Kamis, 28 Agustus 2014

WALI KUKUN KAYU SUNAN KALI JAGA

Walikukun Walikukun, bukan kata yang asing lagi bagi sebagian besar masyarakat yang tinggal di wilayah Kecamatan Cawas Kabupaten Klaten khususnya dan penduduk di sekitar wilayah itu. Selain menjadi nama dukuh di Desa Balak, Walikukun juga merupakan nama jembatan yang berada di jalur alternatif Solo-Klaten. Menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat Dukuh Walikukun, Suparman, 62, Walikukun merupakan nama pohon yang tumbuh di tengah area persawahan di dukuh tersebut. Suparman menuturkan, legenda yang berkembang menyebutkan bahwa konon Sunan Kalijaga jalan-jalan dan pernah singgah sampai di lokasi tumbuhnya pohon Walikukun. “Saat itu, Sunan Kalijaga berhenti di daerah tersebut untuk shalat. Dia membawa tongkatnya dan kemudian menancapkan di tanah. Setelah salat, Sunan Kalijaga lupa tongkatnya dan pergi meninggalkan tempat tersebut,” jelas Suparman saat ditemui Espos, di Dukuh Walikukun, Sabtu (24/10). Pensiunan Guru SMP 1 Weru, Sukoharjo itu menambahkan, Sunan Kalijaga baru teringat tongkatnya ketika sudah sampai di Dukuh Sepi Desa Barepan Kecamatan Cawas. Sunan Kalijaga, imbuhnya, lantas berusaha ingin mengambil tongkatnya kembali. Namun, ternyata tongkat itu sudah tumbuh menjadi pohon. “Sampai sekarang belum ada yang berani menebang pohon walikukun itu dan yang bisa menebang hanya keturunan dari Sunan Kalijaga. Hingga kini, pohon walikukun itu cuma dipangkas ranting-rantingnya. Akar pohon walikukun sudah menjalar dan tumbuh menjadi pohon baru,” terangnya. Dijelaskan Suparman, suatu ketika ada orang yang mengambil kayu dari pohon walikukun tanpa izin. Orang itu, ucapnya, sakit dan seperti ada yang membisiki meminta agar kayu walikukun dikembalikan ke tempat semula. Setelah itu, kata dia, orang tersebut akhirnya bisa sembuh. Suparman mengemukakan mitos tersebut ada yang dipercaya oleh sebagian orang dan ada pula yang tidak mempercayainya. Suparman menjelaskan, menurut kepercayaan masyarakat, kayu walikukun bisa digunakan untuk perlengkapan dalam sesaji saat mendirikan rumah. Sampai sekarang, kata dia, juga masih ada masyarakat yang percaya dan menggunakan kayu walikukun dalam sesaji ketika membangun rumah. Kades Balak, Sukarjo menuturkan, berdasarkan informasi yang diterimanya dari beberapa pihak, lokasi pohon walikukun merupakan petilasan Sunan Kalijaga. Dia juga melihat tidak semua orang bisa menebang pohon walikukun. “Menurut cerita, kayu walikukun kadang digunakan untuk perlengkapan dalam sesaji saat membangun rumah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar