah Umar berangkat mesantren ke ciwedus, KH. Ahmad Saubar sebagai pengasuh pesantren ciwedus mengumumkan kepada para santrinya bahwa pesantrennya akan kedatangan Habib agung, sehingga para santrinya diperintahkan untuk kerja bakti membersihkan lingkungan pesantren sebagai penyambutan selamat datang bagi habib yang sebentar lagi tiba. Kiai juga berpesan agar Habib dihormati, dimuliakan, dan jangan dipersalahkan.
Hingga pada waktu yang ditunggu datanglah Al-Habib Abah Umar ke pesantren ciwedus dalam usianya yang ke 7 tahun, para santripun geger, bingung, dan keder karena ternyata yang datang hanyalah seorang anak kecil.
Diceritakan bahwa Abah Umar diciwedus selalu hadir dalam pengajian yang disampaikan oleh KH. Ahmad Saubar baik dalam pengajian kitab kuning maupun tausiyah, namun disana Abah Umar hanya tidur-tiduran bahkan pulas disamping kiai, sehingga para santri pun mencibir/mencemooh.
Abah Umar menunjukkan khowariknya dengan mengingatkan KH. Ahmad Saubar ketika dalam membaca kitabnya ada kesalahan, begitupun para santri yang deres di kamar pun selalu diluruskan oleh Abah Umar, dengan kejadian tersebut para santri hormat dan memuliakan.
Setelah beberapa waktu mesantren diciwedus KH. Ahmad Saubar memohon kepada Abah Umar untuk diajarkan Ilmu Syahadat sesuai dengan pesan dari gurunya Embah Kholil Madura. Akhirnya KH. Ahmad Saubar mengumpulkan para santrinya untuk di bai’at syahadat oleh Abah Umar, yang didalamnya hadir K. Soheh Bondan Indramayu sebagai santri dewasa yang ikut bai’at syahadat.
Selang beberapa waktu sekitar dua tahunan Abah Umar pindah ke pesantren Bobos dibawah asuhan KH. Syuja’i, dari pondok bobos selanjutnya pindah ke pondok Buntet dibawah asuhan KH. Abbas. Dibuntet Abah Umar bertingkahnya sama seperti waktu di ciwedus, tidak mengaji hanya bermain dibawah meja kiai yang sedang mengajar ngaji, sesekali apabila kiainya ada kesalahan maka dipukullah meja kiai tersebut dari bawah meja sehingga kiainya sadar bahwa yang diajarkannya ada yang salah, tidak berselang lama kiai pun meminta untuk diajarkan syahadat.
Setelah dari pondok buntet Abah Umar berpindah lagi ke pesantren Majalengka dibawah asuhan KH. Anwar dan KH. Abdul Halim, dipesantren inilah Abah Umar menghabiskan waktu selama 5 tahunan.
Sesampainya Abah Umar dirumah, beliau menghimpun sebuah pengajian di panguragan yang dikenal dengan sebutan “Pengajian Abah Umar” atau dalam wacana para santrinya lebih dikenal dengan sebutan “Buka Syahadat atau Ngaji Syahadat”, sebab beliau menyampaikan Hakekat Syahadat dari Syarif Hidayatullah.
Ngaji Syahadat nya Abah Umar pun terdengar keseluruh peloksok negeri bahkan sampai ke Malaysia, sehingga banyak orang yang datang untuk mencari slamet dunya akherat dengan Itba’ dan bai’at kepada Abah Umar. Karena disaat itu sudah banyak yang menunggu pembukaan syahadat tersebut, mereka yang menunggu adalah orang-orang yang mendapat pesan dari para guru dan orang tua yang ma’rifat.
Dengan demikian, dalam waktu yang singkat semakin ramailah pengajian Abah Umar tersebut baik itu yang kalong maupun yang mukim. Setiap malam jum’at, panguragan dihadiri oleh para jamaah yang ingin ngaji syahadat.
Bahkan menurut berita dari orangtua dulu ketika belanda melewati panguragan mereka berkumandang “Mawlana ya Mawlana…..” dengan hidmatnya (terpengaruh oleh karomatnya Abah Umar).
Pada Tahun 1947 Abah Umar membentuk pengajiannya menjadi sebuah nama organisasi Asy-Syahadatain dengan mendapatkan izin dari presiden Soekarno, karena disaat itu setiap perkumpulan dengan banyak orang tanpa adanya organisasi yang jelas maka dapat dikategorikan sebagai usaha pemberontakan dan dapat mengganggu ketahanan nasional. Setelah itu, Asy-Syahadatain semakin besar dan ramai yang para jamaahnya menyebar sampai manca Negara.
Karena semakin ramai, maka par kiai jawa (yang tidak senang) mendengar kepesatan Asy-syahadatain, sehingga mereka hawatir para santrinya akan terbawa oleh Abah Umar, sehingga para kiai tersebut berkumpul untuk menyatakan bahwa ajaran Abah Umar adalah sesat. Akhirnya Abah Umar disidang dipengadilan Agama yang dikuasai para kiai tersebut pada saat itu, dalam pengadilanpun Abah Umar ditetapkan bersalah dengan tidak ada pembelaan dan penjelasan apapun. Akhirnya Abah Umarpun dipenjara bersama beberapa murid-muridnya termasuk KH. Idris Anwar selama 3 bulan, namun belum genap tiga bulan Abah Umar sudah dibebaskan karena sipirnya banyak yang bai’at syahadat kepada Abah Umar.
Pada tahun 1950 pertama kalinya Abah Umar menyelenggarakan tawassulan, dan pada malam itu pula Abah Umar kedatangan beberapa tamu agung, hal inipun dengan izin Allah dapat disaksikan secara batin oleh beberapa santri sahabat yang diantaranya adalah KH. Soleh bin KH. Zaenal Asyiqin.
Para tamu tersebut adalah Kanjeng Nabi Muhammad saw. beliau hadir dalam acara tawassul tersebut secara Bathiniyah dan memberikan title/gelar/derajat kepada Abah Umar yaitu Syekh Hadi, diiringi pula oleh malaikat jibril dan memberinya gelar Syekh Alim. Kemudian disusul Siti Khodijah memberi gelar Syekh Khobir, Siti Fatimah Azzahra memberi gelar Syekh Mubin, Sayyidina Ali memberi gelar Syekh Wali, Syekh Abdul Qodir memberi gelar Syekh Hamid, Syarif Hidayatullah Gunung Jati memberi gelar Syekh Qowim, dan yang terakhir Nyi Mas Ayu Gandasari datang dengan memberi gelar Abah Umar sebagai Syekh Hafidz.
Dengan kejadian tersebut, menurut KH. Soleh sebagai malam pelantikan dinobatkannya Al-Habib Abah Umar sebagai Wali Kholifaturrosul Shohibuzzaman. Sehingga perkembangan wiridnya pun semakin hari semakin bertambah sesuai dengan yang diwahyukan oleh Allah.
Pada tahun 1953 pertama kalinya Abah Umar mengadakan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. di panguragan (Muludan), dengan dihadiri oleh Jamaah Asy-syahadatain sampai mancanegara.
Sebagai seorang guru syahadat Abah Umar banyak menuntun para murid/santrinya untuk beribadah dan berdzikir (wirid) dalam keadaan apapun dan bagaimanapun. Disamping beribadah, wirid, dan tafakkur (ngaji rasa), Abah Umarpun tetap bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidup jasmaniyah. Beliau bertani, berkebun, dan beternak kambing.
Pada tahun 1960 an Jamaah Asy-Syahadatain dibekukan pemerintah karena dianggap meresahkan masyarakat, alasan pembekuan tersebut hanya didasarkan pada dugaan dan laporan seseorang yang menjabat bahwa tuntunan tawassul Abah Umar dianggap menyesatkan.
Dan setelah adanya perundingan antara para ulama se-nusantara dengan para ulama Jamaah Asy-Syahadatain, akhirnya disepakati untuk membuka kembali Jamaah Asy-Syahadatain karena menurut kesepakatan para ulama disaat itu tidak ada satu tuntunanpun yang dianggap sesat dari semua tuntunan Abah Umar tesebut. Dan pada tahun 1971 Jamaah Asy-Syahadatain bergabung dengan Golkar melalui GUPPI dalam rangka ikut membangun kesejahteraan Negara.
Pada tahun 1973 an Masjid Abah Umar kedatangan khodim baru yang bernama Mar’i, ia yang menjadi pelayan didalam lotengnya Abah. Pada suatu hari ia mengambil pentungan kentong masjid dan memukulkannya kepada Sirah Abah Umar sehingga Abah Umarpun pingsan dan dibawa kerumah sakit dibandung untuk dirawat.
Dirumah sakit abah sempat dawuh/membaca ayat Al-quran
إن الذي فرض عليك القرآن لرادك إلى معاد
Dengan dawuhnya Abah Umar tersebut, para kiai yang menyaksikannya pada bersedih, karena itu merupakan pertanda Abah Umar akan Kesah (pergi). Akhirnya tidak berselang lama Abah Umar kemiren pada tanggal 13 Rajab 1393 H atau 20 Agustus 1973 M
MAULID
MAKSUD MACA SYAHADAT BA’DA SHOLAT (1389 H / 1969 M)
MAKSUD MACA SYAHADAT BA’DA SHOLAT (1389 H / 1969 M)
1. Arti Maca Syahadat Telu
Syahadataken sepisan sira macane
Nuhun selamet waktu najah ning dunyane
Maca syahadat kaping pindone
Nuhun selamet mungkar nangkir jawabane
Maca syahadat kaping telune
Nuhun selamet maju landrat arah-arah mahsyar
2. Artine muji maulana ya maulana
Nabi Muhammad :
Gusti nabi nuhun selamet ingdalem dunya lan akherat
Ayu batur gage gandul Dunya akherat aja ucul
Siti khodijah :
Siti khodijah bangete ikhlas
Nabi Muhammad bangete melas
Harta benda kabeh diterima
Nggo gelaraken ning agama
Siti fatimah :
Siti Fatimah jaluke berat
Umat Islam ahli ma’siat
Disunahaken pangapurane
Umat Islam sedayane
Khasan khusein :
Nuhun gusti Khasan khusain
Nure akal aja kelalen
Maring Alloh lan rosul
Bisa ma’ rifat ning akale
Syekhunal mukarrom :
Bapa guru nuhun pitulung
Nafsu kula kang kumentung
Rusake nafsu alane
Emong ibadah awak kulane
Sebab nyata kecampuran
Nafsu kula kelawan syetan
Badan gregah nuruti syetan
Akal ma’rifat beli jalan
Fatimah Gandasari :
Fatimah Gandasari
Nuhun dunya aja kari
Agama kula nuhun tetep
Laku ibadah ingkang mantep
Mugah-mugah saged sodaqoh
Ning fakir miskin segala brantah
Ayu sodaqoh ikhlasna
Barang kang luwih sukakna
GustiAlloh kang nganakaken
Sira kabeh kang gelaraken
Sira bisa ngatur dunyane
Tetep sira ana imane
Mumpung urip bareng-bareng
Ning fakir miskin ayu kedeleng
Sira nyata ana imane
Matine sira enak nggone
Syarif Hidayatulloh:
Gusti Syarif hidayatulloh netepaken ning Alloh
Duwe badan dibagusi
laku ala den tangisi
Duwe ilmu ingkang nyata
Kanggo sangu balik kita
Duwe ati adepna
Akal ma’rifat temenana
Maring guru kudu nylondo
Elinga kita masih bodo
Kanjeng nabi banget melas ning umate
Ayu manut tingkah rosul waktu sholate
Jubah putih udeng putih ning dunyane
Ayu dianggo ibadah sira badane
Gusti Alloh dohir batin ya ningali
Waktu sholat ati anteng apa beli
Wongkang sholat blasar-blasar ning akehe
Ayu ngrasa waktu sholat salah bae
Syetan wani nyela-nyela wong ibadah
Pikir pegah ati ngamprak dadi roba
tHiyang bOdho
Habib Umar bin Yahya (Cirebon)
TAWASSUL Diposting oleh imam pada Jul 31, '08 6:48 AM untuk semuanya
يَا اَللهْ يَارَسُوْلُ اللهْ يَاحَبِيْبـِيْ خَلِيْفَةُ الرَّسُوْل عَبْدِيْ
تِيَاعْ بَوْدَوْ تِيَاعْ سَالَهْ نـــُهُوْنْ كَنْدُولْ , نـــُهُونْ شَفَاعَتيْ كَنْجعْ نَبِى مُحَمَّدْ , نـــُهُونْ مُعْجَزَاتَيْ فَرَا نَبِى 2 سدَايَا , نـــُهُونْ كَرَامَتَيْ فَرَا وَالِيْ 2 سدَايَا , نـــُهُونْ فِيْتُوْلُوْعَيْ فَرَا مَلاَئِكَةْ 2 سدَايَا , دِيْ سُهُوْنَاكنْ دُوْمَاتعْ رَبُّ الْعَالَمِيْنَ , سُوْفَادَوْسَا بَدَانْ كُوْلاَ , تِيَاعْ اِسْترِيْ كُوْلاَ , اَنَكْ كُوْلاَ , تِيَاعْ سفُوهْ كُوْلاَ , حَقْ مِلِكْ كُوْلاَ , دِيْفُونْ تتفَاكنْ اُمَّتَيْ كَنْجعْ نَبِى مُحَمَّدْ لَنْ مُوْكَا 2 دِيْ اَفُوْرَا كَلفَتَانْ كُوْلاَ سدَايَا , لَنْ مُوْكَا 2 دِيْ فَرِيْعِيْ تتفْ اِيْمَانْ اِسْلاَمْ سلاَمةْ دُونْيَا اَخِيْرَةْ , دُونـــْيَا اَخِيْرَةْ سلاَمةْ . لَنْ عَقَلْ كُوْلاَ نـــُهُونْ دِيْ فَارِيْعِيْ وَارَاسْ سُوْفَادَوْسَا نرِيْمَا دَاتعْ سدَايَانَيْ عِلْمُ , لَنْ بَدَانْ كُوْلاَ نـــُهُونْ دِيْ فَارِيْعِيْ وَارَاسْ سُوْفَادَوْسَا نرِيْمَا دَاتعْ سدَايَانَيْ عَمَلَيْ , لَنْ اَتـِيْ كُوْلاَ نـــُهُونْ دِيْ فَارِيْعِيْ وَارَاسْ سُوْفَادَوْسَا نرِيْمَا دَاتعْ اِيْمَانُ الْيَقِينْ , َالْحَمْدُ ِللهِ , مُوْكَا2 كَالبتْ كَوْلَوْعَانَيْ اِلاَّ الَّذِيـْنَ تَابُوْا
وَاَصْلَحُوْا وَاعْتَصَمُوْا بِااللهِ وَاَخْلَصُوْا
الْمُؤْمِنِيْنَ اَجْرًا عَظِيْمًا .
Penerangan Bulan puasa (1384 H / 1964 M)
Penerangan Bulan puasa (1384 H / 1964 M)
Ya muhaimin ya salam salimna wal musliman
Moga selamet sedayane tiang mukmin
Wong puasa wajib ngeraksa limang perkara
Goroh seneng sumpah namimah ngerasani sira
Wulan iki awas batur wulan puasa
Tiang mukmin sedayane wajib
Tinggal syahadat tinggal sholat tinggal puasa
Aja mangmang kita iku bakal di siksa
Puasane wiridane lagi belajar
Wedi sanget tangine keuluwan fajar
Anak rabi bae sedulur kabeh rakyat
Gage ngaji mengko dikubur nggawa syahadat
Aya batur waktu siyam aja sewotan
Yen sewotan ngelunturaken ning ganjaran
Ingkanmg wekel waktu muji sasi siyam
Nuhun tetep ilmu amal iman islam
Tuturana karo kalimah pengeran
Aja gelem dibujuki maring syetan
Kejemaken kabeh badan lan pikiran
Luwih onjo tikel sewu ning ganjaran
Ayu diraksa kita kabeh omongane
Aja ngomong yen ora muji ning atine
Pikirane lan atine ingkang kejem
Ora nana ning pikire pengen di alem
Cangkem muji eling Allah ning atine
Iku alim wongkang manfaat ilmune
Waktu buka mangan nginum ingkang hak
Supayaha kabeh amal aja rusak
Yen tetukon aja kon bocah cilik
Panganane kurang bagus kurang apik
Poma-poma waktu siyam aja udzur
Muga-muga kabeh dosa pada lebur
Kuping mata cangkeme dikon puasa
Aja goro ngunek-ngunek gawa dosa
Waktu buka ingkang halal memangane
Haram riba ngilangaken ganjarane
Tiwas perih puasane ora untung
Jaba bagus ruhanine dadi buntung
Aran siyam ora ngomong beli memangan
Singkirana goroh batal lelahana
Siam iku ngunci cangkem ingkang kejem
Supayaha iblis aja manjing cangkem
Berjamaah dedonga bareng aja nggelambeyar
Muga-muga keturunan lailatul qodar
Wulan puasa bakal ana alamate
Ya bisu budeg picek ma’rifate
Jaman akhir kabeh santeri kepetengan
Wedi kurang pangan rijki sing pengeran
Nglatih badan eling Allah aja blasar
Alamate wongkan olih Lailatul Qodar
Sare’ate siyam nyetop anggotane
Wajib ngeker aja lali pengerane
Cangkem muji lan memuja mimg atine
Cuwan nyimpang ingkang madep ning gustine
Kuping ngerungu ngrungokna dawuh pengeran
Ati eling anggotane terus jalan
Tangan mambrih kasab halal kelakuane
Allah rosul kang maringi rezekine
Weteng wadah wadana barang halal
Wadah eling Allah rosul ya ning akal
Riwayat Ki Sa’laba
Dawuh gusti sampun wekaspun weling
Duwe kuping aja budeg gage eling
Sapa wonge pengen kaya iku merdeka
Ning panggona berjamaah gage teka
Aja kaya waktu uripe sa’labah
Waktu kere oro pot berjamaah
Ba’da salam ora wirid terus srantal
Wedi banget maring waktu bakal ketinggal
Siji waktu ketinggal ning rosulallah
Abu Bakar terus nyandal ning sa’labah
Aduh gusti kula gadah sarung setunggal
Yen wiridan rabi kula solate tinggal
Terus donga’aken sapa ,Kanjeng Nabi
Matur dateng pengayoman Allahurrobbi
Allah jawab bagus kere lan sugie
Yen wis suguh akeh pisan ning fitnahe
Terus donga ud’uni astajib lakum
Hai sa’labah elinga salah ya di hukum
Malaikat Jibril terus gawa maring gibas
Ki Sa’labah terimane luwih trengginas
Gibas nganak turunane pirang-pirang
Mulai tinggal berjamaah ora wirang
Jejeg senisob terus eman buang zakat
Ki Sa’labah ora eling tinggal sholat
Rabi ngelingaken waktu ning kerene
Ayi shodaqoh ngatur rosul lan sahabat
Ki Sa’labah nyekel bandot ingkang gede
Terus eman nganggo pemacek turun gede
Mrana mrene eman kabeh nyekel kirik
Diolahi masakane ya di bistik
Malekat jibril terus turun maring Rosulallah
Aja mangkat di aturi ning sa’labah
Dikon mangkat Abu Bakar sahabat Umar
Dongaha Umar towil umur aja samar
Terus urip kabeh sepras ya masakan
Kirik mlayu kabeh seprah jejugugan
Riajali seja amal pengen di alem
Ora di alem gawe amal ora gelem
Riakapi ora pengen di pujine
Yen di poyok dugal mengkel ning atine
Guru kita ora rido ning jambulan
Nyata pisan ati kita jejumbulan
Laku salah sira wani nyalahaken
Tanggung jawab kudu sanggup benerakan
Berani hak takut batal ning badane
Terus tunduk Allah Rosul aturane
MAULID
TOREKOT SYAHADAT (1378 H / 1958 M) 1
Manfaat Syahadat
(Hari Selasa tgl 12 jumadil Akhir 1378 H / 1958 M)
Banget larange sorban salim
Gage jaluk yen kepengen dadi mukmin
Asorna duwe badan aja diri
Gage ngaji syahadat loro bokan kari
Tanda asore kudu nerima dituturi
Pembukaan syahadat kang dateng kari
Alloh nulung nyelametaken maring badan
Sebab ngalap syahadat kang penghabisan
Waktu urip waktu naza pepisahan
Sebab guru dadi saksi pembelaan
Waktu sing umah maca syahadat
Niat gelar agama Islam ingkang kuat
Terus maca idzajaa setutuge
Maca tasbikh Lan istighfar setutuge
Aja lali sira maca terus-terusan
Malaikat pada ngawal bebarisan
Lamun lali sira maca kalimahe
Syetan ngawal penuh baris ing umahe
Iki jaman panas berat luwih panas
Gage tauhid kang musyrike bakal tiwas
Sebab bodo uripe langka pikire
Luruh dunya awan bengi meleter-meletere
Tempo mati dunya kabeh ya ditinggal
Tekang kubur jerat jerit jaluk amal
Awak bodo bareng-bareng ngulatane
Laku badan kang apik jero atine
Luwih merem kebujuk maring dunyane
Ngaku pinter uripe langka benere
Sapa wonge ngestokaken Alloh rosul
Tekad lampah pengucape manut rasul
Ya kegolong kejumlah wong olih ni’mat
Para nabi para wali wong solihah
Wong kang gelem ngeluhuraken agamane
Yakin bagus waktu urip Lan matine
Senajan panas ora kerasa ning panase
Alloh paring anti panas Lan susahe
Alamate olih fadole pangeran
Lara Susah seneng ora keributan
Bagja temen wong kang manut gusti rosul
Dohir bathin dosane pada ucul
Gelem lunga ngaji terus wudlu nunggu waktu
Diampura dosane pada metu
Yen kepengen disakseni malaikat
Berjama’ah subuh ashar pada mangkat
Malaikat nikelaken kawulane
Nuhunaken ning Alloh pangapurane
Jasmanine yen lara njaluk ditambani
Rohanine yen lara jaluk dijampeni
Durung subuh maca ya hayyu sepragate
Patang pulu papat dadi obate
1.2. Percaya Guru
( hari selasa tgl 22 Robiul Akhir 1378 H / 1958 M )
Ayu ngaji bareng-bareng ning syekhuna
Barang telu kabeh batur weruhana
Pahamna syahadat loro maring ati
Kira-kira aja luntur sampe mati
Awan bengi ayu jaluk kang temenan
Nuhun tetep nur Muhammad kang temenan
Asorna kabeh badan ning sepepadan
Njalanaken kabeh hukume pengeran
( Hari kamis tgl 5 robiul akhir 1378 H / 1958 M )
( Hari kamis tgl 5 robiul akhir 1378 H / 1958 M )
Ayu batur kang percaya maring guru
Ya syahadat iku tobat buru-buru
Syetan teka ruipa badan kang banjiri
Terangna syahadat loro ingkng sirri
Ayu batur ingkang terang lan waspada
Aja kongsi syetan marek arep goda
Sira terang ing syahadat ingkang sirri
Iman islam sampai mati aja kari
Oranana wong kang kuat ning ibadah
Anging kelawan pitulunge Alloh ta’ala
Aja ngaku obah meneng bisa dewek
Ngaku bisa obah meneng ya munafik
Wis mati badan kita hakekote
Tapi gelem cocok kelawan Syare’ate
Yen sira pada ngaku dadi wong mati
Kudu eling nurut perintah kang sejati
Awak kula asal langka dadi ana
Kang kuatir gage nggandul ning syekhuna
Manusia kumpul arah makhsyar diperiksane
Amal solekh limang waktu diridhone
Yen sembahyang sholate eling barange
Manjing neraka terus jungkel ning jerone
Ayu ditambah sholat Sunnah kelakuane
Obah meneng Eling Alloh pikirane
Manut Guru
( hari Selasa tgl 11 Sa’ban 1378 H / 1958 M )
Alkhasan summal khusain
Ngopeni ati ingkang open
Mata ati gage melek
Supaya aja munafek
Sira dunya kon gocekan
Manut guru pengaturan
Nganmbah dalan kenikmatan
Obah meneng eling pangeran
Gage tambah ibadahe
Ning dunya sira pasrahe
Amal soleh kang balapan
Ora gawa kemelaratan
Laku Sunnah kang tawakal
Lumayanan kanggo tambal
Wajib kurang lan sabare
Mbesuk landrat ning maksyare
Tingalana awak bodoh
Ora deken syahadat loro
Kanggo ngupas jaba jero
Nguripaken badan karo
Meleka ati Pinter nyolong
Dodok bareng ora lorong
Kanjeng nabi den hormati
Dunya akherat manfa’ati
( Hari Selasa tgl 15 Sa’ban 1378 H / 1958 M )
Duwe mata ayu batur tingalana
Awak bodo ayu manut ning syekhuna
Awak bodo ingkang wekel ngelingane
Gage batur kang wekel tangi bengine
Awak bodo ora duwe apa-apa
Pengen Pinter Qur’an hadist ya ngalapa
Ngaku Pinter tentu ngerti Qur’an hadist
Ora manut Qur’an hadist iku Iblis
Jaman akhir pinter-pinter omongane
Tapi ora gelem aman ning badane
Tanda aman cangkem ati Lan badane
Gelem pasrah nurut perintah agamane
Percekcokan badan ati tujuane
Nyata pisan durung sidik ning ilmune
Ayu batur dangdanana kang temenan
Ati rusak pikirna eling pangeran
Syare’ate hakekote kita subur
Wajib Sunnah lakonana aja nganggur
Waktu sepi ana kang diarep-arep
Waktu rame gelem tuku kang sekarep
Ora eling Alloh rosul ning dunyane
Ya disiksa awit dunya kuburane
Wongkang mukmin kudu ana ning buktine
Tanda bukti manut eling ning gurune
Mikir wajib lan Sunnahe luwih awas
Ora ketipu ning dunyane mikir beras
Santri kiyai ngakune dadi ulama
Wajib Sunnah lan sabare ora terima
Ana geger sanpai entong masih melarat
Ora takon tabarukan ning syahadat
Urip tua ora ngisi sira elinge
Ngerebut pangkat mikir dunya lan barange
Buru-buru gage luruh ning panutan
Aja ngejar hawa nafsu dadi syetan
Iki jaman wis ngumpak jaya gedekan
Kang menangi mepet nafsu eling pangeran
Kang delenge barang weruh luwih seneng
Manjing hak syare’ate dadi temen
Tawasulan
Ingeta batur wulan rajab wis dibuka
Puasaa yen badane emong cilaka
Weruhana kidul gunung lor segara
Mumpung dunya luruh mulya mong sengsara
Yen puasa jaluk selamet anak putu
Telung dina kanggo awak anak putu
Musryik nifak fasak toma’ ning badane
Fajir dolim buangana ing atine
Tetepana dukha tahajud sholat hajat
Pengen sugih selamet dunya akherat
Yen pengen mangan sira kudu kasab
Gage eling ning maksyar bakal dihisab
Bareng-bareng anak rabi bebaturan
Mugi selamet dunya akherat lan kuburan
Keselametan mumpung dunya ya jaluka
Aja kongsi ning akherat nyemplung neraka
Kita urip wajib muji Llan syukuran
Suci dhohir bathin peparing pangeran
( Malam Kamis tgl 2 jumadil Akhir 1378 H / 1958 M )
Saiki musuh wis kepung riung
Arep mendi sira bakal jaluk tulung
Sing kidul baris balane lodaya
Arep nyerang ning wong kang gawe kaniyaya
Sing kulon baris balane mbah kuro
Arep nyerang wong kang ora jaluk pangapura
Sing lor baris balane mas gandasari
Nyerang wong kang ora duwe syahadat sirri
Sing wetan baris balane mbah roga
Nyerang wong kang ora ngadel ning suwarga
Berjama’ah jalukena balane embah roga
Lanang wadon bersatu supaya siaga
Sholat ngaji terus donga kang bersatu
Dhohir bathin yen uripa dadi jitu
Ati salim jalukena nyi lodaya
Gage dikerja yen uripe dadi mulya
Ati suci jalukena mas Gandasari
Gage dilatih badane bokatan kari
Hasud toma’ ’ujub riya lan takabur
Mungkar kesimben gagian cepet digempur
Semono akehe alat senjatane
Ngusir musuh kang ana jero atine
Sedurunge nyerang sira ya hubungan
Karo syahadat loro macae eling pangeran
Laku Sunnah jalukena mbah kuro
Lakonana yen kepengen dadi perwira
Urip badan urip ati serba wani
Dunya akherat ora bakal nyilakani
Angkat bondan cideng terus kali jati
Mangkat dandan wis sedenge akeh wong mati
Aduh rakyat pada mabok pada mendem
Dikon urip sira iku ora gelem
Gage geregah badan ati lan pikire
Dadi cadangan mimpin batur anggotane
Yen pemimpin ilmu umum ilmu agama
Qur’an hadist syahadat loro akal nerima
Akal eling weruh kabeh ning patokan
Ikhlas iku dadi dalan ridho pangeran
Sikil napak ning dalan kang jejeg bener
Kelakuane manut rosul ingkang angger
Ati suci terus jujr ning tujuane
Adil aman subur makmur kelakuane
Amin-amin ya Alloh robbul ‘alamin
Mugi selamet sedayane tiang mukmin
Awit cilik luruh dunya langka kumpule
Lawas jamane dunyane langka jejege
Awit cilik sampai tua langka elinge
Iku nyata wongkang tuliyan kumprune
( Malam Sabtu tgl 11 dzulhijjah 1378 H / 1958 M )
Kawitane mulang embah kuncung rolase
Pitung tahun sampun tutug ning watese
Buru-buru kabeh batur beresana
Ati sabar buru-buru terapena
Saban mulang kang dienggo tawasulan
Nuhun-nuhun saged ngaji eling pangeran
Terang badan urip dunya nggo mekaya
Tinggal wajib akherat kesia-sia
Laku haram murtad musyrik ingtikode
Ning syahadat aja pada ngande-ngande
Ya ngerasaa atine di padangena
Kang gelem nurut aturan syekhuna
Ora gelem diurus bakale lolong
Wakil bagi bonggan sira pada lolong
Yen kepengen nemoni mas gandasari
Ya manjinga kabeh santri ning syeh hadi
Terus edan kabeh santrine syekhuna
Banda nipu sebab gelem ngelanggengena
Eling Alloh kang untung murid syekhuna
Dukha tahajud sorban jubah langgengena
Sun tawasul ing kabeh pengen diterima
Aduh gusti pangeran mugia nerima
Sebab nyata tawasul dadi kuncine
Sira ..... malaikat wali nabine
Jaluk gandul lengawangi tutup putih
Maring umat gage-gage kudu bukti
Gage gandul perintah Alloh perintah rosul
Aja lunga sampai mati cuwan ucul
Gage tangi tengah wengi sholat tahajud
Den paringi panjaluke wongkang sujud
Ya nganggoa sorban putih jubah putih
Kabeh bala dunya akherat dadi nisih
Bagus-baguse umat sabar lan tawakal
Gelaraken ning syahadat ora gagal
Aja urip nutugi kesenengane
Kang diperintah sulaya kabeh gelakonane
Dadi welan kita urip ning dlolime
Laku badan nyulayani ning hukume
Ibarate kaya manuk ning kurungan
Den cukupi mangan nginum ning majikan
Manuk kurungan ora nana ingkang nepel
Ora den candak bagen parek ya kecawel
Beda karo manuk mabur separan-paran
Den ulati sebab ora duwe majikan
( Hari Selasa tgl 25 dzulqoidah 1378 H / 1958 M )
Ganti wulang syekh ’arobi sampuniki
Aja kaget bakal akeh wong diwuruki
Wasiate syekh ’arobi ning santrine
Ya panggebug wis numpak iki jamane
Poma santri aja turu sore-sore
Maca kursi yaasin solawat obore
Ya aturen kabeh murid tawasulan
Tapi aja maksa ngurus ning jaburan
Peparinge gusti Alloh ingkang nerima
Tapi poma aja tinggal syarat agama
Ngaji bakhti ya kasabe saban dina
Duwe ilmu diparingi iftakh lana
Karepe nafsu ning pekaya luwih solot
Tapi cuan amal akherat pada alot
Kubur iku mata ati ya nyatane
Yen nerima madangaken ning kuburane
Duwe ati aja pada dugal degel
Ibadahe dedongahe orapada diandel
Tujuane wongkang urip werna loro
Yen kepengen bukanen syahadat loro
Syukuranana urip dadi kaulane Alloh
Syukuranana badan dadi umate rosululloh
Sabar tawakal ikhlas ridho ning atine
Gelaraken perintah rosul ning badane
Eling Alloh aja pada selewa-lewa
Ingkang khusyu lan batur dadi kegawa
Dangdanana ngurus badan dewek-dewekan
Cuan ngamprak tingkah badan kemusyrikan
Kudu sabar kita bodoh lagi belajar
Aja pada wani-wani gegantar
Nuhun syafa’at wong kang wis mati
Perintah cegah supaya katon ning ati
Laku badan kudu ana wates-watese
Usum pegebug iki bakal seteruse
Ayu batur kudu nerima ning awake
Ora nerima badan yakin ning rusake
Ayu batur awak bodoh edengena
Aja hasud kabeh muride syekhuna
Awak bodo ayu batur aja nerima
Gage sinau gelaraken ning agama
Badan waras gelarna iman islam
Ya pengaji lamun weruh sampai paham
UBUDIYAH
Syarat Ibadah
( Hari senen tgl 7 Jumadil Akhir 1378 H / 1958 M )
Ati suci nguasani kabeh badan
Ya syahadat madangaken ning pikiran
Kita bodoh akuwen kebodohane
Terus manut miturut pitutur gurune
Syarat ibadah iku werna loro
Suci ati dhohir bathin jaba jero
Cukul dewek niat dewek ning atine
Niat atine cukul gawe kebagusan
Weruhana udan iku werna loro
Udan banyu hudan rakhmat syahadat loro
Udan banyu nggo nyuceni jasmanine
Hudan rakhmat nggo nuceni rohanine
Wongkang takwa keudanan hudan rakhmat
Dadi seneng sugie dunya akherat
Aran takwa pertimbangan ingkang nyata
Luruh dunya lan akherat sama rata
Waktu nimbang cejantunge kudu teras
Kasab dunya lang akherat aja malas
Aran teres badan obah lan menenge
Saking qodrot irodat Alloh ya elinge
Nandur kapas belajar nganti lan nenune
Ya jahite wajib ajar ning gurune
Gawa wajib sempunane kelawan wajib
Sholat nutup ‘aurat iku kabeh wajib
Barang wajib-wajib kasab ning awite
Bisa kuat yen cukup sira syarate
Mata ati kang awas olihe gandul
Akal bejad tekad salah dadi bedul
Tanda bukti pengen mangan mong molah
Awan turu bengi ngamprak nyata salah
Gage ngalap dunya ira maring rosul
Puasaa telung dina aja ucul
Saban-saban minggu iku telung dina
Awit selasa rabu kamis lakunana
Den bukane rizki badan jasmani
Lan dibukane rizki badan rohani
Ya jampine dukha tahajud kalimahe
Asal melarat terus seneng ning sugihe
Anjaga lisan
( Hari Selasa tgl 11 Rajab 1378 H / 1958 M )
Ati sujud maring Alloh kira manggon
Tahun sewidak terus aman manjing keraton
Ayu batur diraksane bebarengan
Aturane syekh ’arobi kerajaan
Engetaken duwe cangkem pengucape
Omong bagus nyelametaken ing uripe
Ati iku sebagian kerajaan
Urusana negarane dewek-dewekan
Ngaku Islam tutupana badan sekujur
Wurukna anak rabi lan sebatur
Ngaku iman badan ati kudu cocok
Eling Alloh turon dodok melaku ngadeg
Sami watir Ngaku dadi wongkang mukmin
Luruh keridhon mumpung urip kang periyatin
Nerima Ning Allah
( Hari Selasa tgl 5 dzulhijjah 1378 H / 1958 M )
Arep mendi badan ira ya nurute
Ngintil rosul kurang cocok Syare’ate
Ngawulane ning Alloh pet ngelingane
Nyata pisan ora dadi ngawulane
Kang wis sugih masih pengen ning sugihe
Langka pisan uripe langka pasrahe
Kang miskin ning kadare langka ridhone
Oranana muji syukur penerimane
Ngaku iman tauhid ilang ora kerasa
Bukti ora ngandel Alloh kang kuasa
Aduh santri kapan bae ya nerimane
Ya uripe pijer ngumbar ning nafsune
Diresayag nguruwag umah ya kengelan
Kang ngersaya repot mikir ning pangane
Ngersayane ngorbanaken tenagane
Nyata welan bareng-Bareng ning dunyane
Iki dasare wong kang alim tujuane
Ikhlas ridho gelaraken agamane
Awas batur bakal akeh peperangan
Saban dina wong kang urip arang-arangan
Sira ora ngandel aja kongsi kitane pegel
Tahun sewidak bakal akeh gulu tugel
Sebab tugel ning syahadat ora ngandel
Nyi mas ayu gandasari sampun tegel
Mata Papat
( Malam Selasa tgl 4 dzulqoidah 1378 H /1958 M )
Gede cilik tua enom jaluk bon
Maring guru ning dunyane kira getun
Ora getun ning gurune bakal kutil
Urip dunya akherat bakal didedel
Gelem bon diparingi mata papat
Luruh dunya lan akherat ya manfa’at
Mata dhohir ngolek dunya pegawaiane
Mata bathin eling Alloh pegawaiane
Ya digjaya wongkang duwe mata papat
Nyugihaken ning dunya sampai akherat
Tapi awas luwih gampang ning patine
Terus mati yen kegebug iringane
Kiwe tengen kudu ana ning abote
Tetep camplang ora pada ning bobote
Wongkang bon kudu bisa ngelakokaken
Ora bisa tetep bakal ngerugikaken
Wong kang bon kudu ana ning boreke
Ngaji syahadat kudu sering ning mareke
Abot kiwe terus jomplang timbangane
Terus lembek akherat kaya kinana
Abot tengen terus jomplang timbangane
Dadi toma’ emong kasab ning dunyane
Bagus-baguse wongkang nyekeli timbangan
Lempengaken jantung lorone timbangan
Ora lempeng terus bacin ning dadane
Sebab bohong eling Alloh ning atine
Bacaan Sholat Sunnah
Gage donga ba’da salam sholat sunnah
Kaping papat sira maca aja salah
Ayu batur bebarengan jaluk sabar
Kira pasrah iman islam aja samar
Nuhun sabar pasrah kula ning cecoban
Kuataken ora ina tambah mulya
Den wacane qobla dzuhur ba’da salam
Kaping pitu derajat luhur iman Islam
Latihan Ngerajeg
Gage tangi sedurunge waktu subuh
Jaluk rezeki lan gepite kira teguh
Kursi inna anjalnahu ya jodone
Ya taline sholat bengi kelakuane
Ya dedegen aja manut ning nafsune
Terus digapit amal soleh ning atine
Kerjanan awit rajab sampai puasa
Gage jejaluk maring Alloh kang kuasa
Nuhun munggah derajat dunya lan akherat
Puasaa bengi sholat lan munajat
Lan badane sodakoa kang utama
Wewehana wong kang ning agama
Yen kepengen sira dadi wongkang mukmin
Ulat bagus semu ajer ora periyatin
Ayu manut kang miturut ning gurune
Ya tirua tingkah bagus kelakuane
Ati mangkel ngatur awak turut perintah
Tanda melek laku ala ya dicegah
Awak bodoh gage pada jaluk wuruk
Kursi inna angjalnaahu gawan besuk
Coba batur pikirana kesalahan
Pati belai pasrahana ing pengeran
Kepengen Mukmin
Yen kepengen Dadi mukmin ya ngalai
Ning karepe nafsu kudu disudahi
Aja jangkerik sira umpamane
Gelem didu banget bodoh agamane
Pengen mukmin kudu ana ning bibite
Ya lurua nur Muhammad syare’ate
Terus Iman syahadate manjing ati
Ora pecah ora luntur sampai mati
( Hari Selasa tgl 25 Sa’ban 1378 H / 1958 M )
Wong kang mukmin wajib ngeraksa patang perkara
Ngemot harta waktu belanja awak ira
Wurukana ilmune kang gelem-gelem
Yadelengen aja pada ngumbar ning cangkeme
Maksa-maksa ngumbaraken dadi fitnah
Nimbulaken iri dengki dadi salah
Ari mukmin iku ana alamate
Lulus atine eling Alloh ma’rifate
Kang setia ngemban dawuh ning gurune
Sumpingaken bener-bener kelakuane
Insafaken ning kalangan perjuangan
Aja katon ala maring sapepadan
Ayu bareng buletaken ya sebatur
Yen ora bulet masyarakat dadi ibur
Gede cilik tua enom lanang wadon
Ya raksaen aja pada ngerusak keraton
Alloh Allo ya Alloh kholifah rosul
Bareng geguru pituture aja ucul
Tambah ilmu kudu gelem tambah amale
Aja munafek dawuh guru sing rosule
Dodok bareng guru mulang kaudanan
Hudan rokhmat bathin eling ning pangeran
Timbul pikir luwih alus ing atine
Gelem nelangsa mengingat kabeh dosane
Bagus-baguse menusa deleng awake
Ngerasa bodoh ngerasa ina ing badane
Sugih Dunya akherat
Jaman akhir pikir ira keributan
Ya rajege aja kongsi diranja syetan
Ya rajege ayat kursi ya macane
Telulas ewu pinjul telu itungane
Lekas rebo kudu pol dina selasa
Saban waktune pitu-pitu kudu kersa
Ngerajeg kuping mata cungur lan cangkeme
Kira-kira ati suci barang harame
Sapa wonge naklukaken sedulure
Ingkang papat kelima ati panjere
Diparing sugie ora rerawat
Miskin dunya kaherat ora masakat
Diijabah penjaluke tinurutan
Sekepenge atine ya keturutan
Sewise pol telulas ewu punjul pitu
Teka mati aja tinggal maca pitu
Pekir ora nemen-nemen ning ngulati
Sekrentege ati kuh bakal bukti
Kuping ngerungu dawuh Alloh kebagusan
Mata ningal kudrot irodat sing pangeran
Cungur ngeraksakena sifat qudrot irodat
Cangkem muji kalimat Alloh aja telat
Ati suci hasud riya ’ujub takabur
Akal eling nimbang amal aja mundur
Akal ora eling Alloh banget ala
Tetep kafir arane kafir nyembah berhala
Kuping mata cungur cangkem lan atine
Akal ma’rifat ngerasa obah sing gustine
MAULID
S Y A H A D A T (1380 H – 1960 M )
Wong kafir kabeh digiring-giring
Marani jahannam golong-golong pada muring
Teka ning jahanam lawange terus dibuka
Malaikat kang jaga lawang nakoni dika
Apa sira ora ketekanan ning utusan
Ingkang bisa nerangaken dawuhe Qur’an
Kafir jawab ning malaikat kang nakoni
Inggih wonten nanging kula beli ngelakoni
Ya saiki siksane Alloh tampanana
Ayu manjing enak blenak rasakna
Kanjeng nabi meriksa neraka terang katon
Ning neraka sing akeh iku wong wadon
Waktu dunya ora syahadat ora sholat
Lan wong wadon kang ora open ning aurat
Ingkang sanga torekot guru maring Alloh
Wajib nglakoni perintah guru maring Alloh
Dilakukaken pengucape awak ira
Sosa duta tun yaya kerja nira
Sholat limang waktu sedina sewengi
Terima kasie badan Alloh kang maringi
Maca syahadat ping telu aja keliwat
Duha tahajud tunjina dadi syarat
Maca ya kafi ya fatah nuli karcis
Nganggo jubah lawon putih ingkang percis
Iku terang torekot syahadat solawat
Dedalane derajat duwur syarif hidayat
Rohe sholat ana nenem kang percaya
Khusyu kudur paham hebat roja kaya
Tegese khusyu ati kulane
Kudur iku ora pegot eling pangerane
Paham ngerti ibadah syah Lan batale
Hebah demen perentah Alloh lan rosule
Roja ngarep-ngarep kita ning kenugrahan
Kaya wirang ngelakoni kasalahan
Bocah santri arep mendi sira nunute
Ngintil rosul ora cocog syare’ate
Ngaku demen kanjeng nabi demen apane
Sembayange ora kaya kanjeng nabi aturane
Kita demen kanjeng nabi Allohurobbi
Terusaken demen maring ali nabi
Syafa’ate kanjeng nabi luwih wani
Ana umate manjing geni digogoni
Sapa wonge manjing guru abah umar
Kudu ngandel ning pitutur aja samar
Jam rolas bengi senen tekane
Wong kang bodo wajib titen ingetane
Sing miturut ning pitutur guru kita
Aja ana tempo nganyang maring kita
Aja mangmang guru iku nggo gandulan
Sebab guru nuntun dalan elintg pangeran
Kanjeng nabi ora deleng ning kandane
Tapi deleng wong kang bisa ngelakonane
Aja kongsi guru kita bendu dika
Yen wis bendu tetepe bakal cilaka
Ayu eling maring Alloh kembuli
Kita nggandul ahli nabi iku wali
Iki jama jaman ayakan
Sing diayak ke islaman
Islam selamet ora hasud ora takabur
‘ ujub riya toma’ kesiben karo batur
Syahadat bandem syetan patang puluh loro
Syetan jungkel nangis ngero-gero
Aduh-aduh wani temen wong syahadat
Kita kalah pasrah boch bade mangkat
Bocah santri ingkang awas lan waspada
Zaman akhir akeh wong enda-enda
Dunya iku kabeh badan
Ngurus ati kelawan iman
Demen dunya sira nganggur
Bukti mengko balik kubur
Eling Alloh kang sempurna
Ora bisa akalana
Kita eling maring alloh ora liyan
Banget larang kaya regane berlian
Bisa eling sebab ngaji
Demen Alloh ayu diuji
Alloh rosul kang minteri
Kabeh amal kang beneri
Kita urip kang manglingi
Alloh rosul den elingi
Eling Alloh ayu mikir
Supaya selamet mengko akhir
Untung sira ngaji syahadat
Bukah ati terus ma’rifat
Kayu koyum diwaca terus
Waktu lara sampe waras
Syhadat tauhid isikna
Syahadat rosul lakonana
Ngaji syahadat aja telat
Yen wis waktu gage mangkat
Mumpung ilmu pada timbul
Balik ngaji sira mikul
Timbulane wali kang sanga
Iman islam cuan lunga
Ma’rifat islam ngurus badan
Ngerusak amal keriyaan
Duwe badan dibagusi
Gerenjet ati di ikhlasi
Aja pada ngku pinter kudu watir
Ora eling karo Alloh tetep kafir
Jaluk wuruk ning guru ilmu syare’at
Cukula dewek pengen duwe ilmu hakekat
Ayu batur kita bebalik pikire
Elinga mati embuh esuk embuh sore
Ayu batur ngerongokna pengajian
Aja kongsi kita dadi wong kafiran
Wong kang munafik menenge ning tengah-tengah
Mukmin beli kafir beli bloli genah
Aja kesela waktu maca ning syahadat
Apa maning lagi waktune sekarat
Ayu manut nuhun syafa’at ning nabine
Perkara wolu nuhun saged ngelakonane
Aja kongsi eling ira waktu lara
Mengko blai nemu susah awak ira
Anak putu Adam duwe pertanggunmgan
Tanggungane manut rosul eling pangeran
Iblis nanggung dadi intipe neraka
Tapi jaluk bancik goda umat dika
Satoh hewan nanggung bantu ning menusa
Kang ora eling satoh hewan jaluk niksa
Aja enak sira nyandang lan mangan
Syukurana direjekeni sing pangeran
Iki jaman nyata welan sampun ganti
Gage eling pahama gawane mati
Ora nana wong kang khusyu sembayange
Sebab tua jaluk wuruk ning gurune
Tetengere dina kiamat ya mencorong
Dipun pilih ing kanjeng nabi golong-golong
Ayu sholat ampel gading berjam’ah
Dedonga bareng karo batur kelawan bungah
Aja ngaku sugih pinter urip dewek
Yen ngakua pinter dewek ya munafik
Kita urip ning dunya duwea wirang
Gusti Alloh nuruni ayat pirang-pirang
MAULID
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (3)
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (3)
PERATURAN AGAMA
4.1 Hukum
Dadi ana hukum iku pertimbangan
Hukum syara ora robah nggo patokan
Hukum akal hubungan ning pangeran
Nuhun pituduh ngarep – ngarep bantuan
Hukum adat timbul saking kabeh rakyat
Aja niru yen sulaya karo syareat
Awas batur aja wani – wani niru
Politikan karo hukum aja keliru
Politikan ijma’ qias hadis qur’an
Yen wis cocok ayu breng jalan
Iki perabot pengaturan amal badan
Nggawa amal dalan eling ning pangeran
Ngatur anak badan Rabi lan sebatur
Lumayanan kanggo sangu alam kubur
Ayu santri bagusana syare’ate
Yen Wis bagus bakal nemu hakekate
Kita urip duwe umur ikhlasana
Luru derajat dunya akherat gelarana
Laku dunya aja sampe ngelalekna
Tinggal ngaji bakti ora mikirna
( Malam Rabu tgl 23 Syawal 1376 H / 1956 M )
Awak bodo hormatana kanjeng nabine
Amal soleh mugi angsal ning atine
Gage luru amal soleh kang temenan
Kanggo sangu balik kita ning kuburan
Ora bisa gage njaluk iftakhlana
Tahajude wiridane lakunana
Misah ati karo nafsu teka setitik
Ora niat misah kita ora katik
Yen kepengen kebuka kita akale
Openana telung perkara ning amale
Awan bengi ngeling – ngeling Alloh rosule
Aja pegot hubungane ning akale
Misah nafsu getih ireng ning atine
Aja campur ati salim ya arane
Lakune badan tetepana ning syare’at
Bisa ora bisa wajib kita angkat
Niat tobat maca syhadat solawat
Terus teka sampe waktune sekarat
Apa maning manjingaken ning syhadat
Getih ireng nempel ati ya maksiat
( Malam rabu tgl 7 dul koidah 1376 H / 1956 M )
Ba’da Salam ayu maca ning syahadat
Jasmanine rohanine paring nikmat
Ayu batur pada ngaji bebarengan
Maca aurad ati salim kang temenan
Buru – buru gage jaluk ning pitulung
Ing malaikat nabi wali aja bingung
Hasud takabur ‘ujub Ria ning atine
Eling Alloh ngelunturaken ning atine
Aja kongsi karo batur pecah belah
Merangi nafsu ing Ibadah aja kalah
Aja wedi aja piyatin laku hak
Perkara batal hak teka pasti rusak
4.2. Perkara hak
Ati eling maring Alloh hak arane
Mbuang toma’ hasud takabur lan riyane
Lanang wadon ayu diraksa dewek – dewek
Aja pecah pikir eling ning pangeran
Ayu diraksa kabeh nikmat sing pangeran
Terus eling muji syukur waktu mangan
Gage mikir waktu urip dewek – dewekan
Ora eling sangune mati ya munafik
Kabeh rakyat maring derat kudu terima
Ana gede ana cilik aja toma’
Ayu batur pada ngelatih jasmani
Supaya kendo laku ala ning nafsu
Gage ngaji ingkang wekel luru bener
Allah benci maring wong kang ngaku pinter
Badan kerja ati kerja ya solihat
Dunya akherat pasti munggah maring derat
Tobat bagus amal badan kang sempurna
Badan jasmani jaluk isi tangekna
Ayu anak waktu bengi gage tangi
Melek ati eling kang nulungi
( Malam rabu tgl 12 dulqoidah 1376 H / 1956 M )
Hukum Alloh gelem pada nyempurnakaken
Sabar nerima qodar kang mastikaken
Beda karo ati nifak ning tingkahe
Seneng nyolong nukum Alloh ngurangi bae
4.3. Jihad berjuang / Jihad fissabilillah
( Malam tgl 12 dulkoidah 1376 H / 1956 M )
Yen kepengen dadi wong ahli suarga
Ngorbanaken harta pikir lan tenaga
Ngorbanaken harta benta ingkang ikhlas
Gelaraken agamane sampe jelas
Ngorbanaken pikir eling ning pangeran
Openana syare’ate kang temenan
Ngorbanaken tenaga manut rosule
Kurang mangan turu susah ora ucul
Ya bersatu jasmanine rohanine
Ya melasi maring batur Lan santrine
Jasmanine demen dunya kanggo ibadah
Rohanine eling Alloh terus terima
Anane dunya nyediani kawulane
Yen kula kudu nerima aturane
Terus eling saban tingkah menggawene
Netepi perintah Alloh rosul ya badane
Tanda mukmin welas asih ning bature
Yakin sugih dunya akherat lan kubure
Lamun oranana cukule syahadat
Dunya akherat ning kubure luwih berat
Sebab ora gelem bersihi atine
Hasud takabur ’ujub riya ning dunyane
Mata medit ora gelem ning tafakur
Den contohi batur akeh melebu kubur
Duwe ilmu kanggo perabot luru dunya
Yen santrine ora duwe disia – sia
Bagen pinter nerocos – nerocos bicarane
Dina kiamat Alloh banget ning bendune
( Hari senin tgl 19 dulkoidah 1376 H 1956 M )
Qolallhu Ta’ala fatuubuu ilaa baariikum faqtuluu anfusakum
Dzaalikum khoirul lakum ’indabaari ikum. Fataaba ’alaikum.
Innahuu huwattawaa burrokhiim. ( Al-Baqoroh )
Dodokaken ati salim luwih angel
Yen ora sabar syahadate ora nempel
Awas santri pikiraken kang temenan
Kira – kira sira mati gawa iman
Tanda mikir gelem misah ning awake
Kurang mangan kurang turu ning blenake
Ya ajaren badan anak rabi batur
Cocogaken karo syara’ ingkang akur
Kejemaken aja ridho ning maksiat
Lamun salah anak rabi ugi rakyat
Iku aran ngembangaken ning syahadat
Ana wohe sira ngaji ning syahadat
Ora manfaat kabeh ilmu maring badan
Alloh paring titel pangkat kewalian
Gage tobat mumpung masih ning uripe
Aran tobat mateni nafsu ning karepe
Dudu tobat ora bisa merangi nafsu
Balik munafik arane ulama syu’
Cuma pengen nama santri enak dewek
Nyata iku dadi dasare munafik
Sampun terang iki dasare pangeran
Aja mang – mang wulan rayagung ning tanggalan
4.4. Sodakoh kupat
Gusti syarif hidayatulloh ing bengine
Rebo tanggal papat kapit jalukane
Berjamaah tapi ana syarate
Kupat lepet tang – tang angin sabengkete
Werna telu nuli dicantolaken
Ing duwur lawang nuli arep burine
Arep nyantolaken iki
Ki aja wani – wani nyerang tandurane
Lengkapi ki aja wani – wani nyerang tandurane gusti syarif hidayatullah
Iki anak putune Adam, Yen sira wani nyerang sira olih bendu sing pangeran
( malam rabu tgl 13 dulhijah 1376 H / 1956 M )
Tambahana gawa amal ning badane
Aja Males waktu urip ning dunyane
Ngajar badan amal ikhlas aja liyan
Dalan eling laku bakti ning pangeran
Yaiku tauhidul Qoshdi wal irodah
Gusti Alloh kersane langka kang nyegah
Wis janjine bapa Adam pangkat khalifah
Gelem ngaku jaluk taubat nerima salah
PERINGATAN
Wulan Rayagung
Gelem ngajar ati salim bakal bener
Ora ngajar ati salim bakal keder
Rayagung iku wulan penghabisan
Penyakite lara mati gelis pisan
Dodokaken ati salim awan bengi
Paring selamet Alloh rosul kang mayungi
Ati salim badan nerima pengaturan
Terus eling bakal manggon ning pekuburan
Sabar nerima qodar kang den pastikaken
Hukum Alloh gelem pada nyempurnakaken
Tanggal siji sampai tanggal 10 Rayagung awit dinane kurban
( yaumul tasyrik ) Dadi liren boten kerja patang dina sampe tanggal10 wali syuro.
Gusti Alloh nurunaken pati seluruh dunya Nanging pasti ana werna loro.
1. Mati badane
2. Mati nafsune
Ayu santri sira buru – buru milih
Maring pati kang den pasti werna kalih
Aja kongsi sira mati ning badane
Gage diajar patenana ning nafsune
Dina selasa awal wulan, pada sodaqoh pada kapendem, lan maca tawasul kang den aturi, siti Qurasyin lan nabi khidir
Mumpung urip gage ngandel ning pitutur
Yen ora ngandel bakal susah jero kubur
Duwe badan mumpung urip bersenana
Olih pitutur gage – gage lakonana
Aja tungkul ngandakaken alane batur
Urusana awak ala badan sekujur
Kita dunya aja tungkul mangan nyandang
Gage eling sugih dosa terus dibuang
Gage dirasa gage digerayang
Mumpung durung direrayang
Mumpung urip gage jaluk keterangan
Yen durung duwe gage jaluk kang temenan
( Hari senin tgl 30 jumadil akhir 1376 H / 1956 M )
Iki nadom nggo pekeling awak kula
Tingkah kula supaya bisa berobah
Amal ala bagusana sugih dosa taubatana
Dosa cilik dosa gede buangana tut setitik
Gage maca ning syahadat mumpung durung teka ning sekarat
Aja pada ngaku bisa amal kula masih riya
Sebab pengen dialem menusa
Wong kang riya bakal manggon neraka
Aja pada ngerasa alim amal kula masih dholim
Aran dholim nganiyaya maring batur lan badane kula
Maring batur gawe ala weruh beli temu ala
Ayu batur gage tobat gagiyan ngaji ning syahadat
Aja pada ngaku pinter amal kula masih keblinger
Aran keblinger ngerasa bener ala becik Alloh ketenger
Aja pada ngerasa duwur amal kula masih takabur
Wong takabur amal gebur tekan kubur dipun ancur
Kerana syaiton iku takabur maring Alloh ora syukur
Mungkar nakir kang bakal ngancur geni jahanam ingkang ngelebur
Aja pada ngerasa bagus dewek
Amal kula masih munafik
Wong munafik amal entok
Ning neraka kang ngisore dewek
Aja pada ngerasa apik
Amal kula masih musyrik
Wong musyrik dadi kuwalik
Ning neraka bakal diwalik – walik
Liyan Alloh den bakteni
Perangsane bisa nyugihi
Ning Alloh rosul ora bakteni
Ning akherat pakane geni
Aja pada ngerasa garang awak kula masih kurang
Sholat kula kelingan barang ning kubure bakal digarang
Maring Alloh ora wirang ora gelem laku sembahyang
Iku syaiton wis terang ning jahanam Manjing jurang
Aja pada ngerasa sugih Alloh ingkang maringi sugih
Maring Alloh gawane bakti awit urip sampe mati
Sugih barang kanggo apa gage tobat gage ibadah
Gage amal gage sedekah Mumpung durung izroil teka
Izroil teka ora wara – wara
Beloli wakil roh digawa
Teka ning kubur bangete nelangsa
Mungkar nakir kang bakal nyiksa
Ana pikire arep sholat Nuli syaiton gage nyegat
Mengko tanggung durung peragat sholat ira dadi telat
Ana pikire lunga ngaji nuli syaiton terus bujuki
Pegawean durung lesi ora sida lunga ngaji
??????????????????????????????????
????????????????????????????????
Sebab tinggal ngaji dosa ora kerasa
Wong laku zina dosane banget kerasa
( Malam Senin tgl 5 Rajab 1376 H / 1956 M )
Ati cangkem ibarate roda kalih
Gerenjete ati cangkem ngucap kudu milih
Cangkem ngucap aja sekienge dewek
Cocogna karo hukum aja munafik
Cangkem iku diilmuni ilmu mentok
Emong terus muji Alloh ora entok
Cangkem iku dadi roda nomor loro
Puterna ucapna syhadat loro
Cangkem ngucap ora nganggo hukum rosul
Aja munafik umat rosul dadi ucul
Sebab cangkem buktikaken dalan hakekat
Ora cocok karo syara aja diangkat
Roda Loro
Ati muter dada siji ya ditarik
Kerenjet ati pikir bagus ingkang apik
Ati iku diilmuni ilmu bayan
Ati eling adepaken ning pangeran
Ora madep ati lali ya kapiran
Ora eling maring Allah kemusyrikan
Ati cangkem laku takwa ngati – ati
Aja musyrik munafik waktune mati
Kaya melaku maring dalan akeh eri
Tibakaken sikil loro ditengeri
Urip kita pengen jaya ning dunyane
Ayu kerasa umur entong saban dinane
Syekhuna bagi modal dikarcisi
Nurut nafsu ingkang ala ditangisi
Ayu batur pengen beli tangi bengi
Pra nabi para wali kang nulungi
Aweha torekot syahadat solawat
Cukulana tinggalana syarif hidayat
Yakin pisan ilmune luwih manfaat
Cukulana ilmu syahadat solawat
Peperangan karo nafsu pengen jaya
Eling Alloh rosulullah kang sedia
Sira ngerti senjatane ya jenaka
Urip mati ora bakal ya cilaka
Sirwenda ngarah kulon kena wetan
Mata dekeng isine dunya eling pangeran
Muji maring Alloh langka wates – watese
Yen durung manjing kubur kita awake
Manjing kubur jaluk tulung langka guna
Yen pengen selamet gage tobat kita dunya
Jasad manjing kubur sanak tangga pada balik
Ora gawe syahadat bumine gepit jerit – jerit
Murid sekhuna ingkang sabar nerima
Ana kang nacad enak bae delengana
Pada weruh ing iki zaman
Zaman iki lagi ayak – ayakan
Syekhuna ngajak – ngajak rasa kumpul
Laku sholat lan wiridan lan tawasul
Tapi kulane ora kena diatur
Ning burine sekhuna pada ibur
Dicoba maring Alloh kulane boten kuat
Sebab kulane ari dalu boten sholat
Kanjeng nabi banget melas ning umate
Ayu manut tingkah rosul ning sholate
Jubah putih ubed putih ning dunyane
Ayu dienggo ibadah sira badane
Gusti Alloh dhohir batin ya ningali
Waktu sholat ati anteng apa beli
Wong kang sholat belasar – belasar ning umume
Ayu ngerasa waktu salah bae
Qoola nadhom
Batur kabeh waktu sholat aja robah
Wedenana siksa Alloh aja gegabah
Bonggan sira duwe hukum ora diobah
Bakal lara ning dunyane luwih payah
Rampung sholat dodok tetep aja robah
Maca syahadat kaping telu dawuh abah
Ngauradaken syahadat loro wis zamane
Aja mang – mang ingkang kejem ing imane
Eling Alloh kang percaya aja mang – mang
Kabeh amal besuk maksyar ya den timbang
Eling Alloh ngunggahaken maring derajat
Gawa sunnah kanjeng nabi maring syafa’at
Tinggalana awak kita masih bodo
Ndemeni dunya tempo mati ora kanggo
Iku yakin peninggalan ingkang terang
Gawe amal akherat gagian tandang
Panas perih wong kepengen dadi santri
Tapi poma wajib sunnah aja mari
Pada nanggung ning kubur waktu ngadepan
Kepanggonan eling Alloh waktu kelaran
( Malam Ahad tgl 6 muharram 1377 H / 1956 M )
Ayu eling pumpung dunya teka setitik
Ora gelem mikir eling ora katik
Ayu batur fikirana amal akherat
Ora pada mikir yakin bakal melarat
Ayu batur luru sabar buru – buru
Durung bisa gage mangkata geguru
Aja dienak – enak dedewek bae
Ingkang wekel laku wajib lan sunnahe
Awas aja ngunggulaken ning awake
Pikirana badan banget ning rusake
Waktu dunya dikon milih werna loro
Barang bathil barang hak syahaat loro
Eling Alloh yaiku hake manusa
Dadi dosa pikir musyrik ora kerasa
Awal –awale tobat iku syahadat loro
Terus maca bersihaken jaba jero
Wongkang milih barang bathil yakin rusak
Dunya akherat nyilakani maring awak
Gage baris putih – putih sandangane
Dedungana muji terus ning atine
Waktu subuh satus sepuluh wacana
Laa ilaaha allallah dzikirana
Jaka dolog terus hadir meriksa
Kang ora manut bakal nyilakani
Para wali pada kumpul musyawarah
Nakikana tanggal 20 dulhijah
Ngerundingaken maju mundure syahadat
Gelem nampa apa beli kabeh umat
MAULID
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (2)
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (2)
Aja mang mang disiksane dewek – dewek
Tuna getun ning neraka ya munafik
Sambat – sambat ya munafik jero kubur
Waktu naja ning dunyane blolih nur
Sebab tungkul urip mikir dunyane
Ora gelem mikir kubur ning sangune
Borosaken maring umur sampe entok
Ora eling dadi kosong ganjarane
Bagen wani sugih fakir tetep mati
Ngatur badan anak rabi sing ati – ati
Aja kongsi ngelalaiaken ning pangeran
Gage tobat muji syukur lan dzikiran
Gage njaluk idzin wong tua lorone
Yen masih urip njaluk pangapurane
Kanjeng nabi ngeraksa umat boten tebih
Ning adepan rupa abang semu putih
Yen setia sira mbela Agamane
Keparingan nur muhamad ing badane
Ayu nyebut Alloh rosul kholifae
Badan ati aja kongsi pecah bae
Aja kongsi pengucape dadi loro
Pisan kalah elinge diparo – paro
Nuhun paring badan manut perintah rosul
Ati kerja eling Alloh Saged nggandul
Terus milih laku lampah luwih saha
Niteni waktu badan meneng lan obahe
Wedenana kafir dlolim pasik kita
Penyakite ati salim ingkang nyata
Wongkang ngelakokaken ning badan salah parane
Karo hukum ora cocok dlolim arane
Ya setia badan mbela Agamane
Den paring nur muhamad ning atine
Buru- buru ayu niat gawe sodaqoh
Kumpul blai supaya aja teka
( Malam Sabtu tgl 20 dzulhjjah 1376 H / 1956 M )
Gage mikir sebab jaman sampun akhir
Terus nginjen maring Alloh kang dipikir
Waktu gering katon pisan ning larane
Nggo contohne Ning akherat ya siksane
Dunya akherat njaluk selamet dewek – dewekan
Gage diuji amal badan lan pikire
Buru – buru gage njaluk den ridhoni
Mumpuing waras ibadahe den den lakoni
Kita dunya lan akherate nuhun selamet
Waktu dukha lan tahajud gage nggereget
Ayu sabar ridho ikhlas lan tawakal
Lan nerima syukurane aja gagal
Demen Alloh rosulullohiku tobat
Njalanaken kabeh perintsh ors keliru
Tanda mukmin ya tawadlu ning gurune
Nuhun rokhmat ora pot ning atine
Buangana ujub ria lan takabure
Hasud pegel kabeh amal dadi luntur
( Malam Ahad tgl23 dzulhijah 1376 H / 1956 M )
Gage sntri pikirana sampe terang
Uripira supaya duweni wirang
Bapa Adam ngaku dholim ngaku salah
Ing syare’at hakekat iku hikmah
Yen wis mati jiaroha kuburane
Aja kongsi kemlaratan ning badabe
Dalan ati salim iku pangeran
Aja lali jiaroha ning pekuburan
Terus ndleng ning kuburan luwih ciut
Dadi obate nafsu mumbul dadi nyebut
Ngati- ati ngormati embok bapane
Luwih repot ngopeni anak awan bengi
Alloh ngapura ngelebur kabeh ning dosane
Lamun ngapura kabeh embok lan bapane
AMAL SOLEH
3.1 Eling Alloh
Yen kepengen ingkang suci gage tobat
Awan bengi laku badab nggon syahadat
Pengen pituduh eling Alloh poma – poma
Lakune badan bisa suci ya utama
Eman ibadah awit cilik sampe tua
Tempo mati imane oa kegawa
Ayu santri eling Alloh ngekalaken
Ora eling bakale den dohiraken
Ora eling nyata mati ning atine
Terus bukti pada ning badane
( Malam Rebo tgl 18 Sa’ban 1376 H / 1956 M )
Yen kepengen pangkat kudu bisa ngatur
Jasmanine ruhanine ingksng akur
Ngatur anak rabi tangga nggon ngebakti
Maring Alloh nggawe amal sampe mati
Bagen sugih bagus pinter ya diatur
Aja kalah praktek ira ingkang jujur
Terus terang ngembangaken syare’ate
Hukum syara’ kira ikhlas ing ngadate
Iku aran umat rosul tindakane
Bagen kadang anak rabi lan badane
Badan salah terus wani nyalahaken
tanggung jawab terus sanggup mbenerak
Jalan hakekat kudu sabar lan nerima
Iku aran umat rosul kang utama
Aja pada ngaku bisa ning syahadat
Laku musyrik Toma’ hasud Gage mecat
Nyata palsu bagen kiyai ning ilmune
Ora jujur Cuma molar ning dunyane
Alamate ning neraka siksaane
Pinter puter ning wong bodoh nggo pangane
Kanjeng nabi ngatur kasab nggo nafakoh
Ngaji bakti aja bodoh nggo iabadah
Ayu ngaji bareng njaluk kesenengan
Nurut perintah Alloh rosul kang temenan
Iku aran santri kamil kang sejati
Pikirane kang diinjen gawan mati
Beda karo santri nakis tujuane
Awan bengi sing dipikir ya dunyane
3.2. Santri kamil
Santri kamil tahajude saban bengi
Senengane jubah putih wangi – wangi
Tujuane pengen sugih dunya akherat
Awan bengi Alloh rosul kang disambat
Suci saking ujub ria lan takabur
Hasud toma’ ngelarani atine batur
Ora bosen gelem takon ning gurune
Pengen bisa syahadat loro wulangane
Mumpung urip njaluk pangapurane
Wong tua papat ning guru lan lakine
Iki jaman minggir – minggir kerusakan
Ati lali ora eling ning pangeran
Ayu pada ngeluhuraken ning agamane
Eling Alloh manut rosul poma – poma
Cangkem muni Alloh rosul den elingi
Njero ati ora pegot awan bengi
Njalanaken ilmune syarif ‘arifin
Eling Alloh rosululloh dohir batin
Terus muni kabeh wulu pada muji
Balung sungsum kulite daging dadi siji
Ora kesela ujub riya lan takabur
Ning atine eling Alloh ora nganggur
Penyakit ati mentingaken ning nafsune
Syirik dengki maring batur jero atine
( hari senen tgl 30 jumadil akhir 1376 H / 1956 M )
Gusti Alloh paring rido ning dunyane
Sira gelem gelaraken agama
Ati pateng ora bisa melek – melek
Naku bagus pinter sugih kita dewek
Ati kita saban dina diomoti
Syirik pidik ngintil ana ing ati
Dadi abot badan ketindihan dosa
Tangi turu maca takbir ora bisa
Sanang pangan awan bengi kuatire
Mati esuk maras langka ning pikire
Nyebutaken asma rosul ning lisane
Ora bisa sira ngucap ning atine
Sebab bodoh kurang nemen ning ngajine
Awan bengi mikir ning mangane bae
Mengunate karomate para wali
Pengen syafa’at ayu batur diakali
Kurang mangan turu timbule mangunat
Ingkang awas pikirane ning syahadat
Kang waspada adol awak dunya akherat
Ora tekor yen sira syafa’at
Padane damar murub iku ana kang nyuled
Lunga ngaji maring guru ingkang leled
Ayu diblongsong sira badane
Jubah putih sorban putih penganggone
Lagi nurut perintah Alloh kanjeng nabi
Pengen diaku dadi umate kanjeng nabi
Muji dzikir tangi turu ning atine
Kabeh dosa njaluk dipangapurane
Jubah putih sorban putih sampun bakti
Mengko bukti kang ora nganggo pada mati
Aja kongsi baka kang nganggoni
Niatana manut rosul ingkang wani
Nuhun – nuhun syafa’ate kanjeng rosul
Sampai mati jubah sorban aja ucul
Ayu batur apa pengen apa beli
Manut rosul eling Alloh den akali
Rusak ruwed ngucape ya maulana
Ati lara gage eling tobatana
Terus tawasul dateng siti khodija
Ati lara gage eling tobatana
Terus tawasul dateng siti khodijah
Ati lara paring waras aja pecah
Pisah urip kubur sesek banget peteng
Pisah dunya eling Alloh banget seneng
Rohmat salam tiang Islam sedayane
Buru – buru iman Islam gelarana
Yen wong mukmin gelem ngelakoni kabeh perintah
Alloh nyob ti nira aja robah
( Hari ahad tgl 1 Rajab 1376 H / 1956 M )
Ayu santri sing pada weruh wedi
Urip entong arep pada melayu mendi
Ayu batur uripa kang ngati – ati
Gage madep ati eling maring maring gusti
Durung bisa eling sira ning atine
Ayu tandang sholat bengi kelakuane
Lakune badan aja sekienge dewek
Cocogana karo hukum aja munafik
Awas santri ketipu pengaruh syetan
Awan bengi ati lali ning pangeran
Arep arep sholat sucine ati badan
Ora suci dadi suwung ning ganjaran
Kita urip lagi luru keridhoan
Bersenana ati badan lan pikiran
Pengen syafa’at madepa mata atine
Muhaiminan kanjeng nabi ning adepane
3.3. Wasiat Raden Abdullah bantani
Sapa wonge pengen diterima tobate
Dinginaken gawe amal akherate
Susah priyatin enak blenak ning deweke
Gage nganggo jubah putih ning awake
Kabeh amal nuhun – nuhun manfaate
Awan bengi ayu maca syahadat
Gage batur pareknang ning pikiran
Sugih miskin bodoh pinter sing pangeran
Luru sugih gage amal pumpung waras
Bakal getun yen wis teka lara keras
Waktu waras gage buru – buru tobat
Aja kongsi ajal teka waktu sekarat
Pasrahaken kabeh badan ning gurune
Pasrahaken atine ning pangeran
Kaya masrahaken dunya ning rabine
Laki lara kang ngopeni ya rabine
Senengana ning dunya nurut nafsune
Ning kubure senenganaya genine
Wong kang nafsu ikuora nana elinge
Awan bengi kang dijor kesenengane
Gelem eling ning dunyane dosa lebur
Bodo awak ora mikir sangu kubur
Pasti melas ketemu ning alam kubur
Hasud dengki gawelara karo batur
Wajib nurut sira wadon ibadahe
Ora nurut ora dadi ibadahe
Wani ngelanggar peraturan ning lakine
Ora hasil kemaksudan ning wadone
Batur kabeh aja lali ning pangeran
Buru – buru mumpung durung keributan
Ayu batur bareng – bareng muhaiminan
Eling Alloh rosullulloh kang temenan
Tuturana karo kalimat pangeran
Aja gelem dibujuki syaitan
Ayu santri cangkem ati kang bersatu
Ngajar anak rabi terus takon mantu
Wong kang eling Alloh rosul waktu waras
Mata atine titenana ingkang awas
Ayu diraksa pikirane kang temenan
Cuan ngamprak pikire dituntun syeiton
Gage priyatin eling badan mumpung rasa
Aja bunga eling Allah ora bisa
Yen elinga sira bakti maring Allah
Tentu nurut ning prentah ninggal ing cegah
Yen ngelalaiaken atine ira ing pangeran
Badan nurut syaeton gawekeluputan
Elinga badan jasmani lan rohani
Awan bengi gusti Allah kang ngepalani
Lakokena kabeh badan manut rosule
Pengen di terima tobate terus gandule
Umat Islam aja sampai ketinggalan
Aja bae sholate ulat-ulatan
Tiwas pegel ora dadi ning mujine
Sebab cangkem ora bersatu lan atine
Lanang wadon aja tinggal ning baktine
Wadon bakti sholiha iku arane
3.4. Wadon Bakti
Wadon kepengen ma’unat ning lakine
Ngati-ati wadon bakti ning lakine
Anak wadon melasana embok bapa
Wadon nyingkur laki beli apa-apa
Wadon manut hukum luwih berat
Lanang ngatur wadon manut ingkang erat
Wadon ngatur hukum syara’ lanang nyigkur
Wadon mentas lanang terus gebur
Lanang wadon diraksa dewek-dewekan
Enak blenak si sangga dewek-dewekan
Lanang wadon ingkang tasdik ya atine
Aja ngamprak badan ati pikirane
Lanang wadon senyatane berayan bakhti
Bok menawa ning akherate bakal bukti
Obah meneng sira kabeh aja lali
Maring Alloh lan rosule den den ganduli
( Malam senin tgl 2 Romadhon 1376 H / 1956 m )
Ingkang wekel waktu muji sasi siyam
Nuhun tetepe ilmu amal iman islam
Kejemaken kabeh badan lan pikiran
Luwih akeh tikel sewu ganjaran
Ayu diraksa sira ning omongane
Aja ngomong yen ora muji ning cangkeme
Cangkem muji eling Allah ning atine
Iku alim wong kang manfaat ning ilmune
Pikiran lan atine ingkang kejem
Ora nana ning pikire pengen di alem
Waktu siam mangan nginum ingkang hak
Supaya kebeh amal aja rusak
Yen tetukon aja kongkon bocah cilik
Panganan kurang bagus kurang apik
Poma-poma waktu siyam aja udur
Muga-muga kabeh dosa dadi lebur
Kuping mata cangkem dikon puasa
Aja goro unek-unek gawa dosa
Waktu buka ingkang halal memangan
Haram riba ilangaken ganjaran
Awas batur waktu siyam aja sewotan
Yen sewotan nglunturaken ning ganjaran
Tiwas pegel puasane ora untung
Jaba bagus tapi jerone pada buntung
Aran siyam ora mung beli mangan
Tapi nyegah barang batal lelahanan
Siyam iku ngunci cangkem ingkang kejem
Supaya iblis aja manjing cangkem
Berjamaah doa bareng aja gelambyar
Muga-muga keturunane lailatul qodar
(Malam Selasa tgl. 22 Syawal 1376 H/ 1956 M)
Buru-buru sira ngajar ati salim
Aja enak luwih pinter ngaku alim
Yen wong alim kudu ana ning buktine
Manfaati ning badan lan santrine
Ya kejeren ati salim awan bengi
Allah Rosul paring slamet kang mayungi
Syahadat sirri’ iku nyata ing arane
Allah nanggung mulyakaken ning badane
Gusti nanggung ngraksa dunya lan akherat
Yen santrine gelem dekem ning syahadat
Ning syahadat ingikang kejem aja ngambang
Pikir ngambang laknat teka dadi begang
Laku bagus pikir eling aran umat
Tedengaken laku bagus maring rakyat
Kebagusan ingkang ikhlas ya nyontone
Kanggo mikat narik batur kelakuane
Laku ala poma-poma umpetaken
Aja pada wani-wani njalanaken
Ora bisa ngelebur kabeh ing dosane
Sebab wani ngeramehaken ning agamane
3.5. Sifat Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Kanjeng Nabi Muhammad ngaku bodo
Hakekate ing Allah banget nyelondo
Allah sifat Qiyamuhu binafsihi
Terus pasrah ing Allah ya diisihi
Syareate Kanjeng nabi iku pinter
Sidiq amanah tabligh fathonah angger
Apa maning kita terang ning badane
Sampun welan nyata kedholimane
Bolak-balik syahadat ora manjing
Cangkem apal ning atine ora manjing
Nyata engkeg ngaku pinter ngaku bagus
Ning tauhide nyata-nyata kurang mulus
Bapa adam nuntung-nuntun anak putune
Bagen bagus aja ngaku kelakuane
Nabi Muhammad nuntun umate ning atine
Bagen pinter aja ngaku ning ilmune
Sira weruh ning jadam iku arane
Yakin weruh sira iku rasane
Ngaku iman sira iku ning atine
Yakni kerasa obah meneng ning badane
Tauhid tasyrik nyatane ainul yaqin
Netepaken undang-undang Robbul alamin
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (1)
MASALAH KUBUR LAN AKHERAT (1)
( Malam Senin tgl 17 safar 1376 H / 1956 M)
1.1. Masalah kubur
Sapa wonge ora nurut syahadate
Ning neraka yaiku genah tempate
Teka kubur ya disiksane
Terus nggencet ya bumine
Tangi sing kubur terus dipapag
Kelabang quraisy terus ngudag
Ora amal duwe ilmu
Eling Alloh ora ketemu
Sebab syaiton wis ngeranjing
Pikir lali ora eling ning pangeran
Ngaku alim luwih penting
Cangkem muntuk atine gering
Badan kerja luwih payah tapi kerja atine salah
Tiwas payah atine salah ning akherat bloli genah
Pikir peteng keliwatan badan kenang pengaruh syeton
Apal lafad ma’na artine tapi badan langka buktine
Nafsu mumbul terus kuncup ora megar gawan besuk
Ora bisa laku taqwane mati tetep langka gawane
( Malam ahad tgl 26 safar 1376 H / 1956 M )
Wongkang nyingkur ayat Qur’an
Mati tetep dadi syaiton
Pengen keturunan nure kanjeng nabi
Ia kudu haramah lahir batin
Ngarep – ngarep kita lahire ing pikire
Ati eling kanjeng nabi ing lahire
Tanggal 12 bengi senen ing lahire
Eling Alloh rosulullah ya pikire
Aja disela – sela ning kasabe
Tetepan sira kasab ning wajibe
Sapa wong gelem hormat kanjeng nabi
Diilangaken susah priyatine anak rabi
Ayu batur njaluk syafa’at ning badane
Perkara 8 nuhun saged ngelakunane
1.2. Ziyarotul kubur
( Malam selasa tgl 12 mulud 1376 H / 1956 M )
Ziarohe ing wong tua ahli kubur
lan ing anak rabi kabeh lan sebatur
Maca qulhu lamun bisa maca yasin
Tetepan ngirim pangan ingkang rajin
Duwe badan awan bengi esuk sore
Ayu eling bakal mlebuh ning kubure
Tapi ketutup ati ning lali ning dunyane
Mikir mikir sandang pangan kesabarane
Ayu muni ati kita jaba jerone
Eling Alloh nurut perintah ning badane
Ayu muni ati kita jaba jerone
Eling Alloh nurut perintah ning badane
Tanda wedi ning pangeran dohir batin
Gelem kejem ngaji syahadat aja isin
Watir dunya kumprung atine Ayu watir bakal matine
Yen kuatir tetep atine ngeling – ngeling pangerane
Gelem luruh pekaya dunya akherat pengen mulya
Yen wis makan keturunan eling Alloh aurade jalan
Luhur bener cuan – cuan Ingkang awas panggoda syaiton
Ati eling ana imane maca aurad mancleng nuhune
Nuhun selamet lan diraksa dateng gusti kang kuasa
Syafa’at gusti rosul maring guru ayu nggandul
Ati murni ikhlas arane kebagusan ngelakonane
Ati campur karo iblis terus toma’ beli uwis – uwis
Ora wirang sira pikire ibadah sukar lan bature
Toma’ iku lara ati adoh karo kanjeng nabi
Mikir dunya pengen bae lakune badan salah bae
Hukum toma’ jero atine urip susah pikire
Dugal mengkel ning atine karo batur merengut bae
Ya ning kene nggo contohe aja salah sira atine
Ngaji badan aja toma’ Luntur imane sebab toma’
Ning dunyane dadi hina ning akherate blolih gena
( Malam Sabtu tgl 9 robiul awal 1376 H / 1956 M )
Aja enak sira nyandang lan memangan
Syukurana direzekini sing pangeran
Sira tinggal syukuran karo pangeran
Bendunge dibengkah blaie kang welan
Ayu batur ragamana berjamaah
Syukuran badan gelem nurut kabeh perintah
Pengen dadi umat rosul
Gaweya bagus aja ucul
Langgeng ngaji berjamaah aja seneng sholat ning umah
Gawe amal gage cawis aja nurut dituntun Iblis
Durung subuh gage tangia ati mati kesia – sia
Aja njaluk kudrot irodat njaluk keridoane syafa’at
Terang mahsyar bakal susah panas ngeringet pating gelasah
Luwih panas banget ngorong Bonggan sira dunyane kosong
Gawe amal ora nyata keringet banjir banyu mata
Dina mahsyar luwih payah ngadep landrat padune kalah
Hakekat campur syariat ngaji syahadat terus ma’rifat
Ayu tangiya sira dunyane akherat nemu ganjarane
Wongkang urip gelem islam Lagi nuhun rokhmat salam
Eling Alloh dieseni manut rosul disakseni
Supek ati emong tangi nuhun gusti ditulungi
Jujuraken ati kulane Badan kula ingkang alane
Eling Alloh ana ning ati lakune badan sing ati – ati
Ayu batur digolati mumpung badan durung mati
( Hari rabu tgl 6 mulud 1376 H / 1956 M )
Tawakala sira badane mumpung urip ning dunyane
Manut rosul kelakuane Ora gelem mati kafire
Nerima kula ridho kula di pangerani
Eling Alloh merangi nafsu ingkang wani
Nerima kula ridho kula di nabini
Manut rosul merangi nafsu ingkang wani
( Malam senin tgl 3 robiul akhir 1376 H / 1956 M )
Iblis wedi ning nure kanjeng nabi
Pengen ketempelan nure kanjeng nabi
Urip dunya kang netepi kabeh perintah
Pengen islam ayu tinggal kabeh cegah
Emong mati durung sugih gawan mati
Sebab durung ditanggung kanjeng nabi
Kanjeng nabi gelem nanggung ning umate
Yen sira mati pada gawa syahadate
Bisa kegawa syahadate lamun suci
Ning ati lan weteng badan pada suci
Aja enak islam ira ning ngakune
Ora bisa sira kabeh ning ngelakunane
Dadi percuma gawe maksa – maksa
Ning akherat tetep mati ya disiksa
Sebab terang demen Alloh ning wong suci
Ora duwe ati mengkel sengit benci
Sebab nyata Alloh demen ning wong tobat
Ora gelem ngaku salah ngambat – ngambat
Ilmu kang ngajak ning jejurang balekena
Aja gelem nafsu ngajak singkirana
Sira ucul iman islam jurang neraka
‘alamate wong kang banget celaka
Sapa wonge kang sengitan lan baturan
Bloli ngapura terus disiksa ning kubure
Kasab angger sandang pangan kurang bae
Dadi bloli dalan rizki buntu bae
Tetengere wong mukmin akeh ampurane
Ora nana geting ewa ning atine
1.2. Siksa kubur
Ora jaluk ning kanjeng nabi kesusahan
Dunya ora tobat ning pikiran
Bakal dicubluk jero kubur awak ira
Ingkang waja disanter saking neraka
Ula kelabang kalajengking golong – golong
Wong waktu urip matane lolong
Gusti nuhun kula dipun wangsulaken
Tobat amal soleh njalanaken
Siksa kubur banget panas aja mang – mang
Iku pasten tinggal syahadat lan sembahyang
Beli diampura wong kang ngaku kebodohan
Sholat dukha tahajud mader kesunahan
Wong kang ora gelem tawasul ing kanjeng nabi
Pasti getun ning akherat ya syafa’ate
Syahadataken sepisan sira macane
Nuhun selamet waktu naja ning dunyane
Kula maca syahadat kaping pindone
Nuhun selamet munkar nakir penjawabane
1.4. Masalah akherat
( Malam Ahad tgl 9 robiul akhir 1376 H / 1956 M )
Nangisi badan nggo badan akherat Apa gunane
Durung bisa nangis kita ning atiene
Gage wedi watir maras ning atine
Akhir umur bokan bloli pangapurane
Yen kepengen sira duwe ati mukmin
Aja wedi kurang mangan watir miskin
Dadi rusak awan bengi sira pikire
Rusak ati ora gelem muji dzikire
Melek mata ati dunya nurut ning agama
Bisa munggah gelem amal kang utama
Yen duweni watir dunya wedi melarat
Ora sempurna amal akherat luwih berat
Sebab ati masih dijajah Iblis
Mikir dunya sampai mati beli wis – wis
Nyata pisan Iblis nipu maring iman
Supaya mati ati lali ning pengeran
Ayu santri raksana ning pikire
Gede cilik tua enom ning kubure
Aja enak – enak sira ning dunyane
Sira lali ya nerka iku siksane
Neraka ngobong alam dunya sekelentaban
Waktu lema ajure dadi lautan
Apa kuat sira badan ning siksane
Buru – buru njaluk ngapura ning dosane
Den boboti tali rantai ning isine
Bismillahi arrokhmani arrokhimi ya macane
Alloh paring mingki murah ning dunyane
Tapi kanggo sangu ibadah memangane
Den asihi sira waktu ning matine
Eling Alloh ora pegot ning atine
Tanda gelem muji syukur alkhamdulillah
Alloh paring nikmat badan nurut perintah
Wongkang mukmin ati bunga lan jembar
Blai teka terus terima banget sabar
( Hari selasa tgl 18 Robiul akhir 1376 H / 1956 M )
Muhaiminan ngadek madep ning kanjeng nabi
Pengen maris ning nure kanjeng nabi
Kabeh mahluk sejagat mesti keduman
Yen gelem eling waktu ngadek ning pangeran
Pada –padane sira olih ning bagian
Badan demen ning kanjeng nabi sing pikiran
Ngadek ndodok turu meneng kang ngobahaken
Gusti Alloh Awan bengi kang njalanaken
Nur muhammad den bagikaken maring mahluk
Ayu madep ing kanjeng nabi terus njaluk
Nuhun –nuhun rokhmat salam dunya akherat
Budi pekerti bisa lulus yen syahadat
Maca syahadat kaping telu aja belasar
Nuhun selamet maju landerat aroh – aroh mahsar
( Hari selasa tgl 13 jumadil Akhir 1376 H 1956 M )
ayu batur kendokaken laku goroh
Eling kubur gegawene syahadat loro
Uluk Salam maring ahli kubure
Apa maning yen ketemu karo bature
Wani goroh dadi peteng jero ati
Laku Islam ora bisa kang sejati
Aja nanggung laku sabar ning Islame
Ngaji Pinter cuma ngerapyak ning cangkeme
Ngaku Islam kudu ana kelakuane
Ayu mikir ora lawas ning dunyane
Siksa Alloh luwih lara banget berat
Urip dunya ora lawas mung sedelat
KEHIDUPAN DUNIA
Miskin
Muga paring manfaat dohir batine
Nuhun sugih dunya akherat senengane
Yen kepengen ayu santri ya ngulati
Aja miskin urip dunya sampai mati
Miskin akherat eri jakum panganane
Godogan timah iku kanggo inume
Ayu ngaji gawan mati cuan lali
Kegodane emong eling keduli – duli
Lunga ngaji dajjale iku kang godani
Gage gandul kanjeng nabi mesti wani
Awan bengi awake langka sabare
Sebab kita kurang ning belajare
Ayu titen geten tetap ngelakoni
Pengen eling cangkem ngucap omonge
Kita pada gelem tangi muji dzikir
Jasmanine rohanine kang kuatir
Esuk – esuk jasmanine njaluk sarapan
Tangi turu rohanine njaluk takbiran
Ngati – ati gerenjet ning atine
Jalanaken pikir siji ngelililingi
Pikir ana syahadat kang manjing ati
Silum – siluman koyokeh terus ngulati
Masih ana ati nira kemusyrikan
Njaluk Ngapura ora nerima ya pangeran
Pengen seneng urip mati gawa iman
Nyegaha nafsu tobata eling pangeran
( Malam Senen tgl 12 Rajab 1376 H / 1956 M )
Ayu ngaji lunga sira ingkang ikhlas
Gage tobat ati nggeges mumpung waras
Ngaji syareat mberseni kabeh badan
Yen kepengen keparek karo pangeran
Aja dumeh nyantrine wis dadi kiyai
Laku hasud musyrik takabbur pasti belai
Hasud musyrik gage sira dibuangi
Bisa buang sura tetep mambu wangi
Ngesabaken jasmani lan rohanine
Aja mikir repot Susah ngelakoni
Ora ngaji gawe amal ora bukti
Ora bukti hukum syara’ ora ngerti
Ora ngerti hukum syara’ kudu ngaji
Aja kongsi umur entong sampai mati
Ayu santri pada ngaji syarat rukun
Syareate haqeqote runtun – runtun
Sapa wonge pengen bagja kudu taqwa
Ora taqwa imane ora kegawa
Nafsu mumbul Susah periyatin kudu nerima
Terus kumpul ngurip – ngurip ning agama
Titenana atine saking kerentege
Eling Alloh rosululloh njagong ngadege
Syeikhuna nangekaken umat rosul
Cekelana muhaiminan lan tawasul
Terus maju mata ati tafakure
Gusti nuhun sampun mati ning kafire
Aran nggandul eling Alloh saban tingkahe
Jasmanine rohanine ning Abah umar
Syahadat mbuka kesugian awak ira
Sebab dubuka ilange sepuluh perkara
IIange (Sepuluh) Perkara
Iki jaman sampun ilang perkara haq
Bagen alim ibadahe ora haq
Iki zaman sampun ilang keerkahan
Bagen sugih atine ngerasa kemelaratan
Iki jaman ora nana kewelasn
Karo batur pada paten pinatenan
Iki jaman ora nana ning ganjaran
Bagen ahli ibadah ibadahe lali pangeran
Wong fakire ora duwe kesabaran
Kurang setitik nimbulaken penipuan
Wong sugie ora nana kelomanan
Bagen dirampok tenimbang nggo sodaqoh
Jaman akhir ora nana keimanan
Bagen akeh ilmune gampang godaan
Jaman akhir ilmu ilang manfaate
Ahli tapa kiyai langka keramate
Jaman akhir lanang wadon langka wirange
Bagen ayu emong laki bagen dayange
Wong manute ora ngagungaken Qur’an
Luwih alim gampangan kegoda syetan
Sira nyata ora duwe ati jujur
Ya disiksa ning neraka terus njebur
Ayu sira gage njaluk pangapura
Kabeh dosa wongatua kalih kula
Kang mberseni ati iku ya syekhuna
Ayu madep bagen langka tetep ana
Terus diwaca ba’da sholat kaping telu
Bisa milih karomate lamun perlu
( Malam Selasa tgl 27 Rajab 1376 H / 1956 M )
Bintang bulan mulai terbit eling Alloh cuan kejepit
Yen kejepit langka mungupe eman temen kita uripe
Dadi peteng mata atine
Ora eling pangerane
Apa kuat sira badane
Ning neraka ya siksaane
Ayu mikir bakale mati
Nyawasaken dateng gusti
Ayu mikirbarang haq
Iku amal ora rusak
Ingkang sabar ati cangkem
Nyata iku ana Islam
Ora sabar langka taqwane
Ora manfaat ing ilmune
Nure ati sing pangerane
Cocogna amal badane
Karo hukum nabi utusan
Perintah wajib kesunahan
Nur hidayah panclenge ati
Emong eling kepawate ati
Katone gampang dening angele
Lamun ora pegot gandule
Ayu pasrah kabeh atine
Ing kanjeng nabi awan bengine
Iku pasti den tulungi
Gelem njaluk waktu bengi
( Malam Senen tgl 2 Sa’ban 1376 H H / 1956 M )
Buru – buru tetepana perkara hak
Yakin pisan amale ora rusak
Kita urip saking Alloh kang maringi
Kudu manut perintah Alloh awan bengi
Ayu wedi kita urip ning salahe
Lakonana perintah wajib lan sunnahe
Kita urip ning dunya waktune tobat
Kita urip saban waktu nggon syahadat
Ahli pertanian
Guru ngatur selamatan dunya akherat
Saban tanggal selamatan aja keliwat
Tiap – taip tanggal cilik bengi selasa
Semono ugah laku tanine ingkang kersa
Ayu batur kumpul tajuk luwih utama
Niatana ngurip – ngurip ning agama
Laku Sunnah kang semangat enggal – enggal
Lumayanan wajibe kurang kanggo nambal
Aturane Ibu Hawa Bapa Adam
Nuhun selamet dunya akherat iman Islam
Para nabi para wali den aturi
Nuhun berkahe kula niki nandur pari
Ning wong tua ahli kubur cuan keliwat
Tinggalane bisa mulur lan munfa’at
Pada gumantung wowohan pala kependem
Aja kerangsang hawa nafsu dadi adem
Awas pinutur kecerbonan wis kosong
Ora ngatur ing Agama banget lolong
Pisangkala gelem tapa napani dunya
Rasakna ning akherat kaniaya
Ayu batur tangi turu diniati
Terus manut kabeh perintah kanjeng nabi
Nuhun paring ilmu ‚amal manfate
Kira amal bisa kanggo sangu mati
Ayu batur pada luruh amal ilmu
Gage takon maring para santri guru
Tanggal sawiji sampe limalas rowa
Maca inna anzalnahu aja robah
Awan puasa bengi melek Limalase
Nambah umur dunya selawase
Ayu diuji sira amal badane
Pengahabisan buku ditutup ning tahune
Negara
( Malam Rabu tgl 4 sa’ban 1376 H / 1956 M )
Ayu njaluk ning guru jalan kang welan
Aja kesasar atine kelindih syetan
Badan iku ya ibarate negara
Ati iku kerajaan binantara
Anggota badan iku tentarane
Nurut pimpinan raja iku tindakane
Yen rajane Raja syahadat nguasani
Kabeh badan ibadah kang dilakoni
Ingkang faham Ati iku kerajaan
Awas kelindih dipengaruhi syiton
Bala syaiton hawa nafsu dunya Iblis
Ora ma’rifat manjing ati luwih gelis
Luwih cepet syiton pengaturan
Agamane rosululloh sing pangeran
Iku badan welan nyata welan kemusrikan
Syaiton njajah ning ati lali pangeran
Ayu bebalik atinira inkang asor
Sebab waktune iku uwis asor
Ayu eling mumpung urip kag utama
Yen wis kubur ora keterima
Ati ngelingi ning badan akeh salahe
Syirik ‘ujub hasud riya toma’ bae
Ayu batur pada sabar lan tawakal
Elingana wajib Sunnah enggal – enggal
Camplang campling wong ning kubur njaluk mulih
Wong disiksa njaluk balik ora olih
Mumpung urip syahadataken lan sembahyang
Aja periyatin aja isin aja wirang
Mbuang zakat romadone puasa
Lunga ngaji sesucine ingkang bisa
( Malam Selasa tgl 10 Sa’ban 1376 H / 1956 M )
Gage njaluk maring Alloh Lan memuji
Supaya cangkem ati dadi siji
Gage ngaji nggawa sabar kang keterima
Beresana awak kula aja toma’
Ayu batur buru – buru gawa bener
Aja kadiran sira alim luwih pinter
Senajana Pinter tapi ora bener
Ya kualik pikirane ya keblinger
Eman temen sira pinter ning dunyane
Iman Islam kudu bener kalakuane
Ayu tangi jaman bengi gawe sabar
Maca solawat ning atine dadi damar
Nuhun dibuka ati kula ingkang mati
Waktu solat eling Alloh sampe mati
Untung wongkang oli pituduh pangeran
Dunya akherat mesti oli kesenengan
Masalah Jasmani Manusia
Masalah Jasmani Manusia
Waktu diisi mata cangkem bisu mata merem
Ning tahajud sorban jubah ora gelem
Bagus-baguse menusa bersih atine
Lan tumandang ing perentah kabeh badane
Ora gampang jaluk selamet dunya akherat
Yen gusti nabi boten paring ning syafa’at
Gusti nabi ora bakal nyafa’ati
Selagine ning keridhon ora gulati
Ora bakal gusti Alloh ngeridhoni
Selagine kabeh cegah dilakoni
Ora bakal gusti Alloh ya ngeridhoni
Selagine kabeh amal mong ngelakoni
Ati sujud ning Alloh manut rosule
Kira ngisi badane yen parek ajale
Aja kongsi getune selawas-lawas
Wong kang mati yakin iman ora tiwas
1.2. Hake Manusia
Pengen mukmin beresana hakkul adam
Senjatane ilmu amal ma’rifat islam
Pengen mukmin beresana hakkul Alloh
Iman tauhid muji syukur maring Alloh
Pengen sekepel ya pikiren ning asale
Apa haram Apa riba yaa olihe
Yen Wis terang aja buru-buru mangan
Mujiya syukur rizki saking pangeran
Dadi tambah vitamine kemelaratan
Gelaraken bagus wong kang eling pangeran
Ora beres vitamine kemelaratan
Gerakan ala seneng-seneng dadi syaitan
Insan kamil tata tertib sopan santun
Ora eling maring Alloh bakal getun
Kanjeng nabi ora deleng ning kandane
Tapi deleng wong kang bisa ngelakonane
Janji Manusia
Den percaya agamane gelaraken
Pada sungkan ora kiyeng jalanaken
Nampa janji saking Alloh ana wolu
Sira nanggung jabang bayi nui metu
Islam selamet ora hausd lan takabur
Ujub riya toma’ kesimben karo batur
Hijrah ngalih pikir aja ngeling-ngeling dunya
Eling Alloh rosululloh tetep mulya
Jihad merangi hawa nafsu aja salah
Lakua hak aja bathil aja kalah
Sodakoha jabur pangan lamun luwih
Yen sodakoh sira hajat aja nagih
Puasaha ing romadhon kudu eling
Nutup bolongan ati dadi bening
Amar ma’ruf perentah bagus lakonana
Manut rosul cuwan pegot gandulana
Nahi munkar nyegah ala kudu wani
Endi kang salah endi kang bener kita eloni
Sholat limang waktu sedina sewengi
Terima kasihe badan Alloh kang maringi
Kang ngelakoni gusti Alloh kang ngasihi
Dunya akherat bagja untung den bagihi
MASALAH ROHANI MANUSIA
2.1 Ati Yakin
(Hari selasa tgl 22 Muharram 1379 H / 1959 M)
Embah kuncung ngontroli ora ketenger
Sebab sira atine masih keder
Pengen ningali matane dikongkon melek
Ora percaya qodrot irodat ya munafik
Karcis dibuka yaiku inna fatakhna
Telung ewu punjul telu lakonana
Satu minggu kudu pol ngelakonane
Yen Wis pol lan kudu marek ning gurune
Puasane telung dina ya jamane
Selasa rebo kamis marek ning gurune
Kabeh santri dibuka iku payunge
Kang ora nurut bakal melarat akherate
Hasanudin raden fatah ya saksine
Kang ora nurut ora diaku umate
Inna fatakhna diwaca seakhire
Aja kongsi diwaca tungtunge bae
Ayu santri kabeh bareng pada ujian
Wis ditimbang ya zamane telung wulan
Aja rupek aja ropat ya badane
Niat bakhti kudu ikhlas ya atine
Wis jamane iki jaman keburu-buru
Cuwan mangmang cuwan keder cuwan keliru
Titenana kabeh santri ya cahyane
Ayu melek aja merem mata atine
Titenana kanjeng nabi selirene
Janggut putih sirah butak ya tandane
Ngurus umat otot kenceng sikil pegel
Aja kongsi tahun sewidak gulune tugel
Niatana lunga ngaji ingkang prigel
Aja enggak aja riya pengen diandel
Ules kepengen diandel kanjeng nabi
Malaikat nakseni kang nerima kanjeng nabi
Wasiate embah kuncung ora salah
Buangana enggak ira aja goplah
Wis waktune embah kincung ngelilingi
gawa sapu nganggowa selendang pelangi
suraana sing sumbeh keling
buru-buru umat islam pada eling
Embah kuncung nganggone prabu siliwangi
Supaya umat islam mambu wangi
Laku sidiq ya badane bagusana
Aurad ati salim bagen ngantuk lakonana
2.2. Ati kufur
(Hari selasa tgl 25 Romadhon 1379 / 1959 M)
Weruhana ati kafir patang werna
Ati badan saban dina beresana
Ati atos ngaku gagah ngaku wani
Ngaku pinter ngaku bener nyilakani
Kaya fir’on ati atos dadi engkeg
Tempo perang kesaktine dadi lembek
Ati kaku pada ngandel ning pangeran
Ngaku pinter luwih mulya duwe badan
Kaya iblis emong tunduk sepepadan
Maring makhluk kang diridoni pengeran
Ati lemes pada ngandel ning pangeran
Bagusaken ning pituture pangeran
Kaya abi dholim iku ya atine
Tapi dewek emong sungkan ngelakonane
Ati encer ya semangat ngelakonane
Padu bukti seneng urip ning dunyane
Ya munafik ati madep ning dunyane
Yen ora tembus maring Alloh pikirane
Ati kafir ya kebelet maring najis
Ya sertune hewan syahadat aja uwis
Terus melayu syeton deleng nur Muhammad
Yen ngertia iki jaman ganti abad
Abad awal gusti syarif gunung jati
Abad akhir gusti syarif kembang melati
Tamu gawa berkat karomah Lan kemulyaan
Sira ngandel hormatana kang temenan
Hormatena dodokena ning kursi gading
Yen ngormati ati nira dadi bening
Weruhana santrine syarif hidayat
Dadi wali sebab ngaji ning syahadat
Apa maning iki jaman sampung rupek
Syetan teka musuh ira bakal desek
Arep pada melayu-melayu mengendi
Ngalor ngidul ngetan ngulon ning syeh hadi
Alloh Alloh syekhuna khalifah rosul
Nuhun selamet lan diraksa gage gandul
2.3. Mangan haram
Sifat mukmin luwih kejem ning imane
Bagen kelanti tinimbang haram mangane
Kabeh pangan dimasak telung bagian
Dadi telapang dadi getih banyu puan
Ora kanggo banyu puan kedadian
Dadi sungsum kekuatan badan
Yen pangane barang halal kuat to’at
Yen pangane barang haram kuat maksiat
Senjatane syare’at kelawan bukti
Duwe akal gage mikir gawan mati
Qodariyah jabariyah tumibana
Sebab ora gelem mikir pikirana
2.4. Eling Alloh
(Hari Selasa tgl 3 Robiul Akhir 1379 H / 1959 M)
Ayu batur dirobah kita pikire
Eling Alloh kang akeh muji dzikire
Nuhun-nuhun huda rokhmat sing pangeran
Manut syekhuna aja ngumbar kegagahan
Kabeh pasti gusti Alloh kang dadekaken
Wajib milih gusti Alloh ngridoaken
Ora milih gusti Alloh nyasaraken
Ora milih pituduh kang nyelametaken
Eman temen sira urip ning dunyane
Dadi karo dunya akherat langka sangue
Kabeh nasib ora weruh ning katoge
Kari manut eling Alloh setutuge
Kari kerja awan bengi munajat
Dedongane eling Alloh aja keliwat
Kang ngelakoni olih bagja dunya akherat
Sebab kerja ora tinggal ning syahadat
2.5. Takabur
( Hari selasa tgl 12 Robiul Awal !379 H / 1959 M )
Gusti Alloh ngeluhuraken maring derajat
Yen ngaweruhi pegawean dunya akherat
Kita nerima duwe badan sing pangeran
Luwih ridho ngelakokaken kabeh badan
Kudu loman duwe badan sing pangeran
Aja emong aja sungkan ning pegawean
Eling badan aja duwur deleng sor
Aja takabur bagen nyelondo luwih asar
Ya watire ning batur sira dunyane
Watir badan bagen blolih pangapurane
2.6. Munafik
Ya menusa kabeh bae ana nafsune
Tapi manut eling Alloh agamane
Iku nyata wong kang olih keridoan
Dunya akerat den cawisi ganjaran
Alamat wong munafik iku telu
Bobad omonge kiyeng ngomong kang ora perlu
Den percaya maring batur ngumpetaken
Rupa duwit jabur mangan nyenengaken
3. HUBUNGAN MENUSA KARO HUKUM ALLOH
3.1. Hukum
Hukum iku ana pitu kang ketingal
Wajib haram Sunnah makruh wenang syah batal
Pulitiken tingkah ngucap penggawene
Terus dipasang karo hukum pikirane
Akal sandangan nur hidayat sing pangeran
Ora nyandang moril bejad dadi edan
Edan tingkah pengucape penggawane
Sebab ora eling Alloh kelakuane
Bukti nyata iki jaman sampun karem
Alloh rosul perentah umat ora gelem
Banjir to’at lan maksiat ingkang awas
Yen menusa berpikir kang luwih cerdas
Ora paham ning syahadat ati buta
Bakal kaya wong mati berjuta-juta
Ingetaken tahun sewidak bakal bukti
Sebabe ning syahadat ora ngulati
3.2. Kepengen Mukmin
( Hari selasa tgl 26 robiul Awal 1379 H / 1959 M )
Pengen mukmin aja ngunek-ngunek atine
Kudu sabar nerima ikhlas atine
Aja pada gawe tingkah selewa-lewa
Yen ora cocog kelakuane banget ala
Ya pikiren kita nandur pengen uwohe
Ora uwoh ora nana ya ngunduhe
Kudu terang lan waspada aturane
Bagen sholat haji blolih ganjarane
Eling Alloh aja pada diibur-ibur
Tiwa ngamal barang entong pada kabur
Manut Alloh rosulullah kelakuane
Nyuwun selamet sing dunya sampe matine
Ngaku demen ning agama pada goro
Bukti nyata ibadahe mung separo
Badan madep maring kliblat ya takbiran
Ati ngamprak ibadahe pepatongan
Yen sodaqoh wong sugih diundang hajatan
Tapi pekir kang miskin keliwatan
Wong sugih mangan pangane wong miskin
Bukti nyata ngutangi balik roh dacin
Wong miskin ora nana ning sabare
Mikir mangan dodok awan esuk sore
Mangkat ngaji sembayange nggo pameran
Ya buktine luru rasa pepajangan
Kang pintera ngereribut ning pengaturan
Tapi bukti ora nana keuntungan
Guru ngatur ning murid kang ridho-ridho
Supaya cukul nerima nafsu kendo
Bisa ngaji kasab bakti ning pangeran
Ahli Sunah waljama’ah nggo patokan
Tujuane pengen sugih dunya akherat
Bukti embah kuncung gelar ning syahadat
Ayu santri sodaqoh kang ridho-ridho
Aja gelem ning paksaan kang bebodo
Iki jaman kewalike kamajuan
Salah paham dadi pada berantakan
Tapi sabar aja bosen jaluk tulung
Nabi wali malaikat beber payung
Alloh Alloh Alloh Alloh yaa rosululloh
Nuhun saged bela agamane Alloh
Arti lepet gawa amal ingkang cepet
Supaya dunya akherat bisa selamet
Tantang angin aja nentang pitutur dingin
Ora ngandel susah payah lan priyatin
3.3. Kepengen Muslim
( Hari Selasa tgl 11 Robiul Akhir 1379 H / 1959 M )
Luru iman kang sewiji ning atine
Pengen Islam ya hukumane ya badane
Misah dunya aja ditaroh ning ati
Kabeh hukum aja ngambang sampe mati
Ibadah aja nggo ngulati dunya
Bukti nyata bareng takbir eling pekaya
Ayu dipisah jasmanine rohanine
Dewek-dewek kongkon napak kerjaane
Jasmanine hukumane ning tingkahe
Napakkaken ning wajib karo Sunnahe
Ayu batur dirobah gagiyan bukti
Rohanine madep Alloh pecah mati
Ngaku islam tapi gelem adu-adu
Atos atine durung maca ning asyhadu
Elingana umat islam sedulure
Elingana mati esuk embuh sore
Bakal bagja iman islam lan ilmune
Yen napake dhohir bathin kelakuane
Hadirna ati bergeraka kang sewiji
Yen kepengen dadi umat kanjeng nabi
Ya buntela syahadat iku akal
Bloli ngapura yen pikire banget nakal
Yen menusa gemuke mateni nafsu
Supaya aja duwe titel ’ulama usu’
Watir beli sira manut ning rosule
Yen kuatir tentu awas ning amale
Sabar ikhlas ridho nerima lan syukuran
Terus napak pertandane eling pangeran
( Hari Selasa tgl 11 Romadhon 1379 H / 1959 M )
Iki Jaman terang welan pembalikan
Pengen selamet tetepana pegawaian
Sejen tempat sejen negarane
Ana bedane Islam kafir menggawene
Yen wong Islam mesti manggon tanah suci
Yen wong kafir mesti manggon tanah keji
Islam kafir semanget ngerebut keraton
Ya rebutan derepan bisahe manggon
Yen wong Islam iku nenem penggawene
Wajib buang sira kabeh ning dosane
Hasud takabur ‘ujub riya ya toma’e
Ya kesiben aja cukul ning atine
Lamun cukul dadi patang puluh loro
Terus gerambyang godonge royo-royo
Angel bongkare sebab cukul jero keraton
Ora dibongkar eling Alloh ora manggon
Meronggol pange maca syahadat sepisan
Maca pindo terus tugel ning wiwitan
Ping telune terus bongkar ning tunggake
Dadi wedi keraton ora ana rusake
Terus mukmin sebab ana penggawene
Ganti tanduran gelem nandur agamane
Awas penyakite ngarep-ngarep dunyane
Ya munafik ora gelem megat nafsune
3.4. Dalan
Adolen badane kang dadi ridhone
Banget angel luru maring dedalane
Dalan sing cangkem wis jengak keriyaane
Dala sing cungur wis jengak ke’ujubane
Dalan sing mata wis jengak kehasudane
Dala sing kuping wis jengak ketagawurane
Dalan sing tangan wis jengak ketoma’ane
Dalan sing sikil wis jengak kesimbanane
Dalan sing tenaga pisan kala amal kemungkaran
Endi dalan sing keparek karo pangeran
Dadi mukmin akal waras ati suci
Syahadat sholat ora dibenci
Alloh Alloh syekhuna kholifah rosul
Bareng jaluk ning syeh hadi aja ucul
(Hari selasa tgl 17 Romadhon 1379 h / 1959 M )
Iki jaman pari peluk terang nyata
Nggo nyontohi ibadahe ora nyata
Tunggal ibadahe tunggal setahun
Batur ngisi kita beli banget getun
Aduh awak uripe mendi nunute
Kira ngisi eling Alloh syahadate
Pari megar wis parek mangsa maneni
Bareng deleng pada diluk beli diiseni
3.5. Perkara Papat
( hari selasa tgl 19 Robiul Awal 1379 H / 1959 M )
Yen kepengen duwe balong sodakoh kupat
Kabeh murid aja ana kang keliwat
Balong iku akeh pisan ning iwake
Yen duweha nyugihaken ning awake
Embok bapa turun pitu olih adus
Kabeh awak bagen ala tetep bagus
Aran balong iku batur ya syahadat
Gelem numbruk pasti selamet dunya akherat
Aran kupat kang kukuh perkara papat
Syare’at torekot hakekat ma’rifat
Aja bae disanggah ayem-ayem
Alloh merentah rosul merentah kekebatan
Kabeh murid kabeh bae kang balapan
Aja gelem diadangi maring syetan
Aran iwak kabeh dunya kemilikan
Sander mikir tinggal sabar lan syukuran
Arti banyu awas batur cuwan Asat
Eling Alloh ingkang mikih aja telat
3.6. Wakil Alloh
Beda karo wong kang melas ning kerjaane
Gusti Alloh Bayar ora nana ning dalan
Yen sugiha wakil Alloh ya arane
Yen kepengen buang papat kelakuane
Mateni wong zina nyolong haram riba
Gage maju hukum Alloh ya diamba
Kang ati-ati ngelakoni keislaman
Aja pada ngeluh ngresula kengelan
Iku syarat dadi sebab kekuatan
Dunya akherat ora nana kemelaratan
Kudu weruh patokan hadist lan Qur’an
Yen ora weruh gampangan ditipu syetan
Aja gerek ngaku pinter kudu watir
Ora manut Alloh rosul dadi kafir
Mikir-mikir banget watir melebu kubur
Aran bengi mikir sangu ora nganggur
3.7. Bersih Dhohir bathin
( Hari Selasa tgl 16 Jumadil Awal 1379 H / 1959 M )
Ayu santri pegaten laku alane
Lakonana kebersihan dhohir bathine
Den turuni saking langit banyu udan
Derapen bersih kotoran kabeh badan
Banyu sumber sumbere banget cilaka
Nyucikaken ati kang banget musyrike
Kebersihan werna loro ning jumlahe
Badan ati tumiba wajib Sunnahe
Ora tumiba wajib misah hukum najis
Sebab nyata badan kerendeman Iblis
Syahadataken cangkem ati lan pikiran
Kira nyumber aja pegat muji dzikiran
Ya sholat limang waktu nggo jajaran
Ya nyatune kang angger eling pangeran
Pengen waras laku hak ngadohi bathil
Iku mukmin dunya akherat ora batal
Ora hak laku bathil iku syetan
Bagen santri atawa kiyai dadi jaran
Urip ira pengen mukmin kudu awas
Gawe amal awan bengi mumpung waras
Den cawisi wong kang mukmin panggonane
Luwih lega ning suwarga lan jembare
Dawuh Gandasari
( Hari Selasa tgl 3 Kapit 1379 H / 1959 M )
Nyi Gandasari ngejake kedanan tajug
Kang ora gelem mareki yabakale ya dicucug
Gandasari ngopeni murid ngaji syahadat
Telung ambalan aja liren aja telat
Gage teka aja kongsi ketinggalan
Pembukaan syahadat penghabisan
Ning syahadat gage gawur rerebutan
Duwe syahadat ora bakal kegawa syetan
Gandasari ngopeni umat wani blenger
Watir pisa ning umate bokat keder
Alkhamdulillah umat nemu syahadat
Tapi sayang durung manjing syahadat
Gandasari jaluk adus lenga wangi
Jalukane ning santrine tangi bengi
Ngaji syahadat bakal akeh penggodane
Kang ati-ati aja picek mata atine
Gandasari jaluk nginum banyu sumur
Eling Alloh rosul Iblis lebur ajur
Aja enak-enak sira dibentengi
Wong syahadat kelakuane tangi bengi
Pikir putek mikiri dunya ora nana
Kurang amal akherate dadi hina
Kuping mata cangkem gage dipasang
Mumpung urip mati aja mangmang
Toma’ riya hasud penyakit rohani
Kebodohan gelem amal disudani
3.8 Syetan Serandil
ya keserang maring serandil permulaan
Laler pitek ula kelabang kepenclokan
Tapi selamet wong kang duwe ati salim
Wis kelebu golongane wong kang mukmin
Embah kuwu ningali ning golok cabang
Yen babade dunya akherat tetep menang
Golok cabang ngedadian dadi serandil
Bedil ilang ngedadian dadi serandil
Tinggalana mas Gandasari ya tenunan
Nemu syahadat iku tahun penghabisan
Pengajian wis tutg ganti wulangan
Beresana kabeh batur kabeh badan
LINGKUNGAN
( HARI Selasa tgl 9 Syawal 1379 H / 1959 M )
Gawe umah kudu kuat pendamene
Gawe Pendamen kudu kuat galiane
Ya galian tahan adem hawa panas
Waktu rendeng lan ketiga banget panas
Umah ibarate sholat limang waktu
Pedomane syahadat kang nomer Satu
Ya galian sabar tawakal pasrah Alloh
Ya dasare wong syahadat aja salah
Salah mangan barang sekepel sepulukan
Kanggo ibadah nyuwungaken nin ganjaran
Salah nyandang barang haram rega setalen
Dikon sujud maring Alloh maksa kelalen
MAULID
ISRO MI’ROJ (1388 H 1968 M)
ISRO MI’ROJ (1388 H 1968 M)
Sebabe mi’roj bumi langit pada urusan
Tapi hikmah karo karone pada tukaran
Jare bumi luwih bagus tinimbang sira
Alloh maesi segara gunung lan negara
Pirang-pirang wiwitan lan bengawan
Kanggo contone wog kang duwe iman
Mundak isun srengenge wulan kang berharga
Pikirana kursi ‚arsy lan suwarga
Pirang-pirang lintang buroq ana ning isun
Ora ngerti kabeh makhluk butuh ning isun
Bumi jawab pada towaf pada mursalin
Para nabi para nabi lan muslimin
Pada jiarah ing baetulloh kabe makhluk
Wetan kulon lor kidul pada njaluk
Mundak isun pada towaf malaikat
Ning baetul makmur kabeh rokh ning akherat
Ning suwarga rohe nabi lan mursalin
Lan ning isun rokhe mukmin lan mursalin
Pikirna sira langit syayidil mursalin
Onjo makhluk kekasih robbul ‘alamin
Pungkasane nabi ana ning isun
Sempurnane rerubah ana ning isun
Langit meneng ora jawab ngerasa kalah
Ana ning bumi nabi Muhammad wakile Alloh
Enggal matur langit maring Alloh
Nuhun diunggahaken rosululloh
Hai jibril kita jaluk ditekakaen
Ing brantae ati kita nyata kaken
Jibril terus masang lapak lan kendali
Tekakaken maring buroq ing kanjeng nabi
Jibriol marek ning buroq seja ngomongi
Ayu buruk mudun nekani kanjeng nabi
Buroq tangi kang maune lagi ndeluk
Ngerasa bunga kelingan asma kang ning batuk
Weruhana isra mi’raj kanjeng nabi
Kon sesuci tindakane kanjeng nabi
Wis kecerita kanjeng nabi waktu mi’roj
Ayu diraksa urip kita aja murtad
Kanjeng nabi kesah mi’roj ba’da isya
Munggah langit pitu subuh ana ning mekah
Wulan rajab bengi senen pitulikure
Waktu iku kanjeng nabi bade sare
Sayidina ja’far sayidina hamzah kanan kirine
Boten dangu dugih malaikat lorone
Nalika ngundang malaikat jibril alon-alon
Sebab ketingal kanjeng nabi siweg turon
Kanjeng nabi wonten ing hijir ismail
Nuli den timbali ning malaikat jibril
Kanjeng nabi ngerungu nuli enggal wungu
Bari ngandika kanjeng nabi sapa iku
Nuli jawab aku malaikat jibril
Nuwun ridlone panjenengan tiang adil
Malaikat loro nuli diaturi manjing
Dodok bareng sorote bening
Kanjeng nabi maring jibrli nuli nakoni
Dines apa iki jibril mene waktu bengi
Niki kula bakta dawuh saking pangeran
Kula mreki kengkeng ngiriomaken sampean
Kanjeng nabi nuli enggal jawab salam
Serta matur kanjeng nabi ning pangeran
Jibril nuli matur maning ing kanjeng nabi
Panjenengan kedawuhan dalu puniki
Awit makkah sampe dugih masjid aqso
Teras munggah maring langit saking kono
Malaikat jibril isun mangkat gawa apa
Serta isun ditimbali ajeng punapa
Gusti Alloh arep bendu apa ora
Apa gusti bade paring pangapura
Jibril jawab bumi langit pada urusan
Dados kula kengken ngalap panjenengan
Punten malih dalem agung sesembahan
Nyediai maring gusti kejemberan
Nunten malih gusti Alloh nyediai
Pangapura kanggeh gusti kanjeng nabi
Kanjeng nabi nuli takon ning malaikat
Pangapura kanggo isun apa nggo umat
Umat isun cilik-cilik sugih dosa
Ora olih pangapura tetep disiksa
Jibril matur gusti nabi aja melang
Umat panjenengan asal aja mang-mang
Sampun tutug malaikat loro tutur-tutur
Kanjeng nabi enggal dipun bakta sumur
Dugih sumur kanjeng nabi dikon anteng
Dipun bukah dadane sampe ning weteng
Kanjeng nabi dibedel iki perlune
Bade dipun suceni jero atine
Malaikat loro sampun beres nucenane
Lajeng dipun isi ilmu sedayane
Serta dada lan gigir wonten tulisan
Tetengere akhire jaman cape nabi
Jibril matur mangga gusti haturan mangkat
Kula bakta tunggangane kang luwih katat
Engal dandan kanjeng nabi nuli metu
Sesarengan kalian tiang tiga iku
Kanjeng nabi ngadepi buroq gegrijogan
Aja nunggang yen iki dudu utusan
Jibril nyandak ning buroq ngomongi terang
Hai buroq apa sira ora duweni wirang
Aja mangmang iki nyata kanjeng nabi
Ingkang dadi utusane Allohurrobi
Nuli buroq ning adepan gelem anteng
Ngrasa wirang sampe peningale peteng
Buroq metu keringete sebadan kujur
Sebab ngrasa kita iki ya takabur
Nuli buroq depe-depe ning kanjeng nabi
Sebab pengen enggal-enggal di tunggangi
Kanjeng nasbi nuli diaturi mangkat
Nunggang buroq dipun iring malaikat
Jibril mangkat ya sewiwine dibeber
Sebab arep barengi buroq mabur
Ya buroqe terus beber seqwiwine
Nuli mabur sampun nitih kanjeng nabine
Jibril ngiring ning tengene kanjeng nabi
Sebab jibril perlune nyekel kendali
Malaikat mikail ning kiwene kanjeng nabi
Iku perlune bari nggeceki sangga wedi
Kanjeng nabi lumaku tampa aaturan
Kengken sembahyang patang panggonan
Mula-mula mudun ning masjid madinah
Sebab iku ning kono tempate pindah
Kapindone mudun ning negara madian
Nuli sholat sampun salam enggal dangdan
Kanjeng nabi sholat niku banget kersa
Iku ning madian tapakane musa
Ping telune mudun ning gunung tursina
Kanjeng nabi mudun konoh banget bungah
Kanjeng nabi sholat maning rong rokaat
Nabi musa ning kono waktu munajat
Kaping pate mudun ning baetul lakmin
Kanjeng nabi nuli tandang sholat maning
Sasmpun salam kanjeng nabi nuli meriksa
Baetu lakmin tapakane nabi isa
Kanjeng nabi lumaku ningal perlambang
Pirang-pirang kanggo nyontohi umat
Mul-mula kanjeng nbai ningali tiang
Digiring-giring kaya wedus pirang-pirang
Pada wuda tur pada mangani eri
Enggal takon maring jibril kanjeng nabi
Jibril jawab contoh umat kanjkeng nabi
Waktu dunya ngutangi balik nganaki
Mengkin kondur saking ngeriki enggal nasehati
Maring umat aja pada gawe kianat
Mantek oragawe aman ning negara
Lan akhire wong iku dadi sengsara
Kanjeng nabi ora leren terus amblas
Ningal malih wong lagi nggedigi endas
Endas digedig remuk pada betataran
Bener maning digedig maning terus-terusan
Esuk soreawn bengi ora berenti
Nuli takon maring jibril kanjeng nabi
Jibril jawab contoh umat panjenengan
Ngelakoni sholat ora manut ning aturan
Mengkin kondur saking riki tutur-tutura
Maring umat ngelakoni sholat aja lara wora
Aja pada ngelakoni sholat kaya wong rudat
Mengko akhir nemu siksa banget berat
Ningal malih kanjeng nabi ning wong akeh
Pada ngadepi daging lan daging menteh
Pada mangani daging menteh kang diuleri
Daging mateng kang bagus ditaroh mburi
Kanjeng nabi maring jibril enggal takon
Kabeh nabi maring umat banget open
Jibril jawab contoh umat panjennengan
Waktu dunya ningal rabine deleng wong lian
Panjenmengan mengkin kondur saking niki
Tuturana kabeh umat kon ngati-ati
Boten danguh kanjeng nabi ningali mali
Maring kaum pada nangis jelah jelih
Pada nyakari raine terus ning dada
Gocar gacer sebab nganggo kuku waja
Mulak malik tumpang tindi ora leren-leren
Kanjeng nabi maring jibril enggal takon
Jibril jawab iku contone kawula
Kang ngomonge ngrasa ora duwe dosa
Menawi mengkin panjenengan sampun kendur
Tuturana umat kabeh aja takabur
Aja bae kandane pada rerasan
Tuwas ibadah nampa siksa sing pangeran
Boten danguh kanjeng nabi ningali tiang
Sepuh sanget sandangane serupa abang
Panggone kaya masih bocah perawan
Gelang kalung lambe abang tur pupuran
Kanjeng nabi ora ningal ora nulih
Lamon ningal maring uga blolih
Malikat jibril enggal nyentreg buroq malih
Kuatir kanjeng nabi bokan ningali
Nuli matur mlaikat jibril ning kanjeng nabi
Untung temen panjenengan boten ningali
Lamon panjenengan wau purun ningal
Mesti umat panjenengan kabeh mungal
Ora gelem kon pada ngelakoni agama
Tungkul melulu senenge ngakali dunya
Ikah wau wng wadon ganbare dunya
Katon gagah gembira nyatane hina
Mengkin ngajeg umat kabeh jaken iman
Omongana aja ucul keislaman
Boten danguh dugih ning negara palestin
kanjeng nabi niku mi’roj dohit bathin
Waktu iku kanjeng nabi pinanggihan
Klawan nabi kabeh uluk salam
Sampun dugih ning masjidil aqso kabeh
Kanjeng nabi mereng ning suara rameh
Par nabi-nabi kabeh pada mangsuli
Ning salame gusti kula kanjeng nabi
Para nabi kabeh pada ngaturaken pemuji
Untung temen bagja temen gusti nabi
Kanjeng nabi ugah mangsuli ning pemuja
Langkung bagja wong kang pada gelem muji
Manjing mesjid kanjeng nabi terus shoalt
Sampun salam terus nuli suara komat
Rampung komat para nabi bebarisan
Jibril nyandak kanjeng nabi kon dadi iman
Rampung sholat kanjeng nabi atur pamit
Medal sing masjid nyandak anda munggah langit
Awit langit sepisan tumekah pitu
Saban langit jibril jaluk bukah pintu
Alam malakut eloke luar biasa]
Oara nana padane ning alam dunya
Kita kabeh pengen mukmin kudu percaya
Mula-mula kanjeng nabi meriksa syurga
Jembar wera ning jerone banget lega
Ning jero gedong panganane werna-werna
Cukup komplit segala-gala wis ana
Gedong surga iku ana tulisane
Umat kabeh kang manut perintah gustine
Lajeng pindah kanjeng meriksa neraka
Ula kelabang kalajengking rante geni
Wong ning disiksa neraka awan engi
Kanjeng nabi meriksa neraka terang katon
Ning neraka sing akeh iku wong wadon
Waktu dunya ora syahadat ora sholat
Lan wong wadon kang ora open ning aurat
Kanjeng anbi nuli munggah ning sidrotil muntaha
Dewek bae ora karop sapa-sapa
Kanjeng nabi ngajak jibril ora gelem
Sebab ora olih ijin sing gusti dalem
Gusti nabi kula ngiring boten teras
Lamon teras mesti kula nemu tiwas
Mung semene kula gusti ya derajate
Boten sami kalih apnjenengan ya pangkate
Kanjeng nabi nulimunggah kiambekan
Dugih ngeriku kerungu suarane kolam
Kanjeng anbi terang pisan mireng koalm
Lagi nulisa amale wong sebumi alam
Waktu kanjeng nabi munggah kolam pecah
Sebab kaget ningal gusti rosululloh
Kanjeng nabi piambekan tambah jujur
Terus manjing kanjeng nabi ning khabibnur
Pirang-pirang khabib kanjeng nabi iku weruh
Sampun tutug manjing khabib nampih weruh
Kanjeng nabi nuli kelipet iku badane
Ning mega nur terus sedayane
Sira sifat basariyah jaman makan
Terus kebuka kabeh sifat kesempurnaan
Gusti Alloh nuli dawuh ninh kanjeng nabi
Hai Muhammad jaluk apa sira kon mrene
Kanjeng anbi ngaturaken nabi-nabi liyane
Abdi pasrah punapa mawon saking panjenengan
Ya Muhammad tampanana telaga kautsar lan kabeh umat
Sapa bae umate kang dipai syafa’at
Gusti Alloh nuli perintah ning kanjeng nabi
Hai Muhammad lakonana seket waktu awan bengi
Kanjeng nabi nampani dawuh saking pangeran
Nuli kondur jujug jibril kang nunggu ning dalan
Kanjeng anbi nampi kondur ning aturan
Saking nabi musa kon jaluk persudan
Bolak balik kanjeng nabi ambal ping sanga
Kari lima kanjeng anbi dikon nerima
Kanjeng nabi nuli kondur maring mekah
Bakta dawuh pengaturan saking Alloh
Kanjeng nabi kesa mi’roj ba’da isya
Munggah langit pituh subuh ana ning mekah
Ba’da dukha kanjeng nabi medal ning lawang
Nuli abu jahal liwat ngundang-ngundang
Hai Muhammad ana khabar apa bengi mau
Abu jahal nakoni bari geguyu
Kanjeng nabi jawab boten isin-isin
Wau daluh paman kula sing palestina
Ning masjid aqso pirang-pirang para nabi
Kula sholat ning riku kon ngimami
Durung tutug jawabe terus disentak
Hai Muhammad omong ira aja ngamprak
Ngaku dingin omong ira aja sekarat
Kita arep ngumpulaken kabeh rakyat
Supaya omong ira disakseni
Kabar bener apa palsu mau bengi
Mengko rakyat yen wis kumpul sira cerita
Siaraken kabar ira ingkang ceta
Aja kurang aja luwih omong ira
Yen omonge sira pengen dipercaya
Kanjeng nabi jawab mangga paman enggal-enggal
Kula nunggu rakyat ora bakal ditinggal
Abu jahal mider-mider ngundangi rakyat
Lanang wadon kon kabeh pada mangkat
Wis kumpul kabeh wong ning arsane
Kanjeng nabi tambah bungah pikirane
Sebab arep ngelahiraken kewajibane
Rakyat ngandel arep beli ngelakonane
Rakyat ngumpul abu jahal nuli ngongkon
Hai Muhammad ceritakena kabar ira aja alon-alon
Kanjeng nabi berita aken waktu ning palestin
Rakyat rameh surak-surak ngisin-ngisin
Kanjeng nabi tegak tenang terus cerita
Durung tutug ceritane ana sing banta
Wong wadone mencut-mencut ya cangkeme
Edan goroh Muhammad iku omongane
Lanag wadon tingkahe selewa-lewa
Waktu iku abu bakar kan dadi ketua
Abu bakar nuli nahan ning suara
Hai rakyat menenga dingin sementara
Iku nyata Muhammad iku omonge bener
Saking sirane nyatane keblinger
Sepine wong ana wong ngacung tangane
Hai Muhammad jaluk keterangane
Masjid aqso iku pirang kilo iku adoe
Lan lawange lan sakae pira kabehe
Malaikat jibril kebat turun gawa gambar
Kanjeng nabi rakat jawabe rakyate bubar
Rakyat bubar bari ngomong Muhammad duwe sihir
Kanjeng nabi nasehat terus sampe akhir
HABIB UMAR BIN ISMAIL BIN YAHYA CIREBON
Habib Umar lahir di Arjawinangun pada bulan Rabiu’ul Awwal 1298 H atau 22 Juni 1888. Ayahnya, Syarif Ismail, Adalah Dai berdarah Hadramaut yang menyebarkan Islam di Nusantara. Ibunya asli Arjawinangun, Siti Suniah binti H.Shiddiq. Pasangan ini dikaruniai empat orang anak: Umar, Qasim, Ibrahim, dan Abdullah. Garis keturunan Habib Umar sampai kepada Nabi Muhammad melalui Sayyidina Husein.
Pandidikan agama langsung diperoleh dari ayahnya sendiri, baru kemudian ia mengembara ke berbagai pesantren di Jawa Barat, dari tahun 1913 hingga 1921.
Menyaksikan masyarakat Kampung Arjawinangun, Cirebon, tanah kelahiranya tenggelam dalam kebiasaan berjudi dan perbuatan dosa besar lainnya, Habib Umar merasa terpanggil untuk memperbaikinya. Dalam sebuah mimpi, ia bertemu Syarief Hidayatullah alias Sunan Gunung Jati, yang memberinya restu untuk niat baiknya tersebut. Selain itu Syarief Hidayatullah juga mengajarkan hakikat kalimat Syahadat kepadanya. Maka, setiap Malam Jum’at Habib Umar pun Menggelar pengajian di rumahnya.
Tapi upaya itu mendapat perlawanan serius dari masyarakat. Mereka mencemooh, menghina, dan mencibir pengajian Habib Umar. Dibawah tekanan masyarakat itu, ia terus berjalan dengan dakwahnya itu. Dan Karena pengajiannya dianggap meresahkan masyarakat, pada gilirannya pemerintah kolonial menangkap Habib Umar dan menjebloskannya ke dalam Penjara. Namun, tiga bulan kemudian ia di bebaskan, berkat perlawanan yang diberikan oleh jama’ahnya hingga jatuh korban di kalangan antek-antek Belanda.
Kepalang basah, tahun 1940, Habib Umar bahkan menyediakan rumahnya sebagai markas perjuangan melawan pemerintah kolonial Belanda. Tidak hanya itu, ia juga turun tangan dengan mengajarkan ilmu kanuragan kepada kaum muda.
Bulan Agustus 1940 ia ditangkap Belanda lagi danpengajiannya ditutup, Enam bulan kemudian, 20 Februari 1941, ia dibebaskan.
Semangat perjuangan melawan kolonialisme semakin membara dalam dada Habib Umar. Mka ia pun banyak mengadakan kontak dengan tokoh-tokoh agama di seputar Cirebon, seperti Kiai Ahmad Sujak (Bobos), Kiai Abdul Halim (Majalengka), Kiai Syamsuri (Wanantara), Kiai Mustafa (Kanggraksan), Kiai Kriyan (Munjul).
Tidak Hanya pada masa penjajahan Belanda, Pada zaman Jepang pun nama Habib Umar melejit lagi sebagai pejuang agama. Ia memperkarakan Undang-Undang yang di keluarkan Jepang yang melarang pengajaran huruf Arab di Masyarakat. UU itu dianggap sebagai alat agar umat islam meninggalkan Al-Quran.
Panji-Panji Syahadatain
Pada masa kemerdekaan, Tahun 1947, Habib Umar mulai mengibarkan panji-panji Syahadatain. Itu bermula dari pengajian yang dipimpinnya yang semula dikenal sebagai “Pengajian Abah Umar” menjadi “Pengajian Jamaah Asyahadatain”. Ternyata pengajian ini mendapat simpati luas sehingga menyebar ke seluruh Jawa Barat dan Jawa Tengah. Tahun 1951 lembaga itu mendapat restu dari presiden Soekarno.
Tahun 1951, Habib Umar sempat mendirikan Pondok Pesantren Asyahadatain di Panguragan. Namun Selain mengajarkan ilmu agama dan ketrampilan seperti bertani, menjahit, bengkel, koperasi, dan ilmu kanuragan, Habib Umar juga mengharuskan Jamaahnya bertawasul kepada Rasulullah, Malaikat, Ahlul bayt, Wali, setiap selesai shalat fardhu. Menurutnya, tawasul menyebabkan terkabulnya suatu doa. Lebih Jauh lagi, Habib Umar juga mendirikan Tarekat Assyahadatain.
Ia Juga sekaligus pemimpin Tarekat Assyahadatain, menulis buku berjudul Awradh Thariqah Al-Syahadatain, Sebagai pedoman Bagi Jamaahnya. Syahadat, menurut Habib Umar, Tidak Cukup dilafadzkan di mulut, tapi maknanya juga harus membias ke dalam jiwa. Dengan persaksian dua kalimat syahadat itu, seseorang akan diampuni atas dosanya, dan terkikis pula akar-akar kemusyrikan dalam dirinya.
Karyanya yang lain adalah Awrad (1972), menggunakan Bahasa daerah yang berisi ilmu ahlaq dan tasawuf, aqidah dan pedoman hidup kaum muslimin.
Habib Umar menghadapa ke Hadirat Allah pada 13 Rajab 1393 atau 20 Agustus 1973. Semoga Amal Ibadah dan perjuangannya mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT.
MAULID
DAWUH SYEKHUNAL MUKAROM (1390 H – 1970 M )
Aduh gusti kula nuhun pangapunten
Sekatae dosa kula ingkang wonten
Gede cilik dosa ati dosane badan
Mugi kersa ngampura gusti pangeran
Bukah ati tutupana cacad kula
Nuhun dipecat ati kula ingkang ala
Bade sinten kang ngapura sekabeh dosa
Anging gusti panjenengan kang kuasa
Dosa samar panjenengan langkung periksa
Mugi-mugi ngapura sekabeh dosa
Alkhamdulillah kula muji kesyukuran
Gusti Alloh kang nebihaken Kemusyrikan
Ayu santri ingkang paham pikirane
Maring nadom aja bosen apalana
Yen di kajih bisa weru ning anggone
Yen wis weruh duwe ilmu ana kanggone
Jaman dingin rapat wali cerbon girang
Dipun imbal desa bulak Jatibarang
Ngrundingaken maju mundure syahadat
Gelem nampa apa beli kabeh rakyat
Santri ngandel ning pituture syekhuna
Ilmu amal iman islam ya sempurna
Masjid mekkah sing nunggoni para wali
Dipun imbal tanah jawa kebon melati
Weruhana santrine syarif hidayat
Dadi wali sebab ngaji syahadat
Sira weruh terus geguru ning syahadat
Ning timbulane gusti syarif hidayat
Aja dumeh sira bisa ning syahadat
Sira bisa ning syahadat munggah ning adat
Ayu wedi watir maras ning atine
Akhir umur bokan blolih pangapurane
Gage tangi bengi sholat tahajud
Den paringi penjaluke wongkang sujud
Jaluk apa ning dunya disediai
Sugih pinter bener saking Ilahi
Gusti Alloh ngampura dosa ora angel ora apa
Tapi delenge tobat sira kaya apa
Awak sira awan bengi kacanana
Ingkang awas tindak lana titenana
Yen kepengen dadi mukmin kudu ngalahi
Aja wani madoni akhire belai
Poma aja wani sira nukari
Ingetaken dadi batur mengko buri
Arep tukar karo batur aja wani
Yen wania sira iku nggo upan geni
Alloh Alloh Alloh ya rosululloh
Kabeh badan kang nguasani gusti Alloh
Nuhun-nuhun kekuatan jalanaken
Ning perintahe kang sampun ridlokaken
Lamon iman gelem nyebut asma pangeran
Tetep aman muarah sandang murah pangan
Rokhman rokhim iku welas winelasan
Maring umat maring Makhluk sepepadan
Iki jaman wis akhir kari setitik
Yen ora mikir gawe amal ora katik
Jaman akhir ilmu ilang manfa’ate
Bagen kiyai ahli tapa langka kramate
Jaman akhir Sunnah nabi digeguyu
Sing geguyu yakin pisan wong keliru
Jaman akhir Sunnah nabi disengiti
Bonggan sengit kejaba umate gusti
Jaman akhir Sunnah nabi ora digawa
Sing nyekeli luwih panas kenimbang wangwa
Jaman akhir Sunnah nabi didugali
Poma batur aja ucul diganduli
Dajjal la’nat sore jum’at pada metu
Seja ngulati ngaku duwe anak putu
Dajjal iku matane kang kiri siji
Omonge sulaya ora netepi janji
Batuke dajjal diwaca tulisane
La’ natulloh ‘ alal kafirin ya unin
blog.re.or.id > Muslim > Baiat Dan Syahadatain
Baiat Dan Syahadatain
Muslim category
“Baiat Dan Syahadatain” ketegori Muslim. Assalamualaikum Ust…1. Saya mau bertanya tentang syahadatain, bahwa ada yang menyebutkan tidak masuk golongan muslim yang belum melaksanakan syahadatain, syahadatain di sini artinya bukan dalam ritual shalat namun dalam artian baiat,benarkah? dan apa dalilnya, kalau tidak begitu tolong disebutkan juga dalilnya2. Jika umat muslim wajib berbaiat, untuk zaman sekarang ini kita harus berbaiat kepada siapa?
Sebelum dan sesudahnya saya ucapkan jazakallahu khairan katsiro
WAssalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh
Afwa
Jawaban
Assalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Berbai’at dan bersyahadat adalah dua hal yang berbeda. Bahkan anak kecil yang masih duduk di bangku madrasah ibtidaiyah pun mudah membedakannya. Syahadat merupakan salah satu rukun Islam, sedangkan bai’at tidak termasuk rukun Islam.
Namun ada segelintir orang yang ikut dalam aliran sesat telah berupaya menyelewengkan pengertian keduanya sehingga seolah-olah bai’at itu syahadat dan syahadat itu bai’at. Tentu saja pengertian salah seperti ini jelas punya tujuan tendensius dan merupakan bentuk kesesatan yang serius.
Padahal dari segi lafadznya saja sudah berbeda. Syahadat itu berbunyi asyhadu alla ilaaha illallah wa asyhadu anna Muhammadar rasulullah , sedangkan bai’at itu berbunyi ubayi’ukum ‘alas sam’i wath-tha’ah fi tha’atillai wa rasulihi .
Syahadat itu adalah ikrar tentang masalah tuhan dan kenabian, di mana seorang muslim menyatakan tidak ada tuhan yang patut disembah kecuali Allah, sekaligus ikrar bahwa Muhammad SAW adalah utusan Allah. Sedangkan ba’iat adalah ikrar untuk mengangkat seseorang menjadi pemimpin dan pernyataan siap untuk mentaatinya.
Sehingga jelaslah bahwa syahadat itu bukan bai’at dan bai’at itu bukan syahadat. Syahadat itu sebagai ikrar dari seorang non muslim untuk masuk Islam, sedangkan bai’at itu adalah sumpah atau pengangkatan seseorang untuk dijadikan pemimpin.
Orang kafir yang tidak mengucapkan syahadat berarti dia belum masuk Islam. Statusnya adalah kafir karena memang aslinya adalah orang kafir. Adapun orang muslim, selain secara nyata dia sudah menunjukkan dirinya sebagai muslim, secara lafadz pun sudah pasti dia melakukan syahadat berkali-kali dalam sehari. Dan pengakuan sejak awal bahwa dia adalah seorang muslim sudah cukup untuk dikatakan bahwa dia memang muslim, sehingga seorang muslim sama sekali tidak memerlukan syahadat ulang. Dia adalah muslim karena sejak awal pun memang sudah muslim.
Maka sungguh salah dan sesat kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa seorang yang sudah muslim harus bersyahadat ulang, kalau tidak maka dia adalah orang kafir. Pendapat seperti ini tidak akan lahir dari mulut seorang yang mengerti hukum aqidah, kecuali dari kelompok sesat yang berpaham takfir. Yaitu aliran sesat yang mudah mengkafirkan orang lain. Bahkan fatalnya paham sesat ini adalah berangkat dari asumsi bahwa semua orang di dunia ini pada dasarnya kafir, kecuali yang mau setia taqlid buta pada kelompok sesat itu.
Padahal dalam ilmu aqidah yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, setiap orang itu lahir dalam keadaan muslim. Barulah kemudian kedua orang tuanya yang akan mengajaknya kepada kekafiran. Mungkin dijadikan yahudi, nasrani atau majusi. Kalau mereka suatu saat mau masuk Islam, haruslah membuat pernyataan/ ikrar yang disebut dengan syahadat. Namun bila seorang bayi lahir dari kedua orang tua yang muslim dan tumbuh dalam pendidikan Islam, sudah secara otomatis dia menjadi muslim. Dan sama sekali tidak perlu bersyahadat ulang.
Dan kafirnya seorang muslim itu harus melewati sebuah proses yang bernama murtad . Namun selama seorang muslim tidak melakukan hal-hal yang termasuk dalam kategori kemurtadan yang disahkan oleh pengadilan syariah, maka dia adalah muslim 100%.
Para shahabat Nabi SAW dahulu awalnya pun masih kafir. Lalu mereka masuk Islam dengan mengucapkan dua kalimat syahadat. Sejak awal mula turunnya wahyu, sudah banyak shahabat yang masuk Islam. Hingga menjelang hijrah ke Madinah baru ada bai’at. Ini menunjukkan bahwa syahadat itu bukan bai’at dan bai’at itu bukan syahadat. Di dalam sirah nabawiyah, keduanya dipisahkan oleh jarak waktu hampir 10 tahun. Dan para shahabat nabi SAW yang masuk Islam di awal mula turun wahyu tetap dianggap muslim, meski mereka tidak ikut berba’ait.
Perlu diketahui bahwa bai’at di dalam sirah nabawiyah ada beberapa kali. Yang awal pertama terjadi adalah bai’at Aqabah I dan bai’at Aqabah II. Dua-duanya hanya untuk para anshar dari Yatsrib . Adapun para shahabat yang lainnya tidak ikut berbai’at. Kalau dikatakan bahwa yang tidak bai’at itu kafir, seharusnya Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali itu kafir, lantaran tidak ikut bai’at.
Jadi pemahaman seperti yang Anda kemukakan itu jelas sekali salahnya, bahkan bertentangan dengan realita sejarah di masa Nabi SAW, juga bertentangan dengan manhaj salafushalih, serta bertentangan dengan ilmu aqidah dan syariah. Tidaklah ada orang yang mau dicocok hidungnya dengan doktrin sesat seperti ini kecuali orang-orang yang lemah iman, kurang ilmu dan jahil terhadap agamanya sendiri.
Kewajiban Berbai’at
Kalau umat Islam sedunia bisa menyatukan aqidah, fikrah dan manhaj hingga sampai ke satu gerakan, insya Allah saat itulah umat Islam akan punya pemimpin. Dan pada saat itulah umat Islam dengan suka rela menyatakan ketaatan kepada pemimpinnya itu dengan sebuah ritual bai’at. Pemimpin itu secara aklamasi diangkat oleh 1,5 milyar umat Islam sedunia untuk menjadi khalifah kepemimpinan Rasulullah SAW.
Kalau sekarang ini, di mana wajah umat Islam masih centang perenang, kusut tidak karuan, saling ejek, saling caci, saling tonjok bahkan saling adu jotos sesama mereka, khilfah yang diidamkan itu rasanya masih jauh dari kenyataan. Jelas saat ini kita tidak punya satu orang yang bisa dibai’at secara international. Kalau pun sekarang ini ada yang dibai’at, maka bukan bai’at untuk menjadi pemimpin seluruh umat , melainkan pemimpin lokal kecil-kecilan saja, mungkin setingkat RT atau RT. Atau setingkat sebuah ormas, jamaah kecil-kecilan atau jamaah pengajian yasinan dan sebagainya. Dan sama sekali bukan representasi pemimpin dari seluruh umat Islam sedunia.
Hukum membai’atnya suka-suka saja. Kalau rasanya kita setuju untuk mengangkatnya menjadi pemimpin untuk lokal tertentu, silahkan saja dibai’at. Tapi jangan sampai ada keyakian bahwa siapa yang tidak ikut membai’atnya, lantas menjadi kafir. Ini adalah sebuah penyimpangan paham aqidah yang sesat dan menyesatkan.
Maka hukum bai’at berbeda tergantung orang yang melaksanakannya. Adapun ahlu al-halli wa al-‘aqdi, maka mereka wajib berbai’at terhadap imam yang telah mereka pilih, jika syarat-syarat keimaman telah terpenuhi pada imam terpilih tersebut.
Adapun masyarakat umum, pada asalnya setiap orang wajib melakukan bai’at terhadap imam berdasar bai’at ahlu al-halli wal ‘aqdi terhadap imam tersebut. Karena Rasulullah SAW bersabda:
“Barang siapa yang mati dan tidak ada ikatan bai’at di pundaknya maka ia pasti mati seperti mati di jaman jahiliyah”
Namum begitu, Fuqoha Malikiah berpendapat, masyarakat umum tidak perlu melakukan bai’at. Tetapi cukup bagi mereka meyakini bahwa mereka di bawah perintah imam yang dibai’at dan mereka diharuskan untuk taat terhadap imam tersebut
Sedangkan orang yang terpilih untuk menjadi imam, ia wajib menerima bai’at tersebut jika memang terpilih dan tidak ada orang yang memenuhi persyaratan selain dirinya. Akan tetapi jika yang memenuhi persyaratan jumlahnya lebih dari satu maka kewajiban tersebut berubah menjadi fardu kifayah.
Pengertian Keliru Tentang ‘Mati Jahiliyah’ Bila Tidak Berbai’at
Dalam kitab legendaris yang meurpakan kitab penjelasan shahih Bukhari, Fathul Baary, Ibnu Hajar memberikan komentar tentang pengertian “Miitatan Jahiliyyatan” bahwa yang dimaksud dengan kalimat tersebut aadalah sebagai berikut:
“Yang dimaksud dengan “mati Jahilyyah” dengan bacaan mim kasrah “Miitatan bukan Maitatan” adalah keadaan matinya seperti kematian di jaman Jahiliyyah dalam keadaan sesat tiada imam yang ditaati karena mereka tidak mengetahui hal itu. Dan bukan yang dimaksud itu ialah mati kafir tetapi mati dalam keadaan durhaka”
Imam al-Qadhy ‘Iyadh berkata bahwa yang dimaksud dengan sabda Rasulullah SAW: “Barang siapa yang keluar dari ketaatan imam dan meninggalkan jama’ah maka ia mati miittan jahiliyyatan” adalah dengan mengkasrah mim “miitatan” yaitu seperti orang yang mati di jaman Jahiliyyah karena mereka ada dalam kesesatan dan tidak melaksanakan ketaatan kepada seorang imam pun” 6/258}
Wallahu a’lam bishshawab wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
Ahmad Sarwat, Lc
Sumber Baiat Dan Syahadatain : http://assunnah.or.id
MAULID
TOREKOT SYAHADAT (1378 H / 1958 M) 2
TOREKOT SYAHADAT (1378 H / 1958 M) 2
AKHLAK
Mangan kang berkah
( Hari Selasa tgl 18 Rajab 1378 H / 1958 )
Wong lunga ngaji rongokna ning tutur
Endi kang bagus lakonana kabeh batur
Yen kepengen pituduh saking pangeran
Duwe akal gagiyan eling ning pangeran
Alamate wong kebuka ning atine
Terusa ngerti iman islam agamane
Sira batur ngatosaken ning atine
Terus lali kesasar sira pikire
Wongkang ngaji pengen selamet dunya akherat
Sugih dunya mugi Alloh paring berkah
Nuhun berkah pangan kula kang setitik
Saban tingkah elinga waktu paceklik
Maca bismillah ba’da salam qobla subuh
Ping selikur aja kurang aja imbuh
Pengen sugih niat muruk ning bature
Lumayanan kanggo sangu ning kubure
Sediaa kabeh sira maring pangan
Kira adem aja mumbul hawa syetan
Pemborosan ning dunyane kudu mikir
Ora mikir pemborosan dadi fakir
Gage jaluk sanak rabi lan sebatur
Nuhun sabar sedawane panjang umur
Ngirim Ahli Kubur
Ayu batur titenana
Sega jabur kirimana
Wong tuane kang wis ninggal
Senen jum’ah aja tinggal
Wong tua ngopeni anak
Rasa repot rasa blenak
Awit cilik sampe gede
Ngarep-ngarep supaya duwe
Barang tua ora eling
Apamaning sega sepiring
Maca qulhu lan fatikha
Emong maca bagen melumah
Luwih lara ya siksane
Anak ira aturana
Ora milih ganjarane
Awit dunya kuburane
PERINGATAN LAN SIKSA
Melarat
( Hari selasa tgl 5 Syawal 1378 H / 1958 M )
Gusti syarif mulai mulang muride
Gage ngaji supaya hasil maksude
Wulan syura dina kemis tanggal pitu
Kawitana badan rabi anak putu
Memangane ning jaburan kumpulaken
Mangan sega nuli jabur anggeraken
Diharepaken mangan nginum sengelie
Tapi padu aja caplok caplik bae
Supaya bisa beda kelakuane
Karo sato aja pada memangane
Mangan sega nuli jabur aja pisah
Ora kena telat mangan ngalih gena
Ya jamane iku numpak bera bero
Omong ngamprak cekelana syahadat loro
Pikir sowak dadi kasab tinggal putek
Sebab mikir kesorene ora betek
Laki teka rabine gerayang ketimang
Rabi mangan jabur esuk olih utang
Dadi nyata rabine nyolong pangane
Cuman laki keduman ya hurane
Cawis-cawis sega nggo sodakoh
Jasmani ugah rohani ora rubah
Lanang wadon kang bersatu pikirane
Dunya akherat ya suwarga tujuane
Kira-kira urip dunya luwih megah
Terus ngaji syahadate kang kegawa
Iku tanda lanang wadon luwih wekel
Ning dunyane yen kepaten ya diandel
Bal’am bin banguroh
Weruhana bal’am iku alim ilmune
Arep mati eling emas ning atine
Dadi kafir bal’am iku ya matine
Nurut nafsu kegoda maring rabine
Karena sifat kharam kudu bukti
Kudu inget ning selulupan milalati
Yen tumeka nafsu dadi nyilakani
Yen wong mukmin sodaqoe kudu wani
Ati picek ketutupan ning nafsune
Kurang awas luwih akeh ya satrune
Ati perang karo nafsu kudu wani
Wajib Sunnah hak kang bener dibelani
Ayu ngumpul neja ngaji lan bature
Kanggo sangu gawan mati ning kubure
Wongkang mati amal ikhlas gegawane
Kabeh perintah kudu inget ning waktune
Penyakit rohani
( Hari selasa tgl 14 Jumadil Awal 1378 H / 1958 M )
Aduh awak kegila-gila bodone
Ning syahadat ora gelem gegurune
Dikon Pinter kita jawabe wis ngerti
Ya gumede takabure sampe mati
Gede-gedene dosa iku ya takabur
Senajan ibadah ilang amale ajur lebur
Dadi kaya leliwis sira umpamane
Selulup maning jumbul garing ning badane
Kader talang bagen alim ning ilmune
Udan gede mari udan langka banyune
Ngaji sembahyang luwih akeh ganjarane
Yen takabur ilang kabeh ganjarane
Den obahaken ning Alloh langka ngerasane
Sebab picek atine langka rasane
Tetep dosa sebab kita ora ngerasa
Aja mang-mang ning akherat dipun siksa
Wong gumedeh takabure jero ati
Ora ngerasa-ngerasa sampe tekang mati
Wis jamane kuwalik pikirane
Wongalima ngadiraken ning ilmune
Wong sugie ngadiraken ning barange
Kang baguse wong bodohe langka wirange
Gage eling poma-poma Kabeh batur
Dangdanana aja kongsi melebu kubur
Ati salim elinge terus-terusan
Muji dzikir sewengi nikmat syukuran
Alkhamdulillah Alloh paring kesabaran
Saged ngamalaken wajib kesunnahan
Syekhuna damar loro nuhun disuled
Nggo ngobori ati picek ingkang wuled
Syekh jabar ngurus murid supaya bersih
Meriksa murid saban tempat dikoreksi
Awas batur luruh bener kang ati-ati
Tut setitik lakonana kudu bukti
Tangekna ati badan sholat tahajud
Ati nuju Alloh paring hasil maksud
Nandur palawija kabeh cecukulan
Durung cukul ngopenane ya kengelan
Yen wis cukul nuli aweh dedempeyekan
Kabeh makhluk memangane pada doyan
Tapi sabar buangana kang temenan
Hasud takabur ’ujub riya kemusyrikan
Durung weruh aja putus keniatan
Ayu jaluk bebarengan tawasulan
Kudu nerima laku sabar ning anggone
Ora sabar nurut syahwat nyilakani
Sakurebe bumi salumahe langit
Maring Qodlo qodar Alloh aja sengit
Waktu sholat ora eling qodlo qodare
Bagen alim waktu sholat tetep blesare
Besuk pisah embok bapa lan anake
Waktu urip ora bersatu ngelingane
Maca solawat tetepaken ning atine
Ngilangaken keputekan sedayane
( Hari Selasa tgl 7 romadhon 1378 H / 1958 M )
Ngaji syahadat luruh sabar lan tawakal
Luruh tapa lan nerima enggal-enggal
Awas santri ketipu maring nafsune
Pada ngku-ngaku pinter-pinter apane
Ngadiraken bisa tobat ora diandel
Sebab tobate kaya dena mangan sambel
Ngadiraken duwe ilmu luwih pinter
Tapi cules mong kerja melarat angger
Ngaku islam masih peteng metengi dewek
Bukti rimang atine masih munafek
Ngaku iman oranana ning pasrahe
Jampi akeh kurang amal wajib Sunnahe
Lung basane bisa nemu akhir umur
Husnul khotimah ibadahe ora nganggur
Kula pasrah maring qodar maksa sumpeg
Pesten ala ora iman jaluk ajeg
Kukla angon kabeh badan maksa ngeranja
Ning maksiat kula niku boten bopten sengaja
Kula angon ning to’at maksa ketinggal
Laku wajib lan Sunnah kurang tawakal
Kula urip ning dunyane maksa seneng
Nurut nafsu kurang tapa enak mindeng
Alloh paring ning cecoban kurang sabar
Tumiba blaie iman kula maksa udar
Dados peripun ning dunya kula uripe
Ya sujude maring Alloh depe-depe
Laku kula durung bener beneraken
Buru-buru maring Alloh pasrahaken
Kaya dene kula gawe wong-wongan
Ya dipasang dienggone ning sandangan
Ya delengen wong-wongan kelakuane
Tenang nerima tawakal akeh sabare
Fitnah Dunya
( Pagi Selasa tgl 7 Jumadil awal 1378 H / 1958 M )
Awan selasa syekh jabar nguwasiataken
Nuhun lampu ning syekhuna jalukaken
Awas santri keputer pikirane
Ningal dunya ngelalaiaken pengerane
Buru-buru fahamaken syahadate
Yen wis faham terus bisa ma’rifate
Dodok bareng tunggal-tunggal panggonane
Tapi beda ning tekad peningale
Obah meneng aja melu-melu ngaku
Yen melu ngaku ati nira masih beku
Sifat mukmin lemes-lemes ning atine
Kedadian kabeh-kabeh sing pengerane
Ora bisa syahadate manjing ati
Selagine wong munafek den enuti
Wongkang kejem sira buntel ning syahadat
Aja ngandel omongane wong maksiat
Terus jujur ati badan kelakuane
Eling Alloh nurut rosul ya buktine
Sugih dunya lan akherat pengen beli
Sebab sabab musabab ya diakali
Sebab ngelakoni asbab nurut gurune
Sugih melarat pasrahana pengerane
Syekh jabar jaluk lampu jalukena
Kita urip bareng-bareng ning dunyane
Iki jaman bakal ngancik kapindone
Haram gede badan kanggo tambakene
Tulungana anak yatim fakir miskin
Den paringi ora putek ora periyatin
Maca nas dawuh Alloh bareng muni
Aja mang-mang gusti rosul kang nakseni
Tapi aja wani-wani gorohaken
Ati ngucap kudu bisa buktikaken
Cilaka temen sira kabeh sembayange
Yen gumantil demen kabeh ning barange
Senajan sembayang-sembayange nggo kadiran
Cuma luruh kanggo sandang kelawan pangan
( Hari Selasa tgl 27 rajab 1378 h / 1958 M )
Sasi rajab nuju tanggal pitu likur
Gage eling aja dengki karo batur
Gage eling mumpung durung tahun sewidak
Warahana kabeh batur lan sepanak
Iki tahun bakal pada timbule fitnah
Ora eling dadi nafsu bangete payah
Ayu niat ajar eling ning pengeran
Niat kabeh ala ketinggalan
Rongokna wasiate mas gandasari
Syahadat kang nyatroni arep buri
Jaman iki gage eling lan mikira
Dodok ngadeg melaku kenang lara
Dulur islam ngati-ati jaman iki
Kengelan pijere ngurusi rizki
Dulur islam jaman niki wajib sabar
Dosa yen sabar pasti udar
Sabar nerima kita dunya laku bakti
Sabar akherat tetep mukti
Duwe cangkem waktu ngucap kesabaran
Eling Alloh gelem nyebut ning pangeran
Paring dalan sapa nyi mas gandasari
Luhur mengko buri
Pengen sabar eling Alloh ya ning ati
Telung dina telung bengi ya dilatih
Kudu misah lan batur awan puasa
Para wali ning belenake iku kersa
Memilihe kadeh awak ning atine
Durung ngerasa awak milih ning belenake
Aja pada sulaya sira janjine
Sira dosa bonggan kegawa matine
Perasaan ngalih urip kang tawakal
Pasti mulya tinurutan kabeh amal
( Hari Selasa tgl 9 dzulqoidah 1379 H / 1958 M )
Dulur kabeh kang awas mata kupinge
Fitnah gede tangga anak lan barange
Ora bisa ngatur awak ya cilaka
Nggo cawisan urub-urube neraka
Tumibane wajib Sunnah ing hukume
Akal nimbang putusan ya ning cangkeme
Tapi akal hubungan karo pangeran
Cangkem adil nganggo dawuh hadist Qur’an
Ati bagus cangkem bagus ngilangaken
Kesalahan kang sampun diturunaken
Ibarate godong lempung lan banyune
Ora nempel kabeh bala ning badane
Sampun yakin guru ngecap ning batuke
Nyerepaken syahadat maring batuke
Alkhamdulillah dadi muride syekhuna
Kang wis ngandel tambah mulya ora ina
Akal cangkem mong-monge kang ati-ati
Kang mareki yen ngertia diobati
Dulur kabeh aja kaget satru nira
Rubung-rubung ngelingaken awak ira
Luru dunya cuma kanggo sangu waras
Ya ngambaa dalan Alloh sampai jelas
Cawis-cawise mumpung ana ning dunyane
Kanggo sangu ning kuburan panggonane
Ngaji tawasul ragamna ya sebatur
Aja kongsi tabrak-tubruk jero kubur
Ingkang khusyu waktu ngaji tawasulan
Aja kongsi dialani sedalan-dalan
Batur kabeh ngati-ati duwe umur
Amal soleh anak rabi lan sebatur
( Malam Rabu tgl 21 ’Asyura 1378 H / 1958 M )
Weruhana jamane jaman walikan
Ora eling derajat turun kehinaan
Wong kayane dadi turun kesugihan
Kang sugihe ya keblinger pikirane
Sebab nyata ora eling ora bener
Emong Pinter tapi adat kaya laler
Yu pikiren pikirana sampe terang
Gusti Alloh nulungane pirang-pirang
Seser diwalik ayu merambat ning wadahe
Ora kentir kang ngandel dawuh guru dawuhe
Weruhana iki jaman sampun ganti
Kang ora weruh ketinggalan kawan mati
Nyamaraken ibadah kelawan sare’at
Eling Alloh den murahi waktu sekarat
( Hari Selasa tgl 1 Robiul Awal 1378 H / 1958 M )
Terus gelem ngambah dalan kebagusan
Manut perintah ninggal cegah terus-terusan
Den paring nikmat melebu ning atine
Ya rumesep ning ruhani sampe mati
Sapa wonge mider-mider ning dunyane
Pasti picek amal akherat ning atine
Wedenana mata picek langka sing nuntun
Poma-poma tinggal Sunnah Gage getun
Sangu Kubur
Pengen selamet ngelakonane kang temenan
Wajib Sunnah cuwan lali ning pangeran
Ngumpulaken sangu mumpung ning dunyane
Kanggo sangu kubur masyar panggonane
Aja sangu hasud dengki takabure
Ula kelabang kala jengking ya bature
Kita dunya di kongkone waji milih
Ngaji syahadat pikirane kudu ngalih
Qodlo qodar gusti Alloh kang gadahi
Kita nurut tapi ita mong belai
Bisa milih nafsu kita dadi kalah
Wajib Sunnah sah wenang ora salah
Yen kepengen dadi umat gusti rosul
Duha tahajud lan wiridan aja ucul
Ayu bebatur gage tagi buru-buru
Jalanaken sabilul khoirot cuwan keliru
Yen wis ucul bala serandil era eru
Wong Islame bakal entong ya separoh
Nurut guru torekote maring Alloh
Wajib ngelakoni perintah guru saking Alloh
Maca syahadat kaping telu aja keliwat
Duha tahajud tunjinane dadi syarat
Maca ya kafi ya fatahk nuli karcis
Nganggo jubah sorban putih ingkang percis
( Hari Selasa tgl 10 Robiul Akhir 1378 H / 1958 M )
Ayu batur cuwan badan sira luntur
Supaya getol ibadah sangu kubur
Bocah santri ngeraksa badan ngati-ati
Cuwan bae ngeraksa badan kedinginan mati
Aduh gusti awak kula ya kepripun
Balik sing dunya awak lebur dadi getun
Baru kerasa kacung bayi melebu kubur
Ngemet syahadat arep maju dadi mundur
Baru kerasa kacung bayi tekang genah
Ora bisa ngeraksa badan dadi hina
Saban tiang gelem bakhti dituturi
Terang welan syahadat kalih dikawuri
Rongoknana wiwitan simbara dingin
Abah wareg mulang murid ya sing bengen
Aduh murid tulung-tulung ning dunyane
Izroil teke mandut roh ning badane
Sore sabtu selametane ya setebok
Kanggo ngirim niatana bapa lan embok
Ayu batur eling Alloh mumpung dunya
Ora eling sira bakal kaniyaya
Hukum Alloh hukum rosul ayu diamba
Besuk maksyar den aubi kayu kastubi
Luwih wangi luwih seneng luwih adem
Wajib Sunnah ngelakoni ingkang ayem
Awan bengi esuk sore ngelakonane
Ingkang wekel sira ngajar ning badane
Gage ngaji mumpung ana pembukaan
Syahadat loro sangu balik akhir zaman
Kita dunya kuatire dadi kafir
Yen kafir ning akherat dadi fekir
Qodho iku hukum Alloh luwih jembar
Alloh paring akal eling aran jembar
Nuli cocog eling amal hukumane
Ahli Sunnah waljam’ah ya arane
Ora cocog eling Alloh lan amale
Muktazilah kejaba saking rosule
Ora mukmin ora duwe ya syafa’at
Selagine umat ridho ning maksiat
Sapa wong nginjen-nginjen maring Alloh
Den paringi nur Muhammad Qudrot Alloh
Luru dunya ning amal ingkang wani
Sejen kang mekaya sejen kang duweni
Ati eling luwih penting luwih awas
Urip matne Alloh rosul banget melas
Bapa tani yen nenandur ya niatana
Bokan kepengen ning makhluk ikhlasana
Kanjeng nabi praktek pinter nusun agama
Amal soleh yen temenan ya diterima
Bagja untung ati kang bangete ikhlas
Seneng dunya lan akherat selawas-lawas
Siksa
( hari Selasa tgl 12 Jumadil Akhir 1378 h / 1958 M )
Ganti wulang wulangane gusti ali
Aja kaget bakal akeh wong kang ngalih
Pada ngali wong mukmin rodhotul madinah
Wong kafire ditinggal alam syakowah
Aja eman aja abot ning pekaya
Ya ngebona ning suwarga bakal mulya
Ngulati pekaya awit cilik sampe tua
Ketinggalan sira mati ora digawa
Yen takabur percuma sira urip
Nggo dasare neraka dadi intip
Ngadiraken sugih pinter urip dewek
Yen ngaku urip dewek ya munafik
Yen kepengen dihukum wis mati
Kudu nyata awak kabeh manut gusti
Ora manut uripe masih diaku
Nubruk roh izroil ya karo kuku
Ya disebrat padane sewu pedangan
Diuyah asem panas perih peperengutan
Ning gelitan disebrat ya ditarik
Luwih bagus patine tenimbang kirik
Ora diaku umate kanjeng nabi
Bonggan ibadah tho’ate ora wusul
Ayu dipikir kemandian ning uwite
Kabeh alam sing kanjeng nabi ya awite
Banget welan urip ira ning nunute
Ayu nggandul ngati-ati ma’rifate
Aja gumede ngadiraken duwe apa
Yen dipegat dunya akherat kaya apa
Cilakane kemaduan terus garing
Wong matine ora pada mati maning
Pemisahan bakal teka ya jamane
Ora sabar wis pegel ya ngentenane
Aja kongsi eling dunya mati kafir
Eling Alloh rosululloh kang dipikir
Kuping tungguru ngakune Alloh perentah
Cuwan keliru ngelakonane dadi salah
Duwe mata tigalana awak kula
Aja kongsi pada tiru gawa ala
Boten terima nyi ayu gandasari
Ing tawassul inna angzalnaahu ditinggal kari
( Hari selasa tgl 19 Dzulkoidah 1378 H / 1958 M )
Mas Gandasari jaluk dipayungi
Umat kang ala pengen beli ditulungi
Jalukana mas gandasari ning santrine
Apa nanggung apabeli ngelakonane
Sira nanggung kita sanggup ya mayungi
Kabeh umat ya diraksa tak tulungi
Kita jaluk nugel rambut ya potongen
Nyebut Alloh terus eling bebarengan
Senin, 19 Desember 2011
ABAH HABIB UMAR SEBAGAI GURU MURSYID KAMIL
ABAH HABIB UMAR SEBAGAI GURU MURSYID KAMIL
Pengertian Guru
Dalam memahami pengertian guru perlu adanya kejelasan antara guru syareat dan guru hakekat. Guru dalam pandangan syare'at adalah seseorang yang mengajarkan suatu ilmu disuatu lembaga tertentu. Sedangkan Guru Hakekat adalah seseorang yang mengajarkan dan menuntun muridnya menapaki jalan yang lurus (benar) melalui teladan dan pengajaran. Kita mempunyai banyak guru sejak mulai dari belajar A sampai kita besar. Namun yang mengajarkan Ibadah dan syahadat dalam menapaki jalan yang diridhoi Allah hanyalah satu yaitu Al-Habib Abah Umar bin Isma'il bin Yahya.
Syarat-syarat Guru
Syarat-syarat guru yang dibahas disini adalah dispesifikasikan pada syarat-syarat guru Mursyid Kamil. Terdapat batasan-batasan dalam beberapa kitab mengenai syarat-syarat seorang guru mursyid, diantaranya adalah;
وَشُرُوْطُ الشَّيْخِ الَّذِى يَصْلُحُ أَنْ يَكُوْنَ نَائِبًا لِرَسُوْلِ اللهِ ص م. أَنْ يَكُوْنَ تَابِعًا لِشَيْخٍ بَصِيْرٍ يَتَسَلْسَلُ إِلَى سَيِّدِ الْكَوْنَيْنِ ص م. وَأَنْ يَكُوْنَ عَالِمًا ِلأَنَّ الْجَاهِلَ لاَيَصْلُحُ ِللإِرْشَادِ وَأَنْ يَكُوْنَ مُعْرِضًا عَنْ حُبِّ الدُّنْيَا وَحُبُّ الْجَاهِ وَيَكُُُوْنَ مُحْسِنًا لِرِيَاضَةِ نَفْسِهِ
"Syarat-syarat guru yang patut menjadi pengganti Rasulullah adalah;
- mengikuti seorang guru yang dapat melihat (dengan hati) yang menyambung (sanadnya) sampai kepada Rasulullah, sang pemimpin dua makhluk (jin dan manusia).
- Harus Alim (menguasai ilmu dzahir dan bathin), sebab orang yang bodoh tidak bisa menjadi penunjuk kebenaran.
- Selalu berpaling dengan kecintaan kepada dunia dan kedudukan.
- Selalu dapat melatih jiwanya."
وَيَخْتَارُهُ لِلصَّحْبَةِ مِنَ اْلأَئِمَّةِ الْمُؤَيِّدِيْنَ مِنَ اللهِ تَعَالَى بِنُوْرِ الْبَصِيْرَةِ الزَّاهِدِيْنَ بِقُلُوْبِهِمْ فِى هَذَا الْعَرَضِ الْحَاضِرِ الْمُشْفِقِيْنَ عَلَى الْمَسَاكِيْنِ الرُّؤَفَاءِ عَلَى ضُعَفَاءِ الْمُؤْمِنِيْنَ فَمَنْ وَجَدَ أَحَدًا عَلَى هَذِهِ الصِّفَةِ فِى هَذَا الزَّمَانِ الْقَلِيْلِ الْخَيْرِ جِدًّا فَلْيَشُدَّ يَدَهُ عَلَيْهِ وَلِيَعْلَمَ أَنَّهُ لاَيَجِدُ لَهُ ثَانِيًا (أم البراهين ص 69)
"Dan Ulama memilih untuk berguru kepada imam-imam Muayyidin (yang menguatkan) agama Allah dengan nur pengawasannya, yang zuhud (Zahidin) terhadap/dari dunia (harta), yang mengasihi (musyfiqin) orang-orang miskin, yang lembut dan kasih sayang (ru'afa) kepada orang-orang mukmin yang lemah. Maka barang siapa menemukan seseorang yang bersifat seperti sifat ini pada zaman yang sangat sedikit kebaikannya ini, maka berpegang kuatlah dan belajarlah kepadanya, karena sesungguhnya ia itu tiada duanya".
Dalam pemaparan kitab tersebut, jelaslah bahwa Abah Umar adalah seorang guru yang sempurna karena syarat-syarat tersebut semuanya terpenuhi. Apalagi beliau adalah termasuk Ahlul Bait Rasul, beberapa pendapat menjelaskan bahwa apabila mencari seorang guru haruslah beliau itu adalah keturunan Nabi saw., bahkan dijelaskan pula apabila guru tersebut bukan dari keturunan Nabi saw. maka hukumnya belum mendapatkan guru yang akan membawanya menapaki jalan yang diridhoi Allah. Sedangkan orang yang tidak mempunyai guru, maka gurunya adalah syetan.
فَمَنْ لَمْ تَتَّصِلُ سِلْسِلَتُهُ إِلَى الْحَضْرَةِ النَّبَوِيَّةِ فَإِنَّهُ مَقْطُوْعُ الْفَيْضِ وَلَمْ يَكُنْ وَارِثًا لِرَسُوْلِ اللهِ ص م. وَلاَ تُؤْخَذُ مِنْهُ الْمُبَايَعَةَ وَاْلإِجَازَةَ
وَلِمَا أَخْرَجَهُ الطَّبْرَانِى عَنْ عَبْدِ الله بن بِسْرِ رَضِيَ الله عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ الله ص م. طُوْبَى لِمَنْ رَآنِى وَآمَنَ بِى وَطُوْبَى لِمَنْ رَآى مَنْ رَآنِى وَ لِمَنْ رَآى مَنْ رَآى مَنْ رَآنِى وَآمَنَ بِى وَطُوْبَى لَهُمْ وَحُسْنُ مَآبٍ
وَلِهَذَا جَرَتْ التَّأْثِيْرَاتُ مِنَ الْمَشَايِخِ لِلْمُرِيْدِيْنَ وَيَجْرِى إِلَى آخِرِ الدَّهْرِ ِلأَنَّ إِسْنَادَ الْحَالِ كَإِسْنَادِ اْلأَحْكاَمِ
"Maka barangsiapa (guru) yang tidak menyambung silsilahnya sampai kepada Rasulullah, maka sesungguhnya ia terputus dari limpahan (barakah/rahmat) dan ia bukan pewaris Rasulullah saw. dan kita tidak boleh mengambil baiat dan ijazah darinya
dan berdasarkan hadits yang diriwayatkan Imam Thabrani dari Abdullah bin Bisr ra. Bahwa sesungguhnya ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: Alangkah bahagianya orang yang melihatku dan beriman kepadaku, betapa bahagianya orang yang melihat orang-orang yang melihatku, dan alangkah bahagianya orang yang melihat orang-orang yang melihat pada orang yang melihatku dan beriman kepadaku, alangkah bahagianya mereka, dan (bagi mereka) tempat kembali yang baik.
Maka dari itu berlaku pengaruh-pengaruh para guru terhadap murid-murid mereka, dan (hal ini) berjalan terus sampai akhir zaman. Sebab, sanad dalam `hal` sama dengan sanad dalam hukum."
Dengan demikian, Abah Umar merupakan guru yang seharusnya diikuti dan menjadi teladan dimasa sekarang ini.
Mudrik menadzomkan sebagai berikut:
Sapa wonge nemu guru sifat papat
Gandulana poma-poma ingkang kuat
Ingkang dingin sifat ipun mu'ayyidin
Nguwataken ing agama kelawan yakin
Ingkang kapindo sifat ipun zahidin
Ora jejaluk ing menusa sarta jin
Ingkang kaping telu sifat ipun musyfikin
Kang makani ewon-ewon fakir miskin
Kang kaping pat ru'afa lil mu'minin
Kang muruki wong bodo sehingga yakin
Mungguh kula iku abah umar
Ingkang muruki syahadat ora samar
Kewajiban Berguru
Berguru merupakan pokok utama dalam mencari ilmu, terutama mencari ilmu hakekat, ilmu selamat dunya dan akherat. Jelas harus memiliki guru yang membimbing, menuntun, dan bertanggungjawab. Karena tanpa berguru kita tidak akan tahu apa-apa. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa kita harus selalu bersama Allah (Ma'rifat billah), sedangkan kita tidak tahu sama sekali bagaimana cara kita bersama Allah apalagi mengenal Allah (Ma'rifat billah). Oleh karena itu kita harus selalu bersama dengan orang yang dekat dengan Allah (Ma'rifat). Bunyi hadits tersebut sebagai berikut;
وَلَمَّا وَرَدَ فِى الْحَدِيْثِ كُنْ مَعَ اللهِ وَاِنْ لَمْ تَكُنْ فَكُنْ مَعَ مَنْ كَانَ مَعَ اللهِ فَإِنَّهُ يُوْصِلُكَ إِلَى اللهِ إِنْ كُنْتَ مَعَهُ
"dan berdasarkabn riwayat dalam hadits tetaplah kamu bersama Allah dan jika tidak, maka tetaplah bersama orang yang selalu bersama Allah. Sesungguhnya ia akan mengantar kamu kepada Allah, jika kamu terus bersamanya."
Hadits tersebut memberikan kesimpulan kepada kita bahwa seorang hamba itu harus mencari seorang guru yang akan bertanggungjawab dalam membimbing, menuntun, dan membinanya untuk menapaki jalan yang diridhoi Allah. Karena seorang hamba yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syetan. Sedangkan apabila kita memiliki gurunya syetan, maka dijamin kita adalah orang yang sesat.
قَالَ أَبُو يَزِيْدِ البُسْطَامِى مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَشَيْخُهُ الشَّيْطَانُ (وَقَالَ) أَبُو سَعِيْدٍ مُحَمَّدٍ الْخَادَمِى مَنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ شَيْخٌ فَيَكُوْنُ مُسَخَّرَةً لِلشَّيْطَانِ (خزينة الأسرار ص 189)
"Abu Yazid Al Bustomi berkata: barang siapa yang tidak memiliki guru, maka gurunya adalah syetan. Dan berkata Abu Sa'id Muhammad Al Khodami: barang siapa yang tidak memiliki guru maka ia akan di tundukkan oleh syetan."
Didalam Al-quran pun diceritakan bahwa Nabi Musa berguru kepada Nabi Hidir As., hal ini memberikan pelajaran kepada kita tentang pentingnya berguru dengan patuh dan taat atas apa yang diperintahkan oleh guru, sabar dan istiqamah dalam mengikutinya.
قَالَ لَهُ مُوْسَى هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَى أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
”Musa berkata kepadanya, bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (Qs. Al-Kahfi/16: 66)
Kholifatur Rasul
Mengenai pengertian Kholifah Rasul ini terdapat sebuah hadits bahwa kholifatur Rasul adalah orang yang menghidupkan, menjalankan/membiasakan sunnah Nabi saw. dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah. Sedangkan Abah umar adalah orang yang menghidupkan, menjalankan, mendawamkan, dan mengajarkan sunnah-sunnah nabi saw. bahkan yang asing menurut masyarakat umumpun dihidupkan kembali oleh Abah Umar seperti berpakaian Sorban Jubah putih disaat sholat, hal ini merupakan hal asing dizaman Abah Umar menjalankan dan mengajarkannya, bahkan banyak para ulama yang mengatakan sesat kepada Abah Umar dengan alasan hal tersebut (pemakaian jubah sorban)
Di Kota Bunga, Malang,
Jawa Timur, ada seorang auliya’ yang terkenal karena ketinggian ilmunya. Ia
juga hafal ribuan hadits bersama dengan sanad-sanadnya.
Habib Abdul Qadir bin Ahmad
Bilfaqih Al-Alawi dilahirkan di kota Tarim, Hadramaut, pada hari Selasa 15
Safar tahun 1316 H/1896 M. Saat bersamaan menjelang kelahirannya, salah seorang
ulama besar, Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf, bermimpi bertemu Sulthanul
Auliya’ Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam mimpi itu Syekh Abdul Qadir Jailani
menitipkan kitab suci Al-Quranul Karim kepada Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf
agar diberikan kepada Habib Ahmad bin Muhammad Bilfagih.
Pagi harinya Habib Syaikhan
menceritakan mimpinya kepada Habib Ahmad. Habib Ahmad mendengarkan cerita dari
Habib Syaikhan, kemudian berkata, ”Alhamdulillah, tadi malam aku dianugerahi
Allah SWT seorang putra. Dan itulah isyarat takwil mimpimu bertemu Syekh Abdul
Qadir Jailani yang menitipkan Al-Quranul Karim agar disampaikan kepadaku. Oleh
karena itu, putraku ini kuberi nama Abdul Qadir, dengan harapan, Allah SWT
memberikan nama maqam dan kewalian-Nya sebagaimana Syekh Abdul Qadir Jailani.”
Demikianlah, kemudian Habib
Ahmad memberi nama Abdul Qadir karena mengharap berkah (tafa’ul) agar ilmu dan
maqam Abdul Qadir seperti Syekh Abdul Qadir Jaelani.
Sejak kecil, ia sangat rajin
dan tekun dalam mencari ilmu. Sebagai murid, ia dikenal sangat cerdas dan
tangkas dalam menerima pelajaran. Pada masa mudanya, ia dikenal sebagai orang
yang mempunyai perhatian besar terhadap ilmu dan menaruh penghormatan yang
tinggi kepada guru-gurunya. Tidaklah dinamakan mengagungkan ilmu bila tidak
memuliakan ahli ilmu, demikian filosofi yang terpatri dalam kalbu Habib Abdul
Qadir.
Pernah suatu ketika di saat
menuntut ilmu pada seorang mahaguru, ia ditegur dan diperingatkan, padahal
Habib Abdul Qadir waktu itu pada pihak yang benar. Setelah memahami dan
mengerti bahwa sang murid berada di pihak yang benar, sang guru minta maaf.
Namun, Habib Abdul Qadir berkata, ”Meskipun saya benar, andaikan Paduka memukul
muka hamba dengan tangan Paduka, tak ada rasa tidak menerima sedikit pun dalam
diri hamba ini.” Itulah salah satu contoh keteladanan yang tinggi bagaimana
seorang murid harus bersopan-santun pada gurunya.
Guru-guru Habib Abdul Qadir,
antara lain, Habib Abdullah bin Umar Asy-Syatiry, Habib Alwy bin Abdurrahman
Al-Masyhur, Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf, Habib Muhammad bin Ahmad
Al-Muhdor, Syekh Segaf bin Hasan Alaydrus, Syekh Imam Muhammad bin Abdul Qadir
Al-Kattany, Syekh Umar bin Harridan Al-Magroby, Habib Ali bin Zain Al-Hadi,
Habib Ahmad bin Hasan Alatas, Habib Ali bin Muhammad Al-Habsy, Syekh Abubakar
bin Ahmad Al-Khatib, Syekh Abdurrahman Bahurmuz.
Dalam usia yang masih
anak-anak, ia telah hafal Al-Quran. Tahun 1331 H/1912 M, ia telah mendapat
ijazah dan berhak memberikan fatwa agama, antara lain di bidang hukum, dakwah,
pendidikan, dan sosial. Ini merupakan anugerah Allah SWT yang telah diberikan
kepada hamba pilihan-Nya.
Maka tidak berlebihan bila
salah seorang gurunya, Habib Alwi bin Abdullah bin Syihab, menyatakan, ”Ilmu
fiqih Marga Bilfagih setara dengan ilmu fiqih Imam Adzro’iy, sedangkan dalam
bidang tasawuf serta kesusastraan bagai lautan tak bertepi.”
Sebelum meninggalkan kota
Tarim untuk berdakwah, di tanah kelahirannya ia sempat mendirikan organisasi
pendidikan sosial Jami’yyatul Ukhuwwah wal Mu’awanah dan Jami’yyah An-Nasr Wal Fudho’il
tahun 1919 M.
Sebelum berhijrah ke Indonesia,
Habib Abdul Qadir menyempatkan diri beribadah haji dan berziarah ke makam Nabi
Muhammad SAW. Setelah itu, ia melanjutkan perjalanan dan singgah di beberapa kota
dan negara, seperti Aden, Pakistan,
India, Malaysia,
dan Singapura. Di setiap kota yang
disinggahi, ia selalu membina umat, baik secara umum maupun khusus, dalam
lembaga pendidikan dan majelis taklim
Tiba di Indonesia tepatnya dikota Surabaya
tahun 1919 M/1338 H dan langsung diangkat sebagai direktur Madrasah
Al-Khairiyah. Selanjutnya, ia mendirikan Lembaga Pendidikan Madrasah
Ar-Rabithah di kota Solo tahun 1351H/1931 M.
Selepas bermukim dan
menunaikan ibadah haji di Makkah, sekembalinya ke Indonesia tanggal 12 Februari
1945 ia mendirikan Pondok Pesantren Darul Hadits Al-Faqihiyyah dan Perguruan
Islam Tinggi di kota Malang. Ia pernah diangkat sebagai dosen mata kuliah
tafsir pada IAIN Malang pada 1330 H/1960 M.
Keistimewaan Habib Abdul
Qadir adalah, ia ahli ilmu alat, nahwu, sharaf, manthiq, ilmu kalam, serta
ma’any, bayan, dan badi (tiga yang terakhir merupakan bagian ilmu sastra).
Dalam bidang hadits, penguasaannya adalah bidang riwayat maupun dirayah, dan
hafal ribuan hadits. Di samping itu, ia banyak mendapat hadits Al-Musalsal,
yakni riwayat hadits yang tersambung langsung kepada Rasulullah SAW. Ini
diperolehnya melalui saling tukar isnad (saling menukar periwayatan hadits)
dengan Sayid Alwy bin Abas Al-Maliky saat berkunjung ke Makkah.
Sebagai seorang ulama yang
menaruh perhatian besar dalam dunia pendidikan, ia juga giat mendirikan taklim
di beberapa daerah, seperti Lembaga Pendidikan Guru Agama di Sawangan, Bogor,
dan Madrasah Darussalam Tegal, Jawa Tengah.
Banyak santrinya yang di
kemudian hari juga meneruskan jejaknya sebagai muballigh dan ulama, seperti
Habib Ahmad Al-Habsy (Ponpes Ar-Riyadh Palembang), Habib Muhammad Ba’abud
(Ponpes Darul Nasyi’in Malang), Habib Syekh bin Ali Al Jufri (Ponpes Al-Khairat
Jakarta Timur), K.H. Alawy Muhammad (Ponpes At-Taroqy Sampang, Madura). Perlu
disebutkan, Prof. Dr. Quraisy Shihab dan Prof. Dr. Alwi Shihab pun alumnus
pesantren ini.
Habib Abdul Qadir wafat pada
21 Jumadil Akhir 1382 H/19 November
1962 dalam usia 62 tahun. Kala saat-saat terakhirnya, ia berkata
kepada putra tunggalnya, Habib Abdullah, ”… Lihatlah, wahai anakku. Ini
kakekmu, Muhammad SAW, datang. Dan ini ibumu, Sayyidatunal Fatimah, datang….”
Ribuan umat berdatangan untuk meyampaikan penghormatan terakhir kepada sang
permata ilmu yang mumpuni itu. Setelah disemayamkan di Masjid Jami’ Malang,
ia dimakamkan di kompleks makam Kasin, Malang,
Jawa Timur.
— bersama Sayyidah Al Qomariyah, Muhammad Alwie Shahab, Zainul Wahyudi, dan 41 Tuan Guru K.H. Muhammad Gadung bin Alimul Fadhil Syeikh salman al-Farisi bin Al alimul allamah Qadhi H.Mahmud bin Allimul Fadhil H.Muhammad Yassin yang menikah dengan Asiah binti Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari ,beliau adalah salah satu guru dari abah Guru sekumpul Syeikh Muhammad Zaini bin H.Abdul Ghani ...kewalian beliau sangat terkenal,diantara anak beliau adalah Julak Hannor atau Muhammad noor seorang wali Ma'djuzub dari Tapin Rantau,menurut beberapa riwayat diantara kekeramatan beliau,beliau mampu membagi tubuhnya menjadi beberapa,dan banyak lagi keramat keramat beliau yang lainnya — bersama Ahmad Attawwabien Putratunggalmargasari, Surya Mustika, Fatimah Al-anggawi, dan 34 lainnya.
Al-‘Alim al-‘Alamah KH. Badruddin Bin KH. Ahmad Zaini Tunggulirang, Martapura
Al-‘Alim al-‘Alamah KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini putra KH. Abdurrahman dilahirkan di tunggulirang, Martapura pada tanggal 29 Dzulqaidah 1355 H bertepatan pada tanggal 11 Februari 1937 M.
Sejak kecil ia hidup ditengah-tengah keluarga muslim yang taat beragama. Pertama-tama ia belajar mengaji kepada ayah dan kakeknya, selanjutnya ia memasuki pendidikan formal di Madrasah “Iqdamul Ulum” dan juga sekolah non-formal di pondok pesantren Darussalam, Martapura.
Setelah lulus di kedua sekolah itu iapun meneruskan pendidikannya ke tanah suci mekkah, tepatnya di Madrasah Shaulatiyyah, kurang lebih 2 tahun setengah ia belajar di bumi kelahiran Rasulullah itu. Kemudian ia kembali ke Martapura dan memperdalam ilmu kepada ulama-ulama besar di Martapura diantaranya kepada kakaknya sendiri KH. Husein Qadri, KH. Anang Sya’rani Arif, KH. Muhammad Samman Mulia, KH. Salim Ma’ruf dan beberapa ulama serta habaib di pulau jawa.
Nama KH. Badruddin tentu tidak asing lagi bagi orang Kalimantan Selatan. Ia sangat dikenal oleh masyarakat di daerah ini karena di samping dikenal sebagai ulama ia juga dikenal sebagai politikus ternama.
KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini juga tidak berhenti meneruskan perjuangan dan perjalanan hidup yang telahdilakukan oleh kakek, ayah dan saudaranya sebagai pembimbing dan Pembina masyarakat melalui pengajian-pengajian agama, baik di Pondok Pesantren Darussalam, Martapura maupun dikalangan masyarakat umum seperti di mesjid-mesjid, langgar dan pelosok-pelosok kampung.
Di bawah kepemimpinannya inilah Yayasan Pondok Pesantren Darussalam mengalami perkembangan yang sangat pesat lebih-lebih dengan dibukanya SMP, SMK, SMR dan STAI Darussalam Martapura.
Di bidang Da’wah, di samping sebagai guru dan pimpinan Pondok Pesantren Darussalam, ia juga aktif memberikan Khutbah Jum’at di Mesjid agung al-Karamah, Martapura dan sekaligus sebagai nazir mesjid kebanggaan warga masyarakat Martapura ini.
Di bidang pemerintahan KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini ditunjuk sebagai Penghulu Kampung Jawa dan sungai Paring Martapura pada tahun 1955 dan selanjutnya diangkat sebagai karyawan di Departemen Agama, Kabupaten Banjarpada tahun1960. Tahun 1961 diangkat menjadi anggota DPRD dari Golkar Tingkat II Banjar, pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggota MPR RI selama dua periode dan pada tahun 1978 dipercaya sebagai anggota DPA RI juga selama dua periode.
Di bidang organisasi, ia juga pernah menduduki jabatan Wakil Ketua Umum Badan Kerjasama Ulama Militer, ketua MUI Kalimantan Selatan, ketua LPTQ Kalimantan Selatan, Ketua Umum Badan Kerjasama Pondok Pesantren (BKSPP) Kalimantan Selatandi samping sebagai anggota Badan Pertimbangan MUI Pusat dan Rais Suriah PWNU Kalimantan Selatan. Namun kiprahnya dibidang politik tetap saja tak lepas dari upaya memperjuangkan untuk tegak syiar Islam di daerah Kalimantan Selatan.
KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini adalah putra Mufti KH. Ahmad Zaini dan Ibu Hj. Jannah. Sejak remaja dan sampai akhir hayatnya kakak kandung KH. M. Rasyad ini dikenal memiliki pendirian yang teguh, disiplin dan loyalitas yang tinggi baik dalam sikap maupun perbuatannya.
Guru Ibad (panggilan akrabnya) juga dikenal sukses dalam mendidik keluarga. Putranya H. Muhammad, Lc. Semasa hidupnya pernah menjadi ketua STAIN Darussalam, Martapura,putranya yang lainnya adalah H. Hasanuddin kini telah mendirikan sebuah pondok pesantrean di Saudakan, Negeri Sabah, Malaysia dari TK sampai Aliyyah yang keberadaannya telah di akui oleh kerajaan negeri tersebut.
KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini juga pernah dianugerahi Satya Lencana Penegak dari Pemerintah Indonesia atas jasanya membantu penumpasan gerombolan PKI di Kalimantan Selatan.
KH. Badruddin putra KH. Ahmad Zaini juga orang yang pertama kali membawa dan mengembangkan pembacaan Maulid al-Habsyi (Simthud Durrar) di Kalimantan Selatan dan sekitarnya, yang sampai kini terus diamalkan oleh masyarakat.
Akhirnya pada malam Rabu tanggal 27 Jumadil Akhir 1413 H atau bertepatan pada 23 Desember 1992 M, rihnya yang penuh dengan cahaya ilahi berpulang keharibaan Allah SWT dan jasadnya di makamkan di alkah keluarga di Kampung Tunggulirang, Martapura berdampingan dengan kakek, ayah, dan saudaranya.
Semoga dalam perjalanan hidup dan pengabdiannya diterima oleh Allah Subhanahu Wa Taala sebagai amal saleh dan dapat menjadi contoh dan tauladan bagi anak-anak cucunya dalam menegakkan agama Islam dan Faham Ahlussunah wal Jama’ah sepanjang masa, Aamiin.
— bersama Hana Sabila Binti Achmad, SafiraImuet Imuet Fira, Shipenyayang Ayahdanbunda, dan 28 lainnya.lainnyaFacebook
KH.Zakaria bin Tuan Guru KH.Ramli
Tuan Guru KH.Zakaria bin Tuan Guru KH.Ramli yang menikah dengan Hj.Hafifah binti Tuan Guru KH.Muhammad Gadung bin Syeikh Salman Al-Farisi,belau adalah cucu pertama dari Tuan Guru KH.Muhammad (salah satu guru dari Abah Guru Sekumpul) dan beliau inilah yang melayani Abah Guru sewaktu beliau mengaji kepada Tuan Guru KH.Muhammad selama kurang lebih 2 tahunan,setelah Abah Guru Sekumpul wafat beliau bercerita kalau beliau sering ditemui oleh Abah Guru Sekumpul,sampai suatu malam beliau bermimpi lagi bertemu dengan Abah Guru dalam mimpinya itu Abah Guru Sekumpul hidup enak di dalam Istana dan banyak berkumpul para guru guru Darussalam,Datu Syeikh Salman al-farisi,Tuan Guru KH.Muhammad kakek beliau dan Muhammad Nor (Julak Hanor),dalam mimpi tersebut Guru Sekumpul berucap kepada Tuan Guru KH.Zakaria " Pabila lagi nyawa (kamu) Zak,di sini rami banar sudah takumpulan guru guru yawa (kamu) ".di jawab oleh Tuan Guru KH.Zakaria "kalau memang Guru yang membawai (mengajak) ulun hakun (mau) haja." .Guru H.Yahya anak beliau yang diceritakan mimpi tersebut menanyakan kenapa ayahnya mau di ajak oleh Abah Guru Sekumpul lalu di jawab beliau karena yang mengajak adalah paguruan maka beliau mau saja,dan selang 3 hari setelah beliau menceritakan mimpi tersebut kepada anak beliau,beliau betul betul menyusul Abah Guru Sekumpul ...subhanallah...beliau wafat malam kamis bulan Sya'ban 1427 H (2006)...semoga Allah SWT mengumpulkan beliau dengan Rasulullah SAW beserta guru guru beliau dan seluruh muslimin dan muslimat yang mencintainya....Aamiiin Ya Robbal alamin...Alfatihah
. Bung Hatta dan Kisah Sepatu Bally
PADA tahun 1950-an, Bally adalah sebuah merek sepatu yang bermutu tinggi dan tentu tidak murah. Bung Hatta, Wakil Presiden pertama RI, berminat pada sepatu Bally. Ia kemudian menyimpan guntingan iklan yang memuat alamat penjualnya, lalu berusaha menabung agar bisa membeli sepatu idaman tersebut.
Namun, uang tabungan tampaknya tidak pernah mencukupi karena selalu terambil untuk keperluan rumah tangga atau untuk membantu kerabat dan handai taulan yang datang kepadanya untuk meminta pertolongan. Hingga akhir hayatnya, sepatu Bally idaman Bung Hatta tidak pernah terbeli karena tabungannya tak pernah mencukupi.
Yang sangat mengharukan dari cerita ini, guntingan iklan sepatu Bally itu hingga Bung Hatta wafat masih tersimpan dan menjadi saksi keinginan sederhana dari seorang Hatta. Jika ingin memanfaatkan posisinya waktu itu, sebenarnya sangatlah mudah bagi Bung Hatta untuk memperoleh sepatu Bally. Misalnya, dengan meminta tolong para duta besar atau pengusaha yang menjadi kenalan Bung Hatta.
“Namun, di sinilah letak keistimewaan Bung Hatta. Ia tidak mau meminta sesuatu untuk kepentingan sendiri dari orang lain. Bung Hatta memilih jalan sukar dan lama, yang ternyata gagal karena ia lebih mendahulukan orang lain daripada kepentingannya sendiri,” kata Adi Sasono, Ketua Pelaksana Peringatan Satu Abad Bung Hatta. Pendeknya, itulah keteladanan Bung Hatta, apalagi di tengah carut-marut zaman ini, dengan dana bantuan presiden, dana Badan Urusan Logistik, dan lain-lain.
Bung Hatta meninggalkan teladan besar, yaitu sikap mendahulukan orang lain, sikap menahan diri dari meminta hibah, bersahaja, dan membatasi konsumsi pada kemampuan yang ada. Kalau belum mampu, harus berdisiplin dengan tidak berutang atau bergantung pada orang lain. Seandainya bangsa Indonesia dapat meneladani karakter mulia proklamator kemerdekaan ini, seandainya para pemimpin tidak maling, tidak mungkin bangsa dengan sumber alam yang melimpah ini menjadi bangsa terbelakang, melarat, dan nista karena tradisi berutang dan meminta sedekah dari orang asing
— bersama Incu Abah Oi Bonqkar, Achmad Al-banteniy, FatiSAYYID ARIF ABDURRAHIM BASYAIBAN
Cerita napak tilas Sayyid Arif Abdurrahim tidak akan lepas dari sang kakak Sayyid Sulaiman bin Abdurrahman Basyaiban, yang makamnya berada di Mojoagung Jombang Jawa Timur.
Perjuangan keduanya dalam membabat kawasan pesisir Pulau Jawa, menjadi daerah yang kental dengan nilai-nilai religius menorehkan masa keemasan.
Sekitar pertengahan abad ke-16 Masehi adalah gencar-gencarnya orang-orang Arab berimigrasi ke tanah Jawa melalui jalur laut. Dan salah satu dari mereka adalah Sayid Sulaiman Basyaiban.
Basyaiban adalah gelar warga habib keturunan Sayid Abu Bakar Syaiban, seorang ulama terkemuka di Tarim, Hadhramaut yang terkenal alim dan sakti.
Dan ayahanda Sayid Sulaiman dan Sayid Arif yang bernama Sayid Abdurrahman masih tergolong cicit dari Sayid Abu Bakar Ba Syaiban. Ia putra sulung Sayid Umar bin Muhammad bin Abu Bakar Ba Syaiban. Lahir pada abad ke-16 M di Tarim, Yaman bagian selatan sebuah perkampungan sejuk yang terkenal sebagai gudang para wali dan auliya’ Allah.
Ketika dewasa ia merantau ke Nusantara, tepatnya di Pulau Jawa. Sayid Abdurrahman memilih tempat tinggal di Cirebon, Jawa Barat. Beberapa waktu kemudian ia mempersunting putri Maulana Sultan Hasanuddin, Demak, bernama Syarifah Khadijah. Seorang putri bangsawan yang masih keturunan Rasulullah dan masih cucu Raden Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).
Buah dari pernikahan mereka dikaruniai tiga putra, yakni Sayid Sulaiman, Sayid Abdurrahim (Sayid Arif), dan Sayid Abdul Karim. Ketiganya mewarisi keturunan leluhurnya dalam hal berdakwah menyebarkan ajaran Islam di Jawa.
Tempat syiar pertama mereka adalah Krapyak, Pekalongan, Jawa Tengah. Lalu berkelana ke Solo, di sini mereka terkenal kesaktiannya. Hingga suatu ketika seorang Ratu Mataram Solo merasa iri. Di kota inilah mereka berpisah, Sayid Sulaiman memilih pergi ke Surabaya tepatnya di Ampel Denta, sedangkan sang adik memilih untuk menetap.
Sayid Sulaiman kemudian berguru pada santri-santri Raden Rahmat (Sunan Ampel). Tak berselang lama, kabar keberadaan Sayid Sulaiman akhirnya sampai ke telinga Ratu Mataram. Lalu sang ratu mengirim utusan ke Surabaya untuk memanggilnya. Salah satu utusan adalah Sayid Abdurrahim (Sayid Arif), adik kandungnya sendiri.
Sesampainya di Ampel, Sayid Arif sangat terharu bertemu kembali dengan kakak tercinta. Dan akhirnya ia memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram, dan memilih belajar kepada santri-santri Sunan Ampel bersama Sayid Sulaiman.
Setelah nyantri di Ampel, kakak beradik ini pergi ke Pasuruan untuk nyantri kepada Mbah Sholeh Semendi di Desa Segoropuro, seorang ulama besar asal Banten, Jawa Barat, yang menyebarkan Islam di Pasuruan pada abad ke-17.
Lepas dari itu Sayid Sulaiman memilih tinggal di Kanigoro, Pasuruan. Hingga akhirnya mendapat julukan Pangeran Kanigoro dan sempat pula menjadi penasehat Untung Surapati, seorang tokoh terkemuka Pasuruan dan tercatat sebagai pahlawan yang berjasa mengusir penjajah Belanda dari Nusantara.
Melihat kecerdikan dari keduanya, membuat Mbah Soleh tertarik untuk menjadikan menantu keduanya. Namun, Sayid Sulaiman diminta untuk kembali ke Cirebon oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Karena kala itu terjadi pertempuran sengit antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan putranya sendiri Sultan Haji, tepatnya pada 1681-1683. Sedangkan Sayid Arif diminta Mbah Soleh untuk tetap di Pasuruan membantu penyebaran Islam.
Dari sinilah mulai terbentuk beberapa sentra besar penyebaran Islam. Seperti berdirinya Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan, Pondok Pesantren Sidoresmo Surabaya dan Pondok Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan Madura. Kini pesantren-pesantren itu masih ada, di bawah pengelolaan yang masih satu garis keturunan dari Sayid Sulaiman dan Sayid Arif. Untuk terus menjaga kemilau fajar penyebaran Islam yang telah dirintis mereka berdua.
— bersama Amywan Matrik, Hana Sabila Binti Achmad, Abi'langker Sang'Pecinta Zhuriat'Rasul, dan 29 lainnya.
mah Al-anggawi, dan 19 lainnyaBiografi Imam Nawawi
Beliau adalah al-Imam al-Hafizh, Syaikhul Islam, Muhyiddin Abu Zakaria Yahya bin Syaraf bin Mury bin Hasan bin Husain bin Muhammad bin Jum’ah bin Hizam an-Nawawi ad-Dimasyqi asy-Syafi’i Kata ‘an-Nawawi’ dinisbatkan kepada sebuah perkampungan yang bernama ‘Nawa’, salah satu perkampungan di Hauran, Syiria, tempat kelahiran beliau.
Beliau dianggap sebagai Syeikh di dalam madzhab Syafi’i dan ahli fiqih terkenal pada zamannya. Kelahiran dan Lingkungannya Beliau dilahirkan pada Bulan Muharram tahun 631 H di perkampungan ‘Nawa’ dari dua orang tua yang shalih. Ketika berusia 10 tahun, beliau sudah memulai hafal al-Qur’an dan membacakan kitab Fiqih pada sebagian ulama di sana. Proses pembelajaran ini di kalangan Ahli Hadits lebih dikenal dengan sebutan ‘al-Qira`ah’.
Suatu ketika, secara kebetulan seorang ulama bernama Syeikh Yasin bin Yusuf al-Marakisyi melewati perkampungan tersebut dan menyaksikan banyak anak-anak yang memaksa ‘an-Nawawi kecil’ untuk bermain, namun dia tidak mau bahkan lari dari kejaran mereka dan menangis sembari membaca al-Qur’an. Syaikh ini kemudian mengantarkannya kepada ayahnya dan menase-hati sang ayah agar mengarahkan anaknya tersebut untuk menuntut ilmu. Sang ayah setuju dengan nasehat ini. Pada tahun 649 H, an-Nawawi, dengan diantar oleh sang ayah, tiba di Damaskus dalam rangka melanjutkan studinya di Madrasah Dar al-Hadits. Dia tinggal di al-Madrasah ar-Rawahiyyah yang menempel pada dinding masjid al-Umawy dari sebelah timur. Pada tahun 651 H, dia menunaikan ibadah haji bersama ayahnya, lalu pulang kembali ke Damaskus.
Pengalaman Intelektualnya Pada tahun 665 H saat baru berusia 34 tahun, beliau sudah menduduki posisi ‘Syaikh’ di Dar al-Hadits dan mengajar di sana. Tugas ini tetap dijalaninya hingga beliau wafat. Dari sisi pengalaman intelektualnya setelah bermukim di Damaskus terdapat tiga karakteristik yang sangat menonjol:
Pertama, Kegigihan dan Keseriusan-nya di dalam Menuntut Ilmu Sejak Kecil hingga Menginjak Remaja Ilmu adalah segala-galanya bagi an-Nawawi sehingga dia merasakan kenikmatan yang tiada tara di dalamnya. Beliau amat serius ketika membaca dan menghafal. Beliau berhasil menghafal kitab ‘Tanbih al-Ghafilin’ dalam waktu empat bulan setengah. Sedangkan waktu yang tersisa lainnya dapat beliau gunakan untuk menghafal seperempat permasalahan ibadat dalam kitab ‘al-Muhadz-dzab’ karya asy-Syairazi. Dalam tempo yang relatif singkat itu pula, beliau telah berhasil membuat decak kagum sekaligus meraih kecintaan gurunya, Abu Ibrahim Ishaq bin Ahmad al-Maghriby, sehingga menjadikannya sebagai wakilnya di dalam halaqah pengajian yang dia pimpin bilamana berhalangan.
Kedua, Keluasan Ilmu dan Wawasannya Mengenai bagaimana beliau memanfa’atkan waktu, seorang muridnya, ‘Ala`uddin bin al-‘Aththar bercerita, “Pertama beliau dapat membacakan 12 pelajaran setiap harinya kepada para Syaikhnya beserta syarah dan tash-hihnya; ke dua, pelajaran terhadap kitab ‘al-Wasith’, ke tiga terhadap kitab ‘al-Muhadzdzab’, ke empat terhadap kitab ‘al-Jam’u bayna ash-Shahihain’, ke lima terhadap kitab ‘Shahih Muslim’, ke enam terhadap kitab ‘al-Luma’ ‘ karya Ibnu Jinny di dalam ilmu Nahwu, ke tujuh terhadap kitab ‘Ishlah al-Manthiq’ karya Ibnu as-Sukait di dalam ilmu Linguistik (Bahasa), ke delapan di dalam ilmu Sharaf, ke sembilan di dalam ilmu Ushul Fiqih, ke sepuluh terkadang ter-hadap kitab ‘al-Luma’ ‘ karya Abu Ishaq dan terkadang terhadap kitab ‘al-Muntakhab’ karya al-Fakhrur Razy, ke sebelas di dalam ‘Asma’ ar-Rijal’, ke duabelas di dalam Ushuluddin. Beliau selalu menulis syarah yang sulit dari setiap pelajaran tersebut dan menjelaskan kalimatnya serta meluruskan ejaannya”.
Ketiga, Produktif di dalam Menelorkan Karya Tulis Beliau telah interes (berminat) terhadap dunia tulis-menulis dan menekuninya pada tahun 660 H saat baru berusia 30-an. Dalam karya-karya beliau tersebut akan didapati kemudahan di dalam mencernanya, keunggulan di dalam argumentasinya, kejelasan di dalam kerangka berfikirnya serta keobyektifan-nya di dalam memaparkan pendapat-pendapat Fuqaha‘. Buah karyanya tersebut hingga saat ini selalu menjadi bahan perhatian dan diskusi setiap Muslim serta selalu digunakan sebagai rujukan di hampir seluruh belantara Dunia Islam.
Diantara karya-karya tulisnya tersebut adalah ‘Syarh Shahih Muslim’, ‘al-Majmu’ Syarh al-Muhadzdzab’, ‘Riyadl ash-Shalihin’, ‘ al-Adzkar’, ‘Tahdzib al-Asma’ wa al-Lughat’ ‘al-Arba’in an-Nawawiyyah’, ‘Rawdlah ath-Thalibin’ dan ‘al-Minhaj fi al-Fiqh’. Budi Pekerti dan Sifatnya Para pengarang buku-buku ‘biografi’ (Kutub at-Tarajim) sepakat, bahwa Imam an-Nawawi merupakan ujung tombak di dalam sikap hidup ‘zuhud’, teladan di dalam sifat wara’ serta tokoh tanpa tanding di dalam ‘menasehati para penguasa dan beramar ma’ruf nahi munkar’. Zuhud Beliau hidup bersahaja dan mengekang diri sekuat tenaga dari kungkungan hawa nafsu. Beliau mengurangi makan, sederhana di dalam berpakaian dan bahkan tidak sempat untuk menikah. Kenikmatan di dalam menuntut ilmu seakan membuat dirinya lupa dengan semua kenikmatan itu. Beliau seakan sudah mendapatkan gantinya.
Diantara indikatornya adalah ketika beliau pindah dari lingkungannya yang terbiasa dengan pola hidup ‘seadanya’ menuju kota Damaskus yang ‘serba ada’ dan penuh glamour. Perpindahan dari dua dunia yang amat kontras tersebut sama sekali tidak menjadikan dirinya tergoda dengan semua itu, bahkan sebaliknya semakin menghindarinya. Wara’ Bila membaca riwayat hidupnya, maka akan banyak sekali dijumpai sifat seperti ini dari diri beliau. Sebagai contoh, misalnya, beliau mengambil sikap tidak mau memakan buah-buahan Damaskus karena merasa ada syubhat seputar kepemilikan tanah dan kebun-kebunnya di sana.
Contoh lainnya, ketika mengajar di Dar al-Hadits, beliau sebenarnya menerima gaji yang cukup besar, tetapi tidak sepeser pun diambilnya. Beliau justru mengumpulkannya dan menitipkannya pada kepala Madrasah. Setiap mendapatkan jatah tahunannya, beliau membeli sebidang tanah, kemudian mewakafkannya kepada Dar al-Hadits. Atau membeli beberapa buah buku kemudian mewakafkannya ke perpustakaan Madrasah. Beliau tidak pernah mau menerima hadiah atau pemberian, kecuali bila memang sangat memerlukannya sekali dan ini pun dengan syarat. Yaitu, orang yang membawanya haruslah sosok yang sudah beliau percayai diennya.Beliau juga tidak mau menerima sesuatu, kecuali dari kedua orangtuanya atau kerabatnya. Ibunya selalu mengirimkan baju atau pakaian kepadanya. Demikian pula, ayahnya selalu mengirimkan makanan untuknya. Ketika berada di al-Madrasah ar-Rawahiyyah, Damaskus, beliau hanya mau tidur di kamar yang disediakan untuknya saja di sana dan tidak mau diistimewakan atau diberikan fasilitas yang lebih dari itu.
Imam Nawawi Menasehati Penguasa dalam Rangka Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Pada masanya, banyak orang datang mengadu kepadanya dan meminta fatwa. Beliau pun dengan senang hati menyambut mereka dan berupaya seoptimal mungkin mencarikan solusi bagi permasalahan mereka, sebagaimana yang pernah terjadi dalam kasus penyegelan terhadap kebun-kebun di Syam.Kisahnya, suatu ketika seorang sultan dan raja, bernama azh-Zhahir Bybres datang ke Damaskus. Beliau datang dari Mesir setelah memerangi tentara Tatar dan berhasil mengusir mereka. Saat itu, seorang wakil Baitul Mal mengadu kepadanya bahwa kebanyakan kebun-kebun di Syam masih milik negara. Pengaduan ini membuat sang raja langsung memerintahkan agar kebun-kebun tersebut dipagari dan disegel. Hanya orang yang mengklaim kepemilikannya di situ saja yang diperkenankan untuk menuntut haknya asalkan menunjukkan bukti, yaitu berupa sertifikat kepemilikan.Akhirnya, para penduduk banyak yang mengadu kepada Imam an-Nawawi di Dar al-Hadits. Beliau pun menanggapinya dengan langsung menulis surat kepada sang raja. Sang Sultan gusar dengan keberaniannya ini yang dianggap sebagai sebuah kelancangan. Oleh karena itu, dengan serta merta dia memerintahkan bawahannya agar memotong gaji ulama ini dan memberhentikannya dari kedudukannya. Para bawahannya tidak dapat menyembunyikan keheranan mereka dengan menyeletuk,
“Sesungguhnya, ulama ini tidak memiliki gaji dan tidak pula kedudukan, paduka !!”.
Menyadari bahwa hanya dengan surat saja tidak mempan, maka Imam an-Nawawi langsung pergi sendiri menemui sang Sultan dan menasehatinya dengan ucapan yang keras dan pedas. Rupanya, sang Sultan ingin bertindak kasar terhadap diri beliau, namun Allah telah memalingkan hatinya dari hal itu, sehingga selamatlah Syaikh yang ikhlas ini. Akhirnya, sang Sultan membatalkan masalah penyegelan terhadap kebun-kebun tersebut, sehingga orang-orang terlepas dari bencananya dan merasa tentram kembali.
Wafat Imam Nawawi
Wafatnya Pada tahun 676 H, Imam an-Nawawi kembali ke kampung halamannya, Nawawi, setelah mengembalikan buku-buku yang dipinjamnya dari badan urusan Waqaf di Damaskus. Di sana beliau sempat berziarah ke kuburan para Syeikhnya. Beliau tidak lupa mendo’akan mereka atas jasa-jasa mereka sembari menangis. Setelah menziarahi kuburan ayahnya, beliau mengunjungi Baitul Maqdis dan kota al-Khalil, lalu pulang lagi ke ‘Nawa’. Sepulangnya dari sanalah beliau jatuh sakit dan tak berapa lama dari itu, beliau dipanggil menghadap al-Khaliq pada tanggal 24 Rajab pada tahun itu. Di antara ulama yang ikut menyalatkannya adalah al-Qadly, ‘Izzuddin Muhammad bin ash-Sha`igh dan beberapa orang shahabatnya. Semoga Allah SWT merahmati beliau dengan rahmat-Nya yang luas dan menerima seluruh amal shalihnya. Aamiin.
— bersama Qolbie Nienk Choierr, Achmad Al-banteniy, Abu Bakar Adeni, dan 33 lainnya.
Suka • • Bagikan
. Biografi Anas bin Malik RA; Pembantu Rasululah SAW
Ibn Umm Salim (Anas bin Malik) Beliau lahir di Yatsrib (Madinah) 8 tahun sebelum Hijriah. Nama lengkapnya Anas bin Malik bin an-Nadhar bin Dhomdhom al-Anshory al-Khazrojy. Biasa dipanggil Abu Hamzah, digelari ‘Khodim ar-Rasul’(Pembantu Rasul). Anas bin Malik seorang mufti, muqri (pembaca), ahli hadits dan pembantu Rasul. Ibunya, Ummu Salim, masuk Islam sementara ayahnya masih berpegang kepada agama dulu. Pendapat lain mengatakan bahwa ibu Anas bin Malik bernama Ghumaisho. Ada juga yang mengatakan Rumaisho. Meskipun masih kecil, ibunya sudah mengajarkan dua kalimah syahadat. Ayahnya, Malik, meminta kepada istrinya agar meninggalkan agama barunya. Hanya saja istri menolak. Suatu hari ayahnya keluar rumah sambil marah-marah. Di jalan ayahnya ketemu dengan musuhnya. Ayahnya terbunuh, sejak itu beliau Anas bin Malik hidup menjadi yatim.
Anas Bin Malik Pembantu Rumah Tangga Rasulullah SAW
Pada waktu berumur 10 tahun ibunya mendorong agar beliau mengabdi pada Rasulullah. Ibunya berkata,
“Ini anakku pandai menulis.”
Rasulullah pun menerima permohonan ibunya. Rasulullah berdo’a,
“Ya Allah berikan dia (Anas bin Malik) harta dan anak yang banyak. Dan Beri keberkahan yang saya berikan padanya.”(HR.Bukhori Muslim).
Beliau; Anas bin Malik pernah berkata,
“Saya mengabdi kepada Rasulullah selama sepuluh tahun. Beliau tidak pernah berkata ‘uff’ , tidak pernah mencela apa yang dibuat dan tidak pernah marah.”
Beliau bercerita,
“Suatu hari Rasulullah menyuruhku untuk suatu keperluan. Saya pun keluar rumah. Dan jalan berjumpa dengan anak-anak sedang bermain. Saya pun ikut bermain bersama mereka. Saya malah tidak memenuhi perintahnya. Selesai bermain dengan mereka, tiba-tiba saya merasa ada orang berdiri dibelakang saya. Setelah saya menoleh, ternyata Rasulullah sambil memagang bajuku. Sambil tersenyum Rasulullah berkata,
“Wahai Anas, Apakah kamu sudah kerjakan perintahku?”
Saya merasa bersalah. Saya pun menjawab,
“Baiklah, saya pergi sekarang.”
Mengenai pribadi Anas bin Malik Abu Hurairah berkata, “
Saya belum pernah melihat orang yang menyerupai sholatnya Rasulullah kecuali Ibn Umm Salim (maksudnya Anas bin Malik).”
Allah SWT berikan karunia kepada Anas bin Malik berupa panjang umur. Mengenai panjang umurnya itu beliau berkata,
“Tidak ada orang yang tersisa (dari sahabat) yang dapat sholat di masjid Qiblatain (dua qiblat) kecuali saya.”
Begitu juga beliau; Anas bin Malik dikarunia keturunan banyak sebagaimana Rasulullah do’akan padanya. Semua anaknya hampir mencapai seratus. Kalau mengkhatamkan al-Qur’an, Anas bin Malik mengumpulkan istri dan anaknya kemudian beliau berdo’a. setelah wafatnya Rasulullah, beliau pergi Damaskus. Dari Damaskus beliau pindah ke Basrah. Dari al-Mutsna bin Sa’id diceritakan, ia mendengar bahwa Anas bin Malik selalu berkata,
“Hampir setiap malam aku mimpi Rasulullah. Setelah itu beliau menangis.”
Selama bersahabat dengan Rasulullah beliau telah meriwayatkan kurang lebih 2287 hadits. Diantara riwayat haditsnya, dari Rasulullah beliau bersabda;
“Tidak beriman seseorang dari kalian hingga cinta kepada saudaranya sebagaimana mencintai dirinya.”(HR.Bukhori).
“Rasulullah adalah orang yang paling baik akhlaknya, penyabar dan pemaaf”
begitu kata beliau mengenai pribadi Rasulullah. Dari sekian sahabat Rasulullah, Anas bin Malik lah yang paling terakhir wafat. Kurang lebih sepuluh tahun beliau bergaul, bersahabat dan bersenda gurau dengan Rasulullah. Meskipun tidak lama, sejak kecil beliau sudah merindukan kedatangan Rasulullah. Sehingga hari-harinya banyak digunakan untuk bertanya tentang ajaran Islam. tidak heran beliau termasuk sahabat yang banyak meriwayatkan hadits. Setelah menjalani hidupnya hampir satu abad, beliau wafat pada tahun 91 Hijriah, berumur 99 tahun. Pada waktu Anas bin Malik sakit, beliau berpesan kepada keluarganya,
“Ajarkan/talkin aku kalimat “La ilahaillallah. Muhammadurrasullah.”
Beliau pun mengucap kalimat itu hingga ajal menjemputnya. Pada waktu dimandikan, Muhammad bin Sirrin, seorang tabi’in, yang memandikan Anas bin Malik.
— bersama Abah Bersholawat Bikamaliha II, Rachmawatie, Shipenyayang Ayahdanbunda, dan 29 lainnya. Kisah Teladan Imam Al-Haitami
Disebuah desa terpencil di Jazirah Arab, hidup seorang anak remaja bernama Al-Haitami. Suatu hari ia disuruh guru sekaligus bapaknya untuk meneruskan belajar dengan merantau mencari ilmu. Maka pagi-pagi benar setelah sholat subuh berangkatlah remaja itu. Setelah sehari penuh berjalan melewati gurun pasir, masuk kampung keluar kampung, dan naik turun bukit, sampailah ia disebuah pesantren yang diasuh oleh seorang guru tersohor bernama An-Nawawi .
Berikutnya Al-Haitami mulai mengikuti pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Sering sekali ia dimarahi oleh gurunya karena sangat bebalnya otak alias saking bodohnya. Beberapa bulan kemudian mulai timbul rasa bosan dalam benaknya, karena rasa-rasanya tidak ada satupun ilmu yang diajarkan gurunya yang mampir dalam ingatannya. Ditambah lagi seringnya ia dihukum oleh gurunya berdiri di depan kelas karena kebodohannya dan daya ingatnya yang jelek, membuat dirinya jadi bahan olokan teman-temannya. Rasa jengkel dan malu jadi makanan pokok tiap hari. Tetapi Al-Haitami masih berusaha bertahan dengan sabar untuk tetap belajar dipesantren itu.
Setelah beberapa tahun berlalu, dan keadaan masih tetap sama tanpa ada peningkatan sedikitpun, maka remaja kecil bernama Al-Haitami itu memutuskan untuk pulang saja kerumah, dari pada jauh-jauh belajar tak dapat ilmu, lebih baik pulang membantu orang tuanya bertani. Maka pada suatu sore ia menuju ke rumah gurunya untuk mohon pamit.
‘As-salamu ‘alaikum …” ucap Al-Haitami setelah mengetuk pintu.
“Wa ‘alaikum salam wa Rohmatullah …” jawab gurunya dari dalam rumah, lalu membuka pintu.
“Eh, kamu Al-Haitami, ayo masuk …..” ajak gurunya kemudian sambil memandang muridnya yang dari tadi menunduk.
“Ya, Guru ….” jawab Al-Haitami setelah menyalami gurunya dan mencium tangannya.
Sambil tetap menunduk, Al-Haitami duduk bersila didepan gurunya.
“Ada apa muridku ?” tanya An-Nawawi memecah keheningan.
“Begini guru …., tapi sebelumnya saya mohon maaf kepada Guru ….” ucap Al-Haitami sambil terus menunduk.
“Ya, ada apa ?” tanya An-Nawawi penuh kelembutan dan kesabaran.
“Guru …, aku rasa selama saya belajar disini tak ada satu ilmupun bisa aku dapatkan …” kata Al-Haitami membuka permasalahannya.
“Lalu …?” tanya gurunya sambil menatap muridnya yang semakin dalam menunduk dengan tatapan yang lembut.
“Saya mau pulang …, dan membantu orang tua saya dirumah, Guru ….” jawab Al-Haitami dengan suara yang makin pelan.
“O …, begitu “ kata An-Nawawi dengan sabarnya sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Kapan berangkatnya ?”
“Kalau Guru mengijinkan, besok pagi sehabis sholat subuh, Guru …” jawab Al-Haitami mulai agak berseri karena permohonannya sepertinya akan dikabulkan.
“Yah, aku ijinkan. Hati-hati dijalan, semoga selamat sampai rumah …” kata gurunya.
Maka pada pagi harinya setelah sholat subuh dan setelah berpamitan kepada gurunya dan sahabat-sahabatnya, Al-Haitami berangkat pulang. Sambil berjalan ia selalu ingat akan nasehat gurunya :“Hikmah itu ada dimana-mana, muridku …”, dan mungkin itu adalah satu-satunya pelajaran gurunya yang berhasil menempel erat dalam ingatannya.
Al-Haitami Mendapatkan Hikmah
Setelah beberapa jam berjalan dibawah sinar matahari yang terik membakar, Al-Haitami lalu beristirahat dibawah sebuah pohon yang cukup besar dan sangat rindang dipinggir sebuah sungai yang sangat jernih airnya. Beberapa saat setelah keringatnya kering, ia lalu membersihkan badannya disungai itu, lalu membuka makanan perbekalannya pemberian sahabat-sahabatnya dipesantren.
Ditengah-tengah menikmati makanannya, Al-Haitami dikejutkan oleh suara benda yang jatuh kesungai berulang-ulang. Setelah matanya berkeliling mencari sumber suara tadi, matanya tertumbuk pada seekor katak yang sedang melompat-lompat ingin naik ketepi sungai. Setiap kali lompatannya tidak berhasil sampai diatas katak itu jatuh, ia melompat lagi. Jatuh lagi, melompat lagi, jatuh lagi, melompat lagi. Begitu seterusnya sampai akhirnya ia berhasil melompat keatas. “Hebat sekali usaha katak itu” guman Al-Haitami dalam hati.
Setelah rasa letihnya berkurang, Al-Haitami melanjutkan perjalanan. Beberapa jam kemudian, Matahari sudah berada tepat diatasnya. Sinarnya lama kelamaan semakin redup karena tetutup mendung tanda sebentar lagi akan turun hujan.
“Wah, aku harus mencari tempat untuk berteduh, dari pada nanti kehujanan” gumannya dalam hati.
Dari kejauhan Al-Haitami melihat sebuah gua, maka bergegas ia berlari. Beberapa saat kemudian ia sudah berada dimulut sebuah gua yang cukup besar dan panjang. Sementara diluar hujan sudah mulai turun. Didalam gua itu ada sungai kecil yang airnya sangat jernih. Setelah membersihkan dirinya, lalu ia sholat. Pada saat Al-Haitami khusyuk berdzikir setelah sholat, telinganya menangkap sebuah suara tetesan-tetesan air yang mengenai batu dengan teratur, suaranya sangat jelas dan menggema. Setelah ia teliti ternyata tetesan air itu mengenai batu hitam legam didekat ia duduk.
Lama sekali Al-Haitami memperhatikan tetesan air yang mengenai batu itu. Lalu ia perhatikan batu itu, ternyata batu itu adalah batu yang terkenal sangat keras. Beberapa saat kemudian, Al-Haitami baru sadar ternyata batu itu terkikis menjadi cekungan akibat tetesan-tetesan air yang jatuh dari atap gua.
“Batu saja yang sangat keras dapat terkikis dan berlubang hanya oleh tetesan air yang sangat kecil yang mengenainya terus menerus …, apalagi otak manusia yang sangat lunak” renungnya lama sekali. “Aku yakin, apabila aku belajar terus menerus dengan penuh keuletan dan kesungguhan pasti aku akan berhasil” kata Al-Haitami dalam hati.
Lalu ia ingat akan seekor katak tadi. Ingatnnya menerawang tentang usaha katak yang tak kenal menyerah guna mencapai tujuan.
“Katak saja yang tidak dikarunia akal bisa mencapai tujuan dengan usaha kerasnya, apalagi manusia yang diberi kelebihan akal dan hati. Pasti dengan usaha kerasku yang tak kenal menyerah aku dapat menguasai semua ilmu yang diajarkan oleh guruku” renungnya sendirian.
Al-Haitami juga ingat nasehat gurunya, yang ternyata ia telah mendapatkan hikmah-hikmah yang sangat berharga dari makhluk Tuhan yang jauh lebih rendah dibanding dirinya, yaitu dari seekor katak dan batu.
Saking asyiknya Al-Haitami larut dalam pikiran dan ingatannya, tak terasa dari tadi matahari telah kembali bersinar terang karena hujan sudah reda. “Yah …, aku harus kembali kepesantren lagi” tekadnya dalam hati penuh semangat. Maka dengan langkah yang sangat tegap dan mantap ia berjalan dengan cepat dan lincah kembali kepesantrennya.
Kemudian dengan penuh kesungguhan dan keuletan, akhirnya Al-Haitami menjadi murid yang paling pandai dan cerdas diantara murid-murid An-Nawawi lainnya. Dan karena ia mendapatkan hikmah atau pelajaran dari batu, maka ia diberi julukan “ibnu hajar” yang berarti putra batu. Maka setelah ia tamat dari pesantrennya namanya terkenal dengan Ibnu Hajar Al-Haitami.
— bersama Pilot Leha Utuh Hendra, Anna Annisa, Al Faruq Abdillah, dan 34 lainnya.
KISAH UWAIS AL-QARNI (PEMUDA YANG BERBAKTI KEPADA IBUNYA)
Pada zaman Nabi Muhammad saw, ada seorang pemuda bernama Uwais Al-Qarni. Ia tinggal dinegeri Yaman. Uwais adalah seorang yang terkenal fakir, hidupnya sangat miskin. Uwais Al-Qarniadalah seorang anak yatim. Bapaknya sudah lama meninggal dunia. Ia hidup bersama ibunya yang telah tua lagi lumpuh. Bahkan, mata ibunya telah buta. Kecuali ibunya, Uwais tidak lagi mempunyai sanak family sama sekali.
Dalam kehidupannya sehari-hari, Uwais Al-Qarni bekerja mencari nafkah dengan menggembalakan domba-domba orang pada waktu siang hari. Upah yang diterimanya cukup buat nafkahnya dengan ibunya. Bila ada kelebihan, terkadang ia pergunakan untuk membantu tetangganya yang hidup miskin dan serba kekurangan seperti dia dan ibunya. Demikianlah pekerjaan Uwais Al-Qarni setiap hari.
Uwais Al-Qarni terkenal sebagai seorang anak yang taat kepada ibunya dan juga taat beribadah. Uwais Al-Qarni seringkali melakukan puasa. Bila malam tiba, dia selalu berdoa, memohon petunjuk kepada Allah. Alangkah sedihnya hati Uwais Al-Qarni setiap melihat tetangganya yang baru datang dari Madinah. Mereka telah bertemu dengan Nabi Muhammad, sedang ia sendiri belum pernah berjumpa dengan Rasulullah. Berita tentang Perang Uhud yang menyebabkan Nabi Muhammad mendapat cedera dan giginya patah karena dilempari batu oleh musuh-musuhnya, telah juga didengar oleh Uwais Al-Qarni. Segera Uwais Al-Qarni mengetok giginya dengan batu hingga patah. Hal ini dilakukannya sebagai ungkapan rasa cintanya kepada Nabi Muhammmad saw, sekalipun ia belum pernah bertemu dengan beliau.Hari demi hari berlalu, dan kerinduan Uwais Al-Qarni untuk menemui Nabi saw semakin dalam. Hatinya selalu bertanya-tanya, kapankah ia dapat bertemu Nabi Muhammad saw dan memandang wajah beliau dari dekat? Ia rindu mendengar suara Nabi saw, kerinduan karena iman.
Tapi bukankah ia mempunyai seorang ibu yang telah tua renta dan buta, lagi pula lumpuh? Bagaimana mungkin ia tega meninggalkannya dalam keadaan yang demikian? Hatinya selalu gelisah. Siang dan malam pikirannya diliputi perasaan rindu memandang wajah nabi Muhammad saw.
Akhirnya, kerinduan kepada Nabi saw yang selama ini dipendamnya tak dapat ditahannya lagi. Pada suatu hari ia datang mendekati ibunya, mengeluarkan isi hatinyadan mohon ijin kepada ibunya agar ia diperkenankan pergi menemui Rasulullah di Madinah. Ibu Uwais Al-Qarni walaupun telah uzur, merasa terharu dengan ketika mendengar permohonan anaknya. Ia memaklumi perasaan Uwais Al-Qarni seraya berkata, “pergilah wahai Uwais, anakku! Temuilah Nabi di rumahnya. Dan bila telah berjumpa dengan Nab, segeralah engkau kembali pulang.”
Betapa gembiranya hari Uwais Al-Qarni mendengar ucapan ibunya itu. Segera ia berkemas untuk berangkat. Namun, ia tak lupa mnyiapkan keperluan ibunya yang akan ditinggalkannya, serta berpesan kepada tetangganya agar dapat menemani ibunya selama ia pergi. Sesudah berpamitan sembari mencium ibunya, berangkatlah Uwais Al-Qarni menuju Madinah.
UWAIS AL-QARNI Pergi ke Madinah
Setelah menempuh perjalanan jauh, akhirnya Uwais Al-Qarni sampai juga dikota madinah. Segera ia mencari rumah nabi Muhammad saw. Setelah ia menemukan rumah Nabi, diketuknya pintu rumah itu sampbil mengucapkan salam, keluarlah seseorang seraya membalas salamnya. Segera saja Uwais Al-Qarni menanyakan Nabi saw yang ingin dijumpainya. Namun ternyata Nabi tidak berada berada dirumahnya, beliau sedang berada di medan pertempuran. Uwais Al-Qarni hanya dapat bertemu dengan Siti Aisyah ra, istri Nabi saw. Betapa kecewanya hati Uwais. Dari jauh ia datang untuk berjumpa langsung dengan Nabi saw, tetapi Nabi saw tidak dapat dijumpainya.
Dalam hati Uwais Al-Qarni bergolak perasaan ingin menunggu kedatangan Nabi saw dari medan perang. Tapi kapankah Nabi pulang? Sedangkan masih terngiang di telinganya pesan ibunya yang sudah tua dan sakit-sakitan itu, agar ia cepat pulang ke Yaman, “engkau harus lekas pulang”.
Akhirnya, karena ketaatannya kepada ibunya, pesan ibunya mengalahkan suara hati dan kemauannya untuk menunggu dan berjumpa dengan Nabi saw. Karena hal itu tidak mungkin, Uwais Al-Qarni dengan terpaksa pamit kepada Siti Aisyah ra untuk segera pulang kembali ke Yaman, dia hanya menitipkan salamnya untuk Nabi saw. Setelah itu, Uwais Al-Qarni pun segera berangkat mengayunkan langkahnya dengan perasaan amat haru.
Peperangan telah usai dan Nabi saw pulang menuju Madinah. Sesampainya di rumah, Nabi saw menanyakan kepada Siti Aisyah ra tentang orang yang mencarinya. Nabi mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni anak yang taat kepada ibunya, adalah penghuni langit. Mendengar perkataan Nabi saw, Siti Aisyah ra dan para sahabat tertegun. Menurut keterangan Siti Aisyah ra, memang benar ada yang mencari Nabi saw dan segera pulang kembali ke Yaman, karena ibunya sudah tua dan sakit-sakitan sehingga ia tidak dapat meninggalkan ibunya terlalu lama. Nabi Muhammad saw melanjutkan keterangannya tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit itu, kepada para sahabatnya., “Kalau kalian ingin berjumpa dengan dia, perhatikanlah ia mempunyai tanda putih ditengah talapak tangannya.”
Sesudah itu Nabi saw memandang kepada Ali ra dan Umar ra seraya berkata, “suatu ketika apabila kalian bertemu dengan dia, mintalah doa dan istighfarnya, dia adalah penghuni langit, bukan orang bumi.”
Waktu terus berganti, dan Nabi saw kemudian wafat. Kekhalifahan Abu Bakar pun telah digantikan pula oleh Umar bin Khatab. Suatu ketika, khalifah Umar teringat akan sabda Nabi saw tentang Uwais Al-Qarni, penghuni langit. Beliau segera mengingatkan kembali sabda Nabi saw itu kepada sahabat Ali bin Abi Thalib ra. Sejak saat itu setiap ada kafilah yang datang dari Yaman, Khalifah Umar ra dan Ali ra selalu menanyakan tentang uwais Al Qarni, si fakir yang tak punya apa-apa itu, yang kerjanya hanya menggembalakan domba dan unta setiap hari? Mengapa khalifah Umar ra dan sahabat Nabi, Ali ra, selalu menanyakan dia ?
Rombongan kalifah dari Yaman menuju Syam silih berganti, membawa barang dagangan mereka. Suatu ketika, Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kalifah itu pun tiba di kota Madinah. Melihat ada rombongan kalifah yang baru datang dari Yaman, segera khalifah Umar ra dan Ali ra mendatangi mereka dan menanyakan apakah Uwais Al-Qarni turut bersama mereka. Rombongan kafilah itu mengatakan bahwa Uwais Al-Qarni ada bersama mereka, dia sedang menjaga unta-unta mereka di perbatasan kota. Mendengar jawaban itu, khalifah Umar ra dan Ali ra segera pergi menjumpai Uwais Al-Qarni.
Sesampainya di kemah tempat Uwais berada, khalifah Umar ra dan Ali ra memberi salam. Tapi rupanya Uwais sedang shalat. Setelah mengakhiri shalatnya dengan salam, Uwais menjawab salam khalifah Umar ra dan Ali ra sambil mendekati kedua sahabat Nabi saw ini dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Sewaktu berjabatan, Khalifah Umar ra dengan segera membalikkan tangan Uwais, untuk membuktikan kebenaran tanda putih yang berada di telapak tangan Uwais, seperti yang pernah dikatakan oleh Nabi saw. Memang benar! Tampaklah tanda putih di telapak tangan Uwais Al-Qarni.
Wajah Uwais Al-Qarni tampak bercahaya. Benarlah seperti sabda Nabi saw bahwa dia itu adalah penghuni langit. Khalifah Umar ra dan Ali ra menanyakan namanya, dan dijawab, “Abdullah.” Mendengar jawaban Uwais, mereka tertawa dan mengatakan, “Kami juga Abdulla, yakni hamba Allah. Tapi siapakah namamu yang sebenarnya?” Uwais kemudian berkata, “Nama saya Wajah Uwais Al-Qarni”.
Dalam pembicaraan mereka, diketahuilah bahwa ibu Uwais Al-Qarni telah meninggal dunia. Itulah sebabnya, ia baru dapat turut bersama rombongan kafilah dagang saat itu. Akhirnya, Khalifah Umar dan Ali ra memohon agar Uwais membacakan doa dan istighfar untuk mereka. Uwais enggan dan dia berkata kepada Khalifah, “saya lah yang harus meminta doa pada kalian.”
Mendengar perkataan Uwais, khalifah berkata, “Kami datang kesini untuk mohon doa dan istighfar dari anda.” Karena desakan kedua sahabat ini, Uwais Al-Qarni akhirnya mengangkat tangan, berdoa dan membacakan istighfar. Setelah itu Khalifah Umar ra berjanji untuk menyumbangkan uang negara dari Baitul Mal kepada Uwais untuk jaminan hidupnya. Segera saja Uwais menampik dengan berkata, “Hamba mohon supaya hari ini saja hamba diketahui orang. Untuk hari-hari selanjutnya, biarlah hamba yang fakir ini tidak diketahui orang lagi.”
Kejadian Ketika UWAIS AL-QARNI Wafat
Beberapa tahun kemudian, Uwais Al-Qarni berpulang ke rahmatullah. Anehnya, pada saat dia akan dimandikan, tiba-tiba sudah banyak orang yang berebutan untuk memandikannya. Dan ketika dibawa ke tempat pembaringan untuk dikafani, di sana pun sudah ada orang-orang yang menunggu untuk mengkafaninya. Demikian pula ketika orang pergi hendak menggali kuburannya, disana ternyata sudah ada orang-orang yang menggali kuburnya hingga selesai. Ketika usungan dibawa menuju ke pekuburan, luar biasa banyaknya orang yang berebutan untuk mengusungnya.
Meninggalnya Uwais Al-Qarni telah menggemparkan masyarakat kota Yaman. Banyak terjadi hal-hal yang amat mengherankan. Sedemikian banyaknya orang yang tak kenal berdatangan untuk mengurus jenazah dan pemakamannya, padahal Uwais Al-Qarni adalah seorang fakir yang tidak dihiraukan orang. Sejak ia dimandikan sampai ketika jenazahnya hendak diturunkan ke dalam kubur, disitu selalu ada orang-orang yang telah siap melaksanakannya terlebih dahulu.
Penduduk kota Yaman tercengang. Mereka saling bertanya-tanya, “siapakah sebenarnya engkau wahai Uwais Al-Qarni ? bukankah Uwais yang kita kenal, hanyalah seorang fakir, yang tak memiliki apa-apa, yang kerjanya sehari-hari hanyalah sebagai penggembala domba dan unta? Tapi, ketika hari wafatmu, engkau menggemparkan penduduk Yaman dengan hadirnya manusia-manusia asing yang tidak pernah kami kenal. Mereka datang dalam jumlah sedemikian banyaknya. Agaknya mereka adalah para malaikat yang diturunkan ke bumi, hanya untuk mengurus jenazah dan pemakamanmu.”
Berita meninggalnya Uwais Al-Qarni dan keanehan-keanehan yang terjadi ketika wafatnya telah tersebar ke mana-mana. Baru saat itulah penduduk Yaman mengetahuinya, siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni. Selama ini tidak ada orang yang mengetahui siapa sebenarnya Uwais Al-Qarni disebabkan permintaan Uwais Al-Qarni sendiri kepada Khalifah Umar ra dan Ali ra, agar merahasiakan tentang dia. Barulah di hari wafatnya mereka mendengar sebagaimana yang telah disabdakan oleh Nabi saw, bahwa Uwais Al-Qarni adalah penghuni langit.
— bersama Yuli Irsya Al-rasyidei, Sus Anto, Anna AAl Marhum Al Maghfurlah Habib Husein bin Ali bin Husein Al Aththos (Gg. Buluh Condet – Jakarta Timur )
Beliau yang adalah anak sekaligus khalifah Al Habib Ali bin Husein Alatas (Habib Ali bungur) wafat dlm usia 71 tahun, jenazah disholati pada pukul 12.00 di masjid Al Hawi condet jakarta timur yg di imami oleh Al faqih Al Habib Zain bin ibrahim bin Smith dan di makamkan di pemakaman Habib Salim bin Thoha Al Haddad pasar minggu jakarta selatan. Habib Husein adalah anak bungsu dari sepuluh bersaudara, tiga laki-laki dan tujuh perempuan, anak Habib Ali bin Husein Alatas, atau yang dikenal sebagai Habib Ali bungur.
Beliau dikenal dg sebutan Habib Jenderal karena dikenal keras, tegas, dan disiplin. Kata-katanya bak perintah seorang jenderal dlm perang, sehingga dipatuhi lingkungan.
Ketika ayahandanya, Habib Ali bungur wafat, beliau sudah berkeluarga dan beranak dua. Beliau menikah pada tahun 1972.
Sejak kecil beliau tinggal di Bungus jakarta pusat baru kemudian pindah ke gg.buluh, condet, pada akhir desember 1980, dan baru masuk pada januari 1981.
Dikediamannya di gg.buluh setiap malam senin beliau memimpin majelis ta’lim Al Khairat, selain itu beliau juga rajin memenuhi undangan para habib dan muhibbin yg mengadakan berbagai acara keagamaan di indonesia maupun mancanegara.
Habib Husein dikaruniai empat anak perempuan, tapi satu sudah meninggal, serta sepuluh cucu.
Kini khalifah penerus perjuangan beliau adalah menantunya yaitu Al Habib Mahdi bin Abdurahman bin Syekh alatas.
Wafat
Jum’at, 27 Mei 2011 kurang lebih pada pukul 16.00 telah berpulang kerahmatullah Al Allamah Al Habib Husein bin Ali alatas gg.buluh condet jakarta selatan
— bersama Maz Udinaja, Roy Rizz Q, ZizaTuan Guru Kasyful Anwar Al Banjari
Sejarah Singkat
Tuan Guru Muhammad Kasyful Anwar Al Banjari dilahirkan di Kampung Melayu pada malam selasa tanggal 4 Rajab 1304 H jam 22.00 malam,dari pasangan H.Ismail bin H. Muhammad Arsyad bin Muhammad Sholeh bin Badruddin bin Kamaluddin dan Hj.Siti binti H.Abdurrahim bin Abu Su’ud bin Badruddin bin Kamaluddin pasangan yang serasi lagi bertaqwa,sejak kecil beliau sudah medapatkan pendidikan di lingkungan keluarga, seperti belajar Al-Qur’an karena pendidikan seperti ini lazim dikalangan masyarakat Banjar pada masa itu, diantara guru gurunya yang juga keluarganya adalah :
~KH.Ismail bin H.Ibrahim bin Muhammad Sholeh bin Khalifah Zainuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
~Syekh Abdullah Khotib bin H.Muhammad Sholeh bin Khalifah Hasanuddin bin Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari
Setelah melihat kecerdasannya, kakeknya yaitu H. Muhammad Arsyad dan neneknya Hj. Siti Aisyah mengirimnya ke kota suci sumber ilmu Makkatul Mukarramah untuk meneruskan pelajarannya. Pada tahun 1313 H berangkatlah Beliau beserta seluruh keluarganya ke Tanah Suci Mekkah, sesampainya dinegeri Mekkah ia sangat rajin menuntut ilmu baik kepada ayahnya sendiri maupun kepada ulama lainnya, Beliau belajar bahasa arab kepada H. Amin bin Qadhi Haji Mahmud bin Aisyah binti Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari beliau lama menetap di Mekkah, sewaktu dua tahun berada di Mekkah ayah beliau wafat dan dimakamkan di Mekkah dan dimakamkan di Ma’la, saat itu umurnya baru 11 tahun, pada umur 13 tahun ibunya menyusul ayahnya wafat di Mekkah dan dimakamkan di Ma’la sepekuburan dengan bapaknya,setelah itu beliau hanya tinggal bersama kakek dan neneknya yang selalu merawatnya.
Diantara guru guru beliau adalah:
1.Syeikh Umar Hamdan al-Mahrus yang bergelar Muhaddist al-Haramain
2.Syeikh Muhammad Yahya al-Yamani
3.syeikh said bin Muhammad al-Yamani
4.Syeikh Sayyid Ahmad bin Syeikh Sayyid Abu Bakar bin Syeikh Sayyid al-Arif Billah sayyid Muhammad Syata
5.Syeikh Sayyid Ahmad bin Hasan al-Aththas penulis kitab Tadzikirunnas
6.Syeikh Muhammad Ali bin Husein al-Maliki bergelar Sibawaihi karena kealimannya
7.Syeikh Umar Ba Junaid Mufti Syafiiyyah
8.Syeikh Muhammad Sholeh bin Muhammad Ba Fadhal
9.Syeikh Muhammad Ahyad al-Bughuri
10.Syeikh Sayyid muhammad Amin al-Kutbi
Setelah 17 tahun belajar di Mekkah akhirnya pada bulan Rabiul Awwal Tahun 1330 H ia kembali ke Tanah Air, setelah tiba di Tanah air beliau dikawinkan oleh kakek neneknya dengan seorang perempuan sholehah bernama Halimah binti Ja’far pada bulan Syawwal 1330 H pada usia 26 tahun. Beliau dikaruniai anak 6 rang 4 putra 2 putri, setelah menerapkan ilmu selama 20 tahun di kampung halaman pada tahun 1350/1930 M beliau berangkat lagi keTanah Suci bersama istri dan 2 orang anaknya beserta dua orang keponakannya yaitu Anang Syarani dan Muhammad Syarwani Abdan (Bangil) yang nantinya sangat terkenal di Tanah Suci sebagai Dua Mutiara dari Banjar, keberangkatannya kali ini selain untuk memperdalam ilmu agama juga untuk membimbing anak dan kedua keponakannya. Beliau bermukim selama 3 tahun,pada 17 Syafar 1353 H beliau kembali ke Martapura sedang dua keponakanna tetap tinggal di Tanah Suci meneruskan pendidikannya.
Dirumahnya beliau membuka pengajian atas permintaan masyarakat,kemudian pada tahun 1922 M ia tampil memimpin Madrasah Darussalam pada periode ke 3, kepribadian beliau sangat sederhana, tanpa henti beliau mendidik murid muridnya,begitulah kehidupan pribadi seorang ‘alimul jalil ulama yang memegang teguh disiplin ilmu dan kemasyarakatan,ilmu dan amal baginya jalan untuk meningkatkan ketaqwaan, harta tidak boleh memperbudaknya tetapi hartalah yang harus menjadi budaknya untuk menunjang segala amal kita dijalan Allah dan beliau tetap tersenyum walaupun hidup dalam kesederhanaan,bahkan dikatakan masih kekurangan untuk mencukupi keperluannya sehari hari, namun beliau selalu bersikap qanaah (merasa cukup dengan nikmat yang telah diberikan Allah Swt) serta bersikap ikhlas fi sabilillah dalam setiap keaadaan.
Akhirnya pada malam senin pukul 9.45 menit tanggal 18 syawwal 1359 H rohnya yang mulia kembali kepada Rabb nya yang Maha Tinggi dengan tenang dan damai pada usia 55 tahun dan dimakamkan di Kampung Melayu Martapura, Semoga Allah SWT membalas segala amal ibadah beliau dan dikumpulkan dengan Rasulullah Saw dan orang orang sholeh sebelum beliau. amiin.
Kiranya cukup sampai disini riwayat dari guru kita yang mulia Tuan Guru Muhammad Kasyful Anwar Al-Banjari kalau ada kekurangan alfaqir mohon ampun minta redha sebesar besarnya buat saudara saudaraku semua. Semoga kita barataan dimudahkan dalam beribadah kepadaNya dan bisa mengikuti jejak beliau, berkumpul dengan Rasulullah Saw dan Para Nabi, para Wali Allah dan orang orang sholeh guru guru kita di akhirat nanti. Amiiin Ya Robbal Alamin.
— bersama Ezty Eza, Achmad Al-banteniy, SuManaqib Ash-Shanhajy, Sang Empu Kitab Ajurrumiyah Fin Nahwi.
Kitab Ajurrumiyah, semua santri pasti mengenalnya dan bahkan telah memepelajarinya. siapakah pengarang kitab yang walaupun kecil tapi sangat ppopuler ini. Beliau adalah Syeikh Abu abdillah Muhammad bin Muhammad bin dawud Ash Shanhaji. Nama lengkap beliau adalah Muhammad bin Muhammad bin Daud Ash Shanhanjy. Beliau lebih masyhur disebut dengan Ibnu Ajurrum, menurut pendapat lain dibaca dengan Ajarrum.
merupakan seorang ulama terkemuka yang terkenal dengan kitabnya matan Al Ajrumiyah, Ash Shanhaji merupakan nisbah kepada Kabilah Shanhajah di daerah Maghriby. Al Ajurrum merupakan bahasa Barbar yang berarti orang yang meninggalkan kemewahan dan memilih laku sufi (Al Faqir Ash Shufy). Namun Syeikh Muhammad bin Ahmad Al Ahdal, pengarang kitab Al Kawakib Ad duriyah mengatakan bahwa beliau tidak menemukan orang Barbar yang mengetahui arti kata Al Ajurrum, namun beliau menemukan satu kabilah dari suku Barbar yang benama Al Ajurrum. Beliau lahir di kota Fas, Maghriby pada tahun 672H/1273M, pada tahun kelahiran beliau, seorang pakar dalam ilmu nahu, ibnu Malik pengarang kitab Al Fiyah, wafat.
Ayah beliau, Muhammad bin Daud adalah seorang ulama di kampung beliau yang memenuhi kehidupan keluarganya dengan berniaga dan menjilid buku-buku. Mulanya Al Ajurrum belajar Ilmu Nahu di Fas, kemudian ia berangkat ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji. Ketika perjalanan ke Kairo, ia menyempatkan diri belajar ilmu Nahu kepada Syeikh Abu Hayyan salah seorang pakar dalam ilmu Nahu dari Andalusia pengarang kitab Al Bahrul Muhith hingga mendapatkan ijazah dari Syeikh Abu Hayyan. Beliau menyusun kitab Matan Al Ajrumiyah pada tahun 719 H/1319 M, sekitar empat tahun sebelum wafatnya. Al Maktum yang sezaman dengannya setelah memuji Ibnu Al Ajurrum didalam kitabnya Tazkirahnya, ia menyebutkan bahwa pada saat ia menulis kitabnya ini Ibnu Ajurrum masih hidup. Ar ra`i dan Al haj menyebutkan bahwa Ibnu Ajurrum menulis kitab Nahunya dihadapan ka`bah. As Shayuthy dalam kitabnya Bughyatul Wu`ah menerangkan bahwa Al Makudy dan Ar Ra`i dan para ulama lainnya mengakui kepakaran beliau dalam bidang nahu selain itu beliau juga seorang yang shaleh dan banyak barakah. Selain kitab Ajurrumiyah, beliau memiliki beberapa karangan lainnya tentang faraidh, sastra dan Tak basah oleh air.
Ada satu kisah istimewa yang meyelimuti pengarangan kitab nahu Ajrumioyah tersebut, Syeihk Al Hamidi meriwayatkan setelah menulis kitab Al Ajurrumiyahnya , Ibnu Ajurrum membuang kitabnya tersebut ke laut sambil berkata: ”kalau memang kitab ini kutulis ikhlash karena Allah, niscaya ia tidak akan basah.” Ternyata kitab tersebut kembali kepantai tanpa badah sedikit pun. Dalam riwayat yang lain disebutkan, ketika Ibnu Ajurrum telah rampung menulis dengan menggunakan botol tinta, ia berniat meletakkan kitabnya tersebut di dalam air sambil berkata dalam hati “Ya Allah, jika saja karyaku ini akan bermanfaat jadikanlah tinta yang aku pakai untuk menulis ini tidak akan luntur”. Ternyata dengan kuasa Allah tinta tersebut tidak luntur sedikitpun. Dalam riwayat lain disebutkan ketika merampungkan karya tulisnya ini beliau bermaksud menenggelamkan kitab beliau ini kedalam air yang mengalir. Jika kitab tersebut terbawa arus maka berarti kitab tersebut kurang manfaat sedangkan bila ia tetap tidak terbawa arus maka ia akan tetap dikaji orang dan akan besar manfaatnya. Sambil meletakkan kitab tersebut kedalam air berliau ber ujar : “jurru Miyah, jurru Miyah” (mengalirlah wahai air). Anehnya setelah diletakkan dalam air kitab tersebut tetap bertahan tidak terbawa oleh arus. Subhanallah.
Ibnu Ajurrum, dalam ilmu nahu merupakan penganut mazhab Nahu Kufah, beliau menyebutkan kasrah dan penggantinya dengan istilah Khafadh, sedangkan ahli Bashrah menyebutnya dengan istilah jar,Ibnu Ajurrum berpendapat bahwa fiil amr itu dijazamkan. Ini adalah pendapat Mazhab Kufah. Adapun mazhab Bashrah berpendapat bahwa fiil amar itu mabni `ala as sukun. Ia juga menggolongkan kata kaifama termasuk jawazim, sebagaimana pendapat ahli Kufah. Adapun Ahli Basharah berpendapat kaifama bukanlah `amel Jawazem. Selain itu Ibnu Ajurrum juga menggunakan istilah Asmaul Khamsah, yang terdiri dari dzu, fuk, hamu, abu, akhu, sedangkan Ahli Bashrah menyebutnya dengan istilah Asmaus Sittah dengan menamahkan Hanu. Kitab Al AJarrumiyah merupakan pegangan wajib bagi para pemula ilmu nahu, kitab ini merupakan kurikulum wajib dan dihafal oleh para santri-santri di setiap pesantren di Indonesia dan Negara-negara lainnya.
Banyak ulama yang menaruh perhatian yang besar tentang kitab ini, sehingga muncullah kitab-kitab yang menjadi pensyarah dan hasyiah dari kitab Ajurrumiyah ini. Diantara syarahnya antara lain:
Al Mustaqil bil Mafhum fi Syarh Alfadh Al Ajurrum, karangan Abu Abdillah Muhammad bin Muhammad Al maliki(w 853 H/1449 M)
At Tuhfatus Saniyah bi syarh Al Muqaddimah Al Ajurrumiyah, karya Syeikh Muhammad Muhyiddin Abdul hamid.
Al Kharidah Al bahiyah fi i`rabi Al fadh Al Ajurrumiyah karya Al `ujami.
Mukhatshar jiddan karya Syeikh sayyid Ahmad Zaini Dahlan, yang kemudian di beri komentar (hasyiah) oleh seorang ulama Indonesia, KH. Muhammad Ma`shum bin Salim As Samarany dengan kitabnya tasywiqul Khalan.
Al Kafrawi fi i`rabi alfadhi al Ajurrumiyah. Karya Syeikh Al Kafrawy
Al `ismawi kaya Syeikh Al `ismawi
Syarah Syeikh Khaled yang kemudian di beri komentar oleh Syeikh Abi An Naja.
Syarah Muqaddimah Al Ajurrumiyah karya seorang gembong Wahaby Arab Saudi, Syeikh Ustaimin.
Khulasah Syarah Ibnu `ajibah `ala matan Ajurrumiyah Syeikh Abdul Qadir Al Kauhairy.
Nur As Sajiyah fi hill Alfadh Ajurrumiyah, karangan Syeikh Ahmad Khatib Syarbaini.
Taqrirat Al bahiyyah `ala matan Ajurrumiyah karangan Syeikh Qadhi Muhammad Risyad Al Baity As Saqqaf.
Al Futuhat Al Qayyumiyah fi hill wafki ma`any wa mabany matan Ajurrumiyah, karangan Syeikh Muhammad Amin Al harrary.
Ad Durar Al bahiyyah fi i`rab Amstilah Ajurrumiyah wa fakk ma`any karangan Syeikh Muhammad Amin Al harrary.
Al bakurah Al janiyyah min Quthaf i`rab Ajurrumiyah karya Syeikh Muhammad Amin Al harrary.
Syarah Ajurrumiyyah fi ilmi arabiyah karangan Syiekh Ali Abdullah Abdurrahman As Sanhury.
Syarah Al Halawy karangan Syeikh Al Halawy. Selain disyarah kitab ini juga pernah di gubah menjadi sebuah nadham oleh Al `Imrithy yang disyarah oleh beberapa ulama lainnya.
Ibnu Ajurrum wafat dikota Fas, kota kelahirannya pada hari senin 10 shafar 723 H/2 Maret 1332 M. beliau dimakamkan persis berdampingan dengan makam Syeikh Abbas Ahmad At Tijany, pendiri thariqah At Tijany. Tiadak jauh dari makam beliau juga terdapat makam Al Aqadhi Abu Bakar Muhammad bin Abdullah Al Ma`arify dan sejumlah tokoh ulama Maroko lainnya.
— bersama Incu Abah Oi Bonqkar, Muham'mad Iss'ad Anshori, Qolbie Nienk Choierr, dan 43 lainnya.rynnisa
MASUK SURGA KARENA ILMU NAHWU
As-sibawaih yang memiliki nama asli Amr ibn Abbas adalah salah satu tokoh ulama yang menguasai berbagai disiplin ilmu terutama ilmu tata bahasa Arab yang dikenal dengan nama Nahwu. Beberapa hari setelah meninggalnya ulama yang dikenal sebagai orang yang tubuhnya mengeluarkan aroma buah apel ini, salah seorang sahabat beliau bermimpi bertemu dengannya yang tengah menikmati kemegahan di alamnya.
Sang Sahabat melihat Imam Sibawaih sedang memakai pakaian yang sangat mewah dengan hidangan beraneka warna disekitarnya serta dikelilingi oleh beberapa bidadari rupawan di sebuah tempat yang sangat indah mempesona.Sahabat itupun bertanya kepada Imam Sibawaih, gerangan apa yang membuatnya menerima kemulyaan begitu rupa. Imam Sibawaih kemudian menceritakan pengalamannya ketika ditanya oleh malaikat di dalam kubur.
Ketika malaikat sudah menanyakan pertanyaan-pertanyaan kubur yang seluruhnya dapat dijawab dengan baik, malaikat bertanya kepadanya :
“Tahukah anda, perbuatan apa yang telah membuat anda bisa menjawab dengan baik pertanyaan-pertanyaan kami tadi?”
“Apakah karena ibadah saya?” Imam Sibawaih mencoba menebak.
“Bukan itu!” kata Malaikat.
“Apakah karena ilmu saya?”
“Bukan itu!”
“Apakah karena karangan-karangan saya?”
“Bukan!”
”Berbagai jawaban yang diberikan oleh Imam Sibawaih tidak ada yang dibenarkan oleh Malaikat.
Hingga akhirnya Imam Sibawaih menyerah karena tidak mengetahui jawaban sebenarnya.
“Allah SWT telah menyelamatkan anda sehingga anda dapat menjawab pertanyaan kubur dengan baik adalah karena pendapat anda yang menyatakan bahwa yang paling ma’rifat dari semua isim ma’rifat adalah lafazh jalalah”. Kata Malaikat menerangkan.
— bersama Surya Mustika, Muhammad Thariq KAl Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (Bin Jindan)
Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Sholeh bin Abdullah bin ‘Umar bin ‘Abdullah (Bin Jindan) bin Syaikhan bin Syaikh Abu Bakar bin Salim adalah ulama dan wali besar ini dilahirkan di Surabaya pada 18 Rajab 1324. Memulakan pengajiannya di Madrasah al-Khairiyyah, Surabaya sebelum melanjutkan pelajarannya ke Makkah, Tarim dan Timur Tengah. Berguru dengan ramai ulama. Seorang ahli hadis yang menghafal 70,000 hadis (i.e. ada yang mengatakan ratusan ribu hadis). Beliau juga seorang ahli sejarah yang hebat, sehingga diceritakan pernah beliau menulis surat dengan Ratu Belanda berisikan silsilah raja-raja Belanda dengan tepat. Hal ini amat mengkagumkan Ratu Belanda, lantas surat beliau diberi jawaban dan diberi pujian dan penghargaan, sebab tak disangka oleh Ratu Belanda, seorang ulama Indonesia yang mengetahui silsilahnya dengan tepat. Tetapi tanda penghargaan Ratu Belanda tersebut telah dibuang oleh Habib Salim kerana beliau tidak memerlukan penghargaan.Dalam usaha dakwahnya, beliau telah mendirikan madrasah di Probolinggo serta mendirikan Majlis Ta’lim Fakhriyyah di Jakarta, selain merantau ke berbagai daerah Indonesia untuk tujuan dakwah dan ta’lim. Mempunyai ramai murid antaranya Kiyai Abdullah Syafi`i, Habib Abdullah bin Thoha as-Saqqaf, Kiyai Thohir Rohili, Habib Abdur Rahman al-Attas dan ramai lagi.
Habib Salim juga aktif dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia sehingga dipenjarakan oleh Belanda. Di zaman penjajahan Jepun, beliau juga sering dipenjara kerana ucapan-ucapannya yang tegas, bahkan setelah kemerdekaan Indonesia, beliau juga sering keluar masuk penjara kerana kritikannya yang tajam terhadap kerajaan apalagi dalam hal bersangkutan agama yang sentiasa ditegakkannya dengan lantang.
Sifat dan kepribadian luhurnya serta ilmunya yang luas menyebabkan ramai yang berguru kepada beliau, Presiden Soerkano sendiri pernah berguru dengan beliau dan sering dipanggil ke istana oleh Bung Karno. Waktu Perjanjian Renvil ditandatangani, beliau turut naik atas kapal Belanda tersebut bersama pemimpin Indonesia lain. Beliau wafat di Jakarta pada 10 Rabi`ul Awwal dan dimakamkan dengan Masjid al-Hawi, Jakarta……Al-Fatihah.
Ratapan 10 Muharram - Fatwa Habib Salim
Lantaran Revolusi Syiah Iran yang menumbangkan kerajaan Syiah Pahlavi, maka ada orang kita yang terpengaruh dengan ajaran Syiah. Bahkan ada juga keturunan Saadah Ba ‘Alawi yang terpengaruh kerana termakan dakyah Syiah yang kononnya mengasihi Ahlil Bait.
Habib Salim bin Ahmad Bin Jindan telah menulis sebuah kitab membongkar kesesatan Syiah yang diberinya judul “Ar-Raa`atul Ghoomidhah fi Naqdhi Kalaamir Raafidhah”. Berhubung dengan bid`ah ratapan pada hari ‘Asyura, Habib Salim menulis, antaranya:
• Dan di antara seburuk-buruk adat mereka daripada bid`ah adalah puak Rawaafidh (Syiah) meratap dan menangis setiap tahun pada 10 Muharram hari terbunuhnya al-Husain. Maka ini adalah satu maksiat dari dosa-dosa besar yang mewajibkan azab bagi pelakunya dan tidak sewajarnya bagi orang yang berakal untuk meratap seperti anjing melolong dan menggerak-gerakkan badannya.
• Junjungan Rasulullah s.a.w. telah menegah daripada perbuatan sedemikian (yakni meratap) dan Junjungan Rasulullah s.a.w. telah melaknat orang yang meratap. Dan di antara perkara awal yang diminta oleh Junjungan Rasulullah s.a.w. daripada wanita-wanita yang berbaiah adalah supaya mereka meninggalkan perbuatan meratap terhadap si mati, di mana Junjungan s.a.w. bersabda: “Dan janganlah kalian merobek pakaian, mencabut-cabut rambut dan menyeru-nyeru dengan kecelakaan dan kehancuran”.
• Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan satu hadist daripada Sayyidina Ibnu Mas`ud r.a. bahawa Junjungan s.a.w bersabda: “Bukanlah daripada kalangan kami orang yang memukul dada, mengoyak kain dan menyeru dengan seruan jahiliyyah (yakni meratap seperti ratapan kaum jahiliyyah).” Maka semua ini adalah perbuatan haram dan pelakunya terkeluar daripada umat Muhammad s.a.w. sebagaimana dinyatakan dalam hadis tadi.
• Telah berkata asy-Syarif an-Nashir li Ahlis Sunnah wal Jama`ah ‘Abdur Rahman bin Muhammad al-Masyhur al-Hadhrami dalam fatwanya: “Perbuatan menyeru `Ya Husain’ sebagaimana dilakukan di daerah India dan Jawa yang dilakukan pada hari ‘Asyura, sebelum atau selepasnya, adalah bid`ah madzmumah yang sangat-sangat haram dan pelaku-pelakunya dihukumkan fasik dan sesat yang menyerupai kaum Rawaafidh (Syiah) yang dilaknat oleh Allah. Bahwasanya Junjungan Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesiapa yang menyerupai sesuatu kaum, maka dia daripada kalangan mereka dan akan dihimpun bersama mereka pada hari kiamat.”
Janganlah tertipu dengan dakwah Syiah. Pelajarilah betul-betul pegangan Ahlus Sunnah wal Jama`ah dan berpegang teguh dengannya. Katakan tidak kepada selain Ahlus Sunnah wal Jama`ah, katakan tidak kepada Wahhabi, katakan tidak kepada Syiah.
Ulama dan Pejuang Kemerdekaan
Ulama Jakarta ini menguasai beberapa ilmu agama. Banyak ulama dan habaib berguru kepadanya. Koleksi kitabnya berjumlah ratusan. Ia juga pejuang kemerdekaan.
Pada periode 1940-1960, di Jakarta ada tiga habaib yang seiring sejalan dalam berdakwah. Mereka itu: Habib Ali bin Abdurahman Alhabsyi (Kwitang), Ali bin Husein Alatas (Bungur) dan Habib Salim bin Jindan (Otista). Hampir semua habaib dan ulama di Jakarta berguru kepada mereka, terutama kepada Habib Salim bin Jindan – yang memiliki koleksi sekitar 15.000 kitab, termasuk kitab yang langka. Sementara Habib Salim sendiri menulis sekitar 100 kitab, antara lain tentang hadits dan tarikh, termasuk yang belum dicetak.
Lahir di Surabaya pada 18 Rajab 1324 (7 September 1906) dan wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969), nama lengkapnya Habib Salim bin Ahmad bin Husain bin Saleh bin Abdullah bin Umar bin Abdullah bin Jindan. Seperti lazimnya para ulama, sejak kecil ia juga mendapat pendidikan agama dari ayahandanya.
Menginjak usia remaja ia memperdalam agama kepada Habib Abdullah bin Muhsin Alatas (Habib Empang, Bogor), Habib Muhammad bin Ahmad Al-Muhdhar (Bondowoso), Habib Muhammad bin Idrus Alhabsyi (Surabaya), Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf (Gresik), K.H. Cholil bin Abdul Muthalib (Kiai Cholil Bangkalan), dan Habib Alwi bin Abdullah Syahab di Tarim, Hadramaut.
Selain itu ia juga berguru kepada Habib Abdul Qadir bin Ahmad Bilfagih, seorang ahli hadits dan fuqaha, yang sat itu juga memimpin Madrasah Al-Khairiyah di Surabaya. Bukan hanya itu, ia juga rajin menghadiri beberapa majelis taklim yang digelar oleh para ulama besar. Kalau dihitung, sudah ratusan ulama besar yang ia kunjungi.
Dari perjalanan taklimnya itu, akhirnya Habib Salim mampu menguasai berbagai ilmu agama, terutama hadits, tarikh dan nasab. Ia juga hafal sejumlah kitab hadits. Berkat penguasaannya terhadap ilmu hadits ia mendapat gelar sebagai muhaddist, dan karena menguasai ilmu sanad maka ia digelari sebagai musnid.
Mengenai guru-gurunya itu, Habib Salim pernah berkata, “Aku telah berkumpul dan hadir di majelis mereka. Dan sesungguhnya majelis mereka menyerupai majelis para sahabat Rasulullah SAW dimana terdapat kekhusyukan, ketenangan dan kharisma mereka.”
Adapun guru yang paling berkesan di hatinya ialah Habib Alwi bin Muhammad Alhaddad dan Habib Abubakar bin Muhammad Assegaf. Tentang mereka, Habib Salim pernah berkata, ”Cukuplah bagi kami mereka itu sebagai panutan dan suri tauladan.”
Pada 1940 ia hijrah ke Jakarta. Di sini selain membuka majelis taklim ia juga berdakwah ke berbagai daerah. Di masa perjuangan menjelang kemerdekaan, Habib Salim ikut serta membakar semangat para pejuang untuk berjihad melawan penjajah Belanda. Itu sebabnya ia pernah ditangkap, baik di masa penjajahan Jepang maupun ketika Belanda ingin kembali menjajah Indonesia seperti pada Aksi Polisionil I pada 1947 dan 1948. Dalam tahanan penjajah, ia sering disiksa: dipukul, ditendang, disetrum. Namun, ia tetap tabah, pantang menyerah. Niatnya bukan hanya demi amar makruf nahi munkar, menentang kebatilan dan kemungkaran, tetapi juga demi kemerdekaan tanah airnya. Sebab, hubbul wathan minal iman – cinta tanah air adalah sebagian dari pada iman.
Kembali Berdakwah
Setelah Indonesia benar-benar aman, Habib Salim sama sekali tidak mempedulikan apakah perjuangannya demi kemerdekaan tanah air itu dihargai atau tidak. Ia ikhlas berjuang, kemudian kembali membuka majelis taklim yang diberi nama Qashar Al-Wafiddin. Ia juga kembalin berdakwah dan mengajar, baik di Jakarta, di beberapa daerah maupun di luar negeri, seperti Singapura, Malaysia, Kamboja.
Ketika berdakwah di daerah-daerah itulah ia mengumpulkan data-data sejarah Islam. Dengan cermat dan tekun ia kumpulkan sejarah perkembangan Islam di Ternate, Maluku, Ambon, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara, Timor Timur, Pulau Roti, Sumatera, Pulau Jawa. Ia juga mendirikan sebuah perpustakaan bernama Al-Fakhriah.
Di masa itu Habib Salim juga dikenal sebagai ulama yang ahli dalam menjawab berbagai persoalan – yang kadang-kadang menjebak. Misalnya, suatu hari, ketika ia ditanya oleh seorang pendeta, ”Habib, yang lebih mulia itu yang masih hidup atau yang sudah mati?” Maka jawab Habib Salim, “Semua orang akan menjawab, yang hidup lebih mulia dari yang mati. Sebab yang mati sudah jadi bangkai.”
Lalu kata pendeta itu, “Kalau begitu Isa bin Maryam lebih mulia dari Muhammad bin Abdullah. Sebab, Muhammad sudah meninggal, sementara Isa — menurut keyakinan Habib — belum mati, masih hidup.”
“Kalau begitu berarti ibu saya lebih mulia dari Maryam. Sebab, Maryam sudah meninggal, sedang ibu saya masih hidup. Itu, dia ada di belakang,” jawab Habib Salim enteng. Mendengar jawaban diplomatis itu, si pendeta terbungkam seribu bahasa, lalu pamit pulang. Ketika itu banyak kaum Nasrani yang akhirnya memeluk Islam setelah bertukar pikiran dengan Habib Salim.
Habib Salim memang ahli berdebat dan orator ulung. Pendiriannya pun teguh. Sejak lama, jauh-jauh hari, ia sudah memperingatkan bahaya kerusakan moral akibat pornografi dan kemaksiatan. “Para wanita mestinya jangan membuka aurat mereka, karena hal ini merupakan penyakit yang disebut tabarruj, atau memamerkan aurat, yang bisa menyebar ke seluruh rumah kaum muslimin,” kata Habib Salim kala itu.
Ulama besar ini wafat di Jakarta pada 16 Rabiulawal 1389 (1 Juni 1969). Ketika itu ratusan ribu kaum muslimin dari berbagai pelosok datang bertakziah ke rumahnya di Jalan Otto Iskandar Dinata, Jakarta Timur. Iring-iringan para pelayat begitu panjang sampai ke Condet. Jasadnya dimakamkan di kompleks Masjid Alhawi, Condet, Jakarta Timur.
Almarhum meninggalkan dua putera, Habib Shalahudin dan Habib Novel yang juga sudah menyusul ayahandanya. Namun, dakwah mereka tetap diteruskan oleh anak keturunan mereka. Mereka, misalnya, membuka majelis taklim dan menggelar maulid (termasuk haul Habib Salim) di rumah peninggalan Habib Salim di Jalan Otto Iskandar Dinata.
Belakangan, nama perpustakaan Habib Salim, yaitu Al-Fachriyyah, diresmikan sebagai nama pondok pesantren yang didirikan oleh Habib Novel bin Salim di Ciledug, Tangerang. Kini pesantren tersebut diasuh oleh Habib Jindan bin Novel bin Salim dan Habib Ahmad bin Novel bin Salim – dua putra almarhum Habib Novel. “Sekarang ini sulit mendapatkan seorang ulama seperti jid (kakek) kami. Meski begitu, kami tetap mewarisi semangatnya dalam berdakwah di daerah-daerah yang sulit dijangkau,” kata Habib Ahmad, cucu Habib Salim bin Jindan.
Ada sebuah nasihat almarhum Habib Salim bin Jindan yang sampai sekarang tetap diingat oleh keturunan dan para jemaahnya, ialah pentingnya menjaga akhlak keluarga. ”Kewajiban kaum muslimin, khususnya orangtua untuk menasihati keluarga mereka, menjaga dan mendidik mereka, menjauhkan mereka dari orang-orang yang bisa merusak akhlak. Sebab, orangtua adalah wasilah (perantara) dalam menuntun anak-anak. Nasihat seorang ayah dan ibu lebih berpengaruh pada anak-anak dibanding nasehat orang lain.”
— bersama Achmad Al-banteniy, Estika Nurul Aeni, Khodimul Mahdi, dan 45 lainnya.amal, Asier Pengagum X Abu Syuja’ Ahmad bin Husain bin Ahmad Al-Ashfihani (pengarang kitab Taqrib)
Beliau lahir pada tahun 433 H jauh sebelum eranya Imam Nawawi maupun Rofi’i bahkan sebelum imam Ghozali. Beliau mendapat karunia umur panjang hingga 160 tahun, namun demikian tak satu anggota badan pun yang mengalami gangguan. Ketika beliau ditanyai karunia yang demikian beliau menjawab: “Aku selalu berusaha menjaga anggota badanku sejak kecil tidak pernah aku gunakan dalam kemaksiatan. Karenanya Alloh menjaganya pada saat aku memasuki usia senja.”
Pada tahun 447 menjabat sebagai qodhi di kota Ashfihan. Dengan jabatan nya beliau menebarkan keadilan dan kebenaran ke seluruh pelosok negeri hingga dikenal luas. Kesibukan dan tugasnya sebagai Qodhi tidak melupakan semangat taqorrub dan ibadahnya pada Alloh SWT. Setiap hari sebelum keluar dari rumah beliau melakukan sholat dan membaca Alqur’an.
Begitupun dalam melaksanakan tugas dengan teguh berpegang pada kebenaran tanpa khawatir akan celaan dan cercaan orang, tiada mengenal kompromi ketika harus menegakkan kebenaran sekalipun itu harus dibayar dengan mahal dan taruhan jabatan.
Keteguhan hati beliau dalam membela kebenaran didukung oleh kelapangan sisi ekonomi. Tentang kekayaan beliau ini ada riwayat yang menyebutkan bahwa beliau memiliki sepuluh orang karyawan yang husus mendapat tugas untuk membagikan zakat dan shodaqohnya pada para mustahiqqin, dimana masing-masing membagikan seribu dua puluh lima dinar. Orang-orang sholeh dan para cendikia mendapat prioritas sehingga mereka merasakan betul kemurahan Abi syuja’.
Kekayaannya yang demikian tidak menjadikanya lalai dan hanyut dalam kenikmatan. Kebeningan hatinya selalu mengusik untuk terus berpikir apa makna dari kehidupan dunia yang fana ini? Sampai ahirnya beliau memilih untuk hidup dalam kezuhudan yang jauh dari gemerlap dan indahnya dunia. Ashfihan yang telah banyak memberikan warna baginya beliau tinggalkan dan mengembara menuju kota madinah Almunawwaroh. Di sana beliau mengabdikan hidupnya untuk melayani kebutuhan makam sang idolanya, Rosululloh SAW. Menyapu masjid, membersihkan dinding makam menyalakan lampu dan sebagainya. Semua dijalani dengan penuh rasa puas dan bangga, sehingga pada suatu ketika orang-orang Ashfihan yang telah mengenalnya berziarah dan menyaksikan beliau di sana terperanjat dan menyapa: “wahai qodhi Abi Syuja!” beliau menjawab dengan tersenyum: “ ketahuilah saya bukan lagi Qodhi saya hanyalah seorang tukang sapu makam Rosululloh SAW”
Rutinitas sebagai penjaga dan tukang sapu makam beliau lakukan hingga ahir hayat beliau. Layaklah kiranya kalau kemudian salah satu karya beliau menjadi demikian luas dan manfaat hingga hampir-hampir menjadi kitab wajib bagi semua yang ingin mendalami ilmu agama. Nafa’ana Allohu bihi wabi’ulumiha aamiin..
— bersama Muham'mad Iss'ad Anshori, Incu Abah Oi Bonqkar, Estika Nurul Aeni, dan 41 lainnya. Antara amalan disunatkan pada bulan Muharam:
♥-Berpuasa. Maksud Hadist: Barang siapa berpuasa satu hari dalam bulan Muharam pahalanya seumpama berpuasa 30 tahun.Maksud Hadist: Barang siapa yang berpuasa tiga hari dalam bulan Muharam, yaitu hari Kamis, Jum'at dan Sabtu, Allah tulis padanya pahala seperti mana beribadat selama 2 tahun.
♥-Banyakkan amal ibadat seperti sholat sunat, zikir dan sebagainya.
♥-Berdoa akhir tahun pada hari terakhir bulan Zulhijah selepas Asar sebanyak 3X
♥-Berdoa awal tahun pada 1 Muharram selepas Maghrib 3X
♥-Puasa sunat Muharram bermula pada tanggal 1 haribulan hinggalah pada 9 hari bulan (sunat Tausa’ ).
♥-Puasa sunat pada tanggal 10 Muharram ( sunat ‘Asyura ).
Empat belas perkara sunat dilakukan pada hari Asyura (10 Muharram):
♥Melapangkan masa/belanja anak isteri. Fadhilatnya - Allah akan melapangkan hidupnya pada tahun ini.
♥Memuliakan fakir miskin. Fadhilatnya - Allah akan melapangkannya dalam kubur nanti.
♥Menahan marah. Fadhilatnya - Di akhirat nanti Allah akan memasukkannya ke dalam golongan yang redha.
♥Menunjukkan orang sesat. Fadhilatnya - Allah akan memenuhkan cahaya iman dalam hatinya.
♥Menyapu/mengusap kepala anak yatim. Fadhilatnya - Allah akan mengurniakan sepohon pokok di syurga bagi tiap-tiap rambut yang disapunya.
♥Bersedekah. Fadhilatnya - Allah akan menjauhkannya daripada neraka sekadar jauh seekor gagak terbang tak berhenti-henti dari kecil sehingga ia mati. Diberi pahala seperti bersedekah kepada semua fakir miskin di dunia ini.
♥Memelihara kehormatan diri. Fadhilatnya - Allah akan mengurniakan hidupnya sentiasa diterangi cahaya keimanan.
♥Mandi Sunat. Fadhilatnya - Tidak sakit (sakit berat) pada tahun itu. Lafaz niat: "Sahaja aku mandi sunat hari Asyura kerana Allah Taala."
♥Bercelak. Fadhilatnya - Tidak akan sakit mata pada tahun itu.
♥Membaca Qulhuwallah hingga akhir 1,000X. Fadhilatnya - Allah akan memandanginya dengan pandangan rahmah di akhirat nanti.
♥Sembahyang sunat empat rakaat. Fadhilatnya - Allah akan mengampunkan dosanya walau telah berlarutan selama 50 tahun melakukannya. Lafaz niat: "Sahaja aku sembahyang sunat hari Asyura empat rakaat kerana Allah Taala." Pada rakaat pertama dan kedua selepas Fatihah dibaca Qulhuwallah 11X.
♥Membaca "has biallahhu wa nik mal wa keel, nikmal maula wa nikmannaseer". Fadhilatnya - Tidak mati pada tahun ini.
♥Menjamu orang berbuka puasa. Fadhilat - Diberi pahala seperti memberi sekalian orang Islam berbuka puasa.
♥Puasa. Niat - "Sahaja aku berpuasa esok hari sunat hari Asyura kerana Allah Taala." Fadhilat - Diberi pahala seribu kali Haji, seribu kali umrah dan seribu kali syahid dan diharamkannya daripada neraka.
— bersama Muham'mad Iss'ad Anshori, Zain, Syafari AlfaQir, dan 40 lainnya.
Suka • • Bagikan
Ibnu Qosim Alghozi ( pengarang kitab Fathul Qorib syarah Taqrib)
Nama lengkap beliau adalah Assyaikh Al Imam Abi Abdillah Muhammad bin Qosim Alghozi lahir pada tahun 859 H di kota ghuzah yang menjadi bagian wilayah syam.Beliau mengembara menuntut ilmu di Kairo Mesir tepatnya di jami’ah Al-Azhar dan kemudian mengembangkan ilmu dan mengajar di Al-Azhar hingga bermukim di sana dan melahirka karya-karyanya seperti halnya Syarh fathul qorib. Disini pula beliau wafat pada tahun 918 H.
Dari tahun kelahir dan wafatnya kita bisa tahu bahwa beliau hidup setelah masa imam imam Rofi’I dan Nawawi namun sebelum era Ibnu hajar dan Romli. Nafa’ana Allohu bihi wabi’ulumih amin
Catatan:
Selain Fathul qorib masih banyak syarah-syarah kitab taqrib yang lain. Diantaranya yang banyak dijumpai di lingkungan pesantren adalah: Kifayatul Akhyar karya Imam Taqyuddin Alhishni (….-…), Al-Iqna’ karya Imam Khotib Assyirbini (W: 977 H)
Kelebihan kitab taqrib diantaranya
1- kelengkapan isi
Dalam bentuknya yang sangat kecil memuat hampir semua kandungan fiqh dari mulai ibadah, mu’amalah, nikah sampai jinayat dan lain sebagainya. Sementara fathul qorib melengkapi kelebihannya dengan memberikan ta’rif pada hampir semua bab dari thoharoh sampai ‘itq mulai dari tinjauan lughot sampai syara’
2- Paparan manhaj/ metodologi
Jarang kita temukan kitab yang memaparkan manhaj seperti yang sering dilakukan Imam Nawawi dalam karya-karyanya. Ada beberapa manhaj yang disebutkan mushonnif dalam menyusun taqrib diantaranya:
- sangat simple dan singkat (ghoyatil ikhtishor)
- bahasanya sederhana (mudah dipelajari dan dihafal)
- banyak pasal-pasal (iktsar taqsimat)
- batasan dengan angka (hasril khishol)
Dari paparan itu bisa dimaklumi bila kalimat-kalimat dalam kitab tersebut terkadang menggunakan arti yang longgar tidak sebagaimana dalam istilah fiqh. Seperti penyebutan air mutanajjis dengan air najis pada bab pertama, yang kemudian diikuti Ibn Qosim yang menyebuta’yan mutanajjisah yang mestinya a’yan najisah. Pembatasan komponen selalu dilakukan dengan angka mesti terkadang kurang tepat masih ada yang terlewatkan seperti dalam pembahasan sunah-sunah wudhu sehingga biasanya kemudian Ibn Qosim menjelaskan bahwa hal-hal lain masih banyak seperti disebut dalam kitab-kitab yang besar.
3- Tidak terikat pendapat mayoritas
Salah satu contoh yang paling menyolok adalah adalah tentang niyyatul khuruj atau niyat keluar dari sholat pada saat salam dikategorikan rukun, mabit mina dan muzdalifah bukan wajibat haji akan tetapi sunah. Yang demikian bisa kita maklumi karena Abi Syuja’ hidup sebelum Nawawi, beliau mengambil dari mutaqoddimin dan ashabil wujuh dimana temuanya dalam hal ini sama dengan imam Rofi’i. Sekali lagi Ibn Qosim punya andil penting dimana kemudian memberikan penjelasan pendapat yang kuat dalam madzhab.
— bersama Incu Abah Oi Bonqkar, Cahaya Kelana, MuIbrahim al-Bajuri, Ulama produkif penyebar Akidah Ahlusunnah wal Jama'ah Manhaj Asya'irah ( Sosok ulama pecinta ahli bait nabi SAW )
Bagi kalangan pelajar santri pondok salaf di Indonesia serta mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Timur tengah, nama Imam Ibrahim al-Bajuri bukanlah nama yang asing di telinga. Kitab Hasyiyah Tahqiqul Maqom ‘ala Risalati Kifayatil Awwam, kitab Tuhfatul Murid ‘ala Jawharah at-Tauhid serta kitab Hasyiah Al-Bajuri ‘ala matan Abi Syuja’ adalah buah tangan beliau yang sejak dahulu sampai sekarang menjadi referensi utama di kalangan pelajar ilmu agama.
Nama lengkap beliau adalah Ibrahim al-Bajuri bin Syaikh Muhammad al-Jizawi bin Ahmad. Beliau diberi gelar dengan Burhanuddin artinya bukti agama, sebuah gelar yang lazim disematkan kepada para Ulama besar dulunya (bahkan hingga sekarang). Beliau dilahirkan pada tahun 1198 H/1783 M di desa Bajur, sebuah desa di Provinsi Al-Manjufiyah, Mesir.
Beliau lahir dan tumbuh di keluarga yang memegang teguh Islam sebagai pedoman hidup. Orang tuanya pun terkenal sebagai orang alim dan saleh. Sebab itulah beliau senantiasa dididik dengan ilmu agama. Pada masa kecilnya beliau telah belajar al-qur’an dan memperbaiki kualitas bacaannya dengan bimbingan ayahnya sendiri.
Pada tahun 1212 Hijriyah, beliau berangkat ke Al-Azhar dan menimba ilmu disana. Waktu itu umur beliau baru masuk 14 tahun. Namun setahun kemudian (1213 H/1798 M) , tentara penjajah Perancis menduduki Mesir yang membuat Syaikh Ibrahim keluar dari Al-Azhar dan menetap di daerah Giza selama beberapa tahun. Beliau baru kembali lagi ke Al-Azhar pada tahun 1216 H/1801 M setelah tentara Perancis keluar dari Mesir.
Guru-guru beliau
Selama di Al-Azhar, Syaikh Ibrahim sangat giat dan tekun dalam mengikuti pembelajaran dengan para gurunya. Diantara guru-guru beliau selama belajar di Al-Azhar :
1 - Al-Allamah Syaikh Muhammad al-Amir al-Kabir al-Maliki. Beliau seorang ulama terkenal di Mesir, terutama karena beliau memiliki ketinggian sanad dalam ilmu. Seluruh ulama mesir ketika itu mengambil ijazah dan sanad kepada beliau, bahkan sampai sekarang mata rantai sanad masih tetap kepada beliau.
2 – Al-Allamah Abdullah asy-Syarqawi. Beliau merupakan ulama yang alim dan terkenal di Mesir dan di dunia islam. Karangannya yang banyak membuat nama beliau meroket di seantero dunia. Terlebih lagi beliau mendapat jabatan memimpin al-Azhar dan menjadi Syaikhul Azhar ( kedudukan yang tertinggi di al-Azhar ).
3- Syaikh Daud al-Qal`i, seorang ulama yang bijak dan arif.
4 - Syaikh Muhammad al-Fadhali, ulama al-Azhar yang alim dan sangat mempengaruhi jiwa Syaikh Ibrahim al-Bajuri.
5 - Syaikh al-Hasan al-Quwisni. Beliau adalah seorang ulama yang hebat sehingga di beri tugas untuk menduduki kursi kepemimpinan al-Azhar dan dilantik menjadi Syaikhul azhar pada masanya.
Ulama Produktif
Sebagai seorang ulama, beliau terkenal sangat produktif menghasilkan karya-karya yang berkualitas. Hal ini tentu saja disebabkan kepintaran dan kecerdasan serta kedalaman ilmu beliau. Diantara karya beliau :
1 - Hasyiyah Ala Risalah Syaikh al-Fadhali. Kitab ini adalah karangan pertama beliau yang dikarang saat beliau baru berusia sekitar 24 tahun. Kitab ini merupakan ulasan dan penjelasan makna “La Ilaha Illa Allah” .
2 - Hasyiyah Tahqiqi al-Maqam `Ala Risalati Kifayati al-`Awam Fima Yajibu Fi Ilmi al-Kalam. Kitab ini selesai dikarang pada tahun 1223 hijriyah. Kitab ini sangat masyhur di kalangan pelajar Santri pondok Salaf di Indonesia.
3 - Fathu al-Qaril al-Majid Syarh Bidayatu al-Murid (1224 H)
4 - Hasyiyah Ala Maulid Musthafa Libni Hajar (1225 H)
5 - Hasyiyah `Ala Mukhtasor as-Sanusi (1225 H)
6 - Hasyiyah `Ala Matni as-Sanusiyah (1227 H)
7 - Tuhfatu al-Murid `Ala Syarhi Jauharatu at-Tauhid Li al-Laqqani (1234 H). Kitab ini merupakan diktat wajib untuk mata kuliah ilmu tauhid di Universitas Al-Azhar.
8 - Tuhfatu al-Khairiyah `Ala al-Fawaidu asy-Syansyuriyah Syarah al-Manzhumati ar-Rahabiyyah Fi al-Mawarits (1236 H)
9 - Ad-Duraru al-Hisan `Ala Fathi ar-Rahman Fima Yahshilu Bihi al-Islam Wa al-Iman (1238 H)
10 - Hasyiyah `Ala Syarhi Ibni al-Qasim al-Ghazzi `Ala Matni asy-Syuja`i (1258 H). Kitab ini sangat masyhur di kalangan pelajar Fiqh Syafi’i. Sampai hari ini, kitab Hasyiyah Bajuri ini masih menjadi mata pelajaran wajib di Majelis Talaqi Masjid Al-Azhar Asy-Syarif. Kitab ini juga dipelajari di Pondok Salaf di Indonesia.
11 - Dan lain-lainnya.
Kebanyakan kitab beliau banyak mengenai masalah Akidah. Beliau termasuk salah seorang ulama yang giat dalam menyebarkan Akidah Ahlusunnah wal Jama’ah sesuai manhaj Imam Abu Hasan Al-Asy’ari ( Asya’iroh ), sesuai dengan Manhaj yang dipertahankan Al-Azhar Asy-Syarif hingga saat ini. Selain masalah akidah, beliau juga mempunyai banyak karangan di lintas disiplin ilmu seperti Fiqh, Ushul Fiqh, Hadits, dan lain-lain.
Diangkat menjadi Syaikhul al-Azhar
Ketinggian dan kedalaman ilmu beliau mengantarkan beliau menjadi salah seorang tenaga pendidik di Al-Azhar. Beliau yang sangat terkenal tekun dan ikhlas dalam mengajar dan mendidik, akhirnya diangkat menjadi Syaikh Al-Azhar, posisi paling tinggi dan prestisius di lembaga Al-Azhar. Beliau diangkat pada tahun 1263 H menggantikan Syaikh Ahmad Abdul Jawwad Ad-Daumi Asy-Syafi’i. Beliau memangku amanah tersebut hingga akhirnya
Wafatnya Syaikh Ibrahim al-Bajuri
Beliau berpulang ke Rahmatullah dengan tenang dan Ridha pada Hari Kamis, 28 Dzulqa’dah 1276 H/19 Juli 1860 M. Beribu pelayat hadir untuk ikut menyolatkan beliau. Beliau dishalatkan di Masjid Al-Azhar Asy-Syarif dan dikuburkan di kawasan Qurafah Al-Kubra.a
— bersama Cheng Chei Reepiet, Muhammad Thariq Kamal, Princess Hally Raksye WaRahat, dan 41 lainnyaham'mad Iss'ad AnshoriKHASIAT SURAT AL-FATIHAH
Nabi Muhammad SAW pernah bersabda yang bermaksud:
"Membaca Fatihah Al-Quran pahalanya seperti sepertiga Al-Quran"
Juga Nabi Muhammad SAW bersabda:
"Fatihah itu pembukaan maksud bagi orang-orang mukmin."
Siapa membaca surah Al-Fatihah dalam keadaan berwudhu sebanyak 70 kali setiap hari selama tujuh hari lalu ditiupkan pada air yang suci lalu diminum maka ia akan memperolehi ilmu dan hikmah serta hatinya dibersihkan dari fikiran rusak.
Diantara khasiat Fatihah ialah siapa yang membaca 'Al-Fatihah' diwaktu hendak tidur, Surah 'Al-Ikhlas' sebanyak 3 kali dan Mu'awwidzatain maka ia akan aman dari segala hal selain ajal. Dan siapa berhajat (berkeinginan sesuatu) kepada Allah s.w.t.maka olehnya dibaca surah Al-Fatihah sebanyak 41 kali diantara sembahyang sunat Subuh dan sembahyang fardu Subuh sampai 40 hari (tidak Lebih) kemudian memohon kepada Allah s.w.t. maka Insyaallah ia penuhi keperluan hidupnya.
* Barangsiapa membaca Fatihah berserta Bismillah diantara sunat Subuh dan fardu Subuh dengan Istiqomah maka kalau ia inginkan pangkat terkabullah ia dan kalau ia fakir maka akan kaya serta jika ia punya hutang maka mampu membayarnya dan kalau ia sakit maka akan sembuh serta kalau ia punya anak maka anaknya itu menjadi anak yang soleh, berkat surah Al-Fatihah.
* Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah sebanyak 20kali setiap selesai sembahyang fardu lima waktu maka Allah s.w.t. luaskan rezekinya, baiki akhlaknya, mudahkan urusannya, hilangkan keperihatinannya dan kesusahannya, anugerahkan apa yang ia angan-angankan, dapatkan berbagai berkat dan kemuliaan, jadikan ia berwibawa, berpangkat luhur, berpenghidupan baik dan ia pula anak-anaknya terlindung dari kemudharatan dan kerosakan serta dianugerahkan kebahagiaan dan sebagainya.
* Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah sebanyak 125 kali selesai sembahyang Subuh maka ia peroleh maksudnya dan ia ketemukan apa yang dicari-cari serta sebaiknya ia panjatkan doa yang bermaksud:
"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran Surah Al-Fatihah dan rahasianya, supaya dimudahkan bagiku semua urusanku, sama ada urusan dunia atau urusan akirat, supaya dimakbulkan permohonanku dan ditunaikan hajatku..........."
* Barangsiapa mengamalkan bacaan Al-Fatihah diwaktu sahur (tengah malam) sebanyak 41 kali maka Allah s.w.t.bukakan pintu rezekinya dan Dia mudahkan urusannya tanpa kepayahan dan kesulitan. Selesai bacaan Al-Fatihah tersebut dan sebaiknya berdoa:
"Ya Allah, sesungguhnya aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran surah Al-Fatihah dan rahasianya, supaya Engkau bukakan bagiku pintu-pintu rahmatMu, karunia-Mu dan rezeki-Mu. Dan Engkau mudahkan setiap urusanku, murahkanlah bagiku rezekiMu yang banyak lagi berkat tanpa kekurangan dan tanpa susah payah, sesungguhnya Engkau berkuasa atas setiap sesuatu. Aku mohon kepada-Mu dengan kebenaran surah Al-Fatihah dan rahsianya, berikan apa yang kau hajati........"
Diriwayatkan dari Syeikh Muhyiddin Ibnul Arabi didalam kitab 'Qaddasallaahusirrahu':
"Siapa yang punya maksud maka sebaiknya ia membaca surat Al-Fatihah sebanyak 40 kali sehabis sembahyang Maghrib dan sunatnya, selesai itu ia ajukan permohonan hajatnya kepada Allah SWT"
* Surat Al-Fatihah boleh mengobati penyakit mata, sakit gigi, sakit perut dan lain-lainnya dengan dibacakan sebanyak 41 kali.
* Ikhtiar mengobati penyakit : Baca Surah Al-Fatihah sebanyak 40 kali pada tempat berisi air, lalu air itu diusap-usapkan pada kedua belah tangan, kedua belah kaki, muka, kepala dan seluruh badan,llu diminum, Insyaallah menjadi sembuh.
* Kalau Surah Al-Fatihah itu ditulis dengan huruf-huruf terpisah lalu dileburkan dengan air suci dan diminumkan kepada sisakit, maka dengan iradah Allah s.w.t. ia akan sembuh.
* Ikhtiar menghilangkan sifat pelupa: Tulislah surat Al-Fatihah dengan huruf Arab pada tempat putih dan suci lalu dihapuskan dengan air dan diberi minum pada orang yang pelupa, maka ia akan hilang sifat pelupanya dengan izin Allah s.w.t.
* Mengobati sakit disebabkan oleh sengatan kala: Ambil sebuah tempat bersih lalu diisi air dan sedikit garam lalu dibacakan padanya Surah Al-Fatihah sebanyak 7 kali lalu diberi minum pada orang yang tersengat kala itu, Insyaallah ia akan sembuh.
* Mengobati sakit gigi dan lain-lain: Untuk dirinya sendiri = letakkan jari pada tempat yang sakit lalu membaca Al-Fatihah dan berdoa sebanyak 7 kali:
"Ya Allah, hilangkan daripada keburukan dan kekejian yang aku dapati dengan doa Nabi-Mu yang jujur (al- Amin) dan tetap disisi-Mu".
* Mengobati penyakit gigi orang lain: selesai membaca Al-Fatihah maka berdoa 7 kali:
"Ya Allah, hilangkan daripada orang ini keburukan dan kekejian yang aku dapati dengan doa Nabi-Mu yang jujur (al- Amin) dan tetap disisi-Mu".
* Adapun faedah dan khasiat dari Surah Al-Fatihah ialah menyembuhkan penyakit mata yang kabur (rabun)
Sabda Nabi Muhammad s.a.w."
"Barangsiapa yang ingin menyembuhkan kelemahan pandangannya (kabur/rabun) maka hendaklah dilakukan:
* Memandang bulan pada awal bulan, jika tidak kelihatan atau terhalang oleh awan dan lain-lain hal, lakukan pada malam kedua, juga tidak dapat, coba pada malam ketiga atau begitu seterusnya hingga nampak kelihatan bulan itu.
* Apabila telah kelihatan, hendaklah ia menyapukan tangan kanannya kemata dengan membaca Al-Fatihah sebanyak 10 kali.
* Sesudah itu mengucapkan pula sebanyak 7 kali doa ini:
"Al-Fatihah itu menjadi obat tiap-tiap penyakit dengan rahmat Mu ya Tuhan yang pengasih penyayang."
* Lalu mengucapkan "Yaa Rabbi" sebanyak 5 kali.
* Terakhir mengucapkan pula doa ini sebanyak 1 kali:
"Ya Allah sembuhkanlah, Engkaulah yang menyembuhkan, Ya Allah sehatkanlah, Engkaulah yang menyehatkan".
Moga bermanfa’at bagi al’faqier sendiri dan bagi temen’ yg membaca.. ttd Sayyid Ghuard’s
— bersama Zainul Wahyudi, Sus Anto, Anna Annisa, dan Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi ( Shohibul Maulid Simtudduror )
Al-Imam Al-Allamah Al-Habib Ali bin Muhammad bin Husein Al-Habsyi dilahirkan pada hari Juma’at 24 Syawal 1259 H di Qasam, sebuah kota di negeri Hadhramaut.
Beliau dibesarkan di bawah asuhan dan pengawasan kedua orang tuanya; ayahandanya, Al-Imam Al-Arif Billah Muhammad bin Husin bin Abdullah Al-Habsyi dan ibundanya; As-Syarifah Alawiyyah binti Husain bin Ahmad Al-Hadi Al-Jufri, yang pada masa itu terkenal sebagai seorang wanita yang salihah yang amat bijaksana.
Pada usia yang amat muda, Habib Ali Al-Habsyi telah mempelajari dan mengkhatamkan Al-Quran dan berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu. Oleh karenanya, sejak itu, beliau diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah-ceramah dan pengajian-pengajian di hadapan khalayak ramai, sehingga dengan cepat sekali, dia menjadi pusat perhatian dan kekaguman serta memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang. Kepadanya diserahkan tampuk kepimpinan tiap majlis ilmu, lembaga pendidikan serta pertemuan-pertemuan besar yang diadakan pada masa itu.
Selanjutnya, beliau melaksanakan tugas-tugas suci yang dipercayakan padanya dengan sebaik-baiknya. Menghidupkan ilmu pengetahuan agama yang sebelumnya banyak dilupakan. Mengumpulkan, mengarahkan dan mendidik para siswa agar menuntut ilmu, di samping membangkitkan semangat mereka dalam mengejar cita-cita yang tinggi dan mulia.
Untuk menampung mereka, dibangunnya Masjid “Riyadh” di kota Seiwun (Hadhramaut), pondok-pondok dan asrama-asrama yang diperlengkapi dengan berbagai sarana untuk memenuhi keperluan mereka, termasuk soal makan-minum, sehingga mereka dapat belajar dengan tenang dan tenteram, bebas dari segala pikiran yang mengganggu, khususnya yang bersangkutan dengan keperluan hidup sehari-hari.
Bimbingan dan asuhan beliau seperti ini telah memberinya hasil kepuasan yang tak terhingga dengan menyaksikan banyak sekali di antara murid-muridnya yang berhasil mencapai apa yang dicitakannya, kemudian meneruskan serta menyiarkan ilmu yang telah mereka peroleh, bukan sahaja di daerah Hadhramaut, tetapi tersebar luas di beberapa negeri lainnya – di Afrika dan Asia, termasuk di Indonesia.
Di tempat-tempat itu, mereka mendirikan pusat-pusat dakwah dan penyiaran agama, mereka sendiri menjadi perintis dan pejuang yang gigih, sehingga mendapat tempat terhormat dan disegani di kalangan masyarakat setempat. Pertemuan-pertemuan keagamaan diadakan pada berbagai kesempatan. Lembaga-lembaga pendidikan dan majlis-majlis ilmu didirikan di banyak tempat, sehingga manfaatnya benar-benar dapat dirasakan dalam ruang lingkup yang luas sekali.
Beliau meninggal dunia di kota Seiwun, Hadhramaut, pada hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H dan meninggalkan beberapa orang putera yang telah memperoleh pendidikan sebaik-baiknya dari beliau sendiri, yang meneruskan cita-cita beliau dalam berdakwah dan menyiarkan agama.
Di antara putera-putera beliau yang dikenal di Indonesia ialah puteranya yang bongsu; Al-Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi, pendiri Masjid “Riyadh” di kota Solo (Surakarta). Dia dikenal sebagai peribadi yang amat luhur budi pekertinya, lemah-lembut, sopan-santun, serta ramah-tamah terhadap siapa pun terutama kaum yang lemah, fakir miskin, yatim piatu dan sebagainya. Rumah kediamannya selalu terbuka bagi para tamu dari berbagai golongan dan tidak pernah sepi dari pengajian dan pertemuan-pertemuan keagamaan. Beliau meninggal dunia di kota Palembang pada tanggal 20 Rabi’ul Awal 1373 H dan dimakamkan di kota Surakarta.
Banyak sekali ucapan Al-Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi yang telah dicatat dan dibukukan, di samping tulisan-tulisannya yang berupa pesan-pesan ataupun surat-menyurat dengan para ulama di masa hidupnya, juga dengan keluarga dan sanak kerabat, kawan-kawan serta murid-murid beliau, yang semuanya itu merupakan perbendaharaan ilmu dan hikmah yang tiada habisnya.
Dan di antara karangan beliau yang sangat terkenal dan dibaca pada berbagai kesempatan di mana-mana, termasuk di kota-kota di Indonesia, ialah risalah kecil ini yang berisi kisah Maulid Nabi Besar Muhammad SAW dan diberinya judul “Simtud Duror Fi Akhbar Maulid Khairil Basyar wa Ma Lahu min Akhlaq wa Aushaf wa Siyar (Untaian Mutiara Kisah Kelahiran Manusia Utama; Akhlak, Sifat dan Riwayat Hidupnya).
Dipetik dari: Untaian Mutiara – Terjemahan Simtud Duror oleh Hb Anis bin Alwi bin Ali Al-Habsyi.
— bersama Ovan Mapia Faceboox, Fathimah EL-Helwa, Ririn Fitriani Az-Zahara II, dan 41 lainnya.41 lainnya., dan 41 lainnya. Al Habib Abu Bakar bin Thoha bin Yahya ( Panembahan Tejo Jati Kusumo ) Geritan Karang Anyar Pekalongan
Beliau berasal dari daerah gorot bagian wilayah tarim hadramaut, dibawah asuhan ayahandanya beliau menimpa ilmu-ilmu agama dan kemudian berguru pada ulama’ lain di daerahnya, termasuk salah satu gurunya adalah Qutbul Irsyad wa Ghoutsul Bilad Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad.
Setelah mendapatkan pembekalan ilmu agama yang cukup beliau mengikuti tradisi para salafnya berdakwah ke berbagai daerah menyebarkan agama dan syari’at Allah SWT. Mulai dari India, Malaysia, Pasai, dan menetap cukup lama di daerah Angsana Kalimantan Selatan untuk selanjutnya masuk kepulau Jawa melalui Surabaya dan kemudian menetap di Mataram (sekitar Jogjakarta) untuk beberapa lama.
Dalam masa beliau singgah di Mataram ini banyak peran-peran dan jasa yang beliau berikan pada kerajaan Mataram terutama dalam mengatasi konflik pada masa sultan kurat I sehingga beliau mendapat gelar dari kerajaan sebagai Panembahan Tejo Jati Kusumo dan diantara jasa beliau adalah menentukan batas pemisah keraton Jogjakarta dengan keraton Kertosuro.
Mukim di Geritan
Mengakhiri lawatan dakwah panjang yang telah beliau lakukan beliau akhirnya memilih Pekalongan sebagai tempat pengembaraan yang terakhir . dari kota Pekalongan itu beliau memilih wilayah karang anyar yang lokasinya berada diantara Kajen dan Wono pringgo, tepatnya di desa Geritan.
Nama Gertian itu sendiri menurut sebagian riwayat/versi berasal dari nama tempat kelahiran beliau gorot (قارة) yang kemudian mengikuti dialek masyarakat Pekalongan menjadi Geritan dan sebagian riwayat lagi kayu geritan, kayu yang mengeluarkan suara. Entah kebenarannya wallahu a’lam.
Sebagian orang-orang dekat beliau di Mataram juga mengikuti jejak dakwah beliau membantu dan menetap hingga wafat di makamkan di Geritan seperti senopati Pematang dan qodhi Mataram yang makamnya berada di dalam kubah.
Di Geritan ini beliau mendirikan padepokan atau pesantren mengajarkan ilmu syari’at juga ilmu pertanian dan ilmu kelautan kepada para santri yang datangdari berbagai daerah.
Silsilah nasab beliau
Beliau adalah Al Arif Billah Al ‘Alim Al ‘Allamah Al Bahr Al Fahamah Al Habib Abu Bakar bin Thoha bin Muhammad bin Syaikh bin Ahmad bin Yahya bin Hasan Al Ahmar bin Ali Al ‘Inar bin Alwi bin Muhammad Mauladdawilaih bin Ali bin Alwi bin Muhammad Faqihil Muqoddam bin Ali bin Muhammad Shohib Mirbath bin Ali Kholi’ qosam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al Muhajir bin Isa bin Muhammad An Naqib bin Ali Al Uraidhi bin Ja’far Shodiq bin Muhammad Al Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali Bin Abi Tholib dan bin Fathimah Azzahro’ binti Rosulillah SAW.
Jasa-jasa beliau
Disamping perannya yang nyata dalam perkembangan islam ditanah Jawa khususnya di Pekalongan ada peran beliau yang tidak kalah penting adalah meredakan konflik berkepanjangan dalam kerajaan Mataram dimana kedatangan beliau telah di isyarohkan oleh Al Habib Abdurrohman bin Muhammad bin Abdulloh Al ‘Idrus kepada Hamengkubuwono I sebagai jawaban riyadloh yang beliau lakukan di gunung kemuning. Riyadloh Hamengkubuwono tiada lain mengharap petunjuk menyelesaikan konflik dalam istana dan beliau Al Habib Abdurrohman Al ‘Idrus menyampaikan bahwa yang akan menyelesaikan konflik tersebut adalah Al Habib Abu Bakar bin Yahya karenanya sulthan tidak perlu khawatir, karena beliau akan datang.
Betul apa yang disampaikan, tak berapa lama Al Habib Abu Bakar datang dan menyelesaikan konflik dengan membagi kerajaan menjadi dua, pembagian itu sendiri dilakukan dengan cara unik, beliau membawa sebuah kendi berisi air dan naik diatas sajadah sekonyong - konyong sajadah itu terbang, beliau mengikuti perjalanan sajadah sambil mengucurkan air dari kendi, tempat-tempat kucuran air tersebut membentuk aliran yang kemudian dikenal dengan kali wedi sekaligus menjadi pembatas dua wilayah kerajaan.
Al Habib Abdurrohman Al Idrus sendiri didalam istana bertindak sebagai mufti kerajaan yang saran dan nasihatnya selalu diperhitungkan. Dari perannya beliau mendapat gelar pangeran besar, sementara Al Habib Abu Bakar di anugerahi gelar pangeran tejo jati kusumo atau panembahan tejo jati kusumo.
— bersama Asier Pengagum X Altunay, Zain, Dunn Kendal, dan 42 lainnya.
Foto-foto Antik Abah Luthfi bin Yahya
Written By Sya'roni As-Samfuriy on Minggu, 23 September 2012 | 09.02
Foto-foto Antik Abah Luthfi bin Yahya
Al-Habib M. Luthfi bin Yahya memakai jas. Keren....
Foto Al-habib M. Luthfi sewaktu mudanya. Gagah....
Sisi Lain Al-Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim bin Yahya
Pengajian rutin malam reboan di Kanzus Sholawat (gedung sholawat) Kota Pekalongan baru saja usai, acara yang digelar rutin setiap pukul 19.30 – 22.00 diawali dengan pengajian kitab Ihya Ulumuddin dibawah bimbingan KH. Akrom Sofwan Salah seorang Mustasyar PCNU Kota Pekalongan, merupakan salah satu agenda rutin sejak sepuluh tahun terakhir yang digagas oleh KH Musthofa Bakri, Rais Syuriah PCNU Kota Pekalongan untuk memanfaatkan Kanzus Sholawat yang baru saja selesai dibangun. Sesaat setelah pengajian usai, acara kemudian diisi pengajian dengan materi agama dalam konteks kekinian oleh seorang tokoh yang terkenal dan tak asing lagi di lingkup Pekalongan dan sekitarnya.
Maka tak heran jika yang hadir bukan saja dari Pekalongan dan sekitarnya, akan tetapi dari luar daerah seperti Pemalang, Batang, Tegal dan Brebes secara berombongan menggunakan kendaraan bis maupun kendaraan roda empat lainnya. Mereka rela duduk beralaskan koran di sepanjang jalan dr. Wahidin hanya untuk mendengarkan wejangan dari seorang ulama kharismatik asal Pekalongan, tidak peduli hujan maupun dinginnya malam sekalipun tak menyurutkan langkah mereka untuk sekedar mendapatkan tetesan embun hikmah. Ribuan santri tua maupun muda khusus untuk kaum adam belum juga melangkahkan kaki untuk pulang ke rumah masing masing. Ternyata mereka rebutan salaman dengan sosok ulama kharismatik yang menjadi panutannya dalam kehidupan sehari hari, baik berkaitan dengan masalah agama maupun urusan dunia.beliau adalah Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim bin Yahya.
Demikian pula setiap Rabu pagi yang dikhususkan bagi ibu ibu dan remaja putri.Ribuan jama’ah duduk bersimpuh mendengarkan dengan tekun dan khidmat kalimat demi kalimat dari ucapan dari seorang ulama kharismatik sebagai pedoman hidup. Bahkan tak jarang diantara mereka menyempatkan bertemu secara khusus di kediamannya meski harus antre berjam jam untuk sekedar berkonsultasi problematika kehidupan sehari hari. Maka rumah mewah di belakang komplek Kanzus Sholawat yang cukup luas pun tak mampu menampung tamu tamu Habib yang datang silih berganti selama 24 jam. Itulah gambaran aktifitas rutin sehari hari Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya, seorang ulama besar yang lahir, dibesarkan dan hidup di Kota Pekalongan.
Seabrek jabatan yang diembannya, tak membuat Habib Luthfi merasa capek dan merasa berat memikul amanah. Saat ini saja Habib Luthfi Bin Ali Yahya baru saja dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum MUI Kota Pekalongan untuk yang kedua kalinya dan sebagai Ketua Umum MUI Jawa Tengah. Di samping beliau seorang Mursyid Thoriqoh Sadzaliyah, juga sebagai Rais Aam dari Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah hasil Muktamar Thariqah ke-9 dan ke-10 yang digelar di Kota pekalongan (salah satu Badan Otonom NU).
Berbincang bincang dengan Abu Muhammad Bahaudin Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Hasyim Bin Umar Bin Toha Bin Yahya nama lengkap dari Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya sangat mengasyikkan, terutama persoalan kethoriqohan. Menurutnya, sejak kepengurusan Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah dia pegang sudah banyak kemajuan dibanding kepengurusan periode sebelumnya. Hingga saat ini saja telah terbentuk kepengurusan tingkat wilayah sebanyak 28 Pengurus Idaroh Wustho, kemudian tingkat cabang sebanyak 200 lebih Pengurus Idaroh Syu’biyah.
Perkembangan yang cukup pesat ini sungguh sangat menggembirakan, ujar Habib Pasalnya hampir seluruh thoriqoh berjalan dengan baik, seperti Sadzaliyah, Kholidiyah, Naqsabandiyah, Syatariyah, Qodiriyah, Tijaniyah dan lain lain. Indikator lainnya ialah banyaknya kaum muda yang mulai aktif sebagai pengikut thoriqoh, “padahal mereka sebelumnya kenal saja tidak apalagi menjadi pengikut, sehingga kesan bahwa thoriqoh hanya dapat diikuti oleh sekelompok manusia usia lanjut mulai terkikis”.
“Yang mesti dipahami ialah bahwa thoriqoh bukan alat berpolitik dan bukan untuk berpolitik, akan tetapi semata mata untuk mendidik kehidupan manusia agar berdekatan dengan Allah dan Rasul-Nya dan yang terpenting ialah meningkatkan kesadaran sebagai manusia apa kewajibannya sebagai hamba kepada Tuhan dan Rasul-Nya juga sesama manusia”, ujar suami dari Syarifah Salmah Binti Hasyim Bin Yahya “Sekarang ini perkembangan thoriqoh di kalangan anak anak muda cukup menggembirakan, seperti yang saya hadapi di Pekalongan ini, justru yang paling banyak masuk thoriqoh dari anak anak muda”, ujarnya.
Menurut KH. Zakaria Ansor Katib Syuriyah Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Pekalongan yang juga orang dekat Habib menjelaskan, banyak sudah prestasi yang ditorehkan Habib Luthfi selama menjadi pimpinan salah satu Badan Otonom NU, antara lain berhasil menata organisasi thoriqoh dari Sabang sampai Meraoke, seperti perkembangan thoriqoh di Sumatera Utara dan Sulawesi sangat menggembirakan, bahkan beberapa waktu yang lalu dari Papua minta dikirimi buku buku tentang thoriqoh. Kemudian Habib juga berhasil menertibkan silsilah sanad thoriqoh, di samping itu juga berhasil menebas fanatisme thoriqoh yang berdampak kepada pengerdilan thoriqoh thoriqoh yang lain dan yang lebih penting ialah kegiatan thoriqoh menjadi lebih terbuka, sehingga banyak kaum muda yang berminat. Kesibukan Abah (panggilan akrab Habib Luthfi) akhir-akhir ini meningkat tajam seiring banyaknya permintaan kehadiran yang berkaitan dengan thariqah khususnya di luar Jawa, ujarnya.
Ayah dari As-Syarif Muhammad Bahaudin, As-Syarifah Zaenab, As-Syariyah Fatimah, As-Syarifah Umi Hanik dan As-Syarif Husain ini lahir di Pekalongan pada tahun 1948. Beliau pernah menempuh pendidikan di Ponpes Kliwet Indramayu di usia 12 tahun dan pada saat itu sudah dipercaya kiyai sebagai salah satu ustadznya. Kemudian nyantri di Bendo Kerep Cirebon, berikutnya mondok di Kiyai Said Tegal dan meneruskan nyantri di Kiyai Muhammad Abdul Malik Bin Muhammad Ilyas Bin Ali Purwokerto dan juga pernah mendapat beasiswa ke Hadramaut Yaman selama 3 tahun.
Habib Luthfi tidak saja menjadi idola masyarakat Pekalongan dan sekitarnya. Menjelang Pilpres tahun 2004 misalnya, Habib Luthfi kebanjiran tamu istimewa, disebut istimewa pasalnya tamu tamu yang menyempatkan hadir di rumah Habib Luthfi adalah para calon presiden maupun wakil presiden. Sebut saja Capres Wiranto, Susilo Bambang Yudhoyono, Amin Rais, Puan Maharani (Putri Megawati) dan Hamzah Haz. Sedangkan cawapresnya Sholahudin Wahid dan Hasyim Muzadi.
Dari semua yang hadir, rata rata mereka selalu berdalih hanya silaturrahmi biasa, tidak ada misi khusus berkaitan dengan kunjungannya.Akan tetapi aktifitas mereka selalu dibaca sebagai upaya untuk mohon do’a restu dan minta dukungan, apalagi diantara mereka ada yang berbicara empat mata dengan Habib, sehingga mereka bisa diduga kehadirannya untuk keperluan pemilu yang baru saja digelar.
Tamu habib memang datang dari berbagai kalangan, mulai dari pejabat pemerintah, anggota dewan, pengusaha, seniman, artis hingga rakyat jelata.Dengan tekun Habib Luthfi mendengarkan satu persatu permasalahannya, kemudian beliau memberikan solusi sehingga mereka pun pulang dengan perasaan puas.Hal ini diakui Wakil Walikota Pekalongan yang juga mantan Ketua PCNU Kota Pekalongan H. Abu Almafachir juga santri Habib Luthfi.Selama 40 tahun sebagai santrinya, ada satu hal yang sangat dikaguminya, yaitu dalam hal stamina.Beliau kuat duduk berjam-jam untuk sekedar ngobrol dengan para tamunya, meski tamunya itu tidak beliau kenal, ujarnya.“Abah fisiknya luar biasa, jarang sakit meski aktifitasnya cukup tinggi, padahal makan saja tidak teratur”.Di samping itu, Habib Luthfi tidak pernah membeda bedakan asal muasal tamu.Sehingga ratusan tamu yang datang kediamannya setiap hari, selalu dilayani dengan sabar dan penuh kesungguhan. Kadang mereka harus menunggu berhari hari jika Abah sedang berada di luar kota, ujar H. Fachir selalu memanggil Abah kepada Habib Luthfi.
Pernah suatu ketika, seorang bekas gali (geng pencuri) datang untuk bertobat dan minta diakui sebagai santrinya Habib, tanpa banyak pertanyaan, habib langsung membaiat gali tersebut dan kemudian diterima sebagai santrinya untuk menjadi salah satu murid thoriqoh.
Mauludan agenda rutin tahunan
Untuk mengumpulkan santri santrinya yang saat ini tersebar di seluruh penjuru tanah air, setiap bulan maulud, Habib Luthfi menggelar acara mauludan di samping untuk memperingati hari lahir Nabi Besar Muhammad SAW, juga untuk mengumpulkan para santrinya yang ribuan jumlahnya.Kemarin misalnya, Acara mauludan yang digelar lebih semarak dibanding tahun tahun sebelumnya, sehingga Presiden RI DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyempatkan hadir secara khusus bersama menteri Kabinet Indonesia Bersatu.Apalagi beberapa kegiatan penunjangnya seperti nikah masal, pawai panjang jimat dan pentas musik samer El Balasik asal Jember Jawa Timur dua malam berturut turut, menjadikan suasana peringatan terasa lebih hidup.
Bahkan, untuk menjamu ribuan tamu yang hadir pada acara mauludan, Habib Luthfi tidak mengalami kesulitan yang berarti. Pasalnya, segala ubo rampe hidangan seperti kambing, beras, dan lain lain sudah disiapkan santri santrinya dari berbagai pelosok di tanah air. Sehingga panitia tinggal mengatur dan mendistribusikan saat acara berlangsung.
Sebegitu pentingkah acara itu sehingga menjadi daya magnit bagi masyarakat secara luas ?kegiatan peringatan mauludan memang tidak bisa dilepaskan dari sosok Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Yahya yang oleh santri santri senior di panggil abah. Sebagai ulama berpengaruh, beliau sering menjadi rujukan pendapat, baik masalah sosial, politik, ekonomi, budaya dan keagamaan.Sehingga rakyat jelata hingga pejabat tinggi pun seringkali datang ketemu beliau untuk sekedar silaturrahmi hingga minta fatwa.
Kegiatan mauludan yang digelar pada tahun 1429 Hijriyah kemarin merupakan kegiatan rutin tahunan santri santri Habib Luthfi.Bahkan jauh sebelumnya telah pula diadakan, meski secara sederhana. Namun sejak delapan tahun terakhir, dimana sejak dibangunnya gedung KANZUS SHOLAWAT yang terletak di Jalan dr. Wahidin Pekalongan, kegiatannya semakin intensif. Tidak saja peringatan mauludan saja yang digelar.Akan tetapi beberapa kegiatan lainnya seperti pengajian malam reboan, Rabu pagi dan Minggu pagi selalu mengisi gedung Kanzus Sholawat.
Musik sebagai hobinya
Suatu ketika Jamal Mirdad seorang seniman musik asal Jepara mampir ke rumah Habib Luthfi. Oleh Habib kemudian diantar ke salah satu sudut ruangan yang berisi seperangkat alat musik dan hasil rekaman suaranya, tampak sekali kekaguman Jamal atas suara dan kreasi musik yang dihasilkan. Pasalnya untuk mencapai tingkat kualitas yang diperlukan hingga masuk dapur rekaman diperlukan berbagai persiapan, ternyata Habib Luthfi tidak memerlukan waktu yang cukup lama.
Sebagai ulama yang sangat disegani oleh masyarakat, terutama di wilayah eks Karesidenan Pekalongan, musik sudah merupakan bagian dari kehidupan Habib Luthfi.Apalagi ayahndanya juga seniman musik yang amat disegani pada waktu itu, sehingga tidak heran jika Habib Luthfi di samping ahli dibidang agama juga mahir memainkan seperangkat alat musik, terutama piano.
Bagi Habib, bermusik adalah sebuah sarana untuk bergaul dengan siapa saja, terutama dengan anak anak muda dan komponen masyarakat yang heterogen, bagaimana membuat daya tarik sehingga mereka mengikuti kita. Apalagi para pendahulu ulama salaf juga pernah menekuni bidang musik, seperti Jamaludin Ar Rumi dengan bermusik dapat lebih mendekatkan diri kepada sang Khaliq.
Musik yang menurut sebagian ulama dianggap haram, justru oleh Habib Luthfi menjadi hiburan sehari hari. Tidak saja sebagai penikmat musik, akan tetapi beliau juga ahli memainkan alat alat musik, terutama alat musik piano / organ. Di rumahnya saat ini saja ada seperangkat alat musik gambus yang siap dimainkan sewaktu waktu.Bahkan untuk mengaktualisasikan hobinya, Habib Luthfi memiliki satu group musik gambus yang biasa disebut “marawis”. Puluhan lagu lagu irama padang pasir mengalun melalui dentingan jari jari seorang ulama besar, siap menyirami kalbu yang gersang oleh denyut nadi kehidupan dunia yang semakin tak menentu.
Bahkan untuk memberikan nuansa lain pada peringatan mauludan, Habib tak segan segan memanggil group musik ternama seperti Balasyik asal Jember Jawa Timur, juga menggelar pentas wayang kulit dengan dalang Ki Enthus Susmono dari Tegal. Maka lengkaplah kehidupan seorang ulama Habib Luthfi Bin Ali Bin Yahya yang ahli dalam bidang agama dan membaur dengan masyarakat dengan berbagai kemampuan yang dimilikinya. Sesekali dalam waktu senggangnya, dirinya selalu menyempatkan menekan tombol tut tut piano yang berada di salah satu sudut ruangan rumahnya dan mengalunlah dentingan irama padang pasir yang cukup dikenal dan akrab di telinga kita, baik irama klasik maupun modern.
Jabatan jangan dicari
Penempatan kembali muktamar toriqoh ke 10 Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah di Pekalongan pada bulan Maret 2005 kemarin sempat memunculkan kecurigaan dari berbagai pihak dengan ingin tampilnya kembali Habib Muhammad Luthfi Bin Ali Bin Yahya sebagai Rais Aam Jam’iyyah Ahlit Thoriqoh Al Mu’tabaroh An Nahdliyyah. Pasalnya pada muktamar ke 9 lima tahun silam juga telah digelar di tempat yang sama dan menghasilkan Habib Luthfi Bin Yahya sebagai Rais Aam. Meski akhirnya muktamirin sepakat kembali mememilih dan menunjuk Habib Luthfi untuk menjadi Rais Am yang kedua kalinya.
Akan tetapi tudingan itu ditepis oleh Habib Luthfi. Yang jelas keinginan Pekalongan sebagai tuan rumah bukan atas kehendak dirinya, akan tetapi merupakan keputusan rapat pleno pengurus Idaroh Aliyah. Sebenarnya Lampung juga telah menyatakan siap, akan tetapi para pengurus yang sudah sepuh sepuh itu keberatan jika muktamar diletakkan di luar Jawa. Akhirnya Pekalongan kembali ditunjuk sebagai tuan rumah, ujar Habib suatu ketika. Hal ini tak lain adalah semata mata demi kemudahan pelaksanaan saja. Baginya, jabatan merupakan amanah dan tidak bisa diminta minta.Dimanapun tempatnya, dirinya menyatakan siap diposisikan.Pasalnya, seseorang yang ingin berjuang bukan harus pada jabatan ketua umum saja.Artinya, pengabdian dan perjuangan dapat dilakukan seseorang sesuai dengan kemampuannya masing masing dan saya siap mendukung siapapun yang terpilih, ujarnya.
Bahkan pada saat digelarnya Musyawarah Daerah (Musda) MUI Kota Pekalongan, Habib Luthfi tidak berada di Pekalongan, beliau malah sedang ada acara di Jawa Timur. Toh demikian seluruh peserta musda sepakat menempatkan kembali Habib Luthfi menjadi Ketua Umum MUI Kota Pekalongan untuk yang kedua kalinya
Kanzus Sholawat
Sebagai pusat kegiatan keagamaan di Kota Pekalongan, kehadiran Gedung Kanzus Sholawat sejak sepuluh tahun terakhir ini telah memberikan andil yang tidak sedikit terhadap penanaman nilai-nilai keagamaan kepada generasi penerus Islam melalui perbagai kegiatan yang digelar setiap hari, mingguan maupun tahunan.
Bangunan gedung yang cukup megah bantuan dari para aghniya yang peduli terhadap perkembangan Islam di Kota Pekalongan telah mampu menjadi mahnit tidak saja bagi masyarakat di Kota Pekalongan dan sekitarnya. Akan tetapi masyarakat dari berbagai penjuru yang setiap hadir hadir secara bergelombang baik untuk sekedar transit setelah menempuh perjalanan jauh maupun untuk menemui tokoh ulama kharismatik yakni Habib Muhammad Luthfi bin Ali bin Hasyim bin Yahya.
Belum lagi masyarakat tidak jarang menggunakan untuk keperluan sosial, tempat diskusi hingga kajian-kajian keagamaan seperti pengajian Selasa malam khusus untuk bapak-bapak, pengajian Rabu pagi khusus untuk ibu-ibu, pengajian Jum’at Kliwon maupun majelis-majelis tahunan seperti nikah maulid dan peringatan maulid Nabi Agung Muhammad SAW hingga tempat penyelenggaraan kegiatan tingkat nasional yakni Muktamar Jam’iyyah Ahlit Thariqah Al Mu’tabarah An Nahdliyyah ke 9 dan 10.
Melihat nilai manfaat yang dirasakan masyarakat cukup nyata, tentu saja pengurus / pengelola Gedung Kanzus Sholawat berusaha untuk dapat memenuhi segala sarana maupun prasaran yang menjadi penunjang kegiatan agar masyarakat yang hadir dapat merasa nyaman.
Bahkan Kanzus Sholawat sebagai pusat kegiatan keagamaan telah beberapa kali dikunjungi oleh beberapa menteri, duta besar Negara sahabat hingga Presiden RI Bapak DR. H. Susilo Bambang Yudhoyono beserta Ibu Hj. Ani Yudhoyono dan beberapa menteri Kabinet Indonesia bersatu.
KEGIATAN KANZUS SHOLAWAT
Mingguan :
• Pengajian rutin Selasa malam “Kitab Ihya Ulumuddin”
• Pengajian rutin Rabu pagi “Kitab Fathul Qorib”
Bulanan :
• Pengajian rutin Jum’at Kliwon pembacaan kitab “Jami’ Ushulil Aulia”
• Pengajian Jum’at Legi pembacaan “Dalailul Khoirot”
• Ahad Pahing pengajian thoriqoh khusus ibu-ibu.
Tahunan :
Peringatan Maulid Nabi Agung Muhammad SAW
• Nikah Maulid
• Pawai Panjang Jimat Pekalongan
• Pembacaan Dalailul Khoirot
• Pembacaan Kitab Ihya Ulumuddin dan manaqib
• Khotmil Qur’an
• Rangkaian Haflah Maulid Rasulullah di 60 tempat
• Halal bi Halal tanggal 2 Syawwal
Sekretariat :
Jalan dr. Wahidin 70 Pekalongan Jawa Tengah Phone / Fax. 0285-427997
Kumpulan Foto Ulama dan Habaib
ADA ORANG YANG DILIHAT HIDUP TAPI SEBENARNYA MATI
“Pandangan Habib Umar bin Hafidz Tentang Ziarah Maqam Auliya’”
Ada yang bertanya: “Kenapa ziarah maqam Auliya’? Sedangkan mereka tiada memberi kuasa apa-apa dan tempat meminta hanya pada Allah!”
Al-Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz menjawab:
“Benar wahai saudaraku aku juga sama pegangan denganmu bahwa mereka tiada mempunyai kekuasaan apa-apa.
Tetapi sedikit perbedaan aku dengan dirimu, karena aku lebih senang menziarahi mereka karena bagiku mereka tetap hidup dalam membangkitkan jiwa yang mati ini kepada cinta Tuhan.
Tapi aku juga heran, kenapa engkau tiada melarang aku menziarahi ahli dunia, mereka juga tiada kuasa apa-apa. Malah mematikan hati. Yang hidupnya mereka bagiku seperti mayat yang berjalan. Kediaman mereka adalah pusara yang tiada membangkitkan jiwa pada cinta Tuhan.
Kematian dan kehidupan di sisi Allah adalah jiwa. Banyak mereka yang dilihat hidup tapi sebenarnya mati, banyak mereka yang dilihat mati tapi sebenarnya hidup, banyak yang menziarahi pusara terdiri dari orang yang mati sedangkan dalam pusara itulah orang yang hidup.
Aku lebih senang menziarahi maqam kekasih Allah dan para syuhada walaupun hanya pusara, tetapi ia mengingatkan aku akan kematian kerena ia mengingatkan aku bahwa hidup adalah perjuangan. Karena aku dapat melihat jiwa mereka ada kuasa cinta yang hebat sehingga mereka dicintai oleh Tuhan lantaran kebenarannya cinta.
Wahai saudarakuku ziarah maqam auliya’, karena pada maqam mereka ada cinta, lantaran cinta Allah pada mereka seluruh tempat persemadian mereka dicintai Allah.
Cinta tiada mengalami kematian, ia tetap hidup dan terus hidup dan akan melimpah kepada para pencintanya. Aku berziarah karena sebuah cinta mengambil semangat mereka agar aku dapat mengikuti mereka dalam mujahadahku, mengangkat tangan di sisi maqam mereka bukan meminta kuasa dari mereka, akan tetapi memohon kepada Allah agar aku juga dicintai Allah sebagaimana mereka dicintai Allah.”
Wallahu A’lam.
Puisi wahaby yg lg galau.
Syair Celana Cingkrang Wahabi*
_Di dapat dari seorang ikhwan dunia maya_
Aku seorang wahabi
Ciriku tanda hitam di dahi
sering ku ibadah dimalam sunyi
Celanaku diatas mata kaki
kupelihara jenggot ikut sunah nabi
aku tak tahu imam syafii
aku tak tahu imam maliki
aku tak kenal imam hanafi
apalagi imam hambali
aku tafsir quran hadits sesuka hati
karena aku tak pernah ngaji
aku tak taklid imam syafii
tapi aku ikuti bin baz dan albani
aku benci maulid nabi tapi aku suka haul albani
hadits dhaif ku ingkari
karena petunjuk albani
tak mengapa aku taklid albani
yang penting aku tak taklid imam syafii
aku tak mau ikut mahzab islami
pokoknya aku bikin mahzab sendiri
aku bisa mengambil hukum sendiri
dengan modal buku dari saudi
akulah mujtahid abad ini
imam syafii dan imam bukhari ingin aku saingi
pendapat mereka kalau tidak sesuai bisa aku evaluasi
akulah standar kebenaran hukum islami
aku sering beralasan dengan tindakan nabi
tapi kutak mau memuliakan turunan nabi
aku sering berkata ikut nabi
tapi kuremehkan sahabat nabi
aku pun tak mau ikut maulid nabi
bahkan kubur nabi tak mau kuziarahi
wahai muslimin saudara saudari
ikutlah wahabi
bila tidak kalian sama aja dengan kafir harbi!!
tukang bidah, tahayul, musyrik dan ingkar sunah nabi
itulah cap kalian kalau tidak ikut wahabi
karena aku pembawa peringatan bagi umat ini
tapi dalam hati wahai akhi..
aku ragu sendiri
aku tak bisa ngaji tapi quran hadits kutafsirkan sendiri
kutak mau mengkultuskan nabi tapi kukultuskan imam saudi
aku tak mau taklid imam syafii tapi malah taklid albani
aku tak mau ikut mahzab islami malah bikin mahzab sendiri
aku sering menghujat orang suni tapi orang kafir ku sayangi
kutak mau ikut sahabat malah ikut mah..s a.i
ku mengaku cinta nabi tapi kuhancurkan rumahnya untuk kubangun gedung yang tinggi
tapi biar lah yang penting kupuas bisa memusyriki,membid’ahi dan mengkafiri
aku tak perduli kebenaran yang penting kuikuti kata hati
ya Allah bagaimana nasibku nanti………..
(By al Habib Bagir al 'Aththos al Makky)
Umur 25 Nabi -'Alaihimus Salam- Dan Letak Makam Mereka
oleh "KATA-KATA HIKMAH" (Catatan) pada 11 November 2012 pukul 9:38
1. Nabi Adam ‘Alaihis Salam
Umur : 1000 tahun
Makam : India, menurut satu pendapat ada di Makkah, dan menurut pendapat lain ada di Baitul Maqdis
2. Nabi Idris ‘Alaihis Salam
Umur : 865 tahun
Makam : (tidak ada informasi)
3. Nabi Nuh ‘Alaihis Salam
Umur : 950 tahun
Makam : Masjid Kufah, , menurut satu pendapat ada di al-Jabal al-Ahmar (Gunung Merah), dan menurut pendapat lain ada di dalam al-Masjid al-Haram Makkah.
4. Nabi Hud ‘Alaihis Salam
Umur : 464 tahun
Makam : di Timurnya Hadharamaut, Yaman.
5. Nabi Shalih ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Makam : di Hadharamaut
6. Nabi Luth ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Makam : Shou’ar
7. Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam
Umur : 200 tahun
Kelahiran : Lahir pada 1273 tahun setelah peristiwa banjir dan topan pada masa Nabi Nuh ‘Alaihis Salam.
Makam : di kota al-Khalil (Palestina), dimakamkan bersama Sarah (isteri pertamanya).
8. Isma’il ‘Alaihis Salam
Umur : 137 tahun
Makam : dimakamkan di samping Ibunda (yakni Hajar) di Makkah (di sekitar Ka’bah dekat Maqam Ibrahim)
9. Nabi Ishaq ‘Alaihis Salam
Umur : 180 tahun
Makam : dimakamkan bersama Ayahanda (yakni Nabi Ibrahim ‘Alaihis Salam) di kota al-Khalil (Palestina).
10. Nabi Ya’qub ‘Alaihis Salam
Umur : 137 tahun
Wafat : di Mesir
Makam : untuk memenuhi wasiatnya, oleh sang putra (Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam), jenazahnya dipindah dimakamkan ke kota al-Khalil (Palestina)
11. Nabi Yusuf ‘Alaihis Salam
Umur : 110 tahun
Wafat : di Mesir
Makam : oleh saudara-saudaranya (untuk memenuhi wasiatnya) jenazahnya kemudian dipindah dimakamkan di Nablus (Palestina)
12. Nabi Syu’ab ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Makam : di desa Hathin dekat kota Thabariyah (Syria)
13. Nabi Ayyub ‘Alaihis Salam
Umur : 93 tahun
Makam : di desa Syaikh Sa’d (dekat kota Damasykus) Syria.
14. Nabi Dzul Kifli ‘Alaihis Salam
Umur : (tidak ada informasi)
Lahir : di Mesir
Makam : wafat di daerah gunung Thursina, menurut salah satu pendapat di samping Ayahanda di salah satu kota di Syam.
15. Nabi Yunus ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Makam : tidak ada informasi sama sekali tentang letak makamnya.
16. Nabi Musa ‘Alaihis Salam
Umur : 120 tahun
Makam : wafat di daerah gunung Thursina dan di makamkan di sana.
17. Nabi Harun ‘Alaihis Salam
Umur : 122 tahun
Makam : wafat di daerah gunung Thursina dan di makamkan di sana.
18. Nabi Ilyas ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Lahir : dilahirkan setelah masuknya Bani Isra’il ke Palestina.
Makam : menurut satu pendapat ada di Ba’labak (Lebanon). (Tapi menurut satu pendapat, beliau belum wafat sampai sekarang –penerjemah)
19. Nabi Ilyasa’ ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan tempat tinggalnya dan daerah yang dituju setelah kaumnya ingkar di kota Banyas.
20. Nabi Dawud ‘Alaihis Salam
Umur : 100 tahun
Kerajaan : bertahan sampai 40 tahun
21. Nabi Sulaiman ‘Alaihis Salam
Kerajaan : beliau mewarisi kerajaan Ayahanda (yakni Nabi Dawud ‘Alaihis Salam) ketika umur 12 tahun, kerajaannya bertahan sampai 40 tahun.
22. Nabi Zakariya ‘Alaihis Salam
Wafat : beliau dibunuh dengan cara digergaji oleh orang yang telah menyembelih sang putra (Nabi Yahya ‘Alaihis Salam)
23. Nabi Yahya ‘Alaihis Salam
Umur : Tidak ada kitab yang menjelaskan masa hidupnya.
Lahir : pada tahun yang sama dengan tahun kelahiran Nabi ’Isa al-Masih ‘Alaihis Salam.
Wafat : ketika beliau sedang di Mihrab, disembelih oleh sesorang yang disuruh oleh seorang wanita jahat dari pihak raja yang zhalim.
Makam : kepalanya dimakamkan di Masjid al-Jami’ al-Amawi (Damasykus-Syria)
24. Nabi ’Isa al-Masih ‘Alaihis Salam
Umur : 33 tahun di bumi, kemudian Allah mengangkatnya ke langit setelah tiga tahun diangkat menjadi Nabi. Dituturkan, bahwa Ibunda (yakni Maryam) hidup 6 tahun setelah ’Isa al-Masih ‘Alaihis Salam diangkat ke langit. Maryam wafat dalam umur 53 tahun.
25. Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam
Lahir : di Makkah tahun 570 M.
Wafat : umur 63 tahun
Makam : di rumah ’Aisyah di Masjid Nabawi Madinah dan dimakamkan di sana.
Sunan Prawoto
Sunan Prawoto adalah raja keempat Kesultanan Demak yang memerintah tahun 1546-1549. Nama aslinya ialah Raden Mukmin. Ia lebih cenderung sebagai seorang ahli agama dari pada ahli politik.
Raden Mukmin Semasa Muda
Naskah babad dan serat menyebut Raden Mukmin adalah putra sulung Sultan Trenggana. Ia lahir saat ayahnya masih sangat muda dan belum menjadi raja.
Pada tahun 1521 Pangeran Sabrang Lor meninggal dunia tanpa keturunan. Kedua adiknya, yaitu Raden Trenggana dan Raden Kikin. Raden Trenggana adalah adik kandung Pangeran Sabrang Lor, sama-sama lahir dari permaisuri Raden Patah, sedangkan Raden Kikin meskipun lebih tua usianya, tapi lahir dari selir, yaitu putri bupati Jipang.
Sejak saat itu Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen, artinya "bunga yang gugur di sungai". Pangeran Sekar Seda Lepen meninggalkan dua orang putra dari dua orang istri, yang bernama Arya Penangsang dan Arya Mataram.
Pemerintahan Sunan Prawoto
Sultan Trenggana memerintah Kesultanan Demak tahun 1521-1546. Sepeninggalnya, Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta. Ambisinya sangat besar untuk melanjutkan usaha ayahnya menaklukkan Pulau Jawa. Namun keterampilannya dalam berpolitik sangat rendah. Ia lebih suka hidup sebagai ulama suci dari pada sebagai raja.
Pusat pemerintahan Raden Mukmin dipindahkan dari kota Bintoro menuju bukit Prawoto. Oleh karena itu, Raden Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.
Pemerintahan Sunan Prawoto juga terdapat dalam catatan seorang Portugis bernama Manuel Pinto. Pada tahun 1548 Manuel Pinto singgah ke Jawa sepulang mengantar surat untuk uskup agung Pastor Vicente Viegas di Makassar. Ia sempat bertemu Sunan Prawoto dan mendengar rencananya untuk mengislamkan seluruh Jawa, serta ingin berkuasa seperti sultan Turki. Sunan Prawoto juga berniat menutup jalur beras ke Malaka dan menaklukkan Makassar. Akan tetapi, rencana itu berhasil dibatalkan oleh bujukan Manuel Pinto.
Pada kenyataannya, cita-cita Sunan Prawoto tidak pernah terlaksana. Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan, misalnya Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik berkembang bebas sedangkan Demak tidak mampu menghalanginya.
Wafatnya Sunan Prawoto
Selain Sunan Prawoto muncul dua orang lagi menjadi tokoh kuat sepeninggal Sultan Trenggana, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang, dan Hadiwijaya bupati Pajang. Masing-masing adalah keponakan dan menantu Sultan Trenggana.
Arya Penangsang adalah putra Pangeran Sekar Seda ing Lepen yang mendapat dukungan dari gurunya, yaitu Sunan Kudus untuk merebut tahta Demak.
Sunan Prawoto wafat meninggalkan seorang putra yang masih kecil bernama Arya Pangiri, yang kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat dari Jepara. Setelah dewasa, Arya Pangiri menjadi menantu Sultan Hadiwijaya raja Pajang, dan diangkat sebagai bupati Demak.
Raden Mukmin dalam Kronik Cina
Kronik Cina dari kuil Sam Po Kong menyebut Raden Mukmin dengan nama Muk Ming. Pada tahun 1529 ia menggantikan Kin San sebagai kepala galangan kapal di Semarang. Kin San adalah adik Jin Bun (alias Raden Kusen adik Raden Patah).
Muk Ming bekerja keras dibantu masyarakat Cina baik yang muslim ataupun non muslim menyelesaikan 1.000 kapal besar yang masing-masing dapat memuat 400 orang prajurit. Pembangunan kapal-kapal perang tersebut untuk kepentingan angkatan laut ayahnya, yaitu Tung-ka-lo (Sultan Trenggana) yang berniat merebut Maluku.
Belum sempat Tung-ka-lo merebut Maluku, ia lebih dulu tewas saat menyerang Panarukan tahun 1546. Muk Ming pun naik takhta namun dimusuhi sepupunya yang menjadi bupati Ji-pang (alias Arya Penangsang).
Perang saudara terjadi. Kota Demak dihancurkan bupati Ji-pang. Muk Ming pindah ke Semarang tapi terus dikejar musuh. Akhirnya ia tewas di kota itu. Galangan kapal hancur terbakar pula. Yang tersisa hanya masjid dan kelenteng saja.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas bahasa Indonesia
Sunan Prawoto (nama lahirnya Raden Mukmin atau ejaan China Muk Ming[1]) adalah raja Demak keempat, yang memerintah tahun 1546-1549. Ia lebih cenderung sebagai seorang ahli agama daripada ahli politik. Pada masa kekuasaannya, daerah bawahan Demak seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas tanpa mampu dihalanginya. Menurut Babad Tanah Jawi, ia tewas dibunuh oleh orang suruhan bupati Jipang Arya Penangsang, yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Setelah kematiannya, Hadiwijaya memindahkan pusat pemerintahan ke Pajang, dan Kerajaan Demak pun berakhir.
Masa muda
Naskah babad dan serat[rujukan?] menyebut Raden Mukmin sebagai putera sulung raja Demak Trenggana. Ia lahir saat ayahnya masih sangat muda dan belum menjadi raja.
Pada tahun 1521, Pangeran Sabrang Lor meninggal dunia tanpa keturunan. Kedua adiknya, yaitu Raden Trenggana dan Raden Kikin, bersaing memperebutkan tahta. Raden Trenggana adalah adik kandung Pangeran Sabrang Lor, sama-sama lahir dari permaisuri Raden Patah; sedangkan Raden Kikin yang lebih tua usianya lahir dari selir, yaitu putri bupati Jipang.
Raden Mukmin memihak ayahnya dalam persaingan ini. Ia mengirim pembantunya bernama Ki Surayata untuk membunuh Raden Kikin sepulang salat Jumat. Raden Kikin tewas di tepi sungai, sedangkan para pengawalnya sempat membunuh Ki Surayata. Sejak saat itu Raden Kikin terkenal dengan sebutan Pangeran Sekar Seda ing Lepen, dalam bahasa Jawa artinya "bunga yang gugur di sungai". Pangeran Sekar Seda Lepen meninggalkan dua orang putra dari dua orang istri, yang bernama Arya Penangsang dan Arya Mataram.
Pemerintahan
Sepeninggal Trenggana yang memerintah Demak tahun 1521-1546, Raden Mukmin selaku putra tertua naik tahta. Ia berambisi untuk melanjutkan usaha ayahnya menaklukkan Pulau Jawa. Namun, keterampilan berpolitiknya tidak begitu baik, dan ia lebih suka hidup sebagai ulama daripada sebagai raja. Raden Mukmin memindahkan pusat pemerintahan dari kota Bintoro menuju bukit Prawoto. Lokasinya saat ini kira-kira adalah desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Oleh karena itu, Raden Mukmin pun terkenal dengan sebutan Sunan Prawoto.
Pemerintahan Sunan Prawoto juga terdapat dalam catatan seorang Portugis bernama Manuel Pinto.[rujukan?] Pada tahun 1548, Manuel Pinto singgah ke Jawa sepulang mengantar surat untuk uskup agung Pastor Vicente Viegas di Makassar. Ia sempat bertemu Sunan Prawoto dan mendengar rencananya untuk mengislamkan seluruh Jawa, serta ingin berkuasa seperti sultan Turki. Sunan Prawoto juga berniat menutup jalur beras ke Malaka dan menaklukkan Makassar. Akan tetapi, rencana itu berhasil dibatalkan oleh bujukan Manuel Pinto.
Cita-cita Sunan Prawoto pada kenyataannya tidak pernah terlaksana. Ia lebih sibuk sebagai ahli agama dari pada mempertahankan kekuasaannya. Satu per satu daerah bawahan, seperti Banten, Cirebon, Surabaya, dan Gresik, berkembang bebas; sedangkan Demak tidak mampu menghalanginya.[rujukan?]
Kematian
Sepeninggal Trenggana, selain Sunan Prawoto terdapat dua orang lagi tokoh kuat, yaitu Arya Penangsang bupati Jipang dan Hadiwijaya bupati Pajang. Masing-masing adalah keponakan dan menantu Trenggana.
Arya Penangsang adalah putra Pangeran Sekar Seda ing Lepen yang mendapat dukungan dari gurunya, yaitu Sunan Kudus untuk merebut takhta Demak. Pada tahun 1549 ia mengirim anak buahnya yang bernama Rangkud untuk membalas kematian ayahnya. Menurut Babad Tanah Jawi,[rujukan?] pada suatu malam Rangkud berhasil menyusup ke dalam kamar tidur Sunan Prawoto. Sunan mengakui kesalahannya telah membunuh Pangeran Seda Lepen. Ia rela dihukum mati asalkan keluarganya diampuni. Rangkud setuju, lalu menikam dada Sunan Prawoto yang pasrah tanpa perlawanan sampai tembus. Ternyata istri Sunan yang sedang berlindung di balik punggungnya ikut tewas pula. Melihat istrinya meninggal, Sunan Prawoto marah dan sempat membunuh Rangkud dengan sisa-sisa tenaganya.
Pada tahun 1549 itu pula, Aryo Penangsang berhasil dibunuh oleh Danang Sutawijaya atas siasat dari Ki Juru Martani.
Sunan Prawoto meninggalkan seorang putra yang masih kecil bernama Arya Pangiri, yang kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat dari Jepara. Setelah dewasa, Arya Pangiri menjadi menantu Hadiwijaya, raja Pajang, dan diangkat sebagai bupati Demak.
Menurut kronik Cina Kuil Sam Po Kong, Ja Tik Su melantik seorang putera dari Mukming/Raden Mukmin sebagai raja Demak sepeninggal Mukming/Raden Mukmin.
Kronik Cina
Raden Mukmin disebut dengan nama Muk Ming, menurut kronik Cina dari kuil Sam Po Kong, di daerah Simongan, sebelah barat daya Kota Semarang. Disebutkan bahwa pada tahun 1529, ia menggantikan Kin San (Raden Kusen) sebagai kepala galangan kapal di Semarang. Kin San adalah adik Jin Bun (Raden Patah).
Muk Ming dibantu masyarakat Cina yang muslim dan non muslim bekerja menyelesaikan 1.000 kapal besar yang masing-masing dapat memuat 400 orang prajurit. Pembangunan kapal-kapal perang tersebut untuk kepentingan angkatan laut ayahnya, yaitu Tung-ka-lo (Trenggana) yang berniat merebut Maluku. Belum sempat Tung-ka-lo merebut Maluku, ia lebih dulu tewas saat menyerang Panarukan tahun 1546. Muk Ming pun naik takhta namun dimusuhi sepupunya yang menjadi bupati Ji-pang (Arya Penangsang). Perang saudara terjadi, dan kota Demak dihancurkan bupati Ji-pang. Muk Ming pindah ke Semarang tapi terus dikejar musuh, sehingga ia akhirnya tewas di kota itu. Galangan kapal hancur terbakar pula, dan yang tersisa hanya masjid dan kelenteng saja.
Kepustakaan
1. Babad Tanah Jawi. 2007. (terj.). Yogyakarta: Narasi
2. H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
3. Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
4. Slamet Muljana. 2005. Runtuhnya Kerajaan Jindu-Jawa dan Timbulnya Negara-Negara Islam di Nusantara (terbitan ulang 1968). Yogyakarta: LKIS
Catatan kaki
1. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 70. ISBN 9798451163.ISBN 9789798451164
Gelar kebangsawanan
Sebelumnya:
Trenggana
Raja Demak
1546—1549 Digantikan oleh:
-
Kategori:
1. Raja Demak
2. Kerajaan Demak
3. Kematian 1549
4. Tokoh yang dibunuh
5. Tokoh Jawa Tengah
6. Tokoh Jawa
Silsilah wali songo
Walisongo
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Masjid Agung Demak, diyakini sebagai salah satu tempat berkumpulnya para wali yang paling awal.
Walisongo atau Walisanga dikenal sebagai penyebar agama Islam di tanah Jawa pada abad ke 14. Mereka tinggal di tiga wilayah penting pantai utara Pulau Jawa, yaitu Surabaya-Gresik-Lamongan di Jawa Timur, Demak-Kudus-Muria di Jawa Tengah, dan Cirebon di Jawa Barat.
Era Walisongo adalah era berakhirnya dominasi Hindu-Budha dalam budaya Nusantara untuk digantikan dengan kebudayaan Islam. Mereka adalah simbol penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Jawa. Tentu banyak tokoh lain yang juga berperan. Namun peranan mereka yang sangat besar dalam mendirikan Kerajaan Islam di Jawa, juga pengaruhnya terhadap kebudayaan masyarakat secara luas serta dakwah secara langsung, membuat para Walisongo ini lebih banyak disebut dibanding yang lain. Daftar isi
[sembunyikan]
• 1 Arti Walisongo
o 1.1 Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
o 1.2 Sunan Ampel (Raden Rahmat)
o 1.3 Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
o 1.4 Sunan Drajat
o 1.5 Sunan Kudus
o 1.6 Sunan Giri
o 1.7 Sunan Kalijaga
o 1.8 Sunan Muria (Raden Umar Said)
o 1.9 Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
• 2 Walisongo menurut periode waktu
• 3 Tokoh pendahulu Walisongo
o 3.1 Syekh Jumadil Qubro
• 4 Teori keturunan Hadramaut
• 5 Teori keturunan Cina
• 6 Sumber tertulis tentang Walisongo
• 7 Lihat pula
• 8 Pranala luar
• 9 Referensi
Arti Walisongo
Ada beberapa pendapat mengenai arti Walisongo. Pertama adalah wali yang sembilan, yang menandakan jumlah wali yang ada sembilan, atau sanga dalam bahasa Jawa. Pendapat lain menyebutkan bahwa kata songo/sanga berasal dari kata tsana yang dalam bahasa Arab berarti mulia. Pendapat lainnya lagi menyebut kata sana berasal dari bahasa Jawa, yang berarti tempat.
Lukisan Walisongo
Pendapat lain yang mengatakan bahwa Walisongo adalah sebuah majelis dakwah yang pertama kali didirikan oleh Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim) pada tahun 1404 Masehi (808 Hijriah).[1] Saat itu, majelis dakwah Walisongo beranggotakan Maulana Malik Ibrahim sendiri, Maulana Ishaq (Sunan Wali Lanang), Maulana Ahmad Jumadil Kubro (Sunan Kubrawi); Maulana Muhammad Al-Maghrabi (Sunan Maghribi); Maulana Malik Isra’il (dari Champa), Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin, Maulana ‘Aliyuddin, dan Syekh Subakir.
Dari nama para Walisongo tersebut, pada umumnya terdapat sembilan nama yang dikenal sebagai anggota Walisongo yang paling terkenal, yaitu:
• Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim
• Sunan Ampel atau Raden Rahmat
• Sunan Bonang atau Raden Makhdum Ibrahim • Sunan Drajat atau Raden Qasim
• Sunan Kudus atau Ja’far Shadiq
• Sunan Giri atau Raden Paku atau Ainul Yaqin • Sunan Kalijaga atau Raden Said
• Sunan Muria atau Raden Umar Said
• Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah
Para Walisongo adalah intelektual yang menjadi pembaharu masyarakat pada masanya. Pengaruh mereka terasakan dalam beragam bentuk manifestasi peradaban baru masyarakat Jawa, mulai dari kesehatan, bercocok-tanam, perniagaan, kebudayaan, kesenian, kemasyarakatan, hingga ke pemerintahan.
Sunan Gresik (Maulana Malik Ibrahim)
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sunan Gresik
Maulana Malik Ibrahim adalah keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad. Ia disebut juga Sunan Gresik, atau Sunan Tandhes, atau Mursyid Akbar Thariqat Wali Songo . Nasab As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim Nasab Maulana Malik Ibrahim menurut catatan Dari As-Sayyid Bahruddin Ba’alawi Al-Husaini yang kumpulan catatannya kemudian dibukukan dalam Ensiklopedi Nasab Ahlul Bait yang terdiri dari beberapa volume (jilid). Dalam Catatan itu tertulis: As-Sayyid Maulana Malik Ibrahim bin As-Sayyid Barakat Zainal Alam bin As-Sayyid Husain Jamaluddin bin As-Sayyid Ahmad Jalaluddin bin As-Sayyid Abdullah bin As-Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin As-Sayyid Alwi Ammil Faqih bin As-Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin As-Sayyid Ali Khali’ Qasam bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Muhammad bin As-Sayyid Alwi bin As-Sayyid Ubaidillah bin Al-Imam Ahmad Al-Muhajir bin Al-Imam Isa bin Al-Imam Muhammad bin Al-Imam Ali Al-Uraidhi bin Al-Imam Ja’far Shadiq bin Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Al-Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra/Ali bin Abi Thalib, binti Nabi Muhammad Rasulullah
Ia diperkirakan lahir di Samarkand di Asia Tengah, pada paruh awal abad ke-14. Babad Tanah Jawi versi Meinsma menyebutnya Asmarakandi, mengikuti pengucapan lidah orang Jawa terhadap As-Samarqandy.[2] Dalam cerita rakyat, ada yang memanggilnya Kakek Bantal.
Isteri Maulana Malik Ibrahim
Maulana Malik Ibrahim memiliki, 3 isteri bernama: 1. Siti Fathimah binti Ali Nurul Alam Maulana Israil (Raja Champa Dinasti Azmatkhan 1), memiliki 2 anak, bernama: Maulana Moqfaroh dan Syarifah Sarah 2. Siti Maryam binti Syaikh Subakir, memiliki 4 anak, yaitu: Abdullah, Ibrahim, Abdul Ghafur, dan Ahmad 3. Wan Jamilah binti Ibrahim Zainuddin Al-Akbar Asmaraqandi, memiliki 2 anak yaitu: Abbas dan Yusuf. Selanjutnya Sharifah Sarah binti Maulana Malik Ibrahim dinikahkan dengan Sayyid Fadhal Ali Murtadha [Sunan Santri/ Raden Santri] dan melahirkan dua putera yaitu Haji Utsman (Sunan Manyuran) dan Utsman Haji (Sunan Ngudung). Selanjutnya Sayyid Utsman Haji (Sunan Ngudung) berputera Sayyid Ja’far Shadiq [Sunan Kudus].
Maulana Malik Ibrahim umumnya dianggap sebagai wali pertama yang mendakwahkan Islam di Jawa. Ia mengajarkan cara-cara baru bercocok tanam dan banyak merangkul rakyat kebanyakan, yaitu golongan masyarakat Jawa yang tersisihkan akhir kekuasaan Majapahit. Malik Ibrahim berusaha menarik hati masyarakat, yang tengah dilanda krisis ekonomi dan perang saudara. Ia membangun pondokan tempat belajar agama di Leran, Gresik. Pada tahun 1419, Malik Ibrahim wafat. Makamnya terdapat di desa Gapura Wetan, Gresik, Jawa Timur.
Sunan Ampel (Raden Rahmat)
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sunan Ampel
Sunan Ampel bernama asli Raden Rahmat, keturunan ke-22 dari Nabi Muhammad, menurut riwayat ia adalah putra Ibrahim Zainuddin Al-Akbar dan seorang putri Champa yang bernama Dewi Condro Wulan binti Raja Champa Terakhir Dari Dinasti Ming. Nasab lengkapnya sebagai berikut: Sunan Ampel bin Sayyid Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Sayyid Jamaluddin Al-Husain bin Sayyid Ahmad Jalaluddin bin Sayyid Abdullah bin Sayyid Abdul Malik Azmatkhan bin Sayyid Alwi Ammil Faqih bin Sayyid Muhammad Shahib Mirbath bin Sayyid Ali Khali’ Qasam bin Sayyid Alwi bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Alwi bin Sayyid Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Al-Muhajir bin Sayyid Isa bin Sayyid Muhammad bin Sayyid Ali Al-Uraidhi bin Imam Ja’far Shadiq bin Imam Muhammad Al-Baqir bin Imam Ali Zainal Abidin bin Imam Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sunan Ampel umumnya dianggap sebagai sesepuh oleh para wali lainnya. Pesantrennya bertempat di Ampel Denta, Surabaya, dan merupakan salah satu pusat penyebaran agama Islam tertua di Jawa. Ia menikah dengan Dewi Condrowati yang bergelar Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja dan menikah juga dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Condrowati alias Nyai Ageng Manila binti Aryo Tejo, berputera: Sunan Bonang,Siti Syari’ah,Sunan Derajat,Sunan Sedayu,Siti Muthmainnah dan Siti Hafsah. Pernikahan Sunan Ampel dengan Dewi Karimah binti Ki Kembang Kuning, berputera: Dewi Murtasiyah,Asyiqah,Raden Husamuddin (Sunan Lamongan,Raden Zainal Abidin (Sunan Demak),Pangeran Tumapel dan Raden Faqih (Sunan Ampel 2. Makam Sunan Ampel teletak di dekat Masjid Ampel, Surabaya.
Sunan Bonang (Makhdum Ibrahim)
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sunan Bonang
Bonang, sederetan gong kecil diletakkan horisontal.
Sunan Bonang adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Bonang banyak berdakwah melalui kesenian untuk menarik penduduk Jawa agar memeluk agama Islam. Ia dikatakan sebagai penggubah suluk Wijil dan tembang Tombo Ati, yang masih sering dinyanyikan orang. Pembaharuannya pada gamelan Jawa ialah dengan memasukkan rebab dan bonang, yang sering dihubungkan dengan namanya. Universitas Leiden menyimpan sebuah karya sastra bahasa Jawa bernama Het Boek van Bonang atau Buku Bonang. Menurut G.W.J. Drewes, itu bukan karya Sunan Bonang namun mungkin saja mengandung ajarannya. Sunan Bonang diperkirakan wafat pada tahun 1525.
Sunan Drajat
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sunan Drajat
Sunan Drajat adalah putra Sunan Ampel, dan merupakan keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad. Ia adalah putra Sunan Ampel dengan Nyai Ageng Manila, putri adipati Tuban bernama Arya Teja. Sunan Drajat banyak berdakwah kepada masyarakat kebanyakan. Ia menekankan kedermawanan, kerja keras, dan peningkatan kemakmuran masyarakat, sebagai pengamalan dari agama Islam. Pesantren Sunan Drajat dijalankan secara mandiri sebagai wilayah perdikan, bertempat di Desa Drajat, Kecamatan Paciran, Lamongan. Tembang macapat Pangkur disebutkan sebagai ciptaannya. Gamelan Singomengkok peninggalannya terdapat di Musium Daerah Sunan Drajat, Lamongan. Sunan Drajat diperkirakan wafat wafat pada 1522.
Sunan Kudus
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sunan Kudus
Sunan Kudus adalah putra Sunan Ngudung atau Raden Usman Haji, dengan Syarifah Ruhil atau Dewi Ruhil yang bergelar Nyai Anom Manyuran binti Nyai Ageng Melaka binti Sunan Ampel. Sunan Kudus adalah keturunan ke-24 dari Nabi Muhammad. Sunan Kudus bin Sunan Ngudung bin Fadhal Ali Murtadha bin Ibrahim Zainuddin Al-Akbar bin Jamaluddin Al-Husain bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah. Sebagai seorang wali, Sunan Kudus memiliki peran yang besar dalam pemerintahan Kesultanan Demak, yaitu sebagai panglima perang, penasehat Sultan Demak, Mursyid Thariqah dan hakim peradilan negara. Ia banyak berdakwah di kalangan kaum penguasa dan priyayi Jawa. Di antara yang pernah menjadi muridnya, ialah Sunan Prawoto penguasa Demak, dan Arya Penangsang adipati Jipang Panolan. Salah satu peninggalannya yang terkenal ialah Mesjid Menara Kudus, yang arsitekturnya bergaya campuran Hindu dan Islam. Sunan Kudus diperkirakan wafat pada tahun 1550.
Sunan Giri
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sunan Giri
Sunan Giri adalah putra Maulana Ishaq. Sunan Giri adalah keturunan ke-23 dari Nabi Muhammad, merupakan murid dari Sunan Ampel dan saudara seperguruan dari Sunan Bonang. Ia mendirikan pemerintahan mandiri di Giri Kedaton, Gresik; yang selanjutnya berperan sebagai pusat dakwah Islam di wilayah Jawa dan Indonesia timur, bahkan sampai ke kepulauan Maluku. Salah satu keturunannya yang terkenal ialah Sunan Giri Prapen, yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Lombok dan Bima.
[Sunan Kalijaga
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sunan Kalijaga
Sunan Kalijaga adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur atau Sayyid Ahmad bin Mansur (Syekh Subakir). Ia adalah murid Sunan Bonang. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dan kebudayaan sebagai sarana untuk berdakwah, antara lain kesenian wayang kulit dan tembang suluk. Tembang suluk Ilir-Ilir dan Gundul-Gundul Pacul umumnya dianggap sebagai hasil karyanya. Dalam satu riwayat, Sunan Kalijaga disebutkan menikah dengan Dewi Saroh binti Maulana Ishaq, menikahi juga Syarifah Zainab binti Syekh Siti Jenar dan Ratu Kano Kediri binti Raja Kediri.
Sunan Muria (Raden Umar Said)
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sunan Muria
Sunan Muria atau Raden Umar Said adalah putra Sunan Kalijaga. Ia adalah putra dari Sunan Kalijaga dari isterinya yang bernama Dewi Sarah binti Maulana Ishaq. Sunan Muria menikah dengan Dewi Sujinah, putri Sunan Ngudung. Jadi Sunan Muria adalah adik ipar dari Sunan Kudus.
[Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatullah)
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sunan Gunung Jati
Sunan Gunung Jati atau Syarif Hidayatullah adalah putra Syarif Abdullah Umdatuddin putra Ali Nurul Alam putra Syekh Husain Jamaluddin Akbar. Dari pihak ibu, ia masih keturunan keraton Pajajaran melalui Nyai Rara Santang, yaitu anak dari Sri Baduga Maharaja. Sunan Gunung Jati mengembangkan Cirebon sebagai pusat dakwah dan pemerintahannya, yang sesudahnya kemudian menjadi Kesultanan Cirebon. Anaknya yang bernama Maulana Hasanuddin, juga berhasil mengembangkan kekuasaan dan menyebarkan agama Islam di Banten, sehingga kemudian menjadi cikal-bakal berdirinya Kesultanan Banten.
Walisongo menurut periode waktu
Menurut buku Haul Sunan Ampel Ke-555 yang ditulis oleh KH. Mohammad Dahlan,[1] majelis dakwah yang secara umum dinamakan Walisongo, sebenarnya terdiri dari beberapa angkatan. Para Walisongo tidak hidup pada saat yang persis bersamaan, namun satu sama lain mempunyai keterkaitan erat, baik dalam ikatan darah atau karena pernikahan, maupun dalam hubungan guru-murid. Bila ada seorang anggota majelis yang wafat, maka posisinya digantikan oleh tokoh lainnya:
• Angkatan ke-1 (1404 – 1435 M), terdiri dari Maulana Malik Ibrahim (wafat 1419), Maulana Ishaq, Maulana Ahmad Jumadil Kubro, Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Maulana Malik Isra’il (wafat 1435), Maulana Muhammad Ali Akbar (wafat 1435), Maulana Hasanuddin, Maulana ‘Aliyuddin, dan Syekh Subakir atau juga disebut Syaikh Muhammad Al-Baqir.
• Angkatan ke-2 (1435 – 1463 M), terdiri dari Sunan Ampel yang tahun 1419 menggantikan Maulana Malik Ibrahim, Maulana Ishaq (wafat 1463), Maulana Ahmad Jumadil Kubro, Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Sunan Kudus yang tahun 1435 menggantikan Maulana Malik Isra’il, Sunan Gunung Jati yang tahun 1435 menggantikan Maulana Muhammad Ali Akbar, Maulana Hasanuddin (wafat 1462), Maulana ‘Aliyuddin (wafat 1462), dan Syekh Subakir (wafat 1463).
• Angkatan ke-3 (1463 – 1466 M), terdiri dari Sunan Ampel, Sunan Giri yang tahun 1463 menggantikan Maulana Ishaq, Maulana Ahmad Jumadil Kubro (wafat 1465), Maulana Muhammad Al-Maghrabi (wafat 1465), Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang yang tahun 1462 menggantikan Maulana Hasanuddin, Sunan Derajat yang tahun 1462 menggantikan Maulana ‘Aliyyuddin, dan Sunan Kalijaga yang tahun 1463 menggantikan Syaikh Subakir.
• Angkatan ke-4 (1466 – 1513 M, terdiri dari Sunan Ampel (wafat 1481), Sunan Giri (wafat 1505), Raden Fattah yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Ahmad Jumadil Kubra, Fathullah Khan (Falatehan) yang pada tahun 1465 mengganti Maulana Muhammad Al-Maghrabi, Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang, Sunan Derajat, dan Sunan Kalijaga (wafat 1513).
• Angkatan ke-5 (1513 – 1533 M), terdiri dari Syekh Siti Jenar yang tahun 1481 menggantikan Sunan Ampel (wafat 1517), Raden Faqih Sunan Ampel II yang ahun 1505 menggantikan kakak iparnya Sunan Giri, Raden Fattah (wafat 1518), Fathullah Khan (Falatehan), Sunan Kudus (wafat 1550), Sunan Gunung Jati, Sunan Bonang (wafat 1525), Sunan Derajat (wafat 1533), dan Sunan Muria yang tahun 1513 menggantikan ayahnya Sunan Kalijaga.
• Angkatan ke-6 (1533 – 1546 M), terdiri dari Syekh Abdul Qahhar (Sunan Sedayu) yang ahun 1517 menggantikan ayahnya Syekh Siti Jenar, Raden Zainal Abidin Sunan Demak yang tahun 1540 menggantikan kakaknya Raden Faqih Sunan Ampel II, Sultan Trenggana yang tahun 1518 menggantikan ayahnya yaitu Raden Fattah, Fathullah Khan (wafat 1573), Sayyid Amir Hasan yang tahun 1550 menggantikan ayahnya Sunan Kudus, Sunan Gunung Jati (wafat 1569), Raden Husamuddin Sunan Lamongan yang tahun 1525 menggantikan kakaknya Sunan Bonang, Sunan Pakuan yang tahun 1533 menggantikan ayahnya Sunan Derajat, dan Sunan Muria (wafat 1551).
• Angkatan ke-7 (1546- 1591 M), terdiri dari Syaikh Abdul Qahhar (wafat 1599), Sunan Prapen yang tahun 1570 menggantikan Raden Zainal Abidin Sunan Demak, Sunan Prawoto yang tahun 1546 menggantikan ayahnya Sultan Trenggana, Maulana Yusuf cucu Sunan Gunung Jati yang pada tahun 1573 menggantikan pamannya Fathullah Khan, Sayyid Amir Hasan, Maulana Hasanuddin yang pada tahun 1569 menggantikan ayahnya Sunan Gunung Jati, Sunan Mojoagung yang tahun 1570 menggantikan Sunan Lamongan, Sunan Cendana yang tahun 1570 menggantikan kakeknya Sunan Pakuan, dan Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos) anak Sayyid Amir Hasan yang tahun 1551 menggantikan kakek dari pihak ibunya yaitu Sunan Muria.
• Angkatan ke-8 (1592- 1650 M), terdiri dari Syaikh Abdul Qadir (Sunan Magelang) yang menggantikan Sunan Sedayu (wafat 1599), Baba Daud Ar-Rumi Al-Jawi yang tahun 1650 menggantikan gurunya Sunan Prapen, Sultan Hadiwijaya (Joko Tingkir) yang tahun 1549 menggantikan Sultan Prawoto, Maulana Yusuf, Sayyid Amir Hasan, Maulana Hasanuddin, Syekh Syamsuddin Abdullah Al-Sumatrani yang tahun 1650 menggantikan Sunan Mojoagung, Syekh Abdul Ghafur bin Abbas Al-Manduri yang tahun 1650 menggantikan Sunan Cendana, dan Sayyid Shaleh (Panembahan Pekaos).
Tokoh pendahulu Walisongo
Syekh Jumadil Qubro
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Syekh Jumadil Qubro
Syekh Jumadil Qubro adalah Maulana Ahmad Jumadil Kubra bin Husain Jamaluddin bin Ahmad Jalaluddin bin Abdillah bin Abdul Malik Azmatkhan bin Alwi Ammil Faqih bin Muhammad Shahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin Alwi bin Muhammad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Al-Muhajir bin Isa bin Muhammad bin Ali Al-Uraidhi bin Ja’far Shadiq bin Muhammad Al-Baqir bin Ali Zainal Abidin bin Al-Husain bin Sayyidah Fathimah Az-Zahra binti Nabi Muhammad Rasulullah Syekh Jumadil Qubro adalah putra Husain Jamaluddin dari isterinya yang bernama Puteri Selindung Bulan (Putri Saadong II/ Putri Kelantan Tua). Tokoh ini sering disebutkan dalam berbagai babad dan cerita rakyat sebagai salah seorang pelopor penyebaran Islam di tanah Jawa.
Makamnya terdapat di beberapa tempat yaitu di Semarang, Trowulan, atau di desa Turgo (dekat Pelawangan), Yogyakarta. Belum diketahui yang mana yang betul-betul merupakan kuburnya.[3] [4]
Teori keturunan Hadramaut
Walaupun masih ada pendapat yang menyebut Walisongo adalah keturunan Samarkand (Asia Tengah), Champa atau tempat lainnya, namun tampaknya tempat-tampat tersebut lebih merupakan jalur penyebaran para mubaligh daripada merupakan asal-muasal mereka yang sebagian besar adalah kaum Sayyid atau Syarif. Beberapa argumentasi yang diberikan oleh Muhammad Al Baqir, dalam bukunya Thariqah Menuju Kebahagiaan, mendukung bahwa Walisongo adalah keturunan Hadramaut (Yaman):
• L.W.C van den Berg, Islamolog dan ahli hukum Belanda yang mengadakan riset pada 1884-1886, dalam bukunya Le Hadhramout et les colonies arabes dans l’archipel Indien (1886)[5] mengatakan:
”Adapun hasil nyata dalam penyiaran agama Islam (ke Indonesia) adalah dari orang-orang Sayyid Syarif. Dengan perantaraan mereka agama Islam tersiar di antara raja-raja Hindu di Jawa dan lainnya. Selain dari mereka ini, walaupun ada juga suku-suku lain Hadramaut (yang bukan golongan Sayyid Syarif), tetapi mereka ini tidak meninggalkan pengaruh sebesar itu. Hal ini disebabkan mereka (kaum Sayyid Syarif) adalah keturunan dari tokoh pembawa Islam (Nabi Muhammad SAW).”
• van den Berg juga menulis dalam buku yang sama (hal 192-204):
”Pada abad ke-15, di Jawa sudah terdapat penduduk bangsa Arab atau keturunannya, yaitu sesudah masa kerajaan Majapahit yang kuat itu. Orang-orang Arab bercampul-gaul dengan penduduk, dan sebagian mereka mempuyai jabatan-jabatan tinggi. Mereka terikat dengan pergaulan dan kekeluargaan tingkat atasan. Rupanya pembesar-pembesar Hindu di kepulauan Hindia telah terpengaruh oleh sifat-sifat keahlian Arab, oleh karena sebagian besar mereka berketurunan pendiri Islam (Nabi Muhammad SAW). Orang-orang Arab Hadramawt (Hadramaut) membawa kepada orang-orang Hindu pikiran baru yang diteruskan oleh peranakan-peranakan Arab, mengikuti jejak nenek moyangnya.”
Pernyataan van den Berg spesifik menyebut abad ke-15, yang merupakan abad spesifik kedatangan atau kelahiran sebagian besar Walisongo di pulau Jawa. Abad ke-15 ini jauh lebih awal dari abad ke-18 yang merupakan saat kedatangan gelombang berikutnya, yaitu kaum Hadramaut yang bermarga Assegaf, Al Habsyi, Al Hadad, Alaydrus, Alatas, Al Jufri, Syihab, Syahab dan banyak marga Hadramaut lainnya.
• Hingga saat ini umat Islam di Hadramaut sebagian besar bermadzhab Syafi’i, sama seperti mayoritas di Srilangka, pesisir India Barat (Gujarat dan Malabar), Malaysia dan Indonesia. Bandingkan dengan umat Islam di Uzbekistan dan seluruh Asia Tengah, Pakistan dan India pedalaman (non-pesisir) yang sebagian besar bermadzhab Hanafi.
• Kesamaan dalam pengamalan madzhab Syafi’i bercorak tasawuf dan mengutamakan Ahlul Bait; seperti mengadakan Maulid, membaca Diba & Barzanji, beragam Shalawat Nabi, doa Nur Nubuwwah dan banyak amalan lainnya hanya terdapat di Hadramaut, Mesir, Gujarat, Malabar, Srilangka, Sulu & Mindanao, Malaysia dan Indonesia. Kitab fiqh Syafi’i Fathul Muin yang populer di Indonesia dikarang oleh Zainuddin Al Malabary dari Malabar, isinya memasukkan pendapat-pendapat baik kaum Fuqaha maupun kaum Sufi. Hal tersebut mengindikasikan kesamaan sumber yaitu Hadramaut, karena Hadramaut adalah sumber pertama dalam sejarah Islam yang menggabungkan fiqh Syafi’i dengan pengamalan tasawuf dan pengutamaan Ahlul Bait.
• Di abad ke-15, raja-raja Jawa yang berkerabat dengan Walisongo seperti Raden Patah dan Pati Unus sama-sama menggunakan gelar Alam Akbar. Gelar tersebut juga merupakan gelar yang sering dikenakan oleh keluarga besar Jamaluddin Akbar di Gujarat pada abad ke-14, yaitu cucu keluarga besar Azhamat Khan (atau Abdullah Khan) bin Abdul Malik bin Alwi, seorang anak dari Muhammad Shahib Mirbath ulama besar Hadramaut abad ke-13. Keluarga besar ini terkenal sebagai mubaligh musafir yang berdakwah jauh hingga pelosok Asia Tenggara, dan mempunyai putra-putra dan cucu-cucu yang banyak menggunakan nama Akbar, seperti Zainal Akbar, Ibrahim Akbar, Ali Akbar, Nuralam Akbar dan banyak lainnya.
Teori keturunan Cina
Sejarawan Slamet Muljana mengundang kontroversi dalam buku Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa (1968), dengan menyatakan bahwa Walisongo adalah keturunan Tionghoa Indonesia.[6] Pendapat tersebut mengundang reaksi keras masyarakat yang berpendapat bahwa Walisongo adalah keturunan Arab-Indonesia. Pemerintah Orde Baru sempat melarang terbitnya buku tersebut.[rujukan?]
Referensi-referensi yang menyatakan dugaan bahwa Walisongo berasal dari atau keturunan Tionghoa sampai saat ini masih merupakan hal yang kontroversial. Referensi yang dimaksud hanya dapat diuji melalui sumber akademik yang berasal dari Slamet Muljana, yang merujuk kepada tulisan Mangaraja Onggang Parlindungan, yang kemudian merujuk kepada seseorang yang bernama Resident Poortman. Namun, Resident Poortman hingga sekarang belum bisa diketahui identitasnya serta kredibilitasnya sebagai sejarawan, misalnya bila dibandingkan dengan Snouck Hurgronje dan L.W.C. van den Berg. Sejarawan Belanda masa kini yang banyak mengkaji sejarah Islam di Indonesia yaitu Martin van Bruinessen, bahkan tak pernah sekalipun menyebut nama Poortman dalam buku-bukunya yang diakui sangat detail dan banyak dijadikan referensi.
Salah satu ulasan atas tulisan H.J. de Graaf, Th.G.Th. Pigeaud, M.C. Ricklefs berjudul Chinese Muslims in Java in the 15th and 16th Centuries adalah yang ditulis oleh Russell Jones. Di sana, ia meragukan pula tentang keberadaan seorang Poortman. Bila orang itu ada dan bukan bernama lain, seharusnya dapat dengan mudah dibuktikan mengingat ceritanya yang cukup lengkap dalam tulisan Parlindungan [7].
Sumber tertulis tentang Walisongo
1. Terdapat beberapa sumber tertulis masyarakat Jawa tentang Walisongo, antara lain Serat Walisanga karya Ranggawarsita pada abad ke-19, Kitab Walisongo karya Sunan Dalem (Sunan Giri II) yang merupakan anak dari Sunan Giri, dan juga diceritakan cukup banyak dalam Babad Tanah Jawi.
2. Mantan Mufti Johor Sayyid `Alwî b. Tâhir b. `Abdallâh al-Haddâd (meninggal tahun 1962) juga meninggalkan tulisan yang berjudul Sejarah perkembangan Islam di Timur Jauh (Jakarta: Al-Maktab ad-Daimi, 1957). Ia menukil keterangan diantaranya dari Haji `Ali bin Khairuddin, dalam karyanya Ketrangan kedatangan bungsu (sic!) Arab ke tanah Jawi sangking Hadramaut.
3. Dalam penulisan sejarah para keturunan Bani Alawi seperti al-Jawahir al-Saniyyah oleh Sayyid Ali bin Abu Bakar Sakran, ‘Umdat al-Talib oleh al-Dawudi, dan Syams al-Zahirah oleh Sayyid Abdul Rahman Al-Masyhur; juga terdapat pembahasan mengenai leluhur Sunan Gunung Jati, Sunan Ampel, Sunan Giri, Sunan Kudus, Sunan Bonang dan Sunan Gresik.
Sumber:
http://id.wikipedia.org/wiki/Walisongo#Sunan_Gresik_.28Maulana_Malik_Ibrahim.29
1. ASAL MULA DESA PENGANTEN
2. Dahulu kala Sunan Prawoto mempunyai murid yang bernama Raden Sucitro. Raden Sucitro sendiri adalah anak dari Sunan Katong, sesudah berada di Pondok, Raden Sucitro jatuh cinta pada Diyah Murdaningsih, anak Sunan Prawoto. Kedua pemuda itu sudah bertekad untuk berumah tangga tetapi kedua orang tua mereka tidak setuju, lalu mereka kabur dari rumah. Kemudian Sunan Prawoto mencari anaknya, beliau berpikir kalau anaknya tadi dibawa ke kediaman Sunan Katong. Namun setelah dicari, Diyah Murdaningsih anaknya Sunan Prawoto tidak ada di sana malahan Sunan Prawoto bertengkar dengan Sunan Katong karena saling menuduh. Akhrinya Sunan Prawoto diikuti para pengawalnya pulang menyusuri hutan yang jaman dulu masih lebat. Singkat cerita, berhubung matahari sudah menunjukkan waktu sholat Ashar, Sunan Prawoto mau sholat di tempat itu yang kebetulan ada sumber air atau biasa disebut ‘sendang’. Sunan Prawoto mengambil wudhlu di sendang itu, namun Ia tidak tahu kalau ali-ali atau cincinya terlepas di dalam air saat wudhlu. Setelah selesai sholat, Sunan Prawoto dan pengawalnya langsung pulang. Sampai di rumah, Sunan Prawoto baru sadar kalau cincinnya hilang. Lalu beliau mengutus 2 pengawalnya untuk kembali ke sendang tadi untuk mencari cincinnya. Sebelumnya beliau sudah berpesan kepada utusannya tadi “Ojo nganti bali yen dhurung nemokake ali-ali iku”. Kemudian kedua pengawalnya kembali menyusuri hutan guna mencari cincin Sunan Prawoto. Namun setelah dicari-cari cincin itu belum ditemukan juga, sehingga dua pengawalnya tadi tidak berani untuk pulang karena belum menemukan cincin Sunan Prawoto sampai keduanya mati kelaparan.
3. Selang beberapa hari, Sunan Prawoto mulai gelisah “Aku utusan para sohabat iki mau, kok nganti pirang-pirang dina ora mulih iki iso ketemu opo ora?”. Akhirnya, Sunan Prawoto beserta pengawalnya kembali ke sendang sekaligus mencari dua pengawal tadi. Sampai di tempat, Sunan Prawoto baru tahu kalau kedua pengawalnya sudah mati. Kemudian Kanjeng Sunan Prawoto melihat sendang tempatnya wudhlu dulu, ternyata cincin itu ada di dalam sendang yang dulu belum ada namanya. Kemudian Sunan Prawoto berpesan “gandeng ali-ali iki jenenge ali-ali ‘Soca Ludiro’, sendang iki tak wenehi jeneng ‘Sendang Soca Ludiro. Lha terus sohabat loro sing mati iki mau, amarga nek goleki nganti ‘bebeg’ panggonan iki tak jenengke ‘Desa Gedebeg’”. Dalam bahasa Indonesia Soca Ludiro berarti, ‘mustika lelananging jagat yang berbentuk cincin’. Soca berarti ‘mata’ dan Ludiro berarti ‘darah yang mengalir di nadinya’. Dalam cerita pewayangan, mustika ini mampu membuat Arjuna bisa melihat alam ghaib. ‘Bebeg’ berarti ‘penuh/sungguh-sungguh’. Kemudian kedua pengawal tadi dikubur di gunung, yang sekarang bernama ‘Gunung Kaman’ dan sendang Soca tadi berada di selatan gunung Kaman. Setelah itu Sunan Prawoto kembali menyusuri hutan, sampai di suatu tempat beliau mencium bau liwetan dan langsung mencari tahu asal bau tersebut.
4. Diyah Murdaningsih dan Raden Sucitro yang diketahui anak dari Sunan Prawoto dan Sunan Katong tahu kalau ada orang yang mencarinya, kemudian kedua pemuda itu pindah ke tempat yang lebih tinggi atau bukit.
5. Berhubung Murdaningsih tahu kalau yang mencarinya adalah ayahnya, maka mereka tidak berani untuk kembali ke tempat semula. Setelah Sunan Prawoto mencari dan tidak ada orang di sana, akhirnya Sunan Prawoto dan pengawalnya pulang. Sampai di rumah, Sunan Prawoto mendapat firasat dari Allah SWT kalau anak yang dicarinya ada ditempat ketika Ia mencium bau liwetan. Akhirnya Sunan Prawoto dan pengawalnya kembali ke tempat bau liwetan tadi, namun di tempat itu tidak ketemu, karena setiap didatangi Sunan Prawoto selalu tidak ada orang, maka Kanjeng Sunan Prawoto berpesan “besuk nek ono rejane jaman, kampung iki tak jenengke kampung ‘Dalem’ ”. Dalem dalam bahasa Indonesia berarti filsafat “tempat yang sepi/tidak berpenghuni”. Sunan Prawoto kemudian mencari di sendang Keongan, dulu ada pohon Besulih di dekat sendang itu, lalu Sunan Prawoto memanjat pohon Besulih dan melihat ke bukit itu ada bangunan dari tumpukan batu bata, setelah diamati ternyata anaknya ada di sana. Kehendak Sunan Prawoto dari pada jadi masalah dengan Sunan Katong karena tidak sependapat, Sunan Prawoto berniat untuk membunuh Raden Sucitro anak Sunan Katong. Raden Sucitro dipanah dengan keris dan keris itu bisa mengenainya, karena Murdaningsih sudah cinta mati pada Raden Sucitro, akhirnya Diyah Murdaningsih pun menabrakkan tubuhnya dengan Raden Sucitro agar bisa terkena keris Sunan Prawoto juga. Sunan Prawoto pun merasa senang bisa membunuh lelaki tersebut, lalu Sunan Prawoto beserta pengawalnya pergi menuju bukit itu untuk mengajak Diyah Murdaningsih pulang. Namun setelah sampai di puncak bukit, betapa terkejutnya Sunan Prawoto melihat anak perempuannya sudah mati bersama Raden Sucitro.
6. Kemudian kedua jasad pasangan sehidup semati itu dikubur jadi satu di puncak bukit tersebut yang sekarang dikenal masyarakat sekitar sebagai bukit “Sigit Dhuwur”. Keris yang digunakan untuk memanah Raden Sucitro kemudian dicuci di bawah pohon belimbing dekat sendang Keongan. Buah belimbing yang tadinya manis setelah digunakan untuk mencuci keris berubah menjadi kecut atau asam, lalu buah tersebut dikenal dengan sebutan ‘Belimbing Keris’. Kemudian Kanjeng Sunan Prawoto berpesan “gandeng anakku mau mati ning kene kepengen podo omah-omah nanging wong tuwone ora setuju, besuk nek ono rejane jaman panggonan iki tak jenengke “Desa Penganten”.
7. Sekarang desa Penganten sudah menjadi tempat yang makmur juga memiliki tempat rekreasi seperti, sendang Keongan dan Bendungan Klambu yang selalu dipadati pengunjung pada hari libur maupun hari-hari biasa.
8. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dari cerita rakyat ini, Amin.
9.
10. Sumber: Bp. Suharno (Ds Penganten RT 02/ RW 02 Kecamatan Klambu Kabupaten Grobogan)
11. Foto Sendang Keongan (wisata alam Desa Penganten)
12.
Nyai Ageng Ngerang
1. Makam Nyai Ageng Ngerang terletak pekuburan umum, lereng Pegunungan Kendeng, Kecamatan Tambakromo, Kabupaten Pati.
2. Nyai Ageng Ngerang adalah anak kelima Sunan Kalijogo dari pernikahannya dengan Dewi Sarokah anak dari Sunan Gunung Jati.
3. Jarak dari kota Pati kira-kira 22 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.
4. Setiap hari tempat ini ramai pengunjung.
5. Setelah bertapa Raden Said pindah ke Cirebon. Disitu beliau bertapa lagi di pinggir kali, bernama Kalijaga. Dari sinilah sejarahnya kenapa beliau bergelar “Sunan Kalijaga”. Lama kelamaan kemudian beliau diambil ipar oleh Sunan Gunung Jati. Beliau menikah dengan dewi Sarokah dan mempunyai 5 (lima) anak, yaitu:
1. Kanjeng Ratu Pembayun yang menjadi istri Raden Trenggono (Demak)
2. Nyai Ageng Penenggak yang kemudian kawin dengan Kyai Ageng Pakar
3. Sunan Hadi (yang menjadi panembahan kali) menggantikan Sunan Kaijaga sebagai kepala Perdikan Kadilangu.
4. Raden Abdurrahman
5. Nyai Ageng Ngerang.
Dalam suatu cerita dikatakan bahwa Sunan Kalijaga pernah juga menikah dengan Dewi Sarah binti Maulana Ishak, Sunan Kalijaga mempunyai tiga orang putra, masing-masing ialah:
1. Raden Umar Said (Sunan Muria)
2. Dewi Ruqoyah
3. Dewi Sofiyah
Diposkan oleh kindarto di 05.33 6 komentar:
Senin, 24 November 2008
Sunan Prawoto
1. Makam Sunan Prawoto, yang terletak pekuburan umum Desa Prawoto, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati.
2. Sunan Prawoto adalah raja keempat Kasultanan Demak yang memerintah tahun 1546-1549. Nama aslinya ialah Raden Mukmin. Ia lebih cenderung sebagai seorang ahli agama dari pada ahli politik.
3. Kabupaten Pati seperti ''terlupakan'' setiap kali masyarakat muslim Indonesia melakukan rangkaian wisata spiritual ke makam-makam Walisongo yang ada di Demak, Kudus, dan Tuban. Padahal, di kabupaten ini banyak terdapat makam waliyullah yang mempunyai keterkaitan erat dengan Walisongo. Selain itu, banyak pula objek wisata spiritual yang tidak terkait dengan Walisongo, tetapi sangat potensial untuk dikembangkan.
4. ......situs terkait kisah Sunan Prawoto
Diposkan oleh kindarto di 23.56 Tidak ada komentar:
Sabtu, 22 November 2008
Petilasan Ki Ageng Giring
1. Ki Ageng Giring terkenal sebagai seorang petani pertapa sekaligus penyadab nira kelapa yang hidup di tengah pegunungan selatan. Di masa pemerintahan Kerajaan Pajang Ki Ageng Giring adalah sahabat dari Ki Ageng Pemanahan.
Menurut Mas Ngabehi Surakso Fajarudin yang menjabat jurukunci makam Giring, disebutkan bahwa Ki Ageng Giring adalah salah seorang keturunan Brawijaya IV dari Retna Mundri, yang hidup pada abad XVI. Dari perkawinannya dengan Nyi Talang Warih melahirkan dua orang anak, yaitu Rara Lembayung dan Ki Ageng Wanakusuma yang nantinya menjadi Ki Ageng Giring IV.
2. Petilasan Ki Ageng Giring tersebut terletak di Desa Sumbersoko, Kecamatan Sukolilo.
3. Jarak dari kota Pati kira-kira 20 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.
4. ......situs terkait kisah Ki Ageng Giring
Diposkan oleh kindarto di 00.13 Tidak ada komentar:
Jumat, 21 November 2008
Petilasan Prabu Anglingdarma
1. Prabu Anglingdarma adalah nama seorang tokoh legenda dalam tradisi Jawa, yang dianggap sebagai titisan Batara Wisnu. Salah satu keistimewaan tokoh ini adalah kemampuannya untuk mengetahui bahasa segala jenis binatang. Selain itu, ia juga disebut sebagai keturunan Arjuna, seorang tokoh utama dalam kisah Mahabharata . Prabu Anglingdarma konon merupakan keturunan ketujuh dari Arjuna, seorang tokoh utama dalam kisah Mahabharata. Hal ini dapat dimaklumi karena menurut tradisi Jawa, kisah Mahabharata dianggap benar-benar terjadi di Pulau Jawa.
2. Petilasan Prabu Anglingdarma tersebut terletak di Desa Mlawat, Kecamatan Sukolilo.
3. Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.
4. ......situs terkait kisah Prabu Anglingdarma
Diposkan oleh kindarto di 23.01 5 komentar:
Makam Mbah Tabek Merto
1. Obyek wisata : Kompleks makam kuno terletak di Dukuh Domasan, Desa Prawoto Kecamatan Sukolilo.
2. Makam ini diperkirakan telah ada sejak abad ke XVI pada masa awal penyebaran agama Islam di Indonesia.
3. Ditinjau dari bentuk makam, bentuk nisan dan letak pemakaman, maka makam kuno ini dapat disejajarkan dengan usia makam yang ada di Demak pada masa Kerajaan islam di Demak.
4. Berdasarkan namanya, Tabek berasal dari bahasa Arab dari kata tabi’a yang berarti yang mengikuti atau pengikut. Yang dimaksud pengikut di sini adalah pengikut para penyebar agama islam pada masa itu, yaitu para wali atau wali songo.
5. Kompleks pemakaman kuno saat ini banyak dikunjungi orang karena diyakini mempunyai hubungan dengan para wali.
Diposkan oleh kindarto di 22.31 Tidak ada komentar:
Makam Saridin / Syeh Jangkung
1. Objek Wisata : Makam Saridin atau terkenal dengan nama Syeh Jangkung konon merupakan salah seorang murid Sunan Kalijaga (Wali Songo).
2. Makam tersebut terletak di Desa Landoh, Kecamatan Kayen.
3. Jarak dari kota Pati kira-kira 17 Km kearah selatan menuju Kabupaten Grobogan.
4. Makam ini banyak dikunjungi orang setiap hari Jum’at Kliwon dan Jum’at Legi.
5. Upacara khol dilaksanakan setiap 1 tahun sekali yaitu pada bulan Rajab tanggal 14-15 dalam rangka penggantian kelambu makam.
6. ......situs terkait kisah Syeh Jangkung
Selamat datang di Wikipedia bahasa Indonesia! [tutup]
Joko Tingkir
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Langsung ke: navigasi, cari
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait atau pranala luar, tapi sumbernya masih belum jelas karena tak memiliki kutipan pada kalimat (catatan kaki). Mohon tingkatkan kualitas artikel ini dengan memasukkan rujukan yang lebih mendetail bila perlu.
Dalam tradisi Jawa Jaka/Joko Tingkir atau Mas Karèbèt atau ejaan China Peng King Kang[1], adalah pendiri sekaligus raja pertama Kerajaan Pajang yang memerintah tahun 1549-1582 dengan nama Hadiwijaya.
Daftar isi
Asal-usul
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir.[2] Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kerajaan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir).
Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia juga berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.
Silsilah Jaka Tingkir :
Andayaningrat (tidak diketahui nasabnya) + Ratu Pembayun (Putri Raja Brawijaya)→ Kebo kenanga (Putra Andayaningrat)+ Nyai Ageng Pengging→ Mas Karebet/Jaka Tingkir
Mengabdi ke Demak
Babad Tanah Jawi selanjutnya mengisahkan, Jaka Tingkir ingin mengabdi ke ibu kota Demak. Di sana ia tinggal di rumah Kyai Gandamustaka (saudara Nyi Ageng Tingkir) yang menjadi perawat Masjid Demak berpangkat lurah ganjur. Jaka Tingkir pandai menarik simpati raja Demak Trenggana sehingga ia diangkat menjadi kepala prajurit Demak berpangkat lurah wiratamtama.
Beberapa waktu kemudian, Jaka Tingkir bertugas menyeleksi penerimaan prajurit baru. Ada seorang pelamar bernama Dadungawuk yang sombong dan suka pamer. Jaka Tingkir menguji kesaktiannya dan Dadungawuk tewas hanya dengan menggunakan Sadak Kinang. Akibatnya, Jaka Tingkir pun dipecat dari ketentaraan dan diusir dari Demak.
Jaka Tingkir kemudian berguru pada Ki Ageng Banyubiru atau Ki Kebo Kanigoro (saudara tua ayahnya / kakak mendiang ayahnya). Setelah tamat, ia kembali ke Demak bersama ketiga murid yang lain, yaitu Mas Manca, Mas Wila, dan Ki Wuragil.
Rombongan Jaka Tingkir menyusuri Sungai Kedung Srengenge menggunakan rakit. Muncul kawanan siluman buaya menyerang mereka namun dapat ditaklukkan. Bahkan, kawanan tersebut kemudian membantu mendorong rakit sampai ke tujuan.
Saat itu Trenggana sekeluarga sedang berwisata di Gunung Prawoto. Jaka Tingkir melepas seekor kerbau gila yang dinamakan sebagai Kebo Danu yang sudah diberi mantra (diberi tanah kuburan pada telinganya). Kerbau itu mengamuk menyerang pesanggrahan raja, di mana tidak ada prajurit yang mampu melukainya.
Jaka Tingkir tampil menghadapi kerbau gila. Kerbau itu dengan mudah dibunuhnya. Atas jasanya itu, Trenggana mengangkat kembali Jaka Tingkir menjadi lurah wiratamtama.
Kisah dalam babad tersebut seolah hanya kiasan, bahwa setelah dipecat, Jaka Tingkir menciptakan kerusuhan di Demak, dan ia tampil sebagai pahlawan yang meredakannya. Oleh karena itu, ia pun mendapatkan simpati raja kembali.
Menjadi Raja Pajang
Prestasi Jaka Tingkir sangat cemerlang meskipun tidak diceritakan secara jelas dalam Babad Tanah Jawi. Hal itu dapat dilihat dengan diangkatnya Jaka Tingkir sebagai Adipati Pajang bergelar Adipati Adiwijaya. Ia juga menikahi Ratu Mas Cempaka, putri Trenggana.
Sepeninggal Trenggana tahun 1546, puteranya yang bergelar Sunan Prawoto seharusnya naik takhta, tapi kemudian ia tewas dibunuh Arya Penangsang (sepupunya di Jipang) tahun 1549. Arya Penangsang membunuh karena Sunan Prawoto sebelumnya juga membunuh ayah Aryo Penangsang yang bernama Pangeran Sekar Seda Lepen sewaktu ia menyelesaikan salat ashar di tepi Bengawan Sore. Pangeran Sekar merupakan adik kandung Trenggana sekaligus juga merupakan murid pertama Sunan Kudus. Pembunuhan-pembunuhan ini dilakukan dengan menggunakan Keris Kiai Setan Kober. Selain itu Aryo Penangsang juga membunuh Pangeran Hadiri suami dari Ratu Kalinyamat yang menjadi bupati Jepara.
Kemudian Aryo Penangsang mengirim utusan untuk membunuh Adiwijaya di Pajang, tapi gagal. Justru Adiwijaya menjamu para pembunuh itu dengan baik, serta memberi mereka hadiah untuk mempermalukan Arya Penangsang.
Sepeninggal suaminya, Ratu Kalinyamat (adik Sunan Prawoto) mendesak Adiwijaya agar menumpas Aryo Penangsang karena hanya ia yang setara kesaktiannya dengan adipati Jipang tersebut. Adiwijaya segan memerangi Aryo Penangsang secara langsung karena sama-sama anggota keluarga Demak dan merupakan saudara seperguruan sama-sama murid Sunan Kudus.
Maka, Adiwijaya pun mengadakan sayembara. Barangsiapa dapat membunuh Aryo Penangsang akan mendapatkan tanah Pati dan mentaok/Mataram sebagai hadiah.
Sayembara diikuti kedua cucu Ki Ageng Sela, yaitu Ki Ageng Pemanahan dan Ki Panjawi. Dalam perang itu, Ki Juru Martani (kakak ipar Ki Ageng Pemanahan) berhasil menyusun siasat cerdik sehingga sehingga Sutawijaya (Anak Ki Ageng Pemanahan) dapat menewaskan Arya Penangsang setelah menusukkan Tombak Kyai Plered ketika Aryo Penangsang menyeberang Bengawan Sore dengan mengendarai Kuda Jantan Gagak Rimang.
Setelah peristiwa tahun 1549 tersebut, Pusat kerajaan tersebut kemudian dipindah ke Pajang dengan Hadiwijaya sebagai raja pertama. Demak kemudian dijadikan Kadipaten dengan anak Sunan Prawoto yang menjadi Adipatinya
Hadiwijaya juga mengangkat rekan-rekan seperjuangannya dalam pemerintahan. Mas Manca dijadikan patih bergelar Patih Mancanegara, sedangkan Mas Wila dan Ki Wuragil dijadikan menteri berpangkat ngabehi.
Sumpah setia Ki Ageng Mataram
Sesuai perjanjian sayembara, Ki Panjawi mendapatkan tanah Pati dan bergelar Ki Ageng Pati. Sementara itu, Ki Ageng Pemanahan masih menunggu karena seolah-olah Hadiwijaya menunda penyerahan tanah Mataram.
Sampai tahun 1556, tanah Mataram masih ditahan Adiwijaya. Ki Ageng Pemanahan segan untuk meminta. Sunan Kalijaga selaku guru tampil sebagai penengah kedua muridnya itu. Ternyata, alasan penundaan hadiah adalah dikarenakan rasa cemas Adiwijaya ketika mendengar ramalan Sunan Prapen bahwa di Mataram akan lahir sebuah kerajaan yang mampu mengalahkan kebesaran Pajang. Ramalan itu didengarnya saat ia dilantik menjadi raja usai kematian Arya Penangsang.
Sunan Kalijaga meminta Adiwijaya agar menepati janji karena sebagai raja ia adalah panutan rakyat. Sebaliknya, Ki Ageng Pemanahan juga diwajibkan bersumpah setia kepada Pajang. Ki Ageng bersedia. Maka, Adiwijaya pun rela menyerahkan tanah Mataram pada kakak angkatnya itu.
Tanah Mataram adalah bekas kerajaan kuno, bernama Kerajaan Mataram yang saat itu sudah tertutup hutan bernama Alas Mentaok. Ki Ageng Pemanahan sekeluarga, termasuk Ki Juru Martani, membuka hutan tersebut menjadi desa Mataram. Meskipun hanya sebuah desa namun bersifat perdikan atau sima swatantra. Ki Ageng Pemanahan yang kemudian bergelar Ki Ageng Mataram, hanya diwajibkan menghadap ke Pajang secara rutin sebagai bukti kesetiaan tanpa harus membayar pajak dan upeti.
Menundukkan Jawa Timur
Saat naik takhta, kekuasaan Adiwijaya hanya mencakup wilayah Jawa Tengah saja, karena sepeninggal Trenggana, banyak daerah bawahan Demak yang melepaskan diri.
Negeri-negeri di Jawa Timur yang tergabung dalam Persekutuan Adipati Bang Wetan saat itu dipimpin oleh Panji Wiryakrama bupati Surabaya. Persekutuan adipati tersebut sedang menghadapi ancaman invansi dari berbagai penjuru, yaitu Pajang, Madura, dan Blambangan.
Pada tahun 1568 Sunan Prapen penguasa Giri Kedaton menjadi mediator pertemuan antara Hadiwijaya raja Pajang di atas negeri yang mereka pimpin. Sebagai tanda ikatan politik, Panji Wiryakrama diambil sebagai menantu Adiwijaya.
Selain itu, Adiwijaya juga berhasil menundukkan Madura setelah penguasa pulau itu yang bernama Raden Pratanu bergelar Panembahan Lemah Duwur Arosbaya menjadi menantunya.
Dalam pertemuan tahun 1568 itu, Sunan Prapen untuk pertama kalinya berjumpa dengan Ki Ageng Pemanahan dan untuk kedua kalinya meramalkan bahwa Pajang akan ditaklukkan Mataram melalui keturunan Ki Ageng tersebut.
Mendengar ramalan tersebut, Adiwijaya tidak lagi merasa cemas karena ia menyerahkan semuanya pada kehendak takdir.
Pemberontakan Sutawijaya
Sutawijaya adalah putra Ki Ageng Pemanahan yang juga menjadi anak angkat Hadiwijaya. Sepeninggal ayahnya tahun 1575, Sutawijaya menjadi penguasa baru di Mataram, dan diberi hak untuk tidak menghadap selama setahun penuh.
Waktu setahun berlalu dan Sutawijaya tidak datang menghadap. Adiwijaya mengirim Ngabehi Wilamarta dan Ngabehi Wuragil untuk menanyakan kesetiaan Mataram. Mereka menemukan Sutawijaya bersikap kurang sopan dan terkesan ingin memberontak. Namun kedua pejabat senior itu pandai menenangkan hati Adiwijaya melalui laporan mereka yang disampaikan secara halus.
Tahun demi tahun berlalu. Adiwijaya mendengar kemajuan Mataram semakin pesat. Ia pun kembali mengirim utusan untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya. Kali ini yang berangkat adalah Pangeran Benawa (putra mahkota), Arya Pamalad (menantu yang menjadi adipati Tuban), serta Patih Mancanegara. Ketiganya dijamu dengan pesta oleh Sutawijaya. Di tengah keramaian pesta, putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga membunuh seorang prajurit Tuban yang didesak Arya Pamalad. Arya Pamalad sendiri sejak awal kurang suka dengan Sutawijaya sekeluarga.
Maka sesampainya di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya, sedangkan Pangeran Benawa menjelaskan kalau peristiwa pembunuhan tersebut hanya kecelakaan saja. Hadiwijaya menerima kedua laporan itu dan berusaha menahan diri.
Pada tahun 1582 seorang keponakan Sutawijaya yang tinggal di Pajang, bernama Raden Pabelan dihukum mati karena berani menyusup ke dalam keputrian menemui Ratu Sekar Kedaton (putri bungsu Adiwijaya). Ayah Pabelan yang bernama Tumenggung Mayang dijatuhi hukuman buang karena diduga ikut membantu anaknya.
Ibu Raden Pabelan yang merupakan adik perempuan Sutawijaya meminta bantuan ke Mataram. Sutawijaya pun mengirim utusan untuk merebut Tumenggung Mayang dalam perjalanan pembuangannya ke Semarang.
Kematian
Perbuatan Sutawijaya itu menjadi alasan Hadiwijaya untuk menyerang Mataram. Perang antara kedua pihak pun meletus. Pasukan Pajang bermarkas di Prambanan dengan jumlah lebih banyak, namun menderita kekalahan. Adiwijaya semakin tergoncang mendengar Gunung Merapi tiba-tiba meletus dan laharnya ikut menerjang pasukan Pajang yang berperang dekat gunung tersebut.
Adiwijaya menarik pasukannya mundur. Dalam perjalanan pulang, ia singgah ke makam Sunan Tembayat namun tidak mampu membuka pintu gerbangnya. Hal itu dianggapnya sebagai firasat kalau ajalnya segera tiba.
Adiwijaya melanjutkan perjalanan pulang. Di tengah jalan ia jatuh dari punggung gajah tunggangannya, sehingga harus diusung dengan tandu. Sesampai di Pajang, datang makhluk halus anak buah Sutawijaya bernama Ki Juru Taman memukul dada Adiwijaya, membuat sakitnya bertambah parah.
Adiwijaya berwasiat supaya anak-anak dan menantunya jangan ada yang membenci Sutawijaya, karena perang antara Pajang dan Mataram diyakininya sebagai takdir. Selain itu, Sutawijaya sendiri adalah anak angkat Adiwijaya yang dianggapnya sebagai putra tertua. Pada cerita rakyat dinyatakan bahwa sebenarnya Sutawijaya adalah anak kandung Adiwijaya dengan anak Ki Ageng Sela.
Adiwijaya alias Jaka Tingkir akhirnya meninggal dunia tahun 1582 tersebut. Ia dimakamkan di desa Butuh, yaitu kampung halaman ibu kandungnya.
Pengganti
Hadiwijaya memiliki beberapa orang anak. Putri-putrinya antara lain dinikahkan dengan Panji Wiryakrama Surabaya, Raden Pratanu Madura, dan Arya Pamalad Tuban. Adapun putri yang paling tua dinikahkan dengan Arya Pangiri bupati Demak. Arya Pangiri sebenarnya adalah anak raja Demak Sunan Prawoto, yang seharusnya memang Arya Pangiri sebagai penerus garis suksesi Sultan Demak dahulu.
Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus (pengganti Sunan Kudus) untuk menjadi raja. Pangeran Benawa sang "putra mahkota" disingkirkan menjadi bupati Jipang. Arya Pangiri pun menjadi raja baru di Pajang dengan nama tahta Ngawantipura.
Catatan kaki
1. ^ (Indonesia) Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 61. ISBN 9798451163.ISBN 9789798451164
2. ^ Kedua nama "Ki Ageng" ini bukanlah nama asli tetapi nama sebutan yang terkait dengan asal daerah keduanya. Pengging adalah daerah di wilayah Boyolali sekarang dan Tingkir merupakan tempat di dekat Salatiga.
Referensi
1. Andjar Any. 1980. Raden Ngabehi Ronggowarsito, Apa yang Terjadi? Semarang: Aneka Ilmu
2. Babad Tanah Jawi, Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647. (terj.). 2007. Yogyakarta: Narasi
3. H.J.de Graaf dan T.H. Pigeaud. 2001. Kerajaan-Kerajaan Islam Pertama di Jawa. Terj. Jakarta: Pustaka Utama Grafiti
4. Hayati dkk. 2000. Peranan Ratu Kalinyamat di jepara pada Abad XVI. Jakarta: Proyek Peningkatan Kesadaran Sejarah Nasional Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan Nasional
5. Moedjianto. 1987. Konsep Kekuasaan Jawa: Penerapannya oleh Raja-raja Mataram. Yogyakarta: Kanisius
6. Purwadi. 2007. Sejarah Raja-Raja Jawa. Yogyakarta: Media Ilmu
7. Ricklefs, M. C., A History of Modern Indonesia since c. 1200, Palgrave MacMillan, New York, 2008 (terbitan ke-4), ISBN 978-0-230-54686-8
Kategori:
1. Tokoh dari Boyolali
2. Kerajaan Pajang
3. Raja Pajang
4. Tokoh Jawa Tengah
Tokoh JaHome › Sejarah Kerajaan › Sejarah Kerajaan Pajang
Sejarah Kerajaan Pajang
Kerajaan Pajang adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Jawa Tengah sebagai kelanjutan Kerajaan Demak. Kompleks keraton, yang sekarang tinggal batas-batas fondasinya saja, berada di perbatasan Kelurahan Pajang, Kota Solo dan Desa Makam haji,Karatsura,Sukoharjo. Berikut ini Kumpulan Sejarah akan menyajikan informasi selengkapnya mengenai Sejarah Kerajaan Pajang
AWAL BERDIRI KERAJAAN PAJANG
Pada abad ke-14 Pajang sudah disebut dalam kitab Negarakertagama karena dikunjungi oleh Hayam Wuruk dalam perjalanannya memeriksa bagian Barat. Antara abad ke-11 dan 14 di Jawa Tengah Selatan tidak ada Kerajaan tetapi Majapahit masih berkuasa sampai kesana. Sementara itu, di Demak mulai muncul Kerajaan kecil yang didirikan oleh tokoh-tokoh beragama Islam. Namun, sampai awal abad ke-16 kewibawaan raja Majapahit masih diakui.
Sejarah Kerajaan Pajang
Baru pada akhir abad ke 17 dan awal abad ke-18 para penulis kronik di Kartasura menulis seluk beluk asal usul raja-raja Mataram dimana Pajang dilihat sebagai pendahulunya. Pajang sendiri sebagai kelanjutan dari Pengging pada tahun 1618 yang pernah dihancurkan ibukota dan sawah ladangnya oleh pasukan-pasukan dari Mataram karena memberontak. Di bekas kompleks keraton Raja Pajang yang dikubur di Butuh banyak ditemukan sisa-sisa keramik asal negeri Cina.
Ceritera mengenai sejarah Pajang malah termuat dalam kitab Babad Banten yang menyebutkan Ki Andayaningrat berputera 2 orang yaitu, Kebo Kenanga dan Kebo Kanigara. Meskipun Majapahit ambruk pada tahun 1625, Pengging dibawah Kebo Kenanga berdaulat terus hingga pertengahan abad ke-16. untuk menundukkan pengging Raja Demak memanfaatkan jasa Ki Wanapala dan Sunan Kudus, dengan cara pendahuluan berupa adu kekuatan ngelmu.
Dua tahun kemudian, Kebo Kenanga berhasil dibunuh sedangkan anak laki-lakinya yaitu Jaka Tingkir kelak mengabdi ke Istana Demak untuk akhirnya mendirikan Kerajaan Pajang dengan sebutan Adi Wijaya.
RAJA-RAJA YANG MEMERINTAH DI KERAJAAN PAJANG
Jaka Tingkir
Nama aslinya adalah Mas Karèbèt, putra Ki Ageng Pengging atau Ki Kebo Kenanga. Ketika ia dilahirkan, ayahnya sedang menggelar pertunjukan wayang beber dengan dalang Ki Ageng Tingkir.[1] Kedua ki ageng ini adalah murid Syekh Siti Jenar. Sepulang dari mendalang, Ki Ageng Tingkir jatuh sakit dan meninggal dunia.
Sepuluh tahun kemudian, Ki Ageng Pengging dihukum mati karena dituduh memberontak terhadap Kesultanan Demak. Sebagai pelaksana hukuman ialah Sunan Kudus. Setelah kematian suaminya, Nyai Ageng Pengging jatuh sakit dan meninggal pula. Sejak itu, Mas Karebet diambil sebagai anak angkat Nyai Ageng Tingkir (janda Ki Ageng Tingkir). Mas Karebet tumbuh menjadi pemuda yang gemar bertapa, dan dijuluki Jaka Tingkir. Guru pertamanya adalah Sunan Kalijaga. Ia juga berguru pada Ki Ageng Sela, dan dipersaudarakan dengan ketiga cucu Ki Ageng yaitu, Ki Juru Martani, Ki Ageng Pemanahan, dan Ki Panjawi.
Silsilah Jaka Tingkir :
Andayaningrat (tidak diketahui nasabnya) + Ratu Pembayun (Putri Raja Brawijaya)→ Kebo kenanga (Putra Andayaningrat)+ Nyai Ageng Pengging→ Mas Karebet/Jaka Tingkir.
Meski dalam Babad Jawa, Adiwijaya lebih dilukiskan sebagai Raja yang serba lemah, tetapi kenyataannya sebagai ahli waris Kerajaan Demak ia mampu menguasai pedalaman Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan baik. Perpindahan pusat Kerajaan ke pedalaman yang dilanjutkan lagi oleh Raja Mataram berpengaruh besar atas perkembangan peradaban Jawa pada abad ke-18 dan 19.
Daerah kekuasaan Pajang mencakup di sebelah Barat Bagelen (lembah Bogowonto) dan Kedu (lembah Progo atas).
Di zaman Adiwijaya memerintah Pajang, yaitu pada tahun 1578 seorang tokoh pemimpin Wirasaba, yang bernama Wargautama ditindak oleh pasukan-pasukan kerajaan dari pusat. Berita dari Babad Banyumas ini menunjukkan masih kuatnya Pajang menjelang akhir pemerintahan Adiwijaya. Kekuasaan Pajang ke Timur meliputi wilayah Madiun dan disebutkan bahwa Blora pada tahun 1554 menjadi rebutan antara Pajang dan Mataram.
Ada dugaan bahwa Adiwijaya sebgai raja islam berhasil dalam diplomasinya sehingga pada tahun 1581, ia diakui oleh raja-raja kecil yang penting dikawasan Pesisir Jawa Timur. Untuk peresmiannya pernah diselenggarakan pertemuan bersama di istana Sunan Prapen di Giri, hadir pada kesempatan itu para Bupati dari Jipang, Wirasaba (Majaagung), Kediri, Pasuruan, Madiun, Sedayu, Lasem,Tuban, dan Pati. Pembicara yang mewakili tokokh-tokoh Jawa Timur adalah Panji Wirya Krama, Bupati Surabaya. Disebutkan pula bahwa Arosbaya (Madura Barat) mengakui Adiwijaya sehubunga dengan itu bupatinya bernama Panembahan Lemah Duwur diangkat menantu Raja Pajang.
Arya Pangiri
Arya Pangiri adalah putra Sunan Prawoto raja keempat Demak, yang tewas dibunuh Arya Penangsang tahun 1549. Ia kemudian diasuh bibinya, yaitu Ratu Kalinyamat di Jepara.
Arya Penangsang kemudian tewas oleh sayembara yang diadakan Hadiwijaya bupati Pajang. Sejak itu, Pajang menjadi kerajaan berdaulat di mana Demak sebagai bawahannya. Setelah dewasa, Arya Pangiri dinikahkan dengan Ratu Pembayun, putri tertua Sultan Hadiwijaya dan dijadikan sebagai bupati Demak.
Sepeninggal Sultan Hadiwijaya akhir tahun 1582 terjadi permasalahan takhta di Pajang. Putra mahkota yang bernama Pangeran Benawa disingkirkan Arya Pangiri dengan dukungan Sunan Kudus. Alasan Sunan Kudus adalah usia Pangeran Benawa lebih muda daripada istri Pangiri, sehingga tidak pantas menjadi raja.
Pangeran Benawa yang berhati lembut merelakan takhta Pajang dikuasai Arya Pangiri sedangkan ia sendiri kemudian menjadi bupati Jipang Panolan (bekas negeri Arya Penangsang).
Tokoh Sunan Kudus yang diberitakan Babad Tanah Jawi perlu dikoreksi, karena Sunan Kudus sendiri sudah meninggal tahun 1550. Mungkin tokoh yang mendukung Arya Pangiri tersebut adalah penggantinya, yaitu Panembahan Kudus, atau mungkin Pangeran Kudus Arya Pangiri menjadi raja Pajang sejak awal tahun 1583 bergelar Sultan Ngawantipura. Ia dikisahkan hanya peduli pada usaha untuk menaklukkan Mataram daripada menciptakan kesejahteraan rakyatnya. Dia melanggar wasiat mertuanya (Hadiwijaya) supaya tidak membenci Sutawijaya. Ia bahkan membentuk pasukan yang terdiri atas orang-orang bayaran dari Bali, Bugis, dan Makassar untuk menyerbu Mataram.
Arya Pangiri juga berlaku tidak adil terhadap penduduk asli Pajang. Ia mendatangkan orang-orang Demak untuk menggeser kedudukan para pejabat Pajang. Bahkan, rakyat Pajang juga tersisih oleh kedatangan penduduk Demak. Akibatnya, banyak warga Pajang yang berubah menjadi perampok karena kehilangan mata pencaharian. Sebagian lagi pindah ke Jipang mengabdi pada Pangeran Benawa.
Pangeran Benawa
Pangeran Benawa adalah raja ketiga Kesultanan Pajang yang memerintah tahun 1586-1587, bergelar Sultan Prabuwijaya.
Pangeran Benawa adalah putra Sultan Hadiwijaya alias Jaka Tingkir, raja pertama Pajang. Sejak kecil ia dipersaudarakan dengan Sutawijaya, anak angkat ayahnya, yang mendirikan Kesultanan Mataram.
Pangeran Benawa memiliki putri bernama Dyah Banowati yang menikah dengan Mas Jolang putra Sutawijaya. Dyah Banowati bergelar Ratu Mas Adi, yang kemudian melahirkan Sultan Agung, raja terbesar Mataram.
Selain itu, Pangeran Benawa juga memiliki putra bernama Pangeran Radin, yang kelak menurunkan Yosodipuro dan Ronggowarsito, pujangga-pujangga besar Kasunanan Surakarta. Pangeran Benawa dikisahkan sebagai seorang yang lembut hati. Ia pernah ditugasi ayahnya untuk menyelidiki kesetiaan Sutawijaya terhadap Pajang. Waktu itu Benawa berangkat bersama Arya Pamalad (kakak iparnya yang menjadi adipati Tuban) dan Patih Mancanegara.
Sutawijaya menjamu ketiga tamunya dengan pesta. Putra sulung Sutawijaya yang bernama Raden Rangga tidak sengaja membunuh seorang prajurit Tuban, membuat Arya Pamalad mengajak rombongan pulang.
Sesampai di Pajang, Arya Pamalad melaporkan keburukan Sutawijaya, bahwa Mataram berniat memberontak terhadap Pajang. Sementara itu Benawa melaporkan kebaikan Sutawijaya, bahwa terbunuhnya prajurit Tuban karena ulahnya sendiri.
Sutawijaya akhirnya terbukti memerangi Pajang tahun 1582, dan berakhir dengan kematian Sultan Hadiwijaya. Pangeran Benawa yang seharusnya naik takhta disingkirkan oleh kakak iparnya, yaitu Arya Pangiri adipati Demak.
Benawa kemudian menjadi adipati Jipang Panolan. Pada tahun 1586 ia bersekutu dengan Sutawijaya untuk menurunkan Arya Pangiri dari takhta, karena kakak iparnya itu dianggap kurang adil dalam memerintah.
Dikisahkan, Arya Pangiri hanya sibuk menyusun usaha balas dendam terhadap Mataram. Orang-orang Demak juga berdatangan, sehingga warga asli Pajang banyak yang tersisih. Akibatnya, penduduk Pajang sebagian menjadi penjahat karena kehilangan mata pencaharian, dan sebagian lagi mengungsi ke Jipang.
Persekutuan Benawa dan Sutawijaya terjalin. Gabungan pasukan Mataram dan Jipang berhasil mengalahkan Pajang. Arya Pangiri dipulangkan ke Demak. Benawa menawarkan takhta Pajang kepada Sutawijaya. Namun Sutawijaya menolaknya. Ia hanya meminta beberapa pusaka Pajang untuk dirawat di Mataram. Sejak itu, Pangeran Benawa naik takhta menjadi raja baru di Pajang bergelar Sultan Prabuwijaya.
BERBAGAI ASPEK PADA KERAJAAN PAJANG
Aspek Sosial Budaya
Pada zaman Pakubuwono I dan Jayanegara bekerja sama untuk menjadikan Pajang semakin maju dibidang pertanian sehingga Pajang menjadi lumbung beras pada abad ke-16 sampai abad 17, kerja sama tersebut saling menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kehidupan rakyat Pajang mendapat pengaruh Islamisasi yang cukup kental sehingga masyarakat Pajang sangat mengamalkan syariat Islam dengan sungguh-sungguh.
Aspek Ekonomi
Pada zaman Paku Buwono 1 (1708) ketika Ibukota Mataram masih ada di Kartasura, ada kerjasama yang baik antara Surakarta pusat dengan Jayengrana bupati Surabaya. Pada masa itu seluruh Jawa Timur kompak dalam mendukung kerjasama antara PakuBuwono 1 dan Jayengrana.
Pajang mengalami kemajuan di bidang pertanian sehingga menjadi lumbung beras dalam abad ke-16 dan 17. Lokasi pusat kerajaaan Pajang ada di dataran rendan tempat bertemunya sungai Pepe dan Dengkeng (ke dua-duanya bermata air di lereng gunung Merapi) dengan bengawan sala. Irigasi berjalan lancar karena air tanah di sepanjan tahun cukup untuk mengairi sehingga pertanian di Pajang maju.
Di zaman Kerajaan Demak baru muncul, Pajang telah mengekspor beras dengan mengangkutnya melalui perniagaan yang berupa Bengawan Sala. Sejak itu Demak sebagai negara maritim menginginkan dikuasainya lumbung-lumbung beras di pedalaman yaitu Pajang dan kemudian juga mataram, supaya dengan cara demikian dapat berbentuk negara ideal agraris maritim.
Aspek Politik
Arya Penangsang membuat saluran air melingkari Jipang Panolan dan dihubungkan dengan Bengawan Solo. Karena pada sore hari air Bengawan Solo pasang maka air di saluran juga mengalami pasang. Oleh karena itu saluran tersebut dikenal dengan nama Bengawan Sore. Sebetulnya Arya Penangsang sudah tidak berhak mengklaim tahta Demak kepada Sultan Hadiwijaya, karena Pajang adalah sebuah kerajaan tersendiri. Akan tetapi dendamnya kepada putera dan mantu Sultan Trenggono belum pupus. Dia kembali mengirim pembunuh gelap untuk membunuh Sultan Hadiwijaya, mengulangi keberhasilan pembunuhan terhadap Sunan Prawata. Akan tetapi pembunuhan tersebut tidak berhasil.
Dikisahkan Sunan Kalijaga memohon kepada Sunan Kudus agar para sepuh, Wali sebagai ulama dapat menempatkan diri sebagai orang tua. Tidak ikut campur dalam urusan “rumah tangga” anak-anak. Biarkanlah Arya Penangsang dan Hadiwijaya menyelesaikan persoalanya sendiri. Dan yang sepuh sebagai pengamat. Sunattulah akan berlaku bagi mereka berdua, ‘Sing becik ketitik sing ala ketara’. Wali lebih baik mensyi’arkan agama tanpa menggunakan kekuasaan. Biarkanlah urusan tata negara dilakukan oleh ahlinya masing-masing. Wali adalah ahli da’wah bukan ahli tata negara. Jangan sampai para Wali terpecah belah karena berpihak kepada salah satu diantara mereka. Apa kata rakyat jelata, jika melihat para Wali ‘udreg-udregan’, sibuk berkelahi sendiri.
Hampir semua Guru menyampaikan: “Setelah tidak ada aku nanti, mungkin pentolan-pentolan kelompokku sudah tidak punya ‘clash of vision’, tetapi mereka tetap punya ‘clash of minds’, ‘clash of egoes’, mereka merasa bahwa tindakan yang dipilihnya benar menurut pemahamannya, dan kalian akan melihat banyaknya aliran muncul”. seandainya Guru masih hidup maka kebenaran dapat ditanyakan dan tidak akan ada permasalahan. Mereka yang gila kekuasaan menggunakan pemahaman terhadap wasiat Guru sebagai alat untuk membangun kekuasaan. Yang terjadi bukan perang berdasarkan perbedaan keyakinan, tetapi perebutan kekuasaan menggunakan perbedaan pemahaman atau keyakinan sebagai alat yang ampuh.
Dikisahkan Sunan Kudus sebagai Guru Sultan Hadiwijaya, mengundang Sultan untuk datang ke Kudus untuk mendinginkan suasana. Pada saat itu terjadi perang mulut antara Arya Penangsang dan Sultan Hadiwijaya dan mereka saling menghunus keris. Konon Sunan Kudus berteriak: “Apa-apaan kalian! Penangsang cepat sarungkan senjatamu, dan masalahmu akan selesai!” Arya Penangsang patuh dan menyarungkan keris ‘Setan Kober’nya. Setelah pertemuan usai, konon Sunan Kudus menyayangkan Arya Penangsang, maksud Sunan Kudus adalah menyarungkan keris ke tubuh Sultan Hadiwijaya dan masalah akan selesai.
Akhirnya Arya Penangsang dengan kuda ‘Gagak Rimang’nya dipancing dengan kuda betina Sutawijaya yang berada di luar Bengawan Sore atas saran penasehat Ki Gede Pemanahan dan ki Penjawi. Dan, Arya Penangsang menaiki ‘Gagak Rimang’ yang bersemangat menyeberangi Bengawan Sore. Begitu berada di luar Bengawan Sore kesaktian Arya Penangsang berkurang yang akhirnya dia dapat terbunuh. Atas jasanya Ki Penjawi diberi tanah di Pati dan Ki Gede Pemanahan diberi tanah di Mentaok, Mataram. Sutawijaya adalah putra Ki Gede Pemanahan dan merupakan putra angkat Sultan Hadiwijaya sebelum putra kandungnya, Pangeran Benawa lahir. Sutawijaya konon dikawinkan dengan putri Sultan sehingga Sutawijaya yang akhirnya menjadi Sultan Pertama Mataram yang bergelar Panembahan Senopati, anak keturunannya masih berdarah Raja Majapahit.
KEMUNDURAN KERAJAAN PAJANG
Sepulang dari perang, Sultan Hadiwijaya jatuh sakit dan meninggal dunia. Terjadi persaingan antara putra dan menantunya, yaitu Pangeran Benawa dan Arya Pangiri sebagai raja selanjutnya. Arya Pangiri didukung Panembahan Kudus berhasil naik takhta tahun 1583.
Pemerintahan Arya Pangiri hanya disibukkan dengan usaha balas dendam terhadap Mataram. Kehidupan rakyat Pajang terabaikan. Hal itu membuat Pangeran Benawa yang sudah tersingkir ke Jipang, merasa prihatin. Pada tahun 1586 Pangeran Benawa bersekutu dengan Sutawijaya menyerbu Pajang. Meskipun pada tahun 1582 Sutawijaya memerangi Sultan Hadiwijaya, namun Pangeran Benawa tetap menganggapnya sebagai saudara tua.
Perang antara Pajang melawan Mataram dan Jipang berakhir dengan kekalahan Arya Pangiri. Ia dikembalikan ke negeri asalnya yaitu Demak. Pangeran Benawa kemudian menjadi raja Pajang yang ketiga. Pemerintahan Pangeran Benawa berakhir tahun 1587. Tidak ada putra mahkota yang menggantikannya sehingga Pajang pun dijadikan sebagai negeri bawahan Mataram. Yang menjadi bupati di sana ialah Pangeran Gagak Baning, adik Sutawijaya. Sutawijaya sendiri mendirikan Kesultanan Mataram di mana ia sebagai raja pertama bergelar Panembahan Senopati
Artikel Terkait
wa
Repost
Gara2 diingatkan pengalaman beberapa waktu lalu berkunjung ke situs makam Dayeuhluhur di Sumedang, jadi ingat postingan ini. Pada publikasi lama cerita ini pernah diprotes oleh mereka yang punya versi cerita berbeda. Tapi saya memang tidak mempunyai pendapat apa pun dan tidak menambahkan apa pun dalam/tentang cerita ini, sepenuhnya hanya mencoba mengenalkan ulang satu tokoh sejarah yang namanya dipakai sebagai salah satu nama jalan di pusat kota Bandung.
Pangeran Angkawijaya bergelar Prabu Geusan Ulun (1558-1601 M) adalah raja Sumedanglarang ke-9 yang bertahta pada 1578-1601 M. Ibunya, Satyasih atau Ratu Inten Dewata (lebih populer dengan gekar Ratu Pucuk Umun) adalah raja Sumedanglarang ke-8. Ratu Pucuk Umun menikah dengan Raden Solih (Ki Gedeng Sumedang atau lebih populer dengan gelar Pangeran Santri), cucu dari Pangeran Panjunan. Pangeran Santri kemudian menggantikan Ratu Pucuk Umun sebagai Raja Sumedanglarang dengan gelar Pangeran Kusumahdinata I dan memerintah pada 1530-1578 M.
Pada masa ini Kerajaan Sunda mengalami kejatuhan ke tangan Kesultanan Surasowan Banten. Namun mahkota kerajaan, Mahkota Binokasih, sempat diserahkan kepada Raja Sumedanglarang sebagai simbol pewarisan bekas wilayah Kerajaan Sunda. Prabu Geusan Ulunlah yang menerima pewarisan ini. Wilayah kekuasaan Sumedanglarang saat itu seluas Jawa Barat sekarang tidak termasuk Banten dan Jakarta yang dibatasi oleh sungai Ci Sadane, dan Cirebon dengan batas sungai Ci Pamali.
Pada masa pemerintahan Prabu Geusan Ulun, pusat kerajaan sempat dipindahkan dari Kutamaya ke Dayeuhluhur, sebuah kabuyutan di atas bukit. Pemindahan ini berkaitan dengan peperangan antara Sumedanglarang dengan Keraton Panembahan Ratu Cirebon.
Sebelum tahun 1585 Prabu Geusan Ulun pernah berguru agama Islam ke Demak dan Pajang. Di Pajang, Geusan Ulun bertemu dan memadu cinta dengan Harisbaya, seorang putri Pajang berdarah Madura. Sayang hubungan percintaan ini harus putus di tengah jalan karena urusan politik antarkerajaan.
Saat Raja Pajang, Hadiwijaya wafat, keluarga Trenggono di Demak menghendaki agar penggantinya adalah Arya Pangiri, menantu Hadiwijaya dan putra Sunan Prawoto dari Mataram. Namun keluarga Panembahan Ratu Cirebon berkeinginan lain, mereka meminta agar putra bungsu Hadiwijaya, Pangeran Banowo, yang menggantikan Hadiwijaya. Untuk mendiamkan Panembahan Ratu, Arya Pangiri “memberikan” Harisbaya kepada Panembahan Ratu untuk dijadikan istri keduanya. Arya Pangiri pun berhasil meneruskan Hadiwijaya sebagai penguasa Pajang.
Setelah usai belajar agama di Demak, dalam perjalanan pulangnya Geusan Ulun sempat mampir bertamu ke Panembahan Ratu untuk mengucapkan selamat atas pernikahannya dengan Harisbaya. Namun di luar dugaan, pertemuan dengan Harisbaya di Cirebon ternyata mengakibatkan CLBK alias cinta lama bersemi kembali.
Kerinduan dan cinta yang menggebu telah membuat Harisbaya mengendap-endap mendatangi tajug peristirahatan keraton dan membujuk Geusan Ulun agar membawa serta dirinya ke Sumedanglarang. Bila keinginan ini tidak dipenuhi oleh Geusan Ulun, Harisbaya memutuskan akan bunuh diri saja. Setelah berembuk dengan para pengawalnya, maka diputuskanlah malam itu juga mereka pergi secara diam-diam meninggalkan Keraton Panembahan Ratu.
Keesokan harinya keraton gempar karena para tamu dari Sumedanglarang telah tidak ada lagi di tajugnya dan bersama dengan itu Ratu Harisbaya juga ikut menghilang. Sejumlah prajurit dikerahkan untuk mengejar Geusan Ulun dan Harisbaya. Namun ketangguhan Patih Jaya Perkasa yang sungguh perkasa, berhasil memukul mundur seluruh prajurit ini.
Peristiwa ini memicu peperangan antara Sumedanglarang dengan Cirebon. Pasukan Sumedanglarang dipimpin langsung oleh Patih Jaya Perkasa. Sebelum berangkat perang Jaya Perkasa sempat menanam pohon hanjuang di Kutamaya, pusat kerajaan Sumedanglarang. Pohon hanjuang ini adalah tanda mengenai keberadaannya. Pohon hanjuang akan mati bila Jaya Perkasa kalah atau mati dalam perang dan akan tetap hidup bila berhasil memenangkan peperangan.
Namun perang berlangsung terlalu lama. Rupanya jumlah prajurit dari Cirebon terlalu banyak sehingga tidak mudah menaklukkannya. Sementara itu Geusan Ulun gelisah menunggu. Tak sabar menanti, seorang pengawal lain bernama Nangganan berprasangka jangan-jangan Jaya Perkasa sudah gugur di medan perang. Ia menganjurkan agar Geusan Ulun mengungsi saja ke daerah yang lebih aman, ke sebuah kabuyutan di puncak bukit yang bisa dijadikan benteng alami, Dayeuhluhur. Anjuran disetujui, dan pusat kerajaan Sumedanglarang segera dipindahkan ke Dayeuhluhur. Nangganan lupa, ia tidak memeriksa keadaan pohon hanjuang di Kutamaya…
Sementara itu, Jaya Perkasa ternyata berhasil memenangkan perang. Namun saat kembali ke Kutamaya yang ditemuinya hanyalah kesunyian. Pusat kerajaan telah kosong. Pohon hanjuangnya masih tetap hidup. Setelah mengetahui tentang kepindahan pusat kerajaan ke Dayeuhluhur, Jaya Perkasa segera menyusul ke sana dan menemui Geusan Ulun. Dalam kemarahan Jaya Perkasa membunuh Nangganan dan pergi meninggalkan rajanya sambil bersumpah tidak akan mau mengabdi lagi kepada siapa pun.
Di Cirebon, Panembahan Ratu menceraikan Harisbaya dengan ganti talaknya daerah Sindangkasih. Prabu Geusan Ulun menikahi Harisbaya sebagai istri kedua dan mendapatkan dua anak, Raden Suriadiwangsa dan Pangeran Kusumahdinata. Sedangkan dari istri pertamanya, Nyi Gedeng Waru, lahir seorang anak, Rangga Gede. Setelah wafatnya Geusan Ulun pada 1601, maka berakhir pula masa kerajaan Sumedanglarang karena dalam periode waktu berikutnya Sumedang dijadikan wilayah kabupaten yang berada dalam kekuasaan Mataram. Putra Geusan Ulun, Raden Suriadiwangsa menjadi Bupati Sumedang pertama (1620-1625) dan lebih dikenal dengan gelar Pangeran Dipati Ranga Gempol Kusumadinata atau Rangga Gempol.
Boleh percaya atau tidak, kono pohon hanjuang di Kutamaya itu masih tetap hidup sampai sekarang.
Catatan :
- Para pengawal Geusan Ulun yang turut menemani ke Demak adalah prajurit yang sama yang mengantarkan Mahkota Binokasi. Mereka biasa disebut Kandaga Lante. Masing-masing adalah Sanghiang Hawu atau Jaya Perkasa, Batara Dipati Wiradijaya atau Nangganan, Sanghiang Kondang Hapa, dan Batara Pancar Buana Terong Peot.
- Makam Nangganan terletak di lereng Dayeuhluhur.
Catatan ini disarikan dengan susah payah dari :
Sumedanglarang; Insun Medal Insun Madangan, 2008, R. Abdul Latief, R. Supian Apandi, R. Lucky Dj. Sumawilaga (Tanpa nama penerbit)
* Tata bahasa dalam sumber buku yang saya pergunakan ini kurang baik sehingga cukup merepotkan dalam mengartikan kalimat-kalimat dan maknanya. Mesti hati-hati membacanya.
CIKAL BAKAL DESA MAYONG LOR
1. PENDAHULUAN
Roro Ayu Mas Semangkin adalah puteri dari Sultan Prawoto yang ke-4. Sewaktu kecil di asuh oleh bibinya Ratu Kalinyamat. Setelah dewasa dijadikan sebagai “ garwo selir” dari “Panembahan Senopati”/ Sutowijoyo dari Kerajaan Mataram. Roro Ayu Mas Semangkin kembali ke Jepara untuk menumpas “pagebluk” yang disebabkan oleh kerusuhan dan
banyaknya perampokan di wilayah desa Mayong. Beliau menjadi panglima perang mendampingi Lurah Tamtomo Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanujayan. Atas keahlian dan ketangkasan dari Roro Ayu Mas Semangkin kerusuhan tersebut dapat dipadamkan. Setelah itu Roro Ayu Semangkin tidak mau kembali ke Mataram dan mendirikan pesanggraha.
Bersama Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanujayan dan Ki Datuk Singorojo.
Kanjeng Ibu Mas Semangkin adalah sosok seorang tokoh yang sangat berjasa, khusunya bagi warga masyarakat Desa Mayong Lor mengingat beliau adalah cikal bakal, dan pahlawan putri. Perilaku Ibu Mas Semangkin patut disuri tauladani bagi seluruh pemimpin pada seluruh lapisan yang ada diwilayah Kabupaten Jepara. Ketauladanan yang dapat dipetik adalah sifat kesederhanaan, kesehajaan, dan kedekatannya kepada kawula alit. Hal ini ditunjukknannya dalam kehidupan sehari-hari walaupun seorang isteri raja Mataram namun beliau rela mati untuk meninggalkan kemewahan duniawi menuju pengabdian kepada masyarakat kecil.
Dengan mengungkap dan menyajikan cerita dan atau sejarah singkat seorang tokoh teladan, kiranya akan dapat menumbuhkan rasa solidaritas yang tinggi pada diri warga masyarakat untuk dapat memahami dan menyadari arti suatu perjuangan hidup demi kemaslahatan orang banyak. Sehingga keberadaan tokoh ini akan tetap dikenang oleh masyarakat dan muncul sikap untuk turut serta hanguri-uri berbagai peninggalan dan makamnya sebagai salah satu bentuk perwujutan dalam upaya melestarikan adapt dan tradisi masyarakat melalui perlindungan, pemeliharaan dan restorasi termasuk didalamnya acara “buka luwur” yang diadakan disetiap tanggal 10 Muharram.
2. KELAHIRAN RORO AYU MAS SEMANGKIN
Roro Ayu Mas Semangkin, yang kemudian lebih dikenal Ibu Mas atau bergelar Ratu Mas Kagaluhan adalah puteri kedua dari Pangeran Haryo Bagus Mukmin (Sunan Prawoto) cucu dari Sunan Trenggono dan cicit dari Raden Patah. Sunan Prawoto adalah cucu dari Raden Patah putra dari Sultan Trenggono ( Raja ketiga dari Demak Bintoro) dengan Rr. Ayu pembayun putri Sunan Kalijaga yang dikaruniai sepuluh anak. Sedangkan Pangeran Haryo Bagus Mukmin memiliki keturunan tiga orang anak yakni P.Haryo Panggiri (Pangeran Madepandan) yang bergelar Sultan Ngawantipura, Rr. Ayu Mas Semangkin dan Rr. Ayu Mas Prihatin.
Pada saat kelahiran Rr. Ayu Mas Semangkin di Kerajaan Demak Bintoro sedang terjadi kemelut politik disebabkan wafatnya Sultan Trenggono (1546 M). Suksesi pergantian kepemimpinan pasca wafatnya Sultan Trenggono tidak dapat berjalan mulus dikarenakan terjadi konflik di Kerajaan Demak Bintoro., Faktor penyebab konflik dari intern (dalam kerajaan) dan factor ekstern (perbedaan pandangan dari para wali sembilan tentang calon pengganti Sultan Trenggono).
Konflik intern Kerajaan Demak terjadi karena adanya rasa dendam berebut kekuasaan dari keturunan Pangeran Sedo Ing Lepen yang dibunuh oleh Sunan Prawoto (Putera Sulung Sultan Trenggono) ternyata meninggalkan duri dalam hati keturunan Pangeran Sekar Sedo Ing Lepen, puteranya yang bernama Arya Penangsang merasa lebih berhak menduduki tahta kerajaan, sebab dia beranggapan bahwa yang menduduki kursi mahkota tersebut adalah ayahnya, bukan Sultan Trenggono karena Pangeran Sekar adalah kakak dari Sultan Trenggono dan adik dari Patih Unus atau Pangeran Sabrang Lor (Sultan Syah Alam Akbar II) yang memerintah tahun 1518 – 1521 M. Atas dasar inilah Arya Penangsang berusaha untuk merebut dan menduduki tahta kerajaan Demak. Sedangkan faktor ekstern yaitu munculnya aksi saling mendukung dari para wali yang memiliki calon-calon pengganti dari Sultan Trenggono turut mewarnai situasi politik di dalam kerajaan.
Dalam buku Babad Demak disebutkan bahwa Sunan Giri tetap mencalonkan Sunan Prawoto untuk menjadi Sultan Demak tetapi Sunan Prawoto sendri telah tercemar pribadinya karena tertuduh membunuh Pangeran Sekar Sedo Ing Lepen. Sedangkan suara Sunan Kudus lain lagi, beliau mencalonkan Arya Penangsang (Adipati Jipang), karena Arya Penangsang adalah pewaris (keturunan) langsung Sultan Demak dari garis laki-laki yang tertua, kecuali itu Arya Penangsang adalah orang yang mempunyai sikap kepribadian yang teguh dan pemberani.
Sunan Kalijaga beliau mencalonkan Hadiwijaya (Adipati Pajang) atau sering disebut juga dengan nama “ Joko Tingkir / Maskarebet”. Joko Tingkir adalah menantu Sultan Trenggono. Sikap pencalonan Sunan Kalijaga terhadap Pangeran Hadiwijaya disertai dengan alasan bahwa jika yang tampil Pangeran Hadiwijaya, maka pusat kesultanan Demak Bintoro akan dapat dipindahkan ke Pajang, sebab apabila masih di Demak, agama Islam kurang berkembang, sebaliknya akan lebih berkembang pesat apabila pusat kesultanan itu berada di Pedalaman (di Pajang).
Sikap dan pendapat dari Sunan Kalijaga ini tampaknya kurang disetujui oleh Sunan Kudus, karena apabila pusat kerajaan dipindahkan di pedalaman (Pajang) maka sangat dikhawatirkan ajaran Islam yang mulia, terutama menyangkut bidang Tasawuf, besar kemungkinannya bercampur dengan ajaran “mistik” atau Klenik sedangkan Sunan Kudus sedang mengajarkan ajarannya “Wuluang Reh” / penyerahan. Dari pendapat ini menunjukkan bahwa Sunan Kudus tidak setuju dengan sikap dan pendapat Sunan Kalijaga yang mencalonkan Hadiwijaya sebagai pengganti dari Sultan Trenggono.
Situasi politik semakin meruncing dan tambah memanas, sehingga Arya Penangsang mengambil sikap, karena merasa dialah yang lebih berhak menduduki tahta kerajaan Demak Bintoro, maka dengan gerak cepat terlebih dahulu menyingkirkan Sunan Prawoto dengan pertimbangan, Sunan Prawoto lah yang membunuh ayahnya, kedua dialah yang menjadi saingan berat dalam perebutan kekuasaan itu, akhirnya Sunan Prawoto mati terbunuh beserta isterinya oleh budak suruhan Arya Penangsang / “Soreng Pati” yang bernama “Rungkut”, pada tahun 1546. Setelah Sunan Prawoto wafat target berikutnya Joko Tingkir menantu dari Sulltan Trenggono, karena dianggap berambisi untuk menduduki tahta dari Kerajaan Demak.
Situasi politikyang kian meruncing dan memanas menjadi suasana semakin tidak menentu. Prahara perang saudara ini disebabkan oleh api dendam Arya Penangsang yang berhasrat untuk membalas dendam atas kematian ayahandanya dan ambisi menduduki tahta kerajaan Demak Bintoro yang membuat keselamatan jiwa dari keturunan Sunan Prawoto termasuk jiwa Rr. Ayu Semangkin.
Pada waktu Rr. Ayu Semangkin dilahirkan kerajaan dalam suasana penuh ketegangan sehingga ia diberi gelar ‘Ratu Mas Kagaluhan”, yang artinya “galau / was-was. Sunan Prawoto beserta isterinya merasa “galau” / “cemas” karena jiwanya diancam oleh Arya Penangsang.
Sejak dilahirkan Rr. Ayu Semangkin telah menjadi anak yatim piatu sehingga hidupnya penuh penderitaan. Selain itu jiwa keluarganya terancam oleh para Surengpati / pembunuh bayaran dari Arya Penangsang (Aryo Jipang). Keadaan inilah yang menghantui ketentraman keluarga mendiang Sunan Prawoto.
3. MENJADI PUTRI ANGKAT RATU KALINYAMAT
Setelah Sunan Prawoto dan isterinya wafat dibunuh oleh budak suruhan Arya Penangsang yang bernama “Rungkut” kehidupan keluarganya tidak tentram karena selalu mendapatkan ancaman dan teror dari para pengikut Arya Penangsang sehingga akan mengganggu keselamatan jiwanya. Selain itu suasana politik yang memanas menyebabkan Ratu Kalinyamat dan Pangeran Hadlirin berusaha untuk menyelamatkan keluarga Sunan Prawoto yang tidak lain kakak kandungnya.
Maka Pangeran Haryo Panggiri, Ratu Prihatin dan Rr. Ayu mas Semangkin berusaha dilindungi dan diasuh agar jiwanya selamat. Sedangkan Rr. Ayu Mas Semangkin dijadikan sebagai anak angkat Ratu Kalinyamat dan dipindahkan dari Prawoto ke Jepara yaitu Keraton Kalinyamatan (lokasinya di sekitar kawasan pabrik padi Bonjot yang sekarang digunakan sebagai gudang penampungan pupuk pertanian. Letak lokasinya tersebut berjarak kurang lebih satu kilometer sebelah utara dari jalan pertigaan masjid Purwogondo yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Kalinyamatan).
Salah satu prajurit yang turut di gladi perang adalah putri angkatnya sendiri yaitu Rr. Ayu Semangkin dan Rr. Ayu Prihatin. Rr. Ayu Semangkin selalu digladi oleh para tamtama kerajaan hingga memiliki oleh kanuragan cukup tinggi tanpa pilih tanding. Rr. Ayu Semangkin yang telah tumbuh menjadi seorang dewasa sangat giat berlatih dan tekun belajar dibawah bimbingan bibinya Ratu Kalinyamat. Selain belajar ilmu kanuragan dia juga mempelajari ilmu-ilmu agama Islam serta ilmu-ilmu batin untuk menempa dirinya. Ilmu kanuragan digunakan untuk melindungi diri dari musuh terutama dari para pengikut Arya Penangsang. Motivasi dan semangat yang mambara di hati Rr. Ayu Semangkin karena adanya bara api dendam kepada para pengikut Arya Penangsang yagn telah membunuh ayahnya. Ketekunan dan keprigelan Rr. Ayu Semangkin kemudian dijadikan Senopati Putri dari Kerajaan Jepara. Keadaan ini menyebabkan kerajaan Jepara memperoleh kebesaran dan mencapai puncak kejayaannya.
Kebesaran kekuasaan Ratu Kalinyamat dapat diketahui dari sumber sejarah yang ditulis oleh De Coutu dalam bukunya “Da Asia” menyebutkan “Rainha de Jepara, senhora poderosa e rica” artinya raja Jepara seorang perempuan yang kaya dan mempunyai kekuasaan besar. Kekuasaan besar ditunjukkan pada 1550 dan 1574 membantu kerajaan Johor untuk mengadakan penyerangan terhadap kekuatan Portugis di Malaka. Pada tahun 1550 Ratu Kalinyamat mengirimkan 40 kapal perangnya dan 200 orang prajurit pilihan. Sedangkan pada tahun 1574 mengirimkan pasukan sebanyak 15.000 orang dengan 300 kapal perang dan 80 buah Jung besar, namun kedua kali penyerangan itu tidak berhasil dikarenakan strategi perang yang digunakan dapat dipatahkan. Untuk menyelesaikan masalah perang tersebut maka Ratu Kalinyamat bersedia berunding dengan Portugis yang hasilnya mengecewakan. Dalam perundingan tersebut Portugis menuntut untuk menyerahkan enam kapal perangnya dan seluruh amunisinya serta bahan makanan yang dibawanya.
Kekalahan pasukan Ratu Kalinyamat membawa kerugian yang sangat besar sehingga akan berdampak kemunduran bagi kerajaan Kalinyatamatan. Setelah berkuasa cukup lama Ratu Kalinyamat pulah Kerahmatullah, akan tetapi tidak diketahui tahun kapan beliau wafat dan peristiwa apa kemangkatan kanjeng ratu ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada sumber yang mengatakan bahwa beliau wafat kira-kira pada tahun 1579 Masehi.
Setelah kemangkatan Ratu Kalinyamat maka kekuasaan pemerintahan diserahkan kepada putra angkatnya yang bernama “Pangeran Jepara” yaitu putra Raja Hasanuddin dari Banten, tetapi banyak terjadi pemberontakan di Pajang. Pada tahun 1578 Kerajaan Pajang runtuh dan diikuti oleh kerajaan Jepara keruntuhan di tahun 1590 M.
4. MENJADI ISTRI SELIR SUTOWIJOYO
Setelah Sutowijoyo berhasil mengalahkan Aryo Penangsang (Adipati Jipang) sesuai janjinya Ratu Kalinyamat menghadiahkan kedua putri angkatnya Rr.Ayu Mas Semangkin dan Rr. Ayu Prihatin diperistri oleh Raden Sutowijoyo dan selanjutnya diboyong dari Jepara ke Pajang. Waktu itu Sutowijoyo menjadi Senopati perang di Kerajaan Pajang. Pada saat inilah Rr. Ayu Semangkin dan Rr Ayu Prihatin mendalami olah kanuragan dan mulai tertarik untuk mulai berlatih perang bersama-sama prajurit Pajang Rr. Mas Semangkin sejak di keraton Kalinyamat dulu, sering berlatih olah kanuragan dan turut mendampigi Ratu Kalinyamat dalam melatih para prajuritnya. Kebiasaan itu juga dilakukannya saat mendampingi suaminya Sutowijoyo di arena latihan maupun di palagan / di tengah-tengah peperangan. Rr Ayu Semangkin dan Sutowijoyo dikenal sebagai senopati pilih tandingyang sangatditakuti oleh para musuh-musuhnya.
Setelah sekian lama mengabdi kepada Sultan Hadiwijaya (ayah angkatnya) bersama Rr. Ayu Semangkin di Pajang kemudian terbetik niat untuk menagih janji hadiah yang pernah dijanjikan oleh Sultan Hadiwijaya ketika sayembara barang siapa yang dapat mengalahkan Arya Penangsang maka akan dihadiahi bumi Pati dan hutan Mentaok. Sultan Hadiwijaya baru menepati satu janjinya yakni memberikan hadiah bumi Pati yang kemudian diserahkan kepada Ki Penjawi sedangkan hutan Mentaok tak kunjung diberikan sehingga Ki Juru Mertani dan Sutowijoyo diam-diam meninggalkan istana Pajang untuk membabat hutan Mentaok yang kelak menjadi kerajaan Mataram.
Setelah meninggalkan PajangKi Juru Mertani dan Sutowijoyo kemudian membabat hutan Mentaok dan mendirikan Pesanggraan di kota Gede dekat Yogyakarta. Sutowijoyo, Ki Ageng Pemanahan dan Rr. Ayu Semangkin dan Rr Ayu Prihatin beserta para pengikutnya turut mesanggrah di kota Gede tersebut. Selain itu senopati perang kerajaan Pajang ini juga ahli spiritual mengadakan interaksi dengan alam gaib penguasa laut selatan yang bernama “Nyai Loro Kidul”. Beliau bersemedi ditemani Ki Juru Mertani duduk disebuah batu hitam yang kini dikenal dengan nama batu gilang. Batu gilang tersebut sebagai tanda bukti bekas telapak kaki dan tempat duduk yang membekas hingga sekarang. Di atas batu gilang itulah senopati Sutowijoyo memperoleh pulung kerajaan seingga kelak menjadi raja di tanah jawa.
Pada saat inilah kelak menjadi embrio kesalah pahaman antara Pajang dan Mataram. Kesalahpaaman ini muncul ketika perilaku pembangkangan oleh Senopati Mataram (Raden Ngabehi Loring Pasar) putra dari Ki Ageng Pemanahan (Kyai Gede Mataram), Ia menjadi senopati Mataram menggantikan ayahnya atas perhatian raja Pajang dengan berbagai persyaratan, antara lain berkewajiban menghadap raja Pajang setiap tahun sebagai ukuran kesetiaannya. Namun apa yang terjadi, Senopati(Raden Ngabehi) pada tahun pertama diberi kelonggaran tidak diwajibkan menghadap ke Pajang. Tetapi kelonggaran itu justru disalahgunakan kesempatan. Ia menyuruh rakyat Mataram membuat batu bata guna mendirikan tembok benteng, dan pada tahun berikutnya ia pun tetap tidak menghadap ke Pajang.
Kyai Gede Mataram dalam waktu singkat dapat menjadikan daerahnya sangat maju. Beliau sendiri tidak mengecap hasil usahanya karena meninggal pada tahun 1575 tetapi puteranya yang bernama Sutowijoyo, melanjutkan usaha itu dengan giat. Sutowijoyo dikenal sebagai orang yang gagah berani. Mahir dalam perang dan karena itu nantinya lebih terkenal sebagai Senopati ing Alaga (Panglima perang). Sementara itu di Pajang terjadi perubahan yang sangat besar. Joko Tingkir meninggal pada tahun 1582. Anaknya pangeran Benowo disingkirkan oleh pangeran Pangiri (dari Demak) dan dijadikan Adipati di Jipang. Maka sebagai sultan Pajang kini bertahtalah Arya Pangiri yang melanjutkan daerah Demak.
Sultan baru ini dengan tindakan-tindakannya yang merugikan rakyat segera menimbulkan rasa tidak senang di mana-mana. Kenyataan ini merupakan kesempatan yang baik bagi Pangeran Benowo untuk merebut kembali kekuasaannya. Ia meminta bantuan kepada Senopati dari Mataram, yang juga menginginkan robohnya Kerajaan Pajang dan sudah terlebih dahulu mengambil langkah-langkah untuk melepaskan daerahnya dari Pajang itu. Pajang diserang dari dua jurusan, dan Arya Pangiri menyerah pada Senopati. Pangeran sendiri tidak sanggup kalau harus menghadapi saudara angkatnya itu, maka bersedia mengakui kekuasaan Senopati. Keraton Pajang dipindah ke Mataram, dan berdirilah kerajaan Mataram (1586).
Pengangkatan Senopati oleh dirinya sendiri menjadi raja Mataram dengan gelar “Panembahan Senopati Ing Alaga Sayidin Panatagama Kalifatullah”. Bila diartikan “Panembahan yaitu orang yang disembah / dijunjung tinggi (dihormati). “Senopati” artinya : panglima perang. “Ing Alaga” artinya : ditengah-tengah palagan / medan pertempuran, Sayidin Panatagama artinya “kepala agama”, “Kalifatullah” artinya “wakil dari Allah”.
Setelah pengangkatan dirinya menjadi raja Mataram mendapat banyak tantangan, lebih-lebih oleh karena segera menunjukkan politik ekspansinya. Bentrokan pertama terjadi dalam tahun 1586, yaitu dengan Surabaya. Dengan perantaraan Sunan Giri pertumpahan darah yang lebih hebat dapat dicegah. Surabaya tidak ditundukkan, tetapi bersedia mengakui kekuasaan Senopati. Dalam tahun itu juga Senopati menghadapi perlawanan kuat dari Madiun Ponorogo namun dapat segera dipatahkan. Pada tahun 1587 Senopati mampu menggempur Pasuruhan bersama Panarukkan dan pada tahun 1595 menaklukkan Cirebon dan Galuh. Pati dan Demak juga membrontak bahkan tentara mereka dapat mendekati ibukota Mataram. Tetapi pasukan Senopati yang dipimpin oleh Rr. Ayu Semangkin, Ki Tanujayan, Ki Brojo Penggingtaan dan keempat perwira yang dipimpin oleh Tumenggung Sukolilo yang bernama “Surokerto” dapat meredam pemberontakan.
Setelah perluasan ke Jawa Tengah bagian pesisir utara, Jawa Timur dan Jawa Barat (Cirebon dan Panarukkan) Senopati wafat tahun 1601 dan kemudian dimakamkan di Kota Gede Yogyakarta bersanding dengan Rr. Ayu Prihatin Garwo Selir Sutowijoyo yang dipersembahkan oleh Ratu Kalinyamat ketika dapat mengalahkan Arya Penangsang. Sedangkan Rr. Ayu Semangkin mendirikan Padepokan di Mayong dan mendirikan rumahnya di Mayonglor hingga wafat.
5. BERTINDAK SEBAGAI SENOPATI PERANG
Pada awal masa pemerintahan Mataram, sisa-sisa prajurit Jipang yang masih setia kepada Arya Penangsang, senantiasa mencptakan berbagai bentuk kerusuhan seperti pencurian, perampokan, pemerkosaan, pembunuhan, serta bentuk-bentuk tindak kejahatan lainnya. Hal ini mereka lakukan demi menciptakan ketidaktenteraman dan keresahan bagi masyarakat di Kasultanan Mataram. Daerah kekuasaan kerajaan Mataram yang seringkali terjadi huru hara yaitu di wilayah Pati, Jepara (lereng Muria), karena wilayahnya terlalu jauh dari pusat pemerintahan kerajaan Mataram.
Selain berbagai kerusuhan dan huru-hara juga terjadi di sekitar Mayong, Jepara. Pada permulaan abad 17, Pati Pesantenan yang dipimpin oleh Bupati Wasis Joyo Kusumo (Bupati Pragola Pati II) bermaksud membangkang mengadakan “kraman” dari kekuasaan Sultan di Mataram. Pembangkangan yang dilakukan oleh Bupati Pati terhadap Kasultanan Mataram ditunjukkan dengan sikapnya yang tidak mau membayar upeti dan tidak mau tunduk kepada perintah Sultan Mataram. Sikap tersebut ditandai dengan berkali-kali tidak hadir pada saat pisowanan agung yang digelar oleh Sultan. Untuk mengetahui kebenaran itu maka dikirimlah telik sandi ke Pati, Jepara dan daerah-daerah lain yang dianggap rawan tersebut. Setelah telik sandi dikirim ke tempat kerusuhan tersebut kemudian melaporkan kebenaran informasi kepada Sultan Mataram.
Atas kebenaran laporan tersebut Sultan Mataram kemudian memerintahkan para perwiranya untuk menumpas huru hara dan kraman di sekitar lerang pegunungan Muria.
Mendengar berita tentang keadaan yang sangat merisaukan dan membahayakan Kasultanan Mataram ini, maka Rr. Ayu Semangkin sebagai salah satu dari Senopati Putri pada waktu Ratu Kalinyamat terketuk dan terpanggil hatinya turut menyelesaikan berbagai macam permasalahan yang menyangkut keamanan di wilayah lereng pegunungan Muria. Rr. Ayu Semangkin merasa berutang budi dengan masyarakat di wilayah Jepara karena bertahun-tahun beliau hidup dan dibesarkan di istana Kalinyamatan serta telah digembleng berbagai ilmu kanuragan, ilmu keprajuritan dan ilmu spriritual.
Rr. Ayu Semangkin dengan keteguhan hatinya untuk turut serta menumpas huru-hara dan “kraman” yang dilakukan oleh Bupati Pati Wasis Joyo Kusumo beserta para sorengpati-sorengpati pengikut Arya Penangsang. Darah keprajuritan dan keprawiraan yang mengalir dalam jiwanya hal ini menyebabkan beliau berkeinginan untuk turun di tengah-tengah palagan dan memimpin sendiri penumpasan tersebut. Keteguhan hatinya untuk menjadi senopati perang melawan Bupati Pati dan para sorang-soreng pati pengikut Aryo Penangsang ini disampaikannya sewaktu ada pisowanan agung / musyawarah agung yang membahas tentang permasalahan gangguan keamanan di lereng pegunungan Muria.
Pada pertemuan ini Rr. Ayu Semangkin memohon ijin untuk menumpas kraman tersebut tetapi Sultan Mataram tidak memperkenankan turut dalam penumpasan tersebut karena mengkhawatirkan keselamatannya. Namun Rr. Ayu Semangkin mendesak dan meyakinkan kepada sultan hingga akhirnya merestui dan mengijinkan untuk turut menumpas huru hara dan kraman tersebut. Setelah mendapatkan ijin dan restu dari Sultan Mataram maka Rr. Ayu Mas Semangkin pergi ke tengah-tengah palagan dengan didampingi oleh dua orang tamtama perang yang sakti mandraguna yakni Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanujayan.
Selain rombongan prajurit dari Rr. Ayu Semangkin, Panembahan Senopati juga mengirimkan empat perwira terbaiknya guna membantu Rr. Ayu Semangkin yang dikhususkan untuk menumpas kraman yang dilakukan oleh Bupati Pati Wasis Joyo Kusumo. Bupati Pati dikenal sebagai salah satu seorang yang memiliki ilmu kanuragan yang tinggi dan daya kesaktian yang menakjubkan serta memiliki pusaka “Kere Wojo” rampasan dari “Baron Sekeder” yang dapat menambah kesaktiannya dalam pepatah Jawa “Ora tedhas Tapak Palune Pandhe sisaning gurendo”. Keempat perwira masing-masing Kanjeng Raden Tumenggung Cinde Amoh, Kanjeng Tumenggung Roro Meladi, orang menyebut Roro Molo, Kajeng Raden Tumenggung Candang Lawe orang menyebut Raden Slendar, Kanjeng Raden Tumenggung Samirono, orang menyebut Raden Sembrono. Keempat perwira beserta para prajurit dan pasukannya setelah mendapatkan tugas dan restu dari Kanjeng Sultan kemudian segera berangkat ke medan perang.
Keempat perwira tersebut mendapatkan tugas masing-masing sesuai dengan strategi yang digunakan dalam berperang. Suro Kadam mendapat tugas sebagai penunjuk jalan dan sekaligus sebagai prajurit telik sandi. Sebagai prajurit Telik Sandi Suro Kadam bertugas untuk sebagai mata-mata. Agar berhasil dalam menjalankan tugas maka dia mengadakan penyamaran dan bergabung dengan masyarakat. Suro Kadam menjalankan tugasnya dengan penuh keberanian dan kehati-hatian. Suro Kadam dalam menjalankan tugasnya dibantu oleh Suro Kerto adik kandungnya sendiri. Atas keberanian dan kehati-hatian tersebut Suro Kadam dapat memberikan informasi yang tepat tentang keberadaan Bupati Wasis Joyo Kusumo beserta pasukannya.
Dengan informasi yang tepat inilah keempat perwira dari Kasultanan Mataram kemudian mengadakan koordinasi, bermusyawarah untuk mengatur strategi perangnya agar dapat mengalahkan pasukan Bupati Pati Wasis Joyo Kusumo. Berkat kejituan strategi perang yang digunakan dan semangat dari para prajurit Mataram untuk memenangkan peperangan maka dalam waktu yang cukup singkat Bupati Wasis Joyo Kusumo dan pasukannya dapat ditakukkan.
Sepulang dari peperangan, para prajurit bersemayam / mesanggrah di Kademangan Sukolilo. Saat-saat itu bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW, tanggal 12 Maulud. Para prajurit terbiasa memperingati di setiap tanggal 12 Maulud di Keraton Mataram diadakan upacara Sekaten untuk itu mereka mengadakan upacara Skatenan di Sukolilo, sebagaimana adat Kasultanan setiap tahunnya. Keempat perwira tersebut kemudian mohon ijin untuk tinggal di Sukolilo guna mengawasi para pengikut Bupati Pati Wasis Joyo Kusumo. Panembahan Senopati mengijinkan membangun tenpat tinggal disana serta memberikan “palilah” (ijin), di Kademangan Sukolilo untuk melestarikan Maulid Nabi dengan mengadakan perayaan yang mirip Skaten yang disebutnya Meron, yang dalam bahasa Jawa dimaksudkan ramene tiron-tiron.
Sedangkan tempat berkumpulnya para Tumenggung untuk bertirakat sekarang dikeramatkan dengan nama Talang Tumenggung, sedang daerah tempat mesanggrah, sekarang menjadi Dukuh Pesanggrahan. Diantara keempat Tumenggung tersebut ada yang meninggal di Kademangan Sukolilo, yaitu Kanjeng Raden Tumenggung Cinde Among dan dimakamkan di makan Sentono Pesanggrahan (300 meter arah Timur Laut Talang Tumenggung)
Berkat kerjasama Pasukan Rr. Ayu Semangkin dan Tumenggung Sukolilo beserta para prajurit dan pengikut-pengikutnya maka Bupati Pati Wasis Joyo Kusumo dapat ditumpas. Kemudian keempat perwira tersebut memutuskan untuk menetap dan membangun Desa Sukolilo dan sekitarnya. Sedangkan Rr. Ayu Semangkin melanjutkan perjuangan di Mayong untuk menumpas para perusuh dan pengikut setia Arya Penangsang yang senantiasa membuat huru hara dan kerusuhan seperti perampokan, pemerkosaan, dan pembunuhan sehingga membuat keresahan dan ketidaktentraman masyarakat di Mayong dan sekitarnya.
Berkat semangat dan kegigihan serta kemahiran dari para prajurit Mataram lebih-lebih Lurah Tamtono Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanujayan. Maka pasukan Rr. Ayu Semangkin dalam waktu yang cukup singkat dapat menumpas para perusuh sehingga keadaan menjadi tenang dan pulih kembali seperti sedia kala. Namun Rr. Ayu Mas Semangkin masih khawatir terjadi kerusuhan lagi sehingga beliau beserta para pengikutnya untuk mendirikan pesanggrahan dan sekaligus membabat hutan di Mayong Lor sebagai tempat tinggalnya.
6. MENDIRIKAN PADEPOKAN DI WILAYAH MAYONG
Berkat kegigihan, kedigjayaan, keperwiraan dan ketangkasan dalam olah kanuragan Rr. Ayu Mas Semangkin dalam memimpin pasukannya sehingga para perusuh perlawanan dalam waktu singkat dapat dipatahkan bahkan menyerah dan bertekuklutut dihadapan para prajurit mataram. Suasana masyarakat diwilayah lereng pegunungan Muria khususnya di daerah Mayong dan sekitarnya mulai kembali aman, dan tentram. Kehidupan masyarakat kembali seperti semula karena masyarakat telah dapat beraktifitas / bekerja dengan tentram.
Tugas suci Rr. Ayu Mas Semangking beserta pasukannya telah dilaksanakan dengan cepat dan sukses, namun beliau dan pasukannya tidak segera pulang ke Mataram , mengingat serangan musuh mungkin bisa terulang lagi maka Kanjeng Ibu Mas Semangking mengerahkan kepada kedua tamtama dan para prajuritnya untuk sementara waktu menumpang di sebuah di padepokan yaitu di sebuah tempat yang dihuni oleh kakek tua. Penghuni padepokan ini adalah seorang pengembara dari pulau Dewata (Bali) dari Singaraja maka tempat tersebut sampai saat sekarang disebut desa Singorojo. Letak desa tersebut berjarak kurang lebih dua kilometer arah utara dari desa Pelemkerep Mayong.
Kakek tua penghuni padepokan tersebut bernama “Idha Gurnandhi” yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Ki Datuk Singorojo. Selama rombongan prajurit Mataram berada di tempat Ki Datuk Singorojo, perusuh-perusuh tidak dapat berani datang lagi. Kemudian Kanjeng Ibu Mas yang didampngi oleh kedua tamtama dan dikawal oleh beberapa prajurit Mataram memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram. Kanjeng Ibu Mas bersama kedua tamtama (Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanujaya) yang dikawal oleh prajurit Mataram ingin menetap di daerah baru. Dari tempat Ki Datuk Singorojo, rombongan prajurit Mataram bersama Kanjeng Ibu Mas Semangkin dan kedua Lurah tamtomo menuju kearah selatan kurang lebih 2 kilometer dari Desa Singorojo dan sampailah rombongan tersebut di daerah yang agak landai dan masih ditumbuhi oleh pohon semak-semak belukar.
Kanjeng Ibu Mas Semangkin bersama rombongan memutuskan untuk membabat hutan tersebut dan dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari Rr. Ayu Semangkin dan Ki Brojo Penggingtaan membabat hutan diwilayah utara. Sedankan dibagian selatan dipimpin oleh Ki Tanujayan bersama sebagian prajuritnya.
Pohon-pohon mulai ditebang semak belukar dibakar dan puing-puing disingkirkan. Tanpa terasa pekerjaan tersebut telah memakan waktu berbulan-bulan lamanya. Setelah semua itu dikerjakan maka kedua kelompok rombongan prajurit Mataram tersebut memutuskan untuk tetap tinggal di daerah baru tersebut. Daerah baru tersebut kemudian diberi nama desa ”Mayong”.
Daerah baru bagian utara Kanjeng Ibu Mas yang didampingi ki Brojo penggingtaan bersama prajurit Mataram mendirikan sebuah padepokan sebagai tempat tinggal sedangkan di daerah baru bagian selatan Ki Tanujayan bersama prajurit Mataram atas perintah Kanjeng Ibu Mas juga mendirikan padepokan sebagai tempat tinggal.
Di daerah baru tersebut kedua Lurah Tamtama mengajarkan ilmu-ilmunya baik ilmu kanuragan maupun ilmu kerohanian, budi luhur, kesucian batin terhadap sesama dan suka menolong, penyabar serta rendah hati dan masih banyak lagi mengenai hal-hal menuju kebaikan. Lambat laun berita tersebut tersiar sampai kedaerah-daerah lainnya. Akhirnya banyak orang yang berdatangan untuk meminta pertolongan atau datang untuk menimba ilmu serta banyak pula yang dating berguru bahkan adapula yang datang untuk menetap menjadi murid dan penghuni baru ditempat itu.
Oleh karena kearifan dan kebijaksanaan Kanjeng Mas juga Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanunjayan bersama prajurit-prajurit ditempat baru masing-masing, yang pada masa sebelumnya sering terjadi keganasan perampok maka sejak dihuninya daerah tersebut oleh penghuni baru kerusuhan-kerusuhan tidak terjadi lagi. Berkat kebesaran ketinggian budi serta kearifan Kanjeng Ibu Mas bersama kedua Tamtama Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanunjayan maka mereka diangkat menjadi sesepuh dan cikal bakal dari masyarakat Mayonr Lor dan Mayong Kidul.
Setelah beberapa lama singgah di padepokan Datuk Singorojo, Roro Ayu Semangkin bersama dengan Ki Lurah Tamtama, Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanujayan memutuskan untuk tidak kembali ke Mataram dan mendirikan Padepokan di Mayong Lor dan Mayong Kidul. Setelah padepokan berdiri banyak murid-murid yang datang dari wilayah Jepara, Kudus, Demak, dan Pati untuk berguru kanuragan dan ilmuilmu kejawen serta ilmu-ilmu agama kepada tokoh-tokoh tersebut.
Para murid padepokan dari Roro Ayu Semangkin, Ki Brojo Pengingtaan dan Ki Tanujayan selain berguru kepadanya juga banyak berguru di pdepokan Datuk Singorojo yang kebetulan ahli dalam pembuatan ukit-ukiran dan keramik. Keahlian Datuk Singorojoini kemudian ditularkan kepada murid-murid di padepokan tersebut. Dalam waktu singkat padepokan tersebut banyak kedatangan murid untuk berguru ilmu kanuragan, kejawen, keagamaan dan yang terpenting yaitu belajar untuk membuat gerabah. Sejalan dengan perjalanan waktu muncul perkampungan Undagen di desa Mayong Lor yang mengembangkan gerabah, genteng, keramik dan seni ukir. Dalam perkembanganyya maka pada tahun 1937 Belanda mendirikan pasar Mayong yang kini telah yerbakar untuk menampung berbagai macam barang-barang kerajinan gerabah yang digunakan untuk kepentingan rumah tangga dan berbagai macam mainan seperti manuk-manukan, gajah-gajahan, sapi-sapian, terbang-terbangan dan sebagainya. Keahlian masyarakat Mayong Lor dalam membuat gerabah dan teknik pembuatan keramik maka di Mayong Lor didirikan pabrik keramik. Selain itu Mayong Lor juga dijadikan pusat kawedanan, kecamatan dan di Kecamatan Mayong inipun telah lahir seorang pahlawanan wanita yang bernama “ RA. Kartini” yang kini tempat ari-arinya telah dibangun di dekat pendopo kecamatan Mayong.
Berdasarkan riwayat tentang Kanjeng Ibu Mas yang dikisahkan oleh para pinisepuh bahwa sejak kecil Rr. Ayu Mas Semangkin telah terbiasa dengan pola hidup yang bersahaja dan bahkan cenderung dengan tata kehidupan rakyat kecil serta kehidupan yang dilandaskan atas ketentuan kepercayaan yang beliau anut. Bentuk kepasrahan diri kepada Tuhan YME secara tulus menjadi suatu nafas kehidupan yang senantiasa beliau pelihara hingga akhit hayatnya. Dengan ketulusan, kejujuran dan kesucian batin yang senantiasa beliau pelihara dalam kehidupannya telah menempa dan membentuk jiwa beliau yang benar-benar rendah hati jujur berjiea tulus penyabar dan pengayom bagi masyarakat khususnya masyarakat bawah.
Rasa rendah hati ini dibuktikan dengan kerel;aan beliau yang jasadnya hanya dikebumikan disuatu makam di desa kecil desa Mayong Lor yang letaknya sangat jauh dari kemegahan dari makam kerbat keratin. Dengan demikian bukanlah suatu hal yang mustahil apabila beliau termasuk salah satu hamba yang dekat dan dikasihi Allah Yang Maha Kuasa.
7. RORO AYU MAS SEMANGKIN WAFAT
Setelah mendirikan Padepokan Agung di Mayong bersama Ki Brojo Penggingtaan dan Ki Tanujayan. Rr. Ayu Semangkin kemudian memutuskan untuk menetap di desa Mayonglor dan mendirikan pesanggrahan serta rumah persinggahan di Mayonglor yang kini bekasnya masih ada tetapi hanya tinggal puing-puingnya. Beliau mengabdikan dirinya untuk bersama-sama masyarakat membangun desa Mayong Lor maupun Mayong Kidul. Selain beliau bertempat tinggal di Mayong Lor sesekali juga sowan di Kasultanan Mataram. Dan setelah beliau mengenalkan putranya bernama Danang Syarif dan Danang Sirokol kepada ayahhandanya Panembahan Senopati dan akhirnya kedua putranya ini diangkat menjadi senopati perang. Tak lama kemudian beliau wafat dan dimakamkan di Desa Mayong Lor.
Masyarakat Mayong berkeyakinan bahwa kesucian batin dan kedekatan Kanjeng Ibu Mas dengan sang pencipta, maka banyak warga masyarakat yang memohon kepada Allah SWT dengan berwasilah kepada Kanjeng Ibu Mas. Permohonan umat manusia kepada Tuhannya dengan cara berwasilah kepada leluhur yang dianggap suci dan dekat kepada Allah tidak dilarang menurut agama Islam. Permohonan ini terjadi karena merasa diri mereka tidak sebersih dan sesuci para leluhur yang diwasilahilah ini diharapkan agar hajat mereka kehendaki dapat terkabul.
Berdasarkan anggapan masyarakat tentang diri Rr. Ayu Mas Semangkin sebagai seorang hamba dan kekasih Allah yang dipilih karena sepanjang hidupnya mengabdikan dirinya demi keamanan, ketentraman masyarakat di wilayah Mayong serta turut membangun kehidupan masyarakat menuju kesejahteraan. Untuk menghormati jasanya ini maka beliau dijadikan sebagai cikal bakal dan dimakamkan di Dukuh Gleget Desa Mayonglor yang kini setiap hari dan hari-hari tertentu makamnya dijadikan sebagai tempat para peziarah, dari berbagai golongan masyarakat. Dan setiap tahunnya tepat pada tanggal 10 Suro / Muharram diadakan upacara bukak luwur.
8. MITOS ATU RITUAL ATAU KEGIATAN-KEGIATAN DI MAKAM RORO AYU MAS SEMANGKIN SAMPAI SEKARANG
Berbagai kegiatan rutin di makam Kanjeng Ibu Mas Semangkin dapat dijumpai dan dilihat yang dilakukan oleh warga masyarakat dari berbagai lapisan, diantaranya yang menonjol adalah sebagai berikut:
a. Kegiatan pada hari Kamis sore
Banyak para peziarah yang datang dari berbagai lapisan masyarakat dan dari penjuru desa dan kota, pada umumnya para peziarah tersebut mengadakan selamatan di makam dan berdoa menurut cara dan keyakinan masing-masing yang dipandu oleh Juru Kunci Makam. Dari hari ke hari jumlah para peziarah semakin bertambah. Tidak kurang dari 50 orang yang khusus berziarah ke Makam Kanjeng Ibu Mas Semangkin pada setiap Kamis sore.
b. Kegiatan pada hari Kamis Malam (Malam Jum’at)
Mulai pukul 22.00 WIB, banyak warga masyarakat (khususnya laki-laki) yang datang dari berbagai penjuru desa dan kota untuk melakukan tirakatan dan bersemadi di dalam makam Kanjeng Ibu Mas Semangkin. Dari pengamatan yang dilakukan, tidak kurang dari 10 (sepuluh) orang yang datang untuk melakukan tirakatan dan bersemadi pada setiap Malam
c. Kegiatan pada setiap Malam Jum’at kliwon dan Jum’at Wage
Pada hari-hari tersebut diatas, dimulai sekitar pukul 20.30 WIB diadakan pengajian dan tahlil bersama-sama yang dilanjutkn dengan membaca Sholawat Nariyah. Anggota Sholawat Nariyah tercatat sebanyak tidak kurang dari 65 orang, tetapi yang hadir pada hari-hari tersebut tercatat berkisar antara 45 sampai dengan 50 orang
d. Kegiatan pada Setiap Tanggal 10 sampai dengan 11 Muharram
Sebagai penghormatan warga desa kepada almarhumah Kanjeng Ibu Mas Semangkin, maka pada setiap tanggal tersebut diatas diadakan peringatan hari wafatnya Kanjeng Ibu Mas Semangkin (Haul). Dari catatan Pengurus menunjukkan adanya peningkatan jumlah pengunjung pada setiap diadakannya haul.
Haul yang diselenggarakan secara terbuka untuk umum ini baru dirintis sejak tahun 1999 M. Meskipun peringatan-peringatan hari wafatnya Kanjeng Ibu Mas Semangkin ini belum lama dipublikasikan, tetapi catatan pengurus makam menunjukkan adanya peningkatan jumlah pengunjung yang sangat mengejutkan, karena pada haul Kanjeng Ibu Mas Semangkin tahun 2001 tidak kurang dari 4.000 pengunjung yang hadir. Pada haul tahun-tahun sebelumnya hanya tercatat tidak lebih dari 1.500 pengunjung. Kenyataan ini menunjukkan betapa semakin sadarnya warga masyarakat dalam menghargai dan menghormati para leluhurnya.
e. Kepercayaan Rakyat (MITOS RAKYAT)
Terkait dengan cerita Ibu Mas Semangkin terdapat perilaku dan kepercayaan yang hidup di kalangan masyarakat Mayong Lor. Kepercayaan yang terkait dengan Ibu Sumangkin antara lain Di atas makam Ibu Mas Semangkin sering terlihat fenomena gaib. Jika terlihat bola api menunjukkan ada musibah. Bola api merah berjalan di atas rumah makam Fenomena tersebut sesekali terlihat di atas rumah makam Ibu Semangkin. Fenomena tersebut pernah terlihat ketika terjadi perkelahian antar desa yang melibatkan Desa Mayong Lor.
Masyarakat Mayong Lor sebagian juga percaya orang-orang perempuan tidak boleh memasuki komplek makam dengan memakai baju warna hijau pupus daun. Warna tersebut adalah kesukaan Ibu Mas Semangkin ketika masih hidup. Pantangan memakai baju warna pupus bagi perempuan diperhatikan oleh sebagian masyarakat Mayong Lor sampai sekarang
Patahnya cabang pohon besar ( bergat ) dilingkungan makam Ibu Mas Semangkin, setiap ada calon pemimpin desa (petinggi) memberikan isyarat tokoh yang akan terpilih. Kearah calon yang mana cabang pohon itu patah maka calon tersebut yang akanterpilih. Masyarakat setempat percaya bahwa peristiwa itudapat dilihat beberapa kali pada saat pemilihan kepala desa (petinggi).
Ketoprak atau seni pertunjukan dilarang memainkan peran tokoh ibu Mas Sumangkin. Jika hal itu dilanggar maka besaar kemungkinan penyelenggara dan pemainnya akan mendapat mushibah. Oleh karena itu penduduk sampai sekarang tidak bernai memainkan peran Ibu Mas Semangkin pada pertunjukan seni Ketoprak. Pada saat ini tokoh pemerintahan bupati, camat, petinggi dan kiay/ ulama.menghadiri acara buka luwur dan khaul Ibu Mas Semangkin. Acara khaul juga dihadiri keturunan Sunan Kalijaga di Jepara dan sekitarnya.
. Kisah Nabi Ibrahim Menyembelih Nabi Ismail
Diceritakan Nabi Ibrahim merupakan salah satu nabi yang sangat wira’i, taqwa, dan cinta kepada Allah. Pada suatu ketika Nabi Ibrahim berqurban 1000 kambing, 300 sapi, dan 100 unta budunah ke jalan Allah sehingga membuat orang-orang dan para malaikat terheran-heran. Beliau berkata “Setiap apapun yang membuat aku dekat dengan Allah, maka tidak ada sesuatu yang berharga bagiku. Demi Allah, jika aku mempunyai seorang anak niscaya aku akan menyembelihnya ke jalan Allah. Jika itu bisa membuatku dekat kepada Allah”. Waktu pun berlalu dan hari silih berganti. Beliau pun lupa akan ucapan yang telah dikatakan. Ketika beliau berada di Baitul Muqoddas, beliau memohon kepada Allah agar dikaruniai seorang anak. Kemudian Allah pun mengabulkan permohonan beliau. Beliau dikaruniai seorang putra yang tampan dan sholeh bernama Ismail dari istri beliau Hajar.
Allah berfirman dalam Alqur’an pada Surat Ash-Shoffat penggalan Ayat 102:
لسعىا معه بلغ فلما
Maka tatkala anak itu (Ismail) sampai pada umur sanggup berusaha bersama-sama Ibrahim
Ketika Nabi Ismail berusia 9 tahun (ada yang mengatakan 13 tahun), pada waktu itu bertepatan pada malam tanggal 8 Dzul hijjah, Nabi Ibrahim tidur dan bermimpi. Dalam mimpi tersebut, seseorang berkata kepada beliau “Wahai Ibrahim, tepatilah janjimu !”. Setelah terbangun pada pagi hari, berliau berpikir dan mengangan-angan, dan berkata pada dirinya “Apakah mimpi itu dari Allah ataukah dari syetan ?”. Kemudian hari itu dinamakan yaumut tarwiyyah atau hari tarwiyyah[1], karena tarwiyyah dalam bahasa arab artinya berpikir mengingat masa lalu.
Pada malam harinya beliau tidur dan bermimpi seperti mimpi yang pertama. Setelah terbangun pada keesokan hari, beliau mengetahui bahwa mimpi tersebut berasal dari Allah. Dan pada hari itu (tanggal 9 Dzul Hijjah) dinamakan yaumu arofah atau hari arofah[2]. Pada malam harinya beliau pun bermimpi dengan mimpi yang sama seperti sebelumnya. Setelah terbangun pada keesokan hari, beliau baru menyadari bahwa mimpi tersebut adalah perintah untuk menyembelih putra beliau. Kemudian pada hari itu (tanggal 10 Dzul Hijjah) dinamakan yaumun nahr atau hari nahr[3].
Ketika Nabi Ibrahim akan mengajak putranya untuk disembelih, Beliau berkata kepada istri beliau Hajar “Pakaikanlah anakmu dengan pakaian yang bagus, karena sesungguhnya aku akan pergi bersamanya untuk bertamu !”. Hajar pun memberi Nabi Ismail dengan pakaian yang bagus, memberinya wangi-wangian, dan menyisir rambutnya. Kemudian Nabi Ibrahim pergi bersama Nabi Ismail dengan membawa sebuah pisau besar dan tali ke arah tanah Mina.
Pada hari itu Iblis lebih sibuk dan lebih gugup, datang dan kembali. Ia menemui, menggoda mereka,dan berusaha agar penyembelihan tersebut gagal. Iblis menggoda Nabi Ibrahim, pada waktu itu Nabi Ismail sedang berlari-lari di depan beliau “Apakah kamu tidak melihat tegaknya anakmu ketika ia berdiri, ia begitu tampan, dan lembut tingkah lakunya !!!”. Nabi Ibrahim berkata “Iya, tetapi aku diperintah untuk menyembelihnya !!!”. Iblis pun tak kuasa menggoda Nabi Ibrahim meski dengan seribu godaan. Kemudian ia pergi menemui Hajar, dan berkata “Wahai Hajar, bagaimana bisa kamu hanya duduk disini sedangkan Ibrahim pergi bersama anaknya untuk menyembelihnya !!!”. Hajar berkata “Kamu jangan dusta kepadaku, mana ada seorang ayah yang tega menyembelih putranya ?”. Iblis menjawab “Lalu untuk apa Ibrahim membawa pisau besar dan tali !!!”. Hajar bertanya “Untuk alasan apa ia menyembelihnya ?”. Iblis menjawab “Ia menyangkan bahwa tuhannya telah memerintahkannya untuk meyembelih anaknya !!!”. Hajar berkata “Seorang nabi tidak diperintahkan untuk kebatilan dan aku akan selalu percaya padanya. Nyawaku sebagai tebusan atas perkara itu, maka bagaimana dengan anakku (tentu ia pun demikian) !!!”. Dengan beribu-ribu rayuan dan godaan, tetapi Iblis tak kuasa menggoda Hajar. Kemudian ia pergi menemui Nabi Ismail dan menggodanya “Kamu sangat senang bermain-main, tetapi ayahmu membawa pisau besar dan tali, ia akan menyembelihmu !!!”. Nabi Ismail berkata “Kamu jangan berbohong kepadaku, ayahku tidak akan menyembelihku !”. Iblis berkata “Ia menyangka bahwa tuhannya telah memerintahkannya untuk menyembelihmu !!!” Nabi Ismail berkata “Aku akan selalu tunduk dan taat terhadap perintah tuhanku !!!”. Saat Iblis akan melontarkan perkataan lain untuk meggodanya, Nabi Ismail mengambil batu-batu dan melemparkannya kepada Iblis sehingga mengenai mata kiri Iblis. Kemudian Iblis pun pergi dengan kecewa dan putus asa. Nah, pada tempat Allah mewajibkan melempar jumrah bagi orang yang melaksanakan haji dengan niat melempar batu atau kerikil ke arah syetan dan mengikuti apa yang telah dilakukan Nabi Ismail.
Setelah sampai di tanah Mina, Nabi Ibrahim berkata kepada putranya, sesuai yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoffat penggalan ayat 102 :
يا بني إني ارى في المنام أني اذبحك فانظر ماذا ترى
Wahai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu.
Maksudnya adalah Nabi Ibrahim meminta pendapat Nabi Ismail, bagaimana pendapat Nabi Ismail menyikapi mimpi tersebut. Mimpi seorang nabi adalah haq dan benar, apakah Nabi Ismail bisa bersabar atau ia meminta maaf sebelum dilaksanakan penyembelihan. Ini merupakan ujian yang diberikan dari Nabi Ibrahim kepada Nabi Ismail, apakah Nabi Ismail bisa taat dan tunduk ataukan sebaliknya. Nabi Ismail pun menjawab sesuai yang termaktub dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoffat penggalan ayat 102 :
يا أبت افعل ما تؤمر ستجدني ان شاء الله من الصابرين
Wahai ayahku, lakukan apa yang diperintahkan kepadamu, Insya’allah engkau akan menemuiku termasuk orang-orang yang sabar
Ketika Nabi Ibrahim mendengarnya, beliau menyadari bahwa Allah telah mengabulkan do’anya, sesuai yang termaktub dalam Surat Ash-Shoffat ayat 100 :
رب هب لي من الصالحين
Ya Tuhanku, anugrahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang sholeh
Kemudian beliau memuji Allah. Kemudian Nabi Ismail berkata “Wahai ayahku, aku berwasiat kepadamu beberapa perkara. Ikatlah tanganku dengan kencang agar aku tidak goyah karena itu akan menyakitkanku. Letakkan wajahku di atas bumi agar engkau tidak memandangku sehingga engkau merasa kasihan. Tutuplah pakaianmu dariku agar darahku tidak mengotorinya sehingga ibuku tidak melihatnya, karena itu akan membuatnya sedih. Tajamkanlah bibir pisau besarmu dan percepatlah dalam menyembelih leherku agar terasa lebih ringan karena sesungguhnya kematian itu sangat menyakitkan. Berikanlah pakaianku kepada ibuku sebagai pengingat diriku. Sampaikan salam dariku dan katakana padanya “bersabarlah atas perintah Allah”. Jangan engkau menceritakan kepada ibuku bagaimana engkau menyembelih dan mengikat tanganku. Jangan engkau membawa bocah kepada ibuku agar ia tidak semakin bersedih. Jika engkau melihat seorang bocah sepertiku, maka jangan engkau terus memandanginya sampai engkau bersedih.” Nabi Ibrahim berkata “Baiklah, semoga pertolongan selalu menyertaimu atas perintah Allah, wahai anakku !”.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Surat Ash-Shoffat ayat 103 :
فلما اسلما وتله للجبين
Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya
Nabi Ibrahim membaringkan Nabi Ismail untuk disembelih seperti layaknya kambing sembelihan. Dan kejadian itu terjadi di atas batu besar di Tanah Mina. Nabi Ibrahim pun meletakkan pisau besar besarnya di leher putra beliau. Kemudian beliau menyembelih leher putra beliau dengan kuat, akan tetapi atas kehendak Allah pisau tersebut tak mampu memotong leher Nabi Ismail bahkan menggoresnya pun tidak. Allah membuka tutup mata dari semua malaikat langit dan bumi, sehingga mereka mengetahui kejadian tersebut. Kemudian mereka berlutut dan bersujud kepada Allah. Kemudian Allah berkata “Lihatlah kalian semua kepada hambaku bagaimana ia menebaskan pisau besar pada leher anaknya karena mengharap ridloku, sedangkan kalian berkata ketika aku berkata :
اني جاعل في الأرض خليفة : اتجعل فيها من يفسد فيها ويسفك الدماء ونحن نسبح بحمدك ونقدس لك
[Allah berfirman] Sesungguhnya aku akan menjadikan seorang kholifah di atas bumi. [Malaikat berkata] Mengapa Engkau akan menjadikan di bumi orang yang akan berbuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami selalu bertasbih dengan memuji-Mu dan mensucikan-Mu.
Nabi Ismail berkata “Wahai ayahku, engkau telah melemahkan kekuatanmu karena cinta kepadaku sehingga engkau tidak kuasa untuk menyembelihku”. Kemudian Nabi Ibrahim menebaskan pisau besarnya pada batu dan batu tersebut terbelah menjadi dua. Nabi Ibrahim berkata terheran-heran “Pisau ini bisa memotong batu tetapi tidak bisa memotong daging”. Namun atas kuasa Allah, pisau tersebut berkata “Wahai Ibrahim, kamu mengatakan potonglah, tetapi tuhan semesta alam berkata jangan potong. Maka bagaimana aku melaksanakan perintahmu yang berlawanan dengan perintah tuhanmu”. Pisau tersebut tidak dapat memotong leher Nabi Ismail karena Allah telah memerintahkan untuk tidak memotongnya walaupun Nabi Ibrahim berkata potonglah.
Allah berfirman dalam Surat Ash-Shoffat ayat 104-106 :
وناديناه ان ياابراهيم, قد صدقت الرؤيا انا كذلك نجزي المحسنين, ان هذا لهو البلاء المبين
Dan Kami panggil dia, "Wahai Ibrahim” (104) Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik (105) Sesungguhnya ini benar-benar ujian yang nyata (106)
Semua kejadian tersebut merupakan ujian yang telah diberikan Allah kepada Nabi Ibrahim. Kemudian Allah berfirman dalam Surat Ash-Shoffat ayat 107 :
وفديناه بذبح عظيم
Dan Kami tebus (ganti) anak itu dengan seekor sembelihan yang besar
Malaikat Jibril pun datang dengan membawa seekor domba yang besar. Domba tersebut merupakan domba qurban Habil putra Nabi Adam yang masih hidup dalam surge. Kemudian domba tersebut dijadikan tebusan atau ganti Nabi Ismail. Malaikat Jibril yang datang dan melihat Nabi Ibrahim berusaha memotong leher putra beliau. Dengan rasa ta’dhim (hormat) dan terheran atas Nabi Ibrahim, Malaikat Jibril berkata :
الله اكبر الله اكبر الله اكبر
Allah Maha Besar Allah Maha Besar Allah Maha Besar
Kemudian Nabi Ibrahim menjawab :
لااله الا الله والله اكبر
Tidak ada tuhan (yang hak untuk disembah) kecuali Allah, dan Allah Maha Besar
Nabi Ismail pun mengikuti :
الله اكبر ولله الحمد
Allah Maha Besar dan segala puji hanya bagi Allah
Allah telah mejadikan kebaikan atas kalimat-kalimat tersebut sehingga kalimat-kalimat tersebut senantiasa berkumandang dalam celah-celah golongan orang-orang muslim dikala tanggal 10 Dzul hijjah yaitu hari raya idul adha. Imam Hanafi berkata bahwa jika seseorang bernadzar (berjanji pada diri sendiri) untuk menyembelih anaknya, maka hendaklah ia menggantinya dengan seekor kambing atau domba.
Kisah ini diambil dari Kitab Durrotun Nashihin karangan Syekh Ustman bin Hasan bin Ahmad Asy-Syakiri Al-Khoubawi, Hal. 179-181
Semoga kita semua senantiasa mendapat rahmat Allah…..amiin Ya Arhamar Rohimin, ^_^
________________________________________
[1] Tarwiyyah artinya berpikir dan mengangan-angan kejadian masa lalu. Hari itu dinamakan tarwiyyah didasarkan pada Nabi Ibrahim yang berpikir, mengingat-ingat dan mengangan-angan atas nadzar (janji pada diri sendiri) beliau yang terlupakan.
[2] Arofah artinya mengetahui. Hari itu dinamakan arofah didasarkan pada Nabi Ibrahim yang mengetahui bahwa mimpi yang telah dialami beliau adalah wahyu. Hari arofah juga didasarkan pada nama tempat di mekkah yaitu arofah, dimana pada hari itu dilaksanakan wuquf di tanah arofah bagi para pelaksana ibadah haji.
[3] Nahr artinya menyembelih. Hari itu dinamakan nahr didasarkan pada perintah kepada Nabi Ibrahim untuk menyembelih putranya, Nabi Ismail. Dan setiap tanggal 10 Dzul Hijjah dilaksanakan qurban yaitu penyembelihan binatang ternak seperti kambing, sapi, kerbau, dan unta.
Semoga bermanfaat....^_^
Cerita Nabi Ibrahim
Cerita islami yang mengulas mengenai cerita nabi Ismail, Cerita ini dimulai Ketika Nabi ibrahim as yang telah berhijrah meninggalkan mesir, ia bersama dengan istrinya yang bernama sarah, dan dayangnya yang bernama Hajar ke palestina. Ia juga membawa pindah semua binatang ternaknya, dan seluruh harta miliknya yang diperoleh dari hasil usaha perdagangan di mesir.
Al-Bukhari meriwayatkan dari ibunu Abbas ra berkata : Pertama-tama yang menggunakan stegi (setagen) adalah hajar ibu Nabi Ismail yang bertujuan untuk menyembunyikan kandungannya dari siti sarah yang telah lama menikah dengan Nabi ibrahim as tetapi belum juga mengandung, tetapu walau bagaimana pun juga akhirnya terbukalah rahasia yang disembunyikan itu dengan lahirnya Nabi Ismail as. Tentunya sewajarnya seorang istri, siti sarah merasa telah dikalahkan oleh Siti Hajar sebagi seorang dayang diberikan kepada Nabi Ibrahim as. Mulai saat itu siti sarah merasa bahwa suaminya lebih sering dekat kpada siti hajar, karena ia senang dengan hadirnya Ismail. Tentu saja ini menjadi penyebab keretakan rumah tangga mereka Nabi ibrahim as, Siti sarah hatinya tidak kuat melihat suaminya lebih dekat kepada siti hajar, sehingga ia meminta Nabi ibrahim agar siti hajar dijauhkan dan berpindah tempat.
Kemudian Allah yang maha esa menurunkan wahyu kepada Ibrahim supaya keinginan istrinya tersebut dipenuhinya. Lalu berangkatlah Nabi Ismail as bersama siti hajar dan anaknya yang masih kecil sekali, yaitu Ismail pergi ke tempat yang belum diketahui tujuannya, dan juga mau dititipkan kemana anak dan istrinya tersebut.
Nabi ibrahim bersama anak dan istrinya pergi dengan menaiki unta ke tempat yang belum jelas tujuannya, ia hanya berserah diri kepada Allah, Tuhan yang ia yakini akan menuntunnya kemana rah langkahnya. Unta yang ditunggangi tiga hamba Allah itu terus berjalan sampai kahirnya keluar dari kota, memasuki lautan pasir dan pdang yang terbuka. Terik matahari begitu pedih menyengat tubuh dihasi dengan angina yang kencang dengan debu-debu pasir yang bertebaran.
Cerita Nabi Ismail dan Siti Hajar
Akhirnya Nabi Irabhim bersama Ismail dan ibunya tiba di suatu tempat setelah berminggu-minggu dalam dalam perjalanan jauh. Ia tiba dikota suci yang disebut Makkah, yang nantinya ka’bah akan didirikan di kota itu, yang akan menjadi kiblat manusia di seluruh dunia. Unta Nabi ibrahim berhenti mengakhiri perjalanan di tempat dimana Masjidil Haram dibangun saat ini. Di tempatitulah Nabi Ibrahim meninggalkan siti hajar bersama dengan Ismail putranya, mereka ditinggal hanya dibekali dengan serantang bekal makanan dan minuman, sementara itu keadaan di sekitarnya masih belum ada tumbuh-tumbuhan, tidak ada air yang mengalir, batu dan pasir kering lah yang ada saat itu.
Cerita nabi ismail – Siti hajar begitu cemas dan sedih ketika Nabi ibrahim akan meninggalkannya seorang diri bersama anaknya yang masih kecil, di tempat yang begit sunyi senyap, tidak ada orang sama sekali, keculi hanya pasir dan batu. Seraya merintih dan meninangis, ia memegang kuat-kuat baju Nabi ibrahim as sambil memohon belas kasihannya, meminta agar ia tidak ditinggalkan seorang diri di tempat yang begitu hampa, tdak ada seorang manusia sama sekali, tidak ada binatang, tidak ada pohon dan air mengalir pun juga tidak terlihat di tempat itu. Semenara itu ia masih bertanggung jawab untuk mengasuh anak kecil yang masih menyusu kepadanya. Mendengar keluh kesah siti hajar, tentunya Nabi ibrahim as merasa tidak tega untuk meninggalknya ia sendiri bersama putranya yang ia sayangi tersebut di tempat yang sepi. Namun ia juga sadar bahwa apa yang dilakukannya merupakan kinginan dan perintah Allah yang maha pencipta, yang tentunya mengandung hikmah yang belum diketahuinya dan ia sadar bahwa Allah yang maha kuasa akan melindungi putra dan siti hajar di tempat sepi tersebut dari kesukaran dan penderitaaan.
Nabi ibrahim as pun berkata kepada siti hajar : ”Bertawakallah kepada Allah yang telah menentukan kehendak-Nya, percayalah kepada kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya. Dialah yang memerintah aku membawa kamu ke sini dan dialah yang akan melindungi kamu dan menyertai kamu di tempat yang sunyi ini. Sungguh kalau bukan perintah dan wahyu-Nya, tidak sekaipun aku tega meninggalkan kamu di sini seorang diri bersama puteraku yang sangat aku cintai ini. Percayalah wahai hajar bahwa Allah yang Maha kuasa tidak akan menelantarkan kamu berdua tanpa perlindunga-Nya. Rahmat dan barakah-Nya akan tetap turun di atas kamu untuk selamnya. Insya-Allah”
Mendengar rangkaian kata dari Nabi ibrahim itu, siti hajar segera melepaskan genggamannya dari baju Nabi ibrahim as dan dilepaskannya beliau menunggang untanya untuk kembali ke palestina dengan iringan air mata yang bercurah membasahi tubuh Nabi Ismail as yang sedang menyusu.
Sementara itu Nabi ibrahim juga tidak dapat menahan air mata ketika ia turun dari dataran tinggi meningalkan mekah menuju kembali ke palestina, tempat dimana istri pertamanya, siti sarah dengan punya keduanya yaitu Nabi ishak as sedang menunggu. Selama dalam perjalanan, Nabi ibrahim tidak henti-hentinya memohon perlindungan, rahmat dan barokah serta karunia dan rezeki bagi putra dan siti hajar yang ditinggalkannya di mekah yang masih sepi dan asing itu. Doa Nabi ibrahim kepada Allah SWT sebagaimana disebutkan dalam Al Qur’an sebagai berikut :
“Ya Tuhan kamu, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturuanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur”
Sejak Nabi ibrahim pergi, tinggalah siti hajar dan Ismail di tempat yang sunyi dan jauh dari peradapan itu. Ia harus bisa menerima nasib yang oleh Allah telah ditakdirkan kepadanya dengan kesabaran dan keyakinan penuh bahwa Allah akan melingunginya. Sementara itu bekal dan makanan yang dibawah dalam perjalan pada akhirnya habis juga setelah dimakan beberapa hari sejak ditinggal oleh Nabi Ibrahim as. Dimulailah beratnya beban hidup yang harus ditanggungnya sendiri tanpa bantuan suaminya. Ditambah lagi ia masih punya tangggung jawab menyusui Ismail, sedangkan susunya semakin lama semakin mengering karena kekurangan makanan. Sehingga anaknya pu menangis tak henti hentinya karena tidak bisa menum air susu dengan puas dari Siti Hajar. Ibunya pun menjadi bingung, panis dan cemas mendengar anak yang disayanginya menangis menyayat hati. Siti hajar menoleh ke kanan dan ke kiri, berlaki ke kanan ke sana kesini untuk mencari sesuap makan atau seteguk air yang bisa meringankan kelaparan dan meredakan tangisan anaknya, namun usaha yang dilakukannya tidak membuahkan hasil.
Lalu siti hajar pergi ke bukti safa, ia berharap bisa mendapatkan sesuatu yang bisa menolongnya, namuan hanya batu dan pasir yang ditemuinya di sana, lalu dari bukit safa itu ia melihat bayangan air yang mengalir di atas bukit marwah, kemudian berlarilah ia ke bukti marwah, namun setelah sampai di sana yang dikiranya air ternyata hanya bayangan atau fatamorgana belaka. Lalu ia mendengar seolah-olah ada suara yang memanggilnya dari bukti safa, pergilah ia ke bukit safa, namun setelah sampai di bukit safa ia tidak menjupai apa-apa.
Cerita Asal usul air zamzam
Siti hajar memiliki keinginan yang kuat untuk tetap hidup bersama putra yang disayanginya, Siti hajar pun berlari mondari-mandir sebanyak tujuh kali antara bukit safa dan marwah, yang pada akhirnya ia duduk termenung, kepalanya merasa pusing dan hampir saja ia putus asa.
Diriwayathkan bahwa saat itu ibu dari Ismail ini berada alam keadaan yang tidak berdaya dan hampir putus asa kecuali dari rahmat Allah dan pertolongan-Nya datanglah malaikat jibril kepadanya, lalu malaikat jibril itu bertanya kepada Siti Hajar : “siapakah sebenarnya engkau ini?” Kemudian siti hajar menjawab : “Aku adalah hamba sahaya ibrahim”. Jibril bertanya lagi :” Kepada siapa engkai dititipkan di sini?”, Siti hajar menjawab : “Hanya kepada Allah.
Lalu malaikat jibril berkata lagi : “Jika demikian, maka engkau telah dititipkan kepada Dzat yang maha pemurah dan maha pengasih, yang akan melingungimu, mencukupkan keperluan hidupmu dan tidak akan menyia-nyiakan kepercayaan ayah puteramu kepada-Nya”
Setelah percakapan itu, diajaklah siti hajar pergi ke suatu tempat mengikutinya di suatu tempat dimana malaikat jibril menginjakkan telapak kakinya kuat kuat di atas tanah dan atas izin Allah segeralah keluar dari bekas telapak kaki itu air yang begitu jernih, Itu merupakan mata iar zam-zam yang sampai saat ini dianggap keramat oleh jemaah haji. Mereka rela berdesak-desakan mengelilinya untuk mendapatkan setitik atau seteguk air. Karena sejarahnya mata air itu dengan nama “Injakan jibril”
Dalam kesejap, air bekas injakan kaki jibril tersebut melimpah kemana-mana, kemudian malaikat jibri berkata : “zamzam!”, yang artinya “berkumpullah:. Kemudian air itu berkumpul dan sampai sekarang air itu diberinama zam-zam. Kemudian malaikat jibril berkata lagi : “Hai siti hajar janganlah engkau takut akan kehausan di sini, karena sesungguhnya Allah menjadikan air ini untuk minuman orang-orang yang ada di dunia ini. Dan air ini akan terus mengalir dan tidak akan berhenti, dan nantin Ibrahim akan kembali juga ke di sini untuk mendirikan ka’bah”
Melihat air yang deras itu Siti hajar begitu gembira dan lega. Lalu segeralah ia membasahi bibir puteranya dengan air keramat itu dan wajah puteranya pun segera terlihat segar lagi, begitu juga dengan siti gahar, wajahnya terasa segar dan ia merasa sangat bahagia dengan hadirnya mukzijat dari Allah yang mengembalikan kesegaran hidup kepadanya dan juga kepada putranya setelah sebelumnya dibayang-bayangi oleh kematian karena kelaparan.
Dengan dikeluarkannya air zazam itu, datanglah burung-burung mengelilingi daerah yang ada airnya tersebut. Burung-burung kemudian menarik perhatian sekelompok bangsa arab dari suku juhrum yang merntau dan sedang berkemah di sekitar Makkah. Mereka mengetahui dari pengalaman bahwa dia mana ada terlihat burung di udara, maka di bawahnya juga terdapat air, maka mereka mengutus beberapa orang untuk memeriksa kebenaran teori ini. Para pemeriksa itu kemudian pengri mendatangi tempat dimana siti hajar berada, kemudian mereka kembali kepada kaumnya dengan membawa kabar gembira mengenai adanya mata air zamzam dan juga keadaan siti hajar bersama puteranya. Sejak itu, segeralah sekelompok suku juhtum itu memindahkan perkemahannya ke tempat sekitar zamzam, tentu saja kedatangan suku juhrum tersebut disambut dengan gembira oleh siti hajar karena dengan hadirnya sekolompok suku juhrum itu bisa menghilangkan kesunyian dan kesepian yang selama ini dirsakan oleh siti hajar yang hanya hidup berdua dengan Ismail saja. Siti hajar bersyukur kepada Allah yang maha pengasih dan penyayang, dengan rahmatnya telah membuka hati orang-orang itu untuk datang meramaikan dan memecah kesunyian.
Cerita Nabi ismail dikorbankan
Beberapa waktu kemudian Nabi Ibrahim pergi ke Makkah untuk mengunjungi putranya yaiti Nabi Ismail as di tempat yang dianggapnya masih asing, untuk menghilangkan rasa rindu pada putranya yang sangat disayanginya, dan juga untuk menenangkan hatinya yang selalu risau jika mengingat keadaan puteranya bersama ibunya yang ditinggalkan di tempat yang tandus. Jauh dari masyarakat kota dan pergaulan umum.
Ketika Nabi Ismail as mencapai usia remaja, Nabi ibrahim mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih puteranya, yaitu Nabi Ismail. Dan mimpi seorang Nabi merupakan salah satu dari cara Allah menurunkan wahtunya kepada Nabi, jadi perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim as. Mengetahui perintah itu, ibrahim duduk dan termenung memikirkan ujian dari Allah yang begitu berat tersebut. Sebagai seorang ayah yang baru saja dikarunia seorang puterang setelah puluhan tahun diharapkan dan didamnbakan, serta saat ini ia sedang penuh kebahagiaan bersama puteranya yang diharapkan bisa menjadi pewaring dan menyambung kelangsungan keturunannya, tiba tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut oleh tangan ayahnya sendiri.
Cerita nabi islami – Tapi karena ia merupakan seorang Nabi, yang menjadi pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam beribadah kepada Allah, menjalankan segala pernitah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, istri, harta dan benda lain-lain. Tentu ia harus melaksanakan perintah dari Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apapun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim as, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud : “Allah lebih mengetahui dimana dan kepada siap Dia mengamanatkan risalah-Nya”. Lalu Nabi ibrahim as tidak membuang waktu lagi, berniat tetap akan menyembelih Nabi Ismail as puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya. Dan berangkatlah Nabi Ibrahim as menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sangat taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika Nabi Ismail as mulai besar Nabi ibrahim as berkata : “Hai anakku! Aku telah bermimpi, di dalam tidur seolah-olah saya menyembelih kamu, maka bagaimanakah pendapatmu?”
Tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang Nabi Ismail pun menjawab perkataaan ayahnya :
“Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu agar ayah mengikatku kuat kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan Ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkan darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku ketika ibuku melihatnya, ketiga tajamkanlah pedangmu dan percepatlah pelaksanaan penyembelihan agar meringankan penderitaaan dan rasa pendihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaianku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya”
Kemudian dipeluknya Nabi Ismail as dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata :
“Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah”
Cerita Nabi Ismail disembelih
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Nabi Ismail as, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang ditangannya, kedua mata Nabi ibrahi asi tergenang air berpindah memadang dari wajah puteranya ke parah yang mengkilap di tangannya, seakan-akan pada saat itu hari beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail as dan penyembelihan dilakukan. Akan tetapi apa saya, parang yang sudah ditajamkan itu ternyata menjadi tumpul di leher Nabi Ismail as dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizati dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pengorbatan islmail itu hanya suatu ujian Nabi ibrahim as dan Nabi Ismail as sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi ibrahim as telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pengorbanan puteranya untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail as tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam melaksanakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa perang itu tidak mampu memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya :
“Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cobalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku”
Akan tetapi parang itu ttetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau telah telangkupkan dan dicoba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi ibrahim wayu allah dengan firmannya : dan kami panggilah dia : Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan besar:. Kemudian sebagia ganti nyawa Nabi Ismail as yang telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim as menyembelih seekor kambing yang telah tersedia disampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tmpul di leher puterangnya tadi itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurnban yang dilakukan oleh umat islam pada setiap hari raya Idhul Adha di seluruh dunia.
Cerita Nabi Ismail dan istrinya
Ketika Nabi Ismail as telah dewasa, ia dinikahkan dengan seorang wanita dari suku jurhum. Pada suatu hari ketika Nabi ibrahim as datang ke rumah Nabi Ismail as, namun ketika itu anaknya sedang tidak berada di rumah, namun hanya istrinya yang ada di rumah. Kemudian Nabi ibrahim as pulang karena rupaya ia tidak dterima dengan baik oleh menantunya itu. Nabi Ibrahim as minta izin pulang dengan meninggalkan pesan untuk anaknya Nabi Ismail as.
Nabi ibrahim berkata : “Jika suamimu datang nanti, katakanlah bahwa saya datang kemari, ceritakanlah ada orang tua sifanya seperti ini, dan berpesan kepadany, bahwa saya ini tidak suka kepada bawang pintu rumah ini dan minta supaya lekas ditukarnya”
cerita nabi ismail – Setelah Nabi Ismail tiba di rumahnya, istrinya tadi menceritakan semua pesan ayahnya kepada Nabi Ismail as. Lalu Nabi Ismail berkata kepada istrinya :
“Itulah dia ayahku (Ibrahim) dan rupayanya engkau tidak menghiraukan dan menghormati ayahku, sekarang engkau saya cerai sebab ayahku tidak menyukai orang yang berperangai rendah”
Kemudian Nabi Ismail as menikah kembali dengan seorang wanita jurhum lainya, dan Nabi ibrahim as sangat menyukai menantu ini. Dari pernikahan dengan wanita kedua ini, Nabi brahim dikarunia keturunan yang banyak dan anak-anaknya menjadi peimpin kaumnya dan mereka itu dinamakan Rab Musta’ribah
Nabi Ismail meninggal dunia pada suai 137 tahun di negeri palestina, namun ada riwayat lain yang menyebutkan bahwa bahwa beliau meninggal di Mekah.
Nabi ibrahim dan Nabi Ismail mempunyai wasiat untuk anak cucunya, yang bunyinya sebagai berikut :
“Hai anak-anaku! Sesungguhnya Allah telah memilih islam menjadi agamamu, karena itu janganlah kamu mati kecuali tetap dalam ke Islaman.
Semoga kita bisa mengambil banyak hikmah dari cerita nabi ismail di atas.
Baca juga cerita islami di bawah ini
•
Cerita Bersejarah tentang Nabi Ibrahim dan Ismail
Sewaktu Nabi Ismail mencapai usia remajanya Nabi Ibrahim a.s. mendapat mimpi bahwa ia harus menyembelih Ismail puteranya. Dan mimpi seorang nabi adalah salah satu dari cara-cara turunnya wahyu Allah , maka perintah yang diterimanya dalam mimpi itu harus dilaksanakan oleh Nabi Ibrahim. Ia duduk sejurus termenung memikirkan ujian yang maha berat yang ia hadapi. Sebagai seorang ayah yang dikurniai seorang putera yang sejak puluhan tahun diharap-harapkan dan didambakan ,seorang putera yang telah mencapai usia di mana jasa-jasanya sudah dapat dimanfaatkan oleh si ayah , seorang putera yang diharapkan menjadi pewarisnya dan penyampung kelangsungan keturunannya, tiba-tiba harus dijadikan qurban dan harus direnggut nyawa oelh tangan si ayah sendiri.
Namun ia sebagai seorang Nabi, pesuruh Allah dan pembawa agama yang seharusnya menjadi contoh dan teladan bagi para pengikutnya dalam bertaat kepada Allah ,menjalankan segala perintah-Nya dan menempatkan cintanya kepada Allah di atas cintanya kepada anak, isteri, harta benda dan lain-lain. Ia harus melaksanakan perintah Allah yang diwahyukan melalui mimpinya, apa pun yang akan terjadi sebagai akibat pelaksanaan perintah itu.
Sungguh amat berat ujian yang dihadapi oleh Nabi Ibrahim, namun sesuai dengan firman Allah yang bermaksud:" Allah lebih mengetahui di mana dan kepada siapa Dia mengamanatkan risalahnya." Nabi Ibrahim tidak membuang masa lagi, berazam {niat} tetap akan menyembelih Nabi Ismail puteranya sebagai qurban sesuai dengan perintah Allah yang telah diterimanya.Dan berangkatlah serta merta Nabi Ibrahim menuju ke Makkah untuk menemui dan menyampaikan kepada puteranya apa yang Allah perintahkan.
Nabi Ismail sebagai anak yang soleh yang sgt taat kepada Allah dan bakti kepada orang tuanya, ketika diberitahu oleh ayahnya maksud kedatangannya kali ini tanpa ragu-ragu dan berfikir panjang berkata kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Laksanakanlah apa yang telah diperintahkan oleh Allah kepadamu. Engkau akan menemuiku insya-Allah sebagai seorang yang sabar dan patuh kepada perintah. Aku hanya meminta dalam melaksanakan perintah Allah itu , agar ayah mengikatku kuat-kuat supaya aku tidak banyak bergerak sehingga menyusahkan ayah, kedua agar menanggalkan pakaianku supaya tidak terkena darah yang akan menyebabkan berkurangnya pahalaku dan terharunya ibuku bila melihatnya, ketiga tajamkanlah parangmu dan percepatkanlah perlaksanaan penyembelihan agar menringankan penderitaan dan rasa pedihku, keempat dan yang terakhir sampaikanlah salamku kepada ibuku berikanlah kepadanya pakaian ku ini untuk menjadi penghiburnya dalam kesedihan dan tanda mata serta kenang-kenangan baginya dari putera tunggalnya."Kemudian dipeluknyalah Ismail dan dicium pipinya oleh Nabi Ibrahim seraya berkata:" Bahagialah aku mempunyai seorang putera yang taat kepada Allah, bakti kepada orang tua yang dengan ikhlas hati menyerahkan dirinya untuk melaksanakan perintah Allah."
Saat penyembelihan yang mengerikan telah tiba. Diikatlah kedua tangan dan kaki Ismail, dibaringkanlah ia di atas lantai, lalu diambillah parang tajam yang sudah tersedia dan sambil memegang parang di tangannya, kedua mata nabi Ibrahim yang tergenang air berpindah memandang dari wajah puteranya ke parang yang mengilap di tangannya, seakan-akan pada masa itu hati beliau menjadi tempat pertarungan antara perasaan seorang ayah di satu pihak dan kewajiban seorang rasul di satu pihak yang lain. Pada akhirnya dengan memejamkan matanya, parang diletakkan pada leher Nabi Ismail dan penyembelihan di lakukan . Akan tetapi apa daya, parang yang sudah demikian tajamnya itu ternyata menjadi tumpul dileher Nabi Ismail dan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan sebagaimana diharapkan.
Kejadian tersebut merupakan suatu mukjizat dari Allah yang menegaskan bahwa perintah pergorbanan Ismail itu hanya suatu ujian bagi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail sampai sejauh mana cinta dan taat mereka kepada Allah. Ternyata keduanya telah lulus dalam ujian yang sangat berat itu. Nabi Ibrahim telah menunjukkan kesetiaan yang tulus dengan pergorbanan puteranya. untuk berbakti melaksanakan perintah Allah sedangkan Nabi Ismail tidak sedikit pun ragu atau bimbang dalam memperagakan kebaktiannya kepada Allah dan kepada orang tuanya dengan menyerahkan jiwa raganya untuk dikorbankan, sampai-sampai terjadi seketika merasa bahwa parang itu tidak lut memotong lehernya, berkatalah ia kepada ayahnya:" Wahai ayahku! Rupa-rupanya engkau tidak sampai hati memotong leherku karena melihat wajahku, cubalah telangkupkan aku dan laksanakanlah tugasmu tanpa melihat wajahku."Akan tetapi parang itu tetap tidak berdaya mengeluarkan setitik darah pun dari daging Ismail walau ia telah ditelangkupkan dan dicuba memotong lehernya dari belakang.
Dalam keadaan bingung dan sedih hati, karena gagal dalam usahanya menyembelih puteranya, datanglah kepada Nabi Ibrahim wahyu Allah dengan firmannya:" Wahai Ibrahim! Engkau telah berhasil melaksanakan mimpimu, demikianlah Kami akan membalas orang-orang yang berbuat kebajikkan ."Kemudian sebagai tebusan ganti nyawa Ismail telah diselamatkan itu, Allah memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih seekor kambing yang telah tersedia di sampingnya dan segera dipotong leher kambing itu oleh beliau dengan parang yang tumpul di leher puteranya Ismail itu. Dan inilah asal permulaan sunnah berqurban yang dilakukan oleh umat Islam pada tiap hari raya Aidiladha di seluruh pelosok dunia.
Kisah Kesabaran Nabi Ismail (Sejarah Hari Idul Adha)
14 Oktober 2010 pukul 5:20
Pada suatu hari, Nabi Ibrahim AS menyembelih kurban fisabilillah berupa 1.000 ekor domba, 300 ekor sapi, dan 100 ekor unta. Banyak orang mengaguminya, bahkan para malaikat pun terkagum-kagum atas kurbannya.
“Kurban sejumlah itu bagiku belum apa-apa. Demi Allah! Seandainya aku memiliki anak lelaki, pasti akan aku sembelih karena Allah dan aku kurbankan kepada-Nya,” kata Nabi Ibrahim AS, sebagai ungkapan karena Sarah, istri Nabi Ibrahim belum juga mengandung.
Kemudian Sarah menyarankan Ibrahim agar menikahi Hajar, budaknya yang negro, yang diperoleh dari Mesir. Ketika berada di daerah Baitul Maqdis, beliau berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak, dan doa beliau dikabulkan Allah SWT. Ada yang mengatakan saat itu usia Ibrahim mencapai 99 tahun. Dan karena demikian lamanya maka anak itu diberi nama Isma'il, artinya "Allah telah mendengar". Sebagai ungkapan kegembiraan karena akhirnya memiliki putra, seolah Ibrahim berseru: "Allah mendengar doaku".
Ketika usia Ismail menginjak kira-kira 7 tahun (ada pula yang berpendapat 13 tahun), pada malam tarwiyah, hari ke-8 di bulan Dzulhijjah, Nabi Ibrahim AS bermimpi ada seruan, “Hai Ibrahim! Penuhilah nazarmu (janjimu).”
Pagi harinya, beliau pun berpikir dan merenungkan arti mimpinya semalam. Apakah mimpi itu dari Allah SWT atau dari setan? Dari sinilah kemudian tanggal 8 Dzulhijah disebut sebagai hari tarwiyah (artinya, berpikir/merenung).
Pada malam ke-9 di bulan Dzulhijjah, beliau bermimpi sama dengan sebelumnya. Pagi harinya, beliau tahu dengan yakin mimpinya itu berasal dari Allah SWT. Dari sinilah hari ke-9 Dzulhijjah disebut dengan hari ‘Arafah (artinya mengetahui), dan bertepatan pula waktu itu beliau sedang berada di tanah Arafah.
Malam berikutnya lagi, beliau mimpi lagi dengan mimpi yang serupa. Maka, keesokan harinya, beliau bertekad untuk melaksanakan nazarnya (janjinya) itu. Karena itulah, hari itu disebut denga hari menyembelih kurban (yaumun nahr). Dalam riwayat lain dijelaskan, ketika Nabi Ibrahim AS bermimpi untuk yang pertama kalinya, maka beliau memilih domba-domba gemuk, sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya. Beliau mengira bahwa perintah dalam mimpi sudah terpenuhi. Untuk mimpi yang kedua kalinya, beliau memilih unta-unta gemuk sejumlah 100 ekor untuk disembelih sebagai kurban. Tiba-tiba api datang menyantapnya, dan beliau mengira perintah dalam mimpinya itu telah terpenuhi.
Pada mimpi untuk ketiga kalinya, seolah-olah ada yang menyeru, “Sesungguhnya Allah SWT memerintahkanmu agar menyembelih putramu, Ismail.” Beliau terbangun seketika, langsung memeluk Ismail dan menangis hingga waktu Shubuh tiba. Untuk melaksanakan perintah Allah SWT tersebut, beliau menemui istrinya terlebih dahulu, Hajar (ibu Ismail). Beliau berkata, “Dandanilah putramu dengan pakaian yang paling bagus, sebab ia akan kuajak untuk bertamu kepada Allah.” Hajar pun segera mendandani Ismail dengan pakaian paling bagus serta meminyaki dan menyisir rambutnya.
Kemudian beliau bersama putranya berangkat menuju ke suatu lembah di daerah Mina dengan membawa tali dan sebilah pedang. Pada saat itu, Iblis terkutuk sangat luar biasa sibuknya dan belum pernah sesibuk itu. Mondar-mandir ke sana ke mari. Ismail yang melihatnya segera mendekati ayahnya.
“Hai Ibrahim! Tidakkah kau perhatikan anakmu yang tampan dan lucu itu?” seru Iblis.
“Benar, namun aku diperintahkan untuk itu (menyembelihnya),” jawab Nabi Ibrahim AS.
Setelah gagal membujuk ayahnya, Iblsi pun datang menemui ibunya, Hajar. “Mengapa kau hanya duduk-duduk tenang saja, padahal suamimu membawa anakmu untuk disembelih?” goda Iblis.
“Kau jangan berdusta padaku, mana mungkin seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar.
“Mengapa ia membawa tali dan sebilah pedang, kalau bukan untuk menyembelih putranya?” rayu Iblis lagi.
“Untuk apa seorang ayah membunuh anaknya?” jawab Hajar balik bertanya.
“Ia menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu”, goda Iblis meyakinkannya.
“Seorang Nabi tidak akan ditugasi untuk berbuat kebatilan. Seandainya itu benar, nyawaku sendiri pun siap dikorbankan demi tugasnya yang mulia itu, apalagi hanya dengan mengurbankan nyawa anaku, hal itu belum berarti apa-apa!” jawab Hajar dengan mantap.
Iblis gagal untuk kedua kalinya, namun ia tetap berusaha untuk menggagalkan upaya penyembelihan Ismail itu. Maka, ia pun menghampiri Ismail seraya membujuknya, “Hai Isma’il! Mengapa kau hanya bermain-main dan bersenang-senang saja, padahal ayahmu mengajakmu ketempat ini hanya untk menyembelihmu. Lihat, ia membawa tali dan sebilah pedang,”
“Kau dusta, memangnya kenapa ayah harus menyembelih diriku?” jawab Ismail dengan heran. “Ayahmu menyangka bahwa Allah memerintahkannya untuk itu” kata Iblis meyakinkannya.
“Demi perintah Allah! Aku siap mendengar, patuh, dan melaksanakan dengan sepenuh jiwa ragaku,” jawab Ismail dengan mantap.
Ketika Iblis hendak merayu dan menggodanya dengan kata-kata lain, mendadak Ismail memungut sejumlah kerikil ditanah, dan langsung melemparkannya ke arah Iblis hingga butalah matanya sebelah kiri. Maka, Iblis pun pergi dengan tangan hampa. Dari sinilah kemudian dikenal dengan kewajiban untuk melempar kerikil (jumrah) dalam ritual ibadah haji.
Sesampainya di Mina, Nabi Ibrahim AS berterus terang kepada putranya, “Wahai anakku! Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu?…” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).
“Ia (Ismail) menjawab, ‘Hai bapakku! Kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah! Kamu mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 102).
Mendengar jawaban putranya, legalah Nabi Ibrahim AS dan langsung ber-tahmid (mengucapkan Alhamdulillâh) sebanyak-banyaknya.
Untuk melaksanakan tugas ayahnya itu Ismail berpesan kepada ayahnya, “Wahai ayahanda! Ikatlah tanganku agar aku tidak bergerak-gerak sehingga merepotkan. Telungkupkanlah wajahku agar tidak terlihat oleh ayah, sehingga tidak timbul rasa iba. Singsingkanlah lengan baju ayah agar tidak terkena percikan darah sedikitpun sehingga bisa mengurangi pahalaku, dan jika ibu melihatnya tentu akan turut berduka.”
“Tajamkanlah pedang dan goreskan segera dileherku ini agar lebih mudah dan cepat proses mautnya. Lalu bawalah pulang bajuku dan serahkan kepada agar ibu agar menjadi kenangan baginya, serta sampaikan pula salamku kepadanya dengan berkata, ‘Wahai ibu! Bersabarlah dalam melaksanakan perintah Allah.’ Terakhir, janganlah ayah mengajak anak-anak lain ke rumah ibu sehingga ibu sehingga semakin menambah belasungkawa padaku, dan ketika ayah melihat anak lain yang sebaya denganku, janganlah dipandang seksama sehingga menimbulka rasa sedih di hati ayah,” sambung Isma'il.
Setelah mendengar pesan-pesan putranya itu, Nabi Ibrahim AS menjawab, “Sebaik-baik kawan dalam melaksanakan perintah Allah SWT adalah kau, wahai putraku tercinta!”
Kemudian Nabi Ibrahim as menggoreskan pedangnya sekuat tenaga ke bagian leher putranya yang telah diikat tangan dan kakinya, namun beliau tak mampu menggoresnya.
Ismail berkata, “Wahai ayahanda! Lepaskan tali pengikat tangan dan kakiku ini agar aku tidak dinilai terpaksa dalam menjalankan perintah-Nya. Goreskan lagi ke leherku agar para malaikat megetahui bahwa diriku taat kepada Allah SWT dalam menjalan perintah semata-mata karena-Nya.”
Nabi Ibrahim as melepaskan ikatan tangan dan kaki putranya, lalu beliau hadapkan wajah anaknya ke bumi dan langsung menggoreskan pedangnya ke leher putranya dengan sekuat tenaganya, namun beliau masih juga tak mampu melakukannya karena pedangnya selalu terpental. Tak puas dengan kemampuanya, beliau menghujamkan pedangnya kearah sebuah batu, dan batu itu pun terbelah menjadi dua bagian. “Hai pedang! Kau dapat membelah batu, tapi mengapa kau tak mampu menembus daging?” gerutu beliau.
Atas izin Allah SWT, pedang menjawab, “Hai Ibrahim! Kau menghendaki untuk menyembelih, sedangkan Allah penguasa semesta alam berfirman, ‘jangan disembelih’. Jika begitu, kenapa aku harus menentang perintah Allah?”
Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata (bagimu). Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. Ash-Shâffât, [37]: 106)
Menurut satu riwayat, bahwa Ismail diganti dengan seekor domba kibas yang dulu pernah dikurbankan oleh Habil dan selama itu domba itu hidup di surga. Malaikat Jibril datang membawa domba kibas itu dan ia masih sempat melihat Nabi Ibrahim AS menggoreskan pedangnya ke leher putranya. Dan pada saat itu juga semesta alam beserta seluruh isinya ber-takbir (Allâhu Akbar) mengagungkan kebesaran Allah SWT atas kesabaran kedua umat-Nya dalam menjalankan perintahnya. Melihat itu, malaikai Jibril terkagum-kagum lantas mengagungkan asma Allah, “Allâhu Akbar, Allâhu Akbar, Allâhu Akbar”. Nabi Ibrahim AS menyahut, “Lâ Ilâha Illallâhu wallâhu Akbar”. Ismail mengikutinya, “Allâhu Akbar wa lillâhil hamd”. Kemudian bacaan-bacaan tersebut dibaca pada setiap hari raya kurban (Idul Adha).
Sumber: Nasiruddin, S.Ag, MM, 2007, Kisah Orang-Orang Sabar, Republika, Jakarta
dengan beberapa perubahan
Ibadah Qurban Idul Adha: Kisah Sejarah Nabi Ibrahim Dan Nabi Ismail
Êgã Pøétrã Jøgjà | Thursday, October 25, 2012 | 0 komentar
Nabi Ibrahim menyampaikan kepada anaknya,
إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى
“Sungguh aku telah bermimpi bahwa aku menyembelih kamu (Ismail), – Aku diperintahkan agar aku menyembelih kamu, wahai Ismail. – Bagaimana menurutkanmu Ismail? Bapak gelisah karena mimpi ini.” Ternyata jawaban dari anaknya di luar dugaan. Ia tidak mengatakan, “Jangan!”, “Tidak mau. Saya tidak mau disembelih.”, atau “Ayah jahat,” misalnya. Ternyata jawaban dari Ismail,
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِين
“Wahai Bapakku, lakukan saja. Aku insya Allah termasuk orang-orang yang siap dengan sabar menghadapi perintah Allah ini.” “Jadi pendapatmu seperti itu?” “Iya, itu adalah perintah dari Allah. Lakukan saja, jangan ragu-ragu. Saya Insya Allah termasuk orang-orang yang sabar dalam menghadapi ujian seperti ini.” Sang orang tua, Nabi Ibrahim, mendapat dukungan terhadap mimpinya itu. Saat itu Nabi Ibrahim hanya bisa berkata, “Ya sudah, bismillah kalau begitu. Saya siapkan pisau yang tajam.” Pisau itu diasahnya bolak-balik sampai tajam betul. Jangan sampai nanti nyangkut dan sebagainya, karena anak sudah siap.
Nabi Ibrahim tidak pernah menduga bahwa anaknya, Ismail, setinggi itu kesabarannya. Bahkan dengan tegarnya ia mengatakan,
يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِين
“Bapakku, lakukan saja – jangan ragu-ragu – apa yang Allah perintahkan. Insya Allah bapak akan melihat saya tegar, siap.” Tentu saja bapaknya mendapatkan dorongan/dukungan yang luar biasa. “Kalau memang begitu, bismillah saya akan melaksanakan perintah Allah.” Diambillah golok dan diasah bolak-balik hingga tajam dengan semata-mata ingin mendapatkan ridha Allah. Anak pun tega untuk dipotong demi mendapatkan ridha Allah Swt. Ibu untuk mendapatkan ridho Allah, ada sedikit saja di rumah sudah tidak mau.
Ketika itu datanglah setan sambil berkata, “Ibrahim, kamu orang tua macam apa kata orang nanti, anak saja disembelih?” “Apa kata orang nanti?” “Apa tidak malu? Tega sekali, anak satu-satunya disembeli!” “Coba lihat, anaknya lincah seperti itu!” “Anaknya pintar lagi, enak dipandang, anaknya patuh seperti itu kok dipotong!” “Tidak punya lagi nanti setelah itu, tidak punya lagi yang seperti itu! Belum tentu nanti ada lagi seperti dia.” Nabi Ibrahim sudah mempunya tekat. Ia mengambil batu lalu mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Batu itu dilempar. Akhirnya seluruh jamaah haji sekarang mengikuti apa yang dulu dilakukan oleh Nabi Ibrahim ini di dalam mengusir setan dengan melempar batu sambil mengatakan, “Bismillahi Allahu akbar.”
Jadi sekarang semua jamaah haji wajib melontar jumrah. Di sana jumrah itu sebenarnya sebagai tanda semacam tugu. Bentuknya semacam tiang seperti ini, semacam tugu ke atas bisa dilihat dan dilempar dengan niat bukan melempar tiangnya sebanyak tujuh kali.
Setan/iblis tidak putus asa, “Ah, bapaknya tidak bisa juga. Biar istrinya.” Istrinya didatangi sama iblis. “Kamu mempunyai suami seperti itu, masak kamu yang capek, kamu yang melahirkan, kamu yang membesarkan, suami kamu enak saja mau menyembelih anak itu. Apa kamu orang perempuan memang tidak mempunyai perasaan?” Ia dibujuk dengan bermacam-macam cara. Tapi istrinya juga sudah sama-sama bertekat karena tahu bahwa anaknya juga sudah siap seperti itu. Ia pun mengambil batu dan mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.”
Kalau lemparan pertama berada di satu tempat, lemparan yang kedua berbeda. Lemparan yang pertama sekarang diperingati sebagai jumrah aqabah. Sedangkan yang kedua adalah jumrah wustha namanya. Itu adalah ibunya. Yang terakhir setan menggoda Ismail. “Eh, kamu tidak tahu kalau hidup ini enak, kok kamu nurut saja sih. Kamu masih bisa ini masih bisa itu di dalam hidup ini. Kamu kok nurut saja padahal setelah itu kamu mati, tidak bisa apa-apa.” Ismail juga mengambil batu lalu melempar setan sambil mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar.” Dilemparlah setan ini tiga kali hingga sekarang berwujud menjadi jumrah sughra.
Karena setan ini sudah minggir semua sebab dilempari dan mereka tidak menggoda lagi, Ibrahim dengan mudah melaksanakan niatnya. Ismail dimiringkan ibarat kambing yang mau dipotong, dikasih ganjel, dan sebagainya. Goloknya juga sudah dicoba memang sudah tajam betul. Ketika Ibrahim mengucapkan, “Bismillahi Allahu akbar,” ternyata bukan Ismail yang dipotong tetapi Allah ganti dengan kambing gibas. Ismail tetap berada di sampingnya dalam keadaan segar bugar. Yang dipotong bapaknya ternyata adalah kambing. Itulah asal usul kurban, hari raya Kurban. Dalam bahasa arabnya berarti Idul Adha. Kemudian kita berkurban ini bahasa arabnya adalah udhhiyah, yaitu kambing kurban. “Tanggal dua puluh tujuh, ya?” Tanggal dua puluh tujuh nanti insya Allah ada hari raya Kurban. “Ibu sudah siap mau Kurban?” “Mau kurban perasaan atau mau kurban kambing?”
Baiklah ibu-ibu sekalian, untuk itu pada kesempatan ini saya ingin menjelaskan tentang kurban itu. Ibu-ibu sekalian, kurban adalah memotong kambing pada hari raya Idul Kurban atau Idul Adha. Satu ekor kambing hanya untuk satu orang. Kurban satu ekor kambing tidak boleh untuk satu rumah. Niatnya, “Ini kurbannya orang satu rumah,” tidak boleh. Satu ekor kambing itu untuk satu orang. Ia bisa saja diniati untuk si bontot, misalnya. Bisa juga diniati untuk bapaknya atau untuk istrinya atau untuk anaknya yang pertama. Silahkan muter saja. Boleh seperti itu. Kalau kita mau ramai-ramai – Alhamdulillah semuanya ada. Dananya juga cukup. Ada bapak, ada istri, ada suami, ada anak, semuanya berjumlah tujuh. Kalau ini mau dijadikan satu, bisa, yaitu dengan berkurban seekor kerbau atau sapi. Kalau pada masa Rasulullah Saw. dulu adalah unta. Itu bisa saja. Jadi kalau kerbau itu bukan untuk sendiri, tapi untuk tujuh orang. Sapi juga untuk tujuh orang. Ini bisa dilakukan seperti itu. Tetapi kalau satu ekor kambing untuk ramai-ramai, tidak boleh. Misalnya, di sini para santri per kelas ramai-ramai membeli kambing. Saya kira itu namanya bukan Kurban. Kalau kamu membeli kambing ramai-ramai dan dipotong pada hari raya Idul Kurban, itu namanya kambing shodaqoh. Itupun kalau kamu bagi-bagi. Kalau dimakan sendiri, ya namanya patungan makan bersama. “Bagaimana ustadz sebagian dibagi pada yang lain dan sebagian dimakan sendiri?” Yang dibagikan pada orang lain namanya shadaqah, sedangkan yang dimakan sendiri bukan shadaqah.
“Satu orang bisa dua atau tiga kambing?”
“Tidak apa-apa, bu. Nanti saya jelaskan, ibu-ibu sekalian. Kalau ibu paham betul, mungkin ibu bisa mengatakan, “Saya sudah kurban sampai lima puluh kali, ustadz.” Bisa saja karena itu tidak ada kaitannya dengan jumlah kalau sudah sekali ya sudah tidak perlu lagi. Baiklah ibu-ibu sekaliyan, saya jelaskan saja bagaimana Rasulullah menjelaskan pada kita tentang kurban ini. Sebenarnya setiap ibadah itu diberikan balasan oleh Allah Swt. Shalat juga diberikan balasan. Macam-macamlah balasan shalat itu; di antaranya adalah ampunan dosa. Karena yang kita minta macam-macam, maka dengan shalat itu Allah juga akan memberikan yang macam-macam; rizki lancar dan sebagainya.
Itu shalat. Sekarang kalau kurban itu apa? Rasulullah Saw. pernah ditanya oleh para sahabat,
قال أصحاب رسول الله صلى الله عليه وسلم : ما هذه الأضاحي ؟ قال : سنة أبيكم إبراهيم
“Para sahabat bertanya kepada Rasulullah, ‘Ya Rasulullah, berkurban itu apa sih maksudnya?’” Memotong kambing kurban pada hari raya atau pada hari idul adha itu apa sih sebenarnya? Rasulullah Saw. menjawab bahwa kurban itu adalah tradisi yang dilakukan oleh kakekmu Ibrahim as. Jadi Nabi Ibrahim itu yang pertama kali berkurban. Pada awalnya niat Nabi Ibrahim sebenarnya bukan mengurbankan kambing. Karena menjalankan perintah Allah Swt. anaknya siap untuk dijadikan kurban. Tetapi Allah menggantinya dengan hewan kurban. Sejak Nabi Ibrahim memotong anaknya dan ternyata itu adalah kambing, Nabi Ibrahim melakukan seperti itu. Ini adalah tradisi yang telah dilakukan oleh kakekmu Nabi Ibrahim.
قالوا : فما لنا فيها ، يا رسول الله ؟ قال : بكل شعرة من الصوف حسنة .
Para sahabat bertanya lagi, “Kalau kita berkurban, kita dapat apa?” “Kita dapat apa kalau kita berkurban, wahai Rasulullah?” Artinya, kita nanti akan dibalas apa oleh Allah Swt.? Rasulullah menjawab bahwa setiap rambut dari bagian-bagian yang ada di kambing itu Allah akan berikan satu kebaikan. “Ibu, ada yang pernah menghitung rambut di telinga ini berapa?” Banyak sekali jumlahnya. Di kaki saja, di kikil kaki yang biasa ibu bakar itu kira-kira berapa rambutnya? Atau di mata itu yang sedikit itu berapa rambutnya?
لكل شعرة حسنة
“Setiap satu rambut itu Allah akan berikan kebaikan.” Ibu ingin kebaikan kan? Baju ingin yang baik. Makanan yang dimakan maunya juga makanan yang baik. Semuanya ingin dalam kondisi yang baik. Rizki yang kita dapatkan juga rizki yang baik. Segala sesuatunya ingin yang baik-baik. Allah akan berikan satu kebaikan untuk setiap rambutnya. Jadi besar sekali pahalanya itu, bu. Pertanyaan tadi, “Kita sudah satu kali berkurban, kalau dua atau tiga kali apa tidak kebanyakan, ustadz?” Apa ada orang yang sudah merasa cukup dengan mendapatkan kebaikan dengan jumlah tertentu? Yang namanya manusia sudah mendapatkan yang banyak juga ingin lebih banyak lagi.
Nah, jadi kalau ibu-ibu memang benar-benar ingin kebaikan, ayo silahkan. Kalau tahun ini tidak bisa, tahun depan masih ada barangkali. Niati beli kambing yang masih kecil, harganya tidak seberapa. Kambing itu dipelihara selama satu tahun. Kalau sudah besar, dipotong, sudah bisa jadi kurban. Setiap rambut itu akan Allah berikan kebaikan. Berapa banyak kebaikan yang Allah berikan pada diri kita? Kalau kita bilang tidak terhitung banyaknya karena kita belum pernah menghitung dan saya yakin di dunia ini belum pernah ada orang yang mencoba menghitung. Itulah kebaikan yang Allah tawarkan. Allah tawarkan kepada Ibu-ibu, apakah Ibu mau mengambil kebaikan ini atau tidak. Silahkan, kalau memang mau, “Bismillah, dari sekarang nawaitu (saya niat),” sudah niat Ibu mau kurban. Ibu semua mau kurban, bu? Soal kapannya asal sekarang sudah niat, ya bu ya? Tidak bisa tahun ini, tahun depan. Tidak bisa tahun depan, tahun depannya lagi. Kalau kambing itu sekarang ini harganya satu juta yang besar, misalnya, untuk kurban, kalau Ibu menabung satu hari seribu saja, tiga tahun ibu sudah bisa kurban. Seribu, satu hari seribu. Kalau Ibu menabung lima ribu per hari, satu tahun Ibu bisa kurban dua ekor. Pilih yang mana, Bu? Pilih anaknya sekarang berapa? Yang anak mungkin tiga ratus atau dua ratus. Tapi kadang-kadang orang yang mempunyai anak kambing bilang, “Tidak mau saya jual, masih kecil, kasihan.” Anak kambing umur enam bulan lepas dari susuan sekarang bisa sekitar tiga ratus atau mungkin empat ratus. Dipelihara satu tahun sudah langsung bisa untuk kurban. Tapi itu kan besar. Kalau Ibu mau dengan modal kecil, itu tadi juga bisa. Satu hari menyimpan lima ribu misalnya, maka satu tahun ibu sudah bisa kurban dua. Berarti kalau satu ekor, ya ibu menabung dua ribu lima ratus. Ibu menyimpan dua ribu setiap hari, insya Allah Ibu juga dapat untuk kurban itu selama satu tahun. Kira-kira ibu bisa menyimpan satu hari seribu, Bu? Bu, kira-kira bisa tidak? Bagaimana Bu? Apa kita di sini perlu ada simpanan untuk kambing kurban begitu? Nanti dicatat begitu Ibu? Bu, ini sudah lima ratus lebih ni Bu. Biarin masih nambah lagi misalnya, apa begitu? Boleh saja kita bantu. Kita bantu ibu menabung untuk kurban misalnya. Itu bisa saja, kalau Ibu mau.
لكل شعرة حسنة
“Setiap rambut itu akan menghasilkan satu balasan kebaikan dari Allah Swt.” Ini yang menarik bagi kita untuk kurban. Yang lain Rasulullah Saw. juga pernah menyampaikan kepada anaknya, Fatimah,
يا فاطمة قومي إلى أضحيتك فاشهديها فإن لك بأول قطرة تقطر من دمها يغفر لك ما سلف من ذنوبك قالت يا رسول الله هذا لنا خاصة أهل البيت قال لنا وللمسلمين
“Hai Fatimah, kamu sana lihat kambing kurbanmu! Kamu saksikan, Kamu lihat itu! Kambing kurbanmu lagi dipotong itu.” Fatimah ini anaknya. “Kamu coba lihat, darah yang pertama kali menetes jatuh ke tanah itu akan bisa menghapuskan dosa-dosamu, akan bisa menghilangkan, menghapuskan dosa-dosamu.” Jadi bukan saja bulunya yang Allah berikan balasan, yaitu setiap bulu itu satu kebaikan, tetapi darah yang menetes pertama kali itu akan bisa menghapuskan dosa-dosa yang telah kamu lakukan. Ini kata Rasulullah.
Ibu ingin dosanya diampuni? Tinggal lakukan itu. Di sini ternyata darah yang menetes pertama kali itu akan bisa melenyapkan dosa-dosa yang telah lalu. Fatimah bertanya karena terkejut melihat begitu banyaknya, setiap bulu diberikan balasan dengan kebaikan kemudian sekarang setiap darah yang menetes bisa menghapuskan dosa,
قالت يا رسول الله هذا لنا خاصة أهل البيت قال لنا وللمسلمين
“Ya Rasulullah, apakah ini khusus untuk kita ahlul bait, keluarga Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Ini semua bagi siapa saja yang melakukan kurban itu akan mendapatkan seperti itu. Bukan hanya kita, keluarga rasul, tetapi juga seluruh orang Islam yang berkurban.” Bagaimana kalau yang kurban itu orang-orang kafir? Kadang-kadang orang kafir kalau seperti ini ikut-ikutan kurban, bu. Mereka membagi-bagi daging; orang Hindu, PT-PT, perusahaan, china-china itu melakukan kurban.
Orang-orang kafir itu, orang-orang yang bukan Islam itu, dikatakan di dalam al-Quran,
أعمالهم كسراب
“Amal perbuatan mereka itu seperti fatamorgana.”
Fatamorgana itu, kalau ibu lihat jalan yang baru diaspal dari jauh seakan-akan ada airnya, sepertinya ada airnya begitu, basah begitu, dari jauh kelihatannya basah, itu kalau di padang pasir kelihatannya seperti lautan, biru begitu, dilihat ada lautan di depan situ. Fatamorgana itu sering menipu orang. Kalau dihampiri sepertinya dekat di situ, tapi di depan sini tidak ada, masih ada di depan lagi begitu. Jadi orang yang mengejar fatamorgana itu tidak tahu semakin jauh sekali sudah terlewati. Itu fatamorgana. Biasanya pada siang hari kita lihat itu di jalan. Kalau kita di daerah sini tidak terlalu terasa karena naik turun, juga karena jalannya rusak. Tetapi kalau seperti jalan di Jakarta, di jalan tol dan sebagainya, biasanya seperti ada airnya, padahal bukan air. Kalau di padang pasir seakan-akan di depan ada air seperti laut, tetapi saat dihampiri ke sana, semakin jauh ternyata tidak ada di situ, masih di depan terus, di mana ini tempatnya? Nah, amal kebaikan yang dilakukan oleh orang-orang kafir, orang-orang non muslim itu, bagi mereka yang melakukan seakan-akan akan mendapatkan balasan, akan mendapat pahala, dibalas oleh Allah, tetapi kenyataannya mereka tidak mendapatkan apa-apa. Itu seperti PT-PT, China-china juga banyak, Bu. Katanya Extra Joss itu kurban satu juta kambing. Saya tidak tahu apakah orang Islam atau bukan? Tapi yang jelas saat kita diberi kambing, asalkan cara memotongnya benar, itu halal-halal saja, sekalipun yang memberi itu orang kafir. Orang kafir mengasih kambing hidup pada kita, kita terima apa tidak, Bu? Asal kita memotongnya dengan cara Islam, ya halal-halal saja. Tetapi kalau sudah dipotong oleh mereka, nah, di sini sekalipun kambing, kita harus menanyakan siapa yang memotong? Mereka. Mereka membaca bismillah atau tidak?
ما أهل لغير الله
Jadi ia dipotong bukan dengan nama Allah. Sekalipun ayam atau kambing itu menjadi haram.
Hati-hati Ibu membeli daging di pasar! Kadang-kadang ayam sudah mati, tapi dipotong dengan menggunakan mesin semuanya. Mereka telah dipotong sekalipun asalnya mati. Ibu-ibu bisa tidak membedakan ayam ini mati sebelum dipotong atau mati setelah dipotong? Bisa tidak, Bu? Sekarang bangkai itu dikasih kunyit sehigga tidak tampak lagi biru. Semuanya tampak kuning. Begitu kan? Ini sulit sekali, Bu. Saya di sini pernah memelihara ayam. Perhatikan, Bu, pengalaman saya. Ayam ini ketika ditangkap ada yang mati. Tapi yang mati ini oleh yang beli, yang bawa mobil, yang menempatkan ayam di keranjang-keranjang itu dibawa saja, padahal ayam itu sudah mati. Katanya nanti untuk pakan ini. Itu alasannya kepada kita. Tetapi di sana nanti masuk ditimbang lagi, masuk nanti akan dibayar. Artinya bangkai itu dijual. Bangkai itu nanti akan dipotong dan dicampur dengan yang ada. Apalagi kalau tidak dijual masih dalam keadaan utuh. Sekarang kan ayam dikuliti, diambil dagingnya, dijadikan nuget dan macam-macam, Bu; bakso, sate, dan sebagainya, semakin tidak tampak lagi, dijual untuk bubur ayam, untuk bakso, untuk sate, dipotong-potong, ditusuk-tusuki, kemudian dibakar, mau tampak apa? Rasanya sama saja. Nah, yang seperti ini semakin meragukan karena hampir setiap orang membeli ayam itu seperti itu. Maka kalau kita tidak yakin betul bahwa yang menyembelih itu orang Islam atau bukan, lebih baik ibu membeli ayam hidup kemudian dipotong sendiri. Itu lebih aman.
Di Jakarta sekarang, Ibu-ibu sekalian, – saya kira tidak hanya di Jakarta, tapi sudah merambah kemana-mana, – daging sapi, daging kerbau, itu dicampur dengan daging babi karena jumlah babi di Indonesia lebih banyak daripada jumlah sapi dan kerbau. Kalau sapi beranak satu-satu, satu tahun satu. Babi sekali beranak, katanya Bu, seperti kelinci saja. Ini dimanfaatkan oleh para tukang potong yang sekarang. Kalau dulu tukang potong itu umumnya orang Islam, Bu. Sekarang orang-orang China juga menjadi tukang potong, Bu. Mereka menjadi tukang potong ayam, tukang potong sapi, ya sudah kacau balau. Kadang-kadang seperti itu dibiarkan saja oleh pemerintah; tidak ada persyaratan harus orang Islam karena di sini kebanyakan orang islam, tidak ada yang seperti itu. Yang penting sudah ada izin, beres.
Saya melihat seperti di Pal Merah itu China-china itu menjadi tukang potong ayam. Karena mereka ingin mendapatkan keuntungan yang banyak, dimasukkan daging babi, dioplos seperti itu. Inilah resikonya kalau orang tidak tahu agama. Kita yang beragama ini akan kena juga. Memang resikonya seperti itu. Pemerintah juga kadang-kadang begitu, Bu. Apa tidak diperiksa oleh pemerintah? Diperiksa. Tapi tukang periksanya juga dikedipi mata saja, sudah tahu dia. Jangan macam-macam lah! Sebelum memeriksa, dicegat dulu. Kalau perlu dikasih minum dulu, dikasih rokok dulu. Jadi sudah kacau balau, sudah kacau balau masalah daging-daging seperti ini.
Ibu-ibu sekalian saya lanjutkan, jadi tetesan darah pertama akan menjadi penghapus dosa kita. Ini untuk kita semua, orang Islam, bukan hanya keluarga Rasulullah seperti yang tadi ditanyakan oleh Fatimah, “Kok begitu besarnya, begitu banyaknya, apakah ini khusus untuk kita-kita ini, ya Rasulullah, keluarga nabi?” Bukan, ini untuk kita dan juga orang lain akan Allah berikan sama seperti itu.
Kemudian Rasulullah menjelaskan lagi di yang lain,
يا فاطمة قومي فاشهدي أضحيتك فإن لك بأول قطرة من دمها مغفرة من كل ذنب أما إنه يجاء ولحمها ودمها توضع في ميزانك سبعين ضعفا
Rasulullah masih menyuruh Fatimah supaya dia melihat binatang kurban ketika dipotong, “Cepat kamu lihat itu!” Di samping setiap darah yang menetes ini akan mencuci dosa-dosa kita, menghapuskan dosa-dosa kita, kata Rasulullah, nanti binatang kurbanmu itu akan datang dengan lengkap – termasuk darahnya – dan akan diletakkan di timbangan kebaikanmu. Kalau kambing yang kita timbang itu hanya tiga puluh kilo, diganti oleh Allah dengan tujuh puluh kali lipat, bu. Biasanya kambing kurban ada yang tiga puluh kilo. Yang besar ada yang empat puluh kilo. Kalau yang kecil-kecil dua puluh lima kilo, misalnya. Itu nanti ketika diletakkan di timbangan kebaikan bukan hanya dua puluh kilo atau tiga puluh kilo, tetapi dikalikan tujuh puluh kali lipat. Jadi kalau misalnya tiga puluh kilo, maka dikalikan tujuh puluh kilo, berapa ya, Bu? Tiga kali tujuh, dua ribu seratus. Dua ribu, dua ton, dua puluh kuintal, dua puluh satu kuintal. Jadi besar sekali pahala kurban ini. Tadi dari sisi rambutnya saja sudah tidak terhitung. Dari sisi rambut sudah tak terhitung, dari sisi darahnya saja bahwa darah yang menetes itu akan menghapuskan dosa-dosa kita yang telah kita lakukan, kemudian juga timbangan kita nanti akan Allah lipat gandakan sampai tujuh puluh kali lipat dari kambing yang kita kurbankan. Luar biasa masalah kurban ini.
قال أبو سعيد : يارسول الله ، هذ لآل محمد خاصة فهم اهل لما خصوا به من خير أو لآل محمد والمسلمين عامة
Karena kaget melihat begitu besarnya pahala, Abu sa’id juga hampir-hampir tidak percaya itu karena besar sekali. Maka ia bertanya, “Apakah ini khusus untuk keluarga Nabi Muhammad saja? Masa kita juga bisa dapat seperti begitu? Rasanya sepertinya tidak layak mendapatkan bagian seperti itu. Ini barangkali khusus untuk keluarga Rasul.” Tapi dijawab oleh Rasulullah, “Itu tidak hanya untuk kami keluarga Muhammad, tetapi untuk seluruh kaum muslimin.” Ini ditegaskan lagi. Fatimah juga pernah bertanya seperti itu juga. Tapi dijawab oleh Rasul, “Bukan, bukan hanya untuk kita. Semua akan mendapatkan seperti itu.” Abu Sa’id rupanya juga seperti tidak percaya, “Apa iya, kok besar sekali seperti itu. Ini barangkali untuk keluarga Nabi Muhammad saja.” Tapi dijawab oleh Rasul Saw., “Ini untuk semua orang-orang Islam.” Inilah tentang kurban, dari pahalanya memang cukup luar biasa. Tetapi kita semua kadang-kadang menganggap, “Alah, itu kan cuma sunnah saja, ya Rasulullah. Kalau melakukan, dapat pahala. Kalau tidak melakukan, tidak apa-apa.” Kita kadang-kadang salah dalam memahami agama bahwa kalau yang sunnah itu ya kalau bisa, kalau tidak kan tidak apa-apa, tidak dosa, padahal kita hidup ini untuk mendapatkan kebaikan. Jangan pernah Ibu merasa sudah cukup modal untuk hidup yang kekal abadi di akhirat nanti. Jangan pernah Ibu merasa cukup selama ini, padahal ibu masih akan hidup besok, minggu depan, bulan depan, tahun depan, maunya juga masih hidup sepuluh tahun lagi, dua puluh tahun lagi, tiga puluh tahun lagi, Ibu masih perlu kebaikan-kebaikan, ibu masih perlu balasan dari Allah Swt, yang balasan dari Allah itu, saya ingatkan sekali lagi pada Ibu-ibu sekalian, tidak hanya di akhirat, tetapi di dunia pun orang yang banyak melakukan kebaikan-kebaikan akan dimudahkan oleh Allah Swt, diberikan kebaikan-kebaikan oleh Allah Swt. Mari kita adakan gerakan untuk kurban ini. Kalau memang perlu adanya tabungan untuk kurban, saya siap melayani. Tidak kurban tahun depan, tahun berikutnya insya Allah bisa. Meskipun cuma menabung seribu, nanti akan jadi banyak. Mungkin ada yang bisa satu tahun, dua tahun, tiga tahun, tidak apa-apa, daripada ditanya, “Ingin kurban?”, bilangnya, “Ingin,” tapi sampai mati tidak kurban juga. Kita ingin mendapatkan kebaikan yang ditawarkan yang sangat banyak.
Kita lihat lagi keistimewaan lain dari kurban ini. Tadi kata Rasulullah Saw, dari sisi bulunya akan dibalas oleh Allah Swt., dari sisi darahnya bahwa setiap darah yang menetes itu akan menghapuskan setiap dosa yang telah kita lakukan, dari sisi beratnya itu nanti oleh Allah Swt. akan dibalas dengan tujuh puluh kali lipat. Di dalam hadits ini,
روي عن علي رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : يا أيها الناس ، ضحوا واحتسبوا بدمها فإن الدم وإن وقع في الأرض فإنه يقع في حرز الله عز وجل
Dari Ali ra. Nabi Saw. bersabda, “Wahai manusia, berkorbanlah kamu sekalian dan harapkan dari kurbanmu itu dengan darahnya, yakni dari apa yang dibailk darahnya. Karena darah kurban itu sekalipun jatuh ke tanah, sebenarnya ia tidak jatuh ke tanah tapi jatuh di pangkuan Allah.” Kalau darah tersebut jatuh ke pangkuan Allah, maka Allah akan berikan apa yang menjadi keinginanmu, Allah akan memberikan balasan kepadamu.
Pada hadits yang lain,
وروي عن حسين بن علي رضي الله عنهما قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : من ضحى طيبة نفسه محتسبا بأضحيته كانت له حجابا من النار
Husain, cucu Nabi, meriwayatkan sebuah hadits, “Barangsiapa yang berkurban dengan ikhlas, dengan senang hati, dia semata-mata hanya mengharapkan ridha Allah dari kurbannya itu, maka dia akan mendapatkan tabir (pelindung) yang menghalangi dia dari neraka.” Ia akan mendapatkan pelindung sehingga dia tidak pernah masuk ke dalam neraka. Jadi kambing itu akan menghalangi kita masuk neraka kalau kita berkurban dengan ikhlas, bukan karena ingin masuk berita dan sebagainya. Pelindung dari neraka itu tidak hanya berupa seekor kambing. Kalau hanya seekor kambing, yang dilindungi hanya pada bagian tertentu saja, padahal neraka kan begitu luasnya. Tentu saja yang Allah Swt. berikan adalah bobotnya, yaitu dikalikan tujuh puluh, satu kilo dikalikan tujuh puluh kilo, misalnnya. Untuk itu, hendaknya bagi yang mampu untuk berkurban segera. Yang memiliki rizki silahkan berkurban. Kalau tidak bisa, ya tahun depan. Mari berdo’a agar tahun depan bisa ikut berkurban.
Kalau ibu susah beli kambing, di pesantren ini banyak kambing. Kambing kita di pesantren ini yang sudah memenuhi syarat untuk kurban kira-kira ada 310 ekor. Harganya ibu tinggal pilih. Mau pilih yang besar, silahkan. Mau pilih yang sedang-sedang saja, silahkan. Mau pilih yang agak kecil tapi memenuhi syarat, juga silahkan. Semuanya ada. Harga persisnya saya kurang tahu. Pak Trimo tukang kambingnya. Kambing kita dititipkan di kampung-kampung dengan sistem bagi hasil. Di sini ada wali murid yang daerahnya cocok sekali untuk beternak kambing, di daerah Pamijahan.
Ibu-ibu, kalau tidak bisa berkurban sekarang, kita berdoa terus, mudah-mudahan tahun depan bisa berkurban. Syukur-syukur setiap anak kita aqiqahi. Kita sebagai orang tua akan senang, kalau setiap anak sudah kita aqiqahi, setiap anak juga sudah kita potongkan kambing kurban untuk anak kita, di samping diri kita.
Orang yang kurban dengan jiwa yang tenang, yang ikhlas, tidak macam-macam, tidak ingin namanya dicantumkan di televisi, di surat kabar, pokoknya ikhlas saja, hanya mengharapkan ridha Allah, maka oleh Allah kurban itu akan dijadikan penghalang bagi kita untuk masuk ke dalam neraka. Sehingga kita tidak akan masuk neraka karena ada penghalangnya yang Allah ciptakan sebagai pengganti dari kambingnya itu.
Orang Arab, kurbannya sudah sampai ke mana-mana, karena orang Arab itu sudah biasa. Kambing itu sudah bukan sesuatu yang istimewa. Kurbannya ke mana-mana, ke seluruh Indonesia. Tahun lalu kita juga dapat dari Arab. Biasanya ada telpon, “Ini ada kambing sepuluh, potong di sini, bagi-bagi.” Itu karena orang Arab tahu keistimewaan kurban. Kita ini kan jarang tahu tentang hal ini. Pengajian di kampung-kampung juga jarang dibaca tentang yang begini ini, sehingga kadang-kadang kalau berkurban, kita meniru saja. Dulu si anu kurban, ya ikut kurban. Sehingga kita kadang-kadang tidak mengerti. Ada orang lain kurban, ya kita ikut kurban. Tentang dapat apa, seperti kata sahabat tadi, “Kita dapat apa, Rasulullah?” Ternyata setiap bulu akan Allah ganti dengan kebaikan, setiap darah yang menetes akan bisa menghapuskan dosa kita, kambingnya itu nanti akan lengkap dan timbangannya akan dikalikan tujuh puluh kali lipat. Itu banyak sekali. Bahkan, Fathimah, putri Rasulullah Saw. bertanya, “Ya Rasulullah, ini untuk kita saja, untuk keluarga?” Jawab Rasul Saw., “Bukan, untuk kita dan untuk semua orang Islam.” Orang luar, Abu Sa’id, ketika mendengar juga berkata, “Ini untuk keluarga Nabi saja?” Rasulullah Saw. menjawab lagi, “Bukan, ini untuk umat Islam seluruhnya.”
Ternyata bukan hanya bobotnya yang dilipatgandakan menjadi tujuh puluh kali lipat, tetapi kambingnya ini nanti akan diganti dengan sebuah dinding yang tebal, yang bisa menghalangi kita dari neraka. Bayangkan, saat kita menuju surga, kita harus melewati shirathol mustaqim, yang kata guru ngaji saya, itu sebesar rambut dibagi tujuh. Orang naik baru kakinya yang menempel langsung jatuh sedangkan di bawahnya itu adalah neraka. Kalau kita berkurban, maka ada sesuatu yang menghalangi kaki kita agar tidak jatuh, mungkin bisa berupa mobil, mungkin bisa berupa sandal, yang tidak bisa masuk ke neraka. Dan ini untuk semua umat Islam bukan hanya untuk keluarga Nabi Saw.
Di sini juga ada hadits yang lain. Rasulullah Saw. menyatakan,
ما أنفقت الورق في شيء أحب إلى الله من نحر ينحر في يوم العيد
“Tidak ada uang yang digunakan untuk membeli sesuatu yang lebih Allah sukai daripada uang itu digunakan untuk membeli binatang kurban dan dikurbankan pada hari Idul Kurban.”
Kita kan suka belanja. Yang paling disukai oleh Allah Swt. berbeda dengan yang kita sukai. Jika kita punya uang banyak, kita gunakan untuk membeli baju yang bagus, kita gunakan untuk membeli makanan yang paling enak, dibelikan apa-apa yang paling bagus. Tapi Rasulullah Saw. menyatakan, “Tidak ada yang lebih baik daripada uang yang kita gunakan untuk membeli kambing untuk dikurbankan pada hari Raya Idul Kurban.” Itu yang paling Allah sukai. Anak kambing namanya apa, bu? Kalau di Jawa, anak kambing namanya cempe, anak sapi namanya pedhet, anak kerbau namanya gudhel. Di Sunda saya kira juga ada, mungkin ibu tidak paham. Ibu membeli anak kambing yang kecil kemudian di besarkan, atau menabung seperti tadi.
Baiklah Ibu-ibu sekalian, mari kita gali terus apa yang disampaikan oleh Rasulullah Saw. tentang kurban ini. Selanjutnya adalah hadits yang disampaikan oleh Abu Umamah ra.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : خير الأضحية الكبش وخير الكفن الحلة (رواه أبو داوو والترمذي)
Dijelaskan lagi bahwa sebaik-baik kurban adalah al-kabsy, yaitu kambing yang bertanduk. Itu yang paling bagus untuk kurban. Yang lain juga boleh, tapi yang ini dianggap yang paling bagus. Di Indonesia ada kambing Jawa, kambing gibas, kambing garut, dll. Yang paling bagus adalah yang punya tanduk.
Rasulullah juga menyatakan,
من وجد ساعة لأن يضحي فلم يضحي فلا يحضر مصلانا
Ini penting sekali. “Orang yang dalam kondisi longgar, mempunyai uang untuk sekedar berkurban, beli seekor kambing, tapi dia tidak mau melakukan itu, maka janganlah ke mushalla kami.” Ini adalah peringatan keras dari Rasulullah Saw. Dia sudah punya duit, disuruh kurban tidak mau. Dia tidak akan bisa dekat dengan Rasulullah Saw. karena pahalanya kurang, tidak memenuhi syarat. Ini seharusnya membuat kita berpikir, “Kalau begitu, harus berkurban supaya kita bisa dekat dengan Rasulullah Saw.” Jadi kita harus niat jangan sampai kita berpikiran, “Ya kalau bisa kurban, kalau tidak bisa tidak dosa kan?” Tidak dosa, tapi juga tidak mendapat pahala. Kalau kita tidak mendapat pahala mau apa? Sedangkan kita bisa menikmati surga itu kalau kita punya bekal pahala. Kalau kita tidak mempunyai bekal, kita tetap saja di neraka. Maka kita harus berpikir bagaimana supaya kita bisa berkurban. Kita tidak perlu memikirkan yang lampau. Yang sudah biarlah yang sudah. Tapi kita masih punya waktu, inilah yang harus kita pikirkan. Sebenarnya orang Islam itu kalau benar-benar menjalankan ajaran Islam, semuanya bisa berkurban. Apalagi janji Allah tadi bahwa orang yang berkurban itu akan diganti oleh Allah, tidak hanya di akhirat. Yang tadi dijelaskan itu memang di akhirat, tetapi pada minggu lalu sudah disampaikan bahwa setiap hari ada malaikat yang Allah turunkan untuk memantau umat ini. Bahkan masing-masing dari kita ini ada malaikat yang memantau usaha kita, perbuatan kita. Ketika kita mengeluarkan uang, malaikat ini langsung berdoa,
اللهم أعط منفقا خلفا
“Ya Allah, berikanlah ganti. Dia mengeluarkan uangnya untuk bayar kurban. Ya Allah, gantilah ia.” Malaikat ini terus mendoakan. Ketika kita ada uang tapi tidak mau membeli kurban, malaikat yang satunya mendoakan,
اللهم أعط ممسكا تلفا
“Ya Allah, orang ini bakhil ya Allah, tidak mau mengeluarkan uang padahal dia mempunyai uang. Hancurkan ia, ya Allah.” Na’udzubillahi min dzaalik. Dia bisa, tapi dia tidak mau mengeluarkan. Dia pelit, bakhil. Maka Rasulullah Saw. mengatakan lagi, “Orang yang mempunyai kemampuan, tapi tidak mau berkurban, maka jangan dekat-dekat masjidku, jangan dekat-dekat tempat shalatku.” Artinya, kalau orang itu tidak boleh dekat-dekat dengan Rasulullah, lalu dimana tempatnya? Kita ingin dekat dengan Rasulullah. Kita ingin masuk surga seperti Rasulullah Saw., ingin di dalam surga dan sebagainya, tapi sudah ditolak karena kepelitan ini. Pelit itu sebenarnya penghalang segalanya. Orang yang hidupnya pelit, bakhil, dan kikir tidak akan maju. Rizkinya juga sangat minim sekali. Tapi orang yang dermawan semakin banyak gantinya oleh Allah Swt. Ia akan menjadi semakin kaya. Maka kita jangan pelit, sekalipun pelit ini mempunya banyak sekali pengertian, tidak hanya dalam hal harta. Misalnya, seorang karyawan bekerja hanya banyak istirahat. Sedangkan temannya rajin sekali. Itu juga pelit. Ibu punya waktu untuk mengaji, tetapi Ibu tidak mau mengaji. Itu juga pelit waktu. Mestinya ibu bisa ngaji, tidak ada apa-apa, tapi Ibu tidak mau mengaji. Itu juga pelit waktu. Pelit itu bisa saja pelit ibadah; yang mestinya bisa ibadah tidak mau ibadah, tidak mau sholat. Pelit bisa segalanya; pelit harta benda, pelit tenaga, pelit pikiran, pelit waktu juga bisa. Nah, di sini orang tadi, orang yang sanggup berkurban, tetapi tidak mau berkurban, Nabi berkata, “Jangan dekat-dekat tempat shalatku.” Artinya, dia tidak berhak untuk masuk surga.
Pada hadits berikutnya,
من باع جلد أضحيته فلا أضحية له
Orang berkurban, dagingnya dibagi-bagi, kulitnya dijual, oleh Rasulullah Saw. dikatakan, “Dia tidak berkurban.” Dia tidak bisa diterima kurbannya. Ibu kurban dipotong, setelah dipotong, dagingnya di bagikan sedangkan kulitnya dijual, maka kurban ibu tidak diterima. Sekarang ibu menyerahkan binatang kurban kepada panitia, oleh panitia sudah terima. Kemudian dagingnya dibagi-bagi, tapi kulitnya dijual oleh panitia. Kurban Ibu tetap diterima karena Ibu tidak mendapat uang ganti dari kulitnya. Panitia barangkali melihat ada manfaat lain, bukan untuk dibagi-bagi kepada panitia, tetapi untuk kepentingan masjid, misalnya. Mungkin boleh seperti itu.
Inilah Ibu-ibu sekalian tentang kurban. Bagaimana tentang hewan kurban? Umur hewan kurban dan tata cara berkurban. Kurban berbeda dengan aqiqah. Kurban dalam bahasa fiqihnya yaitu Udhhiyah (kurban), sedangkan aqiqah adalah memotong kambing juga tetapi bukan pada hari Raya Kurban, namun karena ada kelahiran anak. Di dalam aqiqah, kalau kita memotong kambing diupayakan supaya memotongnya jangan dihancurkan, upayakan memotongnya pada ruas-ruasnya. Misalnya, kaki kambing kan panjang karena ruasnya memang panjang, kalau begitu susah masaknya? Tidak, diambil dagingnya saja. Ini di dalam aqiqah. Kalau kurban tidak, biasa saja, dipotong-potong biasa supaya mudah dibagi-bagi, tidak ada aturan khusus. Kalau dari sisi umurnya berapa tahun yang sah untuk dikurbankan? Umurnya adalah satu tahun lebih. Artinya dua tahun jalan, satu tahun setengah boleh, satu tahun tujuh bulan boleh, tapi jangan sampai kurang dari satu tahun. Di dalam cara memotong juga jangan seenaknya. Karena ini kurban maka dipotong seenaknya. Rasulullah Saw. bersabda,
إن الله كتب الإحسان على كل شيء ، فإذا قتلتم فأحسنوا القتلة ، وإذا ذبحتم فأحسنوا الذبحة ، وليحد أحدكم شفرته ، وليرح ذبيحته
Allah berbuat kebaikan dalam segala hal, maka di dalam memotong kurban juga hendaklah dipotong dengan baik, jangan kasar, dibanting begitu saja. Sekarang ini ada model penyembelihan, sapi atau kerbau kan sulit untuk dirobohkan, ada yang di pukul dulu sehingga dia pingsan, ada yang di tembak dulu sehingga dia jatuh baru dipotong. Ini bukan cara Islam yang seperti ini, artinya disakiti dulu kemudian baru dipotong. Kita meskipun sapi atau kerbaunya galak tentu harus dengan cara yang sebaik-baiknya, kita tidak boleh memukulnya dulu.
فإذا قتلتم فأحسنوا القتلة ، وإذا ذبحتم فأحسنوا الذبحة ، وليحد أحدكم شفرته
Ketika kita memotong kambing, hendaknya memotong dengan sebaik-baiknya. Hendaknya golok atau pisau yang digunakan untuk motong itu diasah terlebih dahulu, tidak boleh asal supaya yang dipotong ini tidak begitu plocotan agar segera putus urat-uratnya, sehingga bisa segera mati.
Kemudian di sini juga dijelaskan tata caranya,
عن ابن عباس رضي الله عنهما قال : مر رسول الله صلى الله عليه وسلم على رجل واضع رجله على صفحة شاة وهو يحد شفرته ، وهي تلحظ إليه ببصرها ، قال : أفلا قبل هذا أو تريد أن تميتها موتتين
Didalam memotong juga hendaknya dia tidak boleh melihat goloknya, ditakut-takuti dulu. Maka kambingnya ditutup supaya tidak melihat, biasanya dengan daun. Binatang yang lain pun juga jangan dekat-dekat supaya nanti tidak menakut-nakuti hewan kurban yang lain. Ini tidak boleh seperti itu.
Inilah Ibu-ibu sekalian tentang kurban, yang sebentar lagi kita akan melaksanakan. Saya berharap dari pengajian ini ibu-ibu nanti sudah pasang niat, “Andaikata tidak bisa kurban tahun ini, ya tahun depan. Tahun depan tidak bisa, tahun depannya masih hidup sampai tahun depannya lagi.” Tolong supaya diniatkan agar kita bisa melakukan kurban. Saya ingatkan juga nanti ada puasa lagi. Puasa tiga belas tidak bisa karena tiga belas itu hari tasyrik di bulan dzulhijjah. Maka kita ada puasa penggantinya yaitu puasa arafah dan puasa tarwiyah sebelumnya. Nanti kita jelaskan pada saat yang akan datang, bagaimana puasa arafah bagaimana puasa tarwiyah, bagaimana asal-usulnya puasa ini, nanti akan dijelaskan pada pertemuan yang akan datang. Sekian saja pengajian pada hari, insya Allah kita lanjutkan pada pertemuan yang akan datang. Semoga Allah SWT memberikan kita kesempatan untuk berkurban. Mari kita tutup pengajian ini dengan sama-sama membaca doa.
بسم الله الرحمن الرحيم
رب زدنا علما وارزقنا فهما ، اللهم انفعنا بما علمتنا وعلمنا ما ينفعنا وارزقنا علما ينفعنا ، اللهم أعنا على ذكرك وشكرك وحسن عبادتك ، سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك ، وصلى الله على سيدنا محمد النبي الأمي وعلى آله وصحبه وسلم والحمد لله رب العالمين
Kisah Nabi Ibrahim A.S dan Ismail A.S
Jumat, 26 Oktober 2012 8:38 AM ditulis oleh namaku ina
Label: hari raya kurban , hikmah berkurban , ibrahim , idul adha , ilmu , iman , ismail , kisah nabi ibrahim dan ismal , korban , kurban , nabi ibrahim , nabi ismail , qorban , qurban , sabar
Hari Raya Idul Adha kita kembali diingatkan pada sebuah kisah luar biasa tentang keimanan, kesabaran dan ketaatan seorang Nabi Ibrahim A.S yang demi perintah Rabbnya rela mengorbankan anaknya Ismail.
Kisah ini berawal dari kerisauan Nabi Ibrahim A.S yang setelah menikah dengan Sarah belum juga dikaruniai keturunan hingga akhirnya Sarah mengizinkan Nabi Ibrahim A.S untuk menikahi Siti Hajar. Nabi Ibrahim A.S pun berdoa dan memohon kepada Allah agar beliau diberi kepercayaan untuk memiliki seorang putra dan Allah pun mengabulkan doanya hingga akhirnya lahirlah seorang bayi laki-laki dari kandungan Siti Hajar. Kehadiran Ismail membuat cemburu Sarah yang merasa Ibrahim A.S lebih sering berdekatan dengan Siti Hajar karena kelahiran Ismail hingga akhirnya dengan petunjuk Allah S.W.T Nabi Ibrahim A.S membawa Siti Hajar dan Ismail ke tempat yang kini kita kenal dengan kota Makkah yang pada saat itu hanya berupa gurun tandus tak berpenghuni dan meninggalkan mereka disana.
Hari berlalu dan tahun berganti akhirnya Nabi Ibrahim A.S kembali ke Makkah untuk menemui istri dan putranya tercinta. Betapa bahagianya beliau ketika melihat Ismail yang mulai tumbuh besar sehingga semakin menambah besar rasa kasih dan sayangnya kepada Ismail. Namun ditengah-tengah rasa sukacitanya dapat berkumpul dengan putra terkasih tiba-tiba pada suatu saat Nabi Ibrahim A.S bermimpi diperintah Allah untuk menyembelih Ismail. Beliau kaget, keraguan dan kebimbangan menyelimuti hatinya benarkah ini sebuah perintah dari Allah atau jangan-jangan ini hanya tipudaya setan belaka? demikian batinnya berkecamuk. Hingga akhirnya beliau mendapat mimpi dan perintah yang sama hingga terulang tiga kali dan Nabi Ibrahim A.S pun menetapkan tekad dan menguatkan hati lalu meyakini kalau ini adalah benar-benar perintah Allah yang harus dilaksanakan. Nabi Ibrahim A.S pun pergi menemui putranya dan menyampaikan apa yang diperintahkan oleh Allah melalui mimpinya. Semula beliau khawatir akan jawaban anaknya, tapi Ismail menjawab:
“Wahai ayahku, lakukanlah apa yang diperintahkan Allah kepadamu. Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.”
Betapa terharunya beliau mendengar jawaban dari anaknya yang shaleh sehingga makin menambah rasa sayangnya sekaligus menambah kesedihannya karena teringat bahwa beliau akan kehilangan anak yang dikasihinya. Akhirnya ayah dan anak ini pun membulatkan tekad dengan penuh keimanan dan ketaatan untuk segera melaksanakan perintah Allah tersebut, parang yang sangat tajam pun disiapkan dan mereka berangkat menuju suatu tempat untuk melaksanakan perintah tersebut. Dan akhirnya saat-saat terberat bagi Nabi Ibrahim A.S pun tiba… dengan mengumpulkan segenap keyakinan dan dengan penuh kepasrahan Nabi Ibrahim A.S pun mengayunkan parang ke leher Ismail dan mulai menyembelihnya. Namun apa yang terjadi…. parang yang sudah begitu tajam seakan-akan menjadi tumpul dan tidak mampu melukai leher Ismail… tak ada setetes darahpun keluar dari leher Ismail, Nabi Ibrahim A.S pun mengulangi dan tetap saja Ismail tidak terluka sedikitpun. Hingga akhirnya Allah memerintahkan Nabi Ibrahim A.S untuk tidak meneruskan menyembelih Ismail dan digantikan oleh Allah dengan seekor hewan sembelihan yang besar (para ulama sepakat kalau hewan sembelihan yang dimaksud adalah sejenis kambing atau domba). Dan kejadian ini menjadi asal mula disunnahkannya berkurban bagi umat Islam pada Hari Raya Idul Adha .
Sungguh sebuah kisah yang sangat luar biasa yang barangkali tidak akan ada seorang pun dari kita yang sanggup menyamai kepasrahan, ketaatan, dan keimanan Nabi Ibrahim A.S sehingga kisah ini diabadikan dalam Al Quran.
Tentang Kisah Penyembelihan Nabi Ismail a.s.
Ditulis oleh Dewan Asatidz
----- Tanya ----- Assalamu'alaikum wr. wb. Saya pernah mendapat penjelasan rekan saya yang menerangkan bahwa kisah peristiwa penyembelihan Ismail as oleh Ibrahim as kemudian diganti oleh seekor domba sebagaimana yang banyak diceriterakan ulama saat ini adalah terpengaruh oleh versi Yahudi. Sedang menurutnya yang benar adalah Perintah Allah Swt kepada Nabi Ibrahim untuk melaksanakan khitan dan aqiqah (menyembelih kurban) kepada nabi Ismail as, dikarenakan usia nabi Ismail as telah baligh (dewasa) Mohon tanggapannya mengenai hal tsb Terima kasih Wassalamu'alaikum Wr Wb A. Gunadi ===== Jawab : ===== Salam, Saudara Andrew yang budiman, Kisah tentang penyembelihan Nabi Ibrahim AS atas Nabi Ismail AS, yang kemudian diganti oleh Allah SWT seekor kambing, telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam Al-Qur'an, tepatnya surat Ash-Shaffat, ayat 99-113. Kira-kira, kisah globalnya sebagai berikut : Adalah mimpi Nabi Ibrahim AS yang menerangkan beliau menyembelih putranya, Ismail AS. Dalam Qur'an dijelaskan, "Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata:"Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu.Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab:"Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (QS. 37:102) Bahwasanya mimpi seorang nabi merupakan wahyu, sehingga Nabi Ibrahim AS pun melakukan wahyu yang memerintahkan penyembelihan itu. "Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)". (QS. 37:103) Nabi Ibrahim AS telah melaksanakan perintah dalam mimpi itu tanpa keraguan, maka Allah SWT pun berfirman :"Dan Kami panggillah dia:"Hai Ibrahim", (QS. 37:104). "...sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu", sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik". (QS. 37:105) Allah menerangkan itu semua, dan menyatakan : "Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata". (QS. 37:106). Lalu, Allah SWT mengganti penyembelihan Ismail AS itu dengan firman-Nya, "Dan Kami tebus anak itu dengan dengan seekor sembelihan yang besar". (QS. 37:107). Para ulama sepakat bahwa yang dimaksud dengan "Sembelihan Yang Besar" adalah kambing/domba. Lalu, bagaimana dengan pertanyaan Anda, bahwa itu semua adalah cerita versi Yahudi/Bani Israel? Memang, baik Islam maupun Yahudi mempunyai cerita-cerita tentang para Nabi. Itu karena sumber sejarahnya sama, yaitu sejarah Nabi Ibrahim AS. Baik, Islam maupun Yahudi sama-sama mengagungkan Nabi Ibrahim AS. Kalau memang cerita versi Yahudi adalah seperti Islam, maka itulah kesamaan agama-agama samawi. Tetapi, ada satu hal yang membedakan dan diubah ceritanya oleh orang-orang Yahudi/Bani Israel. Orang Yahudi mengklaim bahwa yang disembelih bukanlah Ismail, tetapi Ishaq [Anda bisa mengecek keterangan ini dalam Perjanjian Lama]. Di sinilah yang ditolak dan dibenarkan sejarahnya oleh Allah SWT sebagaimana yang termaktub dalam ayat Qur'an di atas. Demikian, maaf jika tidak memuaskan. Wallahu A'lam Wassalam, Luthfi Thomafi
< Sebelumnya
Berikutnya >
Pak Ndak - Kisah Nabi-nabi Allah > Kisah Nabi Ibrahim >
KISAH NABI IBRAHIM a.s.
Nabi Ibrahim adalah putera Aaazar {Tarih} bin Tahur bin Saruj bin Rau' bin Falij bin Aaabir bin Syalih bin Arfakhsyad bin Saam bin Nuh a.s. Ia dilahirkan di sebuah tempat bernama "Faddam A'ram" dalam kerajaan "Babylon" yang pada waktu itu diperintah oleh seorang raja bernama "Namrud bin Kan'aan."
Kerajaan Babylon pada masa itu termasuk kerajaan yang makmur rakyat hidup senang, sejahtera dalam keadaan serba cukup sandang mahupun pandangan serta saranan-saranan yang menjadi keperluan pertumbuhan jasmani mereka. Akan tetapi tingkatan hidup rohani mereka masih berada di tingkat jahiliah. Mereka tidak mengenal Tuhan Pencipta mereka yang telah mengurniakan mereka dengan segala kenikmatan dan kebahagiaan duniawi. Persembahan mereka adalah patung-patung yang mereka pahat sendiri dari batu-batu atau terbuat dari lumpur dan tanah.
Raja mereka Namrud bin Kan'aan menjalankan tampuk pemerintahnya dengan tangan besi dan kekuasaan mutlak. Semua kehendaknya harus terlaksana dan segala perintahnya merupakan undang-undang yang tidak dapat dilanggar atau di tawar. Kekuasaan yang besar yang berada di tangannya itu dan kemewahan hidup yang berlebih-lebihan yang ia nikmati lama-kelamaan menjadikan ia tidak puas dengan kedudukannya sebagai raja. Ia merasakan dirinya patut disembah oleh rakyatnya sebagai tuhan. Ia berfikir jika rakyatnya mahu dan rela menyembah patung-patung yang terbina dari batu yang tidak dapat memberi manfaat dan mendatangkan kebahagiaan bagi mereka, mengapa bukan dialah yang disembah sebagai tuhan. Dia yang dapat berbicara, dapat mendengar, dapat berfikir, dapat memimpin mereka, membawa kemakmuran bagi mereka dan melepaskan dari kesengsaraan dan kesusahan. Dia yang dapat mengubah orang miskin menjadi kaya dan orang yang hina-dina diangkatnya menjadi orang mulia. di samping itu semuanya, ia adalah raja yang berkuasa dan memiliki negara yang besar dan luas.
Di tengah-tengah masyarakat yang sedemikian buruknya lahir dan dibesarkanlah Nabi Ibrahim dari seorang ayah yang bekerja sebagai pemahat dan pedagang patung. Ia sebagai calon Rasul dan pesuruh Allah yang akan membawa pelita kebenaran kepada kaumnya,jauh-jauh telah diilhami akal sihat dan fikiran tajam serta kesedaran bahawa apa yang telah diperbuat oleh kaumnya termasuk ayahnya sendiri adalah perbuat yang sesat yang menandakan kebodohan dan kecetekan fikiran dan bahawa persembahan kaumnya kepada patung-patung itu adalah perbuatan mungkar yang harus di banteras dan diperangi agar mereka kembali kepada persembahan yang benar ialah persembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa, Tuhan pencipta alam semesta ini.
Semasa remajanya Nabi Ibrahim sering disuruh ayahnya keliling kota menjajakan patung-patung buatannya namun karena iman dan tauhid yang telah diilhamkan oleh Tuhan kepadanya ia tidak bersemangat untuk menjajakan barang-barang itu bahkan secara mengejek ia menawarkan patung-patung ayahnya kepada calon pembeli dengan kata-kata:" Siapakah yang akan membeli patung-patung yang tidak berguna ini? "
Nabi Ibrahim as mendapatkan tempat khusus di sisi Allah SWT. Ibrahim termasuk salah satu nabi ulul azmi di antara lima nabi di mana Allah SWT mengambil dari mereka satu perjanjian yang berat. Kelima nabi itu adalah Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad saw - sesuai dengan urutan diutusnya mereka. Ibrahim adalah seorang nabi yang diuji oleh Allah SWT dengan ujian yang jelas. Yaitu ujian di atas kemampuan manusia biasa. Meskipun menghadapi ujian dan tantangan yang berat, Nabi Ibrahim tetap menunjukkan sebagai seorang hamba yang menepati janjinya dan selalu menunjukkan sikap terpuji. Allah SWT berfirman:
"Dan Ibrahim yang selalu menyempurnakan janji. " (QS. an-Najm: 37)
Allah SWT menghormati Ibrahim dengan penghormatan yang khusus. Allah SWT menjadikan agamanya sebagai agama tauhid yang murni dan suci dari berbagai kotoran, dan Dia menjadikan akal sebagai alat penting dalam menilai kebenaran bagi orang-orang yang mengikuti agama-Nya. Allah SWT berfirman:
"Dan tidak ada yang benar kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar termasuk orang yang soleh." (QS. al-Baqarah: 130)
Allah SWT memuji Ibrahim dalam flrman-Nya:
"Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang imam yang dapat dijadikan teladan lagi patuh kepada Allah dan hanif. Dan sekali-kali bukanlah dia termasuk orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan). " (QS. an- Nahl: 120)
Termasuk keutamaan Allah SWT yang diberikan-Nya kepada Ibrahim adalah, Dia menjadikannya sebagai imam bagi manusia dan menganugerahkan pada keturunannya kenabian dan penerimaan kitab (wahyu). Oleh kerana itu, kita dapati bahawa setiap nabi setelah Nabi Ibrahim as adalah anak-anak dan cucu-cucunya. Ini semua merupakan bukti janji Allah SWT kepadanya, di mana Dia tidak mengutus seorang nabi kecuali datang dari keturunannya. Demikian juga kedatangan nabi yang terakhir, yaitu Nabi Muhammad saw, adalah sebagai wujud dari terkabulnya doa Nabi Ibrahim yang diucapkannya kepada Allah SWT di mana ia meminta agar diutus di tengah-tengah kaum yang umi seorang rasul dari mereka. Ketika kita membahas keutamaan Nabi Ibrahim dan penghormatan yang Allah SWT berikan kepadanya, nescaya kita akan mendapatkan hal-hal yang menakjubkan.
Kita di hadapan seorang manusia dengan hati yang suci. Manusia yang ketika diperintahkan untuk menyerahkan diri ia pun segera berkata, bahawa aku telah menyerahkan diriku kepada Pengatur alam semesta. Ia adalah seorang Nabi yang pertama kali menamakan kita sebagai al- Muslimin (orang-orang yang menyerahkan diri). Seorang Nabi yang doanya terkabul dengan diutusnya Muhammad bin Abdullah saw. la adalah seorang Nabi yang merupakan datuk dan ayah dari pada nabi yang datang setelahnya. Ia seorang Nabi yang lembut yang penuh cinta kasih kepada manusia dan selalu kembali kepada jalan kebenaran. Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah." (QS. Hud: 75)
"(Yaitu): Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim." (QS. as-Shaffat: 109)
Demikianlah Allah SWT sebagai Pencipta memperkenalkan hamba-Nya Ibrahim. Tidak kita temukan dalam kitab Allah SWT penyebutan seorang nabi yang Allah SWT angkat sebagai kekasih-Nya kecuali Ibrahim. Hanya ia yang Allah SWT khususkan dengan firman-Nya:
"Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi kesayangan-Nya." (QS. an- Nisa': 125)
Para ulama berkata bahawa al-Hullah adalah rasa cinta yang sangat. Demikianlah pengertian dari ayat tersebut. Allah SWT mengangkat Ibrahim sebagai kekasih-Nya. Ini merupakan suatu kedudukan yang mulia dan sangat tinggi. Di hadapan kedudukan yang tinggi ini, Ibrahim duduk dan merenung: aku telah memperoleh dan apa yang aku peroleh. Hati apakah yang ada di dalam diri Nabi Ibrahim, rahmat apa yang diciptakan, dan kemuliaan apa yang dibentuk, dan cinta apa yang diberikan. Sesungguhnya puncak harapan para pejalan rohani dan tujuan akhir para sufi adalah "merebut" cinta Allah SWT. Bukankah setiap orang membayangkan dan mengangan-angankan untuk mendapatkan cinta dari Allah SWT? Demikianlah harapan setiap manusia.
Nabi Ibrahim adalah seorang harnba Allah SWT yang berhak diangkat-Nya menjadi al-Khalil (kekasih Allah SWT). Itu adalah darjat dari darjat- darjat kenabian yang kita tidak mengetahui nilainya. Kita juga tidak mengetahui bagaimana kita menyifatinya. Berapa banyak pernyataan- pernyataan manusia berkaitan dengan hal tersebut, namun rasa-rasanya ia laksana penjara yang justru menggelapkannya. Kita di hadapan kurnia Ilahi yang besar yang terpancar dari cahaya langit dan bumi. Adalah hal yang sangat mengagumkan bahawa setiap kali Nabi Ibrahim mendapatkan ujian dan kepedihan, beliau justru menciptakan permata. Adalah hal yang sangat menghairankan bahawa hati yang suci ini justru menjadi matang sejak usia dini.
Al-Quran al-Karim tidak menceritakan tentang proses kelahirannya dan masa kecilnya. Kita mengetahui bahawa di masa Nabi Ibrahim manusia terbagi menjadi tiga kelompok. Kelompok pertama menyembah patung- patung yang terbuat dari kayu dan batu. Kelompok kedua menyembah bintang dan bulan dan kelompok ketiga menyembah raja-raja atau penguasa. Cahaya akal saat itu padam sehingga kegelapan memenuhi segala penjuru bumi. Akhirnya, kehausan bumi untuk mendapatkan rahmat dan kelaparannya terhadap kebenaran pun semakin meningkat. Dalam suasana yang demikianlah Nabi Ibrahim dilahirkan. Ia dilahirkan dari keluarga yang mempunyai keahlian membuat patung atau berhala. Disebutkan bahawa ayahnya meninggal sebelum ia dilahirkan kemudian ia diasuh oleh pamannya di mana pamannya itu menduduki kedudukan ayahnya. Nabi Ibrahim pun memanggil dengan sebutan-sebutan yang biasa ditujukan kepada seorang ayah. Ada juga ada yang mengatakan bahawa ayahnya tidak meninggal dan Azar adalah benar-benar ayahnya. Ada pendapat lain yang mengatakan bahawa Azar adalah nama salah satu patung yang cukup terkenal yang dibuat oleh ayahnya. Alhasil, Ibrahim berasal dari keluarga semacam ini.
Kepala keluarga Ibrahim adalah salah seorang seniman yang terbiasa memahat patung-patung sehingga profesion si ayah mendapatkan kedudukan istimewa di tengah-tengah kaumnya. Keluarga Nabi Ibrahim sangat dihormati. Dalam bahasa kita saat ini bisa saja ia disebut dengan keluarga aristokrat. Dari keluarga semacam ini lahir seorang anak yang mampu menentang penyimpangan dari keluarganya sendiri, dan menentang sistem masyarakat yang rosak serta melawan berbagai macam ramalan para dukun, dan menentang penyembahan berhala dan bintang, serta segala bentuk kesyirikan. Akhirnya, beliau mendapatkan ujian berat saat beliau dimasukkan ke dalam api dalam keadaan hidup- hidup. Kita tidak ingin mendahului peristiwa tersebut. Kami ingin memulai kisah Nabi Ibrahim sejak masa kecilnya. Nabi Ibrahim adalah seseorang yang akalnya cemerlang sejak beliau berusia muda. Allah SWT menghidupkan hatinya dan akalnya dan memberinya hikmah sejak masa kecilnya.
Nabi Ibrahim mengetahui saat beliau masih kecil bahawa ayahnya seseorang yang membuat patung-patung yang unik.[1] Pada suatu hari, ia bertanya terhadap ciptaan ayahnya kemudian ayahnya memberitahunya bahawa itu adalah patung-patung dari tuhan-tuhan. Nabi Ibrahim sangat kehairanan melihat hal tersebut, kemudian timbul dalam dirinya - melalui akal sehatnya - penolakan terhadapnya. Uniknya, Nabi Ibrahim justru bermain-main dengan patung itu saat ia masih kecil, bahkan terkadang ia menunggangi punggung patung-patung itu seperti orang- orang yang biasa menunggang keldai dan binatang tunggangan lainnya. Pada suatu hari, ayahnya melihatnya saat menunggang punggung patung yang bernama Mardukh. Saat itu juga ayahnya marah dan memerintahkan anaknya agar tidak bermain-main dengan patung itu lagi.
Ibrahim bertanya: "Patung apakah ini wahai ayahku? Kedua telinganya besar, lebih besar dari telinga kita." Ayahnya menjawab: "Itu adalah Mardukh, tuhan para tuhan wahai anakku, dan kedua telinga yang besar itu sebagai simbol dari kecerdasan yang luar biasa." Ibrahim tampak tertawa dalam dirinya padahal saat itu beliau baru menginjak usia tujuh tahun.
Injil Barnabas melalui lisan Nabi Isa menceritakan kepada kita, bahawa Nabi Ibrahim mengejek ayahnya saat beliau masih kecil. Suatu hari, Ibrahim bertanya kepada ayahnya: "Siapa yang menciptakan manusia wahai ayahku?" Si ayah menjawab: "Manusia, kerana akulah yang membuatmu dan ayahku yang membuat aku." Ibrahim justru menjawab: "Tidak demikian wahai ayahku, kerana aku pernah mendengar seseorang yang sudah tua yang berkata: "Wahai Tuhanku mengapa Engkau tidak memberi aku anak."
Si ayah berkata: "Benar wahai anakku, Allah yang membantu manusia untuk membuat manusia namun Dia tidak meletakkan tangan-Nya di dalamnya. Oleh kerana itu, manusia harus menunjukkan kerendahan di hadapan Tuhannya dan memberikan korban untuk-Nya." Kemudian Ibrahim bertanya lagi: "Berapa banyak tuhan-tuhan itu wahai ayahku?" Si ayah menjawab: "Tidak ada jumlahnya wahai anakku." Ibrahim berkata: "Apa yang aku lakukan wahai ayahku jika aku mengabdi pada satu tuhan lalu tuhan yang lain membenciku kerana aku tidak mengabdi pada-Nya? Bagaimana terjadi persaingan dan pertentangan di antara tuhan? Bagaimana seandainya tuhan yang membenciku itu membunuh tuhanku? Boleh jadi ia membunuhku juga."
Si ayah menjawab dengan tertawa: "Kamu tidak perlu takut wahai anakku, kerana tidak ada permusuhan di antara sesama tuhan. Di dalam tempat penyembahan yang besar terdapat ribuan tuhan dan sampai sekarang telah berlangsung tujuh puluh tahun. Meskipun demikian, belum pernah kita mendengar satu tuhan memukul tuhan yang lain." Ibrahim berkata: "Kalau begitu terdapat suasana harmonis dan kedamaian di antara mereka."Si ayah menjawab: "Benar."
Ibrahim bertanya lagi: "Dari apa tuhan-tuhan itu diciptakan? Orang tua itu menjawab: "Ini dari kayu-kayu pelepah kurma, itu dari zaitun, dan berhala kecil itu dari gading. Lihatlah alangkah indahnya. Hanya saja, ia tidak memiliki nafas." Ibrahim berkata: "Jika para tuhan tidak memiliki nafas, maka bagaimana mereka dapat memberikan nafas? Bila mereka tidak memiliki kehidupan bagaimana mereka memberikan kehidupan? Wahai ayahku, pasti mereka bukan Allah." Mendengar ucapan Ibrahim itu, sang ayah menjadi berang dan marah sambil berkata: "Seandainya engkau sudah dewasa nescaya aku pukul dengan kapak ini."
Ibrahim berkata: "Wahai ayahku, jika para tuhan membantu dalam penciptaan manusia, maka bagaimana mungkin manusia menciptakan tuhan? Jika para tuhan diciptakan dari kayu, maka membakar kayu merupakan kesalahan besar, tetapi katakanlah wahai ayahku, bagaimana engkau menciptakan tuhan-tuhan dan membuat baginya tuhan yang cukup baik, namun bagaimana tuhan-tuhan membantumu untuk membuat anak-anak yang cukup banyak sehingga engkau menjadi orang yang paling kuat di dunia?"
Selesailah dialog antara Ibrahim dan ayahnya dengan terjadinya pemukulan oleh si ayah terhadap Ibrahim. Kemudian berlalulah hari demi hari dan Ibrahim menjadi besar. Sejak usia anak-anak, hati Ibrahim menanam rasa benci terhadap patung-patung yang dibuat oleh ayahnya sendiri. Ibrahim tidak habis mengerti, bagaimana manusia yang berakal membuat patung-patung dengan tangannya sendiri kemudian setelah itu ia sujud dan menyembah terhadap apa yang dibuatnya.
Ibrahim memperhatikan bahawa patung-patung tersebut tidak makan dan minum dan tidak mampu berbicara, bahkan seandainya ada seseorang yang membaliknya ia tidak mampu bangkit dan berdiri sebagaimana asalnya. Bagaimana manusia membayangkan bahawa patung-patung tersebut dapat mendatangkan bahaya dan memberikan manfaat? Pemikiran ini banyak merisaukan Ibrahim dalam tempo yang lama. Apakah mungkin semua kaumnya bersalah sementara hanya ia yang benar? Bukankah yang demikian ini sangat menghairankan?
Kaum Nabi Ibrahim mempunyai tempat penyembahan yang besar yang dipenuhi berbagai macam berhala. Di tengah-tengah tempat penyembahan itu terdapat mihrab yang diletakkan di dalamnya patung- patung yang paling besar. Ibrahim mengunjungi tempat itu bersama ayahnya saat ia masih kecil. Ibrahim memandang berhala-berhala yang terbuat dari batu-batuan dan kayu itu dengan pandangan yang menghinakan. Hal ini sangat menghairankan masyarakat pada saat itu kerana saat memasuki tempat penyembahan itu, mereka menampakkan ketundukan dan kehormatan di hadapan patung-patung. Bahkan mereka menangis dan memohon berbagai macam hal. Seakan-akan patung- patung itu mendengar apa yang mereka keluhkan dan bicarakan.
Mula-mula pemandangan tersebut membuat Ibrahim tertawa kemudian lama-lama Ibrahim marah. Hal yang menghairankan baginya bahawa manusia-manusia itu semuanya tertipu, dan yang semakin mempersulit masalah adalah, ayah Ibrahim ingin agar Ibrahim menjadi dukun saat ia besar. Ayah Ibrahim tidak menginginkan apa-apa kecuali agar Ibrahim memberikan penghormatan kepada patung-patung itu, namun ia selalu mendapati Ibrahim menentang dan meremehkan patung-patung itu.
Pada suatu hari Ibrahim bersama ayahnya masuk di tempat penyembahan itu. Saat itu terjadi suatu pesta dan perayaan di hadapan patung-patung, dan di tengah-tengah perayaan tersebut terdapat seorang tokoh dukun yang memberikan pengarahan tentang kehebatan tuhan berhala yang paling besar. Dengan suara yang penuh penghayatan, dukun itu memohon kepada patung agar menyayangi kaumnya dan memberi mereka rezeki. Tiba-tiba keheningan saat itu di pecah oleh suara Ibrahim yang ditujukan kepada tokoh dukun itu: "Hai tukang dukun, ia tidak akan pernah mendengarmu. Apakah engkau meyakini bahawa ia mendengar?" Saat itu manusia mulai kaget. Mereka mencari dari mana asal suara itu. Ternyata mereka mendapati bahawa suara itu suara Ibrahim. Lalu tokoh dukun itu mulai menampakkan kerisauan dan kemarahannya. Tiba-tiba si ayah berusaha menenangkan keadaan dan mengatakan bahawa anaknya sakit dan tidak mengetahui apa yang dikatakan.
Lalu keduanya keluar dari tempat penyembahan itu. Si ayah menemani Ibrahim menuju tempat tidurnya dan berusaha menidurkannya dan meninggalkannya setelah itu. Namun, Ibrahim tidak begitu saja mahu tidur ketika beliau melihat kesesatan yang menimpa manusia. Beliau pun segera bangkit dari tempat tidurnya. Beliau bukan seorang yang sakit. Beliau merasa dihadapkan pada peristiwa yang besar. Beliau menganggap mustahil bahawa patung-patung yang terbuat dari kayu-kayu dan batu- batuan itu menjadi tuhan bagi kaumnya. Ibrahim keluar dari rumahnya menuju ke gunung. Beliau berjalan sendirian di tengah kegelapan. Beliau memilih salah satu gua di gunung, lalu beliau rnenyandarkan punggungnya dalam keadaan duduk termenung. Beliau memperhatikan langit. Beliau mulai bosan memandang bumi yang dipenuhi dengan suasana jahiliah yang bersandarkan kepada berhala.
Tidak lama setelah Nabi Ibrahim memperhatikan langit kemudian beliau melihat-lihat berbagai bintang yang disembah di bumi. Saat itu hati Nabi Ibrahim - sebagai pemuda yang masih belia - merasakan kesedihan yang luar biasa. Lalu beliau melihat apa yang di belakang bulan dan bintang. Hal itu sangat mengagumkannya. Mengapa manusia justru menyembah ciptaan Tuhan? Bukankah semua itu muncul dan tenggelam dengan izin- Nya. Nabi Ibrahim mengalami dialog internal dalam dirinya. Allah SWT menceritakan keadaan ini dalam surah al-An'am:
"Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Azar: 'Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata.' Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda- tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan di bumi, dan Kami (memperlihatkannya) agar Ibrahim itu termasuk orang-orang yang yakin. Ketika malam menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: 'Inilah Tuhanku,' tetapi tatkala bintang itu tenggelam, dia berkata: 'Saya tidak suka kepada yang tenggelam.'" (QS. al-An'am: 74-76)
Al-Quran tidak menceritakan kepada kita peristiwa atau suasana yang dialami Ibrahim saat menyatakan sikapnya dalam hal itu, tapi kita merasa dari konteks ayat tersebut bahawa pengumuman ini terjadi di antara kaumnya. Dan tampak bahawa kaumnya merasa puas dengan hal tersebut. Mereka mengira bahawa Ibrahim menolak penyembahan berhala dan cenderung pada penyembahan bintang. Kita ketahui bahawa di zaman Nabi Ibrahim manusia menjadi tiga bahagian. Sebahagian mereka menyembah berhala sebahagian lagi menyembah bintang, dan sebahagian yang lain menyembah para raja. Namun di saat pagi, Nabi Ibrahim mengingatkan kaumnya dan membikin mereka terkejut di mana bintang-bintang yang diyakininya kelmarin kini telah tenggelam. Ibrahim mengatakan bahawa ia tidak menyukai yang tenggelam. Allah SWT berfirman:
"Ketika malam telah menjadi gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata:
'Inilah Tuhanku.'" (QS. al-An'am: 76)
Ibrahim kembali merenung dan memberitahukan kaumnya pada malam kedua bahawa bulan adalah tuhannnya. Kaum Nabi Ibrahim tidak mengetahui atau tidak memiliki kapasiti logik yang cukup atau kecerdasan yang cukup, bahawa sebenarnya Ibrahim ingin menyedarkan dengan cara sangat lembut dan penuh cinta. Bagaimana mereka menyembah tuhan yang terkadang tersembunyi dan terkadang muncul atau terkadang terbit dan terkadang tenggelam. Mula-mula kaum Nabi Ibrahim tidak mengetahui yang demikian itu. Pertama-tama Ibrahim menyanjung bulan tetapi ternyata bulan seperti bintang yang lain, ia pun muncul dan tenggelam: Allah SWT berfirman:
"Kemudian tatkala dia melihat sebuah bulan terbit dia berkata: 'Inilah Tuhanku.' Tetapi setelah bulan itu terbenam dia berkata: 'Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat.'" (QS. al-An'am: 77)
Kita perhatikan di sini bahawa beliau berbicara dengan kaumnya tentang penolakan penyembahan terhadap bulan. Ibrahim berhasil "merobek" keyakinan terhadap penyembahan bulan dengan penuh kelembutan dan ketenangan. Bagaimana manusia menyembah tuhan yang terkadang tersembunyi dan terkadang muncul. Sungguh, kata Ibrahim, betapa aku membayangkan apa yang terjadi padaku jika Tuhan tidak membimbingku. Nabi Ibrahim mengisyaratkan kepada mereka bahawa beliau memiliki Tuhan, bukan seperti tuhan-tuhan yang mereka sembah. Namun lagi-lagi mereka belum mampu menangkap isyarat Nabi Ibrahim. Beliau pun kembali menggunakan argumentasi untuk menundukkan kelompok pertama dari kaumnya, yaitu penyembah bintang. Allah SWT berfirman:
"Kemudian tatkala dia melihat matahari terbit, dia berkata: 'Inilah Tuhanku. Inilah yang lebih besar.' Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: 'Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.'" (QS. al-An'am: 78-79)
Ibrahim berdialog dengan penyembah matahari. Beliau memberitahukan bahawa matahari adalah tuhannya kerana dia yang terbesar. Lagi-lagi Ibrahim memainkan peran yang penting dalam rangka menggugah fikiran mereka. Para penyembah matahari tidak mengetahui bahawa mereka menyembah makhluk. Jika mereka mengira bahawa ia adalah besar, maka Allah SWT Maha Besar.
Setelah Ibrahim memberitahukan bahawa matahari adalah tuhannya, beliau menunggu saat yang tepat sehingga matahari itu tenggelam dan ternyata benar dia bagaikan sembahan-sembahan yang lain yang suatu saat akan tenggelam. Setelah itu Ibrahim memploklamirkan bahawa beliau terbebas dari penyembahan bintang.
Ibrahim mulai memandang dan memberikan pengarahan kepada kaumnya bahawa di sana ada Pencipta langit dan bumi. Argumentasi Ibrahim mampu memunculkan kebenaran, tetapi sebagaimana biasa kebatilan tidak tunduk begitu saja. Mereka mulai menampakkan taringnya dan mulai menggugat keberadaan dan kenekatan Ibrahim as. Mereka mulai menentang Nabi Ibrahim dan mulai mendebatnya dan bahkan mengancamnya. Allah SWT berfirman:
"Dan dia dibantah oleh kaumnya. Dia berkata: "Apakah kamu hendak membantahku tentang Allah, padahal sesungguhnya Allah telah memberi petunjuk kepadaku. Dan aku tidak takut kepada (malapetaka dari) sembahan-sembahan yang kamu persekutukan dengan Allah, kecuali jika Tuhanku menghendaki sesuatu (dari malapetaka) itu. Pengetahuan Tuhanku meliputi segala sesuatu. Maka apakah kamu
tidak dapat mengambil pelajaran (daripadanya) ? Bagaimana aku takut kepada sembahan-sembahan yang kamu persekutukan (dengan Allah) padahal kamu tidak takut mempersekutukan Allah dengan sembahan-sembahan yang Allah sendiri tidak menurunkan hujah kepadamu untuk mempersekutukan-Nya. Maka manakah di antara dua golongan itu yang lebih berhak mendapat keamanan (dari malapetaka), jika kamu mengetahui)?'" (QS. al-An'am: 80-81)
Kita tidak mengetahui sampai sejauh mana ketajaman pergelutan antara Nabi Ibrahim dan kaumnya, dan bagaimana cara mereka menakut-nakuti Nabi Ibrahim. Al-Quran tidak menyinggung hal tersebut. Namun yang jelas, tempat mereka yang penuh kebatilan itu mampu dilumpuhkan oleh Al-Quran. Dari cerita tersebut, Al-Quran mengemukakan Nabi bahawa Ibrahim menggunakan logik seorang yang berfikir sehat. Menghadapi berbagai tantangan dan ancaman dari kaumnya, Nabi Ibrahim justru mendapatkan kedamaian dan tidak takut kepada mereka. Allah SWT berfirman:
"Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur adukan iman mereka dengan kelaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. " (QS. al-An'am: 82)
Allah SWT selalu memberikan hujah atau argumentasi yang kuat kepada Nabi Ibrahim sehingga beliau mampu menghadapi kaumnya. Allah SWT berfirman:
"Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. Kami tinggikan siapa yang Kami kehendaki beberapa darjat. Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. " (QS. al-An'am: 83)
Ibrahim didukung oleh Allah SWT dan diperlihatkan kerajaan langit dan bumi. Demikianlah Nabi Ibrahim terus melanjutkan penentangan pada penyembahan berhala. Tentu saat ini pergelutan dan pertentangan antara beliau dan kaumnya semakin tajam dan semakin meluas. Beban yang paling berat adalah saat beliau harus berhadapan dengan ayahnya, di mana profesion si ayah dan rahsia kedudukannya merupakan biang keladi dari segala penyembahan yang diikuti majoriti kaumnya. Nabi Ibrahim keluar untuk berdakwah kepada kaumnya dengan berkata:
"Patung-patung apakah ini yang kamu tekun beribadah kepadanya? Mereka menjawab: 'Kami mendapati bapak-bapak Kami menyembahnya." Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya kamu dan bapak- bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.' Mereka menjawab: 'Apakah kamu datang kepada kami sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang yang bermain-main?' Ibrahim berkata: 'Sebenarnya tuhan kamu adalah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakan- Nya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.'" (QS. al-Anbiya': 52-56)
Selesailah urusan. Mulailah terjadi pergelutan antara Nabi Ibrahim dan kaumnya. Tentu yang termasuk orang yang paling menentang beliau dan marah kepada sikap beliau itu adalah ayahnya dan bapa saudaranya yang mendidiknya laksana seorang ayah. Akhirnya, si ayah dan si anak terlibat dalam pergelutan yang sengit di mana kedua-duanya dipisahkan oleh prinsip-prinsip yang berbeza. Si anak bertengger di puncak kebenaran bersama Allah SWT sedangkan si ayah berdiri bersama kebatilan. Si ayah berkata kepada anaknya: "Sungguh besar ujianku kepadamu wahai Ibrahim. Engkau telah berkhianat kepadaku dan bersikap tidak terpuji kepadaku." Ibrahim menjawab:
"Wahai bapakku, mengapa kamu menyembah sesuatu yang tidak dapat mendengar, tidak melihat dan tidak dapat menolong kamu sedikit pun? Wahai bapakku, sesungguhnya telah datang kepadaku sebahagian ilmu pengetahuan yang tidak datang kepadamu, maka ikutilah aku, nescaya aku akan menunjukkan kepadamu jalan yang lurus. Wahai bapakku, janganlah kamu menyembah syaitan, sesungguhnya syaitan itu derhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. Wahai bapakku, sesungguhnya aku khawatir bahawa kamu akan ditimpa azab dan Tuhan Yang Maha Pemurah, maka kamu menjadi kawan bagi syaitan.'" (QS. Maryam: 42-45)
Sang ayah segera bangkit dan ia tak kuasa lagi untuk meledakkan amarahnya kepada Ibrahim:
"Bencikah kamu kepada tuhan-tuhanku, hai Ibrahim? Jika kamu tidak berhenti, maka nescaya kamu akan aku rejam, dan tinggalanlah aku buat waktu yang lama." (QS. Maryam: 46)
Jika engkau tidak berhenti dari dakwahmu ini, sungguh aku akan merejammu. Aku akan membunuhmu dengan pukulan batu. Demikian balasan siapa pun yang menentang tuhan. Keluarlah dari rumahku! Aku tidak ingin lagi melihatmu. Keluar!
Akhirnya, pertentangan itu membawa akibat pengusiran Nabi Ibrahim dari rumahnya, dan beliau pun terancam pembunuhan dan perejaman. Meskipun demikian, sikap Nabi Ibrahim tidak pernah berubah. Beliau tetap menjadi anak yang baik dan Nabi yang mulia. Beliau berdialog dengan ayahnya dengan menggunakan adab para nabi dan etika para nabi. Ketika mendengar penghinaan, pengusiran, dan ancaman pembunuhan dari ayahnya, beliau berkata dengan lembut:
"Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan meminta ampun bagimu kepada Tuhanku, sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku. Dan aku akan menjauhkan diri darimu dan dari apa yang kamu sembah selain Allah, dan aku akan berdoa kepada Tuhanku, mudah-mudahan aku tidak akan kecewa dengan berdoa kepada Tuhanku.'" (QS. Maryam: 47-48)
Nabi Ibrahim pun keluar dari rumah ayahnya. Beliau meninggalkan kaumnya dan menyembah selain Allah SWT. Beliau menetapkan suatu urusan dalam dirinya, beliau mengetahui bahawa di sana ada pesta besar yang diadakan di tepi sungai di mana manusia-manusia berduyu-duyun menuju ke sana. Beliau menunggu sampai perayaan itu datang di mana saat itu kota menjadi sunyi kerana ditinggalkan oleh manusia yang hidup di dalamnya dan mereka menuju ke tempat itu. Jalan-jalan yang menuju tempat penyembahan menjadi sepi dan tempat penyembahan itu pun ditinggalkan oleh penjaganya. Semua orang mengikuti pesta itu.
Dengan penuh hati-hati, Ibrahim memasuki tempat penyembahan dengan membawa kapak yang tajam. Ibrahim melihat patung-patung tuhan yang terukir dari batu-batu dan kayu-kayu. Ibrahim pun melihat makanan yang diletakkan oleh manusia di depannya sebagai hadiah dan nazar. Ibrahim mendekat pada patung-patung itu. Kepada salah satu patung - dengan nada bercanda - ia berkata: "Makanan yang ada di depanmu hai patung telah dingin. Mengapa engkau tidak memakannya. Namun patung itu tetap membisu." Ibrahim pun bertanya kepada patung-patung lain di sekitarnya:
"Kemudian ia pergi dengan diam-diam kepada berhala-berhala mereka; lalu ia berkata" Mengapa kalian tidak makan?" (QS. ash- Shaffat: 91)
Ibrahim mengejek patung-patung itu. Ibrahim mengetahui bahawa patung itu memang tidak dapat memakannya. Ibrahim bertanya kepada patung-patung itu:
"Mengapa kamu tidak menjawab?" (QS. ash-Shaffat: 92)
Ibrahim pun langsung mengangkat kapak yang ada di tangannya dan mulai menghancurkan tuhan-tuhan yang palsu yang disembah oleh manusia. Ibrahim menghancurkan seluruh patung-patung itu dan hanya menyisakan satu patung, lalu beliau menggantungkan kapak itu dilehernya. Setelah melaksanakan tugas itu, beliau pergi menuju ke gunung. Beliau telah bersumpah untuk membawa suatu bukti yang jelas, bahkan bukti praktis tentang kebodohan kaumnya dalam menyembah selain Allah SWT.
Akhirnya, pesta perayaan itu selesai dan manusia kembali ke tempat mereka masing-masing. Dan ketika salah seorang masuk ke tempat sembahan itu ia pun berteriak. Manusia-manusia datang menolongnya dan ingin mengetahui apa sebab di balik teriakan itu. Dan mereka mengetahui bahawa tuhan-tuhan semuanya telah hancur yang tersisa hanya satu. Mereka mulai berfikir siapa penyebab semua ini. Akhirnya mereka pun mengetahui dan menyedari bahawa ini adalah Nabi Ibrahim yang telah mengajak mereka untuk menyembah Allah SWT:
"Mereka berkata: "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala
ini yang bernama Ibrahim"." (QS. al-Anbiya': 60)
Mereka segera mendatangi Ibrahim. Ketika Ibrahim datang mereka bertanya kepadanya:
"Mereka bertanya: "Apakah benar engkau yang melakukan semua ini terhadap tuhan kami wahai Ibrahim?" (QS. al-Anbiya': 62)
Ibrahim membalas dengan senyuman lalu ia menunjuk kepada tuhan yang paling besar yang tergantung di lehernya sebuah kapak. "Tidak!"
"Ibrahim menjawab: "Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara". " (QS. al-Anbiya': 63)
Para dukun berkata: "Siapa yang harus kita tanya?" Ibrahim menjawab: "Tanyalah kepada tuhan kalian." Kemudian mereka berkata: "Bukankah engkau mengetahui bahawa tuhan-tuhan itu tidak berbicara." Ibrahim membalas: "Mengapa kalian menyembah sesuatu yang tidak mampu berbicara, sesuatu yang tidak mampu memberikan manfaat dan sesuatu yang tidak mampu memberikan mudarat. Tidakkah kalian mahu berfikir sebentar di mana letak akal kalian. Sungguh tuhan-tuhan kalian telah hancur sementara tuhan yang paling besar berdiri dan hanya memandanginya. Tuhan-tuhan itu tidak mampu menghindarkan gangguan dari diri mereka, dan bagaimana mereka dapat mendatangkan kebaikan buat kalian. Tidakkah kalian mahu berfikir sejenak. Kapak itu tergantung di tuhan yang paling besar tetapi anehnya dia tidak dapat menceritakan apa yang terjadi. Ia tidak mampu berbicara, tidak mendengar, tidak bergerak, tidak melihat, tidak memberikan manfaat, dan tidak membahayakan. Ia hanya sekadar batu, lalu mengapa manusia menyembah batu? Di mana letak akal fikiran yang sehat?" Allah SWT menceritakan peristiwa tersebut dalam firman-Nya:
"Dan sesungguhnya telah kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran sebelum (Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui keadaannya. (Ingatlah), ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya: 'Patung-patung itu apakah ini yang kamu tekun beribadat kepadanya ?' Mereka menjawab: "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.' Ibrahim menjawab: 'Sesungguhnya kamu dan bapak- bapakmu berada dalam kesesatan yang nyata.' Mereka menjawab: 'Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?' Ibrahim berkata: 'Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas apa yang demikian itu. Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala- berhalamu sesudah kamu pergi meninggalkannya.' Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata: 'Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.' Mereka berkata: 'Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.' Mereka berkata: '(Kalau demikian) Bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak, agar mereka menyaksikannya.' Mereka bertanya: 'Apakah kamu, yang melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?' Ibrahim menjawab: 'Sebenarnya patung yang besar itulah yang melakukannya, maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.' Maka mereka telah kembali kepada kesedaran mereka dan lalu berkata: 'Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang- orang yang menganiaya (diri sendiri).' Kemudian kepala mereka jadi tertunduk (lalu berkata): Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahawa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara.' Ibrahim berkata:, maka mengapakah kamu menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun tidak dapat pula memberi mudarat kepada kamu?' Ah (celakalah) kamu dan apa yang kamu sembah selain Allah. Maka apakah kamu tidak memahaminya? Mereka berkata: 'Bakarlah dia dan bantulah tuhan- tuhan kami jika kamu benar-benar hendak bertindak.'" (QS. al- Anbiya': 51-68)
Nabi Ibrahim mampu menundukkan mereka dengan argumentasi dan logik berfikir yang sehat. Tetapi mereka membalasnya dengan menetapkan akan menggantungnya di dalam api. Sungguh ini sangat menghairankan. Suatu mahkamah yang mengerikan digelar di mana si tertuduh akan dihukum dengan pembakaran.
Demikianlah masalah pergelutan antara pemikiran, atau antara nilai- nilai, atau antara prinsip-prinsip selalu terjadi dan selalu membara di tengah-tengah masyarakat. Nabi Ibrahim sudah berusaha untuk menggugah hati dan fikiran Ketika beliau mengisyaratkan kepada tuhan yang paling besar dan menuduhnya bahawa ialah yang menghancurkan tuhan-tuhan yang lain. Nabi Ibrahim meminta kepada mereka untuk bertanya kepada para tuhan itu, tentang siapa yang membuatnya hancur. Tetapi para tuhan itu tidak mampu berbicara lalu mengapa manusia menyembah sesuatu yang tidak mampu berbicara dan tidak mengerti apa-apa.
Ketika Nabi Ibrahim berhasil merobohkan argumentasi mereka, maka orang-orang yang sombong bangkit untuk menenangkan suasana. Para penentang itu tidak mahu manusia akan menyembah selain berhala. Mereka pun mengatakan akan menggantung dan akan membakar Ibrahim hidup-hidup. Nabi Ibrahim pun ditangkap lalu disiapkanlah tempat pembakaran. Para penentang itu berkata kepada pengikutnya: "Bakarlah Ibrahim, dan tolonglah tuhan kalian jika kalian benar-benar menyembahnya." Mereka pun terpengaruh dengan ucapan tersebut. Mereka pun menyiapkan alat-alat untuk membakar Nabi Ibrahim.
Tersebarlah berita itu di kerajaan dan di seluruh negeri. Manusia-manusia berdatangan dari berbagai pelosok, dari gunung-gunung, dari berbagai desa, dan dari berbagai kota untuk menyaksikan balasan yang diterima bagi orang yang berani menentang tuhan, bahkan menghancurkannya. Mereka menggali lubang besar yang dipenuhi kayu-kayu, batu-batu, dan pohon-pohon lalu mereka menyalakan api di dalamnya. Kemudian mereka mendatangkan manjaniq, yaitu suatu alat yang dapat digunakan untuk melempar Nabi Ibrahim ke dalam api sehingga ia jatuh ke dalam lubang api. Mereka meletakkan Nabi Ibrahim setelah mereka mengikat kedua tangannya dan kakinya pada manjaniq itu. Api pun mulai menyala dan asapnya mulai membumbung ke langit. Manusia yang melihat peristiwa itu berdiri agak jauh dari galian api itu kerana saking panasnya. Lalu, seorang tokoh dukun memerintahkan agar Ibrahim dilepaskan ke dalam api. Tiba-tiba malaikat Jibril berdiri di hadapan Nabi Ibrahim dan bertanya kepadanya: "Wahai Ibrahim, tidakkah engkau memiliki keperluan?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak memerlukan sesuatu darimu." Nabi Ibrahim pun dilepaskan lalu dimasukkan ke dalam kubangan api. Nabi Ibrahim terjatuh dalam api. Api pun mulai mengelilinginya, lalu Allah SWT menurunkan perintah kepada api, Allah SWT berkata:
"Kami berfirman: Wahai api jadilah engkau dingin dan membawa keselamatan kepada
Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 69)
Api pun tunduk kepada perintah Allah SWT sehingga ia menjadi dingin dan membawa keselamatan bagi Nabi Ibrahim. Api hanya membakar tali- tali yang mengikat Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim dengan tenang berada di tengah-tengah api seakan-akan beliau duduk di tengah-tengah taman. Beliau memuji Allah SWT, Tuhannya dan mengagungkan-Nya. Yang ada di dalam hatinya hanya cinta kepada sang Kekasih, yaitu Allah SWT.
Hati Nabi Ibrahim tidak dipenuhi rasa takut atau menyesal atau berkeluh kesah. Yang ada dalam hati beliau hanya cinta semata. Api pun menjadi damai dan menjadi dingin. Sesungguhnya orang-orang yang cinta kepada Allah SWT tidak akan merasakan ketakutan. Para pembesar dan para dukun mengamat-amati dari jauh betapa panasnya api itu. Bahkan api terus menyala dalam tempo yang lama, sehingga orang-orang kafir mengira bahawa api itu tidak pernah padam. Ketika api itu padam, mereka dibuat terkejut ketika melihat Nabi Ibrahim keluar dari kubangan api dalam keadaan selamat. Wajah mereka menjadi hitam kerana terpengaruh asap api sementara wajah Nabi Ibrahim berseri-seri dan tampak diliputi dengan cahaya dan kebesaran. Bahkan pakaian yang dipakai Nabi Ibrahim pun tidak terbakar, dan beliau tidak tersentuh sedikit pun oleh api. Nabi Ibrahim pun keluar dari api itu bagaikan beliau keluar dari taman. Lalu orang-orang kafir pun berteriak kehairanan. Mereka pun mendapatkan kekalahan dan kerugian. Allah SWT berfirman:
"Mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang paling rugi." (QS. al-Anbiya': 70)
Al-Quran tidak menceritakan kepada kita tentang usia Nabi Ibrahim saat menghancurkan berhala-berhala kaumnya. Al-Quran juga tidak menceritakan berapa usia beliau saat memikul tanggung jawab dakwah dan menyeru di jalan Allah SWT. Melalui pelacakan nas-nas dapat diketahui bahawa Nabi Ibrahim saat itu masih muda belia, ketika melakukan peristiwa besar itu. Bukti hal itu adalah, ketika para kaumnya mendengar penghancuran berhala, mereka berkata:
"Mereka berkata: "Kami mendengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim." (QS. al-Anbiya': 60)
Injil Barnabas menceritakan bahawa Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung sebelum Allah SWT mewajibkannya berdakwah. Injil Barnabas mengatakan pada pasal ke 29 bahawa Nabi Ibrahim mendengar suatu suara yang memanggil-manggilnya. Nabi Ibrahim bertanya: "Siapa yang memanggilku?" Ketika itu Nabi Ibrahim mendengar suara yang berkata: "Aku adalah malaikat Jibril. Nabi Ibrahim menjadi takut, tetapi malaikat itu segera menenangkannya sambil berkata: "Jangan takut, hai Ibrahim kerana engkau adalah kekasih Allah SWT, dan ketika engkau menghancurkan tuhan-tuhan sembahan manusia, Allah SWT memilihmu sebagai pemimpin para malaikat dan para nabi." Kemudian - masih kata Injil Barnabas: "Nabi Ibrahim bertanya apa yang harus dilakukan untuk menyembah tuhan para malaikat dan para nabi?" Jibril menjawab: "bahawa hendaklah beliau pergi ke sumber ini dan mandi, agar dapat mendaki gunung sehingga Allah SWT berbicara dengannya."
Kemudian Nabi Ibrahim mendaki gunung, lalu Allah SWT menyerunya. Nabi Ibrahim menjawab: "Siapa yang memanggilku?" Allah SWT berkata: "Aku adalah Tuhanmu, hai Ibrahim." Nabi Ibrahim gementar ketakutan dan sujud di atas bumi dan beliau berkata: "Wahai Tuhanku, bagaimana hamba-Mu mendengar seruan-Mu sementara ia adalah tanah dan abu." Di sanalah Allah SWT memerintahkannya agar beliau bangkit kerana Allah SWT telah memilihnya sebagai hamba-Nya dan Dia telah memberkatinya dan orang-orang yang mengikutinya.
Riwayat tersebut menentukan waktu pemilihan Nabi Ibrahim dan waktu pengangkatannya sewaktu beliau menghancurkan berhala dan penyembahan manusia. Demikianlah yang diceritakan oleh Al-Quran al- Karim dalam firman-Nya:
"Ketika Tuhannya berfirman kepadanya: Tunduk patuhlah!' Ibrahim menjawab: 'Aku tunduk patuh kepada Tuhan semesta alam." (QS. al- Baqarah: 131)
Alhasil, masa pemilihan Allah SWT terhadap Nabi Ibrahim tidak ditentukan dalam Al-Quran, sehingga kita tidak dapat memberikan satu jawapan pasti tentang hal itu, tapi yang mampu kita utarakan adalah, bahawa Nabi Ibrahim mampu membuat argumen yang cukup jelas untuk menghancurkan argumen para penyembah berhala. Sebagaimana beliau mampu sebelumnya menghancurkan argumen para penyembah bintang, sehingga hanya tersisa satu argumen yang harus disampaikan kepada para penguasa dan para raja. Dengan demikian, orang-orang kafir telah mendapatkan seluruh argumen kebenaran.
Nabi Ibrahim pun akhirnya terlibat adu argumentasi dengan raja yang menyangka bahawa dirinya adalah tuhan kaumnya. Raja itu menyuruh mereka untuk menyembahnya. Dalam rangka menjaga kepentingannya, boleh jadi memang ia menyangka bahawa dirinya tuhan. kerana Allah SWT telah memberikannya suatu kerajaan yang besar, ia lupa bahawa ia hanya manusia biasa. Kita tidak mengetahui, apakah ia seorang raja atas kaum Nabi Ibrahim lalu ia mendengar kisah mukjizatnya kemudian ia memanggilnya untuk berdebat dengan beliau, atau mungkin ia raja dari daerah lain. Tapi yang kita ketahui bahawa pertemuan di antara keduanya menyebabkan jatuhnya argumen-argumen orang kafir. Allah SWT menceritakan hal tersebut dengan firman-Nya:
"Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) kerana Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan: 'Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan mematikan.' Orang itu berkata: 'Saya dapat menghidupkan dan mematikan.' Ibrahim berkata: 'Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat,' lalu hairan terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim. " (QS. al-Baqarah: 258)
Allah SWT sengaja tidak menyebut nama raja itu kerana dianggap tidak penting, sebagaimana Al-Quran juga tidak menyebut dialog panjang yang terjadi antara Nabi Ibrahim dan dia. Barangkali raja itu berkata kepada Nabi Ibrahim: "Aku mendengar bahawa Anda mengajak manusia untuk menyembah Tuhan yang baru dan meninggalkan tuhan yang lama." Nabi Ibrahim menjawab: "Tiada Tuhan lain selain Allah Yang Maha Esa." Si Raja berkata: "Apa yang dilakukan oleh tuhanmu yang tidak dapat aku lakukan?" Raja yang terkena penyakit sombong dan bangga diri itu adalah raja yang tidak tahu diri. Penghormatan manusia dan ketertundukkan manusia kepadanya itu justru meningkatkan kesombongannya. Nabi Ibrahim mendengar apa yang dikatakan oleh si raja. Nabi Ibrahim mengetahui segala sesuatunya. Nabi Ibrahim berkata dengan lembut:
"Tuhanku adalah yang mampu menghidupkan dan mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)
Si raja membalas:
"Aku pun menghidupkan dan mematikan." (QS. al-Baqarah: 258)
Nabi Ibrahim tidak bertanya bagaimana si raja menghidupkan dan mematikan. Nabi Ibrahim tahu bahawa sebenarnya ia berbohong. Raja berkata: "Aku mampu menghadirkan seseorang yang sedang berjalan lalu aku membunuhnya, dan pada kesempatan yang lain aku mampu memaafkan orang yang sudah dipastikan untuk dihukum gantung lalu aku menyelamatkannya dari kematian. Dengan demikian, aku mampu memberi kehidupan dan kematian."
Mendengar kebodohannya itu, Nabi Ibrahim tertawa dan pada saat yang sama beliau merasakan kesedihan. Tetapi Nabi Ibrahim ingin mematahkan argumen raja itu yang mengatakan bahawa ia mampu menghidupkan dan mematikan, padahal sebenarnya ia tidak mampu. Nabi Ibrahim berkata:
"Sesungguhnya Allah mampu mendatangkan matahari dari timur, maka kalau engkau mampu datangkanlah ia dari barat. " (QS. al- Baqarah: 258)
Mendengar tentangan Nabi Ibrahim itu, raja menjadi terpaku dan terdiam ia merasa tidak mampu. la tidak mampu berkata-kata lagi. Nabi Ibrahim berkata kepada raja bahawa Allah SWT mampu mendatangkan matahari dari timur, apakah ia mampu mendatangkan matahari dari barat. Tentu raja tidak mampu mendatangkannya. Alam mempunyai aturan dan undang-undang yang diatur dan diciptakan oleh Allah SWT di mana tiada makhluk yang lain yang mampu mengubahnya. Jika raja mengaku bahawa ia benar-benar tuhan, maka tentu ia dapat mengubah hukum alam tersebut. Saat itu si raja merasa tidak mampu memenuhi tentangan itu. Ia justru membisu. Ia tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya dan apa yang harus dilakukannya. Setelah orang-orang kafir diam membisu, Nabi Ibrahim meninggalkan istana raja. Kemudian kebenaran Nabi Ibrahim tersebar di segala penjuru negeri. Manusia mulai ramai-ramai membicarakan mukjizatnya dan keselamatannya dari api. Manusia menyinggung bagaimana sikap raja ketika mendengar tentangan Nabi Ibrahim, dan bagaimana si raja menjadi membisu dan tidak mengetahui apa yang harus dikatakannya.
Nabi Ibrahim tetap melanjutkan dakwahnya di jalan Allah SWT. Nabi Ibrahim mencurahkan tenaga dan upayanya untuk membimbing kaumnya. Nabi Ibrahim berusaha menyedarkan mereka dengan berbagai cara. Meskipun beliau sangat cinta dan menyayangi mereka, mereka malah justru marah kepadanya dan malah mengusirnya. Dan tiada yang beriman bersamanya kecuali seorang perempuan dan seorang lelaki. Perempuan itu bernama Sarah yang kemudian menjadi isterinya sedangkan laki-laki itu adalah Luth yang kemudian menjadi nabi setelahnya.
Ketika Nabi Ibrahim mengetahui bahawa tidak seorang pun beriman selain kedua orang tersebut, ia menetapkan untuk berhijrah. Sebelum beliau berhijrah, ia mengajak ayahnya beriman. Kemudian Nabi Ibrahim mengetahui bahawa ayahnya adalah musuh Allah SWT dan dia tidak akan beriman. Nabi Ibrahim pun berlepas diri darinya dan memutuskan hubungan dengannya.
Untuk kedua kalinya dalam kisah para nabi kita mendapati hal yang mengagetkan. Dalam kisah Nabi Nuh kita menemukan bahawa si ayah seorang nabi dan si anak seorang kafir, sedangkan dalam kisah Nabi Ibrahim justru sebaliknya: si ayah yang menjadi kafir dan si anak yang menjadi nabi. Dalam kedua kisah tersebut kita mengetahui bahawa seorang mukmin berlepas diri dari musuh Allah SWT, meskipun dia adalah anaknya dan ayahnya.
Melalui kisah tersebut, Allah SWT memberitahukan kepada kita bahawa hubungan satu-satunya yang harus dipelihara dan harus diperhatikan di antara hubungan-hubungan kemanusiaan adalah hubungan keimanan, bukan hanya hubungan darah. Allah SWT berflrman dalam surah at- Taubah:
"Dan permintaan ampun dari Ibrahim (kepada Allah) untuk bapaknya, tidak lain hanyalah kerana suatu janji yang telah diikrarkannya kepada bapaknya itu. Maka tatkala jelas bagi Ibrahim bahawa bapaknya itu adalah musuh Allah, maka Ibrahim berlepas diri darinya. Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang yang sangat lembut hatinya lagi penyantun. " (QS. at-Taubah: 114)
Nabi Ibrahim keluar meninggalkan negerinya dan memulai petualangannya dalam hijrah. Nabi Ibrahim pergi ke kota yang bernama Aur dan ke kota yang lain bernama Haran, kemudian beliau pergi ke Palestina bersama isterinya, satu-satunya wanita yang beriman kepadanya. Beliau juga disertai Luth, satu-satunya lelaki yang beriman kepadanya. Allah SWT berfirman:
"Maka Luth membenarkan (kenabian)nya. Dan berkatalah Ibrahim: 'Sesungguhnya aku akan berpindah ke (tempat yang diperintahkan) Tuhanku (kepadaku); sesungguhnya Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.'" (QS. al-Ankabut: 26)
Setelah ke Palestin, Nabi Ibrahim pergi ke Mesir. Selama perjalanan ini Nabi Ibrahim mengajak manusia untuk menyembah Allah SWT, bahkan beliau berjuang dalam hal itu denqan gigih. Beliau mengabdi dan membantu orang-orang yang tidak mampu dan orang-orang yang lemah. Beliau menegakkan keadilan di tengah-tengah manusia dan menunjukkan kepada mereka jalan yang benar.
isteri Nabi Ibrahim, Sarah, tidak melahirkan, lalu raja Mesir memberikan seorang pembantu dari Mesir yang dapat membantunya. Nabi Ibrahim telah menjadi tua dan rambutnya memutih di mana beliau menggunakan usianya hanya untuk berdakwah di jalan Allah SWT. Sarah berfikir bahawa ia dan Nabi Ibrahim tidak akan mempunyai anak, lalu ia berfikir bagaimana seandainya wanita yang membatunya itu dapat menjadi isteri kedua dari suaminya. Wanita Mesir itu bernama Hajar. Akhirnya, Sarah menikah-kan Nabi Ibrahim dengan Hajar, kemudian Hajar melahirkan anaknya yang pertama yang dinamakan oleh ayahnya dengan nama Ismail. Nabi Ibrahim saat itu menginjak usia yang sangat tua ketika Hajar melahirkan anak pertamanya, Ismail.
Nabi Ibrahim hidup di bumi Allah SWT dengan selalu menyembah-Nya, bertasbih, dan menyucikan-Nya. Kita tidak mengetahui, berapa jauh jarak yang ditempuh Nabi Ibrahim dalam perjalanannya. Beliau adalah seorang musafir di jalan Allah SWT. Seorang musafir di jalan Allah SWT menyedari bahawa hari-hari di muka bumi sangat cepat berlalu, kemudian di tiupkan sangkakala lalu terjadilah hari kiamat dan kemudian hari kebangkitan.
Pada suatu hari, had Nabi Ibrahim dipenuhi rasa kedamaian, cinta, dan keyakinan. Beliau ingin melihat kebesaran Allah SWT, Sang Pencipta. Beliau ingin melihat hari kiamat sebelum terjadinya. Allah SWT menceritakan sikapnya itu dalam firman-Nya:
"Dan ingatlah ketika Ibrahim berkata: 'Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana engkau menghidupkan arang yang mati. 'Allah berfirman: 'Belum yakinkah kamu?' Ibrahim menjawab: 'Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).'" (QS. al-Baqarah: 260)
Hasrat Nabi Ibrahim terhadap hal tersebut dipengaruhi oleh keimanan yang luar biasa; keimanan yang dipenuhi cinta kepada Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
"(Kalau demikian), ambillah empat ekor burung lalu cincanglah semuanya. Allah berfirman: 'Lalu letakkanlah di atas bahagian- bahagian itu, kemudian panggillah mereka, nescaya mereka datang kepadamu dengan segera," dan ketahuilah bahawa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana." (QS. al-Baqarah: 260)
Nabi Ibrahim melakukan apa saja yang diperintahkan oleh Allah SWT. Beliau menyembelih empat ekor burung lalu memisah-misahkan bahagiannya di atas gunung, kemudian ia memanggilnya dengan nama Allah SWT. Tiba-tiba bulu-bulu dan burung itu bangkit dan bergabung dengan sayap-sayapnya, kemudian dada dari burung itu mencari kepalanya. Akhirnya, bahagian-bahagian burung yang terpisah kembali bergabung. Burung itu pun kembali mendapatkan kehidupan lalu burung itu terbang dengan cepat dan kembali ke pangkuan Nabi Ibrahim.
Para ahli tafsir meyakini bahawa eksperimen ini berangkat dari kehausan ilmu yang ada pada Nabi Ibrahim, dan sebahagian lagi mengatakan bahawa beliau ingin melihat kebesaran Allah SWT saat menciptakan makhluk-Nya. Beliau memang sudah mengetahui hasilnya, tapi beliau tidak melihat cara pembuatan penciptaan makhluk. Sebahagian mufasir lain mengatakan bahawa beliau merasa puas atas apa yang dikatakan oleh Allah SWT dan beliau tidak jadi menyembelih burung. Kami sendiri menilai bahawa eksperimen ini menunjukkan tingkat cinta yang tinggi yang dicapai oleh seorang musafir di jalan Allah SWT, yaitu Nabi Ibrahim. Seorang pencinta akan selalu timbul dalam dirinya hasrat, rasa tunduk, dan rasa ingin menambah cintanya. Demikianlah cinta Nabi Ibrahim. Inilah petualangan Nabi Ibrahim di mana setiap kali ia melalui perjalanannya, maka kehausan cintanya pun meningkat. Pada suatu hari Nabi Ibrahim bangun lalu beliau memerintahkan isterinya, Hajar, untuk membawa anaknya bersiap-siap untuk melalui perjalanan panjang. Setelah beberapa hari, di mulailah perjalanan Nabi Ibrahim bersama isterinya Hajar berserta anak mereka, Ismail. Saat itu Ismail masih menyusu pada ibunya.
Nabi Ibrahim berjalan di tengah-tengah tanah yang penuh dengan tanaman, melewati gurun dan gunung-gunung. Kemudian beliau memasuki tanah Arab. Nabi Ibrahim menuju ke suatu lembah yang di dalamnya tidak ada tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan dan tidak ada air. Lembah itu kosong dari tanda-tanda kehidupan. Nabi Ibrahim sampai ke lembah, lalu beliau turun dari atas punggung haiwan tunggangannya. Lalu beliau menurunkan isterinya dan anaknya dan meninggalkan mereka di sana. Mereka hanya dibekali dengan makanan dan sedikit air yang tidak cukup untuk kebutuhan dua hari.
Ketika beliau mulai meninggalkan mereka dan berjalan, tiba-tiba isterinya segera menyusulnya dan berkata kepadanya: "Wahai Ibrahim, ke mana engkau pergi? Mengapa engkau meninggalkan kami di lembah ini, padahal di dalamnya tidak terdapat sesuatu pun." Nabi Ibrahim tidak segera menjawab dan ia tetap berjalan. isterinya pun kembali mengatakan perkataan yang dikatakan sebelumnya. Namun Nabi Ibrahim tetap diam. Akhirnya, si isteri memahami bahawa Nabi Ibrahim tidak bersikap demikian kecuali mendapat perintah dari Allah SWT. Kemudian si isteri bertanya: "Apakah Allah SWT memerintahkannya yang demikian ini?" Nabi Ibrahim menjawab: "Benar." isteri yang beriman itu berkata: "Kalau begitu, kita tidak akan disia-siakan." Nabi Ibrahim menuju ke tempat di suatu gunung lalu beliau mengangkat kedua tangannya untuk berdoa kepada Allah SWT:
"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati. " (QS. Ibrahim: 37)
Saat itu Baitullah belum dibangun. Terdapat hikmah yang tinggi dalam perjalanan yang penuh dengan misteri ini. Ismail ditinggalkan bersama ibunya di tempat ini. Ismail-lah yang akan bertanggungjawab bersama ayahnya dalam pembangunan Ka'bah. Hikmah Allah SWT menuntut untuk didirikannya suatu bangunan di lembah itu dan dibangun di dalamnya Baitullah, di mana kita akan menuju ke sana dan menghadap kepadanya saat kita solat.
Nabi Ibrahim meninggalkan isterinya dan anaknya yang masih menyusu di padang sahara. Ibu Ismail menyusui anaknya dan mulai merasakan kehausan. Saat itu matahari bersinar sangat panas dan membuat manusia mudah merasa haus. Setelah dua hari, habislah air dan keringlah susu si ibu. Hajar dan Ismail merasakan kehausan, dan makanan telah tiada sehingga saat itu mereka merasakan kesulitan yang luar biasa. Ismail mulai menangis kehausan dan ibunya meninggalkannya untuk mencarikan air. Si ibu berjalan dengan cepat hingga sampai di suatu gunung yang bernama Shafa. Ia menaikinya dan meletakkan kedua tangannya di atas keningnya untuk melindungi kedua matanya dari sengatan matahari. Ia mulai mencari-cari sumber air atau sumur atau seseorang yang dapat membantunya atau kafilah atau musafir yang dapat menolongnya atau berita namun semua harapannya itu gagal. Ia segera turun dari Shafa dan ia mulai berlari dan melalui suatu lembah dan sampai ke suatu gunung yang bernama Marwah. Ia pun mendakinya dan melihat apakah ada seseorang tetapi ia tidak melihat ada seseorang.
Si ibu kembali ke anaknya dan ia masih mendapatinya dalam keadaan menangis dan rasa hausnya pun makin bertambah. Ia segera menuju ke Shafa dan berdiri di atasnya, kemudian ia menuju ke Marwah dan melihat-lihat. Ia mondar-mandir, pulang dan pergi antara dua gunung yang kecil itu sebanyak tujuh kali. Oleh kerananya, orang-orang yang berhaji berlari-lari kecil antara Shafa dan Marwah sebanyak tujuh kali. Ini adalah sebagai peringatan terhadap ibu mereka yang pertama dan nabi mereka yang agung, yaitu Ismail.
Setelah putaran ketujuh, Hajar kembali dalam keadaan letih dan ia duduk di sisi anaknya yang masih menangis. Di tengah-tengah situasi yang sulit ini, Allah SWT menurunkan rahmat-Nya. Ismail pun memukul- mukulkan kakinya di atas tanah dalam keadaan menangis, lalu memancarlah di bawah kakinya sumur zamzam sehingga kehidupan si anak dan si ibu menjadi terselamatkan. Si ibu mengambil air dengan tangannya dan ia bersyukur kepada Allah SWT. Ia pun meminum air itu berserta anaknya, dan kehidupan tumbuh dan bersemi di kawasan itu. Sungguh benar apa yang dikatakannya bahawa Allah SWT tidak akan membiarkannya selama mereka berada di jalan-Nya.
Kafilah musafir mulai tinggal di kawasan itu dan mereka mulai mengambil air yang terpancar dari sumur zamzam. Tanda-tanda kehidupan mulai mengepakkan sayapnya di daerah itu. Ismail mulai tumbuh dan Nabi Ibrahim menaruh kasih sayang dan perhatian padanya, lalu Allah SWT mengujinya dengan ujian yang berat. Allah SWT menceritakan ujian tersebut dalam firman-Nya:
"Dan Ibrahim berkata: Sesungguhnya aku pergi menghadap kepada Tuhanku, dan Dia akan memberi petunjuk kepadaku. Ya Tuhanku, anugerahkan kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang soleh. Maka Kami beri dia khabar gembira dengan seorang anak yang amat sabar. Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim. Ibrahim berkata: 'Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahawa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab: 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu. Insya- Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya, (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: 'Hai Ibrahim, sesungguhnya engkau telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) "Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim". Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ia termasuk hamba-hamba Kami yang beriman. " (QS. ash-Shaffat: 99-111)
Perhatikanlah, bagaimana Allah SWT menguji hamba-hamba-Nya. Renungkanlah bentuk ujian tersebut. Kita sekarang berada di hadapan seorang nabi yang hatinya merupakan hati yang paling lembut dan paling penyayang di muka bumi. Hatinya penuh dengan cinta kepada Allah SWT dan cinta kepada makhluk-Nya. Nabi Ibrahim mendapatkan anak saat beliau menginjak usia senja, padahal sebelumnya beliau tidak membayangkan akan memperoleh kurnia seorang anak.
Nabi Ibrahim tidur, dan dalam tidurnya beliau melihat dirinya sedang menyembelih anaknya, anak satu-satunya yang dicintainya. Timbullah pergolakan besar dalam dirinya. Sungguh salah kalau ada orang mengira bahawa tidak ada pergolakan dalam dirinya. Nabi Ibrahim benar-benar diuji dengan ujian yang berat. Ujian yang langsung berhubungan dengan emosi kebapakan yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Nabi Ibrahim berfikir dan merenung. Kemudian datanglah jawapan bahawa Allah SWT melihatkan kepadanya bahawa mimpi para nabi adalah mimpi kebenaran. Dalam mimpinya, Nabi Ibrahim melihat bahawa ia menyembelih anak satu-satunya. Ini adalah wahyu dari Allah SWT dan perintah dari-Nya untuk menyembelih anaknya yang dicintainya.
Sebagai pencinta sejati, Nabi Ibrahim tidak merasakan kegelisahan dari hal tersebut. Ia tidak "menggugat" perintah Allah SWT itu. Nabi Ibrahim adalah penghulu para pencinta. Nabi Ibrahim berfikir tentang apa yang dikatakan kepada anaknya ketika ia menidurkannya di atas tanah untuk kemudian menyembelihnya. Lebih baik baginya untuk memberitahu anaknya dan hal itu lebih menenangkan hatinya daripada memaksanya untuk menyembelih. Akhirnya, Nabi Ibrahim pergi untuk menemui anaknya.
"Ibrahim berkata: 'Wahai anakku sesungguhnya aku melihat di dalam mimpi, aku menyembelihmu, maka bagaimana pendapatmu. " (QS. ash-Shaffat: 102)
Perhatikanlah bagaimana kasih sayang Nabi Ibrahim dalam menyampaikan perintah kepada anaknya. la menyerahkan urusan itu kepada anaknya; apakah anaknya akan menaati perintah tersebut. Bukankah perintah tersebut adalah perintah dari Tuhannya? Ismail menjawab sama dengan jawapan dari ayahnya itu bahawa perintah itu datangnya dari Allah SWT yang kerananya si ayah harus segera melaksanakannya:
"Wahai ayahku kerjakanlah yang diperintahkan Tuhanmu. Insya Allah engkau mendapatiku sebagai orang-orang yang sabar." (QS. ash- Shaffat: 102)
Perhatikanlah jawapan si anak. Ia mengetahui bahawa ia akan disembelih sebagai pelaksanaan perintah Tuhan, namun ia justru menenangkan hati ayahnya bahawa dirinya akan bersabar. Itulah puncak dari kesabaran. Barangkali si anak akan merasa berat ketika harus dibunuh dengan cara disembelih sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT. Tetapi Nabi Ibrahim merasa tenang ketika mendapati anaknya menentangnya untuk menunjukkan kecintaan kepada Allah SWT.
Kita tidak mengetahui perasaan sesungguhnya Nabi Ibrahim ketika mendapati anaknya menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Allah SWT menceritakan kepada kita bahawa Ismail tertidur di atas tanah dan wajahnya tertelungkup di atas tanah sebagai bentuk hormat kepada Nabi Ibrahim agar saat ia menyembelihnya Ismail tidak melihatnya, atau sebaliknya. Kemudian Nabi Ibrahim mengangkat pisaunya sebagai pelaksanaan perintah Allah SWT:
"Tatkala keduanya telah berserah din dan Ibrahim, membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya)." (QS. ash- Shaffat: 103)
Al-Quran menggunakan ungkapan tersebut ketika keduanya menyerahkan diri terhadap perintah Allah SWT. Ini adalah wujud Islam yang hakiki. Hendaklah engkau memberikan sesuatu untuk Islam sehingga tidak ada sesuatu pun yang tersisa darimu. Pada saat pisau siap untuk digunakan sebagai perintah dari Allah SWT, Allah SWT memanggil Ibrahim. Selesailah ujiannya, dan Allah SWT menggantikan Ismail dengan suatu korban yang besar.
Peristiwa tersebut kemudian diperingati sebagai hari raya oleh kaum Muslim, yaitu hari raya yang mengingatkan kepada mereka tentang Islam yang hakiki yang dibawa dan di amalkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail. Demikianlah kisah Nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim meninggalkan anaknya dan kembali berdakwah di bumi Allah SWT. Nabi Ibrahim berhijrah dari tanah Kaldanin, tempat kelahirannya di Iraq, dan melalui Yordania dan tinggal di negeri Kan'an. Saat berdakwah, beliau tidak lupa bertanya tentang kisah Nabi Luth bersama kaumnya. Nabi Luth adalah orang yang pertama kali beriman kepadanya. Allah SWT telah memberinya pahala dan telah mengutusnya sebagai Nabi kepada kaum yang menentang kebenaran.
Nabi Ibrahim duduk di luar khemahnya dan memikirkan tentang anaknya Ismail, dan kisah mimpinya serta tentang tebusan dari Allah SWT berupa korban yang besar. Hatinya penuh dengan gelora cinta. Nabi Ibrahim tidak mampu menghitung pujian yang harus ditujukan kepada Tuhannya. Matanya berlinangan air mata sebagai bukti rasa terima kasih dan syukur kepada Allah SWT. Mulailah butiran-butiran air matanya bercucuran. Nabi Ibrahim mengingat Ismail dan mulai rindu kepadanya.
Dalam situasi seperti itu, turunlah malaikat (Jibril, Israfil, dan Mikail) ke bumi Jibril. Mereka berubah wujud menjadi manusia yang indah dan tampan. Mereka memegang misi dan tugas khusus. Mereka berjalan di depan Nabi Ibrahim dan menyampaikan berita gembira padanya, kemudian mereka akan mengunjungi kaum Nabi Luth dan memberikan hukum atas kejahatan kaumnya. Melihat wajah-wajah yang bersinar itu, Nabi Ibrahim tercengang dan mengangkat kepalanya. Nabi Ibrahim tidak mengenal mereka. Mereka mengawali ucapan salam. Dan Nabi Ibrahim membalas salam mereka. Nabi Ibrahim bangkit dari tempatnya dan menyambut mereka. Nabi Ibrahim mempersilakan mereka masuk ke dalam rumahnya. Nabi Ibrahim mengira bahawa mereka adalah tamu- tamu asing. Nabi Ibrahim mempersilakan mereka duduk, dan kemudian ia meminta izin kepada mereka untuk keluar dan menemui keluarganya. Sarah, isterinya, bangun ketika Nabi Ibrahim masuk menemuinya. Saat itu Sarah sudah mulai tua dan rambutnya mulai memutih.
Nabi Ibrahim berkata kepada isterinya: "Aku dikunjungi oleh tiga orang asing." isterinya bertanya: "Siapakah mereka?" Nabi Ibrahim menjawab: "Aku tidak mengenal mereka. Sungguh wajah mereka sangat aneh. Tak ragu lagi, mereka pasti datang dari tempat yang jauh, tetapi pakaian mereka tidak menunjukkan mereka berasal dari daerah yang jauh. Oh ya, apakah ada makanan yang dapat kita berikan kepada mereka?" Sarah berkata: "Separuh daging kambing." Nabi Ibrahim berkata: "Hanya separuh daging kambing. Kalau begitu, sembelihlah satu kambing yang gemuk. Mereka adalah tamu-tamu yang istimewa. Mereka tidak memiliki haiwan tunggangan atau makanan. Barangkali mereka lapar, atau barangkali mereka orang-orang yang tidak mampu."
Nabi Ibrahim memilih satu kambing besar dan memerintahkan untuk disembelih serta menyebut nama Allah SWT saat menyembelihnya. Kemudian disiapkanlah makanan. Setelah siap, Nabi Ibrahim memanggil tamu-tamunya untuk makan. isterinya membantu untuk melayani mereka dengan penuh kehormatan. Nabi Ibrahim mengisyaratkan untuk menyebut nama Allah SWT, kemudian Nabi Ibrahim mulai mengawali untuk memakan agar mereka juga mulai makan.
Nabi Ibrahim adalah orang yang sangat dermawan dan beliau mengetahui bahawa Allah SWT pasti membalas orang-orang yang dermawan. Barangkali di rumahnya tidak ada haiwan lain selain kambing itu, tetapi kerana kedermawanannya, beliau pun menghidangkan kambing itu untuk tamunya. Nabi Ibrahim memperhatikan sikap tamu-tamunya, namun tak seorang pun di antara tamunya yang menghulurkan tangan. Nabi Ibrahim mendekatkan makanan itu kepada mereka sambil berkata: "Mengapa kalian tidak makan?" Nabi Ibrahim kembali ke tempatnya sambil mencuri pandangan, tapi lagi-lagi mereka masih tidak memakannya. Saat itu Nabi Ibrahim merasakan ketakutan.
Dalam tradisi kaum Badui diyakini bahawa tamu yang tidak mahu makan hidangan yang disajikan oleh tuan rumah, maka ini bererti bahawa ia hendak berniat jelek pada tuan rumah. Nabi Ibrahim kembali berfikir dengan penuh kehairanan melihat sikap tamu-tamunya. Nabi Ibrahim kembali berfikir, bagaimana tamu-tamu itu secara mendadak menemuinya di mana ia tidak melihat mereka sebelumnya kecuali setelah mereka ada di hadapannya. Mereka tidak memiliki binatang tunggangan yang menghantarkan mereka. Mereka juga tidak membawa bekal perjalanan. Wajah-wajah mereka sangat aneh baginya. Mereka adalah para musafir, tetapi anehnya tidak ada bekas debu perjalanan. Kemudian Nabi Ibrahim mengajak mereka makan, lalu mereka duduk di atas meja makan tetapi mereka tidak makan sedikit pun. Bertambahlah ketakutan Nabi Ibrahim.
Beliau mengangkat pandangannya, lalu beliau mendapati isterinya Sarah berdiri di hujung kamar. Melalui pandangannya yang membisu, Nabi Ibrahim hendak mengatakan bahawa ia merasa takut terhadap tamu- tamunya, namun wanita itu tidak memahaminya. Nabi Ibrahim berfikir bahawa tamu-tamunya itu berjumlah tiga orang dan mereka tampak masih muda-muda sedangkan ia sudah tua. Para malaikat dapat membaca fikiran yang bergolak dalam diri Nabi Ibrahim. Salah seorang malaikat berkata padanya: "Janganlah engkau takut." Nabi Ibrahim mengangkat kepalanya dan dengan penuh kejujuran ia berkata: "Aku mengakui bahawa aku merasa takut. Aku telah mengajak kalian untuk makan dan telah menyambut kalian, tapi kalian tidak mahu memakannya. Apakah kalian mempunyai niat buruk kepadaku?" Salah seorang malaikat tersenyum dan berkata: "Kita tidak makan wahai Ibrahim, kerana kita adalah malaikat-malaikat Allah SWT dan kami telah diutus kepada kaum Luth."
Mendengar semua itu, isteri Nabi Ibrahim tertawa. Ia berdiri mengikuti dialog yang terjadi antara suaminya dan mereka. Salah seorang malaikat menoleh kepadanya dan memberinya khabar gembira tentang kelahiran Ishak. Allah SWT memberimu khabar gembira dengan kelahiran Ishak. Wanita tua itu dengan penuh kehairanan berkata:
"Sungguh menghairankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sangat tua pula?" (QS. Hud: 72)
Dan salah seorang malaikat kembali berkata kepadanya:
"Dan sesudah Ishak (lahir pula) Ya'qub." (QS. Hud: 71)
Engkau akan menyaksikan kelahiran cucumu. Bergolaklah berbagai perasaan dalam had Nabi Ibrahim dan isterinya. Suasana di kamar pun berubah dan hilanglah rasa takut dari Nabi Ibrahim. Kemudian hatinya dipenuhi dengan kegembiraan. isterinya yang mandul berdiri dalam keadaan gementar, kerana berita gembira yang dibawa oleh para malaikat itu cukup menggoncangkan jiwanya. Ia adalah wanita yang tua dan mandul dan suaminya juga laki-laki tua, maka bagaimana mungkin, padahal dia adalah wanita tua. Di tengah-tengah berita yang cukup menggoncangkan tersebut, Nabi Ibrahim bertanya:
"Apakah kamu memberi khabar gembira kepadaku padahal usiaku telah lanjut, maka dengan cara bagaimanakah (terlaksananya) berita gembira yang kamu khabarkan ini?" (QS. al-Hijr: 54)
Apakah beliau ingin mendengarkan khabar gembira untuk kedua kalinya, ataukah ia ingin agar hatinya menjadi tenang dan mendengar kedua kalinya kurnia dari Allah SWT padanya? Ataukah Nabi Ibrahim ingin menampakkan kegembiraannya kedua kalinya? Para malaikat menegaskan padanya bahawa mereka membawa berita gembira yang penuh dengan kebenaran.
"Mereka menjawab: 'Kami menyampaikan khabar gembira kepadamu dengan benar, maka janganlah kamu termasuk orang-orang yang berputus asa.'" (QS. al-Hijr: 55)
"Ibrahim berkata: 'Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya,
kecuali orang-orang yang sesat.'" (QS. al-Hijr: 56)
Para malaikat tidak memahami perasaan kemanusiaannya, maka mereka melarangnya agar jangan sampai berputus asa. Nabi Ibrahim memahamkan mereka bahawa ia tidak berputus asa tetapi yang ditampakkannya hanya sekadar kegembiraan. Kemudian isteri Nabi Ibrahim turut bergabung dalam pembicaraan bersama mereka. la bertanya dengan penuh kehairanan: "Apakah aku akan melahirkan sementara aku adalah wanita yang sudah tua. Sungguh hal ini sangat menghairankan." Para malaikat menjawab:
"Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai Ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah.'" (QS. Hud: 73)
Berita gembira itu bukan sesuatu yang sederhana dalam kehidupan Nabi Ibrahim dan isterinya. Nabi Ibrahim tidak mempunyai anak kecuali Ismail di mana ia meninggalkannya di tempat yang jauh, di Jazirah Arab. isterinya Sarah selama puluhan tahun bersamanya dan tidak memberinya anak. Ia sendiri yang menikahkan Nabi Ibrahim dengan pembantunya, Hajar. Maka dari Hajar lahirlah Ismail, sedangkan Sarah tidak memiliki anak. Oleh kerana itu, Sarah memiliki kerinduan besar terhadap anak.
Para malaikat berkata padanya: "Sesungguhnya itu terjadi dengan kehendak Allah SWT. Demikianlah yang diinginkan-Nya kepadanya dan pada suaminya." Kemudian saat ia berusia senja, ia mendapatkan khabar gembira di mana ia akan melahirkan seorang anak, bukan anak biasa tetapi seorang anak yang cerdas. Bukan ini saja, para malaikat juga menyampaikan kepadanya bahawa anaknya akan mempunyai anak (cucunya) dan ia pun akan menyaksikannya. Wanita itu telah bersabar cukup lama kemudian ia memasuki usia senja dan lupa. Lalu datanglah balasan Allah SWT dengan tiba-tiba yang menghapus semua ini. Air matanya berlinang saat ia berdiri kerana saking gembiranya. Sementara itu Nabi Ibrahim as merasakan suatu perasaan yang menghairankan. Hatinya dipenuhi dengan kasih sayang dan kedekatan. Nabi Ibrahim mengetahui bahawa ia sekarang berada di hadapan suatu nikmat yang ia tidak mengetahui bagaimana harus mensyukurinya.
Nabi Ibrahim segera bersujud. Saat itu anaknya Ismail ada di sana namun ia jauh darinya sehingga tidak melihatnya. Ismail ada di sana atas perintah Allah SWT di mana Dia memerintahkannya untuk membawa anaknya bersama ibunya dan meninggalkan mereka di suatu lembah yang tidak memiliki tanaman dan air. Demikianlah perintah tersebut tanpa ada keterangan yang lain. Nabi Ibrahim melaksanakan perintah tersebut dengan tulus, dan beliau hanya berdakwah dan menyembah Allah SWT. Allah SWT memberinya khabar gembira saat beliau menginjak usia tua dengan kelahiran Ishak dari isterinya Sarah, dan setelah kelahirannya disusul dengan kelahiran Yakub. Nabi Ibrahim bangun dari sujudnya lalu pandangannya tertuju pada makanan. Ia merasa tidak mampu lagi melanjutkan makan kerana saking gembiranya. Ia memerintahkan pembantunya untuk mengangkat makanan, lalu beliau menoleh kepada para malaikat. Hilanglah rasa takut Nabi Ibrahim dan keresahannya menjadi tenang. Nabi Ibrahim mengetahui bahawa mereka diutus pada kaum Luth sedangkan Luth adalah anak saudaranya yang tinggal bersamanya di tempat kelahirannya.
Nabi Ibrahim mengetahui maksud pengutusan para malaikat pada Luth dan kaumnya. Ini bererti akan terjadi suatu hukuman yang mengerikan. Karakter Nabi Ibrahim yang penyayang dan lembut menjadikannya tidak mampu menahan kehancuran suatu kaum. Barangkali kaum Luth akan bertaubat dan masuk Islam serta menaati perintah rasul mereka. Nabi Ibrahim mulai mendebat para malaikat tentang kaum Luth. Nabi Ibrahim berbicara kepada mereka, bahawa boleh jadi mereka akan beriman dan keluar dari jalan penyimpangan. Namun para malaikat memahamkannya bahawa kaum Luth adalah orang-orang yang jahat, dan bahawa tugas mereka adalah mengirim batu-batuan yang panas dari sisi Tuhan bagi orang-orang yang melampaui batas.
Setelah para malaikat menutup pintu dialog itu, Nabi Ibrahim kembali berbicara kepada mereka tentang orang-orang mukmin dari kaum Luth. Ia bertanya kepada mereka: "Apakah kalian akan menghancurkan suatu desa yang di dalamnya terdapat tiga ratus orang mukmin?" Para malaikat menjawab: "Tidak." Nabi Ibrahim mulai mengurangi jumlah orang-orang mukmin dan ia bertanya lagi kepada mereka: "Apakah desa itu akan dihancurkan sementara masih ada sejumlah orang-orang mukmin ini." Para malaikat menjawab: "Kami lebih mengetahui orang-orang yang ada di dalamnya." Kemudian mereka memahamkannya bahawa perkara tersebut telah ditetapkan dan bahawa kehendak Allah SWT telah diputuskan untuk menghancurkan kaum Luth. Para malaikat memberi pengertian kepada Nabi Ibrahim agar beliau tidak terlibat lebih jauh dalam dialog itu kerana Allah SWT telah memutuskan perintah-Nya untuk mendatangkan azab yang tidak dapat ditolak, suatu azab yang tidak dapat dihindari dengan pertanyaan Nabi Ibrahim. Namun pertanyaan Nabi Ibrahim itu berangkat dari seorang Nabi yang sangat penyayang dan penyantun. Allah SWT berfirman:
"Dan sesungguhnya utusan-utusan kami (malaikat-malaikat) telah datang kepada Ibrahim dengan membawa khabar gembira, mereka mengucapkan: 'Salamun' (Selamatlah), maka tidak lama kemudian Ibrahim menyuguhkan daging anak sapi yang dipanggang. Maka tatkala dilihatnya tangan mereka tidak menjamahnya, Ibrahim memandang aneh perbuatan mereka, dan merasa takut kepada mereka. Malaikat itu berkata: 'Janganlah kamu takut, sesungguhnya kami adalah (malaikat-malaikat) yang diutus kepada kaum Luth. Dan isterinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka kami sampaikan kepadanya khabar gembira tentang (kelahiran) Ishak dan dari Ishak (akan lahir puteranya) Yakub. isterinya berkata: 'Sungguh menghairankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan ini suamiku pun dalam keadaan yang sudah tua pula? Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh.' Para malaikat itu berkata: 'Apakah kamu merasa hairan tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan- Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlul bait! Sesungguhnya Allah Maha Pemurah lagi Maha Terpuji.' Maka tatkala rasa takut itu hilang dari Ibrahim dan berita gembira telah datang kepadanya, dia pun bersoal jawab dengan (malaikat-malaikat) Kami tentang kaum Luth. Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi penghiba dan suka kembali kepada Allah. Hai Ibrahim, tinggalkanlah soal jawab ini sesungguhnya telah datang ketetapan Tuhanmu, dan sesungguhnya mereka itu akan didatangi azab yang tidak dapat ditolak." (QS. Hud: 69-76)
Pernyataan malaikat itu sebagai syarat untuk mengakhiri perdebatan itu. Ibrahim pun terdiam. Marilah kita tinggalkan Nabi Ibrahim dan kita beralih pada Nabi Luth dan kaumnya.
[1] Terdapat perbezaan pendapat dalam mentafsirkan kata "ab" dalam kisah Nabi Ibrahim as dalam al-Quran. Sebahagian mengertikannya dengan erti lahiriahnya, yaitu ayah. Tapi, kelompok yang lain beranggapan bahawa yang dimaksud dengan kata tersebut adalah bapa saudara. (Pengarang)
maqam of Imam Busairi Author of Poem
Foto Makam - makam Para Nabi dan Para Sahabat , silahkan buat berikut ini adalah photo makam para nabi yang bisa silahkan anda simak dibawah ini.?
langsung saja berikut adalah foto-foto makam Nabi Muhammad Saw,nabi2 yang lain,makam para sahabat dan makam istri Nabi Muhammad Saw.Tempat-tempat dan juga peninggalan-peninggalan bersejarah bagi umat muslim
1.Makam ABU THALIB/Talib, Paman Nabi Allah MUHAMMAD SAW di Mekah
Makam ABU THOLIB/Talib, Paman Nabi Allah MUHAMMAD, SAW di Mekah
2.Makam Nabi Allah HARUN As
Makam Nabi Allah HARUN As
3.Makam Nabi Allah SALEH As
Makam Nabi Allah SALEH AS
4.Makam Nabi Allah YAHYA As
Makam Nabi Allah YAHYA As
5.Makam SITI FATIMAH AZ ZAHRA Putri Nabi Muhammad Saw
Makam FATIMA AZ ZAHRA
6.Makam ABEEL, anak dari Nabi Allah ADAM As di Arab Saudi
Makam ABEEL, Putra Nabi ADAM As di Arab Saudi
7.Makam Khadijah, Istri Nabi Allah MUHAMMAD SAW di kota Mekah
Makam Khadijah, Istri Nabi Allah MUHAMMAD SAW di Mekah
8.Jejak Kaki Nabi ADAM As di SriLanka
Jejak Kaki Nabi ADAM AS di SriLanka
9.Makam SITI HAWA di Jeddah
Makam SITI HAWA Istri Nabi ADAM As di kota Jeddah
10.Makam Nabi Allah SHOAIB As
Makam Nabi Allah SHOAIB As
11.Makam Nabi Nabi Allah YUSYA As, di Jordan
Makam Nabi Nabi Allah YUSYA As, di Jordan
12.Makam Nabi Allah MUSA As di Israel
Makam Nabi Allah MUSA, AS di Israel
13.Makam Nabi Allah ZAKARIA As
Makam Nabi Allah ZAKARIA As
14.Makam BILAL HABASHI, di Damaskus
Makam BILAL HABASHI, di Damaskus
15.Makam Nabi Allah DAUD, AS di Israel
Makam Nabi Allah DAUD, AS di Israel
16.Makam Nabi Allah ADAM As di Jordan
Makam Nabi Allah ADAM As di Jordan
17.Makam Nabi Besar MUHAMMAD SAW di Arab Saudi
Makam Nabi Besar MUHAMMAD SAW di Arab Saudi
Bukti Foto-foto Wahabi-Salafy Menelantarkan Makam Istri-istri, Putra Rasullullah SAW & Para Pejuang Islam
oleh Forum Aswaja Memberantas Kebodohan Jema'at Sawah (SALAFY/WAHABY) (Catatan) pada 11 Juni 2012 pukul 23:51
Mungkin pembaca FP ini pernah membaca catatan berikut foto-foto penghancuran kaum Wahabi-Salafy atas rumah Rasulullah Saw dan Khadijah ra di Makkah al-Mukarramah. Saat ini saya ingin membuktikan sekali lagi kebodohan dan kejahilan kaum Wahabi-Salafy ini.
Anda juga mungkin salah seorang warga negara Indonesia yang pernah berkunjung ke makam pahlawan Kalibata. Pasti anda telah melihat bagaimana makam-makam mereka dirawat sedemikian rupa oleh generasi-generasi sesudahanya. Hal ini juga terjadi pada makam-makam pahlawan nasional kita di tempat-tempat lainnya yang tersebar di seluruh penjuru nusantara.
Para pahlawan nasional kita (termasuk para wali penyebar agama Islam di Indonesia) masih beruntung, karena hampir semua makam-makam mereka dirawat dan mendapat perhatian yang besar.
Lalu bagaimana menurut anda? Apakah pahlawan Islam juga patut mendapat kemuliaan seperti itu atau sebaliknya? Kita, kaum Muslim tidak perlu merawat makam-makam mereka, karena dikhawatirkan akan terkena bahaya syirik! Benarkah pemikiran seperti ini? Pantaskah kita membiarkan makam pahlawan-pahlawan Islam, seperti para pejuang perang Badar, para pejuang perang Uhud dsb dibiarkan makam mereka tanpa perawatan hanya karena alasan SYIRIK?
Inilah yang dilakukan oleh kaum Salafy- Wahabi terhadap pahlawan-pahlawan Islam yang telah berjuang membela agama dengan mengorbankan harta dan nyawa mereka karena mengharapkan ridha Allah Ta'ala semata!
Di bawah ini adalah makam paman Rasulullah Saw, Abbas bin Abdul Muthalib yang tidak terurus sama sekali :
Di bawah ini adalah makam-makam istri Rasulullah Saw, ‘Aisyah ra dan Ummu Salamah ra dan yang lainnya (kecuali Khadijah al-Kubra ra) di Jannatul Baqi :
Lihatlah bagaimana terlantarnya makam-makam istri istri Nabi Saw. Kita takkan pernah menemui kekejian dan kebodohan seperti yang telah dilakukan oleh Salafy-Wahabi ini!
Di bawah ini adalah makam Halimah ra, seorang wanita yang telah menyusui Rasulullah Saw pada masa beliau masih balita. Lihatlah beginakah cara penghormatan kaum Muslim terhadap orang-orang yang dicintai Rasulullah Saw?
Ini adalah salah satu bukti penghinaan Salafy-Wahabi terhadap para pejuang Islam, terhadap orang-orang yang sangat Rasulullah Saw cintai. Lihatlah! Pandanglah dengan cermati
Dan di bawah ini adalah makam putra kesayangan Rasulullah Saw dari istrinya Maryam al-Qibtiyyah ra , Ibrahim bin Muhammad, yang meninggal dunia saat dia masih bayi. Rasulullah Saw sangat sedih ketika putranya itu meninggal dunia dalam keadaan masih balita.
Di bawah ini adalah makam cucu Rasulullah Saw yang sangat beliau cintai, Hasan ra bin Ali kw, salah satu dari dua pemuda penghulu surga. Makamnya pun tidak diurus oleh kaum Salafy-Wahabi yang lebih suka memperbagus mall-mall dan pusat perbelanjaan mewah di Makkah maupun di Madinah.
Dan dibawah ini adalah makam sang syahid pahlawan Islam, Ja’far bin Abu Thalib ra yang dijuluki Rasulullah Saw : Ja’far al-Thayyar, Ja’far yang memiliki dua sayap. Dia mendapat julukan seperti itu karena tanpa kenal takut dan tanpa menyerah terus melawan tentara Romawi di perang Mu’tah sehingga kedua tangannya terputus disabet pedang musuh. Dia pun akhirnya syahid dengan kemuliaan berupa janji surga yang pasti dari Rasulullah Saw.
Namun pahlawan besar ini tidak mendapat penghormatan dan penghargaan yang pantas sedikit pun dari kaum Salafy-Wahabi. Makamnya dibiarkan tak terurus tanpa nama. Mereka memang tidak membutuhkan penghormatan kita, tetapi adalah wajib bagi kita menghormati dan menghargai pahlawan-pahlwan, ulama Islam dan orang-orang suci yang memang pantas mendapat kehormatan dari generasi selanjutnya agar kita menjadikan mereka tauladan yang selalu ada di hati kita.
Di bawah ini adalah makam bibi Rasulullah Saw, kakak dari ayah beliau, Safiyyah binti Abdul Muthalib. Foto ini dibuat dari balik jendela
Di bawah ini, makam yang paling kiri adalah makam Safiyyah binti Abdul Muthalib di lihat dari dekat dan yang paling kanan adalah makam Ummul Baiza yang juga bibi Rasulullah Saw. Dan yang tengah adalah makam Atikah.
Dan yang terakhir di bawah ini adalah makam Ali Zainal Abidin, putra Husain bin Ali bin Abi Thalib.
Dia adalah satu-satunya keturunan Rasulullah Saw (laki-laki) yang selamat dari pembantaian di Karbala yang dititahkan oleh Yazid bin Mu’awiyyah.
Saya sangat yakin, kuburan ayah ibu anda atau kakek nenek anda jauh lebih baik ketimbang makam-makam para pahlawan besar Islam yang baru saja anda lihat di atas. Ironis! Miris! Dan tragis!
Inilah semua bukti-bukti kejahilah dan kejahatan Salafy-Wahabi yang selama ini menggembar-gemborkan memiliki pemahaman Tuahid paling hebat, Pemberantas TBC(Tahayul, Bid'ah, Chufarat), dan kembali ke Al Qur'an dan As Sunnah!Dan ternyata anda lihat semua, mereka adalah orang-orang yang tak banyak berbeda dengan orang Barbar. Orang-orang yang tidak mencintai, tidak menghargai dan tidak menghormati para pahlawan Islam! Apakah orang-orang seperti ini patut menjadi panutan?
Bagaimana mungkin Islam akan menjadi bangsa yang besar jika penghormatan dan penghargaan mereka terhadap pahlawan-pahlawan mereka seperti itu!
Bukankah : “Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai para pahlawannya.” ???
Sebaliknya, anda lihat betapa mewahnya hotel-hotel di Saudi Arabia dan pusat2 perbelanjaan nya…
Lihat Hotel Jeddah Hilton di bawah ini :
Riyadh Mall :
dan Faishal Mall Shop :
Silahkan anda renungkan…
oleh : ;; http://www.facebook.com/KampusMakamIndonesia sumber : http://qitori.wordpress.com dengan sedikit perubahanWallahu a'lam bissawab..
•
Forum Aswaja Memberantas Kebodohan Jema'at Sawah (SALAFY/WAHABY) bangunlah Hotel-Hotel Mall Mall yang mewah... beri nama dengan Hilton, Faishal.. dll (dawuh rojo saudi
Rudi Hartanto bukankah telah jelas haditsnya?Dari Jabir bin Abdillah
radhiallahu anhuma dia
berkata:
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melarang mengapur
kuburan, duduk di atasnya,
dan membuat bangunan di
atasnya.” (HR. Muslim no. 970)
Rudi Hartanto “Maka janganlah kamu
menganggap dirimu suci.
Dialah yang paling
mengetahui siapa orang yang
bertakwa.” (QS. An-Najm: 32)
Abaskhudhori Fortomomsalma tergntung u mkamnya dmn, klo d tpu y g bleh, kan buat umum, kalo dtanah sndiri y slahkan, mau nyaingi taj mahal jg boleh,
mau bangun rumah dtnah makam jg boleh, toh tnah makam jg murah,
• Forum Aswaja Memberantas Kebodohan Jema'at Sawah (SALAFY/WAHABY) Hukum Kuburan Didekat Masjid dan Menemboknya
Ada sebagian orang berpendapat bahwa menguburkan seseorang di samping atau di depan Masjid adalah haram. Mereka katakan juga bahwa shalat di Masjid yang menghadap kubur adalah haram dan tidak sah. Qubur, me...Lihat Selengkapnya
•
• Forum Aswaja Memberantas Kebodohan Jema'at Sawah (SALAFY/WAHABY) Mengenai membangun Masjid di atas kubur, hal ini telah terjadi pada kubur Nabi, Sayyidina Abu Bakr dan Sayyidina Umar. Memang benar bahwa tadinya kubur-kubur mulia ini berada di samping Masjid. Dan ini menunjukkan bolehnya mengubur di dekat Masjid. Tetapi kemudian Masjid Nabi diperluas, sehingga dibangunlah Masjid Nabi itu, termasuk di atas kubur-kubur mulia tersebut. Namun niatnya bukanlah untuk menyembah dan bersujud kepada kubur-kubur mulya itu dan bukan untuk memulyakan kubur-kubur mulia itu dengan membangun Masjid di atasnya.
Jika pembangunan Masjid itu diniatkan untuk menyembah kubur, maka haram, dan inilah yang dimaksud oleh berbagai hadits mengenai hal ini. Tetapi jika pembangunan Masjid itu bukan diniatkan untuk menyembah kubur, maka makruh. Apa alasan makruhnya? Yaitu dikhawatirkan timbul fitnah. Misalnya terjadi penyembahan kepada mayyit. Jadi, makruhnya itu karena dikhawatirkan timbul fitnah. Makruhnya itu bukan tanpa alasan, makruhnya itu karena takut terjadi fitnah.
Kita lihat juga hadits yang melarang dalam hal ini agar dapat dipahami dengan benar. Apakah membangun Masjid di atas kubur itu dilarang secara muthlaq atau tidak.
و حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ الْأَيْلِيُّ وَحَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى قَالَ حَرْمَلَةُ أَخْبَرَنَا وَقَالَ هَارُونُ حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي يُونُسُ عَنْ ابْنِ شِهَابٍ أَخْبَرَنِي عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَنَّ عَائِشَةَ وَعَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَبَّاسٍ قَالَا لَمَّا نُزِلَ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ طَفِقَ يَطْرَحُ خَمِيصَةً لَهُ عَلَى وَجْهِهِ فَإِذَا اغْتَمَّ كَشَفَهَا عَنْ وَجْهِهِ فَقَالَ وَهُوَ كَذَلِكَ لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ يُحَذِّرُ مِثْلَ مَا صَنَعُوا
"Dan telah menceritakan kepadaku Harun bin Sa’id al-Aili dan Harmalah bin Yahya, Harmalah berkata: Telah mengabarkan kepada kami, sedangkan Harun berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah mengabarkan kepadaku Yunus dari Ibnu Syihab, telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdullah bahwa Aisyah dan Abdullah bin Abbas keduanya berkata, “Ketika diturunkan wahyu kepada Rasulullah, beliau langsung menutupkan bajunya pada wajahnya. Lalu ketika beliau merasa sesak, maka beliau membukanya dari wajahnya. Lalu beliau bersabda, “Demikianlah, laknat Allah terlimpahkan atas kaum Yahudi dan Nashrani. Mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai Masjid. Beliau memperingatkan seperti yang mereka kerjakan.” [Shahih Muslim no. 826]
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ هِشَامٍ قَالَ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عَائِشَةَ أُمِّ الْمُؤْمِنِينَ أَنَّ أُمَّ حَبِيبَةَ وَأُمَّ سَلَمَةَ ذَكَرَتَا كَنِيسَةً رَأَيْنَهَا بِالْحَبَشَةِ فِيهَا تَصَاوِيرُ فَذَكَرَتَا لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ إِنَّ أُولَئِكَ إِذَا كَانَ فِيهِمْ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ فَأُولَئِكَ شِرَارُ الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna, berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya dari Hisyam, berkata: Bapakku mengabarkan kepadaku dari ‘Aisyah Ummul Mukminin, bahwa Ummu Habibah dan Ummu Salamah menceritakan kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa mereka melihat gereja di Habasyah yang di dalamnya terdapat gambar. Maka beliau pun bersabda: “Sesungguhnya jika orang shalih dari mereka meninggal, maka mereka mendirikan masjid di atas kuburannya dan membuat patungnya di sana. Maka mereka itulah seburuk-buruk makhluk di sisi Allah pada hari kiamat.” [Shahih Bukhari no.409]
• Forum Aswaja Memberantas Kebodohan Jema'at Sawah (SALAFY/WAHABY) Maka jelaslah bahwa pembangunan Gereja dan Sinagog yang disinggung adalah pembangunan Gereja dan Sinagog yang diniatkan untuk menyembah kepada orang shalih mereka. Ini terlihat jelas dari dibuatnya gambar dan patung. Jadi pelarangannya itu bukan membangun Masjid di atas kubur, tetapi membangun Masjid di atas kubur dengan niat menyembah mayyit sebagaimana yang dilakukan Yahudi dan Nashrani, dimana mereka membuat gambar atau berhala di dalamnya. Adapun membangun Masjid di atas kubur untuk memulyakan seseorang tanpa maksud menyembahnya adalah makruh dengan alasan khawatir menimbulkan fitnah bagi orang yang terkemudian. [Lihat al-Umm I: 317, Darul Ma’rifah, Beirut]
(قَالَ) : وَأَكْرَهُ أَنْ يُبْنَى عَلَى الْقَبْرِ مَسْجِدٌ، وَأَنْ يُسَوَّى أَوْ يُصَلَّى عَلَيْهِ، وَهُوَ غَيْرُ مُسَوًّى أَوْ يُصَلَّى إلَيْهِ (قَالَ) : وَإِنْ صَلَّى إلَيْهِ أَجْزَأَهُ، وَقَدْ أَسَاءَ، أَخْبَرَنَا مَالِكٌ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – قَالَ «قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ، وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ لَا يَبْقَى دِينَانِ بِأَرْضِ الْعَرَبِ» (قَالَ) : وَأَكْرَهُ هَذَا لِلسُّنَّةِ، وَالْآثَارِ، وَأَنَّهُ كُرِهَ وَاَللَّهُ تَعَالَى أَعْلَمُ أَنْ يُعَظَّمَ أَحَدٌ مِنْ الْمُسْلِمِينَ يَعْنِي يُتَّخَذُ قَبْرُهُ مَسْجِدًا، وَلَمْ تُؤْمَنْ فِي ذَلِكَ الْفِتْنَةُ وَالضَّلَالُ عَلَى مَنْ يَأْتِي بَعْدُ
"Kemudian, shalat di atas kubur tidaklah merusak shalat. Umar pernah melihat Anas shalat di atas kubur. Lalu Umar berkata, “Al-qabr, al-qabr! (Kuburan, kuburan!)” Namun Anas menyangka bahwa Umar berkata, “Al-Qamar! (Bulan!)” Maka ketika beliau mengerti bahwa yang dimaksud adalah “Al-Qabr”, maka beliau melangkah, lalu meneruskan shalatnya. Dan Umar tak menyuruh Anas mengulangi shalatnya." [Lihat Fathul Bari libni Hajar I:524, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379]
• Forum Aswaja Memberantas Kebodohan Jema'at Sawah (SALAFY/WAHABY) وَالْأَثَرُ الْمَذْكُورُ عَنْ عُمَرَ رَوَيْنَاهُ مَوْصُولًا فِي كِتَابِ الصَّلَاةِ لِأَبِي نُعَيْمٍ شَيْخِ الْبُخَارِيِّ وَلَفْظُهُ بَيْنَمَا أَنَسٌ يُصَلِّي إِلَى قَبْرٍ نَادَاهُ عُمَرُ الْقَبْرَ الْقَبْرَ فَظَنَّ أَنَّهُ يَعْنِي الْقَمَرَ فَلَمَّا رَأَى أَنَّهُ يَعْنِي الْقَبْرَ جَازَ الْقَبْرَ وَصَلَّى وَلَهُ طُرُقٌ أُخْرَى بَيَّنْتُهَا فِي تَعْلِيقِ التَّعْلِيقِ مِنْهَا مِنْ طَرِيقِ حُمَيْدٍ عَنْ أَنَسٍ نَحْوَهُ وَزَادَ فِيهِ فَقَالَ بَعْضُ مَنْ يَلِينِي إِنَّمَا يَعْنِي الْقَبْرَ فَتَنَحَّيْتُ عَنْهُ
"Dan atsar yang telah disebutkan dari Umar telah kami riwayatkan secara mawshul dalam kitab ash-Shalah karya Abi Nu’aim, Syaikh dari Imam al-Bukhari, dan lafazhnya bahwa Anas shalat menghadap kubur. Maka Umar berseru, “Al-Qabr, al-qabr!” Maka dikiranya “Al-Qamar!” Maka ketika ia mengerti bahwa itu maksudnya “Al-Qabr!” Maka ia melangkahi kubur dan shalat. Bagi atsar ini ada jalur lain yang saya jelaskan dalam Ta’liqit Ta’liq. Diantaranya dari jalur Humaid dari Anas dengan lafazh senada. Dan ditambahkan di dalamnya “Berkata sebagian yang berada di dekatku bahwa maksudnya adalah al-qabr. Maka aku berpindah darinya.” [Fathul Bari libni Hajar I:524, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379]
وَقَوْلُهُ وَلَمْ يَأْمُرْهُ بِالْإِعَادَةِ اسْتَنْبَطَهُ مِنْ تَمَادِي أَنَسٍ عَلَى الصَّلَاةِ وَلَوْ كَانَ ذَلِكَ يَقْتَضِي فَسَادَهَا لَقَطَعَهَا وَاسْتَأْنَفَ
"Dan perkataanya “Dan tidak menyuruhnya mengulangi (shalat)” merupakan istinbath dari meneruskannya Anas akan shalat. Andaikan yang demikian itu merusak shalatnya, tentu diputus shalatnya dan mengulanginya dari semula". [Fathul Bari libni Hajar I:524, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379]
وَقَالَ الْبَيْضَاوِيُّ لَمَّا كَانَتِ الْيَهُودُ وَالنَّصَارَى يَسْجُدُونَ لِقُبُورِ الْأَنْبِيَاءِ تَعْظِيمًا لِشَأْنِهِمْ وَيَجْعَلُونَهَا قِبْلَةً يَتَوَجَّهُونَ فِي الصَّلَاةِ نَحْوَهَا وَاتَّخَذُوهَا أَوْثَانًا لَعَنَهُمْ وَمَنَعَ الْمُسْلِمِينَ عَنْ مِثْلِ ذَلِكَ فَأَمَّا مَنِ اتَّخَذَ مَسْجِدًا فِي جِوَارٍ صَالِحٍ وَقَصَدَ التَّبَرُّكَ بِالْقُرْبِ مِنْهُ لَا التَّعْظِيمَ لَهُ وَلَا التَّوَجُّهَ نَحْوَهُ فَلَا يَدْخُلُ فِي ذَلِكَ الْوَعيد
"Dan berkata al-Baydhawi, “Ketika orang Yahudi dan Nashrani bersujud pada kubur para Nabi dalam rangka mengagungkan mereka dan menjadikannya kiblat dan menghadap pada kubur mereka dalam shalat dan menjadikan patung-patungnya, maka (Rasul shallallahu ‘alayhi wa sallam) melaknat mereka (dengan la’nat dari Allah), dan melarang muslimin berbuat yang seperti itu. Adapun yang menjadikan Masjid di dekat kubur orang shalih dengan niat bertabarruk dengan kedekatan pada mereka tanpa mengagungkan maupun merubah kiblat kepadanya maka tidak termasuk pada ucapan yang dimaksud hadits itu.” [Fathul Bari libni Hajar I:525, Darul Ma’rifah, Beirut, 1379]
Nah, jelaslah sekarang bahwa maksud hadits itu adalah apabila terdapat unsur penyembahan kepada mayyit atau qubur tersebut, atau menjadikan qubur sebagai kiblat, yaitu arah shalat. Misalnya, ketika Ka’bah berada di barat, sedangkan dia berada antara arah Ka’bah dan kubur, lalu ia shalat menghadap timur, yaitu ke arah kubur tersebut. Maka inilah yang dilaknat. Tetapi jika kebetulan menghadap kubur tanpa mengambilnya sebagai kiblat, maka tidak dilaknat. Bukankah ketika kita shalat, maka di hadapan kita sangat mungkin terdapat banyak kuburan? Namun kita tidak meniatkan untuk mengambilnya sebagai kiblat.
Perkataan Imam al-Baydhawi tadi juga dikutip dalam Faydhul Qadir, dan ada kelanjutan dari pendapat beliau itu:
أن قبر إسماعيل بالحطيم وذلك المحل أفضل للصلاة فيه والنهي عن الصلاة بالمقبرة مختص بالمنبوشة
"Bahwa kubur Nabi Ismail ‘alaihis salam adalah di Hathiim, itu merupakan tempat yang afdhal untuk shalat padanya. Dan pelarangan adalah terhadap shalat di kuburan yang sudah tergali." [Faydhul Qadiir V:251]
Nah, tidakkah Anda melihat bahwa kubur Nabi Isma’il itu berada di al-Hathim. Al-Hathim itu ada di Masjidil Haram. Apakah tidak sah kita shalat di Masjidil Haram karena Nabi Isma’il dikubur di Masjidil Haram ketika Masjid itu telah dibina? Apakah tidak sah shalat di Masjid Nabawi yang dibina di atas kubur Nabi? Apakah tidak sah shalat di Masjid yang di dalamnya atau di dekatnya ada kuburan?
• Forum Aswaja Memberantas Kebodohan Jema'at Sawah (SALAFY/WAHABY) Kemudian, mengenai meninggikan kubur dan menyemen kubur, sebagian orang berkata bahwa hal itu tidak boleh secara muthlaq. Mereka menukil perkataan Imam Syafi’i dalam kitab al-Umm.
وَأُحِبُّ أَنْ لَا يُزَادَ فِي الْقَبْرِ تُرَابٌ مِنْ غَيْرِهِ وَلَيْسَ بِأَنْ يَكُونَ فِيهِ تُرَابٌ مِنْ غَيْرِهِ بَأْسٌ إذًا إذَا زِيدَ فِيهِ تُرَابٌ مِنْ غَيْرِهِ ارْتَفَعَ جِدًّا، وَإِنَّمَا أُحِبُّ أَنْ يُشَخِّصَ عَلَى وَجْهِ الْأَرْضِ شِبْرًا أَوْ نَحْوَهُ وَأُحِبُّ أَنْ لَا يُبْنَى، وَلَا يُجَصَّصَ فَإِنَّ ذَلِكَ يُشْبِهُ الزِّينَةَ وَالْخُيَلَاءَ، وَلَيْسَ الْمَوْتُ مَوْضِعَ وَاحِدٍ مِنْهُمَا، وَلَمْ أَرَ قُبُورَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ مُجَصَّصَةً
"Aku suka jika kuburan tidak ditambah dengan tanah pasir dari selain (galian) kuburan itu sendiri. Dan tidak mengapa jika ditambah tanah pasir dari selain (galian) kuburan, jika ditambah tanah dari yang lain akan sangat tinggi. Akan tetapi aku suka jika kuburan dinaikan di atas tanah seukuran sejengkal atau yang semisalnya. Dan aku suka jika kuburan tidak dibangun dan tidak dikapur karena hal itu menyerupai perhiasan dan kesombongan, dan kematian bukanlah tempat salah satu dari keduanya, dan aku tidak melihat kuburan kaum muhajirin dan kaum anshor dikapuri". [Al-Umm I:316, Darul Ma’rifah, Beirut]
Kita lihat kelanjutannya:
قَالَ الرَّاوِي عَنْ طَاوُسٍ: إنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – نَهَى أَنْ تُبْنَى الْقُبُورُ أَوْ تُجَصَّصَ. قَالَ الشَّافِعِيُّ : وَقَدْ رَأَيْت مِنْ الْوُلَاةِ مَنْ يَهْدِمَ بِمَكَّةَ مَا يُبْنَى فِيهَا فَلَمْ أَرَ الْفُقَهَاءَ يَعِيبُونَ ذَلِكَ فَإِنْ كَانَتْ الْقُبُورُ فِي الْأَرْضِ يَمْلِكُهَا الْمَوْتَى فِي حَيَاتِهِمْ أَوْ وَرَثَتُهُمْ بَعْدَهُمْ لَمْ يُهْدَمْ شَيْءٌ أَنْ يُبْنَى مِنْهَا وَإِنَّمَا يُهْدَمُ إنْ هُدِمَ مَا لَا يَمْلِكُهُ أَحَدٌ فَهَدْمُهُ لِئَلَّا يُحْجَرَ عَلَى النَّاسِ مَوْضِعُ الْقَبْرِ فَلَا يُدْفَنُ فِيهِ أَحَدٌ فَيَضِيقُ ذَلِكَ بِالنَّاسِ
"Berkata seorang rawi dari Thawus, “Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa sallam melarang membangun kubur atau dikapur.” Imam Syafi’i berkata, “Aku telah melihat salah satu gubernur yang menghancurkan (membongkar) kuburan yang dibangun di Makkah dan tidak melihat para ulama mereka mencela (mengkritik) hal itu. Dan apabila adanya kuburan-kuburan itu di tanah yang dimiliki oleh almarhum semasa hidup mereka atau ahli warisnya setelah kematian mereka, maka tidak ada suatu bangunan pun yang dihancurkan. Dan sesungguhnya penghancuran (pembongkaran makam) itu apabila (tanah pemakaman) tidak ada seorang pun yang memilikinya. Penghancuran (pembongkaran) itu dilakukan agar supaya tak seorang pun dikuburkan di dalamnya karena bukan tempat penguburan (umum)."[Al-Umm I:316, Darul Ma’rifah, Beirut]
Maka jelaslah bahwa kubur yang tidak boleh dibangun atau ditembok itu adalah kubur yang ada di tanah bukan milik si mayyit semasa hidupnya atau milik ahli warisnya setelah ia wafat. Jika tanah itu adalah milik sendiri, maka tidak apa-apa.
Begini, jika suatu kubur dibangun, sedangkan tanahnya bukan miliknya, maka hal ini menghalangi jenazah lain untuk dikubur di situ. Adapun jika tanahnya adalah miliknya, maka tidak apa-apa. Lalu bagaimana dengan tanah yang disewa untuk kubur? Maka selama masa sewa itu, tidak boleh dibongkar tanpa seizin yang menyewa.
يَجُوزُ لِلْمُسْلِمِ وَالذِّمِّيِّ الْوَصِيَّةُ لِعِمَارَةِ الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى وَغَيْرِهِ مِنَ الْمَسَاجِدِ، وَلِعِمَارَةِ قُبُورِ الْأَنْبِيَاءِ، وَالْعُلَمَاءِ، وَالصَّالِحِينَ، لِمَا فِيهَا مِنْ إِحْيَاءِ الزِّيَارَةِ، وَالتَّبَرُّكِ بِهَا
"Diperbolehkan bagi Muslim atau kafir dzimmiy untuk berwasiat membangun Masjidil Aqsha, atau masjid lainnya, atau membangun kubur para Nabi dan para shalihin untuk menghidupkan ziaroh dan bertabarruk padanya". [Rawdhatuth Thalibin VI:98]
Maka dibolehkan membangun kubur para Nabi dan para shalihin demi kenyamanan para peziaroh. Kecuali jika shalihin itu dikubur di pemakaman umum dan bukan di tanah miliknya sendiri atau ahli warisnya sebagaimana telah dijelaskan di atas. Wallohu a’lam bish-Showab
Salam
Ibnu Mas'ud
•
Dengan dalih pemurnian aqidah, kubur Nabi saw, shahabat,suhada', wali di bongkar dan di ratakan yg berarti sama dengan mehilangkan jejak nya dan sejarah islam.
Mungkin Lama2 ka'bah pun tak luput dr pembongkaran tuh.. Dgn alasan pemurnian Aqidah.
•
Makam Aulia Syekh Sunan Kuning Desa Macanbang Kecamatan Gondang Kabupaten Tulungagung Dibanjiri Para Peziarah
Makam aulia Syech Sunan Kuning Desa Macanbang, Kecamatan Gondang Tulungagung, salah satu tempat yang ramai dikunjungi para pesiarah dari berbagai daerah. Makam tokoh Mataram yang disebut berperan besar dalam penyebaran agama Islam di daerah Tulungagung selalu ramai dikunjungi para pesiarah. Berikut catatan wartawan Mataram Timur News, Hariyanto.
Tulungagung, Mataram Timur News, Siang itu suasana di makam Syekh Sunan Kuning tampak ramai dikunjungi para peziarah. Mereka datang dari berbagai daerah di makam tokoh Mataram yang berperan besar dalam penyebaran agama Islam di daerah Tulungagung sekitar tahun 1800. Para peziarah tidak hanya dari daerah sekitar Tulungagung. Bahkan dari luar Propinsi Jawa Timur banyak yang berziarah di makam tersebut.
Ketika wartawan Mataram Timur News masuk ke kompleks makam tersebut terlihat para peziarah berdo'a dimakam Syekh Sunan Kuning atau lebih dikenal Raden Mas Garendi. Terlihat para peziarah mengaji dan beribadah untuk mencari berkah disana. Sebagian mengadakan tasyakuran di masjid Abudurrahman atau masjid Sunan Kuning. Salah seorang dari Sumbergempol menjelaskan bahwa dirinya sebulan sekitar 4 kali berziarah di Sunan Kuning dan beribadah di Masjid Sunan kuning tersebut. Menurutnya tujuan tasyakuran di masjid tersebut sebagai rasa syukur atas keberhasilan usahanya.
Abdul Gani, seorang juru kunci Makam Syekh Sunan Kuning enggan bercerita asal usul berdirinya masjid tua tersebut. "Saya hanya meneruskan yang dahulu untuk menjaga dan merawat makam tersebut." katanya. Tidak lama kemudian datang seorang tokoh masyarakat Gondang bemama Sugeng menjelaskan sejarah berdirinya masjid tertua di daearah Tulungagung tersebut. Menurutnya masjid itu didirikan sekitar tahun 1800 M dan penemu masjid ini melihat macan di sekitar masjid yang sampai sekarang masih terlihat bentuk aslinya. Oleh karena itu desa tersebut dinamakan Macanbang. Kubah masjid ini belum pernah diperbaiki dan tergolong tua. Sedangkan bangunan yang lain seperti halaman depan, genteng dan alas lantai sudah pemah diperbaiki.
Sugeng menambahkan makam Syekh Sunan Kuning ini menjadi pilihan untuk memperbanyak beribadah. Bahkan biasanya setiap malam Jum'at legi para peziarah datang dari berbagai daerah untuk beribadah sampai malam hari. Mereka biasanya sampai sholat tahajud dan sampai sholat Subuh. Yang perlu diwaspadai adalah peziarah harus mengetahui larangan apa saja memasuki masjid tersebut. Diantaranya membawa minuman keras, berjudi atau apa saja yang banyakj mudlaratnya., "Kalau ada yang melanggar biasanya ada bala'nya." jelas Sugeng.*
Makam Keturunan Raja Jadi Wisata Spiritual
SETELAH mengunjungi Candi Borobudur, rombongan wisatawan dari Turki dipandu oleh Budi Utomo, pramuwisata dari HPI (Himpunan Pramuwisata Indonesia) Kabupaten Magelang, untuk wisata spiritual ke Makam Puroloyo Gunungpring, yang merupakan makam keturunan raja di Gunungpring.
Letak objek wisata spiritual itu sekitar 10 km sebelah timur laut Candi Borobudur. Objeknya berupa makam para aulia, seperti Kiai Raden Santri, Kiai Abdurrohman, Kiai Krapyak III, K Abdullah Sajad, Kiai Jogorekso, Kiai Sulthon, Kiai Humam, dan Kiai Kerto Njani.
Kiai Raden Santri, sesungguhnya adalah Pangeran Singosari dari Kerajaan Mataram. Ia putra Ki Ageng Pemanahan (1558-1584). Dua putera lainnya, Panembahan Senopati atau Sutawijaya dan Pangeran Mangkubumi. Adapun keturunan Kiai Raden Santri antara lain KH Dalhar.
''Wisatawan asing yang berziarah ke sini bukan hanya dari Turki, tapi juga dari Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam,'' kata MW Dwidjo Prasiswarto, pengurus Yayasan Kiai Raden Santri, kemarin.
Jasa baik Budi Utomo itu, akan diformalkan dalam bentuk kerja sama dengan HPI, agar saat memandu wisatawan di Borobudur bersedia menginformasikan keberadaan makam keturunan raja di Gunungpring, wilayah Muntilan tersebut.
Kerja sama dengan HPI itu, dimaksudkan untuk mengantisipasi perkembangan jumlah wisatawan asing yang ziarah ke tempat tersebut. Adapun pemandu untuk wisatawan lokal, sudah disiapkan oleh Yayasan Kiai Raden Santri, pengelola makam.
Makam itu dikunjungi ratusan ribu wisatawan tiap tahun; kebanyakan dari Banten Jabar dan Jatim, termasuk Madura. Ziarah ke Gunungpring menjadi pilihan ketiga rekreasi ke Magelang, setelah Candi Borobudur dan Ketep Pass.
Makam itu juga menjadi ziarah terakhir bagi peziarah Walisongo, setelah mengunjungi makam sembilan wali penyebar agama Islam di Indonesia.
Infak
Tak ada tiket tanda masuk untuk berziarah ke Gunungpring. Pengunjung hanya ditawari infak yang sifatnya suka rela. Meski sesuka hati, tetapi jumlah uang yang masuk ke kas yayasan tiap tahun lebih dari Rp 50 juta. Uang itu digunakan untuk merawat makam dan masjid, serta kegiatan sosial.
Makam Gunungpring berada di atas bukit. Dari gerbang timur, peziarah harus menapaki bangunan 99 tangga, lambang asmaul husna. Diperlukan sekitar 30 menit untuk mencapai puncak itu.
Sambil menapaki tangga, peziarah dianjurkan berzikir dengan membaca asmaul husna agar hajatnya terkabul. Di puncak, ada bangunan besar berukuran 100 meter x 50 meter yang berisi kompleks makam dan masjid.
Sebelum masuk, peziarah wudu lebih dahulu. Setelah mengisi buku tamu, para peziarah mengumandangkan tahlil, tasbih, dan takbir, sambil menyambangi satu per satu makam para aulia itu.
Ritual keagamaan yang diselenggaran oleh Yayasan Kiai Raden Santri menjadi jadwal kegiatan pariwisata Jateng. Sadranan (birrul walidain) setiap bulan Ruwah, diadakan hari Minggu setelah tanggal 20 Hijriah.
Haul atau peringatan meninggalnya Kiai Raden Santri dan Kiai Jogorekso setiap 1 Muharam, diisi dengan semaan Alquran, tahlil, kirab budaya, dan pengajian.
Kirab budaya diikuti para abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat, yang bergabung dalam Paguyuban Reksobudoyo Puroloyo. Deretan barisan berpakaian punokawan adat keraton, mengusung rangkaian hasil tani.
Adapun tiap 10 Syawal, diadakan Haul Hadlirotussyaih KH Dalhar di Ponpes Darussalam, Watucongol, di Desa Gunungpring. Acara itu diisi dengan pengajian dan mujahadah serta ziarah ke makam KH Dalhar.(Tuhu Prihantoro-42a)
AL HABIB SYEKH BIN AHMAD BAFAQIH ( BOTO PUTIH SURABAYA )
Habib Syekh dilahirkan di kota Syihr pada tahun 1212 H anak dari Habib Ahmad Bafaqih dan silsilahnya sampai kepada Nabi Muhammad Rasululloh SAW
Dakwah
Setelah beberapa lama memperdalam pengetahuannya disana-sini, pada tahun 1250 H, Habib Syekh mulai berani mengambil langkah dakwah menyebarkan ilmunya. Ia sempat menjelajahi beberapa kota di Nusantara, sebelum akhirnya memutuskan berlabuh dikota Surabaya.
Di Surabaya inilah, mulai memancarkan cahaya pengetahuannya. Ia mengajarkan ilmu-ilmunya kepada para penuntut ilmu sekitar. Mulai dari Fiqih, Tauhid, Tasawuf dan lainnya. Hingga akhirnya, ditengah hingar bingar dakwahnya itu, ia diangkat oleh Allah SWT menjadi salah satu walinya. Semenjak itu pula, ia sering terhanyut alam Rabbaniyah, dan karamah-karamah ynag luar biasa senantiasa mengisi kesehariannya.
Sebagaimana seorang sufi, Habib Syekh Bafaqih memiliki kepekaan yang tinggi akan syair-syair sufistik. Ia begitu mudah terbawa terbang oleh syair-syair gubahan para tokoh sufi. Apalagi bila menyenandungkan syair itu adalah adiknya sendiri, Sayid Muhammad Bafaqih yang bersuara emas, bisa-bisa ia mabuk kepayang semalaman.
Dakwah Habib Syekh ditanah jawa amatlah sukses. Ia berhasil mengislamkan banyak orang. Selain itu, ia juga berhasil mencetak beberapa ulama. Walhasil, ilmunya benar-benar menyinari belantara jawa yang masih awan kala itu.
Karomah dan Keutamaan
Pada suatu ketika tibalah Habib Syekh di kediaman salah satu pecintanya. Ini bukan kunjungan biasa, akan tetapi kunjungan sarat hikmah. Pasalnya, begitu ketemu shahibul bait, Sang Wali menggelontorkan permintaan yang agak ganjil.”Aku menginginkan dua lembar permadani ini.” titahnya.
Sang pecinta terkesiap. Bagaimana tidak, yang diminta junjungannya itu adalah permadani buatan Eropa yang super mahal. Barang itu baru saja dibelinya. Ia amat menyayangi permadani itu hingga ditempatkannya di tempat khusus.
“Bagini saja. Anda boleh minta apa saja, asal jangan permadani ini.” Pinta si pecinta. “Tidak. Aku tidak menginginkan lainnya.” Sang Wali bergeming. Negosiasi alot. Dan akhirnya hati pecinta setengah mencair. ”Baiklah, kalau begitu Anda boleh mengambil satu lembar saja.”
Setelah mendapatkan permintaannya itu, Sang Wali segera beranjak. Sang pecinta adalah seorang saudagar kaya raya. Sewaktu disambangi Sang Wali, Dua armada kapal dagangannya tengah berlayar di lautan dengan membawa muatan yang banyak. Sayang nahas mendera, dua armadanya itu koyak akibat terjangan gelombang. Salah satunya terhempas lalu tenggelam. Sementara satunya lagi selamat dan berhasil mendarat.
Hati saudagar sedikit lega. Syukur, tidak kedua-duanya tenggelam. Ia memeriksa kapalnya yang selamat itu dengan seksama. Dan, terpampanglah pemandangan ajaib dihadapannya. Ya, selembar permadani yang dihadiahkan kepada Sang Wali telah menambal rapat-rapat bagian yang koyak pada perahunya. Ia terpekur, menyesali perlakuannya pada Sang Wali. “Mengapa tidak kuberikan kedua-duanya saja waktu itu.” gerutu hatinya.
Kisah masyhur diatas dihikayatkan oleh Habib Abdul Bari bin Syekh Al-Aydrus,dan dicantumkan dalam manuskrip Tajul A’ras, torehan pena Habib Ali bin Husein Al-Attas.
Suatu malam, Habib Abdullah Al-Haddad, seoarang wali yang dulu dikenal royal menjamu tamu, menyuruh seorang sayid bernama Abdullah bin Umar Al-Hinduan berziarah kepusara Habib Syekh Bafaqih. “Hai Abdullah, pergilah kamu kepusara Habib Syekh sekarang, dan katakan pada beliau,” Abdullah Al-Haddad saat ini butuh uang dua ribu rupiah. Tolong, Berilah ia uang besok !” perintahnya.
Sayid Abdullah segera berangkat. Sesampainya dipusara Habib Syekh, ia membaca ayat-ayat suci dan doa-doa. Kemudian ia membisikkan ke makam kalimat yang dipesankan Habib Abdullah.
Selang dua hari kemudian, Sayid Abdullah berjumpa lagi dengan Habib Abdullah. Wali yang sangat dermawan itu nampak berbunga-bunga. ”Lihat uang ini. Aku terima dari Habib Syekh .” Selorohnya sembari menunjukkan segepok uang pada Abdullah Al Haddad Maklum, dua ribu rupiah uang dulu, sama nilainya dengan dua belas juta ripiah uang sekarang.
Sang Wali yang berkaromah luar biasa itu, tidak lain tidak bukan, adalah Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih, ulama besar yang pusarannya ada didaerah Boto Putih, Surabaya. Dekat masjid Sunan Ampel. Karena itu, masyarakat lebih mengenal beliau sebagai Habib Syekh Boto Putih.
Di masanya, keulamaaan Habib Syekh sulit tertandingi. Pengetahuannya dalam Fiqih, Lughah, Tauhid dan lainnya sangat dalam. Sehingga sewaktu tinggal di Surabaya, beliau menjadi oase yang mengobati dahaga orang-orang yang haus ilmu di ranah Jawa.
Pencapaian luar biasa itu tidaklah didapatkan Habib Syekh dengan mudah dan gampang. Sebab ilmu takkan pernah ditumpahkan dari langit begitu saja. Sejak usia belia, beliau sudah bekerja keras menggali ilmu. Mula-mula ia mempelajari Al-Qur’an dan beberapa bidang pengetahuan syari’at dan tasawuf kepada ayahandanya sendiri, Habib Ahmad bin Abdullah Bafaqih. Kebetulan, Sang Ayah sendiri adalah ulama yang sudah kesohor ketinggian ilmunya.
Ia kemudian mengembangkan diri dengan belajar pada ulama-ulama yang ada di kotanya, Syihr. Pada fase ini, jiwa ilmuannya sedang mekar-mekarnya. Semakin lama hatinya semakin merasakan kehausan tak terkira untuk meneguk pengetahuan sehingga beliau dengan seizin ayahnya memutuskan berangkat ke Haramain unntuk menyelami telaga pengetahuan disana.
Selama di Mekah dan Madinah, beliau belajar kepada beberapa ulama besar, diantaranya adalah Syaikh Umar bin Abdul Karim bin Abdul Rasul At-‘Attar, Syaikh Muhammad Sholeh Ar-Rais Al-Zamzami, dan Al-Allamah Sayid Ahmad bin Alawi Jamalullail. Tak hanya sampai di situ. Ia pun menyempatkan diri tinggal di Mesir beberapa lama, untuk menimba pengetahuan dari guru-guru besar Universitas al-Azhar kala itu.
Wafatnya Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih
Beliau wafat pada tahun 1289 H di Surabaya. Diatas pusarannya dibangun kubah yang megah, sebagai perlambang kemegahan derajatnya. Sampai kini makamnya tak henti-hentinya diziarahi kaum muslimin, untuk bertawasul dengan mengharapkan barokah. Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin
Sekian
AL HABIB SYEKH BIN AHMAD BAFAQIH ( BOTO PUTIH SURABAYA )
Habib Syekh dilahirkan di kota Syihr pada tahun 1212 H anak dari Habib Ahmad Bafaqih dan silsilahnya sampai kepada Nabi Muhammad Rasululloh SAW
Dakwah
Setelah beberapa lama memperdalam pengetahuannya disana-sini, pada tahun 1250 H, Habib Syekh mulai berani mengambil langkah dakwah menyebarkan ilmunya. Ia sempat menjelajahi beberapa kota di Nusantara, sebelum akhirnya memutuskan berlabuh dikota Surabaya.
Di Surabaya inilah, mulai memancarkan cahaya pengetahuannya. Ia mengajarkan ilmu-ilmunya kepada para penuntut ilmu sekitar. Mulai dari Fiqih, Tauhid, Tasawuf dan lainnya. Hingga akhirnya, ditengah hingar bingar dakwahnya itu, ia diangkat oleh Allah SWT menjadi salah satu walinya. Semenjak itu pula, ia sering terhanyut alam Rabbaniyah, dan karamah-karamah ynag luar biasa senantiasa mengisi kesehariannya.
Sebagaimana seorang sufi, Habib Syekh Bafaqih memiliki kepekaan yang tinggi akan syair-syair sufistik. Ia begitu mudah terbawa terbang oleh syair-syair gubahan para tokoh sufi. Apalagi bila menyenandungkan syair itu adalah adiknya sendiri, Sayid Muhammad Bafaqih yang bersuara emas, bisa-bisa ia mabuk kepayang semalaman.
Dakwah Habib Syekh ditanah jawa amatlah sukses. Ia berhasil mengislamkan banyak orang. Selain itu, ia juga berhasil mencetak beberapa ulama. Walhasil, ilmunya benar-benar menyinari belantara jawa yang masih awan kala itu.
Karomah dan Keutamaan
Pada suatu ketika tibalah Habib Syekh di kediaman salah satu pecintanya. Ini bukan kunjungan biasa, akan tetapi kunjungan sarat hikmah. Pasalnya, begitu ketemu shahibul bait, Sang Wali menggelontorkan permintaan yang agak ganjil.”Aku menginginkan dua lembar permadani ini.” titahnya.
Sang pecinta terkesiap. Bagaimana tidak, yang diminta junjungannya itu adalah permadani buatan Eropa yang super mahal. Barang itu baru saja dibelinya. Ia amat menyayangi permadani itu hingga ditempatkannya di tempat khusus.
“Bagini saja. Anda boleh minta apa saja, asal jangan permadani ini.” Pinta si pecinta. “Tidak. Aku tidak menginginkan lainnya.” Sang Wali bergeming. Negosiasi alot. Dan akhirnya hati pecinta setengah mencair. ”Baiklah, kalau begitu Anda boleh mengambil satu lembar saja.”
Setelah mendapatkan permintaannya itu, Sang Wali segera beranjak. Sang pecinta adalah seorang saudagar kaya raya. Sewaktu disambangi Sang Wali, Dua armada kapal dagangannya tengah berlayar di lautan dengan membawa muatan yang banyak. Sayang nahas mendera, dua armadanya itu koyak akibat terjangan gelombang. Salah satunya terhempas lalu tenggelam. Sementara satunya lagi selamat dan berhasil mendarat.
Hati saudagar sedikit lega. Syukur, tidak kedua-duanya tenggelam. Ia memeriksa kapalnya yang selamat itu dengan seksama. Dan, terpampanglah pemandangan ajaib dihadapannya. Ya, selembar permadani yang dihadiahkan kepada Sang Wali telah menambal rapat-rapat bagian yang koyak pada perahunya. Ia terpekur, menyesali perlakuannya pada Sang Wali. “Mengapa tidak kuberikan kedua-duanya saja waktu itu.” gerutu hatinya.
Kisah masyhur diatas dihikayatkan oleh Habib Abdul Bari bin Syekh Al-Aydrus,dan dicantumkan dalam manuskrip Tajul A’ras, torehan pena Habib Ali bin Husein Al-Attas.
Suatu malam, Habib Abdullah Al-Haddad, seoarang wali yang dulu dikenal royal menjamu tamu, menyuruh seorang sayid bernama Abdullah bin Umar Al-Hinduan berziarah kepusara Habib Syekh Bafaqih. “Hai Abdullah, pergilah kamu kepusara Habib Syekh sekarang, dan katakan pada beliau,” Abdullah Al-Haddad saat ini butuh uang dua ribu rupiah. Tolong, Berilah ia uang besok !” perintahnya.
Sayid Abdullah segera berangkat. Sesampainya dipusara Habib Syekh, ia membaca ayat-ayat suci dan doa-doa. Kemudian ia membisikkan ke makam kalimat yang dipesankan Habib Abdullah.
Selang dua hari kemudian, Sayid Abdullah berjumpa lagi dengan Habib Abdullah. Wali yang sangat dermawan itu nampak berbunga-bunga. ”Lihat uang ini. Aku terima dari Habib Syekh .” Selorohnya sembari menunjukkan segepok uang pada Abdullah Al Haddad Maklum, dua ribu rupiah uang dulu, sama nilainya dengan dua belas juta ripiah uang sekarang.
Sang Wali yang berkaromah luar biasa itu, tidak lain tidak bukan, adalah Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih, ulama besar yang pusarannya ada didaerah Boto Putih, Surabaya. Dekat masjid Sunan Ampel. Karena itu, masyarakat lebih mengenal beliau sebagai Habib Syekh Boto Putih.
Di masanya, keulamaaan Habib Syekh sulit tertandingi. Pengetahuannya dalam Fiqih, Lughah, Tauhid dan lainnya sangat dalam. Sehingga sewaktu tinggal di Surabaya, beliau menjadi oase yang mengobati dahaga orang-orang yang haus ilmu di ranah Jawa.
Pencapaian luar biasa itu tidaklah didapatkan Habib Syekh dengan mudah dan gampang. Sebab ilmu takkan pernah ditumpahkan dari langit begitu saja. Sejak usia belia, beliau sudah bekerja keras menggali ilmu. Mula-mula ia mempelajari Al-Qur’an dan beberapa bidang pengetahuan syari’at dan tasawuf kepada ayahandanya sendiri, Habib Ahmad bin Abdullah Bafaqih. Kebetulan, Sang Ayah sendiri adalah ulama yang sudah kesohor ketinggian ilmunya.
Ia kemudian mengembangkan diri dengan belajar pada ulama-ulama yang ada di kotanya, Syihr. Pada fase ini, jiwa ilmuannya sedang mekar-mekarnya. Semakin lama hatinya semakin merasakan kehausan tak terkira untuk meneguk pengetahuan sehingga beliau dengan seizin ayahnya memutuskan berangkat ke Haramain unntuk menyelami telaga pengetahuan disana.
Selama di Mekah dan Madinah, beliau belajar kepada beberapa ulama besar, diantaranya adalah Syaikh Umar bin Abdul Karim bin Abdul Rasul At-‘Attar, Syaikh Muhammad Sholeh Ar-Rais Al-Zamzami, dan Al-Allamah Sayid Ahmad bin Alawi Jamalullail. Tak hanya sampai di situ. Ia pun menyempatkan diri tinggal di Mesir beberapa lama, untuk menimba pengetahuan dari guru-guru besar Universitas al-Azhar kala itu.
Wafatnya Habib Syekh bin Ahmad Bafaqih
Beliau wafat pada tahun 1289 H di Surabaya. Diatas pusarannya dibangun kubah yang megah, sebagai perlambang kemegahan derajatnya. Sampai kini makamnya tak henti-hentinya diziarahi kaum muslimin, untuk bertawasul dengan mengharapkan barokah. Ya Allah, curahkan dan limpahkanlah keridhoan atasnya dan anugerahilah kami dengan rahasia-rahasia yang Engkau simpan padanya, Amin
Malam jumu’ah legi 21 juni 2013
نور وصول
لمدح ابي الزهراء البتول صلى الله عليه وسلم
مهياة لجمعية حب الرسول
ماذون
عن الحبيب الفقير الى رحمة ربه الباري
السيد احمد بن حسن الجفري
نالوم ساري جفارا جاوى تغاه
مرتب
محمد نور امين عبدالرحمن بن محمد شربينى
فناكون نالوم ساري جفارا جاوى تغاه
تقريظ :
قال تعالى في كتابه الكريم
هو الذي يصلي عليكم وملائكته ليخرجكم من الظلمات الى النور وكان بالمؤمنين رحيما.
الحمد لله الذي من فضله على جميع خلقه حتى يشكره على كل الائه اشهد ان لااله الاالله وحده لاشريك له واشهد ان سيدنا محمد عبده ورسوله اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد صلاة تعدل صلوات المصلين عليه وعلى اله واصحابه وذرياته واحبابه اما بعد:
فهذا كتاب صغير لطيف سميته " نور وصول " لمدح ابى الزهراء البتول صلى الله عليه واله وسلم لتعشيق وتسهيل على جماعة حب الرسول حفظا وحملا وتضمينا لجماعة وجمعية المحبين خاصة وجميع المسلمين عامة. نرجو الى الله به منفعة مباركة الى قيام الساعة امين يارب العالمين
مرتب :
نورامين بن عبدالرحمن بن محمد شربينى
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
الحمدلله رب العالمين والصلاة والسلام على اشرف المرسلين وعلى اله وصحبه اجمعين اما بعد :
كولا بيغاه ساغت وونتنيفون كتاب " نور وصول " اغكغ ديفون سوسون دينيغ الاستاذ نور امين عبدالرحمن اغكغ كامفيل ديفون واهوس دينيغ قوم مسلمين مسلمات.
موكى موكى كانطي كتاب منيكا ساكد نامباه كجينتاان كتا داتغ كنجغ نبى محمد صلى الله عليه وسلم سرتا ساكد كساعاكن سنة لن اخلاق الكريمة دالام كهيدوفان سهاري هاري امين....امين يارب العالمين
احمد حسن الجفري
فهرست
الهى لست للفردوس
نفتتح الجلسة
فياايهاالراجون
السلام عليك
انافتحنالك فتحامبينا
يارب صلى على محمد
اشتدي ازمة تنفرجي ( يارسول الله )
فهم القوم الذين هدوا
اهل بيت المصطفى
وسفين للنجاة (الله الله الله )
رب فانفعنا ببركتهم (الله الله )
سدنا النبي
ياسيدي يارسول الله
احمد ياحبيبي
ياحبيبي كيف اشقى واضام
لااله الاالله الله الله
صلى وسلم دائما على احمد
بشرى لنا
مولاي صل وسلم دائما ابدا
بسم الله الرحمن الرحيم
الهى لست للفردوس اهلا # ولااقوى على النارالجحيم
فهب لي توبة واغفرذنوبي # فانك غافرالذنب العظيم
ذنوبي مثل اعدادالرمال # فهب لي توبة ياذاالجلال
وعمري ناقص في كل يوم # وذبي زائد كيف احتمال
الهى عبدك العاصي اتاك # مقراللذنوب وقددعاك
وان تغفر فانت لذاك اهل # وان تطرد فمن نرجو سواك
الهى نسالك بالاسم الاعظم # وجاه المصطفى فرج علينا
ببسم الله مولناابتدينا # ونحمده على نعماه فينا
نفنتح الجلسه على ما نووه اسلافنا ومشايخنا وابائناالصالحون وعلى هذه النية نية صالحة مقبولة ان الله الكريم تعالى يجرى الجميع مقاصدنا ومقاصدكم من خيرات الدنيا والاخرة بنيةالشفاءودفع البلاءوقمع الاعداءوتيسيركل عسيروقضاءالديون وصلاح الشؤن وحسن الخاتمة عند الموت بلا بلاءولابلواء والى حضرة النبي المصطفى محمد صلى الله عليه وسلم الفاتحة.....
لرضاءالله وبجاه سيدنا رسول الله محمد صلى الله عليه وسلم وازواجه واهل بيته وذريته واصحابه اجمعين الفاتحة .......
ونخص خاصة لحضرة الامام علي زين العابدين والامام محمد الباقروالامام جعفر الصادق والامام احمد المهاجروسيدنا عيسى الرومي وسيدنا الفقيه المقدم محمد بن علي باعلوي وسيدنا الحبيب عبدالله بن علوي الحداد وسيدناعبدالله بن ابي بكر العيدروس وسيدناعمربن عبدالرمن العطاس وسيدناجعفرالبرزنجي وسيدنا
العزاب المنفرجة وسيدناعلي بن ابي بكرالعيدروس وسيدناالامام عبدالرحمن الديبغي وسيدنا الحبيب علي بن محمد بن حسين الحبشي وسيدناالشيخ صاحب المداح محمد بوصيري البردة واصولهم وفروعهم ومحبهم واهل سلسلتهم ان الله الكريم تعالى يعلي درجاتهم في الجنة ويعيد علينا من بركاتهم واسرارهم وانوارهم وعلومهم وكرماتهم في الدين والدنيا والاخرة الفاتحة.....
وخصوصا الى حضرة قطب الرباني وقطب جميع المقام وغوث الخليقة العالم سيدنا الشيخ عبدالقادر الجيلاني وسيدناالشيخ ابي الحسن علي الشاذلي وسيدناالشيخ محمدبهاءالدين النقشبندي واصولهم وفروعهم والى حضرة جميع الاولياءالتسعة في الجاوي خصوصا سونان جفارا وسيد مانتيغان وسيدجعفرالصادق سونان قدس ورادين شهيد سونان كالي جاكا ورادين عمرسعيد سونان موريا والحبيب علي بن محمد بن شهاب مايوغ والحبيب صادق بن عبد القادر بن زين العيدروس والحبيب طيب طاهر امباه شمسوري مناكون ومشايخ هذه القرية واوليائها وعلمائها قدس الله اسرارهم ونوراضرحتهم وامطرعلينامن بركاتهم واسرارهم وعلومهم وكرماتهم في الدنياولاخرةالفاحة.....
والى حضرة جميع اهل القبورمن المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات حصوصا الى روح.... واهل قبور من حضر في هذاالمجلس غفرالله ذنوبهم وسترعيوبهم ونورقبورهم وجعل الجنة مثواهم الفاتحة.....
اللهم حصل مقاصدنا ومقاصدكم واقض حوائجنا وحوائجكم في الدين والدنيا والاخرة امين الفاتحة .............
فياايهاالراجون منه شفاعة صلوا عليه وسلموا تسليما........
ياايهاالمشتاقون الرؤياجماله صلواعليه وسلمواتسليما........
ويامن يخطب وصاله يقظة ومناما صلواعليه وسلمواتسليما........
السلام عليك # زين الانبياء
السلام عليك # اتقى الاتقياء
السلام عليك # اصفى الاصفياء
السلام عليك # ازكى الازكياء
السلام عليك # من رب السماء
السلام عليك # دائم بلاانقضاء
السلام عليك # احمد ياحبيبي
السلام عليك # طه ياطبيبي
السلام على # المشفع في القيامة
السلام على # المظلل بالغمامة
السلام على # المتوج بالكرامة
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم بسم الله الرحمن الرحيم
انافتحنالك فتحامبيناليغفرلك الله ماتقدم من ذنبك وماتاخرويتم نعمته عليك ويهديك صراطامستقيماوينصرك الله نصراعزيزا * ياايهاالنبي اناارسلناك شاهداومبشراونذيرا وداعياالى الله باذنه وسراجا منيرا وبشرالمؤمنين بان لهم من الله فضلاكبيرا * لقدجاءكم رسول من انفسكم عزيزعليه ماعنتم حريص عليكم بالمؤمنين رؤف رحيم فان تولوافقل حسبي الله لااله الاهو عليه توكلت وهورب العرش العظيم *ان الله وملائكته يصلون على النبي ياايهاالذين امنواصلواعليه وسلموا تسليما *
اللهم صل وسلم وبارك عليه وعلى اله ...........
يارب صل على محمد # اشرف بدر فى الكون اشرق
يارب صل على محمد # اكرم داع يدعو الى الحق
يارب صل على محمد # المصطفى الصادق المصدق
يارب صل على محمد # احلى الورى منطقا واصدق
يارب صل على محمد # افضل من بالتقى تحقق
يارب صل على محمد # من بالسخا والوفا تخلق
يارب صل على محمد # واجمع من الشمل ما تفرق
يارب صل على محمد # واصلح وسهل ما قد تعوق
يارب صل على محمد # وافتح من الخير كل مغلق
يارب صل على محمد # واله ومن بالنبي تعلق
يارب صل على محمد # واله ومن للحبيب يعشق
يارب صل على محمد # ومن بحبل النبي توثق
يارب صل على محمد # يارب صل عليه وسلم
اللهم صل وسلم وبا رك عليه وعلى اله..........
يارسول الله سلام عليك # يارفيع الشان والدرج
عطفة ياجيرة العلم # يااهيل الجود والكرم
اشتدي ازمة تنفرج # قد اذان ليلك بالبلج
وظلام الليل له سرج # حتى يغشاه ابوالسرج
يارب بهم وباالهم # عجل بالنصر وبالفرج
وارحم يااكرم من رحما # عبدا عن بابك لم يعج
فهم القوم الذين هدوا # وبفضل الله قد سعدوا
ولغير الله ما قصدوا # ومع القران في قرن
اهل البيت المصطفى الطهر # هم امان الارض فالدكر
شبهوا بالانجم الزهر # مثل ما قد جاء فى السنن
وسفين للنجاة اذا # خفت من طوفان كل اذى
فانج فيها لاتكون كذا # واعتصم بالله واستعن
الله الله الله *3 #يارب ياخير معطي
رب فانفعنا ببركتهم # واهدنا الحسنى بحرمتهم
وامتنا في طريقتهم # ومعافاة من الفتن
الله الله الله الله *3 # رب فاجعلنا من الاخيار
سدنا النبي *9 # سيدي محمد امن قطبي حبيبى النبي
احمدك اللهم حمدا مستمر # عد عطايك التي لا تنحصر
مصليا على ختام الانبياء # والال والصحب هداة الاتقياء
لافخر للبنت بملبس وما # به تحلت من حلي انما
فخر الفتاة بالعلوم والادب # لابالجمال والحرير والذهب
ياسيدي يارسول الله # يامن له الجاه عند الله
ان المسيئين قد جاؤك # للذنب يستغفرون الله
ياسيد الرسل هادينا # هيا بغارة الينا الان
ياهمة السادة الاقطاب # معادن الصدق والسر
ناد المهاجر صفي الله # ذاك ابن عيسى اباالسادات
ثم المقدم ولي الله # غوث الورى قدوة القادات
ثم الوجيه لدين الله # سقافنا خارق العادات
السيد الكامل الاواب # العيدروس مظهر القطر
قومو بنا واكشفوا عنا # ياسدتي هذه الاسوى
واحموا مدينتكم الغنا # من جملة الشر والبلوى
يا اهل الحسب والنسب الاسنى # والعلم والحلم والتقوى
بجدكم وبكم تنجاب # سحب البليات والضر
احمد يا حبيبي *3 سلام عليك
ياعون الغريب *3 سلام عليك
امن وسلام *3 سلام عليك
دينك الاسلام *3 سلام عليك
جئت بالقران *3 سلام عليك
من عند الرحمن *3 سلام عليك
جئت بالتوحيد *3 سلام عليك
فزت بالتوحيد *3 سلام عليك
ونلنا الخيرات *3 سلام عليك
في منى وعرفات *3 سلام عليك
ومحونا السيئات *3 سلام عليك
برجم الجمرات *3 سلام عليك
ياحبيبى *3 كيف اشقى واضام # وفؤادي قد بدى بادي الظلام
فتحنن وامح عنى ما بدا # كل نور من ثنا خير الانام
ما لي حبي ان يغيب عن نا ظري # ترك القول مالديه مستهام
كل حسن في الورى يبدو لنا # من جمال المصطفى داع السلام
لااله الاالله الله الله # لااله الاالله تب علينا
اتيناك بالفقر ياذاالغنى # وانت الذي لم تزل محسنا
رايناك في كل امر بدا # وليس من الامر شيء لنا
فيارب صل على المصطفى # صلاة تكون امانا لنا
صل وسلم دائما على احمد # والال والاصحاب من قد وحد
احمد المصطفى ذواالسماحة # منقذ من لذنبه ندامة
به ارجوالرضاوقبول التوبة *2
توسلنابجاهك ياطيبة # في نيل عددالمنايا الطيبة
والال والاصحاب والذرية *2
تقبل يا الله فينا شفاعة # عن كرب ديننا وامرالعاجلة
بجاه المصطفى صاحب الشفاعة *2
بشرى لنا نلنا المنا # زال العنا وافا الهنا
والدهر انجز وعده # والبشر اضحى معلنا
يانفس طيبي باللقاء # يا عين قري اعينا
هذا الجمال المصطفى # انواره لاحت لنا
ياطيبة ماذا نقول # وفيك قد حل الرسول
وكلنا يرجوا الوصول # لمحمد نبينا
ياروضة الهادي الشفيع # وصاحبيه والبقيع
اكتب لنا نحن الجميع # زيارة لحبيبنا
حيث الاماني روضها # قد ظل حلوا المجتبى
وبالحبيب المصطفى # صفا وطاب عيشنا
صل عليه دائما # في كل حين ربنا
واله وصحبه # اهل المعان والوفا
صل وسلم ياسلام # على النبي ماحى الظلام
والال والصحب الكرام # ماانشدت بشرى لنا
مولاي صل وسلم دائما ابدا # على حبيبك خيرالخلق كلهم
هوالحبيب الذي ترجى شفاعته # لكل هول من الاهوال مقتحم
يارب بالمصطفى بلغ مقاصدنا # واغفر لنا مامضى ياواسع الكرم
امن تذكر جيران بذي سلم # مزجت دمعا جرى من مقلة بدم
ام هبت الريح من تلقاء كاظمة#واومض البرق في الظلماء من اضم
فما لعينيك ان قلت اكففا همتا # وما لقلبك ان قلت استفق يهم
(مولاي صل , هوالحبيب الذي , يارب بالمصطفى )
محمد سيد الكونين والثقلي # ن والفريقين من عرب ومن عجم
نبينا الامر الناهى فلا احد # ابر في قول لا منه ولا نعم
هو الحبيب الذي ترجى شفاعته # لكل هول من الاهوال مقتحم
(مولاي صل , هو الحبيب الذي , يارب بالمصطفى )
محل القيام
اشرق الكون ابتهاجا # بوجود المصطفى احمد
ولاهل الكون انس # وسرور قد تجدد
فاطربوا يااهل المثان # فهزار اليمن غرد
واستضيؤا بجمال # فاق في الحسن تفرد
ولنا البشرى بسعد # مستمر ليس ينفد
حيث اوتينا عطاء # جمع الفخر المؤبد
فلرب كل حمد # جل ان يحصره العد
اذ حبانا بوجودال # مصطفى الهادى محمد
مرحبا يارسول الله اهلا # مرحبا بك انا بك نسعد
مرحبا وبجاهه يا الهي # مرحبا جد وبلغ كل مقصد
واهدنا نهج سبيله # كي به نسعد ونرشد
رب بلغنا بجاهه الله الله # في جواره خير مقعد
وصلاة الله تغشى # اشرف الرسل محمد
وسلام مستمر الله الله # كل حين يتجدد
مرحبا يانورعيني # مرحبا جد الحسيني
مرحبا اهلا وسهلا الله الله # مرحبا يا خير داع
رب فاغفرلي ذنوبي يا الله # ببركة الهادي محمد يا الله
رب فاجعل مجتمعنا يا الله # غايته حسن الختام يا الله
واعطنا ما قد ساءلنا يا الله # من عطاياك الجسام يا الله
واكرم الارواح منا يا الله # بلقاء خير الانام يا الله
وابلغ المختار عنا يا الله # من صلاة وسلام يا الله
صلى الله على محمد صلى الله عليه وسلم
اللهم صل وسلم وبارك عليه
*( محل الجلوس )*
جاءت لدعوته الاشجار ساجدة # تمشي اليه على ساق بلا قدم
كانما سطرت سطرا لما كتبت # فروعها من بديع الخط في اللقم
مثل الغمامة اني سار سائرة # تقيه حر وطيس للهجير حمي
(مولاي صل , هو الحبيب , يا رب )
يا خير من يمم العافون ساحته # سعيا وفوق متون الاينق الرسم
ومن هو الاية الكبرى لمعتبر # ومن هو النعمة العظمى لمغتنم
سريت من حرم ليلا الى حرم # كما سرى البدر في داج من الظلم
(مولاي صل , هو الحبيب , يا رب )
كفاك بالعلم في الامي معجزة # فى الجاهلية والتاديب في اليتم
خدمته بمديح استقيل به # ذنوب عمر مضى فى الشعر والخدم
اذ قلدان ما تخشى عواقبه # كاننى بهما هدى من النعم
(مولاي صل , هو الحبيب , يا رب )
يارب واجعل رجائ غيرمنعكس# لديك واجعل حسابي غير منخرم
والطف بعبدك في الدرين ان له # صبرا متى تدعه الاهوال ينهزم
واءذن لسحب صلوة منك دائمة # على النبي بمنهل ومنسجم
(مولاي صل , هو الحبيب , يا رب )
مارنحت عذابات البان ريح صبا#واطرب العيس حادى االعيس بالنغ
ثم الرضا عن ابي بكر وعن عمر#وعن علي وعن عثمان ذي الكرم
والال والصحب ثم التابعين لهم # اهل التقى والنقا والحلم والكرم
(مولاي صل , هو الحبيب , يا رب )
الفاتحة .........
بسم الله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين حمدا شاكرين حمدا ناععمين حمدا يوافي نعمه ويكافئ مزيده ياربنالك الحمد كما ينبغي لجلالك وعظيم سلطانك.سبحان الله وبحمده عدد خلقه ورضاء نفسه وزنة عرشه ومدد كلمته . اللهم اجعلنا ممن يستوجب شفاعته ويرجو من الله رحمته . اللهم بحرمة هذا النبي الكريم.واله واصحابه السالكين على منهجه القويم . اللهم اجعلنا من خيار امته واسترنا بذيل حرمته واحشرنا غدا في زمرته واستعمل السنتنا في مدحه ونصرته واحييينا متمسكين بسنته وطاعته وامتنا اللهم على حبه وجماعته . اللهم ارحمنا اذا صرنا من اصحاب القبور ووفقنا لعمل صالح يبقى سناه على ممر الدهور. اللهم اجعلنا لالائك ذاكرين
ولنعمائك شاكرين وليوم لقائك من الذاكرين واحينا بطاعتك مشغولين واذا توفيتنا فتوفنا غير مفتونين ولا مخذولين واختم لنا منك بخير اجمعين,واغفر اللهم بجاهه لنا ولوالدينا ولمشايخنا ولمعلمينا وذوي الحقوق علينا ولمن اجرى هذا الخير في هذه الساعة ولجميع المؤمنين والمؤمنات والمسلمين والمسلمات الاحياء منهم والاموات انك مجيب الدعوات وقاض الحاجات وغافر الذنوب والخطيئات ياارحم الراحمين وصلى الله على سيدنا محمد واله وصحبه وسلم والحمد لله رب العالمين سبحان ربك رب العزة عما يصفون وسلام على المرسلين والحمد لله رب العالمين . الفتحة.......................
يا الله بها يا الله بها # يا الله بحسن الخاتمة
لي خمسة اطفي بها # حر الوباء الحاطمة
المصطفى والمرتضى #وابناهما وفاطمة
الطف بنا والمسلمين # من كل عين لامة
ومن العدى ومن الردى # ومن المصائب عامة
ثم الصلاة على النبي # خصصته بمكالمة
والال والصحب الذي # ن هم هداة الامة
NUR AMIN BIN ABDURRAHMAN BIN MUHAMMAD SYARBINI
PENAGON NALUMSARI RT4/6 JEPARA 59466 JAWA TENGAH NO HP: 081325609704
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar